BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluaragarepository.ump.ac.id/1368/3/CATUR LINA W. BAB II.pdf ·...

35
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluaraga 1. Definisi keluarga Definisi keluarga yang berorientasi tradisional, yaitu sebagi berikut: keluarga terdiri atas individu yang bergabung bersama oleh ikatan pernikahan, darah, atau adopsi dan tinggal di dalam satu rumah yang sama. Saat ini, definisi keluarga tradisional terbatas, baik dalam hal penerapannya maupun inkluvitasnya ( U. S. Bureau of the Census dalam Friedman, 2010). Keluarga adalah unit terkecil dalam masyrakat yang terdiri dari suami-istri atau suami-istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya. (BKKBN, 1992 dalam murwani, 2007) Keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama, sehingga mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalam interelasi sosial, peran dan tugas. (Spredley & Allender, 1996 dalam Murwani, 2007) Jadi dari beberapa pendapat diatas dapatvdisimpulkan bahwa keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari satu atau lebih individu yang tinggal dalam satu rumah. Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluaragarepository.ump.ac.id/1368/3/CATUR LINA W. BAB II.pdf ·...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluaragarepository.ump.ac.id/1368/3/CATUR LINA W. BAB II.pdf · interelasi sosial, peran dan tugas. (Spredley & Allender, 1996 dalam Murwani, 2007)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Keluaraga

1. Definisi keluarga

Definisi keluarga yang berorientasi tradisional, yaitu sebagi

berikut: keluarga terdiri atas individu yang bergabung bersama oleh

ikatan pernikahan, darah, atau adopsi dan tinggal di dalam satu rumah

yang sama. Saat ini, definisi keluarga tradisional terbatas, baik dalam

hal penerapannya maupun inkluvitasnya ( U. S. Bureau of the Census

dalam Friedman, 2010).

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyrakat yang terdiri dari

suami-istri atau suami-istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau

ibu dan anaknya. (BKKBN, 1992 dalam murwani, 2007)

Keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama,

sehingga mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalam

interelasi sosial, peran dan tugas. (Spredley & Allender, 1996 dalam

Murwani, 2007)

Jadi dari beberapa pendapat diatas dapatvdisimpulkan bahwa

keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari satu

atau lebih individu yang tinggal dalam satu rumah.

Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluaragarepository.ump.ac.id/1368/3/CATUR LINA W. BAB II.pdf · interelasi sosial, peran dan tugas. (Spredley & Allender, 1996 dalam Murwani, 2007)

9

2. Fungsi keluarga

Menurut Setyowati & Murwani (2007) fungsi keluarga yang

berhubungan dengan struktur, yaitu:

a. Struktur legalisasi :Masing – masing keluarga mempunyai hak

yang sama dalam menyampaikan pendapat (demokrasi)

b. Struktur yang hangat, menerima, dan toleransi

c. Struktur yang terbuka dan anggota keluarga yang terbuka :

mendorong kejujuran dan kebenaran (honesty dan authenicity)

d. Struktur : suka melawan dan tergantung pada peraturan

e. Struktur yang bebas : tidak ada peraturan yang memaksa

(permissiveness)

f. Struktur yang kasar : abuse (menyiksa, sukar berteman)

g. Suasana emosi yang dingin (isolasi, sukar berteman)

h. disorganisasi keluarga (disfungsi individu, stress emosional)

Sedangkan menurut Friedman (2010) mengidentifikasikan lima

fungsi dasar keluarga, sebagai berikut:

a. Fungsi afektif

Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga,

yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi keluarga berguna

untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan

melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan

kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.

Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluaragarepository.ump.ac.id/1368/3/CATUR LINA W. BAB II.pdf · interelasi sosial, peran dan tugas. (Spredley & Allender, 1996 dalam Murwani, 2007)

10

Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam

melaksanakan fungsi afektif adalah:

1. Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima,

saling mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih

sayang dan dukungan dari anggota keluarga lain.

2. Saling menghargai : bila anggota keluarga saling menghargai

dan mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga

serta selalu mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi

afektif akan tercapai.

3. Ikatan dan identifikasi, ikatan keluarga dimulai sejak pasangan

sepakat memulai pasangan hidup.

b. Fungsi sosialisasi

Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan

yang dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan

belajar berperan dalam lingkungan sosial.

c. Fungsi reproduksi

Keluarga berfungsi untuk memeruskan keturunan dan

menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu

perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis

pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah

mempertahankan keturunan.

Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluaragarepository.ump.ac.id/1368/3/CATUR LINA W. BAB II.pdf · interelasi sosial, peran dan tugas. (Spredley & Allender, 1996 dalam Murwani, 2007)

11

d. Fungsi ekonomi

Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan

seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan

makanan, pakaian, dan tempat tinggal.

e. Fungsi perawatan kesehatan

Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan

praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya

gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang

sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan

mempengaruhi status kesehatan keluarga. Adapun tugas kesehatn

keluarga adalah sebagi berikut. (Friedmann. 2010)

1. Mengenal masalah kesehatan

2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

4. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat

5. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas

kesehatan masyarakat.

3. Tipe dan bentuk keluarga

Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari

berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial

maka tipe keluarga berkembang mengikutinya. Agar dapat

mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat

kesehtan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga.

Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluaragarepository.ump.ac.id/1368/3/CATUR LINA W. BAB II.pdf · interelasi sosial, peran dan tugas. (Spredley & Allender, 1996 dalam Murwani, 2007)

12

Berikut merupakan tipe keluarga menurut Setyowati & Murwani

(2007) :

a. Tipe keluarga tradisional

1. Keluarga inti, yaitu satu rumah tangga yang terdiri dari suami,

istri, dan anak (kandung atau angkat)

2. Keluarga besar, yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga

lain yang mempuyai hubungan darah, misal : kakek, nenek,

keponakan, paman, bibi.

