BAHAN KASUS.pdf

94
UNIVERSITAS INDONESIA PROSEDUR AUDIT ATAS SIKLUS PENJUALAN BARANG JADI PADA PT X LAPORAN MAGANG Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana AYU ANGGITA TRIANDINI 0806351003 FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPOK JANUARI 2012 Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

Transcript of BAHAN KASUS.pdf

  • UNIVERSITAS INDONESIA

    PROSEDUR AUDIT ATAS SIKLUS PENJUALAN BARANG

    JADI PADA PT X

    LAPORAN MAGANG

    Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

    AYU ANGGITA TRIANDINI

    0806351003

    FAKULTAS EKONOMI

    PROGRAM STUDI AKUNTANSI

    DEPOK

    JANUARI 2012

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 2

    Universitas Indonesia

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 3

    Universitas Indonesia

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 4

    Universitas Indonesia

    KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-

    Nya penulis dapat menyelesaikan laporan magang ini. Laporan magang ini dapat

    penulis selesaikan berkat kesempatan, bimbingan, dorongan, dan dukungan yang

    penulis dapat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan

    ucapan terima kasih kepada :

    1. Allah SWT atas semua rahmat dan hidayah yang telah diberikan kepada

    penulis dan junjungan besar Rasulullah SAW.

    2. Ibu Dini Marina, S.E., M. Comm., DEA, sebagai dosen pembimbing yang

    telah berkenan memberikan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing

    penulis dalam menyusun laporan magang ini.

    3. KAP SW (Pak Alex, Mas Aji, Pak Hardi, dan Tim Audit PT X) yang telah

    memberikan penulis kesempatan untuk magang dan atas ilmu yang penulis

    dapatkan.

    4. Papi dan Mama yang selalu mendukung dan mendoakan penulis dalam

    segala hal setiap waktu sampai penulis dapat menjadi seperti sekarang.

    5. Rezza yang selalu mendukung dan menghibur penulis dalam keadaan

    apapun.

    6. Ibel, Achy, Resta yang selalu dekat di hati walaupun kami berjauhan.

    7. Sahabat-sahabat di kampus : Puspita, Mimoy, Bubble, Boli, Inez, atas

    segala kesenangan dan kesedihan yang dirasakan selama kuliah.

    8. KPMG Intern Fellas : Oma, Laura, Ujang, Bu Haj, Cindy, Darwin,

    Cacing, Cua, atas kebosanan dan keseruan yang dirasakan selama magang.

    9. Teman-teman angkatan senasib seperjuangan : FEUI 2008

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 5

    Universitas Indonesia

    Penulis sadar bahwa laporan magang ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

    karena itu, penulis menerima seluruh saran dan kritik yang membangun untuk

    kesempurnaan laporan magang ini. Akhir kata, penulis berharap agar laporan

    magang ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

    Depok, Januari 2012

    Penulis

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 6

    Universitas Indonesia

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 7

    Universitas Indonesia

    ABSTRAK

    Nama : Ayu Anggita Triandini

    Program Studi : Akuntansi

    Judul : Prosedur Audit atas Siklus Penjualan Barang Jadi pada PT X

    Laporan magang ini membahas tentang prosedur audit siklus penjualan

    barang jadi pada PT X yang bertujuan untuk mendapatkan keyakinan bahwa

    siklus tersebut disajikan secara wajar. Siklus penjualan barang jadi dimulai dari

    pemrosesan pesanan penjualan, pengiriman, penagihan, dan penerimaan kas.

    Auditor mendesain prosedur audit yang sesuai dengan standar audit yang berlaku

    di Indonesia. Hasil laporan magang ini menyimpulkan bahwa siklus penjualan

    barang jadi pada PT X disajikan secara wajar.

    Kata kunci :

    Prosedur audit, siklus penjualan barang jadi

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 8

    Universitas Indonesia

    ABSTRACT

    Name : Ayu Anggita Triandini

    Study Program : Accounting

    Title : Audit Procedures over Finished Goods Sales Cycle of PT

    X

    This internship report discusses the audit procedures over finished goods

    sales cycle of PT X whose purpose is to assure that the cycle is fairly stated.

    Finished goods sales cycle starts from sales order processing, shipping, billing,

    and cash receipts. The auditor designs audit procedures in accordance with

    auditing standards applicable in Indonesia. The result of this internship report

    concludes that finished goods sales cycle of PT X is fairly stated.

    Key Words :

    Audit procedures, finished goods sales cycle

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 9

    Universitas Indonesia

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL............................................................. ............ i

    HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.................. ............ ii

    HALAMAN PENGESAHAN............................................................ iii

    KATA PENGANTAR........................................................................ iv

    HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI......... vi

    ABSTRAK.......................................................................................... vii

    DAFTAR ISI.......................................................................... ............ ix

    DAFTAR TABEL............................................................................... xiii

    DAFTAR GAMBAR.......................................................................... xiv

    DAFTAR LAMPIRAN....................................................................... xv

    1. PENDAHULUAN...................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Program Magang..................... 1

    1.2 Tujuan Pelaksanaan Program Magang.................................. 1

    1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang.............................. 2

