Interelasi antara Wilayah Iklim, Karakteristik Fisik dan ...
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluaragarepository.ump.ac.id/1368/3/CATUR LINA W. BAB II.pdf ·...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Keluaragarepository.ump.ac.id/1368/3/CATUR LINA W. BAB II.pdf ·...
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Keluaraga
1. Definisi keluarga
Definisi keluarga yang berorientasi tradisional, yaitu sebagi
berikut: keluarga terdiri atas individu yang bergabung bersama oleh
ikatan pernikahan, darah, atau adopsi dan tinggal di dalam satu rumah
yang sama. Saat ini, definisi keluarga tradisional terbatas, baik dalam
hal penerapannya maupun inkluvitasnya ( U. S. Bureau of the Census
dalam Friedman, 2010).
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyrakat yang terdiri dari
suami-istri atau suami-istri dan anaknya atau ayah dan anaknya atau
ibu dan anaknya. (BKKBN, 1992 dalam murwani, 2007)
Keluarga adalah satu atau lebih individu yang tinggal bersama,
sehingga mempunyai ikatan emosional dan mengembangkan dalam
interelasi sosial, peran dan tugas. (Spredley & Allender, 1996 dalam
Murwani, 2007)
Jadi dari beberapa pendapat diatas dapatvdisimpulkan bahwa
keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari satu
atau lebih individu yang tinggal dalam satu rumah.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015
9
2. Fungsi keluarga
Menurut Setyowati & Murwani (2007) fungsi keluarga yang
berhubungan dengan struktur, yaitu:
a. Struktur legalisasi :Masing – masing keluarga mempunyai hak
yang sama dalam menyampaikan pendapat (demokrasi)
b. Struktur yang hangat, menerima, dan toleransi
c. Struktur yang terbuka dan anggota keluarga yang terbuka :
mendorong kejujuran dan kebenaran (honesty dan authenicity)
d. Struktur : suka melawan dan tergantung pada peraturan
e. Struktur yang bebas : tidak ada peraturan yang memaksa
(permissiveness)
f. Struktur yang kasar : abuse (menyiksa, sukar berteman)
g. Suasana emosi yang dingin (isolasi, sukar berteman)
h. disorganisasi keluarga (disfungsi individu, stress emosional)
Sedangkan menurut Friedman (2010) mengidentifikasikan lima
fungsi dasar keluarga, sebagai berikut:
a. Fungsi afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga,
yang merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi keluarga berguna
untuk pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan
melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan
kegembiraan dari seluruh anggota keluarga.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015
10
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam
melaksanakan fungsi afektif adalah:
1. Saling mengasuh, cinta kasih, kehangatan, saling menerima,
saling mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih
sayang dan dukungan dari anggota keluarga lain.
2. Saling menghargai : bila anggota keluarga saling menghargai
dan mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga
serta selalu mempertahankan iklim yang positif, maka fungsi
afektif akan tercapai.
3. Ikatan dan identifikasi, ikatan keluarga dimulai sejak pasangan
sepakat memulai pasangan hidup.
b. Fungsi sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan
yang dilalui individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan
belajar berperan dalam lingkungan sosial.
c. Fungsi reproduksi
Keluarga berfungsi untuk memeruskan keturunan dan
menambah sumber daya manusia. Maka dengan ikatan suatu
perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi kebutuhan biologis
pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah
mempertahankan keturunan.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015
11
d. Fungsi ekonomi
Merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan
makanan, pakaian, dan tempat tinggal.
e. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan
praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya
gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang
sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan kesehatan
mempengaruhi status kesehatan keluarga. Adapun tugas kesehatn
keluarga adalah sebagi berikut. (Friedmann. 2010)
1. Mengenal masalah kesehatan
2. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
3. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
4. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
5. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas
kesehatan masyarakat.
3. Tipe dan bentuk keluarga
Keluarga yang memerlukan pelayanan kesehatan berasal dari
berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan sosial
maka tipe keluarga berkembang mengikutinya. Agar dapat
mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat
kesehtan maka perawat perlu mengetahui berbagai tipe keluarga.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015
12
Berikut merupakan tipe keluarga menurut Setyowati & Murwani
(2007) :
a. Tipe keluarga tradisional
1. Keluarga inti, yaitu satu rumah tangga yang terdiri dari suami,
istri, dan anak (kandung atau angkat)
2. Keluarga besar, yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga
lain yang mempuyai hubungan darah, misal : kakek, nenek,
keponakan, paman, bibi.
3. Keluarga “Dyad”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari
suami dan istri tanpa anak
4. “Single Parent”, yaitu suatu rumah tanggayang terdiri dari satu
orang tua (ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi
ini dapt disebabkan oleh perceraian atau kematian.
5. “Single Adult”, yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri
seorang dewasa. Misal: seorang yang telah dewasa kemudian
tinggal kost untuk bekerja atau kuliah.
b. Tipe keluarga non tadisional
1. The unmarried teenege mather
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan
anak dari hubungan tanpa nikah.
