BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Kasusrepository.poltekkes-tjk.ac.id/40/3/6. BAB II TINJAUAN...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Kasusrepository.poltekkes-tjk.ac.id/40/3/6. BAB II TINJAUAN...
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Kasus
1. Pengertian Kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan
didefiniskan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum
dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi
hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40
minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional.
Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimaAna trimester kesatu
berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13
hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-
40). (Sarwono Prawirohardjo, 2014)
Kehamilan adalah merupakan suatu proses merantai yang
berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi pelepasan sel telur, migrasi
spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi
(implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang
hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2010).
Kehamilan merupakan proses alamiah (normal) dan bukan proses
patologis, tetapi kondisi normal dapat menjadi patologi. Menyadari hal
tersebut dalam melakukan asuhan tidak perlu melakukan intervensi-
intervensi yang tidak perlu kecuali ada indikasi (Sulistyawati, 2009).
Kehamilan dibagi atas 3 triwulan ( trimester )
a) Kehamilan triwulan I antara 0 – 13 minggu
b) Kehamilan triwulan II antara 14 – 27 minggu
c) Kehamilan triwulan III antara 28 – 40 minggu
(Sulistyawati,2009)
2. Nyeri Punggung Pada Kehamilan
Nyeri Punggung merupakan gangguan yang banyak dialami oleh
ibu hamil yang tidak hanya terjadi pada trimester tertentu tetapi dapat
dialami sepanjang masa kehamilan hingga periode pasca natal. Wanita
6
yang pernah mengalami nyeri punggung sebelum kehamilan beresiko
tinggi mengalami hal yang sama ketika hamil. Nyeri punggung pada
kehamilan dapat terjadi akibat pertumbuhan uterus yang menyebabkan
perubahan postur, dan juga akibat pengaruh hormon relaksin terhadap
ligamen. Terdapat beberapa langkah sederhana yang dapat dianjurkan
bidan kepada ibu untuk mengurangi rasa tidak nyaman seperti
mempertahankan postur tubuh yang baik, menggunakan posisi yang tepat
ketika mengangkat sesuatu yang berat dan tidak berdiri terlalu lama.
Instruksi untuk pelatihan panggul juga dapat diberikan dan disertai dengan
menggunakan korset maternitas. Ibu hamil yang melakukan diet sehat dan
latihan fisik teratur seperti berjalan atau berenang dapat meminimalkan
kondisi ini dengan mudah. (Diane M, dkk. 2009)
3. Penyebab nyeri punggung Pada kehamilan
Secara umum, nyeri punggung yang terjadi pada ibu hamil
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu perubahan postur tubuh selama
kehamilan, hal ini sejalan dengan bertambahnya berat badan secara
bertahap selama kehamilan dan redistribusi pemusatan, pengaruh
hormonal pada struktur ligamen, pusat gravitasi tubuh bergeser kedepan
dan jika dikombinasikan dengan peregangan otot abdomen yang lemah,
hal ini sering mengakibatkan lekukan pada tulang lumbal yang disertai
pembulatan pada bahu serta dagu yang menggantung. ada kecenderungan
bagi otot pinggang untuk memendek jika otot abdomen meregang
sehingga dapat menyebabkan ketidakseimbangan otot disekitar pelvis,
dan tegangan tambahan dapat dirasakan diatas ligamen tersebut.
Akibatnya adalah nyeri punggung yang biasanya berasal dari sakroiliaka
atau lumbal, dan dapat menjadi gangguan pinggang jangka panjang jika
keseimbangan otot dan stabilitas pelvis tidak dipulihkan setelah
melahirkan, aktivitas selama kehamilan juga menjadi faktor terjadinya
nyeri pinggang selama kehamilan, banyak tugas rumah tangga seperti
menyetrika atau menyiapkan makanan yang dapat dilakukan dalam posisi
duduk, bukan berdiri tetapi dilakukan dengan berdiri dalam waktu yang
lama, termasuk jika ibu hamil harus mengangkat objek berat maka terjadi
7
tegangan pada otot panggul, semua gerakan berputar sambil mengangkat
merupakan gerakan yang berbahaya dan tidak boleh dilakukan.