3. Keluarga “Dyad”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari

suami dan istri tanpa anak

4. “Single Parent”, yaitu suatu rumah tanggayang terdiri dari satu

orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi

ini dapt disebabkan oleh perceraian atau kematian.

5. “Single Adult”, yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri

seorang dewasa. Misal: seorang yang telah dewasa kemudian

tinggal kost untuk bekerja atau kuliah.

b. Tipe keluarga non tadisional

1. The unmarried teenege mather

Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan

anak dari hubungan tanpa nikah.

2. The stepparent family

Keluarga dengan orang tua tiri.

Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluaragarepository.ump.ac.id/1368/3/CATUR LINA W. BAB II.pdf · interelasi sosial, peran dan tugas. (Spredley & Allender, 1996 dalam Murwani, 2007)

13

3. Commune family

Beberapa pasangan keluaga (dengan anaknya) yang tidak ada

hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber

dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama : sosialisasi

anak dengan melalui aktivitas kelompok atau membesarkan

anak bersama

4. The non marital heterosexual cohibiting family

Keluarga yang hidup bersama dan berganti – ganti pasangan

tanpa melalui pernikahan.

5. Gay and lesbian family

Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama

sebagai suami istri (marital partners)

6. Cohibiting couple

Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan

karena beberapa alasan tertentu

7. Group-marriage family

Beberapa orang dewasamenggunakan alat – alat rumah tangga

bersama saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu

termasuk sexual dan membesarkan anaknya.

8. Group network family

Keluarga inti yang dibatasi set aturan atau nilai – nilai, hidup

bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling

Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluaragarepository.ump.ac.id/1368/3/CATUR LINA W. BAB II.pdf · interelasi sosial, peran dan tugas. (Spredley & Allender, 1996 dalam Murwani, 2007)

14

menggunakan barang – barang rumah tangga bersama,

pelayanan, dan tanggung jawab membesarkan anaknya

9. Foster family

Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga

atau saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua

anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan

kembali keluarga yang lainnya.

10. Homeless family

Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan

yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan

dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.

11. Gang

Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang – orang

muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang

mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan

kriminal dalam kehidupannya.

4. Tahap dan perkembangan keluarga

Tahap keluarga adalah suatu interval waktu dengan struktur

dan interaksi hubungan peran dalam keluarga yang berbeda secara

kualitatif dan kuantitatif dari periode lain. Tahap keluarga memiliki

rentan waktu yang cukup besar dan, meskipun transisi

menghubungkan satu tahap ke tahap lain, terdapat pemutusan

hubungan sehingga setiap tahap memiliki ciri berbeda. Adapun tahap –

Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluaragarepository.ump.ac.id/1368/3/CATUR LINA W. BAB II.pdf · interelasi sosial, peran dan tugas. (Spredley & Allender, 1996 dalam Murwani, 2007)

15

tahap perkembangan keluarga berdasarkan konsep Duval and Miller

dalam Friedman (2010) adalah :

a. Tahap I : Pembentukan pasangan Baru

Pembentukan pasangan menandakan permulaan suatu

keluarga baru dengan pergerakan dari membentuk keluarga asli

sampai kehubungan intim yang baru. Tahap ini juga disebut tahap

pernikahan. Tugas perkembangan keluarga yaitu membentuk

pernikahan yang memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan

secara harmonis dengan jaringan kekerabatan, dan pada periode

ini, perencanaan keluarga meliputi tiga tugas kritis.

b. Tahap II : Childbering family

Tahap ini dimulai dengan kelahiran anak pertama dan

berlanjut sampai bayi berusia 30 bulan. Setelah hadirnya anak

pertama, keluarga memiliki beberapa tugas perkembangan penting.

Suami, istri, dan anak harus mempelajari peran barunya, sementara

unit keluarga inti mengalami perkembangan fungsi dan tanggung

jawab. Tugas perkembangan keluarga yaitu membentuk keluarga

muda sebagai suatu unit yang stabil (menggabungkan bayi yang

baru lahir ke dalam keluarga), memperbaiki hubungan setelah

konflik mengenai tugas perkembangan dan kebutuhan berbagai

anggota keluarga, mempertahankan hubungan pernikahan yang

memuaskan, dan memperluas hubungan dengan keluarga besar

Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluaragarepository.ump.ac.id/1368/3/CATUR LINA W. BAB II.pdf · interelasi sosial, peran dan tugas. (Spredley & Allender, 1996 dalam Murwani, 2007)

16

dengan menambahkan peran menjadi orang tua dan menjadi

kakek/nenek.

c. Tahap III : Keluarga dengan anak prasekolah

Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak

pertama berusia 2½ tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun.

Keluarga saat ini dapat terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan

posisi pasangan suami-ayah, istri-ibu, putra-saudara laki – laki, dan

putri-saudara perempuan. Keluarga menjadi lebih kompleks dan

berbeda. Tugas perkembangan keluarga yaitu memenuhi

kebutuhan anggota keluarga akan rumah, ruang, privasi, dan

keamanan yang memadai, mensosialisasikan anak,

mengintregasikan anak kecil sebagai anggota keluarga baru

sementara tetap memenuhi kebutuhan anak lain, dan

mempertahankan hubungan yang sehat di dalam keluarga.

d. Tahap IV : Keluarga dengan anak sekolah

Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah

dalam waktu penuh, biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika

ia mencapai pubertas, sekitas usia 13 tahun. Keluarga biasanya

mencapai jumlah anggota maksimal dan hubungan pada keluarga

pada akhir tahap ini juga maksimal. Tugas perkembangan keluarga

yaitu mensosialisasikan anak – anak mereka pada saat ini termasuk

meningkatkan prestasi sekolah. Tugas keluarga yang penting

lainnya adalah mempertahankan hubungan pernikahan yang

Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluaragarepository.ump.ac.id/1368/3/CATUR LINA W. BAB II.pdf · interelasi sosial, peran dan tugas. (Spredley & Allender, 1996 dalam Murwani, 2007)

17

memuaskan. Tugas perkembangan keluarga yaitu

mensosialisasikan anak – anak, termasuk meningkatkan prestasi

sekolah dan membantu hubungan anak – anak yang sehat dengan

teman sebaya, mempertahankan hubungan pernikahan yang

memuaskan, dan memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota

keluarga.

e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja

Tahap ini dimulai ketika anak pertama berusia 13 tahun.

Biasanya tahap ini berlangsung selama enam atau tujuh tahun,

walaupun dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga

lebih awal atau lebih lama jika anak tetap tinggal di rumah pada

usia lebih dari 19-20 tahun. Anak lainnya yang tinggal dirumah

biasanya anak usia sekolah. Tujuan utama keluarga pada tahap

anak remaja adalah melonggarkan ikatan keluarga untuk

memberikan tanggung jawab dan kebebasan remaja yang lebih

besar dalam mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa muda.

Tugas perkembangan keluarga yaitu menyeimbangkan kebebasan

dengan tanggung jawab pada saat anak remaja telah dewasa dan

semakin otonomi, memfokuskan kembali hubungan pernikahan,

dan berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak.

f. Tahap VI : Keluarga melepaskan anak dewasa muda

Permulaan fase kehidupan keluarga ini ditandai dengan

perginya anak pertama dari rumah orang tua dan berakhir dengan

Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluaragarepository.ump.ac.id/1368/3/CATUR LINA W. BAB II.pdf · interelasi sosial, peran dan tugas. (Spredley & Allender, 1996 dalam Murwani, 2007)

18

“kosongnya rumah”, ketika anak terakhir juga telah meninggalkan

rumah. Tahap ini dapat cukup singkat atau cukup lama, bergantung

pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang belum

menikah tetap tinggal di rumah setelah mereka menyelesaikan

SMU atau kuliahnya. Tugas perkembangan keluarga yaitu

memperluas lingkaran keluarga terhadap anak dewasa muda,

termasuk anggota keluarga baru yang berasal dari perikahan anak –

anaknya, melanjutkan untuk memperbarui dan menyesuaikan

kembali hubungan pernikahan, dan membantu orang tua suami dan

istri yang sudah menua dan sakit.

g. Tahap VII : Orang tua paru baya

Tahap ketujuh dari siklus kehidupan keluarga, merupakan

tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika orang tua

berusia sektar 45 sampai 55 tahun dan berakhir dengan pensiunnya

pasangan, biasanya 16 sampai 18 tahun kemudian. Tugas

perkembangan keluarga yaitu menyediakan lingkungan yang

meningkatkan kesehatan, mempertahankan kepuasan dan

hubungan yang bermakna antara orang tua yang telah menua dan

anak mereka, dan memperkuat hubungan pernikahan.

h. Tahap VIII : Keluarga lansia dan pensiunan

Tahap ini dimulai dengan pensiun salah satu atau kedua

pasangan, berlanjut sampai kehilangan salah satu pasangan, dan

berakhir dengan kematian pasangan yang lain. Tugas

Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluaragarepository.ump.ac.id/1368/3/CATUR LINA W. BAB II.pdf · interelasi sosial, peran dan tugas. (Spredley & Allender, 1996 dalam Murwani, 2007)

19

perkembangan keluarga yaitu mempertahankan penataan

kehidupan yang memuaskan, menyesuaikan terhadap penghasilan

yang berkurang, mempertahankan hubungan pernikahan,

menyesuaikan terhadap kehilangan pasangan, mempertahankan

ikatan keluarga antar generasi, dan melanjutkan untuk

merasinalisasi kehilangan keberadaan anggota keluarga

(peninjauan dan integrasi kehiduan).

5. Struktur keluarga

Menurut Setyowati & Murwani (2007) struktur keluarga terdiri atas :

a. Pola dan proses komunikasi

Pola interaksi keluarga yang berfungsi : (1) bersifat terbuka dan

jujur, (2) selalu menyelesaikan konflik keluarga, (3) berpikir

positif, dan (4) tidak mengulang-ulang isu dan pendapatan

sendiri. Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk :

1. Karakteristik pengirim : yakin dalam mengemukakan suatu

pnedapat, apa yang disampaikan jelas, dan berkualitas,

selalu meminta dan menerima umpan balik.

2. Karakteristik penerima : sikap mendengarkan, memberikan

umpan balik, melakukan validasi

b. Struktur peran

Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan

sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud

dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam

Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluaragarepository.ump.ac.id/1368/3/CATUR LINA W. BAB II.pdf · interelasi sosial, peran dan tugas. (Spredley & Allender, 1996 dalam Murwani, 2007)

20

masyarakat misalnya sebagai istri, suami, anak, dan

sebagainya.

c. Struktur kekuatan

Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan

aktual) dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi

untuk merubah perilaku orang lain kearah positif. Ada

beberapa macam tipe struktur kekuatan, sebagai berikut :

1. Legitimati power

2. Referent power

3. Reward power

4. Corective power

5. Affective power

d. Nilai – nilai keluarga

Nilai merupakan suatu sistem, sikap, dan kepercayaan

yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga

dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu

pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma

adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat

berdasarkan sistem nilai dalam keluarga. Budaya adalah

kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi, dan

ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.

Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluaragarepository.ump.ac.id/1368/3/CATUR LINA W. BAB II.pdf · interelasi sosial, peran dan tugas. (Spredley & Allender, 1996 dalam Murwani, 2007)

21

6. Struktur peran keluarga

Sebuah peran didefinisikan sebagai kumpulan dari perilaku

yang secara ralatif homogen dibatasi secara normatif dan diharapkan

dari seseorang yang menempati posisi sosial yang diberikan. Peran

berdasarkan pada pengharapan atau penetapan peran yang membatasi

apa saja yang harus dilakukan oleh individu di dalam situasi tertentu

agar memenuhi harapan diri atau orang lain terhadap mereka. Posisi

atau status didefinisikan sebagi letak seseorang dalam suatu sistem

sosial.

Menurut Friedman (2010) peran keluarga dapat

diklasifikasikan menjadi dua yaitu :

a. Peran Formal Keluarga

Peran formal adalah peran eksplisit yang terkandung

dalam struktur peran keluarga (ayah-suami,dll). Yang terkait

dengan masing – masing posisi keluarga formal adalah peran

terkait atau sekelompok perilaku yang kurang lebih homogen.

Keluarga membagi peran kepada anggota keluarganya dengan

cara yang serupa dengan cara masyarakat membagi perannya:

berdasarkan pada seberapa pentingnya performa peran terhadap

berfungsinya sistem tersebut. Beberapa peran membutuhkan

ketrampilan atau kemempuan khusus: peran yang lain kurang

kompleks dan dapat diberikan kepada mereka yang kuarang

terampil atau jumlah kekuasaanya paling sedikit.

Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluaragarepository.ump.ac.id/1368/3/CATUR LINA W. BAB II.pdf · interelasi sosial, peran dan tugas. (Spredley & Allender, 1996 dalam Murwani, 2007)

22

b. Peran Informal Keluarga

Peran informal bersifat implisit, sering kali tidak

tampak pada permukaannya, dan diharapkan memenuhi

kebutuhan emosional anggota keluarga dan/atau memelihara

keseimbangan keluarga. Keberadaan peran informal diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan integrasi dan adaptasi dari

kelompok keluarga.

7. Proses dan strategi koping keluarga

Proses dan strategi koping keluarga berfungsi sebagi proses

atau mekanisme vital yang memfasilitasi fungsi keluarga. Tanpa

koping keluarga yang efektif, fungsi afektif, sosialisasi, ekonomi, dan

perawatan kesehatan tidak dapat dicapai secara adekuat. Oleh karena

itu, proses dan strategi koping keluarga mengandung proses yang

mendasari yang menungkinkan keluarga mengukuhkan fungsi keluarga

yang diperlukan.

8. Keluarga sebagai klien

Pada penjabar konsep keperawatan keluarga, keseluruhan

keuarga dipandang sebagai klien atau sebagai fokus utama pengkajian

dan perawatan. Dalam hal ini, keluarga merupakan bagian terdepan,

sedangkan individu anggota keluarga berperan sebagai latar belakang

atau konteks. Keluarga dipandang sebagi sebuah sistem yang saling

mempengaruhi. Fokusnya adalah pada hubungan dan dinamika interna

keluarga, fungsi, dan struktur keluarga, dan hubungan subsistem

Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluaragarepository.ump.ac.id/1368/3/CATUR LINA W. BAB II.pdf · interelasi sosial, peran dan tugas. (Spredley & Allender, 1996 dalam Murwani, 2007)

23

dengan keseluruhan serta hubungan keluarga dengan lingkungan

luarnya. Pada tipe penjabaran keluarga yang terakhir inilah, kontribusi

unit keperawatan keluarga terlihat jelas.

Ketika teori sistem dan sibernatik menjadi cara utama

memandang dan menganalisis keluarga, terutama konsep mengenai

interaksi, sirkulasi, dan timbal balik. Pada keperawatan sistem

keluarga, hubungan antar penyakit, anggota keluarga, dan keluarga

dikaji dengan menggunakan perspektif interaksi ini dan dimasukan

kedalam rencana terapi. Tipe praktik ini melibatkan penggunaan

paradigma dan kerangka epistomologis yang berbeda untuk pengkajian

dan perawatan, yang ditandai dengan holisme dan hubungan kausal

yang sirkular. Keperawatan sistem keluarga menggunakan pengkajian

klinis lanjut dan ketrampilan intervensi yang berdasarkan pada

perpaduan keperawatan, terapi, dan teori sistem keluarga. Hal ini

menunjukan praktik keperawatan tingkat lanjut, dan konsentrasinya

yang simultan, yang ditunjukan tidak hanya pada keseluruhan keluarga

sebagai unit perawatan, tetapi juga pada berbagai sistem, seperti

individu, keluarga, dan sistem yang lebih besar.

Untungnya masih banyak upaya yang dilakukan pada perawatn

primer keluarga untuk memandang unit keluarga sebagai fokus utama

keparawatan, tetapi dengan adanya uapaya pengetatan biaya dan

kurangnya pembayaran untuk perawatan keluarga, upaya yang

dilakukan ini tidak tersebar secara luas.

Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluaragarepository.ump.ac.id/1368/3/CATUR LINA W. BAB II.pdf · interelasi sosial, peran dan tugas. (Spredley & Allender, 1996 dalam Murwani, 2007)

24

9. Peran perawat dalam pemberian asuhan keperawatan kesehatan

keluarga

Ada banyak peran perawat dalam membantu keluarga dalam

menyelesaikan masalah atau melakukan perawatan kesehatan keluarga,

diantaranya sebagai berikut:

a. Pendidik

Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada

keluarga dengan tujuan sebagi berikut : (1) keluarga dapt

melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri,

dan (2) bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan

keluarga. Dengan diberikan pendidikan kesehapatan /

penyuluhan diharapkan keluarga mampu mengatasi dan

bertanggung jawab terhadap masalah kesehtan.

b. Koordinator

Koordinator diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar

pelayanan yang komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga

sangat diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi

dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih

dan pengulangan.

c. Pelaksana

Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga yang baik di

rumah, klinik maupun rumah sakit bertanggung jawab dalam

memberikan perawatan langsung. Kontak pertama perawat

Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluaragarepository.ump.ac.id/1368/3/CATUR LINA W. BAB II.pdf · interelasi sosial, peran dan tugas. (Spredley & Allender, 1996 dalam Murwani, 2007)

25

kepada keluarga melalui anggota keluarga yang sakit. Perawat

dapat mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan keperawatan

yang diberikan dengan harapan keluarga nanti dan melakukan

asuhan langsung kepada anggota keluarga yang sakit.

d. Pengawas kesehatan

Sebagai pengawas kesehatan perawat harus melakukan home

visit atau kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi

atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.

Perawat tidak hanya melakukan kunjungan tetapi diharapkan

ada tindak lanjut dari kunjungan ini.

e. Konsultan

Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga dalam mengatasi

masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat pada

perawat maka hubungan perawat dan keluarga harus dibina

dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat

dipercaya. Maka dengan demikian, harus ada Bina Hubungan

Saling Percaya (BHSP) antara perawat dan keluarga.

f. Kolaborsi

Sebagai perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan

pelayan rumah sakit, puskesmas, dan anggota tim kesehatan

yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang

optimal. Kolaborasi tidak hanya dialukakan sebagai perawat di

Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluaragarepository.ump.ac.id/1368/3/CATUR LINA W. BAB II.pdf · interelasi sosial, peran dan tugas. (Spredley & Allender, 1996 dalam Murwani, 2007)

26

rumah sakit tetapi juga dikeluarga dan komunitaspun dapat

dilakukan.

g. Fasilitator

Peran perawat komunitas disini adalah membantu keluarga

dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat

kesehatan yang optimal. Kendala yang sering dialami keluarga

adalah keraguan didalam menggunakan pelayanan kesehatan,

masalah ekonomi, dan sosial budaya. Agar dapat melaksanakan

peran fasilitator dengan baik, maka perawat komunitas harus

mengetahui sistem pelayanan kesehatan, misalnya sistem

rujukan dan dana sehat.

h. Penemu kasus

Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah

mengidentifikasi kesehtan secara dini (case finding), sehingga

tidak terjadi ledakan atau Kejadian Luar Biasa (KLB).

i. Modifikasi lingkungan

Perawat komunitas juga harus dapat memodifikasi lingkungan,

baik lingkungan rumah, linkungan masyarakat, dan lingkungan

sekitarnya agar dapa tercipta lingkungan yang sehat.

Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluaragarepository.ump.ac.id/1368/3/CATUR LINA W. BAB II.pdf · interelasi sosial, peran dan tugas. (Spredley & Allender, 1996 dalam Murwani, 2007)

27

B. Konsep Penyakit Hipertensi

1. Definisi Hipertensi

Menurut JNC hipertensi terjadi apabila tekanan darah lebih dari

140/90 mmHg. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi

peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus – menerus pada

beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan satu atau

beberapa faktor resiko yang tidak berjalan sebagaimanan mestinya

dalam memepertahankan tekanan darah secara normal.(Saferi &

Mariza, 2013)

Hipertensi berkaitan dengan kenaikan darah sistolik atau

tekanan diastolik atau tekanan keduanya. Hipertensi dapat

didefinisikan sebagai tekanan darah tinggi peisten dimana tekanan

sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90

mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai

tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.(Brunner

& Suddarth, 2005)

Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang

memberi gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke

(untuk otak), penyakit jantung koroner (untuk pembuluh darah

jantung) dan hipertrofi ventrikel kanan / left ventricle hypertrophy

(untuk otot jantung). Dengan target organ di otak yang berupa stroke,

hipertensi menjadi penyebab utama stroke yang membawa kematian

yang tinggi. (Bustan, 2007)

Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluaragarepository.ump.ac.id/1368/3/CATUR LINA W. BAB II.pdf · interelasi sosial, peran dan tugas. (Spredley & Allender, 1996 dalam Murwani, 2007)

28

Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanda

gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri

menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal

jantung, serangan jantung, dan kerusakan ginjal.(Utaminingsih, 2009)

2. Anatomi Fisiologi

a. Anatomi Jantung

Gambar II.1 : Anatomi Jantung

b. Fisologi Jantung

Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut,

berongga, basisnya diatas, dan puncaknya dibawah. Apeksnya

(puncak) miring kesebelah kiri. Berat jantung kira – kira 300 gram.

Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluaragarepository.ump.ac.id/1368/3/CATUR LINA W. BAB II.pdf · interelasi sosial, peran dan tugas. (Spredley & Allender, 1996 dalam Murwani, 2007)

29

Ukuran jantung kira – kira sebesar kepalan tangan. Jantung dewasa

beratnya sntara 220 sampai 260 gram. Jantung terbagi oleh subuah

septum (sekat) menjadi dua belah, yaitu kiri dan kanan. Setiap

belahan kemudian dibagi lagi dalam dua ruang, yang teratas

disebut atrium, dan yang bawah disebut ventrikel. Maka di kiri

terdapat 1 atrium dan 1 ventrikel, dan di kanan juga terdapat 1

atrium dan 1 ventrikel. Disetiap sisi ada hubungan antara atrium

dan ventrikelmelalui lubang atrio-ventrikuler dan pada setiap

lubang tersebut terdapat katup: yang kanan bernama katup

(valvula) trikuspidalis dan yang kiri katup mitral atau katup

bikuspidalis. (Evelyn, 2007)

Jantung tersusun atas otot – otot yang bersifat khusus dan

terbungkus sebuah membran yang disebut perikardium. Membran

ini terdiri atas dua lapis : perikardium viseral adalah membran

serus yang lekat sekali pada jantung, dan perikardium parietal

adalah lapisan fibrus yang terlipat keluar dari basis jantung dan

membungkus jantung sebagai kantong longgar. Karena susunan

ini, jantung berada didalam dua lapis kantong perikardium, dan

diantara dua lapisan itu ada cairan serus. Karena sifat meminyaki

dari cairan itu, jantung dapat bergerak bebas.

Disebelah dalam jantung dilapisi endotelium. Lapisan ini

disebut endokardium. Terdapat tiga lapisan jaringan jantung :

1. Perikardium : lapisan luar.

Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluaragarepository.ump.ac.id/1368/3/CATUR LINA W. BAB II.pdf · interelasi sosial, peran dan tugas. (Spredley & Allender, 1996 dalam Murwani, 2007)

30

2. Miokardium : lapisan tengah, terdiri dari dua otot berserat yang

bertanggung jawab atau kontraksi jantung.

3. Endokardium : lapisan dalam, yang melepasi sebelah dalam

dari bilik – bilik dan katup – katup jantung.

Sebelah dalam dinding ventrikel ditandai berkas – berkas

otot yang tebal. Beberapa bentuk puting yaitu, otot – otot papilaris.

Pada tepi bawah otot – otot ini terkait benang – benang tendon

tipis, yaitu kordae tendinaee. Benang – benang ini mempunyai

kaitan kedua yaitu pada tepi bawah katup atrio-ventrikuler. Kaitan

ini menghindarkan kelopak katup terdorong masuk kedalam

atrium, bila ventrikel berkontraksi. (Evelyn, 2009)

c. Sirkulasi Darah

1. Peredaraan darah besar

Darah meninggalkan ventrikel kiri jantung melalui

aorta, yaitu arteri terbesar dalam tubuh. Aorta ini bercabang

menjadi arteri lebih kecil yang menghantarkan darah ke

berbagai bagian tubuh. Arteri – arteri ini bercabang dan

beranting lebih kecil lagi hingga samapi pada arteriola. Arteri –

arteri ini mempunyai dinding yang sangat berotot yang

menyempitkan salurannya dan menahan aliran darah.

Fungsinya adalah mempertahankan tekanan darah arteri dan

mengatur aliran darah dalam kapiler. Dinding kapiler sangat

tipis sehingga dapat berlangsung pertukaran zat antar plasma

Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluaragarepository.ump.ac.id/1368/3/CATUR LINA W. BAB II.pdf · interelasi sosial, peran dan tugas. (Spredley & Allender, 1996 dalam Murwani, 2007)

31

dan jaringan interstisil. Kemudian kapiler – kapiler ini

bergabung dan membentuk pembuluh lebih besar yang disebut

venula, yang kemudian juga bersatu menjadi vena, untuk

menghantarkan darah kembeli ke jantung. Semua vena bersatu

dan bersatu lagi hingga terbentuk dua batang vena, yaitu vena

cava inferior yang mengumpulkan darah dari badan dan

anggota gerak bawah, dan vena cava superior yang

mengumpulkan darah dari kepala dan anggota gerak atas.

Kedua pembuluh darah ini menuangkan isinya ke dalam atrium

kanan jantung.

2. Peredaran darah kecil

Darah dari vena kemudian masuk ke dalam ventrikel

kanan yang berkontarksi dan memompanya ke dalam arteri

pulmonalis. Arteri ini bercabang dua untuk menghantarkan

darahnya ke paru – paru kanan dan kiri. Darah tidak sukar

memasuki pembuluh – pembuluh darah yang menggali paru –

paru. Di dalam paru – paru setiap arteri membelah menjadi

arteruola dan akhirnya menjadi kapiler pulmonal yang

mengitari alveoli di dalam jaringan paru – paru untuk

memungut oksigen dan melepaskan karbondioksida.

3. Etiologi

Hipertensi tergantung pada kecepatan denyut jantung, volume

sekuncup dan Total Peripheral Resistence (TPR). Peningkatan

Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluaragarepository.ump.ac.id/1368/3/CATUR LINA W. BAB II.pdf · interelasi sosial, peran dan tugas. (Spredley & Allender, 1996 dalam Murwani, 2007)

32

kecepatan denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan abnormal

saraf atau hormon pada nodus SA. Peningkatan kecepatan denyut

jantung yang berlangsung kronik sering menyertai keadaan

hipertiroidisme. Namun, peningkatan kecepatan denyut jantung

biasanya dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup sehingga

tidak menimbulkan hieprtensi.

Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat

terjadi apabila terdapat peningkatan volume plasma yang

berkepanjangan, akibat gangguan penanganan garam dan air oleh

ginjal atau konsumsi garam yang berlebih. Peningkatan pelepasan

rennin atau aldosteron maupun penurunan aliran darah ke ginjal dapat

mengubah penanganan air dan garam oleh ginjal. Peningkatan volume

plasma akan menyebabkan peningkatan volume diastolik akhir

sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah.

Peningkatan preload biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan

sistolik.

Peningkatan TPR yang berlangsung lama dapat terjadi pada

peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau

responsivitas yang berlebihan dari arteriol terdapat rangsangan normal.

Kedua hal tersebut akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah.

Pada peningkatan TPR, jantung harus memompa secara lebih kuat dan

dengan demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk

mendorong darah melintasi pembuluh darh yang menyempit. Hal ini

Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluaragarepository.ump.ac.id/1368/3/CATUR LINA W. BAB II.pdf · interelasi sosial, peran dan tugas. (Spredley & Allender, 1996 dalam Murwani, 2007)

33

disebabkan peningkatan dalam afterload jantung dan biasanya

berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik. Apabila peningkatan

afterload berlangsung lama, maka ventrikel kiri mungkin mulai

mengalami hipertrofi (membesar). Dengan hipertrofi, kebutuhan

ventrikel akan oksigen semakin meningkat sehingga ventrikel harus

mampu memompa darah secara lebih keras lagi untuk memenuhi

kebutuhan tersebut. Pada hipertrofi, sarat – sarat otot jantung juga

mulai tegang melebihi panjang normalnya yang pada akhirnya

menyebabkan penurunan kontraktivitas dan volume sekuncup.

Pada beberapa tahun belakangan, faktor lainnya telah

dievaluasi, termasuk genetik, disfungsi endotel (yang tampak pada

perubahan endotelin dan nitrat oksida)

4. Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah

terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat

vasomotor ini Patofisiologi

Beberapa faktor yang saling berhubungan mungkin juga turut

serta menyebabkan peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi,

dan peran mereka berbeda pada setiap individu. Diantara faktor –

faktor yang telah dipelajari secara intensif adalah asupan garam,

obesitas, dan resistensi insulin, sistem rennin-angiotensin, dan sistem

saraf simpatis. bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke

korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia

simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,

Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluaragarepository.ump.ac.id/1368/3/CATUR LINA W. BAB II.pdf · interelasi sosial, peran dan tugas. (Spredley & Allender, 1996 dalam Murwani, 2007)

34

yang akan merangsang serabut saraf paksa ganglion ke pembuluh

darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan

kontriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan

ketakutan dapat memepengaruhi respon pembuluh darah terhadap

rangsang vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive

terhadap norepineprin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa

hal tersebut bisa tejadi.

Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasikontriksi. Medulla

adrenal mengsekresi epineprin yang menyebabkan vasokontriksi.

Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat

memperkuat respon vasokontriksi pembuluh darah. Vasokontriksi

yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan

pelepasan renin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang

kemudian diubah menjadi angitensin II, suatu vasokontriktor kuat,

yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks

adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus

ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor

tersebut cenderung pencetus keadaan hipertensi.

Perubahan struktur dan fungsional pada sistem pembuluh darah

perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi

pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi arterosklerosis, hilangnya

Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluaragarepository.ump.ac.id/1368/3/CATUR LINA W. BAB II.pdf · interelasi sosial, peran dan tugas. (Spredley & Allender, 1996 dalam Murwani, 2007)

35

elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos

pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan

distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan

arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume

darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan

penurunan curah jantung dan peningkatan tekanan perifer. (Brunner &

Suddarth, 2005 dalam Murwani, 2007)

5. Tanda dan Gejala

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan

gejala meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi

bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi

kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan

kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi,

maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.

Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa

timbul gejala berikut:

a. Sakit kepala

b. Kelelahan

c. Mual

d. Muntah

e. Sesak nafas

f. Gelisah

Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluaragarepository.ump.ac.id/1368/3/CATUR LINA W. BAB II.pdf · interelasi sosial, peran dan tugas. (Spredley & Allender, 1996 dalam Murwani, 2007)

36

g. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya

kerusakan pada otak, mata, jantung, dan ginjal.

Kadang penderiat hipertensi berat mengalami penurunan

kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak.

Keadaan ini disebut ensifalopati hipertensif, yang memerlukan

penanganan segera.

6. Penatalaksanaan umum

a. Penatalaksanaan non Farmakologik

Tindakan pengobatan supportif sesuai anjuran Joint National

Committee on Detenction, Evaluation and Treatment of High

Blood Pressure :

1. Turunkan BB pada obesitas

2. Pembatasan konsumsi garam dapur

3. Kurangi alkohol

4. Menghentikan merokok

5. Olahraga teratur

6. Diet rendah lemak jenuh

7. Pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan buah)

b. Penatalaksanaan Farmakologik

1. Diuretik thiazide, biasanya merupakan obat pertama yang

diberikan untuk mengobati hipertensi. Diuretik membantu

ginjal membuang garam dan air, yang akan mengurangi

volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan

Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluaragarepository.ump.ac.id/1368/3/CATUR LINA W. BAB II.pdf · interelasi sosial, peran dan tugas. (Spredley & Allender, 1996 dalam Murwani, 2007)

37

tekanan darah. Diuretik juga menyebabkan pelebaran

pembuluh darah. Diuretik menyebabkan hilangya kalium

melalui air kemih, sehingga kadang diberikan tambahan

kalium atau obat penahan kalium.

2. Penghambat adrenergik merupakan sekelompok obat yang

terdiri dari alfa-blocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker

labetalol, yang menghambat efek sistem saraf simpatis.

Sistem saraf simpatis adalah sistem saraf yang dengan

segera akan memberikan respon terhadap stres, dengan cara

meningkatkan tekanan darah.

3. Angiotensin converting inhibitor (ACE-inhibitor)

menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara

melebarkan arteri.

4. Angiotenain-II-bloker menyebabkan penurunan tekanan

darah dengan suatu mekanisme yang mirip dengan ACE-

inhibitor.

5. Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh

darah dengan mekanisme yang benar – benar berbeda.

6. Vasodilator langsung menyebabkan melebarnya pembuluh

darah. Obat dari golongan ini hampir selalu digunakan

sebagai tambahan terhadap obat anti-hipertensi lainnya.

7. Kedaruratan hipertensi (misalnya hipertensi maligna)

memerlukan obat yang menurunkan tekanan darah tinggi

Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluaragarepository.ump.ac.id/1368/3/CATUR LINA W. BAB II.pdf · interelasi sosial, peran dan tugas. (Spredley & Allender, 1996 dalam Murwani, 2007)

38

dengan segera. Beberapa obat bisa menurunkan tekanan

darah dengan cepat dan sebagian besar diberikan secara

intravena (melalui pembuluh darah):

Diazoxide

Nitroprusside

Nitroglycerin

Labetalol

Nifedipine ,merupakan kalsium antagonis dengan kerja

yang sangat cepat dan bisa diberikan per-oral (ditelan),

tetapi obat ini bisa menyebakan hipotensi, sehingga

pemberiannya harus diawasi secara tepat.

Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluaragarepository.ump.ac.id/1368/3/CATUR LINA W. BAB II.pdf · interelasi sosial, peran dan tugas. (Spredley & Allender, 1996 dalam Murwani, 2007)

39

7. Pathway Hipertensi

Sumber: NANDA 2014-2015

Sumber : (long, (1996) dalam Friedmann (2010)

Asupan Na ≥ Genetik, usia,

jenis kelamin

Stress

Retensi Na

Ginjal

Perubahan

membran sel Aktivitas

simpatis

Curah

jantung ↑

Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah ↑ Tahanan Perifer

HIPERTENSI

Upaya Perawatan:

Pemberian obat

tardisional (timun

rebus)

Periksa kemantri atau

bidan terdekat

Teknik relaksasi

Ketidakefektifan

Pemeliharaan

Kesehatan

Ketidakmampuan

keluarga merawat

anggota keluarga

yang sakit

Modifikasi gaya hidup dan

lingkungan

Teknik relaksasi

↓ suplai O2

otak

Resisten

pembuluh darah

otak

Ketidakmampuan

keluarga

memodifikasi

lingkungan

Penanganan tidak

tepat

Ketidakefektifan

manajemen regimen

terapeutik

Gangguan

perfusi jaringan

cerebral

Nyeri Kronis

Memanfaatkan fasilitas

kesehatan

Ketidakmampuan

keluarga

memanfaatkan

fasilitas kesehatan

Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluaragarepository.ump.ac.id/1368/3/CATUR LINA W. BAB II.pdf · interelasi sosial, peran dan tugas. (Spredley & Allender, 1996 dalam Murwani, 2007)

40

7. Fokus Intervensi

a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30

menit diharapkan keluarga mampu menegnal masalah yang

dialami oleh keluarga.

Intervensi :

1. Gali pengetahuan keluarga mengenai masalah kesehatan

2. Jelaskan tanda dan gejala umum penyakit

3. Berikan kesempatan klien dan keluarga untuk bertanya

4. Beri reinforcement atas kemampuan keluarga untuk

mengidentifikasi masalah

b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan mengenai

tindakan yang tepat

Tujuan : setelah dilakukan pertemuan selam 1x30 menit

diharapkan keluarga dapat mengambil keputusan mengenai

tindakan yang tepat.

Intervensi :

1. Diskusikan bersama keluarga dalam mengambil keputusan

dan tindakan yang tepat.

2. Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan yang tepat.

3. Beri reinforcement atas keputusan keluarga

Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluaragarepository.ump.ac.id/1368/3/CATUR LINA W. BAB II.pdf · interelasi sosial, peran dan tugas. (Spredley & Allender, 1996 dalam Murwani, 2007)

41

c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggot keluarga yang sakit

Tujuan : setelah dilakukan pertemuan selama 1x30 menit

diharapkan keluarga mampu merawat anggota keluarga yang

sakit.

Intervensi :

1. Gali pengetahuan keluarga tentang perawatan pada anggota

keluarga yang sakit hipertensi.

2. Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan pada anggota

keluarga dengan hipertensi

3. Beri kesempatan klien dan keluarga untuk bertanya.

d. Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan

dengan anggota keluarga menderita hipertensi

Tujuan : setelah dilakukan pertemuan selama 1x30 menit

diharapkan keluarga mampu memodifikasi linkungan yang

sehat dengan anngota keluarga menderita hipertensi.

Intervensi :

1. Identifikasi lingkungan yang tepat untuk anggota keluarga

yang mengalami hipertensi

2. Motivasi keluarga untuk mengatur pola makan anggota

keluarga yang mengalami hipertensi

3. Jelaskan diit yang tepat untuk penderita hipertensi

4. Berikan kesempatan klien dan keluarga untuk bertanya.

Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluaragarepository.ump.ac.id/1368/3/CATUR LINA W. BAB II.pdf · interelasi sosial, peran dan tugas. (Spredley & Allender, 1996 dalam Murwani, 2007)

42

e. Ketidakmampuan keluarga memamfaatkan fasilitas kesehatan

yang ada

Tujuan : setelah dilakukan pertemuan selama 1x30 menit

diharapkan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan

yang ada.

Intervensi :

1. Diskusikan dengan keluarga mengenai tempat – tempat

pelayanan kesehatan yang ada

2. Tanyakan fasilitas kesehatan yang dipilih keluaraga

kaitannya dengan sakit yang diderita keluarga

3. Beri reinfircement atas jawaban klien dan keluarga.

Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015