    1.4 Ruang Lingkup Program Magang......................................... 2

    1.5 Ruang Lingkup Penulisan Laporan Magang......................... 2

    1.6 Sistematika Penulisan Laporan Magang................................ 3

    2. KONSEP DAN PENGERTIAN................................................ 5

    2.1 Pendapatan............................................................................. 5

    2.1.1 Definisi Pendapatan....................................................... 5

    2.1.2 Pengakuan Pendapatan................................................... 5

    2.1.3 Pengukuran Pendapatan................................................. 6

    2.2 Piutang Usaha........................................................................ 6

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 10

    Universitas Indonesia

    2.2.1 Pengakuan dan Pengukuran Piutang Usaha................... 7

    2.2.2 Penurunan Nilai Piutang................................................ 7

    2.3 Aktivitas Siklus Penjualan dan Piutang Usaha...................... 11

    2.4 Pengendalian Internal............................................................ 15

    2.5 Pengauditan............................................................................ 18

    2.5.1 Definisi Pengauditan...................................................... 18

    2.5.2 Jenis-jenis Audit............................................................. 18

    2.5.3 Tujuan Pengauditan....................................................... 19

    2.5.3.1 Asersi Manajemen.......................................... 19

    2.5.3.2 Tujuan Audit Terkait Transaksi...................... 22

    2.5.3.3 Tujuan Audit Terkait Saldo............................ 24

    2.5.3.4 Tujuan Audit Terkait Penyajian dan

    Pengungkapan................................................ 26

    2.5.4 Bukti Audit.................................................................... 26

    2.5.5 Tahapan Audit Laporan Keuangan................................ 29

    2.5.5.1 Melakukan Perencanaan dan Merancang

    Desain Pendekatan Audit................................ 29

    2.5.5.2 Melakukan Pengujian terhadap Pengendalian

    dan Pengujian Substantif Transaksi................ 31

    2.5.5.3 Melakukan Prosedur Analitis dan Pengujian

    atas Detail Saldo............................................. 31

    2.5.5.4 Menyelesaikan Audit dan Mengeluarkan

    Laporan Audit................................................. 32

    3. PROSEDUR AUDIT ATAS SIKLUS PENJUALAN

    BARANG JADI PADA PT X.................................................... 33

    3.1 Profil Perusahaan................................................................... 33

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 11

    Universitas Indonesia

    3.1.1 Profil KAP SW.............................................................. 33

    3.1.1.1 Jasa Profesional yang Disediakan oleh

    KAP SW......................................................... 33

    3.2 Prosedur Audit atas Penjualan Barang Jadi pada PT ............ 36

    3.2.1 Perencanaan Audit......................................................... 37

    3.2.1.1 Memahami Proses Bisnis Penjualan, Piutang,

    dan Penerimaan Kas pada PT X...................... 37

    3.2.1.2 Materialitas..................................................... 42

    3.2.1.3 Menetapkan Sampel........................................ 42

    3.2.2 Evaluasi Pengendalian................................................... 43

    3.2.2.1 Penjualan PC, Laptop, Notebook, dan

    Netbook............................................................ 43

    3.2.2.2 Penjualan Suku Cadang.................................. 48

    3.2.2.3 Penerimaan Kas.............................................. 49

    3.2.3 Pengujian Substantif atas Transaksi............................... 50

    3.2.4 Melakukan Prosedur Analitis......................................... 53

    3.2.5 Pengujian Substantif atas Saldo..................................... 56

    3.2.6 Penyelesaian Audit......................................................... 59

    3.3 Prosedur Audit atas Piutang Dagang pada PT X...................... 59

    3.3.1 Membuat Lead Schedule................................................ 60

    3.3.2 Membandingkan A/R Turnover dan Average Collection

    Period Tahun Berjalan dengan Periode Lalu.............. 60

    3.3.3 Konfirmasi Piutang Dagang........................................... 61

    3.3.4 Melakukan Uji Translasi Piutang dengan Mata Uang

    Asing.............................................................................. 62

    3.3.5 Menganalisis Kebijakan Penghapusan Piutang dan

    Penyisihan Piutang Tak Tertagih................................... 63

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 12

    Universitas Indonesia

    4. PEMBAHASAN DAN ANALISIS........................................... 65

    4.1 Analisis atas Proses Bisnis PT X........................................... 65

    4.1.1 Pemrosesan Pesanan Penjualan PC, Laptop, Notebook

    dan Netbook di PT X..................................................... 65

    4.2 Analisis atas Prosedur Audit Penjualan Barang Jadi

    KAP SW................................................................................. 66

    4.2.1 Pemahaman Proses Bisnis.............................................. 66

    4.2.2 Uji Pengendalian dan Pengujian Substantif atas

    Transaksi........................................................................ 66

    4.3 Analisis atas Prosedur Audit Piutang Dagang KAP SW....... 71

    4.3.1 Evaluasi Pengendalian atas Piutang Dagang................. 71

    4.3.2 Konfirmasi Piutang Dagang........................................... 71

    4.3.3 Uji Translasi Piutang Mata Uang Asing........................ 72

    4.3.4 Kebijakan Penyisihan Piutang Tak Tertagih.................. 73

    5. KESIMPULAN DAN SARAN.................................................. 75

    5.1 Kesimpulan............................................................................ 75

    5.2 Saran...................................................................................... 75

    5.2.1 Saran untuk PT X........................................................... 75

    5.2.1 Saran untuk KAP SW.................................................... 75

    DAFTAR PUSTAKA........................................................................ 77

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 13

    Universitas Indonesia

    DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Daftar Piutang PT ABC.............................................. 8

    Tabel 2.2 Daftar Penurunan Nilai Piutang PT ABC................... 9

    Tabel 2.3 Arus Kas Pinjaman PT ABC...................................... 10

    Tabel 2.4 Penurunan Nilai Piutang PT ABC.............................. 10

    Tabel 3.1 Penentuan Jumlah Sampel KAP SW.......................... 43

    Tabel 3.2 Pengujian Substantif atas Transaksi............................ 50

    Tabel 3.2 Sambungan....................................................................... 51

    Tabel 3.3 Prosedur Analitis......................................................... 53

    Tabel 3.4 Beban Promosi PT X.................................................. 54

    Tabel 3.5 Analisis Gross Margin................................................ 55

    Tabel 3.6 Cut off Test.................................................................. 57

    Tabel 3.7 Rekonsiliasi Penjualan PC, Laptop, Notebook,

    dan Netbook................................................................ 58

    Tabel 3.8 Rekonsiliasi Penjualan Suku Cadang........................... 59

    Tabel 3.9 A/R Turnover dan Average Collection Period..,......... 61

    Tabel 3.10 Uji Translasi Piutang................................................... 62

    Tabel 3.11 Persentas Penyisihan Piutang Tak Tertagih................ 63

    Tabel 3.12 Bad Debt Provision..................................................... 64

    Tabel 4.1 Hubungan Tujuan Audit Terkait Transaksi, Kunci

    Pengendalian Internal, Uji Pengendalian, dan Pengujian

    Substantif atas Transaksi............................................. 67

    Tabel 4.1 Sambungan (1)............................................................ 68

    Tabel 4.1 Sambungan (2)............................................................ 69

    Tabel 4.1 Sambungan (3)............................................................ 70

    Tabel 4.2 Uji Translasi Piutang Mata Uang Asing..................... 73

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 14

    Universitas Indonesia

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Data Flow Diagram Siklus Penjualan........................ 11

    Gambar 2.2 Data Flow Diagram Pemrosesan Pesanan

    Penjualan..................................................................... 13

    Gambar 3.1 Tren Penjualan PT X.................................................... 56

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 15

    Universitas Indonesia

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Lead Schedule Piutang

    Lampiran 2 Daftar Tanggapan Konfirmasi

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 16

    Universitas Indonesia

    BAB 1

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Pelaksanaan Program Magang

    Dewasa ini, lulusan perguruan tinggi di Indonesia berjumlah sangat

    banyak. Di samping itu, dunia bisnis juga sedang mengalami perkembangan yang

    sangat pesat. Berangkat dari hal tersebut, maka tidak mengherankan jika

    persaingan di dunia kerja sangatlah ketat. Untuk mampu bersaing di dunia kerja,

    lulusan perguruan tinggi harus mempunyai keterampilan dan kompetensi yang

    qualified. Lulusan perguruan tinggi tidak hanya dituntut memiliki kemampuan

    akademis yang baik saja, tetapi juga dituntut memiliki kecakapan pada soft skill

    lain yang berguna untuk mendukung kariernya.

    Sesuai dengan misi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia sebagai

    fakultas ekonomi terbaik di Indonesia yaitu untuk menghasilkan lulusan yang

    mampu bersaing secara global, maka Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi

    Universitas Indonesia menyelenggarakan program magang sebagai salah satu

    pilihan tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi. Program magang

    dibentuk sebagai laboratorium latihan untuk mahasiswa dalam mempraktikkan

    teori yang telah dipelajari selama masa perkuliahan.

    1.2 Tujuan Pelaksanaan Program Magang

    Program magang bertujuan untuk mengaplikasikan teori-teori yang telah

    didapat selama masa perkuliahan di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia di

    dunia kerja yang sebenarnya agar mahasiswa dapat memahami relevansi antara

    teori dan praktik. Selain itu, program magang ini juga bertujuan untuk

    meningkatkan soft skill mahasiswa, seperti inisiatif dalam bekerja, kedisiplinan,

    ketekunan, berpikir kritis, kreatif, dan analitis, beradaptasi dan komunikasi, dll. Di

    lain pihak, program magang ini juga dapat menjembatani perusahaan untuk

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 17

    Universitas Indonesia

    mendapatkan karyawan yang qualified dari Fakultas Ekonomi Universitas

    Indonesia.

    1.3 Tempat dan Waktu Pelaksanaan Magang

    Penulis melaksanakan program magang ber-sks dari tanggal 1 Juni 2011

    sampai dengan tanggal 31 Agustus 2011 di Kantor Akuntan Publik Siddharta &

    Wijaya (KAP SW) yang merupakan afiliasi dari KPMG dan berlokasi di Wisma

    GKBI, Bendungan Hilir, Jakarta. Selama program magang berlangsung, penulis

    menempati posisi sebagai Associate 1 di bagian audit.