(Diane M Fraser. 2009)
4. Gejala Nyeri Punggung
Nyeri merupakan perasaan yang sangat subjektif dan tingkat
keparahannya sangat dipengaruhi oleh pendapat pribadi dan keadaan saat
nyeri punggung dapat sangat bervariasi dari satu orang ke orang lain.
Gejala tersebut meliputi:
a. Sakit
b. Kekakuan
c. Rasa baal / mati rasa
d. Kelemahan
e. Rasa kesemutan (seperti ditusuk peniti dan jarum)
5. Pengkajian Terhadap Nyeri
Tidak ada cara yang tepat untuk menjelaskan seberapa berat nyeri
seseorang. Tidak ada test yang dapat mengukur intensitas nyeri, tidak ada
alat imaging ataupun alat penunjang dapat menggambarkan nyeri, dan
tidak ada alat yang dapat menentukan lokasi nyeri dengan tepat. Individu
yang mengalami nyeri adalah sumber informasi terbaik untuk
menggambarkan nyeri yang dialaminya. Beberapa hal yang harus dikaji
untuk menggambarkan nyeri seseorang antara lain :
a. Intensitas Nyeri
Minta individu untuk membuat tingkatan nyeri pada skala verbal.
Misal, tidak nyeri, sedikit nyeri, nyeri sedang, nyeri hebat, hebat atau
sangat nyeri, atau dengan membuat skala nyeri yang sebelumnya
bersifat kualitatif menjadi bersifat kuantitatif dengan menggunakan
skala 0-10 yang bermakna 0 = tidak nyeri dan 10 = nyeri sangat hebat
(Fauziah A, dkk, 2012).
8
b. Karakteristik Nyeri
Karakteristik nyeri dapat dilihat atau diukur berdasarkan lokasi nyeri,
durasi nyeri (menit, jam, hari atau bulan), irama/periodenya (terus
menerus, hilang timbul, periode bertambah atau berkurangnya
intensitas), dan kualitas (nyeri seperti ditusuk, terbakar, sakit nyeri
dalam atau superfisial, atau bahkan seoerti di gencet) (Fauziah A, dkk,
2012).
Karakteristik dapat juga dilihat nyeri berdasarkan metode PQRST,
P Provocate, Q Quality, R Region, S Severe, T Time.
1. P : Provocate, tenaga kesehatan harus mengkaji tentang penyebab
terjadinya nyeri pada penderita, dalam hal ini perlu dipertimbangkan
bagian-bagian tubuh mana yang mengalami cidera termasuk
menghubungkan antara nyeri yang diderita dengan faktor
psikologisnya, karena bisa terjadi nyeri hebat karena dari faktor
psikologis bukan dari lukanya.
2. Q : Quality, kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subyektif yang
diungkapkan oleh klien, seringkali klien mendiskripsikan nyeri
dengan kalimat nyeri seperti ditusuk, terbakar, sakit nyeri dalam
atau superfisial, atau bahkan seperti di gencet.
3. R : Region, untuk mengkaji lokasi, tenaga kesehatan meminta
penderita menunjukan semua bagian/daerah yang dirasakan tidak
nyaman. Untuk melokalisasi lebih spesifik maka sebaiknya tenaga
kesehatan meminta penderita menunjukan daerah yang nyerinta
minimal sampai kearah nyeri yang sangat. Namun hal ini akan sulit
dilakukan apabila nyeri yang dirasakan bersifat menyebar atau
difuse.
4. S : Severe, tingkat keparahan merupakan hal yang paling subyektif
yang dirasakan oleh penderita, karena akan diminta bagaimana
kualitas nyeri, kualitas nyeri harus bisa digambarkan menggunakan
skala yang sifatnya kuantitas.
9
5. T : Time, tenaga kesehatan mengkaji tentang awitan, durasi, dan
rangkaian nyeri. Perlu ditanyakan kapan mulai muncul adanya
nyeri, berapa lama menderita, seberapa sering untuk kambuh dan
lain-lain (Fauziah A, dkk, 2012).
c. Skala atau Pengukuran Nyeri
1. Skala Deskripsi Intensitas Nyeri Sederhana
Sumber Fauziah A dkk, 2012: 35
Gambar 2.1 Skala Deskripsi Intensitas Nyeri
Sederhana
2. Skala Intensitas Nyeri Numerik
Sumber Fauziah A dkk, 2012: 36
Gambar 2.2 Skala Intensitas Nyeri Numerik
3. Skala Analog Visual
10
Sumber Fauziah A dkk, 2012: 36
Gambar 2.3 Skala Analog Visual
4. Skala Nyeri “Muka”
Sumber Fauziah A dkk, 2012: 36
Gambar 2.4 Skala Nyeri Muka
d. Efek nyeri terhadap aktivitas sehari-hari
Kaji aktivitas sehari-hari yang terganggu akibat adanya nyeri seperti
sulit tidur, tidak nafsu makan, sulit konsentrasi. Nyeri akut sering
berkaitan dengan ansietas dan nyeri kronis dengan depresi.
e. Kekhawatiran individu tentang nyeri
Mengkaji kemungkinan dampak yang dapat diakibatkan oleh nyeri
seperti beban ekonomi, aktivitas harian, prognosis, pengaruh terhadap
peran dan perubahan cita diri.
f. Mengkaji respon fisiologik dan prilaku terhadap nyeri
Perubahan fisiologis involunter dianggap sebagai indikator nyeri yang
lebih akurat. Respon involunter seperti meningkatnya frekuensi nadi
dan pernafasan, pucat dan berkeringat adalah indikator ransangan saraf
otonom dan bukan nyeri. Respon prilaku terhadap nyeri dapat berupa
menagis, merintih, merengut, tidak menggerakan bagian tubuh,
mengepal atau menarik diri. Respon lain dapat berupa mudah marah
atau tersinggung (Fauziah A, dkk, 2012).
6. Penanganan Nyeri Punggung Pada Kehamilan
Kebutuhan fisiologis untuk menangani nyeri pinggang dan punggung
bagian bawah menurut Ummi Hani (2010) ialah:
1. Gunakan mekanisme tubuh yang baik untuk mengangkat barang yang
jatuh, misalnya dengan jongkok, lebarkan kaki dan letakkan satu kaki
sedikit di depan.
11
2. Hindari sepatu hak tinggi, hindari pekerjaan dengan beban yang terlalu
berat.
3. Gunakan bantal waktu tidur untuk meluruskan punggung.
4. Gunakan kasur yang keras untuk tidur.
5. Senam hamil.
6. Massase daerah pinggang dan punggung.
7. Senam Hamil
Senam hamil adalah suatu bentuk latihan guna memperkuat dan
mempertahankan elastisitas otot-otot dinding perut, ligament-ligamen, serta
otot dasar panggul yang berhubungan dengan proses persalinan. Latihan ini
berfungsi untuk memperkuat stabilitas inti tubuh yang akan membantu
memelihara kesehatan tulang belakang. Mempunyai kekuatan tubuh yang baik
dapat meningkatkan keseimbangan dan kestabilan individu serta
meminimalkan risiko trauma tulang belakang ataupun jatuh pada saat hamil.
Senam hamil dapat meringankan keluhan nyeri punggung yang dirasakan oleh
ibu hamil karena didalam senam hamil terdapat gerakan yang dapat
memperkuat otot abdomen. (Yosefa, et all, 2013)
Ibu hamil dianjurkan untuk mengikuti senam hamil bila kandungan
sudah mencapai usia 6 bulan (Asrinah, 2010). Menurut Agnesia (2010) Jenis
olah tubuh yang paling sesuai untuk ibu hamil adalah senam hamil,
disesuaikan dengan banyaknya perubahan fisik seperti pada organ genital,
bagian perut kian membesar, dan lain-lainnya. Sebaiknya ibu hamil
mempersiapkan segala hal yang bisa membantu selama masa hamil serta saat
proses melahirkan, salah satunya adalah dengan melakukan senam hamil.
Mengikuti senam hamil secara teratur dan intensif, maka ibu hamil dapat
menjaga kesehatan tubuh dan janin yang dikandung secara optimal. (Widianti
dan Proverawati, 2010)
Latihan umum senam hamil
Latihan I
1. Duduk rileks dan badan ditopang tangan dibelakang
12
2. Kaki diluruskan dengan sedikit terbuka
3. Gerakan latihan:
a. Gerakan kaki kanan dan kiri kedepan dan kebelakang
b. Putar persendian kaki melingkar ke dalam dan keluar
c. Bila mungkin angkat bokong dengan bantuan kedua ujung telapak kaki
d. Kembangkan dan kempiskan otot dinding perut
e. Kerutkan dan kendurkan otot dubur
4. Lakukan gerakan ini sedikitnya 8- 10 kali setiap gerakan
Gambar 2.5 Sikap dan gerakan
Latihan II
1. Sikap duduk tegak dengan badan disangga oleh tangan dibelakang badan.
2. Kedua tungkai bawah lurus dalam posisi rapat
3. Tujuan latihan:
a. Melatih otot dasar panggul agar dapat berfungsi optimal saat persalinan
b. Meningkatkan peredaran darah ke alat kelamin bagian dalam sehingga
sirkulasi menuju plasenta makin sempurna
4. Bentuk latihan:
a. Tempatkan tungkai kanan diatas tungkai bawah kiri, silih berganti
b. Kembangkan dan kempiskan otot dinding perut bagian bawah
c. Kerutkan dan kendurkan otot liang dubur
d. Lakukan gerakan ini sedikitnya 8-10 kali
13
Gambar 2.6 Sikap dan gerakan latihan
Latihan III
1. Sikap duduk dengan badan disangga kedua tangan dibelakang, tungkai
bawah dirapatkan
2. Tidur terlentang dengan kedua kaki merapat
3. Tujuan latihan:
a. Memperkuat otot diding perut sehingga dapat berfungsi saat persalinan
b. Meningkatkan sirkulasi darah menuju kelamin bawah, sehingga darah
menuju janin dapat ditingkatkan.
4. Bentuk latihan:
a. Pada sikap duduk, angkat tungkai bawah silih berganti keatas dengan
tinggi semaksimal mungkin
b. Sikap tidur dengan kedua tangan dapat disamping tetapi lebih baik di
bawah kepala
c. Angkat tungkai bawah silih berganti kanan dan kiri dengan tinggi
semaksimal mungkin
d. Lakukan latihan ini sedikitnya 8-10 kali
Latihan IV
1. Sikap duduk bersila dengan tegak
2. Tangan diatas bahu sedangkan siku disamping badan
3. Tujuan latihan:
a. Melatih otot perut bagian atas
b. Meningkatkan kemampuan sekat rongga tubuh untuk membantu
persalinan
4. Bentuk latihan
14
a. Lengan diletakkan didepan dada
b. Putar lengan keatas dan kesamping, kebelakang, dan selanjutnya
kembali kedepan tubuh (dada)
c. Lakukan latihan ini sedikitnya 8-10 kali
Gambar 2.7 Sikap dan gerakan
Latihan V
1. Sikap duduk bersila dengan tumit berdekatan satu sama lain
2. Badan tegak rileks dan paha lemas
3. Kedua tangan dipersendian lutut
4. Tujuan latihan:
a. Melatih otot punggung agar berfungsi baik
b. Meningkatkan peredaran darah ke alat kelamin bagian dalam
c. Melatih agar persendian tulang punggung tidak kaku
5. Bentuk latihan:
a. Tekan persendian lutut dengan berat badan sebanyak 20 kali
b. Badan diturunkan kedepan semaksimal mungkin
Latihan VI
1. Sikap latihan tidur diatas tempat tidur datar
2. Tangan disamping badan
3. Tungkai bawah ditekuk pada persendian lutut dengan sudut tungkai bawah
bagian bawah sekitar 80-90 derajat
15
4. Tujuan latihan:
a. Melatih persendian tulang punggung bagian atas
b. Melatih otot perut dan otot tulang belakang
5. Bentuk latihan:
a. Angkat badan dengan topangan pada ujung telapak kedua kaki dan bahu
b. Pertahankan selama mungkin diatas dan selanjutnya turunkan perlahan-
lahan
Gambar 2.8 Sikap dan gerakan
Latihan VII
1. Sikap tidur terlentang ditempat tidur mendatar
2. Badan seluruhnya rileks
3. Tangan dan tungkai bawah lurus dengan rileks
4. Tujuan latihan:
a. Melatih persendiaan tulang punggung dan pinggul
b. Menigkatkan peredaran darah menuju alat kelamin bagian dalam
c. Meningkatkan peredaran darah menuju kejanin melalui plasenta
5. Bentuk latihan:
a. Badan dilemaskan pada tempat tidur
b. Tangan dan tungkai bawah membujur lurus
c. Pinggul diangkat ke kanan dan ke kiri sambil melatih otot liang dubur
d. Kembang dan kempiskan otot bagian bawah
e. Lakukan latihan ini sedikitnya 10- 15 kali
16
Latihan VIII (Pernapasan)
1. Sikap Tubuh tidur terlentang ditempat tidur yang datar.
2. Kedua tangan disamping badan dan tungkai bawah ditekuk pada lutut dan
santai.
3. Satu tangan diletakan diatas perut.
4. Tujuan Latihan :
a. Meningkatkan penerimaan konsumsi oksigen ibu dan janin.
b. Menghilangkan rasa takut dan tertekan
c. Mengurangi rasa nyeri saat kontraksi.
5. Bentuk Latihan
a. Tarik Napas perlahan dari hidung serta pertahankan dalam paru
beberapa saat.
b. Bersamaan dengan tarikan napas tersebut,tangan yang berada diatas
perut ikut serta diangkat mencapai kepala.
c. Keluarkan napas melalui mulut perlahan.
d. Tangan yang diangkatikut serta diturunkan.
e. Lakukan gerakan latihan ini sekitar 8-10 dengan tangan silih berganti.
6. Bentuk gerakan lain
a. Tangan yang berada diatas oerut dibiarkan mengikuti gerak saat
dilakukan tarikan dan saat mengeluarkannya.
b. Tangan tersebut seolah-olah memberikan pemberat pada perut untuk
memperkuat diafragma.
Latihan IX (Relaksasi Kombinasi)
1. Sikap tubuh seperti merangkak.
2. Bersikap tenang dan rileks.
3. Badan disangga pada persendian bahu dan tulang paha.
4. Tujuan latihan kombinasi :
a. Melatih dan melemaskan persendian pinggul dan persendian tulang
paha.
b. Melatih otot tulang belakang,otot dinding perut dan otot liang dubur.
17
5. Bentuk latihan
a. Tubuh disangga persendian bahu dan tulang paha.
b. Lengkungkan dan kendurkan tulang belakang.
c. Kembangkan dan kempiskan otot dinding perut.
d. Kerutkan dan kendurkan otot tulang dubur.
e. Lakukan Laihan ini 8-10 kali.
6. Bentuk latihan yang lain :
a. Tidur miring dengan kaki membujur
b. Telentang dengan disangga bantal pada bagian bawah lutut.
c. Tidur telentang dengan kaki ditekuk.
d. Tidur miring dengan kaki ditekuk.
Gambar 2.9 Sikap dan gerakan
Latihan X (Menurunkan dan Memasukkan Kepala Janin ke PAP)
Pada primigravida (hamil pertama),kepala janin sudah turun dan masuk pintu
atas panggul (PAP) saat minggu ke-36 akibat mengencangnya otot dinding
perut ibu hamil ,tarikan kuat ligamentum yang menyangga Rahim,bentuk
kepala janin sesuai dengan pintu atas panggul,gaya berat kepala
janin,terjadinya kontraksi Braxton Hicks,dan pada multigravida (lebih dari
sekali hamil) kepala masuk menjelang persalinan.
18
Bila kepala janin belum masuk PAP,terdapat beberapa kemungkinan yaitu
terdapat tali pusat pendek,sejak awal sudah pendek,terdapat lilitan tali pusat
pada leher janin,kelainan bentuk dan besarnya kepala,kesempitan panggul
ibu,atau sebsb lainnya.Dengan masuknya kepala janin kepintu atas panggul-
terutama hamil pertama memberikan petunjuk bahwa tidak terdapat
kesempitan .Untuk mengusahakan agar kepala janin masuk pintu atas
panggul,dapat dilakukan latihan sebagai berikut :
1. Sikap tubuh berdiri tegak dan jongkok.
2. Berdiri dengan berpegangan pada sandaran tempat tidur atau kursi dan jongko
k.
3. Tujuan latihan :
a. Dengan jongkok selama beberapa waktu,diharapkan tulang panggul
melengkung sehingga Rahim tertekan.
b. Sekat rongga tubuh menekan Rahim sehingga kepalajanin dapat masuk
pintu atas panggul
4. Bentuk latihan :
a. Latihan berdiri dan jongkok
b. Tahapan beberapa saat sehingga tekanan pada Rahim mencapai maksimal
untuk memasukkan kepala janin ke pintu atas panggul.
5. Bentuk latihan lain :
a. Membersihkan lantai dengan sambil bergerak sehingga tahanan sekat
rongga tubuh dan tulang belakang menyebabkan masuknya kepala janin ke
dalam pintu atas panggul.
Gambar 2.10 Sikap dan gerakan
(Manuaba, 2010)
19
B. Kewenangan Bidan Terhadap Kasus Tersebut
c. Menurut UU RI nomor 4 tahun 2019 tentang kebidanan pasal 49
mengatakan bahwa dalam menjalankan tugas memberikan pelayanan
kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 46 ayat (1) huruf a,
bidan berwenang:
a. Memberikan asuhan kebidanan pada masa sebelum hamil
b. Memberikan asuhan kebidanan pada masa kehamilan normal
c. Memberikan asuhan kebidanan pada masa persalinan dan menolong
persalinan normal
d. Memberikan asuhan kebidanan pada masa nifas
e. Melakukann pertolongan pertama kegawatdaruratan pada ibu hamil,
bersalin, nifas dan rujukan; dan
f. Melakukan deteksi dini kasus dan komplikasi pada kehamilan, masa
persalinan, pasaca persalinan, masa nifas, serta asuhan pasca keguguran
dan dilanjutkan dengan rujukan.
Menurut permenkes RI nomor 28 tahun 2017 tentang izin dan
penyelenggaraan praktik bidan pasal 18 ayat (3). Dalam memberikan
pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (2), bidan
berwenang melakukan:
a. Episiotomi
b. Pertolongan persalinan normal
c. Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
d. Penanganan kegawatdaruratan dilanjutkan dengan rujukan
e. Pemberian tablet tambah darah pada ibu hamil
f. Pemberian vitamin A dosis tinggi pada ibu nifas
g. Fasilitas/bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi air susu ibu
eksklusif
h. Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala III dan postpartum
i. Penyuluhan dan konseling
j. Bimbingan pada kelompok ibu hamil
k. Pemberian surat keterangan kehamilan dan kelahiran
20
Berdasarkan undang-undang dan permenkes tersebut maka bidan memiliki
kewenangan dalam memberikan asuhan kehamilan normal. Asuhan yang
dapat diberikan yaitu bidan dapat menerapkan 7 langkah manajemen
kebidanan menurut Varney, yaitu:
1. Langkah I (pertama) Mengumpulkan Data
Pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan
semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara
lengkap, yaitu:
a. Riwayat kesehatan
b. Pemeriksaan fisik pada kesehatan
c. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya
d. Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil
studi
Pada langkah pertama ini dikumpulakan semua informasi yang akurat dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan
mengumpulkan data dasar awal yang lengkap. Bila klien mengalami
komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen
kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi.
2. Langkah II (kedua): Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan interpretasi data yang benar terhadap diagnosa
atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas
data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan di
interpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosa yang spesifik.
Masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang di
identifikasikan oleh bidan. Masalah ini sering menyertai diagnosa. Sebagai
contoh yaitu wanita pada trimester ketiga merasa takut terhadap proses
persalinan dan persalinan yang sudah tidak dapat ditunda lagi. Perasaan
takut tidak termasuk dalam kategori “nomenklatur standar diagnosa” tetapi
tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan pengkajian
lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi rasa
sakit.
21
3. Langkah III (ketiga): Mengidentifikasikan diagnosa atau masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasikan masalah atau diagnosa potensial
lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan
dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat
bersiap-siap bila diagnosa atu masalah potensial benar-benar terjadi.
4. Langkah IV (keempat): Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan
yang Memerlukan Penanganan segera
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau
untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim
kesehatan yang lain sesuai kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambunagan dari proses manajemen
kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik
atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama
bidan terus menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam
persalinan.
Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data
mungkin mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus
bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak
(misalnya, perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah lahir,
distocia bahu, atau nilai APGAR yang rendah).
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang
memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu
intervensi dari seorang dokter, misalnya prolaps tali pusat. Situasi lainya
bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau
kolaborasi dengan dokter.
22
5. Langkah V (kelima) : Merencanakan Asuhan yang menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuahan yang menyeluruh ditentukan oleh
langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan
manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau
diantisipasi, pada langkah ini informasi/ data dasar yang tidak lengkap
dapat dilengkapi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi
apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah
yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap
wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya
apakah diberikan penyuluhan, konseling, dan apakah merujuk klien bila
ada masalah-masalah yg berkaitan dengan sosial ekonomi,kultur atau
masalah psikologis. Semua keputusan yg dikembangkan dalam asuhan
menyeluruh ini harus rasional dan benar- benar valid berdasarkan
pengetahuan dan teori yg up to date serta sesuai dengan asumsi tentang
apa yang akan atau tidak akan dilakukan oleh klien.
6. Langkah VI (keenam) : Melaksanaan perencanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah
diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman.
Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh
bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain.
Jika bidan tidak melakukanya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab
untuk mengarahkan pelaksanaanya. Manajemen yang efisien akan
menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.
7. Langkah VII (Terakhir) : Evaluasi
Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah
benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah diidentifikasi
didalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif
jika memang benar efektif dalam pelaksananya. Ada kemungkinan bahwa
sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif.
23
C. Hasil Penelitian Terkait
Berikut ini penelitian terdahulu yang berhubungan dengan laporan tugas akhir
ini yaitu:
Penelitian yang dilakukan oleh Miratu Megasari pada jurnal yang berjudul
“hubungan senam hamil dengan nyeri punggung pada ibu hamil trimester III”
menunjukkan hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara senam hamil
terhadap nyeri punggung, populasi pada penelitian ini sebanyak 89 orang
dengan sampel sebanyak 47 orang ibu hamil dengan teknik Accidental
Sampling. Dari uji statistic juga diperoleh nilai OR(Odds Ratio)= 2,600
artinya ibu yang tidak melakukan senam hamil 2,6 kali lebih tinggi mengalami
nyeri punggung daripada ibu yang melakukan senam hamil. Kesimpulan
masalah nyeri punggung pada ibu hamil trimester III dapat ditangani dengan
senam hamil. (Megasari,2015)
24
D. Kerangka Teori
Bagan1.1 Kerangka Teori
( Sumber: Diane dkk, 2009; Hanni, 2013;)
Nyeri Punggung pada Kehamilan TM 3
Penyebab :
1. Perubahan postur
tubuh
2. Bertambahnya berat
badan
3. Redistribusi
pemusatan
4. Pengaruh hormonal
pada struktur
ligamen
Kebutuhan fisiologis untuk menangani nyeri
pinggang dan punggung bagian bawah :
1. Gunakan mekanisme tubuh yang baik
2. Hindari sepatu hak tinggi, hindari
pekerjaan dengan beban yang berat.
3. Tidak berdiri terlalu lama
4. Berjalan dan berenang
5. Massase daerah pinggang dan punggung.
6. Gunakan kasur yang keras untuk tidur.
7. Senam hamil.
8. Massase daerah pinggang dan punggung.
Senam Hamil
Tujuan umum senam hamil:
1. Melalui latihan senam hamil
yang teratur dapat dijaga kondisi
otot-otot dan persendian yang
berperan dalam proses
mekanisme persalinan.
2. Membimbing wanita menuju
suatu persalinan yang fisiologis.
Tujuan khusus senam hamil:
1. Memperkuat dan mempertahankan elastisitas
otot-otot dinding perut, otot-otot dasar
panggul, ligamen, dan jaringan serta fasia
yang berperan dalam mekanisme persalinan.
2. Melonggarkan persendian-persendian yang
berhubungan dengan proses persalinan.
3. Membentuk sikap tubuh yang prima, sehingga
dapat membantu mengatasi keluhan-keluhan,
letak janin, dan mengurangi sesak nafas dan
mengurangi nyeri punggung.