BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Parfum - poltekkes-tjk.ac.id

24
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Parfum 1. Definisi Parfum Parfum atau minyak wangi didefinisikan menjadi suatu kompleks campuran dari berbagai variasi senyawa dengan konsentrasi yang tepat dan dilarutkan dalam pelarut yang sesuai. Zat pewangi dapat berasal dari minyak atsiri atau dibuat sintetis. Parfum digunakan untuk member rasa segar dan harum pada badan. Mekanisme ynag tepat dari interaksi parfum dengan tubuh agar menimbulkan bau yang berbeda pada masing-masing individu belum diketahui. Volatile dalam parfum menunjukan pola yang berbeda ketika terjadi penguapan dari kulit manusia. Pola tersebut dipengaruhi oleh suhu tubuh, struktur kulit atau keberadaan partikel lipid yang masing-masing dapat mengubah penguapan temporal dari senyawa kimia yang ada dalam parfum (Lenochova et all, 2012:1-2). Menurut SNI 16-4949-1998 definisi sediaan eau de parfum, eau de toilette, atau eau de cologne adalah sediaan kosmetika yang berbentuk cair yang merupakan campuran bahan kimia dan atau bahan lainnya yang digunakan untuk memberikan bau harum. a. Sediaan eau de parfum adalah sediaan kosmetika berbentuk cair yang merupakan campuran bahan kimia dan atau bahan lainnya dengan kadar bahan pewangi 11-15% yang digunakan untuk memberikan bau harum. b. Sediaan eau de toilette adalah sediaan kosmetika berbentuk cair yang merupakan campuran bahan kimia dan atau bahan lainnya dengan kadar bahan pewangi 6-10% yang digunakan untuk memberikan bau harum. c. Sediaan eau de cologne adalah sediaan kosmetika berbentuk cair yang merupakan campuran bahan kimia dan atau bahan lainnya dengan kadar bahan pewangi 3-5% yang digunakan untuk memberikan bau harum. Klasifikasi pewangi dapat dikelompokkan menjadi 5 jenis, yakni eau de extrait dengan bahan pewangi 20-30%, eau de parfum 8-15%, eau de toilette 4-8%, eau de cologne 3-5%, dan splash cologne 1-3%. Konsentrasi bahan

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Parfum - poltekkes-tjk.ac.id

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Parfum - poltekkes-tjk.ac.id

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Parfum

1. Definisi Parfum

Parfum atau minyak wangi didefinisikan menjadi suatu kompleks campuran

dari berbagai variasi senyawa dengan konsentrasi yang tepat dan dilarutkan

dalam pelarut yang sesuai. Zat pewangi dapat berasal dari minyak atsiri atau

dibuat sintetis. Parfum digunakan untuk member rasa segar dan harum pada

badan. Mekanisme ynag tepat dari interaksi parfum dengan tubuh agar

menimbulkan bau yang berbeda pada masing-masing individu belum

diketahui. Volatile dalam parfum menunjukan pola yang berbeda ketika

terjadi penguapan dari kulit manusia. Pola tersebut dipengaruhi oleh suhu

tubuh, struktur kulit atau keberadaan partikel lipid yang masing-masing dapat

mengubah penguapan temporal dari senyawa kimia yang ada dalam parfum

(Lenochova et all, 2012:1-2).

Menurut SNI 16-4949-1998 definisi sediaan eau de parfum, eau de toilette,

atau eau de cologne adalah sediaan kosmetika yang berbentuk cair yang

merupakan campuran bahan kimia dan atau bahan lainnya yang digunakan

untuk memberikan bau harum.

a. Sediaan eau de parfum adalah sediaan kosmetika berbentuk cair yang

merupakan campuran bahan kimia dan atau bahan lainnya dengan kadar

bahan pewangi 11-15% yang digunakan untuk memberikan bau harum.

b. Sediaan eau de toilette adalah sediaan kosmetika berbentuk cair yang

merupakan campuran bahan kimia dan atau bahan lainnya dengan kadar

bahan pewangi 6-10% yang digunakan untuk memberikan bau harum.

c. Sediaan eau de cologne adalah sediaan kosmetika berbentuk cair yang

merupakan campuran bahan kimia dan atau bahan lainnya dengan kadar

bahan pewangi 3-5% yang digunakan untuk memberikan bau harum.

Klasifikasi pewangi dapat dikelompokkan menjadi 5 jenis, yakni eau de

extrait dengan bahan pewangi 20-30%, eau de parfum 8-15%, eau de toilette

4-8%, eau de cologne 3-5%, dan splash cologne 1-3%. Konsentrasi bahan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Parfum - poltekkes-tjk.ac.id

7

pewangi yang terkandung dalam pewangi akan berpengaruh pada intensitas

dan ketahanan wanginya, semakin tinggi konsentrasi bahan pewangi akan

membuat wanginya menjadi lebih kuat dan tahan lama (Herz, 2011:359).

Berdasarkan Formularium Kosmetika Indonesia tahun 1985, produk pewangi

dibagi dalam 7 produk, yaitu pewangi 15-30%, eau de parfum 7-15%, eau de

toilette 5-10%, eau de cologne 2-5%, solid pewangi (parfum padat yang pada

umumnya terbuat dari campuran fume oil dan wax) 5-10%, serbuk pewangi

1-2%, dan pewangi sabun 1,5-4%.