    1.4 Ruang Lingkup Program Magang

    Selama program magang berlangsung, penulis dilibatkan dalam

    engagement team yang bertugas melakukan audit untuk laporan keuangan PT X

    yang berakhir pada 30 Juni 2011. PT X adalah perusahaan yang bergerak di dalam

    industri hardware komputer yang berlokasi di Jakarta. Di dalam engagement team

    tersebut, penulis diberikan kesempatan untuk :

    Mengerjakan kertas kerja untuk kas dan bank, pendapatan ditangguhkan,

    aset tetap, pendapatan dan beban lainnya, beban operasi, aset lainnya,

    utang lainnya, piutang lainnya, beban dibayar di muka, ekuitas, dan utang

    dagang

    Melakukan pengujian substantif atas transaksi dan prosedur analitis

    terhadap penjualan barang jadi dan piutang dagang.

    Membantu Associate 2 dalam mengerjakan kertas kerja untuk penjualan

    jadi dan piutang dagang.

    1.5 Ruang Lingkup Penulisan Laporan Magang

    Penulis memilih siklus penerimaan barang jadi untuk dibahas dalam

    laporan magang ini karena siklus penerimaan barang jadi dinilai cukup penting

    bagi PT X mengingat jumlahnya yang cukup material. Selain itu, walaupun PT X

    bergerak di bidang hardware komputer, tetapi PT X tidak bergerak di bidang

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 18

    Universitas Indonesia

    manufaktur, PT X hanya melakukan perdagangan barang jadi yang diimpor dari

    headquarter ditambah dengan jasa layanan konsumen, seperti reparasi, dll.

    Penulis akan menjelaskan prosedur audit yang dilakukan KAP SW dalam

    melakukan audit atas siklus penerimaan barang jadi sehingga nantinya dapat

    dilihat atau dibandingkan kelayakan dan kecukupan prosedur audit KAP SW

    dengan SPAP.

    1.6 Sistematika Penulisan Laporan Magang

    Laporan magang ini terdiri dari lima bab dan terdapat lampiran yang

    mendukung isi laporan magang ini, rinciannya sebagai berikut :

    1. Bab 1 Pendahuluan

    Bab ini berisi latar belakang pelaksanaan program, tujuan pelaksanaan

    program magang, tempat dan waktu pelaksanaan program magang, ruang

    lingkup program magang, ruang lingkup penulisan program magang, dan

    sistematika penulisan laporan magang.

    2. Bab 2 Konsep dan Pengertian

    Bab ini berisi teori-teori mengenai akuntansi, pengauditan, dan teori lain

    yang relevan dalam penulisan laporan magang ini, seperti PSAK 23

    tentang pendapatan.

    3. Bab 3 Prosedur Audit atas Siklus Penerimaan Barang Jadi pada PT X

    Bab ini berisi tentang profil KAP SW yang merupakan tempat penulis

    melaksanakan program magang dan profil PT X yang merupakan klien

    dari. Bagian yang paling penting dari bab ini adalah penjelasan mengenai

    prosedur audit KAP SW dalam mengaudit siklus penerimaan barang jadi

    pada PT X.

    4. Bab 4 Pembahasan dan Analisis

    Bab ini berisi tentang analisis prosedur audit yang dilakukan oleh KAP

    SW apakah pengujian-pengujian yang dilakukan dinilai efektif dan juga

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 19

    Universitas Indonesia

    perbandingan antara teori pada BAB 2 dengan praktik sebenarnya di KAP

    SW dan PT X.

    5. Bab 5 Kesimpulan dan Saran

    Bab ini berisi kesimpulan dari laporan magang ini dan juga saran dari

    penulis untuk KAP SW dan PT X.

    Lampiran

    Bagian ini berisi beberapa data dan atau gambar sebagai pendukung

    laporan magang ini.

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 20

    Universitas Indonesia

    BAB 2

    KONSEP DAN PENGERTIAN

    2.1 Pendapatan

    2.1.1 Definisi Pendapatan

    PSAK 23 (Revisi 2010) mendefinisikan pendapatan sebagai arus masuk

    bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal entitas selama suatu

    periode jika arus masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak

    berasal dari kontribusi penanam modal. Pendapatan hanya boleh diakui jika

    memang pendapatan tersebut diterima untuk perusahaan itu sendiri. Contohnya

    jika perusahaan menjual barang, tentu saja penjualan tersebut akan dikenakan

    PPN sebesar 10%. Pendapatan yang diterima oleh perusahaan hanya boleh diakui

    sebesar 100% bukan 100% + 10% karena PPN bukan diterima untuk perusahaan

    melainkan untuk pemerintah.

    Terdapat dua hal yang krusial mengenai pendapatan, yaitu masalah

    pengakuan dan pengukuran pendapatan.

    2.1.2 Pengakuan Pendapatan

    Berdasarkan PSAK 23 (Revisi 2010), transaksi-transaksi pendapatan

    dikategorisasi ke dalam beberapa jenis, yaitu penjualan barang, penjualan jasa,

    pendapatan bunga, royalti, dan dividen. Oleh karena itu, kriteria-kriteria untuk

    mengakui pendapatan tersebut juga berbeda. Dalam laporan magang ini, penulis

    membatasi ruang lingkup hanya sebatas penjualan barang saja sehingga yang akan

    dijelaskan hanyalah pengakuan pendapatan penjualan barang.

    Pendapatan penjualan barang diakui pada saat :

    1. Risiko dan manfaat dari barang yang dijual telah berpindah dari penjual

    kepada pembelinya

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 21

    Universitas Indonesia

    2. Penjual tidak melakukan pengelolaan atau pengendalian atas barang

    tersebut

    3. Jumlah pendapatan dapat diukur dengan andal

    4. Penjual akan mendapatkan manfaat ekonomi dari transaksi penjualan

    tersebut

    5. Biaya terkait dengan transaksi penjualan tersebut dapat diukur dengan

    andal.

    Perpindahan risiko dan manfaat dari barang yang dijual tersebut sering kali

    terjadi bersamaan saat barang tersebut berpindah hak milik atau penguasaan

    kepada pembeli atau saat penjual telah mengirimkan barang tersebut kepada

    pembeli. Namun, bukan tidak mungkin perpindahan risiko dan manfaat dari

    barang yang dijual tersebut terjadi tidak bersamaan dengan berpindahnya hak

    milik atau penguasaan kepada pembeli. Oleh karena itu, perlu dilakukan

    pengujian atas keadaan transaksi untuk menentukan kapan risiko dan manfaat

    kepemilikan barang telah berpindah tangan.

    2.1.3 Pengukuran Pendapatan

    PSAK 23 (Revisi 2010) menyatakan bahwa pendapatan diukur dengan

    nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima. Jumlah pendapatan yang

    dapat diakui perusahaan biasanya sesuai dengan persetujuan antara perusahaan

    antara perusahaan dengan pembeli atau konsumen. Pada umumnya, bentuk dari

    imbalan tersebut adalah kas atau setara kas sehingga jumlah pendapatan adalah

    jumlah kas atau setara kas yang diterima. Namun, terdapat pengecualian yaitu jika

    perusahaan memberikan pembayaran bersistem kredit, maka nilai wajar dari

    imbalan tersebut akan kurang dari jumlah nominal kas yang diterima.

    2.2 Piutang Usaha

    Kieso, Weygandt, and Warfield (2011) mendefinisikan piutang sebagai

    janji lisan dari pembeli untuk melakukan pembayaran atas barang dan jasa yang

    telah diberikan. Piutang usaha diklasifikan ke dalam aset lancar di dalam neraca.

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 22

    Universitas Indonesia

    Sama halnya seperti pendapatan, ada dua hal yang krusial mengenai piutang, yaitu

    masalah pengakuan dan pengukuran piutang usaha.

    2.2.1 Pengakuan dan Pengukuran Piutang Usaha

    Pada hampir semua transaksi piutang usaha, jumlah yang diakui sebagai

    piutang adalah harga pertukaran antara dua pihak yaitu penjual dan pembeli.

