BAB I PENDAHULUAN A. Latar...

30
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Osteoarthritis merupakan penyakit tipe paling umum dari arthritis, dan dijumpai khusus pada orang lanjut usia atau sering disebut penyakit degeneratif. Osteoarthritis merupakan penyakit persendian yang kasusnya paling umum dijumpai di dunia (Bethesda, 2013). Berdasarkan National Centers for Health Statistics, diperkirakan 15,8 juta (12%) orang dewasa antara usia 25-74 tahun mempunyai keluhan osteoarthritis (Anonim, 2011). Prevalensi dan tingkat keparahan osteoarthritis berbeda-beda antara rentang dan lanjut usia (Hansen & Elliot, 2005). Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2004, diketahui bahwa osteoarthritis diderita oleh 151 juta jiwa di seluruh dunia dan mencapai 24 juta jiwa di kawasan Asia Tenggara. Osteoarthritis adalah penyakit kronis yang belum diketahui secara pasti penyebabnya, akan tetapi ditandai dengan kehilangan tulang rawan sendi secara bertingkat (Murray, 1996). Penyakit ini menyebabkan nyeri dan disabilitas pada penderita sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Di Inggris, sekitar 1,3-1,75 juta mengalami gejala osteoarthritis sementara di Amerika Syarikat, 1 dari 7 orang dewasa menderita osteoarthritis. Osteoarthritis menempati tempat urutan kedua setelah penyakit kardiovaskular sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik di dunia barat. Secara keseluruhan, sekitar 10 sampai 15% orang dewasa yang berusia di atas 60 tahun menderita

Transcript of BAB I PENDAHULUAN A. Latar...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70860/potongan/S1-2014...Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari pelindung sendi. Kontraksi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Osteoarthritis merupakan penyakit tipe paling umum dari arthritis, dan

dijumpai khusus pada orang lanjut usia atau sering disebut penyakit

degeneratif. Osteoarthritis merupakan penyakit persendian yang kasusnya

paling umum dijumpai di dunia (Bethesda, 2013). Berdasarkan National

Centers for Health Statistics, diperkirakan 15,8 juta (12%) orang dewasa antara

usia 25-74 tahun mempunyai keluhan osteoarthritis (Anonim, 2011). Prevalensi

dan tingkat keparahan osteoarthritis berbeda-beda antara rentang dan lanjut

usia (Hansen & Elliot, 2005).

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2004, diketahui

bahwa osteoarthritis diderita oleh 151 juta jiwa di seluruh dunia dan mencapai

24 juta jiwa di kawasan Asia Tenggara. Osteoarthritis adalah penyakit kronis

yang belum diketahui secara pasti penyebabnya, akan tetapi ditandai dengan

kehilangan tulang rawan sendi secara bertingkat (Murray, 1996). Penyakit ini

menyebabkan nyeri dan disabilitas pada penderita sehingga mengganggu

aktivitas sehari-hari.

Di Inggris, sekitar 1,3-1,75 juta mengalami gejala osteoarthritis

sementara di Amerika Syarikat, 1 dari 7 orang dewasa menderita osteoarthritis.

Osteoarthritis menempati tempat urutan kedua setelah penyakit kardiovaskular

sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik di dunia barat. Secara keseluruhan,

sekitar 10 sampai 15% orang dewasa yang berusia di atas 60 tahun menderita

Page 2: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70860/potongan/S1-2014...Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari pelindung sendi. Kontraksi

2

osteoarthritis (Reginster, 2002). Dampak ekonomi, psikologi dan sosial dari

osteoarthritis sangat besar, tidak hanya untuk penderita, tetapi juga keluarga

dan lingkungan (Wibowo, 2003).

Prevalensi osteoarthritis total di Indonesia 34,3 juta orang pada tahun

2002 dan mencapai 36,5 juta orang pada tahun 2007. Diperkirakan 40% dari

populasi usia diatas 70 tahun menderita osteoarthritis, dan 80% pasien

osteoarthritis mempunyai keterbatasan gerak dalam berbagai derajat dari

ringan sampai berat yang berakibat mengurangi kualitas hidupnya karena

prevalensi yang cukup tinggi. Oleh karena sifatnya yang kronik-progresif,

osteoarthritis mempunyai dampak sosio-ekonomi yang besar, baik di negara

maju maupun di negara berkembang. Diperkirakan 1 sampai 2 juta orang lanjut

usia di Indonesia menderita cacat karena osteoarthritis (Soeroso, 2006)

Prevalensi osteoarthritis lutut pada pasien wanita berumur 75 tahun ke atas

dapat mencapai 35% dari jumlah kasus yang ada.

Dari aspek karakteristik umum pasien yang didiagnosis penyakit sendi

osteoarthritis, menurut Arthritis Research UK (2012), memperlihatkan bahwa

usia, jenis kelamin, obesitas, ras/genetik, dan trauma pada sendi mempunyai

kolerasi terhadap terjadinya osteoarthritis. Prevalensi penyakit osteoarthritis

meningkat secara dramatis di antara orang yang memiliki usia lebih dari 50

tahun. Hal ini adalah karena terjadi perubahan yang berkait dengan usia pada

kolagen dan proteoglikan yang menurunkan ketegangan dari tulang rawan

sendi dan juga karena pasokan nutrisi yang berkurang untuk tulang rawan

(Lozada, 2013).

Page 3: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70860/potongan/S1-2014...Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari pelindung sendi. Kontraksi

3

Wanita juga lebih cenderung terkena penyakit osteoarthritis dibanding

pria karena pinggul wanita lebih luas dan lebih memberikan tekanan jangka

panjang pada lutut mereka. Selain itu, faktor sosial seperti pekerjaan yang

dilakukan seharian juga mempengaruhi timbulnya osteoarthritis, terutama pada

atlet dan orang-orang yang pekerjaannya memerlukan gerakan berulang

(pekerja landskap, mangetik atau mengoperasikan mesin), memiliki risiko lebih

tinggi terkena osteoarthritis. Hal ini adalah karena terjadinya cedera dan

meningkatkan tekanan pada sendi tertentu (Anonim, 2013a).