2. Tingkatan Parfum (Notes)

Parfum dideskripsikan dengan perumpamaan musik yang memiliki tiga

“not/notes” yang membentuk harmoni wangian. Masing-masing note tercium

seiring waktu dengan dimulai dari impresi pertama dari top note diikuti oleh

middle note yang telah mendalam dan base note yang sedikit demi sedikit

muncul di akhir. Note-note ini dibuat dengan seteliti mungkin berdasarkan

pengetahuan proses evaporasi dari wangian (Khairina, 2017:6-7). Sebuah

parfum terdapat tiga bagian (notes), yaitu top note dengan total 15-25% dari

total keseluruhan parfum, middle note 30-40%, dan base note 40-55%

(Hunter, 2009 dalam Setiyaningsih, 2014:14).

Di bawah ini adalah penjelasan dari masing-masing notes:

a. Top note

Wangi yang langsung tercium ketika parfum disemprotkan. Top note

mengandung molekul yang ringan dan kecil yang dapat berevaporasi

cepat. Top note membentuk impresi pertama dari parfum. Minyak lemon

adalah salah satu minyak atsiri yang termasuk top note.

b. Middle note

Wangi yang muncul setelah top notes mulai memudar. Middle note

mengandung “inti” dari parfum dan juga bertindak sebagai topeng bagi

base note yang sering kali tidak tercium enak pada pertama kalinya,

namun menjadi enak seiring waktu. Notes ini juga sering disebut heart

note. Minyak atsiri yang termasuk dalam kategori middle note adalah

minyak lavender, minyak sereh wangi, dan minyak kenanga.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Parfum - poltekkes-tjk.ac.id

8

c. Base notes

Wangi dari sebuah parfum yang muncul seiring memudarnya middle note.

Base dan middle note adalah tema wangian utama dari sebuah parfum.

Base note memberikan kedalaman yang solid dari parfum. Kandungan

dari notes ini biasanya kaya dan dalam, dan tidak tercium setidaknya

sampai 30 menit pemakaian. Wangi top dan middle note terpengaruhi oleh

wangi dari base note.

3. Komponen Parfum

Parfum atau minyak wangi terdiri dari 7 komponen utama, yaitu campuran

minyak esensial dan senyawa aroma, fiksatif, longlasting agent, solubilizer,

pelembab, dan pelarut.

a. Pewangi

Terdiri atas persenyawaan kimia yang menghasilkan bau wangi yang

diperoleh dari minyak atsiri atau dihasilkan secara sintetik. Persenyawaan

tersebut berfungsi sebagai pemberi wangi pada parfum. Umumnya

parfum mengandung komponen zat pewangi berjumlah 2% (weak

parfume) sampai dengan 10% (strong parfume) dan selebihnya adalah

bahan pengencer (diluents) dan zat pengikat (Ketaren, 1985 dalam

Rahmaisni, 2011:13).

b. Fiksatif

Fiksatif memiliki peranan penting dalam campuran parfum. Penambahan

bahan fiksatif dalam campuran parfum dapat berfungsi untuk membuat

aroma parfum menjadi lebih tahan lama tanpa mengubah karakter asli

dari seluruh bagian dari parfum. Bahan fiksatif dapat berupa bahan alam

maupun sintetik. Contoh dari fiksatif adalah dari makrosiklik,

hidroaromatik, polisiklik, dan oxahidroaromatik atau kombinasinya.

Kombinasi yang lebih disukai dari bahan fiksatif adalah galaxotide dan

benzophenone. Bahan fiksatif dapat dilarutkan dengan pelarut yang

mudah menguap atau kombinasi pelarut tersebut. Untuk mencapai

manfaat yang optimal, rasio dari bahan fiksatif harus dikontrol,

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Parfum - poltekkes-tjk.ac.id

9

konsentrasi fiksatif yang digunakan berkisar antara 0,1% hingga 50%,

dengan konsentrasi yang paling disukai yaitu 1-2% (Cella et all, 1992:8).

c. Longlasting agent

Berbagai cara dilakukan oleh pengusaha dalam meningkatkan kualitas

parfum. Kualitas parfum dapat ditentukan dengan daya tahan lama aroma

parfum dan kejernihan parfum (Wolfgang & Klaus 2007). Untuk

meningkatkan daya tahan aroma parfum (longlasting) dilakukan dengan

meningkatkan persentase bibit parfum dalam formulasi parfum (Parekhan

et al. 2013). Hal ini menyebabkan meningkatnya biaya produksi karena

bibit parfum adalah bahan baku yang paling mahal dalam formulasi

parfum. Selain itu akibat meningkatnya persentase biang parfum

membuat parfum menjadi keruh (Surawut et al. 2013). Phenoxyethanol

pada kosmetik berkisar antara 0,009 hingga 1,043% (Tokunaga et all,

2003:25).

d. Solubilizer

Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan kualitas

parfum dengan biaya produksi yang murah adalah menggunakan

campuran surfaktan yang berfungsi sebagai solubilizer (Adli dan

Pramudono, 2015:58). Penambahan solubilizer dapat menyebabkan

parfum menjadi lebih stabil dan jernih, selain itu juga dapat membuat

aroma menjadi lebih jelas. Beberapa solubilizer yang sering digunakan

adalah Tween 20, Tween 80, dan polisorbate. Tween 20 adalah surfaktan

terbaik yang dapat melarutkan semua minyak dengan perbandingan 1:1

dengan air (Edris dan Mohamed, 2010:87).

