BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persalinan...

21
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persalinan 1. Persalinan Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta dan membran dari dalam lahir melalui jalan lahir. Serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bilan atau hampir cukup bulan disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Bobak, 2006). Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup kedunia luar dari rahim maupun diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) ( Manuaba, 2006 & Mochtar 2006). Menurut Varney, (2008) persalinan adalah serangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks dan diakhiri dengan pelahiran plasenta. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan pengertian dari persalinan adalah adalah proses pengeluaran janin melalui jalan lahir dan diakhiri kelahiran plasenta dengan bantuan atau tanpa bantuan. 2. Jenis Persalinan Jenis persalinan menurut Simkin (2005), Mochtar (2006) dan Manuaba (2006),) dibagi menjadi 3 yaitu : a. Partus spontan: proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri berlangsung kurang dari 24 jam tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan bayi. b. Partus buatan: persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat atau melalui dinding perut dengan operasi caesar.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persalinan...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persalinan 1.digilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl-muhammadfa-72… · adanya kontraksi dan retaksi otot-otot rahim. c. Janin Faktor yang

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persalinan

1. Persalinan

Persalinan adalah proses pergerakan keluar janin, plasenta dan

membran dari dalam lahir melalui jalan lahir. Serangkaian kejadian yang

berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bilan atau hampir cukup

bulan disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu

(Bobak, 2006).

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri)

yang telah cukup bulan atau dapat hidup kedunia luar dari rahim maupun

diluar kandungan melalui jalan lahir atau jalan lain dengan bantuan atau

tanpa bantuan (kekuatan sendiri) ( Manuaba, 2006 & Mochtar 2006).

Menurut Varney, (2008) persalinan adalah serangkaian proses yang

berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai

dengan kontraksi persalinan sejati yang ditandai oleh perubahan progresif

pada serviks dan diakhiri dengan pelahiran plasenta.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan pengertian dari

persalinan adalah adalah proses pengeluaran janin melalui jalan lahir dan

diakhiri kelahiran plasenta dengan bantuan atau tanpa bantuan.

2. Jenis Persalinan

Jenis persalinan menurut Simkin (2005), Mochtar (2006) dan Manuaba

(2006),) dibagi menjadi 3 yaitu :

a. Partus spontan: proses lahirnya bayi dengan tenaga ibu sendiri

berlangsung kurang dari 24 jam tanpa bantuan alat-alat serta tidak

melukai ibu dan bayi.

b. Partus buatan: persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat atau

melalui dinding perut dengan operasi caesar.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persalinan 1.digilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl-muhammadfa-72… · adanya kontraksi dan retaksi otot-otot rahim. c. Janin Faktor yang

8

c. Partus anjuran: Apabila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan

ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan.

3. Prosedur Persalinan

Menurut Varney (2008) Ibu hamil sebelum menjalani persalinan terdapat

beberapa tanda dan gejala yang menunjukkan bahwa tidak lama lagi

persalinan akan terjadi. Tanda gejala tersebut adalah :

a. Lightening, yaitu perasaan subyektif dari ibu yang terjadi karena

bagian bawah janin lebih mapan dalam SBR dan pelvis. Ibu akan

merasa janin turun, sesak nafas berkurang, tetapi disertai sakit

pinggang dan sering kencing serta dirasakan lebih sulit bila berjalan.

Hal ini terjadi 2-3 minggu sebelum aterm.

b. Engagement, yaitu peristiwa masuknya kepala janin dalam panggul.

Pada primigravida, terjadi 2-3 minggu menjelang aterm. Lightening

tidak sama dengan engagement meskipun keduanya dapat terjadi

bersamaan.

c. Sekresi vagina meningkat.

d. Persalinan palsu

e. Ketuban pecah dini

f. Bloody show yaitu keluarnya cairan kemerahan atau darah yang

disertai dengan lendir dari vagina.

g. Perubahan serviks menjadi lunak dan datar.

h. Sakit pinggang yang terus menerus.

4. Proses Terjadinya Persalinan

Beberapa teori yang menyatakan kemungkinan terjadi proses persalinan

menurut Simkin (2005), Mochtar (2006) dan Manuaba (2006) yaitu :

a. Teori keregangan

Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.

Setelah melewati batas waktu tersebut terjadi kontraksi persalinan

dengan sendirinya sehingga persalinan dapat dimulai.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persalinan 1.digilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl-muhammadfa-72… · adanya kontraksi dan retaksi otot-otot rahim. c. Janin Faktor yang

9

b. Teori penurunan progesteron

Proses penuaan plasenta terjadi mulai umur kehamilan 28 minggu,

dimana terjadi penimbunan jaringan ikat, pembuluh darah mengalami

penyempitan dan buntu, Villi koriales mengalami perubahan –

perubahan dan produksi progesteron mengalami penurunan sehingga

otot rahim lebih sensitif terhadap oksitosin akibatnya otot rahim mulai

berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu.

c. Teori oksitosin internal

Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofise parst posterior.

Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat mengubah

sensitivitas otot rahim sehingga sering terjadi kontraksi braxton hicks.

Menurunnya kosentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka

oksitosin dapat meningkatkan aktivitas sehingga persalinan dimulai.

d. Teori prostalgandin

Konsentrasi prostalgandin meningkat sejak umur kehamilan 15

minggu. Pemberian prostalgandin pada saat hamil dapat menimbulkan

kontraksi otot rahim sehingga terjadi persalinan. Prostalgandin

dianggap dapat merupakan pemicu terjadinya persalinan.

e. Teori hipotalamus-pituitari dan glandula suprarenalis

Teori ini menunjukan bahwa pada kehamilan dengan anensefalus

sering terjadi keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk

hipotalamus dan glandula suprarenal merupakan pemicu terjadinya

persalinan.

f. Teori distensi rahim

Rahim yang menjadi besar dan meregang menyebabkan iskemia otot-

otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persalinan 1.digilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl-muhammadfa-72… · adanya kontraksi dan retaksi otot-otot rahim. c. Janin Faktor yang

10

5. Tahap-Tahap Proses Persalinan

Tahap proses persalinan menurut Mochtar (2008), Bobak (2005) membagi

tahap-tahap persalinan menjadi :

a. Kala I (kala pembukaan )

Kala I merupakan kala pembukaan sehingga kemajuan kala I dinilai

dari majunya pembukaan, meskipun pada kala I terjadi proses

penurunan kepala dan putar paksi dalam. Pada primigravida kala I

bervariasi antara 13-14 jam sedangkan pada multigravida antara 6-8

jam. Pada kali I dibagi kedalam 2 fase yaitu :

1) Fase laten

Pada fase laten pembukaan serviks berlangsung lambat: pembukaan

0-3cm, berlangsung dalam 5-7 jam.

2) Fase aktif

Pada fase ini berlangsung selama 7 jam dan dibagi atas 3 subfase:

a) Periode akselerasi: berlangsung 3 jam, pembukaan 3 menjadi 4

cm.

b) Periode dilatasi maksimal (steady): selama 2 jam pembukaan

berlangsung cepat dari 4 menjadi 9 cm

c) Periode deselarasi: berlangsung lambat dalam waktu 2 jam

pembukaan 9 menjadi 10 cm.

Berdasarkan kurve Friedman, ditemukan perbedaan antara

primigravida dan multigravida, yaitu :

a) Primi : Pembukaan 1 cm / jam dan Mekanisme membukanya

serviks berbeda antara primigravida dan multigravida. Pada

primi yang pertama OUI (ostium Uteri Internum) akan

membuka lebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan

menipis. Baru kemudian OUE (Ostium Uteri Eksternum)

membuka.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persalinan 1.digilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl-muhammadfa-72… · adanya kontraksi dan retaksi otot-otot rahim. c. Janin Faktor yang

11

b) Multi : Pembukaan 2 cm / jam, pada fase laten, fase aktif dan fase

deselerasi terjadi lebih pandek. Pada multigravida OUI

sudah sedikit terbuka. OUI dan OUE serta penipisan dan

pendataran servik terjadi dalam saat yang sama.

b. Kala II

Kala dua dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10cm) dan

berakhir dengan lahirnya bayi. Kala dua dikenal juga sebagai kala

pengeluaran. Tanda dan gejala kala dua persalinan adalah ibu

merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi, ibu

merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum atau vagina,

perinium terlihat menonjol, vulva-vagina-sfingterani terlihat membuka

dan adanya pengeluaran lendir dan darah, pada kala II his terkordinir,

kuat, cepat dan lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Pada waktu his kepala

janin mulai terlihat, vulva membuka dan perenium meregang dengan

his mengedan yang terpimpin akan lahirlah kepala janin dengan diikuti

seluruh badan janin. Kala II pada primipara 1½ – 2 jam dan pada

multipara ½ - 1 jam (Mochtar, 2002)

c. Kala III

Kala tiga dari persalinan dimulai setelah selesainya kelahiran bayi dan

berakhir dengan lahirnya plasenta biasanya dikenal dengan sebutan

persalinan kala plasenta. Kala tiga dari persalinan ini berlangsung

rata-rata antara 5 sampai 10 menit akan tetapi walaupun berlangsung

lebih lama sedikit dari itu masih dianggap dalam batas-batas normal.

d. Kala IV

Masa 1-2 jam setelah plasenta lahir dalam keadaan klinik atas

pertimbangan-pertimbangan praktis masih diakui adanya kala empat

persalinan meskipun masa setelah plasenta lahir adalah masaa

dimulainya masa nifas (puerperium) mengingat pada masa ini sering

timbul perdarahan.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persalinan 1.digilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl-muhammadfa-72… · adanya kontraksi dan retaksi otot-otot rahim. c. Janin Faktor yang

12

6. Mekanisme Persalinan :

Mekanisme persalinan menurut ( Bobak, 2005 ).