2. The stepparent family
Keluarga dengan orang tua tiri.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015
13
3. Commune family
Beberapa pasangan keluaga (dengan anaknya) yang tidak ada
hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber
dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama : sosialisasi
anak dengan melalui aktivitas kelompok atau membesarkan
anak bersama
4. The non marital heterosexual cohibiting family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti – ganti pasangan
tanpa melalui pernikahan.
5. Gay and lesbian family
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama
sebagai suami istri (marital partners)
6. Cohibiting couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan
karena beberapa alasan tertentu
7. Group-marriage family
Beberapa orang dewasamenggunakan alat – alat rumah tangga
bersama saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu
termasuk sexual dan membesarkan anaknya.
8. Group network family
Keluarga inti yang dibatasi set aturan atau nilai – nilai, hidup
bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling
Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015
14
menggunakan barang – barang rumah tangga bersama,
pelayanan, dan tanggung jawab membesarkan anaknya
9. Foster family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga
atau saudara di dalam waktu sementara, pada saat orang tua
anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan
kembali keluarga yang lainnya.
10. Homeless family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan
yang permanen karena krisis personal yang dihubungkan
dengan keadaan ekonomi dan atau problem kesehatan mental.
11. Gang
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang – orang
muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang
mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan
kriminal dalam kehidupannya.
4. Tahap dan perkembangan keluarga
Tahap keluarga adalah suatu interval waktu dengan struktur
dan interaksi hubungan peran dalam keluarga yang berbeda secara
kualitatif dan kuantitatif dari periode lain. Tahap keluarga memiliki
rentan waktu yang cukup besar dan, meskipun transisi
menghubungkan satu tahap ke tahap lain, terdapat pemutusan
hubungan sehingga setiap tahap memiliki ciri berbeda. Adapun tahap –
Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015
15
tahap perkembangan keluarga berdasarkan konsep Duval and Miller
dalam Friedman (2010) adalah :
a. Tahap I : Pembentukan pasangan Baru
Pembentukan pasangan menandakan permulaan suatu
keluarga baru dengan pergerakan dari membentuk keluarga asli
sampai kehubungan intim yang baru. Tahap ini juga disebut tahap
pernikahan. Tugas perkembangan keluarga yaitu membentuk
pernikahan yang memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan
secara harmonis dengan jaringan kekerabatan, dan pada periode
ini, perencanaan keluarga meliputi tiga tugas kritis.
b. Tahap II : Childbering family
Tahap ini dimulai dengan kelahiran anak pertama dan
berlanjut sampai bayi berusia 30 bulan. Setelah hadirnya anak
pertama, keluarga memiliki beberapa tugas perkembangan penting.
Suami, istri, dan anak harus mempelajari peran barunya, sementara
unit keluarga inti mengalami perkembangan fungsi dan tanggung
jawab. Tugas perkembangan keluarga yaitu membentuk keluarga
muda sebagai suatu unit yang stabil (menggabungkan bayi yang
baru lahir ke dalam keluarga), memperbaiki hubungan setelah
konflik mengenai tugas perkembangan dan kebutuhan berbagai
anggota keluarga, mempertahankan hubungan pernikahan yang
memuaskan, dan memperluas hubungan dengan keluarga besar
Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015
16
dengan menambahkan peran menjadi orang tua dan menjadi
kakek/nenek.
c. Tahap III : Keluarga dengan anak prasekolah
Tahap ketiga siklus kehidupan keluarga dimulai ketika anak
pertama berusia 2½ tahun dan berakhir ketika anak berusia 5 tahun.
Keluarga saat ini dapat terdiri dari tiga sampai lima orang, dengan
posisi pasangan suami-ayah, istri-ibu, putra-saudara laki – laki, dan
putri-saudara perempuan. Keluarga menjadi lebih kompleks dan
berbeda. Tugas perkembangan keluarga yaitu memenuhi
kebutuhan anggota keluarga akan rumah, ruang, privasi, dan
keamanan yang memadai, mensosialisasikan anak,
mengintregasikan anak kecil sebagai anggota keluarga baru
sementara tetap memenuhi kebutuhan anak lain, dan
mempertahankan hubungan yang sehat di dalam keluarga.
d. Tahap IV : Keluarga dengan anak sekolah
Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah
dalam waktu penuh, biasanya pada usia 5 tahun, dan diakhiri ketika
ia mencapai pubertas, sekitas usia 13 tahun. Keluarga biasanya
mencapai jumlah anggota maksimal dan hubungan pada keluarga
pada akhir tahap ini juga maksimal. Tugas perkembangan keluarga
yaitu mensosialisasikan anak – anak mereka pada saat ini termasuk
meningkatkan prestasi sekolah. Tugas keluarga yang penting
lainnya adalah mempertahankan hubungan pernikahan yang
Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015
17
memuaskan. Tugas perkembangan keluarga yaitu
mensosialisasikan anak – anak, termasuk meningkatkan prestasi
sekolah dan membantu hubungan anak – anak yang sehat dengan
teman sebaya, mempertahankan hubungan pernikahan yang
memuaskan, dan memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota
keluarga.
e. Tahap V : Keluarga dengan anak remaja
Tahap ini dimulai ketika anak pertama berusia 13 tahun.