e. Pelembab

Dalam pembuatan parfum diperlukan bahan tambahan yang berfungsi

sebagai zat pembasah atau zat pengawet. Pada umunya zat pembasah

dalam proses pembuatan parfum adalah propilen glikol atau turunannya

dipropilen glikol. Zat pembasah berfungsi sebagai bahan yang mencegah

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Parfum - poltekkes-tjk.ac.id

10

kulit menjadi kering saat digunakan. Propilen glikol dapat berfungsi

sebagai pengawet, antimikroba, disinfektan, solven, humektan, stabilizer,

dan konsolven yang dapat bercampur dengan air (Rahmaisni, 2011:12).

f. Pelarut

Etanol digunakan sebagai pelarut wewangian tetapi juga sebagai senyawa

antimikroba. Keuntungan dari alkohol adalah kecepatan pengeringannya

yang cepat. Namun, tangan dapat menjadi kering dan menyebabkan

intoleransi kulit atau dermatitis kontak alergi, iritasi kulit dan

peradangan. Penggunaan pelarut yang sering digunakan dalam

pembuatan parfum adalah etanol aquadest atau campuran dari keduanya

(Sikora et all, 2018:2). Kelarutan terbaik diperoleh jika parfum

dicampurkan dengan alkohol kemudian ditambahkan dengan aquadest

(Herman, 2005:307).

4. Kategori Parfum

Dalam pasar komersial, kategori pewangi ialah feminine, masculine, dan

unisex, pewangi dengan kategori unisex merupakan minoritas. Lindqvist

(2012) menyatakan pewangi yang dikategorikan feminine memiliki wangi

mirip bunga-bungan (floral) atau buah-buahan (fruity) sedangkan pewangi

yang dikategorikan masculine memiliki wangi yang spicy, yakni wangi-wangi

yang pedas. Asyik (2005) menyatakan standar yang dapat digunakan untuk

menyatakan spicy ialah metil eugenol. Aroma spicy berdasarkan hasil QDA

digambarkan mirip dengan minyak cengkeh, jahe, cabai, dan gingseng.

Alasan seseorang menggunakan pewangi dipengaruhi oleh faktor psikologis,

demografis, dan suasana hati (mood). Perempuan menggunakan wewangian

karena dapat memberikan efek positif pada suasana hatinya. Penggunaan

pewangi juga dipengaruhi oleh penilaian seseorang terhadap pribadinya

misalnya “dramatic” maka akan menggunakan wewangian yang oriental,

“sporty” akan menggunakan wewangian yang segar. Situasi atau tujuan acara

juga merupakan faktor seorang wanita memilih jenis wewangian yang akan

digunakan, misalnya saat akan ada pertemuan romantis atau wawancara kerja.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Parfum - poltekkes-tjk.ac.id

11

Laki-laki memiliki motivasi yang berbeda dengan perempuan saat

menggunakan pewangi, laki-laki memiliki kecenderungan menggunakan

wewangian untuk memberikan kenyamanan pada orang lain saat berinteraksi

dengannya, salah satunya untuk menarik wanita (Herz, 2007 dalam

Setiyaningsih, 2014:10).

5. Formulasi Parfum

a. Formularium Kosmetika Indonesia tahun 1985:56

Formulasi eau de parfum, eau de toilette, dan eau de cologne adalah

sebagai berikut :

Tabel 2.1 Persentase dosis pewangi sesuai produk

Produk Dosis Pewangi (%)

Pewangi 15-30

Eau de parfum 7-15

Eau de toilette 5-10

Eau de cologne 2-5

Solid Pewangi 5-10

Serbuk Pewangi 1-2

Pewangi Sabun 1,5-4

Dipropilen glikol 3

Air demineralisata 3

Etanol 96% ad 100

Pembuatan : Campurkan pewangi (sesuai tabel) dengan dipropilen glikol,

air, dan etanol 96% hingga 100% hingga tercampur rata.

b. Kavitha dan Srinivasan

Menurut Kativha dan Srinivasan dalam jurnal farmasi “Compatibility Of

Non-Alcoholic, Non-Allergic Water Based Micro Emulsion Perfumes For

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Parfum - poltekkes-tjk.ac.id

12

Skin And Silk Fabrics” tahun 2017:35, formulasi parfum dibagi menjadi

dua, yaitu parfum yang berbahan dasar air atau alkohol.

Parfum berbahan dasar air:

Bahan pewangi 18 ml

Solubilizes (Polysorbate20) 20 ml

Co surfactant (PEG 40) 5ml

Bahan Anti-busa 0.1g

Pengawet 0.1g

Aquadest q.s ad 100 ml

Parfum bebahan dasar alkohol:

Etanol 70 ml

Air suling 12 ml

Bahan pewangi 18 ml

Pengawet 0,5 ml

UV absorben 1 ml

c. Stephen J. Herman

Menurut Stephen J. Herman dalam buku “Chemistry and Technology of

Flavors and Fragrances : Fragrance” 2005 : 307, formulasi parfum

adalah:

Alkohol 79.60

Pewangi 20.00

Aquadest 12.00

Benzophenone 0.40

6. Fragrance

Fragrance atau pewangi bukanlah suatu bahan tunggal dengan sifat yang

jelas, malainkan suatu campuran dari beberapa bahan kimia, dimana masing-

masing memiliki sifat yang unik. Fragrance merupakan campuran berbagai

bahan kimia sintetik yang menimbulkan aromatik tertentu. Karakteristik dari

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Parfum - poltekkes-tjk.ac.id

13

bahan kimia tersebut secara terpisah dan kemudian menggabungkan efeknya,

memungkinkan sifat yang lengkap dari komposisi pewangi dalam berbagai

media untuk dapat dipahami.

