BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Kasus 1. Persalinan
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Kasus 1. Persalinan
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Kasus
1. Persalinan
a. Definisi Persalinan
Persalinan adalah rangkaian peristiwa keluarnya bayi yang sudah
cukup berada dalam rahim ibunya, dengan disusul oleh keluarnya
plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu. Dalam ilmu kebidanan, ada
berbagai jenis persalinan, diantaranya adalah persalinan spontan
persalinan buatan, dan persalinan anjuran. Persalinan spontan adalah
persalinan yang berlangsung dengan adanya kekuatan ibu melalui jalan
lahirnya. Persalinan buatan adalah adalah proses persalinan yang
dibantu dengan tenaga dari luar atau selain dari ibu yang akan
melahirkan. Tenaga yang di maksud, misalnya ekstraksi forceps, atau
ketika di lakukan operasi section caesaria
(Fitriana dan Nurwiandani, 2018:7).
Persalinan normal adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat
hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar dengan presentasi
belakang kepala tanpa memakai alat-alat atau pertolongan istimewa
serta tidak melukai ibu dan bayi, dan umumnya berlangsung dalam
waktu kurang dari 24 jam (Prawirohardjo, 1997:180).
Menurut IBI persalinan normal merupakan persalinan yang meliputi
presentasi janin belakang kepala yang dapat berlangsung spontan
dengan lama persalinan dengan batas waktu yang normal, sedangkan
menurut WHO persalinan normal adalah persalinan dalam batas
normal, beresiko rendah sejak awal persalinan hingga partus dengan
masa gestasi 37-42 minggu.
7
b. Tujuan Asuhan Persalinan
Seorang bidan harus mampu menggunakan pengetahuan, keterampilan
dan pengambilan keputusan yang tepat terhadap kliennya untuk.
1) Memberikan dukungan baik secara fisik maupun emosional kepada
ibu dan keluarganya selama persalinan dan kelahiran.
2) Melakukan pengkajian, membuat diagnosa, mencegah, menangani
komplikasi-komplikasi dengan cara pemantauan ketat dan deteksi
dini selama persalinan dan kelahiran.
3) Melakukan rujukan pada kasus-kasus yang tidak bisa ditangani
sendiri untuk mendapatkan asuhan spesialis jika perlu.
4) Memberikan asuhan yang adekuat kepada ibu dengan intervensi
minimal, sesua dengan tahap persalinannya.
5) Memperkecil resiko infeksi dengan melaksanakan pencegahan
infeksi yang aman.
6) Selalu memberitahukan kepada ibu dan keluarganya mengenal
kemajuan, adanya penyulit maupun intervensi yang akan dilakukan
dala persalinan.
7) Memberikan asuhan yang tepat untuk bayi segera setelah lahir.
8) Membantu ibu dengan pemberian ASI dini.
(Fitriana dan Nurwiandani, 2018:14)
c. Prinsip Asuhan
Prinsip umum dari asuhan saying ibu yang harus di ikuti oleh bidan,
sebagai berikut.
1) Rawat ibu dengan penuh hormat
2) Mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang dikatakan ibu.
Hormati pengetahuan dan pemahaman mengenai tubuhnya. Ingat
bahwa mendengar sama pentingnya dengan memberikan nasihat.
3) Menghargai hak-hak ibu dan memberikanasuhan yang bermutu
serta sopan.
4) Memberikan asuhan dengan memperhatikan privasi.
8
5) Selalu menjelaskan apa yang akan dikerjakan sebelum anda
melakukannya serta meminta izin dahulu.
6) Selalu mendiskusikan temuan-temuan kepada ibu, serta kepada
siapa saja yang ia inginkan untuk berbagi informasi ini.
7) Selalu mendiskusikan rencana dan intervensi serta pilihan yang
sesuai dan tersedia bersama ibu.
8) Mengizinkan ibu untuk memilih siapa yang akan menemaninya
selama persalinan, kelahiran dan pascasalin.
9) Mengizinkan ibu menggunakan posisi apa saja yang diinginkan
selama persalinan dan kelahiran.
10) Menghindari penggunaan suatu tindakan medis yang tidak perlu
(episiotomy, pencukuran, dan enema).
11) Memfasilitasi hubungan dini antara ibu dan bayi baru lahir
(bounding and attachment).
(Fitriana Yuni dan Nurwiandani Widy, 2018:15)
d. Sebab-sebab Mulainya Persalinan
1) Penurunan Kadar Progesteron
Hormon estrogen dapat meninggikan kerentanan otot rahim,
sedangkan hormon progesterone dapat menimbulkan relaksasi otot-
otot rahim. Selama masa kehamilan terdapat keseimbangan antara
kadar progesterone dan estrogen didalam darah. Namun, pada akhir
kehamilan kadar progesterone menurun sehingga timbul his. Hal
inilah yang menandakan sebab-sebab mulainya persalinan.
2) Teori Oxytocin
Pada akhir usia kehamilan, kadar oxytocin bertambah sehingga
menimbulkan kontraksi otot-otot rahim.
3) Ketegangan Otot-otot
Seperti halnya dengan kandung kemih dan lambung bila
dindingnya teregang oleh karena isisnya bertambah maka terjadi
kontraksi untuk mengeluarkan yang ada didalamnya. Demikian
pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan atau
9
bertambahnya ukuran perut semakin teregang pula otot-otot rahim
dan akan menjadi semakin rentan.
4) Pengaruh Janin
Hypofise dan kelenjar-kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga
memegang peranan karena anenchephalus kehamilan sering lebih
lama dari biasanya.
5) Teori Prostaglandin
Prostaglandin yang dihasilkan oleh decidua, di duga menjadi salah
satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan
menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan
secara intravena, dan extra amnial menimbulkan kontraksi
myometrium pada setiap umur kehamilan. Hal ini juga didukung
dengan adanya kadar prostaglandin yang tinggi, baik dala air
ketuban maupun darah perifer pada ibu-ibu hamil sebelum
melahirkan atau selama persalinan. Penyebab terjadinya proses
persalinan masih tetap belum bisa dipastikan, besar kemungkinan
semua faktor bekerja bersama, sehingga pemicu persalinan menjadi
multifactor (Fitriana Yuni dan Nurwiandani Widy, 2018:8).
e. Tahap Persalinan
1) Kala I atau Kala Pembukaan
Tahap ini dimulai dari his persalinan yang pertama sampai
pembukaan serviks menjadi lengkap. Berdasarkan kemajuan
pembukaan serviks menjadi lengkap. Berdasarkan kemajuan
pembukaan maka kala I dibai menjadi sebagai berikut.
a) Fase Laten
Fase laten adalah fase pembukaan yang sangat lambat yaitu
dari
0 sampai 3 cm yang membutuhkan waktu 8 jam.
b) Fase Aktif
Fase aktif adalah fase pembukaan yang lebih cepat terbagi lagi
menjadi berikut ini.