1) Penurunan

Gerakan bagian presentasi melewati panggul. Penurunan terjadi akibat

kekuatan tekanan dari cairan embrio, kontraksi diafragma dan otot-otot

abdomen ibu pada tahap persalinan.

2) Fleksi

Kepala yang turun tertahan oleh serviks, dinding panggul atau dasar

panggul dalam keadaan normal flexi terjadi dan dagu didekatkan ke

arah dada janin.

3) Putaran paksi dalam

Putaran paksi dalam dimulai pada bidang setinggi spina iskiadika

ketika oksiput berputar kearah anterior wajah berputar kearah

posterior. Setiap kali terjadi kontraksi kepala janin diarahkan pleh

tulang panggul dan otot-otot dasar panggul. Akhirnya oksiput berada

di garis tengah dibawah lengkung pubis.

4) Ekstensi

Kepala janin mencapai perineum kepala akan defleksi ke arah anterior

oleh perineum mula-mula oksiput melewati permukaan bawah simfisis

pubis kemudian kepala muncul keluar akibat ekstensi adalah pertama

oksiput, wajah dan dagu.

5) Restitusi

Kepala bebas untuk berputar ke posisi normal dalam hubungan dengan

bahu.

6) Putaran paksi luar

Bahu dan tubuh bayi biasanya meluncur keluar dengan kesulitan yang

relative sedikit karena kepala telah membuka jalan untuk bagian tubuh

yang kebih kecil. Ketika mencapai pintu bawah bahu berputar ke arah

garis tengah dan dilahirkan dibawah lengkung pubis. Bahu posterior

diarahkan kearah perineum sampai ia bebas keluar dari introitus

vagina.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persalinan 1.digilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl-muhammadfa-72… · adanya kontraksi dan retaksi otot-otot rahim. c. Janin Faktor yang

13

7) Ekspulsi

Bayi setelah lahir uterus kembali berkontraksi mengurangi permukaan

internalnya sementara plasenta tetap dalam ukuran yang sama.

8) Regresi uterus

Reflek saraf yang diberikan oleh puting karena isapan bayi

menstimulasi kelenjar pituitari untuk mensekresi oksitosin yang

menyebabkan kontraksi uterus.

7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Persalinan.

Menurut Bobak (2005). faktor-faktor yang mempengaruhi proses

persalinan adalah:

a. Jalan lahir

Merupakan jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari

rongga panggul, dasar panggul, serviks dan vagina. Syarat agar janin

dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan maka jalan

lahir tersebut harus normal.

b. Kekuatan

Power adalah kekuatan atau tenaga untuk melahirkan yang terdiri dari

his atau kontraksi uterus dan tenaga meneran dari ibu. Power

merupakan tenaga primer atau kekuatan utama yang dihasilkan oleh

adanya kontraksi dan retaksi otot-otot rahim.

c. Janin

Faktor yang berpengaruh dalam passanger adalah janin (tulang

tengkorak, ukuran kepala) dan postur janin dalam rahim

(sikap/habitus dan letak janin).

d. Psikologi

Perasaan positif berupa kelegaan hati, seolah-olah pada saat itulah

benar-benar terjadi realitas munculnya rasa bangga bisa melahirkan

atau memproduksi anaknya. Mereka seolah-olah mendapatkan

kepastian bahwa kehamilan yang semula dianggap sebagai

suatu”keadaan yang belum pasti” sekarang menjadi hal yang nyata,

psikologi meliputi :

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persalinan 1.digilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl-muhammadfa-72… · adanya kontraksi dan retaksi otot-otot rahim. c. Janin Faktor yang

14

Kebiasaan adat, dukungan orang terdekat pada kehidupan ibu,

pengalaman bayi sebelumnya, melibatkan psikologi ibu, emosi dan

persiapan intelektual.

8. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lamanya Persalinan

Menurut Wiknjosastro (2002), Bobak (2005). Faktor yang mempengaruhi

lama persalinan adalah :

a. Faktor usia

Usia ibu merupakan salah satu faktor resiko yang berhubungan

dengan kualitas kehamilan atau berkaitan dengan kesiapan ibu dalam

reproduksi. Menurut Wiknjosastro (2002) menyatakan bahwa faktor

ibu yang memperbesar resiko kematian perinatal adalah pada ibu

dengan umur lebih tua. Ibu primitua yaitu primigravida yang berumur

di atas 35 tahun. Sering ditemui perineum yang kaku dan tidak elastis,

hal tersebut akan menghambat persalinan kala II dan dapat

meningkatkan resiko terhadap janin. Menurut Manauba, usia

reproduksi sehat adalah 20 sampai 35 tahun. Faktor umur yang

disebut-sebut sebagai penyebab dan predisposisi terjadinya berbagai

komplikasi yang terjadi pada kehamilan dan perzsalinan, antara lain

penyebab kelainan his, at onia uteri, plasenta previa. (Wiknjosastro,

2002).

b. Faktor paritas

Menurut Pusdiknakes (2003) paritas adalah jumlah kehamilan yang

menghasilkan janin yang mampu hidup di luar janin sedangkan

menurut Wiknjosastro (2002) Paritas adalah jumlah kehamilan

dimana bayi yang dilahirkan mampu hidup di luar kandungan.