Fragrance biasanya terdiri dari beberapa bahan kimia. Untuk satu aroma

tertentu dapat diperoleh dari kombinasi beberapa senyawa kimia tertentu.

Untuk membuat parfum, pewangi yang merupakan minyak, biasanya

ditambahkan dalam larutan alkohol dan air. Alkohol yang tersedia secara

komersial bukanlah komponen tunggal, melainkan campuran antara etanol,

air dan denaturan. Alkohol komersial biasanya mengandung etanol 95-96%

dan air 4-5% (Herman, 2005:305).

B. Biji Kopi

Gambar 2.1 Pohon Kopi Gambar 2.2 Biji Kopi

(Dokumen Pribadi)

1. Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Rubiales

Famili : Rubiaceae

Genus : Coffea

Spesies : Coffea canephora L. (Marjoni, 2017:102)

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Parfum - poltekkes-tjk.ac.id

14

2. Morfologi

Biji kopi berbentuk hampir setengah bulat atau jorong, bagian punggung

cembung, bagian perut datar, pada bagian perut terdapat sebuah alur yang

dalam dan membujur, di dalam alur terdapat sisa kulit biji, berwarna coklat

tua sampai coklat tua kehitaman (Depkes RI, 1989:148). Biji kopi berbau

aromatik, khas, dan rasanya pahit (Marjoni 2017: 103).

3. Kandungan

Dalam biji kopi mengandung kafein, sitosterin, stigmasterin, kolin, dan zat

samak (Depkes RI, 1989:150).

Dalam biji kopi mengandung 10-15% minyak kopi yang dihasilkan dari biji

kopi yang telah disangrai, minyak biji kopi tersusun dari senyawa kafein,

asam palmitat, asam linoleat, asam stearat, dan lain-lain (Aziz dkk, 2009:1-2).

Biji kopi secara alami mengandung berbagai jenis senyawa volatil seperti

aldehida, furfural, keton, alkohol, ester, asam folat, dan asam asetat yang

mempunyai sifat mudah menguap (Widyotomo dan Mulato, 2007:45).

4. Manfaat

Manfaat dari biji kopi adalah penawar racun, penurun demam atau antipiretik,

dan peluruh air seni atau diuretic (Depkes RI, 1989:150). Selain itu juga dapat

digunakan sebagai antidota, dan stimulansia (Marjoni,2017:103).

Kandungan kafein berfungsi sebagai unsur citarasa dan aroma dalam biji kopi

(Ciptadi dan Nasution, 1985 dalam Aditya dkk, 2014:2). Golongan asam pada

biji kopi juga akan mempengaruhi mutu kopi karena merupakan salah satu

senyawa pembentuk aroma kopi. Asam yang dominan pada biji kopi adalah

asam klogenat yaitu sekitar 8% pada biji kopi dan 4,5% pada kopi sangrai

(Aziz dkk, 2009:3).

Kopi memiliki banyak manfaat bagi tubuh kita. Kopi dapat bermanfaat

sebagai antioksidan, kandungan antioksidan pada kopi lebih banyak dari pada

teh dan cokelat. Aroma kopi dapat merangsang kinerja otak sehingga dapat

memperbaiki mood dan konsentrasi, selain itu juga dapat membuat tubuh

menjadi lebih segar dan hangat (Hastuti, 2018:1).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Parfum - poltekkes-tjk.ac.id

15

C. Minyak Atsiri Kopi

Gambar 2.3 Struktur Kafein

(Hastuti, 2018:3)

Minyak atsiri dikenal dengan nama minyak eteris atau minyak terbang

(essential oil, volatile) yang merupakan salah satu hasil metabolisme

tanaman. Bersifat mudah menguap pada suhu kamar, mempunyai rasa getir,

serta berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya. Minyak atsiri

larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air. Minyak atsiri pada

industri banyak digunakan sebagai bahan pembuat kosmetik, parfum,

antiseptik dan lain-lain. Beberapa jenis minyak atsiri mampu bertindak

sebagai bahan terapi (aromaterapi) atau bahan obat suatu jenis penyakit

(Arniputi et al, 2007:135).

Sedangkan aromaterapi berasal dari dua kata, yaitu aroma dan terapi. Aroma

berarti bau harum atau bau-bauan dan terapi berarti pengobatan. Sehingga

aromaterapi adalah salah satu pengobatan penyakit dengan menggunakan

bau-bauan yang umumnya berasal dari tumbuh-tumbuhan serta berbau harum,

gurih, dan enak yang disebut minyak atsiri. Aromaterapi adalah cara

pengobatan alternatif yang menggunakan uap dari minyak esensial dari

berbagai macam tanaman yang bisa dihirup untuk menyembuhkan berbagai

macam kondisi. Pada umumnya aromaterapi dilakukan untuk tujuan

meningkatkan mood, mengubah area kognitif, dan juga dapat digunakan

sebagai obat tambahan (Kurniasari, 2017:13).

Banyak yang mempertimbangkan minyak esensial alami sepenuhnya aman.