10
1. Fase akselerasi (fase percepatan), yaitu fase pembukaan
dari pembukaan 3 cm sampai 4 cm yang dicapai dalam 2
jam.
2. Fase dilatasi maksimal, yaitu fase pembukaan dari
pembukaan 4 cm sampai 9 cm yang dicapai dalam 2 jam.
3. Fase dekelerasi (kurangnya kecepatan), yaitu fase
pembukaan dari 9 cm sampai 10 cm selama 2 jam.
(Fitriana Yuni dan Nurwiandani Widy, 2018:9)
f. Tanda-tanda Persalinan
1) Lightening
Beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu merasa bahwa
keadaannya menjadi lebih enteng. Ia merasa kurang sesak, tetapi
sebaliknya ia merasa bahwa berjalan sedikit lebih sukar; dan sering
diganggu oleh perasaan nyeri pada anggota bawah.
2) Pollakisuria
Pada akhir bulan ke-IX, berdasarkan hasil pemeriksaan didapatkan
epigastrium kendor; fundus uteri lebih rendah dari pada
kedudukannya, dan kepala janin sudah mulai masuk kedalam pintu
atas panggul. Keadaan ini menyebabkan kandung kemih tertekan
sehingga merangsang ibu untuk sering kemih yang disebut
pollakisuria.
3) False Labor
Masa 3 atau 4 minggu sebelum persalinan, calon ibu diganggu oleh
his pendahuluan yang sebetulnya hanya merupakan peningkatan
dari kontraksi Braxton Hicks. His pendahuluan ini bersifat:
a) Nyeri yang hanya terasa diperut bagian bawah.
b) Tidak teratur.
c) Lamanya his pendek, tidak bertambah kuat dengan majunya
waktu dan bila dibawa jalan malah sering berkurang.
d) Tidak ada pengaruh pada pendataran atau pembukaan serviks.
4) Perubahan Serviks
11
Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan serviks menunjukkan
bahwa serviks yang tadinya tertutup, panjang, dan kurang lunak.
Namun kondisinya berubah menjadi lebih lembut, beberapa
menunjukkan telah terjadi pembukaan dan penipisan. Perubahan
ini berbeda untuk masing-masing ibu. Misalnya, pada multipara
sudah terjadi pembukaan 2 cm namun pada primipara sebagian
besar masih dalam keadaan tertutup.
5) Energy Spurt
Beberapa ibu akan mengalami peningkatan energy kira-kira 24-28
jam sebelum persalinan mulai. Setelah beberapa hari sebelumnya
merasakan kelelahan fisik karena tuanya kehamilan maka ibu
mendapati satu hari sebelum persalinan dengan energy yang penuh.
Peningkatan energi ibu ini tampak dari aktivitasnya yang
dilakukannya seperti membersihkan rumah mengepel, mencuci
perabotan rumah dan pekerjaan rumah lainnya sehingga ibu akan
kehabisan tenaga menjelang kelahiran bayi, persalinan menjadi
panjang dan sulit.
6) Gastrointestinal Upsets
Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-tanda, seperti diare,
obstipasi, mual, dan muntah karena efek penurunan hormon
terhadap sistem pencernaan.
(Fitriana Yuni dan Nurwiandani Widy, 2018:10)
g. Tanda-Tanda Pada Kala I
1) His belum begitu kuat, datangnya setiap 10-15 menit dan tidak
seberapa mengganggu ibu hingga ia sering masih dapat berjalan.
2) Lambat laun his bertambah kuat: interval lebih pendek, kontraksi
lebih kuat dan lebih lama.
3) Bloody show bertambah banyak.
4) Lama kala I untuk primi 12 jam dan untuk multi 8 jam.
5) Pedoman untuk mengetahui kemajuan kala I adalah “kemajuan
pembukaan 1 cm sejam bagi primi dan 2 cm sejam bagi multi,
12
walaupun ketetntuan ini sebetulnya kurang tepat seperti akan
diuraikan nanti”.
(Fitriana Yuni dan Nurwiandani Widy, 2018:12)
2. Nyeri
a. Definisi Nyeri Persalinan
Nyeri adalah apapun yang di alami oleh orang yang mengatakannya,
terdapat kapan saja ia mengatakannya’ (McCaffery, 1979). Selain
pengamatan McCaffery, terdapat faktor-faktor tertentu yang tampak
berkaitan dengan nyeri persalinan yang hebat (Niven, 1992). Faktor-
faktor ini mencakup bayi besar, primipara, tubuh ibu yang kecil dan
intervensi obsterik, misalnya amniotomi, meningkatkan momok
iatrogenesis. Dampak dari faktor seperti durasi persalinan memiliki
makna yang tidak jelas (Mander, 2012:140).
Rasa nyeri pada persalinan dalam hal ini adalah nyeri kontraksi uterus
yang dapat mengakibatkan peningkatan aktifitas sistem saraf simpatis,
perubahan tekanan darah, denyut jantung, pernafasan dengan warna
kulit dan apabila tidak segera diatasi maka akan meningkatkan rasa
khawatir, tegang, takut dan stress (Bobak, 2005)
b. Penyebab Nyeri Persalinan Kala I
Kelahiran menyebabkan nyeri karena pada saat berkontraksi pembuluh
darah juga akan berkontraksi/mengkerut sehingga aliran darah yang
menuju sel-sel di uterus dan jalan lahir berkurang. Terjadilah
kekurangan oksigen pada serabut sarafnya dan hal ini yang
menyebabkan nyeri. Dalam perkembangan proses persalinan kontraksi
akan bertambah panjang dan kuat, kekurangan oksigen pada sel-sel
akan semakin meningkathal ini menyebabkan intensitas nyeri juga
akan samakin meningkat.