Partus lama sering dijumpai pada kehamilan pertama dengan umur

ibu lebih dari 35 tahun merupakan penyebab dari berbagai komplikasi

seperti kelainan his yang berakibat pada terjadinya terjadinya partus

lama. Paritas 2 sampai 3 merupakan paling aman ditinjau dari

kematian maternal, paritas 1 dan lebih dari 3 mempunyai angka lebih

tinggi. Persalinan lama terutama pada primipara biasanya berkenaan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persalinan 1.digilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl-muhammadfa-72… · adanya kontraksi dan retaksi otot-otot rahim. c. Janin Faktor yang

15

dengan belum atau kurangnya persiapan perhatian dalam menghadapi

persalinan (Wiknjosastro, 2002).

c. Keadaan his

Faktor kekuatan yang mendorong janin keluar adalah faktor yang

sangat penting dalam proses persalinan, his yang tidak normal baik

kekuatan maupun sifatnya dapat menghambat kelancaran persalinan

(Manauba, 2001). Proses persalinan dipengaruhi banyak faktor salah

satunya power. Power adalah kekuatan-kekuatan yang ada pada ibu

seperti kekuatan his dan mengejan yang dapat menyebabkan serviks

membuka dan mendorong janin keluar ( Bobak, 2005 ).

d. Keadaan panggul

Panggul merupakan salah satu bagian yang penting dan

mempengaruhi proses persalinan. Berbagai kelainan panggul dapat

mengakibatkan persalinan berlangsung lama antara lain: kelainan

bentuk panggul seperti jenis panggul sempit, miring, penyakit tulang,

sempit melintang serta kelainan ukuran panggul baik panggul luar

maupun panggul dalam (Wiknjosastro, 2002).

e. Besarnya janin

Besarnya neonatus pada umumnya kurang dari 4.000 gram dan

jarang melebihi 5.000 gram. Besar bayi ialah bila berat badan lebih

dari 4.000 gram. Frekuensi berat badan lahir lebih dari 4.000 gram

adalah 53% dan yang lebih dari 4.500 gram adalah 0,4%. Pada

panggul normal, janin dengan berat 4.000-5.000 gram pad umumnya

tidak mengalami kesulitan dalam melahirkan. Pada janin besar faktor

keturunan memegang peranan penting selain itu janin besar dijumpai

pada wanita hamil dengan dibetes mellitus, pada postmaturitas dan

pada grande multipara (Wiknjosastro, 2002).

f. Keadaan letak janin

Letak dan presentasi janin dalam rahim (passanger) merupakan

salah satu faktor penting yang sangat berpengaruh terhadap proses

persalinan, menurut Fraser (2009) 98% persalinan terjadi dengan letak

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persalinan 1.digilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl-muhammadfa-72… · adanya kontraksi dan retaksi otot-otot rahim. c. Janin Faktor yang

16

belakang kepala. Mekanisme persalinan merupakan suatu proses

dimana kepala janin berusaha meloloskan diri dari ruang pelviks

dengan menyesuaikan ukuran kepala janin dengan ukuran pelviks

melalui proses Sinklitismus/ bila arah sumbu kepala janin tegak lurus

dengan bidang pintu atas panggul, Asinklitimus / arah sumbu kepala

janin miring dengan bidang pintu atas panggul, rotasi internal,

ekstensi, ekspulsi total/ pengeluaran total, namun pada beberapa

kasus proses ini tidak berlangsung dengan sempurna karena adanya

kelainan letak dan presentasi sehingga proses tersebut pada umumnya

berlangsung lama akibat ukuran dan posisi ukuran kepala janin.

Selain presentasi belakang yang tidak sesuai dengan ukuran panggul

(Wiknjosastro, 2002).

9. Bahaya dan Kelainan dalam Persalinan

Bahaya dan kelainan dalam proses persalinan dibagi dua yaitu

pada persalinan kala I dan II, dan persalinan kala III dan IV. Kelainan

pada Kala I dan II terdiri dari:

a. Kelainan Presentasi Dan Posisi

1) Resentasi Puncak Kepala adalah apabila derajat defleksnya ringan,

sehingga UUB merupakan bagian terendah. U,mumnya bersifat

sementara kemudian berubah menjadi presentasi belakang kepala.