Biasanya tahap ini berlangsung selama enam atau tujuh tahun,
walaupun dapat lebih singkat jika anak meninggalkan keluarga
lebih awal atau lebih lama jika anak tetap tinggal di rumah pada
usia lebih dari 19-20 tahun. Anak lainnya yang tinggal dirumah
biasanya anak usia sekolah. Tujuan utama keluarga pada tahap
anak remaja adalah melonggarkan ikatan keluarga untuk
memberikan tanggung jawab dan kebebasan remaja yang lebih
besar dalam mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa muda.
Tugas perkembangan keluarga yaitu menyeimbangkan kebebasan
dengan tanggung jawab pada saat anak remaja telah dewasa dan
semakin otonomi, memfokuskan kembali hubungan pernikahan,
dan berkomunikasi secara terbuka antara orang tua dan anak.
f. Tahap VI : Keluarga melepaskan anak dewasa muda
Permulaan fase kehidupan keluarga ini ditandai dengan
perginya anak pertama dari rumah orang tua dan berakhir dengan
Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015
18
“kosongnya rumah”, ketika anak terakhir juga telah meninggalkan
rumah. Tahap ini dapat cukup singkat atau cukup lama, bergantung
pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang belum
menikah tetap tinggal di rumah setelah mereka menyelesaikan
SMU atau kuliahnya. Tugas perkembangan keluarga yaitu
memperluas lingkaran keluarga terhadap anak dewasa muda,
termasuk anggota keluarga baru yang berasal dari perikahan anak –
anaknya, melanjutkan untuk memperbarui dan menyesuaikan
kembali hubungan pernikahan, dan membantu orang tua suami dan
istri yang sudah menua dan sakit.
g. Tahap VII : Orang tua paru baya
Tahap ketujuh dari siklus kehidupan keluarga, merupakan
tahap masa pertengahan bagi orang tua, dimulai ketika orang tua
berusia sektar 45 sampai 55 tahun dan berakhir dengan pensiunnya
pasangan, biasanya 16 sampai 18 tahun kemudian. Tugas
perkembangan keluarga yaitu menyediakan lingkungan yang
meningkatkan kesehatan, mempertahankan kepuasan dan
hubungan yang bermakna antara orang tua yang telah menua dan
anak mereka, dan memperkuat hubungan pernikahan.
h. Tahap VIII : Keluarga lansia dan pensiunan
Tahap ini dimulai dengan pensiun salah satu atau kedua
pasangan, berlanjut sampai kehilangan salah satu pasangan, dan
berakhir dengan kematian pasangan yang lain. Tugas
Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015
19
perkembangan keluarga yaitu mempertahankan penataan
kehidupan yang memuaskan, menyesuaikan terhadap penghasilan
yang berkurang, mempertahankan hubungan pernikahan,
menyesuaikan terhadap kehilangan pasangan, mempertahankan
ikatan keluarga antar generasi, dan melanjutkan untuk
merasinalisasi kehilangan keberadaan anggota keluarga
(peninjauan dan integrasi kehiduan).
5. Struktur keluarga
Menurut Setyowati & Murwani (2007) struktur keluarga terdiri atas :
a. Pola dan proses komunikasi
Pola interaksi keluarga yang berfungsi : (1) bersifat terbuka dan
jujur, (2) selalu menyelesaikan konflik keluarga, (3) berpikir
positif, dan (4) tidak mengulang-ulang isu dan pendapatan
sendiri. Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk :
1. Karakteristik pengirim : yakin dalam mengemukakan suatu
pnedapat, apa yang disampaikan jelas, dan berkualitas,
selalu meminta dan menerima umpan balik.
2. Karakteristik penerima : sikap mendengarkan, memberikan
umpan balik, melakukan validasi
b. Struktur peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan
sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud
dengan posisi atau status adalah posisi individu dalam
Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015
20
masyarakat misalnya sebagai istri, suami, anak, dan
sebagainya.
c. Struktur kekuatan
Kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan
aktual) dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi
untuk merubah perilaku orang lain kearah positif. Ada
beberapa macam tipe struktur kekuatan, sebagai berikut :
1. Legitimati power
2. Referent power
3. Reward power
4. Corective power
5. Affective power
d. Nilai – nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap, dan kepercayaan
yang secara sadar atau tidak, mempersatukan anggota keluarga
dalam satu budaya. Nilai keluarga juga merupakan suatu
pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma
adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat
berdasarkan sistem nilai dalam keluarga. Budaya adalah
kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi, dan
ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015
21
6. Struktur peran keluarga
Sebuah peran didefinisikan sebagai kumpulan dari perilaku
yang secara ralatif homogen dibatasi secara normatif dan diharapkan
dari seseorang yang menempati posisi sosial yang diberikan. Peran
berdasarkan pada pengharapan atau penetapan peran yang membatasi
apa saja yang harus dilakukan oleh individu di dalam situasi tertentu
agar memenuhi harapan diri atau orang lain terhadap mereka. Posisi
atau status didefinisikan sebagi letak seseorang dalam suatu sistem
sosial.