    Harga pertukaran adalah jumlah yang jatuh tempo dari debitur. Piutang usaha

    diakui dengan metode basis akrual. Basis akrual adalah piutang usaha diakui pada

    saat terjadinya transaksi, bukan pada saat diterimanya uang pembayaran. Piutang

    diukur pada jumlah realisasi kas (cash realizable value) yang diharapkan untuk

    diterima dalam bentuk tunai. Dalam menentukan jumlah realisasi kas, diperlukan

    estimasi penyisihan piutang tidak tertagih yang tepat.

    2.2.2 Penurunan Nilai Piutang

    Berdasarkan IAS 39, perusahaan harus menghitung penurunan nilai

    piutang setiap periode pelaporan. Penurunan nilai piutang diindikasikan dengan

    adanya bukti obyektif bahwa telah terjadi kerugian, yaitu :

    1. Pelanggan mengalami masalah keuangan yang signifikan

    2. Gagal bayar

    3. Renegosiasi perjanjian piutang karena kesulitan keuangan pelanggan

    4. Penurunan dalam arus kas yang diharapakan dari sejumlah piutang.

    Perhitungan penurunan nilai piutang dilakukan dalam dua tahap, yaitu

    tahap penilaian individual dan tahap penilaian kolektif dimana perusahaan dapat

    menggunakan persentase penjualan dan persentase piutang. Penjelasan dari tahap

    perhitungan penurunan nilai piutang sebagai berikut :

    1. Piutang individual yang jumlahnya besar harus dihitung penurunannya

    secara individual juga. Apabila besar penurunan nilai piutang signifikan,

    perusahaan harus segera mengakuinya. Piutang individual yang jumlahnya

    kecil boleh dihitung penurunannya secara terpisah, tetapi tidak diharuskan.

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 23

    Universitas Indonesia

    2. Piutang yang penurunannya dihitung secara individual, tetapi jumlah

    penurunannya tidak signifikan harus diikutsertakan ke dalam sekelompok

    piutang dengan karakteristik risiko kredit yang sama untuk kemudian akan

    dilakukan penilaian kolektif penurunan piutang

    3. Penurunan piutang yang tidak dihitung secara individual harus dinilai

    secara kolektif.

    Contoh ilustrasi :

    PT ABC memiliki empat pelanggan dengan piutang yang jumlahnya besar, yaitu

    PT A, PT B, PT C, dan PT D. Selain itu, terdapat piutang dari pelanggan-

    pelanggan lain yang jumlahnya tidak besar secara individual. PT ABC

    menghitung penurunan piutang PT A, PT B, PT C, dan PT D secara individual.

    Dari hasil perhitungan tersebut didapatkan bahwa PT A dan PT B mengalami

    penurunan nilai piutang yang jumlahnya signifikan, sedangkan PT C dan PT D

    penurunannya tidak signifikan. Oleh karena itu, PT ABC mengikutsertakan

    piutang PT C dan PT D untuk dihitung penurunannya secara kolektif. Hasilnya

    dapat dilihat pada tabel 2.1 di bawah ini dan tabel 2.2 di halaman selanjutnya :

    Tabel 2.1 Daftar Piutang PT ABC

    Sumber : Kieso, Weygandt, & Warfield (2011) (telah diolah kembali)

    Piutang individual dengan jumlah besar :

    PT A Rp500.000.000,00

    PT B Rp300.000.000,00

    PT C Rp275.000.000,00

    PT D Rp230.000.000,00 Rp1.305.000.000,00

    Piutang lain Rp500.000.000,00

    Total Rp1.805.000.000,00

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 24

    Universitas Indonesia

    Tabel 2.2 Daftar Penurunan Nilai Piutang PT ABC

    Sumber : Kieso, Weygandt, & Warfield (2011) (telah diolah kembali)

    Dalam menghitungan penurunan nilai piutang secara individual,

    perusahaan harus menghitung kerugian karena penurunan nilai piutang tersebut.

    Penurunan nilai piutang ini dihitung sebagai perbedaan antara jumlah tercatat

    (carrying amount) piutang tersebut dengan jumlah arus kas masa depan yang

    diharapkan dan didiskontokan pada tingkat bunga efektif historis pinjaman (the

    expected future cash flows discounted at the loans historical effective interest

    rate). Contoh kasus :

    Pada 31 Desember 2010, PT ABC meminjam dana dari Bank DEF sebesar

    Rp1.000.000.000,00. Namun tidak lama waktu berselang, PT ABC mengakui

    bahwa sedang mengalami kesulitan keuangan dan belum mampu membayar

    pinjaman tersebut. Jangka waktu pinjaman tersebut adalah tiga tahun dengan

    tingkat bunga efektif pinjaman 10% jatuh tempo tahunan. Atas hal tersebut, Bank

    DEF harus menghitung kerugian atas penurunan nilai piutang tersebut. Tabel 2.3

    pada halaman selanjutnya menunjukkan arus kas yang dipersiapkan oleh Bank

    DEF.

    Perhitungan individual :

    PT A Rp100.000.000,00

    PT B Rp75.000.000,00

    Perhitungan kolektif :

    Piutang lain Rp500.000.000,00

    PT C Rp275.000.000,00

    PT D Rp230.000.000,00

    Total Rp1.005.000.000,00

    Penurunan kolektif (5%) Rp50.250.000,00

    Total Penurunan Piutang Rp225.250.000,00

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 25

    Universitas Indonesia

    Tabel 2.3 Arus Kas Pinjaman PT ABC

    Tanggal Arus kas kontraktual

    Arus kas karena

    penurunan nilai

    piutang

    Kerugian arus kas

    31-12-2011 Rp100.000.000,00 Rp50.000.000,00 Rp50.000.000,00

    31-12-2012 Rp100.000.000,00 Rp50.000.000,00 Rp50.000.000,00

    31-12-2013 Rp1.100.000.000,00 Rp1.050.000.000,00 Rp50.000.000,00

    Total arus kas Rp1.300.000.000,00 Rp1.115.000.000,00 Rp150.000.000,00

    Sumber : Kieso, Weygandt, & Warfield (2011) (telah diolah kembali)

    Tabel 2.4 Penurunan Nilai Piutang PT ABC

    Sumber : Kieso, Weygandt, & Warfield (2011) (telah diolah kembali)

    Sumber : Kieso, Weygandt, & Warfield (2011) (telah diolah kembali)

    Pokok Pinjaman Rp1.000.000.000,00

    Dikurang :

    Nilai saat ini dari pokok pinjaman Rp751.320.000,00

    Rp1.000.000.000,00 dalam

    3 tahun pada 10%; FV(PVF3,10%);

    (Rp1.000.000.000,00 x 0.75132)

    Nilai saat ini dari piutang bunga tahunan Rp124.342.500,00 Rp875.662.500,00

    Rp50.000.000,00 untuk 3 tahun

    pada 10%; R(PVF-OA3,10%);

    (Rp50.000.000,00 x 2.48685)

    Kerugian atas penurunan nilai Rp124.337.500,00

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 26

    Universitas Indonesia

    Jumlah arus kas penurunan piutang ditentukan oleh Bank DEF setelah

    menganalisis kondisi PT ABC. Arus kas karena penurunan piutang lebih kecil dari

    arus kas kontraktual. Jumlah penurunan piutang yang akan diakui sebagai

    penyisihan piutang tak tertagih adalah perbedaan pokok pinjaman yaitu

    Rp1.000.000.000,00 dengan nilai saat ini dari arus kas karena penurunan piutang.