Mekanismen persalinan sama dengan Posisi Oksipitalis Posterior

Persisten (POPP), perbedaanya: pada persentasi puncak kepala

tidak terjadi fleksi keala yang maksimal, sedangkan puncak kepala

yang melalui jalan lahir adalah sirkumferensia fronto-oksipitalis

dengan titik perputaran yang berada dibawah simfisis adalah

glabela.

2) Presentasi Muka

Adalah keadaan dimana kepala dalam kedudukan defleksi

maksimal, sehingga oksiput tertekan pada punggung dan muka

merupakan bagian terendah menghadap kebawah.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persalinan 1.digilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl-muhammadfa-72… · adanya kontraksi dan retaksi otot-otot rahim. c. Janin Faktor yang

17

3) Posisi Oksiput Posterior Persisten

Pada persalinan presentasi belakang kepala, kepala janin turun

melalui PAP dengan sutura sagitalis melintang/ miring, sehingga

ubun- ubun kecil dapat berada dikiri melintang, kanan melintang,

kiri depan, kanan depan, kiri belakang/ kanan belakang. Dalam

keadaan fleksi bagian kepala yang pertama mencapai dasar panggul

adalah oksiput.

b. Distosia Karena Kelainan His

1) Inersia Uteri Hipotonik

Adalah kelainan his dengan kekuatan yang lemah/ tidak adekuat

untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong anak keluar.

Disii keukatan his lemah dan frekuensinya jarang. Sering dijumpai

pada penderita dengan kurang baik seperti anemia, uterus yang

terlalu teregang, misalnya: akibat hidramnion atau kehamilan

kembar atau makrosomia, grandemultipara atau primipara, serta

pada pederita dengan keadaan emosi kurang baik. Inersiaini terdiri

dari 2 macam yaitu Inersia uteri primer, terjadi pada permulaan

fase laten. Sejak awal telah terjadi his yang tidak adekuat

(kelemahan is yang timbul sejak dari permulaan persalinan),

sehingga sering sulit untuk memastikan apakah penderita telah

memasuki keadaan inpartu atau belum. Inersia uteri sekunder,

terjadi pada fase aktif kala I atau kala II. Permulaan his baik,

kemudian pada permulaan selanjutnya terdapat gangguan atau

kelainan.

2) Inersia Uteri Hipertonik

Adalah kelainan his dengan kekuatan cukup besar (kadang sampai

melebihi normal) namun tidak ada koordinasi kontraksi dari bagian

atas, tengah dan bawah uterus sehingga tidak efisien untuk

membuka serviks dan mendorong bayi keluar.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persalinan 1.digilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl-muhammadfa-72… · adanya kontraksi dan retaksi otot-otot rahim. c. Janin Faktor yang

18

3) His Yang Tidak Terkoordinasi

Sifat his yang berubah- ubah, tidak ada koordinasi dan sinkronisasi

antar kontraksi dan bagian – bagiannya. Pada bagian atas dapat

terjadi kontraksi tetapi bagian tengah tidak, sehingga menyebabkan

terjadinya lingkaran kekejangan yang mengakibatkan persalinan

tidak maju.

c. Distosia Karena Kelainan Alat Kandungan

1) Vulva

kelainan yang bisa menyebabkan kelainan vulva adalaah oedema

vulva, stenosis vulva, kelainan bawaan, varises, hematoma,

peradangan, kondiloma kauminta dan fistula

2) Vagina

Kelainan yang dapat menyebabkan distosia adalah: Kelainan

vagina, Stenosis vagina congenital, Tumor vagina, Kista vagina

3) Uterus

Kelainan yang penting berhubungan dengan persalinan adalah

distosia servikalis. Karena disfungtional uterine action atau karena

parut pada serviks uteri. Kala I serviks uteri menipis akan tetapi

pembukaan tidak terjadi sehingga merupakan lembaran kertas

dibawah kepala janin.

d. Distosia Karena Kelainan Janin

Kelainan janin ini dapat berupa bayi besar (lebih dari 4000gram),

hidrosefalus, anensefalus, janin kembar siam dan janin tidak

memperoleh oksigen yang cukup

e. Distosia Karena Kelainan Jalan Lahir.