Gaya hidup juga mempengaruhi kehidupan seseorang yang menderita

penyakit osteoarthritis. Perubahan gaya hidup dan pengobatan yang dilakukan

dapat membantu mengurangi keluhan osteoarthritis. Perubahan berat badan

dapat meningkatkan tekanan pada bagian sendi, terutamanya pada bagian lutut

dan pinggul. Diet yang sehat diperlukan untuk mengurangi berat badan. Pola

makan yang sehat berserta olahraga dapat menurunkan terjadinya osteoarthritis

(Anonim, 2013b). Menurut The American Geriatrics Society (2001), kurang

aktifitas fisik dikenal sebagai faktor risiko untuk banyak penyakit pada

populasi manula dan peningkatan aktifitas fisik pada pasien osteoarthritis akan

menurunkan morbiditas dan mortalitas.

Pada osteoarthritis primer/generalisata yang pada umumnya bersifat

familial, dapat pula menyerang sendi-sendi tangan, terutama sendi interfalang

distal (DIP) dan interfalang proksimal (PIP) (Elin dkk, 2008). Sampai saat ini

masih belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan osteoarthritis.

Pengobatan yang ada hingga saat ini hanya berfungsi untuk mengurangi nyeri

Page 4: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70860/potongan/S1-2014...Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari pelindung sendi. Kontraksi

4

dan mempertahankan fungsi dari sendi yang terkena. Ada tiga tujuan utama

yang ingin dicapai dalam proses terapi osteoarthritis, yaitu untuk mengontrol

nyeri dan gejala lainnya, untuk mengatasi gangguan pada aktivitas sehari-hari,

dan untuk menghambat proses penyakit. Pilihan pengobatan dapat berupa

olahraga, kontrol berat badan, perlindungan sendi, terapi fisik dan obat-obatan.

Bila semua pilihan terapi tersebut tidak memberikan hasil, dapat

dipertimbangkan untuk dilakukan tindakan pembedahan pada sendi yang

terkena (Anonim, 2006).

Prosedur pembedahan (misal osteotomi, pengangkatan sendi,

penghilangan osteofit, artroplasti parsial atau total, joint fusion) diindikasikan

untuk pasien dengan rasa sakit parah yang tidak memberikan respon terhadap

terapi konservatif atau rasa sakit yang menyebabkan ketidakmampuan

fungsional substansial dan mampu mempengaruhi gaya hidup (Elin dkk, 2008).

Gambaran karakteristik pasien dan pola pengobatan osteoarthritis dapat

digunakan sebagai acuan dalam meningkatkan mutu pelayanan medis terhadap

pasien osteoarthritis serta dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Dengan

mengetahui karakteristik pasien osteoarthritis di RSUP Dr. Sardjito,

Yogyakarta pada tahun 2013, diperoleh gambaran spesifik tentang faktor-

faktor risiko penderita osteoarthritis yang bersesuaian dengan hasil teori dan

dikaitkan dengan pola pengobatannya.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70860/potongan/S1-2014...Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari pelindung sendi. Kontraksi

5

B. Perumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Seperti apakah karakteristik pasien osteoarthritis dilihat dari usia, jenis

kelamin, jenis pendidikan, jenis pekerjaan, body mass index (BMI), lokasi

nyeri, skor nyeri, riwayat penyakit penyerta, dan komplikasi di RSUP Dr.

Sardjito, Yogyakarta pada periode Januari 2013–Desember 2013?

2. Seperti apa pola pengobatan osteoarthritis yang diberikan pada pasien

osteoarthritis? Adakah sesuai dengan Guideline The Care and Managment

of Osteoarthritis in Adults (2008) yang diacu?

3. Bagaimana outcome pengobatan setelah pasien mendapatkan terapi

osteoarthritis?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui karakteristik pasien dan melihat keterkaitan antara

terjadinya prevalensi osteoarthritis berdasarkan usia, jenis kelamin, jenis

pendidikan, jenis pekerjaan, body mass index (BMI), lokasi nyeri, skor

nyeri, riwayat penyakit penyerta, dan komplikasi pada pasien osteoarthritis

di RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta pada periode Januari 2013-Desember

2013.

2. Untuk mengetahui perbandingan pola pengobatan secara umum pada pasien

osteoarthritis di RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta tahun 2013 dengan

kesesuaian berdasarkan Guideline The Care and Managment of

Osteoarthritis in Adults (2008).

Page 6: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70860/potongan/S1-2014...Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari pelindung sendi. Kontraksi

6

3. Untuk mengetahui outcome pengobatan setelah pasien diberikan pengobatan

pada penyakit osteoarthritis.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini secara teoritis mempunyai manfaat yang dapat digunakan untuk:

1. Mendapatkan informasi mengenai data demografi pasien osteoarthritis di

RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta terutama dalam penatalaksanaan

pengobatan pasien dan efektifitas pengobatan.

2. Memberikan informasi tentang penyakit osteoarthritis dengan lebih

mendalam, sehingga diharapkan dapat bekerjasama dengan pemerintah atau

pihak terkait lainnya dalam menurunkan insidensi osteoarthritis.

3. Meningkatkan kualitas pelayanan farmasi di rumah sakit dengan

membandingkan pengetahuan farmakoterapi yang rasional.

E. Tinjauan Pustaka

1. Osteoarthritis

a. Definisi

Osteoarthritis merupakan penyakit yang berkembang dengan

lambat, biasa mempengaruhi sendi diartrodial perifer dan rangka aksial.

Penyakit ini ditandai dengan kerusakan dan hilangnya kartilago artikular

yang berakibat pada pembetukan osteofit, rasa sakit, pergerakan yang

terbatas, deformitas, dan ketidakmampuan. Inflamasi dapat terjadi atau

tidak pada sendi yang dipengaruhi (Elin dkk, 2008).