Ini didasarkan pada kesalahpahaman bahwa semua herbal aman dan karena

mereka alami. Toksisitas minyak atsiri tidak sepenuhnya tergantung pada

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Parfum - poltekkes-tjk.ac.id

16

konsentrasi tinggi. Semua minyak esensial adalah toksik pada dosis sangat

tinggi, terutama jika diminum. Banyak minyak atsiri yang dianggap tidak

beracun dapat memiliki efek toksik pada beberapa orang: ini dapat

dipengaruhi oleh sensitisasi sebelumnya terhadap yang diberikan minyak

atsiri, sekelompok minyak atsiri yang mengandung sejenis komponen dalam

minyak esensial. Itu bisa juga dipengaruhi oleh usia orang tersebut, bayi dan

anak-anak muda sangat rentan dan begitu juga orang yang sangat tua.

Pengaruh obat obatan lain, baik konvensional dan herbal, masih dalam tahap

awal sedang dipelajari. Ada kemungkinan bahwa obat-obatan ini, dan

mungkin juga produk rumah tangga, termasuk parfum dan kosmetik, dapat

mempengaruhi reaksi yang merugikan untuk minyak esensial. Minyak atsiri

dosis sangat kecil yang digunakan selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun

bisa menimbulkan efek toksik (Lis-Balchin, 2006:75).

Salah satu penyusun dalam biji kopi adalah minyak kopi. Kandungan minyak

biji kopi arabika sekitar 15%, sedangkan pada biji kopi robusta sekitar 10%.

Minyak biji kopi belum banyak dikembangkan di Indonesia (Yuwanti dkk,

2016:157). Menurut Esquivel dan Jimenez (2012), di Brazil minyak kopi

merupakan produk samping pengolahan kopi yang diperoleh dengan

mengempres kopi yang telah disangrai sebelum proses ekstraksi untuk

memperoleh soluble coffee.

Minyak biji kopi dapat diperoleh dari biji kopi kering maupun dari biji kopi

yang telah disangrai. Minyak kopi yang diperoleh dari biji kopi sangrai dapat

digunakan sebagai flavoring. Penggunaan minyak kopi tersebut digunakan

untuk memperbaiki flavor pada minuman yang berbahan kopi (Frascareli et

al, 2012).

Minyak biji kopi tersusun dari senyawa kafein, asam palmitat, asam linoleat,

asam stearat, dan sejumlah senyawa aromatik. Kafein merupakan unsur

terpenting pada kopi yang berfungsi sebagai perangsang, sedangkan kafeol

merupakan faktor yang menentukan flavor. Senyawa volatile pada minyak

kopi juga berpengaruh terhadap aroma kopi (Aziz dkk, 2009:2-3).

Kafein adalah senyawa alkaloid yang termasuk jenis metilxantin (1.3.7-

trimetilxanthyne) atau C8H10N4O2. Kafein dalam kondisi murni berupa serbuk

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Parfum - poltekkes-tjk.ac.id

17

putih berbentuk kristal prisma hexagonal, dan merupakan senyawa tidak

berbau, serta berasa pahit (Widyotomo dan Mulato, 2007:45).

D. Formulasi Parfum

1. Formulasi Eau de parfum

Berdasarkan Formularium Kosmetika Indonesia tahun 1985 : 56, formulasi

eau de parfum adalah sebagai berikut :

Tiap 100 ml mengandung

Bahan pewangi 7-15%

Dipropilen glikol 3%

Air demineralisata 3%

Etanol 96% ad 100%

Formulasi eau de parfum dibuat berdasarkan konsentrasi dalam SNI 16-4949-

1998 dengan konsentrasi bahan pewangi 11-15% yang kemudian

ditambahkan bahan fiksatif berupa benzophenon 2%, longlasting agent (pearl

fix) berupa 1%, dan solubilizer (polisorbate 20) perbandingan 1:1 dengan

aquadest.

2. Bahan Eau de parfum

a. Eau de parfum

Menurut SNI 16-4949-1998 eau de parfum merupakan sediaan kosmetik yang

mengandung bahan pewangi 11-15%. Dalam bahan pewangi pada parfum

meliputi 3 komponen notes yaitu top note, middle note, dan base note.

Pada formulasi eau de parfum ini digunakan berbagai minyak atsiri yaitu,

minyak lemon sebagai top note, fragrance beraroma cappucino sebagai

middle note, dan kombinasi antara minyak nilam dan minyak cendana sebagai

base note.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Parfum - poltekkes-tjk.ac.id

18

1) Minyak Lemon

Gambar 2.4 Minyak Lemon

(Dokumen Pribadi)

Minyak lemon diambil dari bagian kulit buahnya dengan cara

pengepresan dingin maupun uap. Minyak lemon termasuk ke dalam genus

Citrus. Komposisi senyawa yang terdapat dalam minyak lemon

diantaranya adalah limonene, sitronelal, geraniol, linalol, α-pinen, mirsen,

β-pinen, sabinen, geranil asetat, nonanal, geranial, β-kariofilen, dan α-

terpineol. Minyak atsiri lemon bermanfaat bagi kesehatan yaitu untuk

aromaterapi aroma lemon dapat menstabilkan sistem syaraf, menimbulkan

perasaan senang dan tenang, meningkatkan nafsu makan, dan

menyembuhkan penyakit (Rahmaisni, 2011:8).

2) Fragrance Cappucino

Gambar 2.5 Fragrance Cappucino

(Dokumen Pribadi)

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Parfum - poltekkes-tjk.ac.id

19

Minyak biji kopi (Coffea canephora L.) tersusun dari senyawa kafein,

asam palmitat, asam linoleat, asam stearat, dan sejumlah senyawa

aromatik. Kafein merupakan unsur terpenting pada kopi yang berfungsi

sebagai perangsang, sedangkan kafeol merupakan faktor yang

menentukan flavor. Senyawa volatile pada minyak kopi juga berpengaruh

terhadap aroma kopi (Aziz dkk, 2009:2-3).