Menurut Friedman (2010) peran keluarga dapat
diklasifikasikan menjadi dua yaitu :
a. Peran Formal Keluarga
Peran formal adalah peran eksplisit yang terkandung
dalam struktur peran keluarga (ayah-suami,dll). Yang terkait
dengan masing – masing posisi keluarga formal adalah peran
terkait atau sekelompok perilaku yang kurang lebih homogen.
Keluarga membagi peran kepada anggota keluarganya dengan
cara yang serupa dengan cara masyarakat membagi perannya:
berdasarkan pada seberapa pentingnya performa peran terhadap
berfungsinya sistem tersebut. Beberapa peran membutuhkan
ketrampilan atau kemempuan khusus: peran yang lain kurang
kompleks dan dapat diberikan kepada mereka yang kuarang
terampil atau jumlah kekuasaanya paling sedikit.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015
22
b. Peran Informal Keluarga
Peran informal bersifat implisit, sering kali tidak
tampak pada permukaannya, dan diharapkan memenuhi
kebutuhan emosional anggota keluarga dan/atau memelihara
keseimbangan keluarga. Keberadaan peran informal diperlukan
untuk memenuhi kebutuhan integrasi dan adaptasi dari
kelompok keluarga.
7. Proses dan strategi koping keluarga
Proses dan strategi koping keluarga berfungsi sebagi proses
atau mekanisme vital yang memfasilitasi fungsi keluarga. Tanpa
koping keluarga yang efektif, fungsi afektif, sosialisasi, ekonomi, dan
perawatan kesehatan tidak dapat dicapai secara adekuat. Oleh karena
itu, proses dan strategi koping keluarga mengandung proses yang
mendasari yang menungkinkan keluarga mengukuhkan fungsi keluarga
yang diperlukan.
8. Keluarga sebagai klien
Pada penjabar konsep keperawatan keluarga, keseluruhan
keuarga dipandang sebagai klien atau sebagai fokus utama pengkajian
dan perawatan. Dalam hal ini, keluarga merupakan bagian terdepan,
sedangkan individu anggota keluarga berperan sebagai latar belakang
atau konteks. Keluarga dipandang sebagi sebuah sistem yang saling
mempengaruhi. Fokusnya adalah pada hubungan dan dinamika interna
keluarga, fungsi, dan struktur keluarga, dan hubungan subsistem
Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015
23
dengan keseluruhan serta hubungan keluarga dengan lingkungan
luarnya. Pada tipe penjabaran keluarga yang terakhir inilah, kontribusi
unit keperawatan keluarga terlihat jelas.
Ketika teori sistem dan sibernatik menjadi cara utama
memandang dan menganalisis keluarga, terutama konsep mengenai
interaksi, sirkulasi, dan timbal balik. Pada keperawatan sistem
keluarga, hubungan antar penyakit, anggota keluarga, dan keluarga
dikaji dengan menggunakan perspektif interaksi ini dan dimasukan
kedalam rencana terapi. Tipe praktik ini melibatkan penggunaan
paradigma dan kerangka epistomologis yang berbeda untuk pengkajian
dan perawatan, yang ditandai dengan holisme dan hubungan kausal
yang sirkular. Keperawatan sistem keluarga menggunakan pengkajian
klinis lanjut dan ketrampilan intervensi yang berdasarkan pada
perpaduan keperawatan, terapi, dan teori sistem keluarga. Hal ini
menunjukan praktik keperawatan tingkat lanjut, dan konsentrasinya
yang simultan, yang ditunjukan tidak hanya pada keseluruhan keluarga
sebagai unit perawatan, tetapi juga pada berbagai sistem, seperti
individu, keluarga, dan sistem yang lebih besar.
Untungnya masih banyak upaya yang dilakukan pada perawatn
primer keluarga untuk memandang unit keluarga sebagai fokus utama
keparawatan, tetapi dengan adanya uapaya pengetatan biaya dan
kurangnya pembayaran untuk perawatan keluarga, upaya yang
dilakukan ini tidak tersebar secara luas.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015
24
9. Peran perawat dalam pemberian asuhan keperawatan kesehatan
keluarga
Ada banyak peran perawat dalam membantu keluarga dalam
menyelesaikan masalah atau melakukan perawatan kesehatan keluarga,
diantaranya sebagai berikut:
a. Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada
keluarga dengan tujuan sebagi berikut : (1) keluarga dapt
melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara mandiri,
dan (2) bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan
keluarga. Dengan diberikan pendidikan kesehapatan /
penyuluhan diharapkan keluarga mampu mengatasi dan
bertanggung jawab terhadap masalah kesehtan.