Kelainan ini berupa kesempitan pintu atas panggul, kesempitan

bidang tengah pelvis dan kesempitan pintu bawah panggul.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persalinan 1.digilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl-muhammadfa-72… · adanya kontraksi dan retaksi otot-otot rahim. c. Janin Faktor yang

19

B. Kecemasan

1. Definisi Kecemasan

Cemas berasal dari bahasa latin anxius dan dalam bahasa Jerman

angst kemudian menjadi anxiety yang berarti kecemasan, merupakan suatu

kata yang digunakan untuk menggambarkan suatu efek negative. Menurut

Halminton (2006) ansietas atau kecemasan adalah kekhawatiran yang

tidak jelas dan menyebar yang berkaitan dengan persaaan tidak pasti dan

tidak berdaya.Kecemasan adalah respon emosi tanpa objek yang spesifik

yang secara subjektif dialami dan dikomunikasikan secara interpersonal

(Videbeck, 2008),

Ansietas adalah persaaan takut yang tidak jelas dan tidak didukung

oleh situasi, ketika merasa cemas individu merasa tidak nyaman atau takut

atau mungkin mempunyai firasat akan ditimpa malapetaka padahal ia tidak

mengerti mengapa emosi yang mengancam tersebut terjadi, tidak ada

objek yang dapat diidentifikasikan sebagai stimulus ansietas. Ansietas

merupakan alat peringatan internal yang memberikan tanda bahaya kepada

individu.

Pengertian di atas dapat disimpulkan pengertian dari kecemasan

adalah keadaan seseorang yang mengalami perasaan terjepit, terancam,

gelisah serta kekhawatiran atau cemas yang bersifat subjektif dan adanya

aktifitas sistem saraf otonom dalam berespon terhadap ancaman yang tidak

jelas dan spesifik (Videbeck, 2008).

2. Manifestasi Klinis

Menurut Carpenito (2002), Hamilton (2006) ada beberapa tanda dan

gejala cemas antara lain :

a. Fisiologis

Peningkatan frekuensi nadi, peningkatan tekanan darah, peningkatan

frekuensi nafas, diaforesis, suara bergetar/perubahan tanda nada,

palpitasi, gemetar, mual/muntah, sering berkemih, diare, ketakutan

insomnia, kelelahan dan kelemahan, gelisah, pingsan/pusing, rasa panas

dan dingin.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persalinan 1.digilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl-muhammadfa-72… · adanya kontraksi dan retaksi otot-otot rahim. c. Janin Faktor yang

20

b. Emosional

Individu merasakan ketakutan, rasa tidak berdaya, gugup dan

kehilangan percaya diri, pada orang cemas individu merasakan

ketegangan, kehilangan kontrol dan tidak dapat rileks.

Antisipasi ketegangan individu memperlihatkan peka rangsang/tidak

sabar, cenderung menyalahkan orang lain, marah meledak, reaksi

terkejut, menangis, mengkritik diri sendiri dan kurang inisiatif

mengutuk diri sendiri.

c. Kognitif

Individu tidak mampu berkonsentrasi dengan baik, memperlihatkan

kurangnya orientasi lingkungan, pelupa, termenung, individu

berorientasi pada masa lalu daripada saat ini dan akan datang, individu

tampak perhatian yang berlebihan dan memblok pikiran.

3. Tingkatan Kecemasan

Menurut Videbeck (2008) dan Hamilton (2006) membagi kecemasan

menjadi empat tingkat antara lain ansietas ringan, ansietas sedang, ansietas

berat dan ansietas panik yaitu :

a. Cemas ringan

Ansietas atau cemas ringan diperlukan seseorang untuk dapat berespon

secara efektif terhadap lingkungan dan kejadian, berhubungan dengan

ketegangan otot ringan, sadar akan lingkungan dan rileks atau sedikit

gelisah. Pada keadaan cemas ringan respon emosional sedikit tidak

sabar, aktifitas menyendiri, terstimulasi dan tenang. Seorang cemas

ringan dijumpai hal-hal sebagai berikut :

Lapangan persepsi luas, terlihat percaya diri dan tenang, waspada dan

memperhatikan banyak hal, mempertimbangakn informasi, Cenderung

untuk tidur.

b. Cemas sedang

Cemas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada suatu

hal dan mengesampingkan yang lain, kepercayaan diri goyah,

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persalinan 1.digilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl-muhammadfa-72… · adanya kontraksi dan retaksi otot-otot rahim. c. Janin Faktor yang

21

ketegangan otot sedang sehingga seseorang mengalami tidak perhatian

secara selektif. Seseorang dengan kecemasan sedang biasanya

menunjukan keadaan seperti :

Lapang persepsi menurun, perubahan suara: bergetar, nada suara tinggi,

pupil dilatasi, mulai berkeringat, kewaspadaan dan ketegangan

meningkat, peningkatan tanda-tanda vital, respon yang muncul adalah :

Respon fisik sering berkemih, pola tidur berubah, respon kognitif

rentang perhatian menurun

Respon emosional : Mudah tersinggung, banyak pertimbangan.

c. Cemas berat

Kecemasan ini menyebabkan persepsi terkurangi sehingga cenderung

terjadi penurunan ketrampilan kognitif menurun secara signifikan,

individu yang mengalami ansietas berat sulit untuk berfikir dan

melakukan pertimbangan, pada ansietas berat individu memperlihatkan

kegelisahan, iritabilitas atau menggunakan cara psikomotor-emosional

yang sama lainnya untuk melepas ketegangan. Hal-hal yang sering

dijumpai pada seseorang dengan cemas berat adalah :

1) Lapang persepsi terbatas, proses berfikir terpecah-pecah, ketika

diinstrusikan untuk melakukan sesuatu tidak dapat berkonsentrasi.