Page 7: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70860/potongan/S1-2014...Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari pelindung sendi. Kontraksi

7

b. Epidemiologi

Insidensi dan prevalensi osteoarthritis bervariasi pada masing-

masing negara, tetapi data pada berbagai negara menunjukkan, bahwa

arthritis jenis ini adalah yang paling banyak ditemui, terutama pada

kelompok usia dewasa dan lanjut usia. Prevalensinya meningkat sesuai

pertambahan usia (Bethesda, 2013).

Prevalensi meningkat dengan meningkatnya usia dan pada data

radiografi menunjukkan bahwa osteoarthritis terjadi pada sebagian besar

usia lebih dari 65 tahun, dan pada hampir setiap orang pada usia 75

tahun (Hansen & Elliot, 2005). Osteoarthritis ditandai dengan terjadinya

nyeri pada sendi, terutamanya pada saat bergerak (Priyanto, 2008).

c. Patogenesis

Berdasarkan penyebabnya, osteoarthritis dibedakan menjadi dua,

yaitu osteoarthritis primer dan osteoarthritis sekunder. Osteoarthritis

primer atau dapat disebut osteoarthritis idiopatik, yang tidak memiliki

penyebab yang pasti (tidak diketahui) dan tidak disebabkan oleh

penyakit sistemik maupun proses perubahan lokal sendi. Osteoarthritis

sekunder terjadi disebabkan oleh inflamasi, kelainan sistem endokrin,

metabolik, pertumbuhan, faktor keturunan (herediter), dan immobilisasi

yang terlalu lama. Kasus osteoarthritis primer lebih sering dijumpai pada

praktek sehari-hari dibandingkan dengan osteoarthritis sekunder

(Soeroso dkk, 2006).

Page 8: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70860/potongan/S1-2014...Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari pelindung sendi. Kontraksi

8

Selama ini osteoarthritis sering dipandang sebagai akibat dari proses

penuaan dan tidak dapat dihindari. Namun telah diketahui bahwa

osteoarthritis merupakan gangguan keseimbangan dari metabolism

kartilago dengan kerusakan struktur yang penyebabnya masih belum

jelas diketahui (Soeroso dkk, 2006). Kerusakan tersebut dapat diawali

oleh kegagalan mekanisme lain sehingga pada akhirnya menimbulkan

cedera (Felson, 2008).

Klasifikasi osteoarthritis dapat dilihat pada tabel I seperti berikut:

Tabel I. Klasifikasi Osteoarthritis

Primer (Idiopatik) Sekunder

Lokalisasi

Mempengaruhi satu atau

dua sendi

General

Memperngaruhi tiga atau

lebih sendi

Erosif

Menggambarkan adanya

erosi dan tanda proliferasi

di proksimal dan distal sendi interfarangeal tangan

Trauma-akut/kronis

Gangguan sendi yang mendasari

Lokal (Fraktur/Infeksi)

Difusi (Rheumatoid arthritis)

Metabolik sistemik atau gangguan endokrin

Penyakit Hati Wilson

Akromegali

Hiperparatiroidisme

Hemokhromatosis

Penyakit Paget Diabetes mellitus

Obesitas

Gangguan neuropatik

Penggunaan intra-artikular kortikosteroid yang

berlebihan

Nekrosis avaskular

Displasia tulang

(Felson dkk, 2000 dan Mankin & Brandt, 2001)

Mekanisme pertahanan sendi diperankan oleh pelindung sendi, yaitu

kapsula dan ligamen sendi, otot-otot, saraf sensori aferen dan tulang

dasarnya. Kapsula dan ligamen-ligamen sendi memberikan batasan pada

rentang gerak (range of motion) sendi (Felson, 2008).

Page 9: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70860/potongan/S1-2014...Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari pelindung sendi. Kontraksi

9

Cairan sendi (sinovial) mengurangi gesekan antar kartilago pada

permukaan sendi sehingga mencegah terjadinya keletihan kartilago

akibat gesekan. Protein yang disebut dengan lubricin merupakan protein

pada cairan sendi yang berfungsi sebagai pelumas. Protein ini akan

berhenti disekresikan apabila terjadi cedera dan peradangan pada sendi

(Felson, 2008).

Ligamen, bersama dengan kulit dan tendon, mengandung suatu

mekanoreseptor yang tersebar di sepanjang rentang gerak sendi. Umpan

balik yang dikirimkan memungkinkan otot dan tendon mampu

memberikan tegangan yang cukup pada titik-titik tertentu ketika sendi

sedang bergerak (Felson, 2008).

Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari

pelindung sendi. Kontraksi otot yang terjadi ketika pergerakan sendi

memberikan tenaga dan akselerasi yang cukup pada anggota gerak untuk

menyelesaikan tugasnnya. Kontraksi otot tersebut turut meringankan

tekanan yang terjadi pada sendi dengan cara melakukan deselerasi

sebelum terjadi tumbukan (impact). Tumbukan yang diterima akan

didistribusikan ke seluruh permukaan sendi sehingga meringankan

dampak yang diterima. Tulang di balik kartilago memiliki fungsi untuk

menyerap goncangan yang diterima (Felson, 2008).

Kartilago berfungsi sebagai pelindung sendi. Kartilago dilumasi

oleh cairan sendi sehingga mampu menghilangkan gesekan antar tulang

yang terjadi ketika bergerak. Kekakuan kartilago yang dapat

Page 10: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70860/potongan/S1-2014...Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari pelindung sendi. Kontraksi

10

dimampatkan berfungsi sebagai penyerap tumbukan yang diterima sendi.

Perubahan pada sendi sebelum timbulnya osteoarthritis dapat terlihat

pada kartilago sehingga penting untuk mengetahui lebih lanjut tentang

kartilago (Felson, 2008).

Terdapat dua jenis makromolekul utama pada kartilago, yaitu

kolagen tipe dua dan aggrekan. Kolagen tipe dua terjalin dengan ketat,

membatasi molekul-molekul aggrekan di antara jalunan-jalinan kolagen.

Aggrekan adalah molekul proteoglikan yang berikatan dengan asam

hialuronat dan memberikan kepadatan pada kartilago (Felson, 2008).

Kondrosit merupakan sel yang tedapat dijaringan avaskular,

mensintesis seluruh elemen yang terdapat pada matriks kartilago.

Kondrosit menghasilkan enzim pemecah matriks, yaitu sitokin

[Interleukin-1 (IL-1), Tumor Necrosis Factor (TNF)], dan juga faktor

pertumbuhan. Umpan balik yang diberikan enzim tersebut akan

merangsang kondrosit untuk melakukan sintesis dan membentuk

molekul-molekul matriks yang baru. Pembentukan dan pemecahan ini

dijaga keseimbangannya oleh sitokin faktor pertumbuhan, dan faktor

lingkungan (Felson, 2008).

Kondrosit mensintesis metalloproteinase matriks (MPM) untuk

memecah kolagen tipe dua dan aggrekan. MPM memiliki tempat kerja di

matriks yang dikelilingi oleh kondrosit. Namun pada fase awal

osteoarthritis, aktivitas serta efek dari MPM menyebar hingga ke bagian

permukaan dari kartilago (Felson, 2008).

Page 11: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70860/potongan/S1-2014...Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari pelindung sendi. Kontraksi

11

Stimulasi dari sitokin terhadap cedera matriks adalah menstimulasi

pergantian matriks, namun stimulasi IL-1 yang berlebih malah memicu

proses degradasi matriks. TNF menginduksi kondrosit untuk mensintesis

prostaglandin (PG), oksida nitrit (NO), dan protein lainnya yang

memiliki efek terhadap sintesis dan degradasi matriks. TNF yang

berlebihan mempercepat proses pembentukan tersebut. NO yang

dihasilkan akan menghambat sintesis aggrekan dan meningkatkan proses

pemecahan protein pada jaringan. Hal ini berlangsung pada proses awal

timbulnya osteoarthritis (Felson, 2008).

Kartilago memiliki metabolisme yang lambat, dengan pergantian

matriks yang lambat dan keseimbangan yang teratur antara sintesis

dengan degradasi. Namun pada fase awal perkembangan osteoarthritis,

kartilago sendi memiliki metabolisme yang sangat aktif (Felson, 2008).

Pada proses timbulnya osteoarthritis, kondrosit yang terstimulasi

akan melepaskan aggrekan dan kolagen tipe dua yang tidak adekuat ke

kartilago dan cairan sendi. Aggrekan pada kartilago akan sering habis

serta jalinan-jalinan kolagen akan mudah mengendur. Kegagalan dari

mekanisme pertahanan oleh komponen pertahanan sendi akan

meningkatkan kejadian osteoarthritis pada daerah sendi (Felson, 2008).

d. Faktor risiko

Risiko terkena osteoarthritis juga dapat berubah dari waktu ke

waktu tergantung pada usia dan gaya hidup seseorang. Terdapat

Page 12: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70860/potongan/S1-2014...Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari pelindung sendi. Kontraksi

12

beberapa faktor risiko yang dapat dilihat pada pasien osteoarthritis

secara umumnya seperti berikut (Anonim, 2006):

1). Usia

Prevalensi dan keparahan osteoarthritis meningkat sering dengan

dengan bertambahnya usia seseorang. Semakin meningkat usia

seseorang, semakin bertambah rasa nyeri dan keluhan pada sendi.

2). Berat badan

Semakin tinggi berat badan seseorang, semakin besar kemungkinan

seseorang untuk menderita osteoarthritis. Hal ini adalah disebabkan

karena seiring dengan bertambahnya berat badan seseorang, beban

yang akan diterima oleh sendi pada tubuh makin besar. Beban yang

diterima oleh sendi akan memberikan tekanan pada bagian sendi

yang berpengaruh, contohnya pada bagian lutut dan pinggul.

3). Trauma

Trauma pada sendi atau pengunaan sendi secara berlebihan. Atlet

dan orang-orang yang memiliki pekerjaan yang memerlukan

gerakan berulang memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena

osteoarthritis karena mengalami kecederaan dan peningkatan

tekanan pada sendi tertentu. Selain itu, terjadi juga pada sendi

dimana tulang telah retak dan telah dilakukan pembedahan.

4). Genetika

Genetika memainkan peranan dalam perkembangan osteoarthritis.

Kelainan warisan tulang mempengaruhi bentuk dan stabilitas sendi

Page 13: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70860/potongan/S1-2014...Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari pelindung sendi. Kontraksi

13

dapat menyebabkan osteoarthritis. Nodus Herberden adalah 10 kali

lebih banyak terjadi pada wanita dibanding laki-laki, dengan risiko

dua kali lipat jika ibu kepada wanita itu mengalami osteoarthritis

(Hansen & Elliot, 2005). Nodus Herberden dan Nodus Bouchard

terjadi pada bagian sendi pada tangan.

5). Kelemahan pada otot

Kelemahan pada otot-otot sekeliling sendi dapat menyebabkan

terjadinya osteoarthritis. Kelemahan otot dapat berkurang

disebabkan oleh faktor usia, inaktivasi akibat nyeri atau karena

adanya peradangan pada sendi.

6). Nutrisi

Metabolisme normal dari tulang tergantung pada adanya vitamin D.

Kadar vitamin D yang rendah di jaringan dapat mengganggu

kemampuan tulang untuk merespons secara optimal proses

terjadinya osteoarthritis dan akan mempengaruhi perkembangannya.

Kemungkinan vitamin D mempunyai efek langsung terhadap

kondrosit di kartilago yang mengalami osteoarthritis, yang terbukti

membentuk kembali reseptor vitamin D.

Berdasarkan Panel on Exercise and Osteoarthritis, Exercise

Prescription for Older Adult with Osteoarthritis Pain; The American

Geriatrics Society (2001), faktor risiko osteoarthritis dapat dilihat pada

tabel II seperti berikut:

Page 14: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70860/potongan/S1-2014...Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari pelindung sendi. Kontraksi

14

Tabel II. Faktor Risiko Osteoarthritis

Dapat diubah Potensial dapat

diubah

Tidak dapat

diubah

Kegemukan/obesitas Trauma Umur

Kelemahan otot Berkurangnya

propriception

Jenis kelamin

Tidak aktif Biomekanik sendi yang jelek

Keturunan

Aktifitas fisik berat Kogenital

e. Tanda-tanda dan gejala klinis

Gejala pada penyakit osteoarthritis bervariasi, tergantung pada

sendi yang terkena dan seberapa parah sendinya berpengaruh. Namun,

gejala yang paling umum adalah kekakuan, terutamanya terjadi pada

pagi hari atau setelah istirahat, dan nyeri. Sendi yang sering terkena

adalah punggung bawah, pinggul, lutut, dan kaki. Ketika terkena di

daerah sendi tersebut akan mengalami kesulitan untuk melakukan

kegiatan seperti berjalan, menaiki tangga, dan mengangkat suatu beban.

Bagian lain yang sering terkena juga adalah leher dan jari, termasuk

pangkal ibu jari. Ketika bagian jari dan sendi tangan terkena,

osteoarthritis dapat membuatkan keadaan bertambah sulit terutamanya

untuk memegang suatu objek dan untuk melakukan pekerjaan (Anonim,

2006).

Pada umumnya, pasien osteoarthritis mengatakan bahwa keluhan-

keluhan yang dirasakan telah berlangsung lama, tetapi berkembang

secara perlahan. Berikut adalah keluhan yang dapat dijumpai pada pasien

osteoarthritis:

Page 15: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70860/potongan/S1-2014...Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari pelindung sendi. Kontraksi

15

1). Nyeri sendi

Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien. Nyeri biasanya

bertambah dengan gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat.

Beberapa gerakan yang tertentu terkdang dapat menimbulkan rasa

nyeri yang melebihi gerakan lain. Perubahan ini dapat ditemukan

meski osteoarthritis masih tergolong dini (secara radiologis)

(Soeroso dkk, 2006).

Kartilago tidak mengandung serabut saraf dan kehilangan

kartilago pada sendi tidak diikuti dengan timbulnya nyeri. Sehingga

dapat diasumsikan nyeri yang timbul pada osteoarthritis berasal dari

luar kartilago (Felson, 2008). Pada penelitian dengan menggunakan

MRI, didapat bahwa sumber dari nyeri yang timbul diduga berasal

dari peradangan sendi (sinovitis), efusi sendi, dan edema sumsum

tulang (Felson, 2008).

Osteofit merupakan salah satu penyebab dari timbulnya rasa

nyeri. Ketika osteofit tumbuh, terjadi proses inervasi neurovascular

yang menembusi bagian dasar tulang hingga ke bagian kartilago

dan menuju ke osteofit yang sedang berkembang. Hal ini yang

menyebabkan timbulnya nyeri (Felson, 2008).

Nyeri juga dapat timbul dari bagian luar sendi, termasuk pada

bagian bursae di dekat sendi. Sumber nyeri yang umum di lutut

adalah akibat dari anserine bursitis dan sindrom iliotibal band

(Felson, 2008).

Page 16: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70860/potongan/S1-2014...Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari pelindung sendi. Kontraksi

16

2). Hambatan gerakan sendi

Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara perlahan

sejalan dengan pertumbuhan rasa nyeri (Soeroso dkk, 2006).

3). Kaku pagi

Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri atau

setelah tidak melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau

duduk di mobil dalam waktu yang cukup lama, bahkan setiap

bangun tidur pada pagi hari (Soeroso dkk, 2006).

4). Krepitasi

Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit.

Gejala ini umum dijumpai pada pasien osteoarthritis lutut. Pada

awalnya hanya berupa perasaan akan adanya sesuatu yang patah

atau remuk oleh pasien atau dokter yang memeriksa. Seiring dengan

perkembangan penyakit, krepitasi dapat terdengar hingga jarak

tertentu (Soeroso dkk, 2006).

5). Pembesaran sendi (deformitas)

Sendi yang terkena secara perlahan dapat membesar (Soeroso dkk,

2006).

6). Pembengkakan sendi yang asimetris

Pembengkakan sendi dapat timbul dikarenakan terjadi efusi pada

sendi yang biasanya tidak banyak (< 100 cc) atau karena adanya

osteofit, sehingga bentuk permukaan sendi berubah (Soeroso dkk,

2006).

Page 17: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70860/potongan/S1-2014...Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari pelindung sendi. Kontraksi

17

7). Tanda-tanda peradangan

Tanda-tanda adanya peradangan pada sendi (nyeri tekan, gangguan

gerak, rasa hangat yang merata, dan warna kemerahan) dapat

dijumpai pada osteoarthritis karena adanya sinovitis. Biasanya

tanda-tanda ini tidak menonjol dan timbul pada perkembangan

penyakit yang lebih jauh. Gejala ini sering dijumpai pada

osteoarthritis lutut (Soeroso dkk, 2006).

8). Perubahan gaya berjalan

Gejala ini merupakan gejala yang membebankan pasien dan

merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien

osteoarthritis, terutamanya pada pasien lanjut usia. Keadaan ini

selalu berhubungan dengan nyeri karena menjadi tumpuan berat

badan terutama pada osteosarthritis lutut (Soeroso dkk, 2006).

f. Diagnosis

Diagnosis osteoarthritis dapat dilakukan mendasari pada gambaran

klinis dan temuan pada hasil radiografis. Antara diagnosis yang sering

dilakukan adalah seperti:

1). Gejala/keluhan utama

Nyeri pada sendi, lokalisasi tidak jelas, nyeri bertambah ketika

terjadi pergerakan dan berkurang ketika beristirahat, nyeri dan kaku

pada sendi pada pagi hari, kaku setelah tidak beraktivitas, umumnya

akan timbul secara perlahan-lahan (Iskandar, 2012).

Page 18: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70860/potongan/S1-2014...Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari pelindung sendi. Kontraksi

18

2). Pemeriksaan fisik

Peradangan pada sendi dapat dilihat karena adanya hipertrofi tulang,

dimana kulit di bagian atasnya berwarna merah, terasa nyeri, dan

juga terdapat Nodus Bouchard pada proksimal interphalangeal yang

dapat terjadi deformitas (kelainan bentuk) (Iskandar, 2012).

3). Pemeriksaan laboratorium

Hasil pemeriksaan darah dan cairan sendi biasanya tidak

menunjukkan kelainan, tetapi laju endap darah (LED) meninggi

(Iskandar, 2012).

4). Gambaran radiologi

Terdapat beberapa metode yang dapat digunnakan untuk

mendapatkan gambaran radiologi, yaitu seperti berikut:

a). Plain radiography

Diagnosis dapat dilakukan menggunakan metode plain

radiography ini karena metode ini merupakan metode yang

cost–effective dan hasilnya dapat diperoleh dalam waktu yang

singkat. Metode radiografi ini dapat menggambarkan terjadinya

hilangnya sendi, atau terdapatnya ruang, serta tulang

subchondral sclerosis dan formasi kista (Lozada, 2013).

b). Computed tomography (CT) scanning

Metode ini jarang digunakan dalam diagnosis osteoarthritis

primer (idiopatik). Namun dapat digunakan dalam mendiagnosis

Page 19: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70860/potongan/S1-2014...Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari pelindung sendi. Kontraksi

19

malaligment dari sendi patellofemoral atau sendi pada kaki dan

pada pergelangan kaki (Lozada, 2013).

c). Magnetic resonance imaging (MRI)

Metode ini tidak perlu dilakukan pada kebanyakan pasien

dengan osteoarthritis, kecuali pada kondisi tertentu yang

mengharuskan menggunakan metode ini. MRI dapat langsung

memvisualisasikan tulang rawan artikular dan jaringan sendi

lainnya (misalnya meniskus, tendon, otot, atau efusi) (Lozada,

2013).

d). Ultrasonography

Metode ini tidak ada peran dalam penilaian klinis rutin bagi

pasien dengan osteoarthritis. Namun, metode ini sedang

diselidiki sebagai alat untuk pemantauan degenerasi tulang

rawan, dan dapat digunakan untuk suntikan pada sendi yang

sukar untuk dilihat tanpa di scan (Lozada, 2013).

e). Bone Scanning

Metode ini mungkin membantu dalam diagnosis awal

osteoarthritis tangan. Selain itu, metode ini juga dapat

membantu membedakan osteoarthritis dari osteomyelitis dan

metastase tulang (Lozada, 2013).

f). Arthrocentesis

Kehadiran cairan sendi peradangan membantu membedakan

osteoarthritis dari penyebab lain dari nyeri sendi. Selain temuan

Page 20: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70860/potongan/S1-2014...Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari pelindung sendi. Kontraksi

20

cairan sinovial yang membantu dalam diferensiasi osteoarthritis

dari kondisi lain adalah adanya gram negatif serta tidak adanya

kristal ketika dilihat dibawah mikroskop (Lozada, 2013).

Sasaran diagnosis osteoarthritis adalah membedakan antara

arthritis primer dan sekunder, serta menegaskan lokasi sendi yang

terkena, keparahan dan respon terhadap terapi sebelumnya, menjadi

dasar pengobatan selanjutnya (Hansen & Elliot, 2005).

g. Prognosis

Prognosis pasien dengan osteoarthritis primer bervariasi dan terkait

dengan sendi yang terlibat. Pasien dengan osteoarthritis sekunder,

prognosisnya terkait dengan faktor penyebab terjadinya osteoarthritis.

Umumnya baik. Sebagian besar nyeri dapat diatasi dengan obat-obat

konservatif. Hanya kasus-kasus berat yang memerlukan pembedahan,

yaitu apabila pengobatan dengan menggunakan obat tidak rasional pada

pasien (Hansen & Elliot, 2005).

h. Derajat Osteoarthritis

Derajat osteoarthritis dapat diberikan berdasarkan temuan-temuan

radiografis. Kriteria osteoarthritis berdasarkan temuan radiografis

dikenal sebagai kriteria Kellgren dan Lawrence yang membagi

osteoarthritis dimulai dari tingkat ringan hingga berat. Perlu diingatkan

bahwa pada awal penyakit, gambaran radiografis sendi masih terlihat

normal (Felson, 2008).

Page 21: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70860/potongan/S1-2014...Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari pelindung sendi. Kontraksi

21

Gambaran radiografi yang menyokong diagnosis osteoarthritis

adalah (Felson, 2008):

1). Penyempitan celah sendi yang seringkali asimetris (lebih berat pada

bagian yang menanggung beban seperti lutut).

2). Peningkatan densitas tulang subkondral (sklerosis).

3). Kista pada tulang.

4). Osteofit pada pinggir sendi.

5). Perubahan struktur anatomi sendi.

2. Klasifikasi Pengobatan Osteoarthritis

Pengobatan penyakit sendi osteoarthritis dapat dilakukan dengan

beberapa terapi, antaranya adalah:

a. Terapi Non Farmakologis

1). Edukasi atau penerangan

Langkah pertama adalah memberikan edukasi pada pasien tentang

penyakit, prognosis, dan pendekatan manajemennya. Selain itu,

diperlukan konseling diet untuk pasien osteoarthritis yang

mempunyai kelebihan berat badan (Elin dkk, 2008).

Ahli bidang kesehatan harus memberikan informasi pada

pasien dengan penyakit osteoarthritis mengikut kesesuaian keadaan

dan keselesaan pasien (Anonim, 2008).

2). Terapi fisik dan rehabilitasi

Terapi fisik dapat dilakukan dengan pengobatan panas atau dingin

dan program olahraga bagi membantu untuk menjaga dan

Page 22: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70860/potongan/S1-2014...Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari pelindung sendi. Kontraksi

22

mengembalikan rentang pergerakan sendi dan mengurangi rasa

sakit dan spasmus otot. Program olahraga dengan menggunakan

teknik isometric didesain untuk menguatkan otot, memperbaiki

fungsi sendi dan pergerakan, dan menurunkan ketidakmampuan,

rasa sakit, dan kebutuhan akan penggunaan analgesik (Elin dkk,

2008).

Alat bantu dan ortotik seperti tongkat, alat pembantu berjalan,

alat bantu gerak, heel cups, dan insole dapat digunakan selama

olahraga atau aktivitas harian (Elin, dkk, 2008). Pasien

osteoarthritis lutut yang memakai sepatu dengan sol tambahan

yang empuk yang bertujuan untuk meratakan pembagian tekanan

akibat berat, dengan demikian akan mengurangi tekanan di lutut

(Bethesda, 2013).

Kompres hangat atau dingin serta olahraga dapat dilakukan

untuk memelihara sendi, mengurangi nyeri, dan menghindari

terjadinya kekakuan (Priyanto, 2008). Kompres hangat atau dingin

ini dilakukan pada bagian sendi yang mengalami nyeri.

3). Penurunan berat badan

Penurunan berat badan dapat diterapkan dengan mempunyai gaya

hidup yang sehat (Iskandar, 2012). Penurunan berat badan dapat

membantu mengurangi beban atau mengurangi gejala pada bagian

yang mengalami penyakit osteoarthritis terutamanya pada lutut dan

pinggul (Felson, 2008).

Page 23: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70860/potongan/S1-2014...Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari pelindung sendi. Kontraksi

23

4). Istirahat

Istirahat yang cukup dapat mengurangi kesakitan pada sendi.

Selain itu juga istirahat dapat menghindari trauma pada persendian

secara berulang (Priyanto, 2008).

b. Terapi Farmakologi

Terapi obat pada osteoarthritis ditargetkan pada penghilangan rasa

sakit. Karena osteoarthritis sering terjadi pada individu lanjut usia yang

memiliki kondisi medis lainnya, diperlukan suatu pendekatan

konservatif terhadap pengobatan obat, antaranya (Elin dkk, 2008):

1). Golongan Analgesik

a). Golongan Analgesik Non Narkotik

(1). Asetaminofen (Analgesik oral)

Asetaminofen menghambat sintesis prostaglandin pada

sistem saraf pusat (SSP). Asetaminofen diindikasikan pada

pasien yang mengalami nyeri ringan ke sedang dan juga

pada pasien yang demam. Obat yang sering digunakan

sebagai lini pertama adalah parasetamol.

(2). Kapsaisin (Analgesik topikal)

Kapsaisin merupakan suatu estrak dari lada merah yang

menyebabkan pelepasan dan pengosongan substansi P dari

serabut syaraf. Obat ini juga bermanafaat dalam

menghilangkan rasa sakit pada osteoarthritis jika digunakan

secara topikal pada sendi yang berpengaruh. Kapsaisin

Page 24: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70860/potongan/S1-2014...Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari pelindung sendi. Kontraksi

24

dapat digunakan sendiri atau kombinasi dengan analgesik

oral atau NSAID. Kapsaisin ini diberikan dalam bentuk

topikal, yaitu dioleskan pada bagian nyeri sendi.

b). Analgesik Narkotika

Analgesik narkotika dapat mengatasi rasa nyeri sedang sampai

berat. Penggunaan dosis obat analgesik narkotika dapat

berguna untuk pasien yang tidak toleransi terhadap pengobatan

asetaminofen, NSAID, injeksi intra-artikular atau terapi secara

topikal. Pemberian narkotika analgesik merupakan intervensi

awal, dan sering diberikan secara kombinasi bersama

asetaminofen. Pemberian narkotika ini harus diawasi karena

dapat menyebabkan ketergantungan.

2). Golongan NSAID

Dalam dosis tunggal antiinflamasi nonsteriod (NSAID)

mempunyai aktivitas analgesik yang setara dengan parasetamol,

tetapi parasetamol lebih banyak dipakai terutamanya pada pasien

lanjut usia.

Dalam dosis penuh yang lazim NSAID dapat sekaligus

memperlihatkan efek analgesik yang bertahan lama yang

membuatnya sangat berguna pada pengobatan nyeri berlanjut atau

nyeri berulang akibat radang. NSAID lebih tepat digunakan

daripada parasetamol atau analgesik opioid dalam arthritis

rematoid dan pada kasus osteoarthritis lanjut.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70860/potongan/S1-2014...Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari pelindung sendi. Kontraksi

25

3). Kortikosteroid

Kortikosteroid berfungsi sebagai anti inflamasi dan digunakan

dalam dosis yang beragam untuk berbagai penyakit dan beragam

individu, agar dapat dijamin rasio manafaat dan risiko setinggi-

tingginya. Kortikosteroid sering diberikan dalam bentuk injeksi

intra-artikular dibandingkan dengan penggunaan oral.

4). Suplemen makanan

Pemberian suplemen makanan yang mengandung glukosamin,

kondroitin yang berdasarkan uji klinik dapat mengurangi gangguan

sendi atau mengurangi simptom osteoarthritis (Priyanto, 2008).

Suplemen makanan ini dapat digunakan sebagai obat tambahan

pada penderita osteoarthritis terutamanya diberikan pada pasien

lanjut usia.

5). Obat osteoarthritis yang lain

a). Injeksi Hialuronat

Asam hialuronat membantu dalam rekonstitusi cairan sinovial,

meningkatkan elastisitas, viskositas dan meningkatkan fungsi

sendi. Obat ini diberikan dalam bentuk garamnya (sodium

hialuronat) melalui injeksi intra-artrikular pada sendi lutut jika

osteoarthritis tidak responsif dengan terapi yang lain (Priyanto,

2008). Dua agen intra-artrikular yang mengandung asam

hialuronat tersedia untuk mengobati rasa sakit yang berkaitan

dengan osteoarthritis lutut.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70860/potongan/S1-2014...Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari pelindung sendi. Kontraksi

26

Injeksi asam hialuronat diberikan pada pasien yang tidak

lagi toleransi terhadap pemberian obat anti nyeri dan anti

inflamasi yang lainnya (Hansen & Elliot, 2005). Injeksi asam

hialuronat diberikan oleh tenaga medis yang mempunyai

keahlian karena kesalahan dalam memberikan injeksi ini akan

memperparah kondisi lutut pasien.

c. Pembedahan

Terapi pembedahan dapat dilakukan pada pasien dengan rasa sakit

parah yang tidak memberikan respon terhadap terapi konservatif atau

rasa sakit yang menyebabkan ketidakmampuan fungsional substansial

dan mempengaruhi gaya hidup (Elin dkk, 2008).

Beberapa sendi, terutama sendi pinggul dan lutut, dapat diganti

dengan sendi buatan. Biasanya, dengan pembedahan dapat

memperbaiki fungsi dan pergerakan sendi serta mengurangi nyeri.

Terdapat beberapa jenis pembedahan yang dapat dilakukan. Antara

pembedahan yang dapat dilakukan jika terapi pengobatan tidak dapat

berespon dengan baik atau tidak efektif pada pasien adalah

Arthroscopy, Osteotomy, Arthroplasty dan Fusion (Lozada, 2013).

Tabel III menunjukkan obat-obat umum yang digunakan pada

pengobatan osteoarthritis, seperti berikut:

Page 27: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70860/potongan/S1-2014...Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari pelindung sendi. Kontraksi

27

Tabel III. Obat-obat yang Umum Digunakan Pada Pengobatan Osteoarthritis

Pengobatan Dosis dan frekuensi Dosis

maksimum

(mg/hari)

Analgesik oral

Asetaminofen

Tramadol

325-650 mg setiap 4-6 jam atau 1 g

3-4 kali/hari

50-100 mg setiap 4-6 jam

4000

400

Analgesik topical

Kapsaisin 0.025% atau 0.075%

Suplement nutrisi

Glukosamin sulfat

Dapat mempengaruhi sendi 3-4

kali/hari

500 mg 3 kali/hari atau 1500 mg

sekali sehari

-

1500

Antiinflamasi non steroid

(NSAID)

Asam karboksilat

Asam asetilasi

Aspirin, biasa, buffer, atau salut enterik

Non asetil salisilat

Salsalat

Difunisal

Kolin salisilat

Kolin magnesium salisilat

Asam asetat

Etodolak

Diklofenak

Indometasin

Ketorolak

Nabumeton

Asam propionate

Fenoprofen

Flubiprofen

Ibuprofen

Ketoprofen

Naproxen

Sodium Naproxen

Oxaprozin

325-650 mg setiap 4-6 jam untuk nyeri ;

Dosis antiinflamasi dimulai pada

3600 mg/hari dalam dosis terbagi

500-1000 mg 2-3 kali perhari

500-1000 mg 2 kali perhari

500-1000 mg 2-3 kali perhari

500-1000 mg 2-3 kali perhari

800-1200 mg/hari dalam dosis

terbagi 100-150 mg/hari dalam dosis

terbagi

25 mg 2-3 kali/hari ; 75 mg SR

sekali sehari

10 mg setiap 4-6 jam

500-1000 mg 1-2 kali/hari

300-600 mg 3-4 kali/hari

200-300 mg/hari dalam 2-4 dosis

terbagi

1200-3200 mg/hari dalam 3-4 dosis terbagi

150-300 mg/hari dalam 3-4 dosis

terbagi

250-500 mg 2 kali sehari

275-550 mg 2 kali sehari

600-1200 mg perhari

3600

3000

1500

3000

3000

1200

200

200; 150

40

2000

3200

300

3200

300

1500

1375

1800

Page 28: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70860/potongan/S1-2014...Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari pelindung sendi. Kontraksi

28

Lanjutan Tabel III

Pengobatan Dosis dan frekuensi Dosis

maksimum

(mg/hari)

Fenamat

Meklofenamat

Asam mefenamat

Oksikam Piroksikam

Meloksikam

Coxibs

Celecoxib

Valdecoxib

200-400 mg/hari dalam 3-4 dosis

terbagi

250 mg setiap 6 jam

10-20 mg perhari

7.5 mg perhari

100 mg 2 kali perhari atau 200 mg

perhari

10 mg perhari

400

1000

20

15

200 (400

untuk RA

10 (40 untuk

nyeri

dismenorea)

(Hansen & Elliot, 2005)

Terapi osteoarthritis umumnya bersifat simptomatik. Terapi yang

dapat dilakukan pada pasien yang didiagnosis osteoarthritis adalah

dengan pengendalian faktor-faktor risiko, latian intervensi fisioterapi

(terapi non farmakologi) dan dengan obat konvensional (terapi

farmakologi). Pada fase lanjut sering diperlukan pembedahan.

Pembedahan dapat dilakukan jika terapi farmakologi sudah tidak

efektif untuk mengurangi rasa sakit pada sendi (Anonim, 2009a).

Page 29: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70860/potongan/S1-2014...Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari pelindung sendi. Kontraksi

29

Berikut merupakan algoritma terapi osteoarthritis seperti ada gambar 1

seperti berikut :

(pustaka)

(Elin dkk, 2008)

Gambar 1. Gambaran Algoritma Terapi pada Osteoarthritis

Page 30: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/70860/potongan/S1-2014...Otot-otot dan tendon yang menghubungkan sendi adalah inti dari pelindung sendi. Kontraksi

30

F. Keterangan Empiris

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang karakteristik

pasien dan pola pengobatan osteoarthritis di RSUP Dr. Sardjito, Yogyakarta

pada periode Januari 2013–Desember 2013 berdasarkan catatan rekam medis.