b. Koordinator
Koordinator diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar
pelayanan yang komprehensif dapat tercapai. Koordinasi juga
sangat diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi
dari berbagai disiplin ilmu agar tidak terjadi tumpang tindih
dan pengulangan.
c. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga yang baik di
rumah, klinik maupun rumah sakit bertanggung jawab dalam
memberikan perawatan langsung. Kontak pertama perawat
Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015
25
kepada keluarga melalui anggota keluarga yang sakit. Perawat
dapat mendemonstrasikan kepada keluarga asuhan keperawatan
yang diberikan dengan harapan keluarga nanti dan melakukan
asuhan langsung kepada anggota keluarga yang sakit.
d. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan perawat harus melakukan home
visit atau kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi
atau melakukan pengkajian tentang kesehatan keluarga.
Perawat tidak hanya melakukan kunjungan tetapi diharapkan
ada tindak lanjut dari kunjungan ini.
e. Konsultan
Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatan. Agar keluarga mau meminta nasehat pada
perawat maka hubungan perawat dan keluarga harus dibina
dengan baik, perawat harus bersikap terbuka dan dapat
dipercaya. Maka dengan demikian, harus ada Bina Hubungan
Saling Percaya (BHSP) antara perawat dan keluarga.
f. Kolaborsi
Sebagai perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan
pelayan rumah sakit, puskesmas, dan anggota tim kesehatan
yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang
optimal. Kolaborasi tidak hanya dialukakan sebagai perawat di
Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015
26
rumah sakit tetapi juga dikeluarga dan komunitaspun dapat
dilakukan.
g. Fasilitator
Peran perawat komunitas disini adalah membantu keluarga
dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat
kesehatan yang optimal. Kendala yang sering dialami keluarga
adalah keraguan didalam menggunakan pelayanan kesehatan,
masalah ekonomi, dan sosial budaya. Agar dapat melaksanakan
peran fasilitator dengan baik, maka perawat komunitas harus
mengetahui sistem pelayanan kesehatan, misalnya sistem
rujukan dan dana sehat.
h. Penemu kasus
Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah
mengidentifikasi kesehtan secara dini (case finding), sehingga
tidak terjadi ledakan atau Kejadian Luar Biasa (KLB).
i. Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat memodifikasi lingkungan,
baik lingkungan rumah, linkungan masyarakat, dan lingkungan
sekitarnya agar dapa tercipta lingkungan yang sehat.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015
27
B. Konsep Penyakit Hipertensi
1. Definisi Hipertensi
Menurut JNC hipertensi terjadi apabila tekanan darah lebih dari
140/90 mmHg. Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi
peningkatan tekanan darah secara abnormal dan terus – menerus pada
beberapa kali pemeriksaan tekanan darah yang disebabkan satu atau
beberapa faktor resiko yang tidak berjalan sebagaimanan mestinya
dalam memepertahankan tekanan darah secara normal.(Saferi &
Mariza, 2013)
Hipertensi berkaitan dengan kenaikan darah sistolik atau
tekanan diastolik atau tekanan keduanya. Hipertensi dapat
didefinisikan sebagai tekanan darah tinggi peisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90
mmHg. Pada populasi manula, hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg.(Brunner
& Suddarth, 2005)
Hipertensi adalah keadaan peningkatan tekanan darah yang
memberi gejala yang akan berlanjut ke suatu organ target seperti stroke
(untuk otak), penyakit jantung koroner (untuk pembuluh darah
jantung) dan hipertrofi ventrikel kanan / left ventricle hypertrophy
(untuk otot jantung). Dengan target organ di otak yang berupa stroke,
hipertensi menjadi penyebab utama stroke yang membawa kematian
yang tinggi. (Bustan, 2007)
Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015
28
Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanda
gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri
menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal
jantung, serangan jantung, dan kerusakan ginjal.(Utaminingsih, 2009)
2. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi Jantung
Gambar II.1 : Anatomi Jantung
b. Fisologi Jantung
Jantung adalah organ berupa otot, berbentuk kerucut,
berongga, basisnya diatas, dan puncaknya dibawah. Apeksnya
(puncak) miring kesebelah kiri. Berat jantung kira – kira 300 gram.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015
29
Ukuran jantung kira – kira sebesar kepalan tangan. Jantung dewasa
beratnya sntara 220 sampai 260 gram. Jantung terbagi oleh subuah
septum (sekat) menjadi dua belah, yaitu kiri dan kanan. Setiap
belahan kemudian dibagi lagi dalam dua ruang, yang teratas
disebut atrium, dan yang bawah disebut ventrikel. Maka di kiri
terdapat 1 atrium dan 1 ventrikel, dan di kanan juga terdapat 1
atrium dan 1 ventrikel. Disetiap sisi ada hubungan antara atrium
dan ventrikelmelalui lubang atrio-ventrikuler dan pada setiap
lubang tersebut terdapat katup: yang kanan bernama katup
(valvula) trikuspidalis dan yang kiri katup mitral atau katup
bikuspidalis. (Evelyn, 2007)
Jantung tersusun atas otot – otot yang bersifat khusus dan
terbungkus sebuah membran yang disebut perikardium. Membran
ini terdiri atas dua lapis : perikardium viseral adalah membran
serus yang lekat sekali pada jantung, dan perikardium parietal
adalah lapisan fibrus yang terlipat keluar dari basis jantung dan
membungkus jantung sebagai kantong longgar. Karena susunan
ini, jantung berada didalam dua lapis kantong perikardium, dan
diantara dua lapisan itu ada cairan serus. Karena sifat meminyaki
dari cairan itu, jantung dapat bergerak bebas.
Disebelah dalam jantung dilapisi endotelium. Lapisan ini
disebut endokardium. Terdapat tiga lapisan jaringan jantung :
1. Perikardium : lapisan luar.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015
30
2. Miokardium : lapisan tengah, terdiri dari dua otot berserat yang
bertanggung jawab atau kontraksi jantung.
3. Endokardium : lapisan dalam, yang melepasi sebelah dalam
dari bilik – bilik dan katup – katup jantung.
Sebelah dalam dinding ventrikel ditandai berkas – berkas
otot yang tebal. Beberapa bentuk puting yaitu, otot – otot papilaris.
Pada tepi bawah otot – otot ini terkait benang – benang tendon
tipis, yaitu kordae tendinaee. Benang – benang ini mempunyai
kaitan kedua yaitu pada tepi bawah katup atrio-ventrikuler. Kaitan
ini menghindarkan kelopak katup terdorong masuk kedalam
atrium, bila ventrikel berkontraksi. (Evelyn, 2009)
c. Sirkulasi Darah
1. Peredaraan darah besar
Darah meninggalkan ventrikel kiri jantung melalui
aorta, yaitu arteri terbesar dalam tubuh. Aorta ini bercabang
menjadi arteri lebih kecil yang menghantarkan darah ke
berbagai bagian tubuh. Arteri – arteri ini bercabang dan
beranting lebih kecil lagi hingga samapi pada arteriola. Arteri –
arteri ini mempunyai dinding yang sangat berotot yang
menyempitkan salurannya dan menahan aliran darah.
Fungsinya adalah mempertahankan tekanan darah arteri dan
mengatur aliran darah dalam kapiler. Dinding kapiler sangat
tipis sehingga dapat berlangsung pertukaran zat antar plasma
Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015
31
dan jaringan interstisil. Kemudian kapiler – kapiler ini
bergabung dan membentuk pembuluh lebih besar yang disebut
venula, yang kemudian juga bersatu menjadi vena, untuk
menghantarkan darah kembeli ke jantung. Semua vena bersatu
dan bersatu lagi hingga terbentuk dua batang vena, yaitu vena
cava inferior yang mengumpulkan darah dari badan dan
anggota gerak bawah, dan vena cava superior yang
mengumpulkan darah dari kepala dan anggota gerak atas.
Kedua pembuluh darah ini menuangkan isinya ke dalam atrium
kanan jantung.
2. Peredaran darah kecil
Darah dari vena kemudian masuk ke dalam ventrikel
kanan yang berkontarksi dan memompanya ke dalam arteri
pulmonalis. Arteri ini bercabang dua untuk menghantarkan
darahnya ke paru – paru kanan dan kiri. Darah tidak sukar
memasuki pembuluh – pembuluh darah yang menggali paru –
paru. Di dalam paru – paru setiap arteri membelah menjadi
arteruola dan akhirnya menjadi kapiler pulmonal yang
mengitari alveoli di dalam jaringan paru – paru untuk
memungut oksigen dan melepaskan karbondioksida.
3. Etiologi
Hipertensi tergantung pada kecepatan denyut jantung, volume
sekuncup dan Total Peripheral Resistence (TPR). Peningkatan
Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015
32
kecepatan denyut jantung dapat terjadi akibat rangsangan abnormal
saraf atau hormon pada nodus SA. Peningkatan kecepatan denyut
jantung yang berlangsung kronik sering menyertai keadaan
hipertiroidisme. Namun, peningkatan kecepatan denyut jantung
biasanya dikompensasi oleh penurunan volume sekuncup sehingga
tidak menimbulkan hieprtensi.
Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama dapat
terjadi apabila terdapat peningkatan volume plasma yang
berkepanjangan, akibat gangguan penanganan garam dan air oleh
ginjal atau konsumsi garam yang berlebih. Peningkatan pelepasan
rennin atau aldosteron maupun penurunan aliran darah ke ginjal dapat
mengubah penanganan air dan garam oleh ginjal. Peningkatan volume
plasma akan menyebabkan peningkatan volume diastolik akhir
sehingga terjadi peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah.
Peningkatan preload biasanya berkaitan dengan peningkatan tekanan
sistolik.
Peningkatan TPR yang berlangsung lama dapat terjadi pada
peningkatan rangsangan saraf atau hormon pada arteriol, atau
responsivitas yang berlebihan dari arteriol terdapat rangsangan normal.
Kedua hal tersebut akan menyebabkan penyempitan pembuluh darah.
Pada peningkatan TPR, jantung harus memompa secara lebih kuat dan
dengan demikian menghasilkan tekanan yang lebih besar, untuk
mendorong darah melintasi pembuluh darh yang menyempit. Hal ini
Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015
33
disebabkan peningkatan dalam afterload jantung dan biasanya
berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik. Apabila peningkatan
afterload berlangsung lama, maka ventrikel kiri mungkin mulai
mengalami hipertrofi (membesar). Dengan hipertrofi, kebutuhan
ventrikel akan oksigen semakin meningkat sehingga ventrikel harus
mampu memompa darah secara lebih keras lagi untuk memenuhi
kebutuhan tersebut. Pada hipertrofi, sarat – sarat otot jantung juga
mulai tegang melebihi panjang normalnya yang pada akhirnya
menyebabkan penurunan kontraktivitas dan volume sekuncup.
Pada beberapa tahun belakangan, faktor lainnya telah
dievaluasi, termasuk genetik, disfungsi endotel (yang tampak pada
perubahan endotelin dan nitrat oksida)
4. Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat
vasomotor ini Patofisiologi
Beberapa faktor yang saling berhubungan mungkin juga turut
serta menyebabkan peningkatan tekanan darah pada pasien hipertensi,
dan peran mereka berbeda pada setiap individu. Diantara faktor –
faktor yang telah dipelajari secara intensif adalah asupan garam,
obesitas, dan resistensi insulin, sistem rennin-angiotensin, dan sistem
saraf simpatis. bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke ganglia
simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015
34
yang akan merangsang serabut saraf paksa ganglion ke pembuluh
darah, dimana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan
kontriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat memepengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive
terhadap norepineprin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa
hal tersebut bisa tejadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang mengakibatkan tambahan aktivitas vasikontriksi. Medulla
adrenal mengsekresi epineprin yang menyebabkan vasokontriksi.
Korteks adrenal mengsekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respon vasokontriksi pembuluh darah. Vasokontriksi
yang mengakibatkan penurunan aliran darah ke ginjal, menyebabkan
pelepasan renin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang
kemudian diubah menjadi angitensin II, suatu vasokontriktor kuat,
yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume intravaskuler. Semua faktor
tersebut cenderung pencetus keadaan hipertensi.
Perubahan struktur dan fungsional pada sistem pembuluh darah
perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi
pada lanjut usia. Perubahan tersebut meliputi arterosklerosis, hilangnya
Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015
35
elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan
arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan
penurunan curah jantung dan peningkatan tekanan perifer. (Brunner &
Suddarth, 2005 dalam Murwani, 2007)
5. Tanda dan Gejala
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan
gejala meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi
bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi
kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan
kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi,
maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal.
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa
timbul gejala berikut:
a. Sakit kepala
b. Kelelahan
c. Mual
d. Muntah
e. Sesak nafas
f. Gelisah
Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015
36
g. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya
kerusakan pada otak, mata, jantung, dan ginjal.
Kadang penderiat hipertensi berat mengalami penurunan
kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak.
Keadaan ini disebut ensifalopati hipertensif, yang memerlukan
penanganan segera.
6. Penatalaksanaan umum
a. Penatalaksanaan non Farmakologik
Tindakan pengobatan supportif sesuai anjuran Joint National
Committee on Detenction, Evaluation and Treatment of High
Blood Pressure :
1. Turunkan BB pada obesitas
2. Pembatasan konsumsi garam dapur
3. Kurangi alkohol
4. Menghentikan merokok
5. Olahraga teratur
6. Diet rendah lemak jenuh
7. Pemberian kalium dalam bentuk makanan (sayur dan buah)
b. Penatalaksanaan Farmakologik
1. Diuretik thiazide, biasanya merupakan obat pertama yang
diberikan untuk mengobati hipertensi. Diuretik membantu
ginjal membuang garam dan air, yang akan mengurangi
volume cairan di seluruh tubuh sehingga menurunkan
Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015
37
tekanan darah. Diuretik juga menyebabkan pelebaran
pembuluh darah. Diuretik menyebabkan hilangya kalium
melalui air kemih, sehingga kadang diberikan tambahan
kalium atau obat penahan kalium.
2. Penghambat adrenergik merupakan sekelompok obat yang
terdiri dari alfa-blocker, beta-blocker dan alfa-beta-blocker
labetalol, yang menghambat efek sistem saraf simpatis.
Sistem saraf simpatis adalah sistem saraf yang dengan
segera akan memberikan respon terhadap stres, dengan cara
meningkatkan tekanan darah.
3. Angiotensin converting inhibitor (ACE-inhibitor)
menyebabkan penurunan tekanan darah dengan cara
melebarkan arteri.
4. Angiotenain-II-bloker menyebabkan penurunan tekanan
darah dengan suatu mekanisme yang mirip dengan ACE-
inhibitor.
5. Antagonis kalsium menyebabkan melebarnya pembuluh
darah dengan mekanisme yang benar – benar berbeda.
6. Vasodilator langsung menyebabkan melebarnya pembuluh
darah. Obat dari golongan ini hampir selalu digunakan
sebagai tambahan terhadap obat anti-hipertensi lainnya.
7. Kedaruratan hipertensi (misalnya hipertensi maligna)
memerlukan obat yang menurunkan tekanan darah tinggi
Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015
38
dengan segera. Beberapa obat bisa menurunkan tekanan
darah dengan cepat dan sebagian besar diberikan secara
intravena (melalui pembuluh darah):
Diazoxide
Nitroprusside
Nitroglycerin
Labetalol
Nifedipine ,merupakan kalsium antagonis dengan kerja
yang sangat cepat dan bisa diberikan per-oral (ditelan),
tetapi obat ini bisa menyebakan hipotensi, sehingga
pemberiannya harus diawasi secara tepat.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015
39
7. Pathway Hipertensi
Sumber: NANDA 2014-2015
Sumber : (long, (1996) dalam Friedmann (2010)
Asupan Na ≥ Genetik, usia,
jenis kelamin
Stress
Retensi Na
Ginjal
Perubahan
membran sel Aktivitas
simpatis
Curah
jantung ↑
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah ↑ Tahanan Perifer
HIPERTENSI
Upaya Perawatan:
Pemberian obat
tardisional (timun
rebus)
Periksa kemantri atau
bidan terdekat
Teknik relaksasi
Ketidakefektifan
Pemeliharaan
Kesehatan
Ketidakmampuan
keluarga merawat
anggota keluarga
yang sakit
Modifikasi gaya hidup dan
lingkungan
Teknik relaksasi
↓ suplai O2
otak
Resisten
pembuluh darah
otak
Ketidakmampuan
keluarga
memodifikasi
lingkungan
Penanganan tidak
tepat
Ketidakefektifan
manajemen regimen
terapeutik
Gangguan
perfusi jaringan
cerebral
Nyeri Kronis
Memanfaatkan fasilitas
kesehatan
Ketidakmampuan
keluarga
memanfaatkan
fasilitas kesehatan
Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015
40
7. Fokus Intervensi
a. Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x30
menit diharapkan keluarga mampu menegnal masalah yang
dialami oleh keluarga.
Intervensi :
1. Gali pengetahuan keluarga mengenai masalah kesehatan
2. Jelaskan tanda dan gejala umum penyakit
3. Berikan kesempatan klien dan keluarga untuk bertanya
4. Beri reinforcement atas kemampuan keluarga untuk
mengidentifikasi masalah
b. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan mengenai
tindakan yang tepat
Tujuan : setelah dilakukan pertemuan selam 1x30 menit
diharapkan keluarga dapat mengambil keputusan mengenai
tindakan yang tepat.
Intervensi :
1. Diskusikan bersama keluarga dalam mengambil keputusan
dan tindakan yang tepat.
2. Motivasi keluarga untuk mengambil keputusan yang tepat.
3. Beri reinforcement atas keputusan keluarga
Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015
41
c. Ketidakmampuan keluarga merawat anggot keluarga yang sakit
Tujuan : setelah dilakukan pertemuan selama 1x30 menit
diharapkan keluarga mampu merawat anggota keluarga yang
sakit.
Intervensi :
1. Gali pengetahuan keluarga tentang perawatan pada anggota
keluarga yang sakit hipertensi.
2. Jelaskan kepada keluarga tentang perawatan pada anggota
keluarga dengan hipertensi
3. Beri kesempatan klien dan keluarga untuk bertanya.
d. Ketidakmampuan keluarga dalam memodifikasi lingkungan
dengan anggota keluarga menderita hipertensi
Tujuan : setelah dilakukan pertemuan selama 1x30 menit
diharapkan keluarga mampu memodifikasi linkungan yang
sehat dengan anngota keluarga menderita hipertensi.
Intervensi :
1. Identifikasi lingkungan yang tepat untuk anggota keluarga
yang mengalami hipertensi
2. Motivasi keluarga untuk mengatur pola makan anggota
keluarga yang mengalami hipertensi
3. Jelaskan diit yang tepat untuk penderita hipertensi
4. Berikan kesempatan klien dan keluarga untuk bertanya.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015
42
e. Ketidakmampuan keluarga memamfaatkan fasilitas kesehatan
yang ada
Tujuan : setelah dilakukan pertemuan selama 1x30 menit
diharapkan keluarga mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ada.
Intervensi :
1. Diskusikan dengan keluarga mengenai tempat – tempat
pelayanan kesehatan yang ada
2. Tanyakan fasilitas kesehatan yang dipilih keluaraga
kaitannya dengan sakit yang diderita keluarga
3. Beri reinfircement atas jawaban klien dan keluarga.
Asuhan Keperawatan Keluarga..., CATUR LINA W, Fakultas Ilmu Keperawatan UMP, 2015