2) Tidak mampu mempertimbangkan iinformasi

3) Hiperventilasi, takikardi, pengeluaran keringat meningkat

4) Berkomunikasi sulit dipahami, berteriak, gemetar

5) Kontak mata buruk, menaruk diri, kebutuhan ruang gerak

meningkat

d. Cemas panik

Kecemasan yang berhubungan dengan ketakutan dan teror, individu

akan mengalami panik dan tidak mampu mengontrol persepsi

walaupun dengan pengarahan, terjadi peningkatan aktifitas motorik

menurunkan kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain. Panik

merupakan disorganisasi kepribadian, pada keadaan panik hormon

stres dan neurotransmiter berkurang.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persalinan 1.digilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl-muhammadfa-72… · adanya kontraksi dan retaksi otot-otot rahim. c. Janin Faktor yang

22

Hal-hal yang dapat dijumpai dengan keadaan cemas panik adalah :

1) Tanda-tanda vital meningkat kemudian menurun

2) Pikiran tidak logis hilang kemampuan mengingat, individu pada

keadaan panik tidak dapat melihat atau memahami situasi.

3) Halusinasi, waham, ilusi mungkin terjadi dan keadaan saat panik

individu tidak dapat tidur.

4) Pikiran tidak logis, terganggu dan tidak rasional

Bagan 1. Rentang Respon Cemas menurut Videbeck (2008).

C. Kecemasan Pada Ibu Bersalin

Kecemasan dapat meningkatkan resiko dalam proses persalinan

yaitu mengenai keadaan jalan lahir dan bayi akan dilahirkan. Hal ini tidak

dikemukakan berlebih karena akan dapat merugikan ibu hamil itu sendiri.

Banyak wanita takut akan nyeri persalinan atau kerusakan sebaab mereka

tidak mengetahui tentang anatomi dan proses persalinan. Perempuan

mengespresikan mengenai perilaku selama hamil sampai proses persalinan

dan bagaimana seseorang untuk menerima dirinya dan berperilaku (Bobak,

2005).

Proses persalinan adalah saat yang menegangkan bagi seorang ibu.

Kebanyakan ibu mengalamin kecemasan, rasa tidak nyaman, rasa sakit

menjelang persalinan dan selama melahirkan serta ketakutan akan

kerusakan jalan lahir. Rasa takut dapat timbul karena kekhawatiran akan

proses melahirkan yang aman untuk dirinya dan bagi bayi yang

dikandungnya (Bobak, 2005).

RENTANG RESPON

CEMAS

Respon

adaptif

Respon

maladaptif

Antisipasi Panik Ringan Sedang Berat

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persalinan 1.digilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl-muhammadfa-72… · adanya kontraksi dan retaksi otot-otot rahim. c. Janin Faktor yang

23

Perasaan tidak enak, takut dan ragu-ragu akan persalinan yang

akan dihadapi kerap melanda ibu, meliputi perasaan “apakah persalinan

akan berjalan normal, apakah bayinya normal atau tidak dan lain-lain”

serta ketidakpastian yang harus bercampur rasa sakit yang luar biasa.

Reaksi ibu saat bersalin bersifat sangat individual, tergantung dengan daya

tahannya terhadap rasa sakit dan mental. Ibu yang siap mental akan

menjalani persalinan dengan tenang (Simkin, 2005).

D. Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Lama Persalinan

Kecemasan yang dirasakan ibu hamil akan berdampak pada janin

yang dikandungnya, pikiran negatif dapat berdampak buruk bagi ibu hamil

dan janin yang dikandungnya. Ibu hamil yang sering kali merasa khawatir

bahkan stres memiliki kecenderungan untuk melahirkan bayi prematur.

Hal ini terjadi karena stres dan kecemasan memicu produksi Cortiotrophin

Releasing Hormone (CRH), hormon ini juga memiliki fungsi sebagai

“tanda” bila persalinan akan tiba. Janin dalam rahim dapat merespon apa

yang sedang dirasakan ibunya seperti detak jatung ibu. Semakin cepat

detak jantung ibu semakin cepat pula pergerakan janin dalam rahim. Ibu

hamil yang mengalami kecemasan atau stres maka detak jantung akan

meningkat dan dia akan melahirkan bayi prematur atau lebih kecil dari

bayi normal lainnya bahkan mengalami keguguran (Walsh, 2008).