Kafein adalah senyawa alkaloid yang termasuk jenis metilxantin (1.3.7-

trimetilxanthyne) atau C8H10N4O2 . Kafein dalam kondisi murni berupa

serbuk putih berbentuk kristal prisma hexagonal, dan merupakan senyawa

tidak berbau, serta berasa pahit (Widyotomo dan Mulato, 2007:45).

Minyak biji kopi yang diekstrak dengan pelarut etanol 96% memiliki

warna yang hitam pekat dan kental serta memiliki endapan (Aziz et all.,

2009 dalam Mustakim, 2019:25). Warna hitam pekat pada parfum hasil

formulasi juga disebabkan bahan-bahan yang terkandung di dalamnya

tidak tercampur secara sempurna (Williams dan Schmitt, 1996 dalam

Mustakim, 2019:25).

Fragrance atau pewangi bukanlah suatu bahan tunggal dengan sifat yang

jelas, malainkan suatu campuran dari beberapa bahan kimia, dimana

masing-masing memiliki sifat yang unik. Fragrance merupakan

campuran berbagai bahan kimia sintetik yang menimbulkan aromatik

tertentu (Herman, 2005:307). Fragrance beraroma cappucino merupakan

sediaan yang berupa bahan kimia sintetik yang menimbulkan aroma kopi

cappucino yang dapat digunakan dalam campuran pembuatan sediaan eau

de parfum karena berbentuk jernih dan lebih wangi.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Parfum - poltekkes-tjk.ac.id

20

3) Minyak Nilam

Gambar 2.6 Minyak Nilam

(Dokumen Pribadi)

Nilam (Pogostemon cablin) adalah salah satu semak tropis penghasil

sejenis minyak atsiri yang dinamakan minyak nilam. Dalam perdagangan

internasional, minyak nilam dikenal sebagai minyak patchouli. Minyak

nilam dikenal kuat dan telah digunakan berabad-abad sebagai wangi-

wangian (parfum) dan bahan dupa (Daniel, 2012 dalam Khairina,

2017:11).

Beberapa komponen utama penyusun minyak nilam meliputi, patchouli

alcohol, patchouli camphor, eugenol, benzaldehyde, cinnamic aldehyde,

dan cadiene. Minyak nilam memiliki peranan sebagai fiksatif atau bahan

pengikat minyak lainnya sehingga harumnya dapat bertahan lama,

sehingga minyak nilam banyak dipakai sebagai bahan baku yang penting

dalam industri parfum dan kosmetik lainnya (Lutony dan Yeyet, 2000

dalam Khairina, 2017:11).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Parfum - poltekkes-tjk.ac.id

21

4) Minyak Cendana

Gambar 2.7 Minyak Cendana

(Dokumen Pribadi)

Cendana (Santalum album L.) merupakan sumber penghasil minyak atsiri

dan merupakan komoditi hasil hutan bukan kayu yang potensial di

Provinsi NTT dan tergolong mewah karena sifat kayu terasnya yang khas

dan mengandung minyak dengan aroma yang spesifik.

Rendemen minyak cendana yang diperoleh dengan cara penyulingan uap

langsung (steam destillation) berkisar antara 2-3 %. Santalol merupakan

komponen utama minyak cendana dan telah digunakan sebagai indikator

dalam menentukan kualitas minyak cendana. Minyak cendana mempunyai

kandungan senyawa santalol sekitar 80-90 %.

Minyak cendana merupakan bahan penting untuk pembuatan parfum dan

kosmetik, selain itu juga dapat dipergunakan sebagai campuran dalam

industri sabun. Minyak cendana merupakan minyak yang sangat harum

oleh karena itu minyak ini dipergunakan sebagai pengikat bahan pewangi

lain (fiksasi) yang digunakan dalam industri parfum, dan hasilnya sebagian

besar diekspor (Ariyanti dan Asbur, 2018:559-560).

b. Dipropilen Glikol

Gambar 2.8 Dipropilen Glikol

(Kwan et all, 2014:155)

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Parfum - poltekkes-tjk.ac.id

22

Dipropilen glikol dengan nama lain hydropropyloxypropanol, rumus molekul

C6H14O3 adalah cairan kental, tidak berwarna, tidak berbau, rasa agak manis,

dan higroskopik. Dipropilen glikol dapat bercampur dengan air, dengan

etanol (95%)P dan dengan kloroform P, larut dalam 6 bagian eter P, tidak

dapat bercampur dengan eter minyak tanah P, dan dengan minyak lemak.

Dipropilen glikol digunakan sebagai zat tambahan, pelarut, dan pembasah

(Depkes RI, 1979:534).

c. Air demineralisata

Air demineralisata dengan rumus molekul H2O dibuat dengan air minum yang

dimurnikan menggunakan penukar ion yang cocok. Air demineralisata

merupakan cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak mempunyai

rasa. Kegunaan dari air demineralisata adalah sebagai pelarut (Depkes RI,

1979:96).

d. Etanol 96%

Etanol dengan rumus molekul C2H2O adalah campuran etilalkohol dan air,

cairan tidak berarna, jernih, mudah menguap dan mudah bergerak, bau khas,

rasa panas, mudah terbakar, dengan memberikan nyala biru yang tidak

berasap. Etanol sangat mudah larut dalam air, dalam kloroform P dan dalam

eter P (Depkes RI, 1979:65).

e. Benzophenone

Gambar 2.9 Benzophenone

(Kwan et all, 2014:103)

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Parfum - poltekkes-tjk.ac.id

23

Nama lain : Sulisobenzone

Rumus Molekul : C14H12O6S

Berat Molekul : 308,31

Kelarutan : Larut dalam etanol dan dietil eter

Kegunaan : Penyerap UV, Filter UV (Kwan et all, 2014:103)

f. Pearl Fix

Gambar 2.10 Phenoxyethanol

(Kwan et all, 2014:245)

Nama lain : 2-phenoxyethanol, Phenoxyethanolum, Phenoxytol

Rumus molekul : C8H10O2

Berat molekul : 138,16

Kelarutan : Larut dalam air, etanol, kloroform, gliserol, dan aseton.

Kegunaan : pewangi dan pengawet (Kwan et all, 2014:245)

g. Polisorbate 20

Nama lain : Polysorbatum 20, Sorbimarcogol laurate 300, Tween 20

Berat molekul : 354.57

Kelarutan : Larut dalam air, etanol, methanol, dan etil asetat.

Kegunaan : Agen pengemulsi, pengharum, agen pelarutan (Kwan et

all, 2014:254)

E. Evaluasi Mutu Parfum

Menurut SNI 16-4949-1998 tentang parfum, beberapa pengujian yang

dilakukan dalam proses evaluasi mutu parfum antara lain uji organoleptik, uji

homogenitas, uji volume terpindahkan, uji nilai bobot jenis, dan uji kesukaan.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Parfum - poltekkes-tjk.ac.id

24

1. Uji Organoleptik

Uji organoleptik merupakan cara pengujian dengan menggunakan alat indera

manusia sebagai alat ukur terhadap penelitian suatu produk. Indera manusia

adalah instrumen yang digunakan dalam analisis sensor, terdiri dari indera

penglihatan, penciuman, pencicipan, peradaban, dan pendengaran. Penilaian

kualitas sensorik produk bisa dilakukan dengan melihat bentuk, ukuran,

kejernihan, kekeruhan, warna, dan sifat-sifat permukaan dengan indera

penglihatan (Setyaningsih dkk, 2010:7-8)

Bau atau aroma merupakan sifat sensori yang paling sulit untuk

diklasifikasikan dan diperjelas karena ragamnya yang begitu besar.

Penciuman dapat dilakukan terhadap produk secara langsung (Setyaningsih

dkk, 2010:9).

Suatu cairan dinyatakan jernih jika kejernihannya sama dengan air atau

pelarut yang digunakan bila diamati di bawah sinar yang terdifusi (Depkes

RI, 1995:998).

Pengamatan uji dilakukan dengan membandingkan sediaan dengan sifat fisik

pada SNI 16-4949-1998 tentang sediaan eau de parfum yaitu beraroma harum

atau khas dan berbentuk jernih.

2. Uji Homogenitas

Sediaan diamati secara subjektif dengan cara mengoleskan sedikit parfum di

atas kaca objek dan dan diamati susunan partikel yang terbentuk atau

ketidakhomogenan partikel terdispersi dalam parfum yang terlihat pada kaca

objek (Depkes RI, 1979:33). Pengamatan uji dilakukan dengan

membandingkan sediaan dengan sifat fisik pada SNI 16-4949-1998 tentang

sediaan eau de parfum yaitu homogen.

3. Uji Volume Terpindahkan

Uji ini dilakukan dengan sebagai jaminan bahwa sediaan yang dikemas dalam

wadah, jika dipindahkan dari wadah aslinya, akan memberikan volume

sediaan seperti yang tertera pada etiket (Depkes RI, 1995:1089). Hasil uji

volume terpindahkan dapat dibandingkan dengan standar menurut Farmakope

Indonesia edisi IV halaman 1089 yang mempersyaratkan tidak satupun

volume yang kurang dari 95%.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Parfum - poltekkes-tjk.ac.id

25

4. Uji Nilai Bobot Jenis

Bobot jenis adalah perbandingan bobot zat di udara, pada suhu yang telah

ditetapkan terhadap bobot air dengan volume dan suhu yang sama. Penetapan

bobot jenis dilakukan dengan piknometer yang telah dikalibrasi dengan

menetapkan bobot pikonometer dan bobot air, kurangkan bobot piknometer

kosong dari bobot piknometer yang telah diisi. Bobot jenis suatu zat adalah

hasil yang diperoleh dengan membagi bobot zat dengan bobot air dalam

piknometer (Depkes RI, 1995:1030). Pengamatan uji dilakukan dengan

membandingkan nilai bobot jenis sediaan dengan bobot jenis pada SNI 16-

4949-1998 tentang sediaan eau de parfum yaitu 0,7-1,2.

5. Uji Kesukaan

Uji kesukaan juga disebut uji hedonik. Panelis diminta tanggapan pribadinya

tentang kesukaan atau sebaliknya (ketidaksukaan). Mereka juga

mengemukakan tingkat kesukaanya. Tingkat-tingkat kesukaan ini disebut

skala hedonik. Tingkatan kesukaan meliputi “suka”, “tidak suka” atau

“netral” (Setyaningsih dkk, 2010:59).

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Parfum - poltekkes-tjk.ac.id

26

F. Kerangka Teori

Gambar 2.11 Kerangka Teori

Parfum

Pewangi Alami

Formulasi dan pembuatan eau de

parfum cappucino

Formulasi Eau de parfum

(Formularium Kosmetika

Indonesia, 1985 : 56)

Tiap 100 ml mengandung:

Bahan pewangi 7-15%

Dipropilen glikol 3%

Air demineralisata 3%

Etanol ad 100%

Evaluasi mutu eau de parfum

(SNI 16-4949-1998):

1. Uji organoleptik

2. Uji homogenitas

3. Uji volume terpindahkan

4. Uji nilai bobot jenis

5. Uji kesukaan

Pewangi Sintetik

Wangi yang lebih tajam,

menimbulkan rasa pusing,

mengandung neurotoxin

(racun yang bisa merusak

pembuluh darah atau syaraf

otak) dan terdapat juga

kandungan karsinogenik

Wangi yang lebih lembut

sehingga lebih nyaman

digunakan, dapat

memberikan rangsangan

psikologis berupa efek

menenangkan dan

menyegarkan tubuh

Pewangi Alami

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Parfum - poltekkes-tjk.ac.id

27

G. Kerangka Konsep

Gambar 2.12 Kerangka Konsep

H. Definisi Operasional

Tabel 2.2 Definisi Operasional

No Variabel

Penelitian

Definisi Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala

1.

Variabel bebas :

Konsentrasi

fragrance aroma

cappucino dalam

eau de parfum

Konsentrasi

fragrance

aroma

cappucino

diformulasi-

kan dalam

eau de

parfum

Mengukur

fragrance

aroma

cappucino

menggunakan

pipet ukur,

kemudian

ditambahkan

ke dalam

formula eau

de parfum

Pipet Ukur

5 ml

Enam formula

eau de parfum

a. Kontrol positif

:

Eau de

parfum

beredar di

pasaran yang

mengandung

middle note

minyak kopi.

b. F1 :

Eau de parfum

11% ⁄

c. F2 :

Eau de parfum

12% ⁄

d. F3 :

Eau de parfum

13% ⁄

e. F5 :

Eau de parfum

14% ⁄

f. F5 :

Eau de parfum

Rasio

Formulasi dan pembuatan eau de

parfum cappucino dengan variasi

konsentrasi 11%, 12%, 13%, 14,%

dan 15%

Evaluasi mutu eau de parfum

1. Uji organoleptik

2. Uji homogenitas

3. Uji volume

terpindahkan

4. Uji nilai bobot jenis

5. Uji kesukaan

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Parfum - poltekkes-tjk.ac.id

28

2.

Variabel terikat:

a. Uji

Organoleptik

1) Warna

2) Aroma

3) Kejernihan

b. Uji

Homogenitas

Sensasi

sistem visual

peneliti

terhadap

formulasi

eau de

parfum

cappucino

meliputi,

terbentuknya

warna

sediaan

Penciuman

peneliti

berupa

terciptanya

aroma khas

terhadap

formulasi

eau de

parfum

cappucino

Pengamatan

visual

terhadap

jerih

tidaknya

suatu cairan

pada

formulasi

eau de

parfum

cappucino

Susunan

yang

homogen dan

tidak terlihat

adanya butir-

butir kasar

Melihat

warna dari

eau de parfum

yang telah

dibuat

Mencium

aroma eau de

parfum yang

telah dibuat

Memasukkan

sediaan eau

de parfum

pada tabung

reaksi dan

diamati secara

visual di

bawah cahaya

yang tegak

lurus

Meneteskan

3-4 tetes

sediaan eau

de parfum

pada kaca

objek lalu

Checklist

Checklist

Checklist

Checklist

15% ⁄

1=Tidak

Berwarna

2= Sedikit

Kekuningan

3= Kekuningan

1= Aroma Lemon

2= Aroma Kopi

3= Dedaunan

4=Manis

1= Jernih

2= Tidak Jernih

1 = Homogen

2= Tidak

Homogen

Nominal

Nominal

Ordinal

Ordinal

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Parfum - poltekkes-tjk.ac.id

29

c. Uji Volume

Terpindahkan

d. Uji Nilai

Bobot Jenis

e. Uji Kesukaan

pada eau de

parfum

cappucino

pada kaca

objek

Penuangan

pada gelas

ukur untuk

melihat

apakah

sesuai

dengan

volume yang

diminta atau

tidak pada

eau de

parfum

cappucino

Besarnya

nilai bobot

jenis

terhadap

formulasi

eau de

parfum

cappucino

Penilaian

mengenai

kesukaan

atau

sebaliknya

(ketidaksuka

an) terhadap

formulasi

eau de

parfum

cappucino

ditutup

kembali

dengan kaca

objek lain

Menuangkan

sediaan eau

de parfum

pada gelas

ukur untuk

mengetahui

apakah sesuai

dengan

volume yang

diinginkan

atau tidak.

Menetapkan

nilai bobot

jenis eau de

parfum

dengan

piknometer

Menilai suka

atau tidak

suka terhadap

sediaan eau

de parfum

yang telah

dibuat

Gelas ukur

50 ml

Pikno-

meter 5 ml

Checklist

Nilai hasil

pengukuran

volume pada

gelas ukur (dalam

angka)

Nilai bobot jenis

(dalam angka)

1= Suka

2= Tidak

suka

3= Netral

Rasio

Rasio

Ordinal