13
Nyeri pada proses persalinan ini juga biasa di sebabkan oleh tarikan
dan tekanan yang terjadi pada jalan lahir. Pada akhir dari proses
persalinan saat terjadi pembukaan jalan lahir lengkap, wanita akan
merasakan mengejan karena dengan mengejan rasa nyeri yang di alami
akan hilang. Bertambahnya ketidaknyamanan ata nyeri pada proses
persalinan juga karena penekanan bagian presentasi janin di organ-
organ yang berada di sekitar jalan lahir seperti kandung kamih, uretra
(saluran kemih) dan colon. Nyeri yang terbesar di rasakan ibu saat
kelahiran adalah nyeri akibat tarikan pada jaringan perineum.
Perineum adalah bagian pelindung dan otot yang memanjang dari
depan vagina atau jalan lahir menuju anus (Nisman, 2011:44).
1) Penekanan pada ujung-ujung syaraf antara serabut otot dari korpus
fundus uterus.
2) Adanya iskemik myometrium dan serviks karena kontraksi sebagai
konsekuensi dari pengeluaran darah dari uterus atau Karena adnya
vasokonstriksi akibat aktivitas berlebihan dari syaraf simpatis.
3) Adanya proses peradangan pada otot uterus.
4) Kontraksi pada serviks dan segmen bawah rahim menyebabkan
rasa takut yang memacu aktivitas berlebih dari system syaraf
simpati.
5) Adanya dilatasi dari seviks dan segmen bawah rahim. Nyeri
persalinan kala I terutama disebabkan karena dilatasi serviks dan
segmen bawah rahim oleh karena adanya dilatasi, peregangan dan
kemungkinan robekan jaringan selama kontraksi.
6) Rasa nyeri pada saat setiap fase persalinan dihantarkan oleh
segmen saraf yang berbeda-beda. Nyeri pada kala I terutama brasal
dari uterus (Maryunani, 2010:19).
c. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nyeri Persalinan
1) Kecemasan dan Ketakutan
Kondisi psikologis cemas dan takut sangat berpengaruh pada
fungsi tubuh misalnya organ-organ yang terlibat dalam persalinan
menjadi tidak dapat berfungsi dengan baik, sehingga tenaga
14
mengejan menjadi kurang kuat, dorongan dalam tubuh juga tidak
kuat sehingga menghambat proses persalinan.
2) Pengharapan
Orang yang tidak punya harapan biasanya tidak ada usaha
sehingga akan menghambat proses yang di jalan. Harapan yang
kuat menciptakan semangat dan upaya yang kuat pula.
Pengharapan positif dan kuat dapat mengalahkan rasa nyeri dan
membuat seseorang dapat melalui rasa nyeri tersebut dengan
mudah.
3) Penilaian Kognitif
Penilaian kognitif adalah hasil dari pemikiran yang cenderung
rasional. Pemikiran kognitif terhadap suatu hal yang bisa positif
dan juga negatif. Bagaimana cara ibu memandang suatu hal ini
juga akan mempengaruhi sikap atau tindakan ibu terhadap hal
tersebut.
4) Kekuatan atau kemampuan diri
Kekuatan atau kemampuan diri harus diyakini sangat berpengaruh
terhadap setiap proses kehidupan ibu. Saat ibu yakin bahwa kuat
dan mampu menjalani proses maka ini akan menjadi energi yang
luar biasa untuk menyelesaikan proses ini sampai selesai (Nisman,
2011:49).
d. Efek Yang Ditimbulkan Nyeri Persalinan
Terdapat beberapa aspek yang berkaitan dengan nyeri pada persalinan
dapat mempengaruhi proses kelahiran itu sendiri. Pengaruh utama
yang terjadi adalah karena terpicunyasistem simpatis dimana terjadi
peningkatan kadar plasma dari katekolamin,terutama epinefrin
(Maryunani, 2010:24).
Nyeri yang di akibatkan oleh persalinan dapat disimpulkan menjadi
beberapa hal dibawah ini :
1) Psikologis berupa penderitaan, ketakutan dan kecemasan.
15
2) Kardiovaskuler berupa kardiak output, tekana dara, frekuensi nasi,
dan resistensi perifer sistematik.
3) Metabolik berupa peninkatan kebutuhana O2, asidosis laktat,
hiperglikemia.
4) Gastrointestinal berupa penurunan pengosogan lambung.
5) Rahim/uterus berupa inkoordinasi kontraksi uterus.
6) Fetus/janin berupa asisdosis akibat hipoksia pada janin.
e. Keunikan Nyeri Persalianan
Rasa tidak nyaman dan nyeri dalam persalinan adalah unik. Oleh
karenanya pengalaman persalinan mempunyai suatu kekuatan tinggii
terhadap perolehan pereda nyeri yang memuaskan. Berbagai penelitian
mengunkapkan bahwa kecemasan berkurang jika seseorang
mengetahui kapan peristiwa yang menimbulkan nyeri itu akan terjadi
dan berapa lama rasa tidak nyaman itu akan berlangsug. Biasanya, ibu
mengetahui kapan takasiran lamanya persalinan. Dengan kata lain, ibu
mengetahui persalinan akan terjadi dan ibu mengetahui persalinan
biasanya berlangsung dengan beberapa jam (Maryunani, 2010:14).
Ibu mengetahui penyebab rasa ketidaknyamanan. Paling tidak ibu
mengetahui bahwa hal ini merupakan suatu proses normal yang terjadi
dengan pengeluaran bayinya dan bagian tubuhnya berkontraksi dengan
meregan sampai selesai pristiwa ini. Sebagian besar itu mengenali
bermulanya terjadi persalinan dan tidak takut sesuatu akan terjadi yang
akan membahayakan kehidupannya (Mander, 2012).
Nyeri persalinan tidak konstan tetapi bersifat intermitten:
1) Pada kala I, nyeri merupkan akibat penipisan dan pembentukan
serviks.
a) Pada pembukaan 0-3 cm, nyeri dirasakan sakit dan tidak
nyaman.
b) Pada pembukaan 4-7 cm, nyeri yang dirasakan agak menusuk.
16
c) Pada pembukaan 7-10, nyeri trasa menjadi lebih hebat,
menusukk dan kaku.
2) Pada awal kala II, nyeri timbul disebabkan oleh penurunan kepla
janin yang menekan dan menarik bagian-bagian di daerah panggul.
3) Kelahiran bayi dan kondisi janin akan mempengaruhi kondisi
emosional ibu sehingga berpengaruh pada rasa nyeri (Maryunani,
2010:16).
f. Intensitas Nyeri Dan Pengukuran Rasa Nyeri
Indikator adanya dan intensitas nyeri yang paling penting adalah
laporan ibu tentang nyeri itu sendiri. Namun demikian,intensitas nyeri
juga dapat ditemukan dengan berbagai macam cara. Salah satu caranya
adalah dengan menanyakan pada ibu untuk menggambarkan nyeri atau
rasa tida nyamannya. Metode lainnya dalah dengan meminta ibu untuk
menggambarkan beratnya nyeri atau rasa tidak nyamannya dengan
menggunakan skala. Skor/nilai skala nyeri dapat dicatat pada flow
chart untuk memberikan pengkajian nyeri ysng berkelanjutan. Metode
yang ketiga adalah dengan meminta ibu untuk membuat tanda x
(silang) pada skala analog. Penggunan skala intensitas nyeri adalah
mudah dan merupakan metode terpercaya dalam menetukan intensits
nyeri ibu. Skala seperti ini memberikan konsistensi bagi petugas
kesehatan untuk berkomunikasi dengan klien/ibu dan petugas
kesehatan lainnya. Komponen-komponen nyeri yang penting dinilai
adalah PAIN: pettern (polanya), area, intensitas dan nature (sifatnya)
(Maryunani, 2010:32).
1) Pola Nyeri (Pattern of pain)
Pola nyeri meliputin waktu terjadinya nyeri, durasi, dan interval
tanpa nyeri. Oleh karena itu, petugas kesehatan dapat menentukan
kapan nyeri mulai, berapa neri beralngsung, dan kapan nyeri
terakhir terjadi. Pola nyeri diukur dengan menggunakan kata-kata
(verbal). Ibu diminta untuk menggambarkan nyeri sebagai variasi
17
pola konstan, intermittent atau transient. Ibu juga ditanyakan waktu
dan kapan nyeri beralangsung dan berapa lama nyeri berlaangsung
untuk mngukur saat serangan nyeri dan durasi nyeri.
2) Area Nyeri (Area Of Pain)
Area nyeri adalah tempat pada tubuh dimana nyeri terasa. Petugas
kesehatan dapat menuntukan lokasi nyeri dengan menanyakan
pada pasien untuk menunjukkan area pada tubuh.
3) Intensitas nyeri (Intensity Of Pain)
Intensitas nyeri adalah jumlah nyeri yang terasa. Intensitas nyeri
dapat diukur menggunakan angka 0-10 pada skala nyeri.
4) Nature/sifat nyeri (Nature Of Pain)
Sifat nyeri adalah bagaimana nyeri terasa pada pasien. Sifat nyeri
atau kualitas nyeri dengan menggunakan kata-kata. Lebih jelasnya,
untuk mengukur skala nyeri dapat digunakan alat yang berupa
Verbal Descriptor Scale (VDS)yang terdiri dari sebuah garis lurus
dengan lima kata penjelas dan barupa urutan angka 0-10 yang
mempunyai jarak yag smaa sepanjang garis. Gambar tersebut
disusun dari “tidak nyeri” sampai “nyeri yang tidak tertahankan
atau nyeri sangat berat”. Selain itu,dapat pula di gunakan visual
analog scale (VAS) yang dapat di gunakan untuk mengetahui
tingkat nyeri. Skala ini terdiri dari enam wajah kartun yang
diurutkan dari seorang yang tersenyum (tidak ada rasa sakit),
meningkat wajah yang kurang bahagia hingga wajah yang sedih,
wajah penuh air mata (rasa sakit yang paling buruk) (Maryunani,
2010:33).
Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling
mungkin adalah menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap
nyeri itu sendiri. Namun, pengukuran dengan teknik ini juga tidak
dapat memberikan gambaran pasti tentang nyeri itu sendiri (Potter
& Perry, 2011).
18
Gambar 2.1
Visual Analog Scale (VAS)
Table 2.1 Keterangan Analog Visual
Skala Tanda Gejala
0 Tidak nyeri, dapat tersenyum
1-3 Nyeri ringan, ekspresi datar, namun nyeri masih dapat ditolerasi
4-5 Nyeri sedang, ekspresi wajah menunjukkan alis turun ke bawah,
bibir diketatkan
6-7 Nyeri sedang, raut wajah meringis
8-9 Nyeri berat, raut wajah lebih meringis,mata berkaca-kaca
10 Nyeri sangat berat,meringis sampai menangis
g. Strategi Penatalaksanaa Nyeri
1) Manjemen Nyeri Farmakologi
a) Teknik ILA (Intrathecal Labour Analges)
ILA (Intrathecal Labour Analges) adalah meyode pembiusan
lewat suntikan cairan saraf tulang belakang atau tulang spinal
untuk mengurangi rasa nyeri saat melahirkan. Setalah obat
berkerja maka rasa nyeri kontraksi akan perlahan berkurang.
b) Teknik epidural
Teknik melahirkan dengan epidural yaitu cara melahirkan
tanpa sakit yang mempunyai cara mematikaa rasa melalui
suntikan pada syaraf tulang belakang di pinggang hingga
daerah epidural dan reaksinya akan menjalar ke perut. Obat
yang di gunakan pada teknik epidural akan memblok rasa sakit
19
di daerah rahim, leher rahim, dan vagina bagian atas
(Maryunani, 2010:79)
2) Manajemen Nyeri Non Farmakologi
Pengelolaan nyeri persalinan secara non farmakologi mempunyai
beberapa keuntungan melebihi pengelolaan nyeri secara
farmakologis, apabila tindakan pengontrolan nyeri d iberikan
memadai. Beberapa teknik non farmakologi yang dapat
meningkatkan kenyamanan dalam menghadapi proses persalinan
yakni relaksasi, tehnik pernapasan, pergerakan dan perubahan
posisi, akupupresur, massase, hidroterapi, music, hypnobriting,
water birth (Maryunani, 2010:97).
2. Akupresur
a. Definisi Akupresur
Akupresur merupakan salah satu teknik nonfarmakologi yang
paling efektif dalam manajemen nyeri persalinan. Akupresur
disebut juga akupuntur tanpa jarum, atau pijat akupuntur, atau
pengembangan dari teknik akupuntur (Maryunani, 2010:115).
Akupresur merupakan salah satu teknik nonfarmakologi dalam
manajemen nyeri persalinan. Akupresur berasal dari China yang
telah ada sejak lima ribu tahun lalu dan merupakan kumpulan dari
pengalaman dan penelitian dari abad ke abad yang dikembangkan
sampai sekarang. Perkembangan akupresur tidak saja di negeri
China, tetapi berkembang di Asia Timur sampai Eropa dan di
Indonesia sudah ada sebelum perang dunia kedua, dan samapai saat
ini lebih banyak berkembang dikalangan pengobatan tradisional
karena merupakan pengobatan yang murah dan mudah (Khadka,
2011).
b. Teori Dasar Akupresur
Falsafah yang mendasari akupresur adalah
20
1) Taoisme
Falsafah ini mengatakan bahwa jagad raya kehidupan atau
makhluk hidup termasuk manusia terdiri dari 2 unsur, yaitu
unsur yin dan yang, merupakan yang mempengaruhi kesehatan.
Manusia yang sehat memiliki kedua unsur yin dan yang
seimbang. Jika salah satu lebih dominan berarti kesehatan
terganggu atau bisa dikatakana tidak sehat tetapi akupresur
bertujuan untuk menyeimbangkan yin dan yang (Sukanta,
2003:4).
2) Teori Lima Unsur (U Sing)
Setiap fenomena di seluruh semesta di bentuk dai hasil
pergerakan dari lima unsur yang memiliki sifat “ kayu, api,
tanah, logam, dan air”. Kelima unsur tadi memiliki hubungan
menghidupi dan membatasi. Menerangkan hubungan antara
organ dan bagian lain di dalam tubuh, baik dalam keadaan
sehat maupun sakit. Organ padat seperti hati, jantung,
perikardio, limpa, paru-paru, dan ginjal, organ tersebut bersifat
yin . Organ berongga meliputi kandung empedu, usus kecil,
lambung, usus besar dan kandung kemih di anggap organ luar
bersifat yang, seluruh organ tersebut memiliki hubungan
(Helena Laksmi Dewi, 2017).
c. Manfaat dan Tujuan Akupresur
Akupresur bermanfaat untuk promotif, pencegahan penyakit,
penyembuhan penyakit, dan rehabilitasi. Dalam tindakan promotif,
akupresur bermanfaat untuk meningkatkan daya tahan tubuh
walaupun tidak sedang sakit. Manfaat akupresur dalam pencegahan
penyakit dipraktikkan secara teratur pada saat-saat tertentu
menurut aturan yang sudah ada, yaitu sebelum sakit. Tujuannya
adalah untuk mencegah masuknya sumber penyakit dan
mempertahankan kondisi tubuh. Bermanfaat juga untuk
menyembuhkan sakit dan dipraktikkan ketika dalam keadaan sakit.
Dalam teori Departemen Kesehatan, 1996, akupresur bermanfaat
21
untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan kekuatan tubuh,
mencegah penyakit tertentu, mengatasi keluhan dan penyakit
ringan, serta memulihkan kondisi tubuh. Sementara dari model
medis, teknik akupresur dapat bermanfaat untuk pelepasan
endorphin, memblok reseptor nyeri ke otak, dilatasi serviks dan
meningkatkan efektivitas kontraksi uterus (Sukanta, 2003)
Akupresur ditujukan untuk mengembalikan keseimbangan yang
ada didalam tubuh, dengan memberikan rangsangan agar aliran
energi kehidupan dapat mengalir dengan lancar (Depkes, 1996).
Akupresur juga bertujuan untuk menyeimbangkan Yin dan Yang
(Sukanta, 2008)
d. Meridian dan Manipulasi atau Perangsangsan Akupresur
Semua organ Zhang dan organ Fu berhubungan erat satu sama lain
melalui suatu sistim yang di sebut sebagai meridian. Meridian
adalah suatu sistim yang di bayangankan sebagai serangkaian
saluran seferti jaringan namun tidak dapat dibuktikan secara
anatomi.
Meridian terbagi atas jaringan longitudinal disebut: Jing dan
jaringan transversal yang disebut : Luo. Jing dan Luo ini membuat
jalur meridian serupa dengan jaringan yang terbentuk dari garis
tegak lurus ( Jin ) dan garis horizontal ( Luo ).
Teknik rangsangan pada akupresur merupakan teknik pemijatan
yang dilakukan berdasarkan hasil pemeriksaan klien dan
penegakan diagnose. Teknik rangsangan di bagi menjadi dua
1) Teknik Penguatan (Tonifikasi)
a) Pemijatan di lakukan pada titik akupresur yang dipilih
maksimal 30 kali atau ≤ 15 menit
b) putaran atau tekanan.
c) Arah putaran searah dengan jarum jam
22
d) Tekanan yang digunakan sedang, tidak kuat
e) Titik yang di pilih maksimal 10 titik akupresur
f) Jika pemijatan di lakukan pada area jalur meridian, arah
pemijatan harus searah dengan jalur perjalanan meridian.
2) Teknik Pelemahan ( Sedasi )
a) Pemijatan di lakukan pada titik akupresure yang di pilih
antara 40-60 kali putaran atau tekanan atau 15 – 25 menit
b) Arah putaran berlawanan dengan jarum jam
c) Tekanan pemijatan yang di gunakan sedang sampai kuat
d) Titik yang di pilih di sesuaikan dengan kebutuhan
e) Jika pemijatan di lakukan pada area jalur meridian, arah
pemijatan harus berlawanan arah dengan jalur perjalanan
meridian.
e. Meridian dan Titik Akupresur
Meridian adalah jaringan saluran energy kehidupan didalam tubuh.
Meridian terdiri dari 600 titik. Titik meridian tersebut
menyeimbangkan energi tubuh berfungsi. Sebagian besar titik-titik
akupresur berada disepanjang meridian. Yang dimaksud dengan
titik akupresur adalah simpul meridian tempat terpusatnya energi
kehidupan (CI) dan merupakan titik perangsangan untuk
menimbulkan keseimbangan kesehatan tubuh. Titik meridian ini
disebut dengan acupoint. Setiap acupoint mempunyai efek khusus
pada sistem tubuh, atau organ tertentu. Menstimulasi dan memijat
secara lembut titik tersebut akan terjadi perubahan fisiologi tubuh
dan akan mempengaruhi keadaan mental dan emosional (Bazar,
2008 dalam Mijayati, 2016).
Saat ini lebih dari 360 acupoint di meridian seluruh tubuh dan
sekarang banyak lagi ditemukan titik-titik tambahan. Kebanyakan
acupoint ini terletak bilateral/ didua sisi tubuh, oleh sebab itu
akupresur di lakukan pada kedua sisi tubuh kecuali acupoint yang
23
terletak dibagian tengan tubuh. Lokasi acupoint ini terletak sedikit
dalam, diantara tulang, otot, atau tendon. Setelah mencapai daerah
dekat titik, perlu diperhatikan dan disisakan waktu sebentar untuk
merasakan daerah tersebut dengan jari yang sensitive. Selalu ada
daerah yang lebih sedikit sensitive dan pada keadaan yang
imbalans acupoint biasanya lebih lembut dari sekitarnya (Turana,
2004)
f. Persiapan Tindakan Akupresur
Di dalam praktek akupresur, seorang akupresur atau siapa saja
yang ingin mempraktekkan akupresur perlu memperhatikan dan
mengetahui kondisi umum penderita, seperti kondisi pasien,
kondisi ruangan, posisi pasien dan akupresur, serta cara melakukan
tindakan atau teknik akupresur (Sukanta, 2008)
Kondisi pasien yang perlu diperhatikan sebelum melakukan teknik
akupresur adalah sebaiknya pasien tidak dalam keadaan emosional
(marah, takut, terlalu gembira, atau sedih), tidak terlalu lapar atau
terlalu kenyang , titik acupoint tidak dalam keadaan luka atau
bengkak, dan untuk pasien yang lemah kondisinya akupresur hanya
diperlukan untuk menguatkan kondisinya dan jumlah titik yang
diperginakan jangan terlalu banyak. Selain kondisi pasien juga
perlu diperhatikan keadaan tempat dilakukan tindakan akupresur,
seperti suhu dalam kamar jangan terlalu panas atau terlalu dingin,
sirkulasi udara hendaknya lancar (tidak pengap) dan udara kamar
segar, tempat bersih, dan jangan melakukan tindakan akupresur
ditempat yang berasap dan peralatan yang dipergunakan harus
bersih, tidak tajam, dan tidak menyakitkan. Posisi pasien yang baik
dalam melakukan tindakan akupresur adalah dalam posisi duduk
atau berbaring dalam keadaan nyaman dan santai. Posisi akupresur
hendaklah berada pada keadaan yang bebas bergerak dan nyaman
untuk melakukan tindakan akupresur, tangan akupresur dicuci
24
bersih sebelum melakukan tindakan, kuku jari tidak panjang dan
tajam (Sukanta, 2008)
Teknik akupresur pada bagian pada bagian tertentu tubuh akan
mengakibatkan aliran energi vital didalam tubuh berjalan lancar
sehingga keluhan penyakit berkurang atau sembuh sesuai dengan
tujuan akupresur. Cara yang perlu di lakukan akupresur dalam
akupresur ini, yaitu dengan menekan dan memutar, atau mengurut
di sepanjang meridian. Teknik akupresur di mulai setelah
menemukan acupoint yang tepat, yaitu timbulnya reaksi pada titik
acupoint yang berupa rasa nyeri atau pegal. Setiap pemberian
rangsangan pada titik acupoint akan memberikan reaksi terhadap
daerah sekitar titik tersebut, daerah yang di lintasi oleh meridian
titik tersebut, organ yang mempunyai hubungan dengan titik
tersebut. Oleh karena itu setiap pemijatan/rangsangan yang akan
dilakukan harus di perhatikan secara cermas, reaksi apa yang perlu
ditimbulkan, reaksi penguatan (Yang) atau reaksi melemahkan
(Yin)
(Sukanta, 2008)
Teknik perangsangan yang bersifat Yang adalah menguatkan,
biasanya di lakukan dengan 30 kali pijat setiap titik, atau kalau di
putar, putarannya mengikuti arah jarum jam. Kalau di urut maka
urutannya di mulai dari arah sumber energy dari titik awal (nomor
kecil) ke arah akhir (nomor besar) pada meridian bersangkutan.
Teknik perangsangan bersifat Yin atau melemahkan, biasanya di
lakukan dengan pijatan lebih dari 30 kali, atau sekitar 50 kali pada
setiap titik pijat. Jika pijatan di putar maka putarannya melawan
arah jarum jam. Kalau di urut melawan aliran energi (dari nomor
besar ke nomor kecil) (Sukanta, 2008)
Teknik akupresur di lakukan dengan berbagai cara yang aman,
tidak melukai kulit atau menyebabkan pecahnya pembuluh darah,
25
yaitu menggunakan beberapa alternatif cara berikut: menggunakan
jari jempol, menggunakan beberapa jari tangan yang disatukan,
hanya jari telunjuk saja, atau dengan telapak tangan, membuat
gerakan cubitan halus, tetapi tidak sampai memar, menepuk-nepuk
atau memukul-mukul ringan, dan menggosok dengan jari jempol
atau telapak tangan. Penekanan pada saat awal harus di lakukan
dengan lembut, kemudian secara bertahap kekuatan penekanan
ditambah sampai terasa sensasi yang ringan tetapi tidak sakit
(Sukanta, 2008)
g. Cara Pemijatan dan Kontraindikasi Pemijatan
1) Cara Pemijatan
Ada beberapa cara memijat titik acupoint dengan
menggunakan anggota tubuh jemari tangan, telapak tangan,
dan siku. Berikut penjelasan singkatnya
a) Memijat tengkuk pada titik kantung empedu 20. Tekan
perlahan titik tersebut dengan ibu jari sesuai kebutuhan
berdasarkan dari keluhan pasien.
b) Menekan dan memutarkan jemari pada area bahu atau
punggung, searah jarum jam atau berlawanan sesuaikan
dengan keluhan pasien.
c) Gunakan telapak tangan untuk daerah yang lebar seperti
punggung, dengan kekuatan disesuaikan dengan
kenyamanan pasien. Biasanya ditekan naik turun dengan
lembut, diputar searah jarum jam atau sebaliknya sesuai
keluhan pasien.
d) Pijatan dengan ujung jari yang ditekuk, biasanya
digunakan untuk mencapai titik dalam otot tebal/gemuk.
e) Memijat dengan kedua pangkal tangan digeser kiri kanan
atau naik turun secara bersamaan di sesuaikan dengan
kebutuhan dan keluhan pasien.
26
f) Pijat menggunakan siku untuk daerah yang keras dan tebal
supaya efek pijatan dapat tercapai.
g) Menggunakan dua jempol pada dua titik depan dan
belakang persendian.
h) Menggunakan jari jampol untuk titik usus besar 4 dengan
cara naik turun maupun mengurut sesuai keperluan dan
keluhan pasien.
i) Memijat lembut pada titik pelipis, bisa di lakukan searah
jarum jam atau berlawanan di sesuaikan dengan kebutuhan
dan keluhan pasien.
j) Memijat dan mengurut lokasi meridian di daerah punggung
kaki dengan jemari tangan naik turun, mengurut searah
meridian atau berlawanan sesuai kebutuhan pasien.
(Helena Laksmi Dewi, 2017)
2) Hal-hal yang perlu Diperhatikan dalam Pemijatan Akupresur
a) Kebersihan Terapis
Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan
menggunakan sabun antiseptic sebelum melakukan dan
setelah melakukan terapi sangatlah penting. Hal tersebut
dilakukan untuk mencegah penularan penyakit antara
terapis dengan pasien (Hartono, 2012)
b) Bagian-bagian Yang Tidak Dapat Dipijat
Pemijatan tidak dapat di lakukan pada kondisi kulit
terkelupas, tepat pada bagian tulang yang patah, dan tepat
pada bagian yang bengkak.
c) Pasien Dalam Kondisi Gawat
Penyakit yang tidak boleh di pijat adalah tiga penyakit yang
dapat menyebabkan kematian tiba-tiba, yaitu ketika terjadi
serangan jantung, gagal napas oleh paru-paru, dan penyakit
pada saraf otak (misalnya stroke, pecah pembuluh darah,
27
dan cidera otak). Apabila terapis menemukan gejala-gejala
diatas segera rujuk kerumah sakit karena penanganan yang
keliru dapat menyebabkan pasien terlambat mendapatkan
pengobatan yang lebih baik (Hartono, 2012)
h. Lokasi Titik Akupresur Saat Persalinan
1) Titik Kandung Kemih 32 (Bladder 32 Point)
Gambar 2.2
Titik Kandung Kemih 32
Titik BL32 disebut juga dengan Ciliao, terletak di punggung
bawah antara lesung bokong. Pijatan di titik ini dapat
bermanfaat memicu kontraksi dan membantu meringankan
masalah sistem reproduksi wanita (Yusra, 2018).
Lokasi titik ini kira-kira sepanjang jari telunjuk wanita di atas
lipat bokong selebar ibu jari di sisi tulang belakang. Saat
persalinan mulai, awali teknik akupresur dengan melakukan
penekanan pada titik ini dengan menggerakkan jari menuruni
tulang belakang ( kira-kira selebar ibu jari) sejalan dengan
kemajuan persalinan.
Teknik akupresur, tempatkan jari pada titik akupresur dan
lakukan tekanan yang lembut. Tekanan dapat di tingkatkan
dengan melakukan penekanan kea rah belakang pada awal
kontraksi. Titik ini lebih banyak di gunakan karena
28
menimbulkan efek anestesi pada kontraksi yang kuat, terlihat
jelas efek ini saat penekanan di hentikan. Penenkanan pada
titik ini akan menimbulkan rasa hangat, geli dan agak sakit.
Jika terasa sangat sakit, lakukan penekanan pada sekitar tulang.
Titik ini sering di gunakan pada wanita dengan posisi
menunduk atau berlutut pada lantai, meja, tempat tidur, dll.
Teknik ini dapat juga efektif di gunakan dalam air, namun
kurang fleksibel pada sebagian orang. Penekanan kuat pada
titik BL 32 dapat di lakukan pada wanita bersalin yang selalu
ingin mengedan sedangkan serviks belum cukup berdilatasi
(Arifin, 2008)
2) Titik Usus Besar LI 4 (Large Intestine 4 point)
Gambar 2.3
Titik Usus Besar LI 4
Titik Usus Besar 4 (LI4) dikenal dengan nama Hoku, titik ini
terletak pada sudut anyaman antara jari jempol dan jari telunjuk.
Titik LI4 dapat menginduksi persalinan dan menyebabkan bayi
29
masuk ke rongga panggul, tidak hanya itu, titik LI4 juga dapat
meringankan rasa sakit akibat kontraksi yang datang (Yusra,
2018 dalam Mijayati, 2016).
Salah satu titik yang termasuk dalam meridian yang ming Usus
Besar yang mana di mulai dari ujung jari telunjuk sampai di
antara pertemuan tulang metacarpal 1 dan 2, ke atas masuk ke
dalam lekukan tendon M ekstensor posisi longus dan brevis,
berjalan terus sisi radial lengan bawah sampai dilateral sudut
lipat siku, berjalan lagi menyusuri tepi lateral dengan lengan
atas menuju bahu lalu berjalan ke belakang berjumpa dengan
meridian-meridian di titik ta cui (Gv 14) kembali lagi ke dalam
hubungan dengan paru-paru kemudian menembus di afragma
dan tiba pada usus besar merangsang hormon endorphin dalam
tubuh.
LI4 memiliki peranan sebagai penerang sehingga di gunakan
dalam kondisi yang menyakitkan baik meridian maupun organ,
khususnya pada lambung, usus, dan uterus sehingga efektf di
gunakan dalam mempercepat proses persalinan.
B. Kewenangan Bidan Terhadap Kasus Tersebut
Dasar hukum yang mengatur pelayanan pengobatan nonfarmakologi, antara
lain:
1. Undang-Undang RI No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
a. Bab I Ketentuan Umum Pasal 1, bulir 16 yang berbunyi “Pelaayanan
kesehatan tradisional adalah pengobatan dana tau perawatan dengan
cara dan obat, yang mengacu pada pengalaman dan keterampilan
turun-temurun secara empiris, yang dapat di pertanggungjawabkan dan
di terapkan sesuai dengan norma yang berlaku dimasyarakat.”
b. Bab Ketiga Pelayanan Kesehatan Tradisional Pasal 59 s/d pasal 61
1) Pasal 59, bulir pertama berbunyi “Berdasarkan cara
pengobatannya, pelayanan kesehatan tradisional terbagi menjadi
30
pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan keterampilan
dan pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan ramuan”.
Bulir kedua berbunyi “pelayanan kesehatan tradisional
sebagaimana di maksud pada ayat (1) di bina dan di awasi oleh
Pemerintah agar dapat di pertanggungjawabkan manfaat dan
keamanannya serta tidak bertentangan dengan norma agama”.
Bulir ketiga berbunyi “ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
dan jenis pelayanan kesehatan tradisional sebagaimana di maksud
pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah”.
2) Pasal 60, bulir pertama berbunyi “setiap orang yang melakukan
pelayanan kesehatan tradisional menggunakan alat dan teknologi
harus mendapat izin dari lembaga kesehatan yang berwenang”.
Bulir kedua berbunyi “penggunaan alat dan teknologi
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus dapat
dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya serta tidak
bertentangan dengan norma agama dan kebudayaan masyarakat”.
3) Pasal 61, bulir pertama berbunyi “masyarakat di beri kesempatan
yang seluas-luasnya untuk mengembangkan, meningkatkan dan
meggunakan pelayanan kesehatan tradisional yang dapat di
pertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya”. Bulir kedua
berbunyi “pemerintah mengatur dan mengawasi pelayanan
kesehatan tradisional sebagaimana di maksud pada ayat (1) dengan
di dasarkan pada keamanan, kepentingan, dan perlindungan
masyarakat.
c. Bab Keenam Upaya Kesehatan Bagian Kesatu Umum Pasal 48. Bulir
pertama berbunyi “penyelenggaraan upaya kesehatan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 47 dilaksanakan melalui kegiatan: pelayanan
kesehatan; pelayanan kesehatan tradisional; peningkatan kesehatan dan
pencegahan penyakit; penyembuhan penyakit dan pemulihan
kesehatan; kesehatan reproduksi; keluarga berencana; kesehatan
sekolah; kesehatan olahraga; pelayanan kesehatan pada bencana;
pelayanan darah; kesehatan gigi dan mulut; penanggulangan gangguan
31
penglihatan dan gangguan pendengaran; kesehatan matras;
pengamanan dan penggunaan sediaan farmasi dan alat kesehatan;
pengamanan makanan dan minuman; pengamanan zat adiktif, dan
bedah mayat. Bulir kedua berbunyi “penyelenggaraan upaya kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didukung oleh sumber daya
kesehatan”.
2. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1076/Menkes/SK/2003 tentang
Pengobatan tradisional.
3. Peratutan Menteri Kesehatan RI Nomor 1109/menkes/Per/IX/2007 tentang
Penyelenggaraan-Alternatif pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI, No. 120/Menkes/SK/II/2008 tentang
Standar Pelayanan Hiperbarik.
5. Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, No.
HK.03.05/I/199/2010 tentang Pedoman Kriteria Penetapan Metode
pengobatan Komplementer dan Alternatif yang Dapat Diintegritasikan pada
Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
Berdasarkan UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4
TAHUN 2019 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan, kewenangan
yang di miliki bidan meliputi :
Pasal 46
a. Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan bertugas memberikan
pelayanan yang meliputi:
1) pelayanan kesehatan ibu;
2) pelayanan kesehatan anak;
3) pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana;
4) pelaksanaan tugas berdasarkan pelimpahan wewenang; dan/atau
5) pelaksanaan tugas dalam keadaan keterbatasan tertentu.
b. Tugas Bidan sebagaimana di maksud pada ayat (1) dapat di laksanakan
secara bersama atau sendiri.
c. Pelaksanaan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di laksanakan
secara bertanggung jawab dan akuntabel.
32
Pasal 47
a. Dalam menyelenggarakan Praktik Kebidanan, Bidan dapat berperan
sebagai:
1) pemberi Pelayanan Kebidanan;
2) pengelola Pelayanan Kebidanan;
3) penyuluh dan konselor;
4) pendidik, pembimbing, dan fasilitator klinik;
5) penggerak peran serta masyarakat dan pemberdayaan perempuan;
dan/atau
6) peneliti.
b. Peran Bidan sebagaimana di maksud pada ayat (1) di laksanakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
C. Hasil Penelitian Terkait
Berdasarkan jurnal Fransiskan Nova Nanur dan Masruroh 2013 yang berjudul
“ Pengaruh Pemberian Teknik Akupresur Terhadap Nyeri Persalinan Kala I
Fase Aktif “, menerangkan bahwa berdasarkan hasil penelitian dari 22 orang,
dimana median nyeri sebelum diberikan teknik akupresur adalah 7 dengan
nyeri terendah adalah 5 dan nyeri tertinggi adalah 8. Rerata nyeri 6,64 dengan
standar deviasi 1,049. Dari hasil estimasi dapat disimpulkan bahwa rata-rata
skala nyeri berada diantara skala 6,17 sampai dengan skala 7,10. Setelah
diberikan akupresur median nyeri 5 dengan nyeri minimum 2 dan maksimum
6, rerata nyeri 4,64 dengan simpang baku 1,049. Hasil analisis uji diperoleh
nilai p value 0,0001 (α = 0,05) artinya ada perbedaan nyeri sebelum dan
setelah diberikan teknik akupresur. Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh significant pemberian teknik akupresur.
33
Berdasarkan jurnal Hutagaol, Isabela (12 Oktober 2010) yang berjudul “
Pengaruh Pemberian Teknik Akupresur Terhadap Penurunan Nyeri Persalinan
Kala I Pada Primipara “, menerangkan bahwa berdasarkan hasil penelitian dari
13 orang. Kelompok intervensi terdiri dari 7 orang dan kelompok control
terdiri dari 6 orang. Metode pengambilan sampel yang digunakan berupa
kuisioner data demografi dan lembar observasi intensitas nyeri yang dirasakan
ibu pada setiap kontraksi sebelum dan setelah intervensi. Hasil penelitian diuji
dengan menggunakan program SPSS versi 17 dengan menggunakan analisis
deskriptif untuk mengetahui frekuensi, persentase. Uji paired sample t-test
digunakan untuk mengetahui rata-rata, standart deviasi dan membandingkan
intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi. Berdasarkan hasil analisa data
uji paired sample t-test diketahui bahwa intensitas nyeri sebelum dan setelah
intervensi akupresur berbeda secara signifikan yaitu p= 0,000 (p˂0,05).
Dengan demikian dapat dibuat kesimpulan bahwa teknik akupresur
berpengaruh terhadap penurunan nyeri persalinan kala I pada ibu primipara.
34
D. Kerangka Teori
Sumber : Maryunani, 2010
Nyeri
Persalinan
Pengendalian nyeri
nonfarmakologi
a. Relaksasi
b. Tehnik pernapasan
c. Pergerakan dan
Perubahan posisi
d. Akupresure
e. Massase
f. Hidroterapi
g. Music
h. Hypnobriting
Manfaat Akupresur
a. Untuk mengurangi nyeri
pada persalinan
b. Untuk mengatasi nyeri
pada persalinan
c. Dan untuk memperlancar
persalinan
Pengendalian nyeri
farmakologi
a. Teknik Intrathecal
Labour Analges
b. Teknik Epidural