Hormon yang dominan pada saat kehamilan yaitu estrogen dan

progesteron, hormon estrogen berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas

otot rahim dan memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti

rangsangan oksitosin, rangsangan prostalgandin dan rangsangan mekanis

sedangkan progesteron berfungsi menurunkan sensitivitas otot rahim,

menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti oksitosin,

rangsangan prostalgandin, rangsangan mekanis dan menyebabkan otot

rahim dan otot polos relaksasi.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persalinan 1.digilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl-muhammadfa-72… · adanya kontraksi dan retaksi otot-otot rahim. c. Janin Faktor yang

24

Pada kehamilan kedua hormon tersebut berada dalam keadaan

seimbang, sehingga kehamilan bisa dipertahankan. Perubahan

keseimbangan kedua hormon tersebut menyebabkan oksitosin dikeluarkan

oleh hipofise parst posterior dapat menimbulkan kontraksi dalam bentuk

Braxton Hicks. Kontraksi ini akan menjadi kekuatan yang dominan pada

saat persalinan dimulai, makin tua kehamilan maka frekuensi kontraksi

semakin sering. Oksitosin bekerja bersama atau melalui prostaglandin

yang makin meningkat mulai umur kehamilan minggu ke -15 sampai

aterm (Walsh, 2008).

Faktor psikologi juga dapat mempengaruhi pengeluaran oksitosin,

seperti yang bahwa kekhawatiran dapat meningkatkan produksi adrenalin

yang menghambat aktivitas uterus dan mungkin menyebabkan persalinan

lama, karena dari rangsangan psikologis tersebut hipotalamus akan

menerima informasi melalui system saraf dan informasi ini akan disatukan

dalam hipotalamus itu sendiri dan kemudian dari hipotalamus akan

memerintahkan hipofisis untuk mengeluarkan adrenalin sehingga produksi

adrenalin meningkat dan dapat menghambat aktivitas uterus dan

dimungkinkan dapat menyebabkan persalinan lama.

Kecemasan akan menyebabkan nyeri yang dapat meningkatkan

sekresi adrenalin dan katekolamin sehingga terjadi peningkatan cardiac

output, irama dan denyut jantung, gastrointestinal dan tekanan darah yang

akan menyebabkan hiperventilasi serebral dan aliran darah uterus menjadi

vasokonstriksi, keseimbangan asam basa menjadi berubah menimbulkan

alkalosis maternal (yang mana mungkin menyebabkan hipoksia janin),

mual dan muntah, mengganggu aktivitas uterus dengan adanya penurunan

kontraksi (katekolamin) dan menggangu fungsi kandung kemih, dengan

terhambatnya miometrium dalam berkontraksi dan beretraksi maka proses

pemendekan dan penebalan segmen atas uterus berkurang sehingga janin

kurang terdorong ke bawah yang menyebabkan penekanan pada servik

kurang maksimal. Begitu juga kerja dari segmen bawah kurang yang

seharusnya terjadi penarikan oleh segmen atas uterus tapi karena segmen

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persalinan 1.digilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl-muhammadfa-72… · adanya kontraksi dan retaksi otot-otot rahim. c. Janin Faktor yang

25

atas kurang maksimal dalam berkontraksi dan beretraksi sehingga tarikan

ke segmen bawah uterus juga kurang maksimal, oleh karena itu proses

effacement dan dilatasi servik akan berlangsung lebih lama dan dapat

terjadi persalinan lama (Simkin, 2005).

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persalinan 1.digilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl-muhammadfa-72… · adanya kontraksi dan retaksi otot-otot rahim. c. Janin Faktor yang

26

E. Kerangka Teori

Bagan 2 Kerangka Teori

Kerangka Teori Penelitian

Sumber Modifikasi: Manuaba, 2006; Videbeck, 2008; Wiknjosastro,2002; Bobak, 2005.

F. Kerangka konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

Bagan 3. Kerangka Konseptual Penelitian

G. Variabel Penelitian

1. Variabel Independent (bebas)

Variabel Independent (bebas) dalam penelitian ini adalah tingkat

kecemasan.

2. Variabel Dependent (terikat)

Variabel Dependent (terikat) dalam penelitian ini adalah lama

persalinan.

Faktor yang

mempengaruhi

lamanya

persalinan Ibu :

1. Umur

2. Paritas

3. Keadaan His

4. Keadaan

Panggul

5. Keadaan janin

dan besar

janin

6. Kecemasan

Lama

persalinan

Tingkat kecemasan Lama persalinan

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persalinan 1.digilib.unimus.ac.id/files//disk1/146/jtptunimus-gdl-muhammadfa-72… · adanya kontraksi dan retaksi otot-otot rahim. c. Janin Faktor yang

27

H. Hipotesis

Hipotesa penelitian yang diajukan dalam penelitian adalah : Ada

hubungan yang bermakna antara tingkat kecemasan ibu bersalin dengan lama

persalinan kala 1 fase aktif di Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal.