BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38482/3/BAB II.pdf · terdapat...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/38482/3/BAB II.pdf · terdapat...
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sitty (2013) tentang
Penentuan Harga Pokok Produksi Pada PT. Dimembe Nyiur Agripro didapatkan
kesimpulan bahwa sebaiknya perusahaan menggunakan metode variable costing
dalam menghitung harga pokok produksi, karena dalam metode variable costing
hanya menghitung biaya berkaitan dalam proses produksi. Sedangkan dalam full
costing terdapat biaya-biaya tetap seperti biaya overhead pabrik tetap yang tidak
berubah dengan adanya perubahan dalam proses produksi, sehingga hanya biaya
variable yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen perusahaan.
Fergiawan (2015) menganalisis tentang penghitungan harga pokok
produksi dengan metode full costing sebagai dasar penentuan harga jual pada
UKM Rengginang Sari Ikan Sumenep. Hasil penelitian didapatkan bahwa dalam
penghitungan harga pokok produksi yang selama ini dilakukan masih sangat
sederhana. Terdapat biaya overhead yang belum dihitung dalam proses
produksi. Setelah dilakukan penghitungan haraga pokok produksi menggunakan
metode full costing, hasilnya lebih akurat karena dengan biaya yang lebih
terinci,harga pokok produksi yang ditetapkan juga akan lebih tepat yang juga
berpengaruh terhadap penentuan harga jual dan laba yang dihasilkan.
Hasil Hasil penelitian Galuh (2015) yang menganalisis tentang
penghitungan harga pokok produksi pada pabrik tahu Sari Langgeng Kutoarjo
dengan menggunakan metode full costing dapat diambil kesimpulan bahwa
7
terdapat perbedaan perhitungan antara metode full costing dengan metode
perusahaan. Pada perhitungan harga pokok produksi dengan metode full costing
harga pokok produksi yang dihasilkan lebih besar dibandingkan dengan
perhitungan harga pokok produksi dengan metode perusahaan.
Hasil penelitian dengan judul analisis full costing dan variable costing
dalam perhitungan harga pokok produksi pada usaha Moulding Karya Mukti
Samarinda, dapat diketahui total harga pokok produksi persatuan lebih besar
menggunakan metode full costing dibandingkan dengan metode variable
costing. Dari perhitungan harga pokok produksi yang masih sederhana
diharapkan perusahaan menentukan harga pokok produksi dengan
menambahkan biaya overhead pabrik didalamnya. (Anshar, 2014)
Penelitian ini digunakan untuk mendiskripsikan perhitungan harga pokok
produksi yang tepat pada Perusahaan Tahu ADMA. Manfaat yang diambil dari
penelitian terdahulu untuk peneliti adalah untuk mendukung penelitian dengan
cara membahas rumusan masalah untuk melakukan analisis data, sehingga dapat
mengatasi masalah yang dihadapi oleh perusahaan dalam menentukan harga
pokok produksi.
B. Landasan Teori
1. Akuntansi Biaya
Perusahaan selalu berhadapan dengan biaya yang harus dan akan
dikeluarkan. Oleh karenanya biaya yang merupakan pengorbanan bagi
perusahaan harus bisa dikendalikan dengan baik agar semua pengeluaran bisa
direncanakan dengan efisien.
8
Mulyadi (2005: 7) menyatakan akuntansi biaya merupakan akuntansi
yang membicarakan tentang penentuan kos dari suatu barang yang diproduksi
oleh perusahaan dalam rangka memenuhi pesanan ataupun mengisi
persediaan yang akan dijual. Dengan demikian pengertian akuntansi biaya
tidak terlepas dari dua pengertian yakni akuntansi dan biaya.
Akuntansi biaya merupakan proses pencatatan, penggolongan,
peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa
dengan cara-cara tertentu serta penafsiran terhadapnya. Proses pencatatan,
penggolongan, peringkasan, penyajian serta penafsiran informasi biaya
adalah tergantung untuk siapa proses tersebut ditujukan. Proses akuntansi
biaya dapat ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pemakai luar perusahaan.
Akuntansi biaya mempunyai 3 (tiga) tujuan pokok, yakni sebagai
penentuan kos produksi, pengendalian biaya dan pengambilan keputusan
khusus. Untuk memenuhi tujuan penentuan kos produk, akuntansi biaya
mencatat, menggolongkan dan meringkas biaya-biaya pembuatan produk
atau penyerahan jasa. Akuntansi biaya bertugas untuk memantau apakah
pengeluaran biaya yang sesungguhnya sesuai dengan biaya yang seharusnya.
Kemudian, akuntansi biaya menganalisis penyimpangan biaya sesungguhnya
dengan biaya seharusnya dan menyajikan informasi mengenai penyebab
terjadinya selisih tersebut. Akuntansi biaya untuk untuk pengambilan
keputusan khusus menyajikan biaya masa yang akan datang yang merupakan
bagian dari akuntansi manajemen.
9
2. Penggolongan Biaya
Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu yang
dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam hubungan dengan
sesuau yang dibiayai menurut Mulyadi (2005: 14) dalam buku yang berjudul
“Akuntansi Biaya” biaya dapat dikelompokan menjadi 2 (dua) golongan
antara lain :
a. Biaya Langsung (Direct Cost)
Biaya yang terjadi karena adanya sesuatu yang dibiayai, biaya langsung
tidak akan terjadi apabila sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada. Biaya
produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja
langsung.
b. Biaya Tidak Langsung (Indirect Cost)
Biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai.
Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut sebagai
biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik yang tidak
mudah ditelusuri pada objek biaya yang bersangkutan.
3. Klasifikasi Biaya
a. Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk
mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual.
Garrison et al (2014:26) berpendapat bahwa sebagian besar perusahaan
manufaktur membagi biaya produksi ke dalam tiga kategori besar, yaitu :
1) Biaya Bahan Baku Langsung
10
Bahan baku langsung atau direct material merupakan bahan baku
yang menjadi bagian utama dari produk jadi dan dapat ditelusuri secara
fisik ke produk tersebut. Biaya bahan baku langsung adalah segala
biaya yang dikeluarkan guna mengadakan bahan baku utama yang
akan diproses menjadi barang jadi, keberadaannya dapat ditelusuri
secara fisik dan dilaporkan secara eksplisit dalam penghitungan harga
pokok produksi.
Untuk mengetahui berapa besaran harga bahan baku, perlu
diketahui elemen-elemen yang membentuk bahan baku tersebut,
seperti : kos bahan yang dibeli, biaya angkut pembelian dan kemasan
barang (kontainer).
Misalnya kedelai yang dibeli untuk membuat tahu biaya bahan
baku langsungnya meliputi harga beli kedelai tersebut ditambah biaya
lain (biaya angkut) sehingga kedelai tersebut siap digunakan dalam
proses produksi dan dikurangi dengan diskon pembelian (jika ada).
2) Biaya Tenaga Kerja Langsung
Tenaga Kerja Langsung atau direct labor adalah biaya yang
digunakan untuk biaya tenaga kerja yang dapat ditelusuri ke produk
jadi dengan mudah. Disebut juga dengan istilah touch labor karena
tenaga kerja langsung melakukan kerja tangan atas produk pada saat
produksi secara langsung. Tenaga kerja langsung melakukan konversi
bahan baku langsung menjadi produk jadi dan dapat dibebankan secara
layak kepada produk tertentu, yang sering dikenal dengan upah dan
dikategorikan sebagai upah tenaga kerja langsung.
11
Upah mandor bukan merupakan biaya tenaga kerja langsung
karena tidak bersentuhan langsung dengan produk yang dihasilkan,
arus biayanya juga sulit untuk ditelusuri. Sedangkan untuk masing-
masing operator mesin dapat dimasukkan kedalam biaya bahan baku
langsung karena arus biaya dapat dengan mudah ditelusuri dan
bersentuhan langsung dengan produk tersebut.
3) Biaya Overhead Pabrik
Merupakan seluruh biaya produksi yang timbul dalam proses
pengolahan selain biaya bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja
langsung. Biaya overhead pabrik termasuk juga biaya bahan baku tidak
langsung seperti bahan baku penolong, biaya tenaga kerja tidak
langsung seperti upah mandor, biaya pemeliharaan dan perbaikan
peralatan produksi, biaya listrik dan air, biaya depresiasi atau biaya
sewa mesin-mesin produksi dan asuransi fasilitas produksi.
b. Biaya Nonproduksi
Biaya non produksi dibagi menjadi dua kategori, yaitu biaya
pemasaran dan biaya administrasi. Biaya pemasaran merupakan biaya-
biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk
mencakup seluruh biaya yang diperlukan untuk menangani pesanan
pelanggan. Biaya pemasaran dimulai dari titik dimana biaya manufaktur
berakhir, yakni ketika proses produksi selesai dan produk dalam kondisi
siap jual. Contohnya adalah komisi penjualan, biaya iklan, gaji bagian
penjualan dan biaya gudang penyimpanan barang jadi.
12
Sedangkan biaya administrasi dan umum mencakup seluruh biaya
yang berhubungan dengan manajemen umum organisasi, bukan
berhubungandengan produksi atau penjualan. Contoh biaya ini adalah
biaya gaji eksekutif, humas, akuntansi umum, biaya photocopy dan biaya
lainnya yang berkaitan dengan administrasi umum organisasi secara
keseluruhan.
c. Biaya Pokok dan Biaya Konversi
Biaya pokok disebut pula dengan istilah biaya utama (prime cost)
merupakan akumulasi dari bahan baku langsung dan tenaga kerja
langsung. Sedangkan biaya konversi (conversion cost) adalah akumulasi
tenaga kerja dan biaya overhead pabrik karena biaya-biaya tersebut
digunakan untuk mengkonversi (mengubah) bahan baku menjadi barang
jadi.
4. Metode Pengumpulan Biaya Produksi
Pengumpulan kos produksi sangat ditentukan oleh cara produksi.
Secara garis besar, cara memproduksi produk dapat dibagi menjadi dua
macam, produksi atas dasar pesanan dan produksi massa.
a. Metode Biaya Pesanan
Perusahaan yang berproduksi berdasarkan pesanan melaksanakan
pengolahan produknya atas dasar pesanan yang diterima dari pihak luar.
Contohnya adalah perusahaan percetakan dan mebel. Perusahaan yang
berproduksi berdasarkan pesanan mengumpulkan kos produksinya dengan
menggunakan metode pesanan (job order cost method). Dalam metode ini
biaya-biaya produksi dikumpulkan untuk pesanan tertentu dan kos
13
produksi persatuan produk yang dihasilkan untuk memenuhi pesanan
tersebut dihitung dengan cara membagi total biaya produksi untuk pesanan
tersebut dengan jumlah satuan produk dalam pesanan yang bersangkutan.
b. Metode Biaya Proses
Perusahaan yang berproduksi berdasarkan produksi massa
melaksanakan pengolahan produksinya untuk memenuhi persediaan di
gudang yang umumnya berupa produk standar. Contohnya antara lain
perusahaan pupuk, semen dan tekstil. Perusahaan yang berproduksi massa
mengumpulkan kos produksinya dengan menggunakan metode kos poses
(process cost method). Dalam metode ini biaya-biaya produksi
dikumpulkan untuk periode tertentu dan kos produksi per satuan produk
yang dihasilkan dalam periode tersebut dihitung dengan cara membagi
total biaya produksi untuk periode tersebut dengan jumlah satuan produk
dalam pesanan yang bersangkutan. (Mulyadi, 2005: 16)
5. Perilaku Biaya
Menurut Garrison et al (2014: 30), perilaku biaya mengacu pada reaksi
biaya terhadap aktivitas perusahaan. Pada umumnya pola perilaku biaya
diartikan sebagai hubungan antara total biaya dengan perubahan volume
kegiatan.Jika suatu biaya diharapkan akan berubah, maka manajer harus
dapat mengestimasi seberapa besar perubahannya. Biaya dapat dibagi
menjadi 3 (tiga) golongan yakni sebagai biaya tetap, biayavariable dan biaya
semivariabel.
14
a. Biaya Tetap
Biaya tetap atau fixed cost merupakan biaya yang selalu tetap secara
keseluruhan tanpa terpengaruh oleh perubahan volume kegiatan. Jika
tingkat aktivitas naik atau turun, maka total biaya tetap akan selalu sama
kecuali dipengaruhi oleh faktor luar, misalnya terjadi kenaikan biaya sewa
bangunan. Akan tetapi biaya tetap per unit akan menurun jika aktivitasnya
meningkat.
b. Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah-ubah
sebanding dengan perubahan volume kegiatan, namun biaya variabel per
unitnya konstan (tetap) dengan adanya perubahan volume kegiatan dalam
rentang yang relevan. Ketika total biaya variabel berubah sesuai dengan
tingkat aktivitas, perlu diperhatikan bahwa biaya variabel selalu tetap
menurut basis harga per unit.
Biaya variabel biasanya mencakup biaya bahan baku dan biaya
tenaga kerja langsung. Biaya variabel biasanya dapat dibebankan ke
departemen operasi dengan cukup mudah dan akurat.
c. Biaya Semivariabel
Biaya semivariabel adalah biaya yang mengandung unsur biaya tetap
dan unsur biaya variabel di dalamnya. Perubahan biaya tidak sebanding
dengan perubahan volume kegiatan. (Mulyadi, 2005: 15)
Biaya listrik biasanya merupakan biaya semivariabel karena listrik
yang digunakan untuk pencahayaan cenderung menjadi biaya tetap karena
cahayanya tetap diperlukan tanpa mempedulikan tingkat aktivitas.
15
Sementara listrik yang digunakan sebagai tenaga untuk mengoprasikan
peralatan akan bervariasi tergantung pada penggunaan peralatan. (Carter,
2012)
6. Jenis Proses Produksi
a. Proses produksi terus menerus (Continuous Process)
Proses ini ditandai dengan aliran bahan baku yang selalu tetap atau
mempunyai pola yang selalu sama sampai produk selesai dikerjakan, jenis
produk ini biasanya untuk membuat produk secara massa atau dalam
jumlah yang besar. Contoh: industri pupuk, semen, makanan dalam
kaleng, minuman dalam botol.
b. Proses Produksi terputus-putus (Intermittent Process)
Dalam proses ini aliran bahan baku sampai produk jadi tidak
memiliki pola pasti atau selau berubah-ubah. Antara produk jadi yang satu
dengan produk jadi yang lain bisa berbeda-beda, jenis proses ini biasanya
digunakan untuk melayani pesanan yang bisa berbeda-beda dalam hal
jumlah, kualitas, disain maupuh harganya.Contoh: perusahaan percetakan,
perusahan meubel.
7. Harga Pokok Produksi
a. Pengertian Harga Pokok Produksi
Menjadi penting ketika membahas harga pokok produksi untuk
memahami pengertian dan konsep biaya terlebih dahulu karena harga
pokok produksi menghimpun berbagai biaya yang terkait dalam suatu
16
produk. Pengertian biaya menurut Hansen dan Mowen (2006: 35) adalah
semua sumber daya, baik berupa kas atau bernilai setara kas yang
dikeluarkan atau dikorbankan dengan tujuan untuk mendapatkan manfaat
bagi perusahaan baik saat ini maupun di masa yang akan datang.
Harga pokok produksi adalah semua biaya yang dikeluarkan untuk
memproduksi suatu barang atau jasa selama periode bersangkutan. Dengan
kata lain, bahwa harga pokok produksi merupakan biaya untuk
memperoleh barang jadi yang siap jual (Mulyadi, 2009). Dapat
disimpulkan bahwa harga pokok produksi adalah semua biaya yang
dikeluarkan pada saat proses produksi dalam rangka memproses suatu
bahan mentah menjadi produk yang siap dipakai dan/atau dijual pada
periode tertentu.
b. Komponen Harga Pokok Produksi
Biaya Komponen harga pokok produksi menurut Hansen dan
Mowen (2006:39) yaitu biaya bahan baku langsung; biaya tenaga kerja
langsung; dan biaya overhead pabrik. Hanya tiga komponen tersebut yang
boleh dibebankan kepada produk dalam penghitungan harga pokok
produksi dalam laporan keuangan.
c. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi
1. Full Costing
Menurut Mulyadi (2005: 122), full costing merupakan metode
penentuan harga pokok produksi yang membebankan seluruh unsur
biaya produksi kepada produk, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang
17
berperilaku variable maupun tetap. Dengan demikian harga pokok
produksi menurut full costing terdiri dari unsur biaya produksi, yaitu:
Biaya bahan baku xxx
Biaya tenaga kerja langsung xxx
Biaya overhead pabrik variabel xxx
Biaya overhead pabrik tetap xxx
----------- +
Harga pokok produksi xxx
2. Variable Costing
Merupakan metode yang menentukan harga pokok produksi yang
hanya membebankan biaya-biaya produksi yang berperilaku variable
ke dalam harga pokok produk, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variable. Dengan
demikian harga pokok produksi menurut Variable Costing terdiri dari
unsur biaya produksi, yaitu :
Biaya bahan baku xxx
Biaya tenaga kerja langsung xxx
Biaya overhead pabrik variabel xxx
----------- +
Harga pokok produksi xxx
d. Perbedaan Metode Full Costing dengan Variable Costing
Metode full costing maupun variable costing merupakan metode
penentuan harga pokok produksi. Perbedaan pokok yang ada diantara
kedua metode tersebut adalah terletak pada perlakuan terhadap biaya
produksi yang berperilaku tetap. Adanya perbedaan perlakuan terhadap
18
terhadap biaya produksi tetap ini akan mempunyai akibat pada perhitungan
harga pokok produksi dan penyajian laporan laba-rugi.
Perbedaan metode full costing dengan variable costing salah satunya
ditinjau dari sudut penentuan harga pokok produksi. Dalam metode full
costing, biaya overhead pabrik tetap maupun variabel dibebankan kepada
produk yang diproduksi atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada
kapasitas normal atau atas dasar biaya overhead pabrik sesungguhnya.
Karena biaya overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar tarif
yang ditentukan di muka pada kapasitas normal, maka jika dalam suatu
periode biaya overhead pabrik sesungguhnya berbeda dengan yang
dibebankan tersebut akan terjadi pembebanan overhead lebih atau
pembebanan biaya overhead kurang.
Dalam metode variable costing, biaya overhead pabrik tetap
diperlakukan sebagai period cost dan bukan sebagai unsur harga pokok
produk, sehingga biaya overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya
dalam periode terjadinya. Dengan demikian biaya overhead pabrik tetap
di dalam metode variable costing tidak melekat pada persediaan produk
yang belum laku dijual, tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam
periode terjadinya. Biaya overhead pabrik tetap merupakan biaya yang
dalam jangka pendek tidak berubah dalam hubungannya dengan
perubahan volume produksi. Biaya tetap ini merupakan fungsi waktu dan
bukan merupakan fungsi produksi. Biaya ini tetap terjadi ketika ada atau
tidak ada produksi.
19
Pengertian period cost dalam metode variable coting berbeda dengan
dalam metode full costing. Period cost dalam metode variable costing
merupakan biaya untuk mempertahankan tingkat kapasitas tertentu guna
memproduksi dan menjual produk, meliputi seluruh biaya tetap atau
seluruh biaya kapasitas. Dengan demikian period cost menurut pengertian
variable costing adalah biaya yang dalam jangka pendek tidak berubah
dalam hubungannya dengan perubhana volume kegiatan. Pada metode full
costing mengadakan pemisahan antara biaya produksi dengan period cost.
Period cost disini adalah biaya-biaya yang tidak ada hubungannya dengan
produksi dan dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya.
e. Manfaat Informasi Harga Pokok Produksi
Dalam perusahaan yang berproduksi massa, menurut Mulyadi
(2005: 65) informasi harga pokok produksi yang dihitung untuk jangka
waktu tertentu bermanfaat bagi manajemen dalam:
1) Menentukan harga jual produk tersebut. Perusahaan yang berproduksi
massa memproses produknya untuk memenuhi persediaan dipersatuan
produk. Dalam penetapan harga jual produk, biaya produksi per unit
merupakan salah satu informasi yang dipertimbangkan di samping
informasi biaya lain serta informasi non biaya.
2) Memantau realisasi biaya produksi. Akuntansi biaya digunakan untuk
mengumpulkan informasi biaya produksi yang dikeluarkan dalam
jangka waktu tertentu untuk memantau apakah proses produksi
mengkonsumsi total biaya produksi sesuai yang diperhitungkan
sebelumnya.
20
3) Menghitung laba atau rugi bruto periode tertentu. Untuk mengetahui
apakah kegiatan produksi dan pemasaran perusahaan dalam periode
tertentu mampu menghasilkan laba bruto atau mengakibatkan rugi
bruto. Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk
dalam proses yang disajikan dalam neraca. Pada saatnya manajemen
dituntut untuk membuat pertanggungjawaban keuangan periodik,
manajemen harus menyajikan laporan keuangan berupa neraca dan laba
rugi.
4) Menentukan harga pokok persediaan produk jadi dan produk dalam
proses yang disajikan dalam neraca. Di dalam neraca, manajemen harus
menyajikan harga pokok persediaan produk jadi dan harga pokok
produk yang pada tanggal neraca masih dalam proses. Biaya produksi
yang melekat pada produk jadi yang belum laku dijual pada tanggal
neraca disajikan sebagai harga pokok persediaan produk jadi. Biaya
produksi yang melekat pada produk yang pada tanggal neraca masih
dalam proses pengerjaan, disajikan sebagai harga pokok persediaan
produk dalam prose.
21