    2.3 Aktivitas Siklus Penjualan dan Piutang Usaha

    Menurut Romney dan Steinbart (2011), siklus penjualan adalah urutan

    kegiatan sejak diterimanya pesanan dari pembeli, pengiriman barang, penagihan,

    dan penerimaan kas. Siklus ini melibatkan beberapa bagian dalam perusahaan

    seperti kredit, gudang, pengiriman dengan tujuan agar penjualan yang terjadi

    dapat diawasi dengan baik. Gambar 2.1 menggambarkan aktivitas yang dilakukan

    dalam siklus penjualan dalam bentuk data flow diagram :

    Gambar 2.1 Data Flow Diagram Siklus Penjualan

    Sumber : Romney dan Steinbart (2011)

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 27

    Universitas Indonesia

    1. Pemrosesan pesanan penjualan

    Dalam memproses pesanan penjualan, langkah-langkah yang harus

    dilakukan adalah:

    a. Menerima order dari pelanggan

    Pesanan pembelian dapat diterima melalui berbagai cara, surat, email,

    telepon, atau melalui web. Setelah pesanan pembelian diproses perusahaan

    akan menerbitkan pesanan penjualan. Pesanan penjualan memuat

    informasi mengenai jenis barang yang diminta beserta jumlahnya, harga

    barang tersebut, dan terms of sale.

    b. Memverifikasi batas kredit

    Salah satu cara yang dilakukan untuk memverifikasi batas kredit adalah

    memeriksa apakah pelanggan masih mempunyai hutang beredar yang

    jumlahnya besar. Jika pelanggan masih mempunyai hutang beredar yang

    jumlahnya besar, maka penjualan harus ditunda atau tidak boleh dilakukan

    karena akan meningkatkan risiko gagal bayar oleh pelanggan. Selain itu,

    perusahaan juga harus memeriksa riwayat pembayaran kredit pelanggan,

    apakah dilakukan secara tepat waktu atau sering terlambat karena jika

    pembayaran sering terlambat, perusahaan harus berpikir dua kali untuk

    menerima order tersebut karena berpotensi untuk mengganggu arus kas

    perusahaan.

    c. Memeriksa dan mempersiapkan ketersediaan barang

    Setelah melakukan verifikasi batas kredit, apabila permohonan kredit

    pelanggan dipenuhi karena tidak ada masalah baik dalam jumlah hutang

    dan/atau waktu pembayaran, maka proses pesanan penjualan harus

    dilanjutkan dengan memeriksa ketersediaan barang. Jika barang tidak

    tersedia, maka perusahaan harus menginformasikan kepada pelanggan

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 28

    Universitas Indonesia

    bahwa barang tidak tersedia menggunakan dokumen yang disebut back

    order.

    d. Merespon pertanyaan-pertanyaan pelanggan

    Walaupun hanya sebagai aktivitas pendukung dalam pemrosesan pesanan

    penjualan, respon perusahaan terhadap pertanyaan-pertanyaan pelanggan

    sangatlah penting karena perlu diingat bahwa layanan konsumen yang

    berkualitas adalah salah satu kunci sukses perusahaan.

    Gambar 2.2 Data Flow Diagram : Pemrosesan Pesanan Penjualan

    Sumber : Romney dan Steinbart (2011)

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 29

    Universitas Indonesia

    2. Pengiriman barang

    Jika persediaan yang diminta oleh pelanggan tersedia, maka selanjutnya

    akan muncul picking ticket. Picking ticket digunakan untuk

    mengidentifikasi produk dan jumlah persediaan yang akan diambil dari

    gudang. Untuk meningkatkan efisiensi dan akurasi pergerakan persediaan,

    saat ini banyak perusahaan yang telah menggunakan RFID (Radio

    Frequency Identification). Dengan penggunaan RFID, label yang ada pada

    persediaan dapat dengan mudahnya direkam saat persediaan keluar dari

    gudang. Persediaan harus dikemas dengan benar agar saat barang

    dikirimkan tidak terjadi kerusakan pada barang tersebut. Setelah proses

    pengemasan, persediaan tersebut akan dikirim ke departemen pengiriman.

    Departemen pengiriman harus melakukan pengecekan dengan

    membandingkan jumlah persediaan yang ada dengan jumlah yang tertera

    pada picking ticket dan pesanan penjualan. Setelah pengecekan tersebut

    benar, maka nomor pesanan penjualan, nomor barang, dan jumlah

    kuantitas dimasukkan ke dalam input online. Proses ini akan menghasilkan

    dokumen slip pengemasan dan bill of lading. Salinan dari slip pengemasan

    dan bill of lading ini harus disertakan dalam proses pengiriman.

    3. Penagihan

    Dua aktivitas utama penagihan adalah invoicing dan memperbarui data

    master piutang. Invoicing adalah aktivitas pemrosesan informasi yang

    meringkas informasi dari pemrosesan pesanan penjualan dan aktivitas

    pengiriman. Dokumen dasar yang digunakan untuk menagih pelanggan

    adalah sales invoice yang memberi tahu jumlah yang harus dibayar.

    Aktivitas kedua setelah invoicing yaitu memperbarui data master piutang.

    Dua tugas dasar dalam memperbarui data master piutang adalah mendebit

    piutang ketika sales invoice dikirim dan mengkredit piutang ketika

    pembayaran diterima.

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 30

    Universitas Indonesia

    4. Penerimaan kas

    Tahap terakhir dalam siklus penjualan adalah menerima dan memproses

    pembayaran dari pelanggan.

    2.4 Pengendalian Internal

    Terdapat tiga tujuan perusahaan yang melatarbelakangi mereka dalam

    menerapkan sistem pengendalian internal yang efektif, yaitu :

    1. Keandalan pelaporan keuangan

    Manajemen bertanggung jawab dalam menyajikan laporan keuangan

    beserta informasi di dalamnya yang sesuai dengan persyaratan pelaporan

    yang terdapat dalam PSAK. Untuk dapat menyajikan laporan keuangan

    yang andal tersebut, dibutuhkan pengendalian internal yang efektif untuk

    menghindari manajemen melakukan manipulasi dalam pelaporan

    keuangan.

    2. Efektivitas dan efisiensi operasional

    Pengendalian dalam sebuah perusahaan dapat mendorong penggunaan

    sumber daya lebih efektif dan efisien untuk mengoptimalkan tujuan

    perusahaan. Tujuan ini berhubungan dengan kondisi perusahaan yang

    ingin ditunjukkan melalui laporan tahunan agar dapat berguna dalam

    proses pengambilan keputusan.

    3. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan

    Tujuan ini hampir sama dengan tujuan pada poin pertama. Semua

    perusahaan tentu saja diwajibkan untuk mengikuti hukum dan peraturan

    yang berlaku. Ada hukum dan peraturan yang tidak berhubungan dengan

    akuntansi secara langsung, i.e. perlindungan lingkungan, ada juga hukum

    dan peraturan yang berhubungan dengan akuntansi secara langsung, i.e.

    UU PPh, UU PPN, dan fraud.

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 31

    Universitas Indonesia

    Berdasarkan PSA 69, auditor diwajibkan untuk memahami pengendalian

    internal dan mendokumentasikan pemahaman tersebut dalam setiap audit. Auditor

    lebih memerhatikan pengendalian atas keandalan pelaporan keuangan dan

    pengendalian atas transaksi daripada pengendalian atas efektivitas dan efisiensi

    operasional karena laporan keuangan tidak akan merefleksikan PSAK dengan

    benar apabila pengendalian internal atas pelaporan keuangan tersebut tidak

    memadai. Pemahaman mengenai pengendalian internal selanjutnya akan menjadi

    dasar auditor dalam menilai risiko pengendalian (control risk).

    COSOs Internal Control Integrated Framework merupakan kerangka

    pengendalian internal yang paling banyak diaplikasikan sekarang ini. Kerangka

    ini menjelaskan lima komponen pengendalian internal, yaitu lingkungan

    pengendalian, penilaian risiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi,

    dan pengawasan. Menurut Arens et al. (2009), penjelasan dari setiap komponen

    tersebut adalah :

    1. Lingkungan pengendalian

    Komponen ini terdiri dari tindakan, kebijakan, dan prosedur yang

    merefleksikan seluruh sikap dari manajemen puncak, direktur, dan pemilik

    entitas mengenai pengendalian internal dan pentingnya pengendalian bagi

    sebuah perusahaan. Komponen lingkungan pengendalian ini juga terdiri

    dari beberapa subkomponen yang dibutuhkan auditor untuk memahami

    dan menilai lingkungan pengendalian, yaitu integritas dan nilai etika,

    komitmen terhadap kompetensi, partisipasi dewan direksi dan dewan

    komisaris atau komite audit, filosofi manajemen dan gaya operasi, struktur

    organisasi, dan kebijakan dan praktik sumber daya manusia.

    2. Penilaian risiko

    Komponen ini berupa identifikasi dan analisis manajemen atas risiko-

    risiko yang relevan dalam penyajian laporan keuangan yang sesuai dengan

    PSAK. Auditor dapat mengetahui proses penilaian risiko manajemen

    menggunakan kuesioner dan diskusi dengan manajemen untuk

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 32

    Universitas Indonesia

    menentukan bagaimana manajemen mengidentifikasi risiko yang relevan

    terhadap pelaporan keuangan, bagaimana manajemen mengevaluasi

    signifikansi risiko dan kemungkinan terjadinya, dan bagaimana

    manajamen menentukan tindakan apa yang dibutuhkan.

    3. Aktivitas pengendalian

    Komponen ini dapat dikatakan bagian terkecil dari pengendalian internal.

    Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang memastikan

    bahwa tindakan untuk menangani risiko telah dilakukan dengan baik

    dalam rangka pencapaian tujuan perusahaan. Secara umum, aktivitas

    pengendalian ini dibagi ke dalam lima tipe, yaitu :

    Pemisahan tugas

    Otorisasi atas transaksi dan aktivitas

    Dokumentasi dan pencatatan

    Pengendalian fisik atas aset dan pencatatan

    Pengujian independen atas kinerja

    4. Informasi dan komunikasi

    Tujuan dari komponen ini adalah untuk membuat, mencatat, memproses,

    dan melaporkan transaksi-transaksi perusahaan dan untuk memelihara

    akuntabilitas terhadap aset yang berhubungan.

    5. Pengawasan

    Komponen ini dapat dikatakan adalah pengendalian dari aktivitas

    pengendalian. Pengawasan adalah penilaian berkala yang dilakukan oleh

    manajemen atas kualitas pengendalian internal apakah telah beroperasi

    sebagaimana mestinya dan apabila dilakukan modifikasi apakah

    modifikasi tersebut telah memfasilitasi perubahan yang terjadi.

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 33

    Universitas Indonesia

    2.5 Pengauditan

    2.5.1 Definisi Pengauditan

    Menurut Elder, Beasley, dan Arens (2009), pengauditan adalah akumulasi

    dan evaluasi bukti-bukti atas informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat

    kesesuaian antara informasi-informasi yang diperoleh dan kriteria-kriteria yang

    ditetapkan. Pengauditan harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan

    independen.

    Dalam mengaudit suatu perusahaan, auditor harus memeriksa segala bukti

    yang ada untuk mendukung program audit tersebut. Bukti audit (audit evidence)

    dapat ditemukan dalam segala bentuk. Oleh karena itu, auditor harus dapat

    menentukan strategi audit yang paling efektif dan efisien untuk mencapai tujuan

    audit. Salah satu hal yang paling penting dalam pengauditan adalah bahwa auditor

    tersebut haruslah independen untuk menjaga tingkat kepercayaan dan keyakinan

    para user dari laporan keuangan.

    2.5.2 Jenis-jenis Audit

    Elder, Beasley, dan Arens (2009) membagi audit menjadi tiga jenis, yaitu :

    1. Audit operasional (operational audit)

    Audit operasional bertujuan untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas

    dari prosedur operasi di setiap divisi dalam perusahaan. Hasil dari sebuah

    operasional audit adalah rekomendasi untuk peningkatan kegiatan

    operasional. Cakupan audit operasional tidak hanya terbatas pada divisi

    akuntansi, tetapi juga divisi produksi, pemasaran, teknologi informasi, dll.

    Secara praktik, auditor operasional lebih mirip konsultan manajemen

    daripada auditor itu sendiri. Hal ini disebabkan karena kriteria atau standar

    audit yang dijunjung adalah standar dari perusahaan sendiri bukan standar

    audit laporan keuangan sehingga akan menjadi subjektif.

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 34

    Universitas Indonesia

    2. Audit kepatuhan (compliance audit)

    Audit kepatuhan bertujuan untuk menentukan apakah suatu perusahaan

    telah mengikuti, prosedur, peraturan, atau regulasi yang diatur oleh pihak

    yang berwenang. Tidak seperti audit laporan keuangan yang akan

    melaporkan hasil audit ke user atau BAPEPAM dalam bentuk laporan

    audit, audit kepatuhan hanya akan melaporkan hasil auditnya ke

    manajemen karena manajemen adalah pihak yang berkepentingan melihat

    kepatuhan perusahaan atas prosedur dan regulasi yang ditetapkan.

    3. Audit laporan keuangan (financial statement audit)

    Jenis audit yang terakhir adalah audit laporan keuangan, audit ini yang

    paling umum dilakukan oleh semua auditor dan yang akan dibahas dalam

    laporan magang ini. Audit laporan keuangan bertujuan untuk menentukan

    apakah laporan keuangan dan informasi di dalamnya telah disajikan sesuai

    dengan kriteria yang ditetapkan. Kriteria yang dimaksud adalah GAAP

    untuk negara Amerika, IFRS untuk negara-negara Uni Eropa, PSAK untuk

    Indonesia, dll.

    2.5.3 Tujuan Pengauditan

    2.5.3.1 Asersi Manajemen

    Asersi manajemen adalah penyajian yang dinyatakan oleh manajemen

    mengenai transaksi, akun, dan pengungkapan dalam laporan keuangan. Asersi

    manajemen berkaitan langsung dengan standar akuntansi (PSAK) karena asersi

    manajemen adalah bagian dari kriteria yang manajemen gunakan untuk mencatat

    dan mengungkapkan informasi akuntansi dalam laporan keuangan. Menurut PSA

    07, asersi manajemen diklasifikasi menjadi tiga kategori, yaitu :

    1. Asersi atas transaksi dan kejadian dalam satu periode audit

    2. Asersi atas saldo akun saat periode berakhir

    3. Asersi atas penyajian dan pengungkapan

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 35

    Universitas Indonesia

    Ketiga asersi ini merupakan asersi yang relevan untuk prosedur audit atas

    siklus penjualan dan piutang usaha.

    1. Asersi atas transaksi dan kejadian dalam satu periode audit

    Keterjadian (occurrence)

    Asersi ini memeriksa apakah transaksi yang tercatat dalam laporan

    keuangan benar-benar terjadi selama periode akuntansi. Dalam siklus

    ini, asersi ini menegaskan bahwa transaksi penjualan yang tercatat

    merepresentasikan pertukaran barang atau jasa yang benar-benar

    terjadi.

    Kelengkapan (completeness)

    Asersi ini menilai apakah semua transaksi yang seharusnya ada dalam

    laporan keuangan sudah dicatat. Dalam siklus ini, asersi ini

    menegaskan bahwa semua penjualan barang dan jasa yang dicatat.

    Akurasi (accuracy)

    Asersi ini menilai apakah saldo-saldo dari transaksi telah dicatat dalam

    jumlah yang benar. Dalam siklus ini, asersi ini menegaskan bahwa

    transaksi dicatat menggunakan harga yang benar dan penghitungannya

    juga harus tepat.

    Klasifikasi (classification)

    Asersi ini menilai apakah transaksi telah diklasifikan ke dalam akun

    yang tepat. Contoh asersi klasifikasi yang berkaitan dengan siklus ini

    adalah penegasan bahwa beban gaji yang termasuk ke biaya penjualan

    hanyalah beban gaji karyawan penjualan dan bukan beban gaji

    karyawan administratif

    .

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 36

    Universitas Indonesia

    Pisah batas (cutoff)

    Asersi ini menilai apakah transaksi-transaksi dicatat dalam periode

    akuntansi yang sesuai. Dalam siklus ini, asersi ini menegaskan bahwa

    transaksi penjualan baru akan dicatat setelah barang dikirimkan.

    2. Asersi atas saldo akun saat periode berakhir

    Keberadaan (existence)

    Asersi ini menilai apakah akun-akun di laporan keuangan benar-benar

    ada pada tanggal neraca. Dalam siklus ini, asersi ini menegaskan

    bahwa manajemen benar dalam menyatakan saldo piutang usaha ada.

    Kelengkapan (completeness)

    Asersi ini menilai apakah semua akun yang seharusnya ada dalam

    laporan keuangan telah diikutsertakan. Untuk siklus ini, asersi ini

    mengindikasikan bahwa semua saldo piutang telah dicatat.

    Valuasi dan alokasi (valuation and allocation)

    Asersi ini menilai apakah jumlah setiap akun dalam laporan keuangan

    telah disajikan pada nilai realisasi bersih. Untuk siklus ini, asersi ini

    mengindikasikan bahwa semua saldo piutang disajikan pada nilai

    realisasi bersih.

    Hak dan kewajiban (right and obligations)

    Asersi ini berkaitan dengan hak atas aset dan kewajiban perusahaan

    pada tanggal neraca. Asersi ini tidak berlaku untuk audit atas siklus

    penjualan dan piutang usaha karena piutang usaha sudah pasti

    memang atas nama perusahaan.

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 37

    Universitas Indonesia

    3. Asersi atas penyajian dan pengungkapan

    Keterjadian serta hak dan kewajiban (occurrence and rights and

    obligations)

    Asersi ini menegaskan bahwa kejadian yang diungkapkan benar-benar

    terjadi dan menjadi hak atau kewajiban perusahaan.

    Kelengkapan (completeness)

    Asersi ini menegaskan bahwa semua pengungkapan yang disyaratkan

    telah dimasukkan dalam laporan keuangan.

    Akurasi dan valuasi (accuracy and valuation)

    Asersi ini menegaskan bahwa semua informasi keuangan diungkapkan

    secara wajar dan pada jumlah yang benar.

    Klasifikasi dan dapat dipahami (classification and understandability)

    Asersi ini berhubungan dengan apakah jumlah-jumlah dalam laporan

    keuangan dan catatan kaki (footnotes) telah diklasifikasi secara tepat

    serta penjelasan dari saldo dan pengungkapan yang berkaitan lainnya

    dapat dipahami.

    2.5.3.2 Tujuan Audit Terkait Transaksi

    Tujuan audit terkait transaksi merupakan perimbangan dari asersi

    manajemen. Hal ini dikarenakan tanggung jawab utama auditor yaitu menentukan

    apakah asersi manajemen tentang laporan keuangan dapat dibenarkan. Tujuan

    audit ini untuk menyediakan kerangka yang membimbing auditor dalam

    mengumpulkan bukti-bukti audit yang memadai. Tujuan audit terkait transaksi

    dan tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan merupakan tujuan yang

    relevan untuk audit akun penjualan.

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 38

    Universitas Indonesia

    Keterjadian (occurrence)

    Tujuan ini merupakan perimbangan asersi manajemen atas occurrence

    untuk menentukan apakah transaksi-transaksi yang dicatat memang benar-

    benar terjadi selama periode akuntansi.

    Kelengkapan (completeness)

    Tujuan ini merupakan perimbangan asersi manajemen atas completeness

    untuk menentukan apakah semua transaksi yang seharusnya ada dalam

    laporan keuangan sudah dicatat.

    Akurasi (accuracy)

    Tujuan ini merupakan perimbangan asersi manajemen atas accuracy untuk

    menentukan apakah saldo-saldo dari transaksi telah dicatat dalam harga

    dan kuantitas yang benar.

    Pencatatan ke General Ledger (posting and summarization)

    Tujuan ini juga merupakan perimbangan asersi manajemen atas accuracy

    untuk memastikan bahwa perusahaan tidak melakukan kesalahan saat

    mem-posting transaksi dari jurnal ke general ledger. Contoh dalam siklus

    penjualan yaitu auditor harus memastikan bahwa semua transaksi

    penjualan dibebankan kepada customer yang benar.

    Klasifikasi (classification)

    Tujuan ini merupakan perimbangan asersi manajemen atas classification

    untuk menentukan apakah transaksi telah diklasifikan ke dalam akun yang

    tepat.

    Waktu (timing)

    Tujuan ini merupakan perimbangan asersi manajemen atas cutoff untuk

    memastikan bahwa transaksi penjualan dicatat saat barang dikirimkan.

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 39

    Universitas Indonesia

    2.5.3.3 Tujuan Audit Terkait Saldo

    Tujuan audit terkait saldo ini merupakan perimbangan auditor terhadap

    asersi manajemen atas saldo akun. Ada delapan tujuan audit untuk memeriksa

    saldo atas akun, yaitu :

    Keberadaan (existence)

    Tujuan audit ini adalah memastikan apakah jumlah yang disajikan dalam

    laporan keuangan memang benar ada. Tujuan ini merupakan perimbangan

    terhadap asersi manajemen atas keberadaan (existence). Tujuan audit

    secara spesifik adalah piutang yang disajikan dalam neraca saldo memang

    benar ada.

    Kelengkapan (completeness)

    Tujuan audit ini adalah memastikan apakah semua jumlah yang

    seharusnya disajikan dalam laporan keuangan telah diikutsertakan. Tujuan

    ini merupakan perimbangan terhadap asersi manajemen atas kelengkapan

    (completeness). Tujuan audit secara spesifik adalah semua piutang yang

    ada telah dicatat.

    Akurasi (accuracy)

    Tujuan audit ini adalah untuk menentukan akurasi matematis atas saldo

    suatu akun. Tujuan ini merupakan perimbangan terhadap asersi

    manajemen atas valuasi dan alokasi (valuation and allocation). Tujuan

    audit secara spesifik atas jumlah saldo piutang yang disajikan telah akurat.

    Klasifikasi (classification)

    Tujuan audit ini adalah untuk menentukan apakah item yang terdapat

    dalam daftar klien (clients listing) telah dimasukkan ke dalam akun buku

    besar (general ledger) yang tepat. Tujuan ini merupakan perimbangan

    terhadap asersi manajemen atas valuasi dan alokasi (valuation and

    allocation). Tujuan audit secara spesifik adalah daftar piutang harus

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 40

    Universitas Indonesia

    dipisah antara piutang jangkan pendek dengan jangka panjang dan

    klasifikasi yang lain.

    Pisah batas (cutoff)

    Tujuan audit ini adalah untuk menentukan apakah transaksi telah dicatat

    dan disajikan pada periode yang tepat. Tujuan ini merupakan perimbangan

    terhadap asersi manajemen atas valuasi dan alokasi (valuation and

    allocation). Tujuan audit untuk secara spesifik adalah transaksi piutang

    dicatat dan disajikan pada periode yang tepat.

    Kaitan rinci (detail tie in)

    Tujuan audit ini adalah untuk memastikan apakah rincian dalam daftar

    disajikan dengan akurat, dijumlahkan dengan benar, dan sama dengan

    yang ada di buku besar. Tujuan ini merupakan perimbangan terhadap

    asersi manajemen atas valuasi dan alokasi (valuation and allocation).

    Tujuan audit secara spesifik adalah saldo piutang yang disajikan dalam

    daftar piutang individual harus sama dengan master file dan buku besar

    (general ledger).

    Nilai realisasi (realizable value)

    Tujuan audit ini adalah untuk menentukan apakah saldo suatu akun telah

    disajikan pada nilai realisasi. Tujuan ini merupakan perimbangan terhadap

    asersi manajemen atas valuasi dan alokasi (valuation and allocation).

    Tujuan audit secara spesifik adalah bahwa saldo piutang telah disajikan

    pada nilai terealisasinya dengan kata lain dikurangi penyisihan piutang tak

    tertagih.

    Hak dan kewajiban (right and obligations)

    Tujuan audit ini adalah utuk memastikan bahwa hak atas suatu aset atau

    kewajiban atas suatu laibilitas memang benar milik perusahaan. Tujuan ini

    merupakan perimbangan terhadap asersi manajemen atas hak dan

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 41

    Universitas Indonesia

    kewajiban (right and obligations). Tujuan audit secara spesifik adalah

    bahwa piutang-piutang yang ada memang benar milik perusahaan.

    2.5.3.4 Tujuan Audit Terkait Penyajian dan Pengungkapan

    Seluruh tujuan audit ini merupakan perimbangan auditor terhadap seluruh

    asersi manajemen atas penyajian dan pengungkapan. Ada empat tujuan audit

    terkait penyajian dan pengungkapan dan seluruhnya relevan terhadap audit atas

    siklus penjualan, yaitu :

    Keterjadian serta hak dan kewajiban (occurrence and rights and

    obligations)

    Kelengkapan (completeness)

    Akurasi dan valuasi (accuracy and valuation)

    Klasifikasi dan dapat dipahami (classification and understandability)

    2.5.4 Bukti Audit

    Untuk dapat mencapai tujuan audit, auditor harus mengumpulkan dan

    mengevaluasi bukti-bukti audit yang memadai untuk mendukungnya dalam

    mengeluarkan pernyataan. Auditor harus memilih apa dan berapa bukti audit yang

    dapat memfasilitasi prosedur audit tersebut. Berikut adalah beberapa jenis-jenis

    bukti audit (Elder, Beasley, Arens, 2009), yaitu :

    1. Pemeriksaan fisik (physical examination)

    Pemeriksaan fisik adalah pengecekan secara langsung tentang keberadaan

    suatu aset. Jenis bukti audit ini paling banyak digunakan untuk

    mengonfirmasi akun aset tetap, persediaan, bisa juga kas. Pemeriksaan

    fisik merupakan bukti yang cukup untuk memfasilitasi terpenuhinya tujuan

    audit keberadaan (existence) dan kelengkapan (completeness), tetapi tidak

    memfasilitasi tujuan audit hak dan obligasi (rights and obligations) karena

    bisa saja perusahaan meminjam barang tersebut kepada pihak lain saat

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 42

    Universitas Indonesia

    auditor akan melakukan pemeriksaan fisik; nilai wajar (realizable value)

    dan akurasi (accuracy) karena auditor kurang mampu untuk menilai

    faktor-faktor kualitatif suatu barang.

    2. Konfirmasi (confirmation)

    Konfirmasi adalah verifikasi dari pihak ketiga yang independen secara

    tertulis atau dapat juga secara lisan mengenai kebenaran suatu informasi

    perusahaan yang diminta oleh auditor. Konfirmasi merupakan bukti yang

    sangat terpercaya dan sering digunakan karena datang dari sumber yang

    independen, tetapi memerlukan biaya yang relatif tinggi daripada jenis

    bukti audit yang lain. Konfirmasi terbagi lagi menjadi dua jenis, yaitu

    konfirmasi positif dan konfirmasi negatif. Konfirmasi positif meminta

    pihak ketiga untuk merespon apapun informasinya, baik yang sesuai

    menurut pihak ketigas tersebut maupun yang tidak sesuai. Di lain pihak,

    konfirmasi negatif meminta pihak ketiga untuk merespon hanya ketika

    informasi tidak sesuai menurut pihak ketiga tersebut. Contoh dalam audit

    akun penjualan adalah meminta keterangan pembelian dari pihak pembeli.

    3. Dokumentasi (documentation)

    Dokumentasi adalah pemeriksaan terhadap dokumen dan pencatatan klien

    untuk membuktikan kelengkapan (completeness) dan akurasi (accuracy)

    atas informasi dalam laporan keuangan. Dokumentasi adalah jenis bukti

    audit yang sangat sering dan sangat banyak digunakan karena biayanya

    relatif murah dan ketersediaan dokumennya mudah. Contoh dalam audit

    akun penjualan adalah meminta pesanan pembelian, pesanan penjualan,

    dan tagihan penjualan. Dokumen terdiri dari dua jenis, yaitu : dokumen

    internal dan dokumen eksternal. Dokumen internal disiapkan dan

    digunakan oleh perusahaan dalam kegiatan operasional dan merupakan

    rahasia perusahaan, sedangkan dokumen eksternal berasl dari pihak luar

    yang mempunyai hubungan dengan klien. Tentu saja dokumen eksternal

    lebih andal daripada dokumen internal karena berasal dari pihak ketiga,

    tetapi apabila pengendalian internal di perusahaan klien dinilai cukup

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 43

    Universitas Indonesia

    bagus, maka dokumen internal juga dapat dipercaya. Prosedur yang terkait

    dengan dokumentasi adalah vouching, yaitu memeriksa dokumen

    pendukung atas suatu transaksi ata saldo.

    4. Prosedur Analitis (analytical procedures)

    Bukti audit jenis ini menggunakan perbandingan dan hubungan untuk

    menilai apakah saldo akun atau data lain terlihat wajar dan sesuai dengan

    perkiraan auditor. Contoh dalam audit akun penjualan adalah auditor

    membandingkan gross margin tahun ini dengan tahun sebelumnya.

    Manfaat lain dari prosedur analitis adalah :

    Memahami bisnis dan industri klien

    Menilai kemampuan perusahaan untuk going concern

    Mengindikasi kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan

    Mengurangi pengujian audit

    5. Wawancara Klien (inquiries of the client)

    Wawancara merupakan jenis bukti audit yang dianggap kurang

    meyakinkan karena tidak berasal dari pihak yang independen sehingga

    memunculkan kecurigaan bahwa informasi yang diberikan klien saat

    menjawab pertanyaan-pertanyaan auditor tidak benar. Oleh karena itu,

    dibutuhkan bukti audit lain selain wawancara (corroborating evidence)

    untuk mendukung hasil wawancara tersebut.

    6. Rekalkulasi (recalculation)

    Bukti audit ini meliputi pengecekan kembali atas perhitungan yang telah

    dilakukan klien untuk menguji keakuratan (accuracy objective) atas

    perhitungan matematis (footing).

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 44

    Universitas Indonesia

    7. Pengerjaan kembali (reperformance)

    Auditor melakukan kembali prosedur-prosedur operasional yang telah

    dilakukan oleh perusahaan untuk menguji prosedur akuntansi dan

    pengendalian internal klien. Contoh dalam audit akun penjualan adalah

    auditor melakukan kembali aging of accounts receivable.

    8. Observasi (observation)

    Observasi adalah pengamatan secara langsung aktivitas klien untuk

    mengevaluasi aktivitas tersebut. Bukti audit jenis ini dinilai kurang andal

    karena besar kemungkinan bahwa klien mengubah aktivitas menjadi lebih

    baik saat auditor mengamatinya.

    2.5.5 Tahapan Audit Laporan Keuangan

    Berdasarkan PSA 02, tujuan dari audit laporan keuangan adalah sebagai

    ekspresi opini tentang kewajaran suatu laporan keuangan. Dalam rangka mencapai

    tujuan tersebut, maka auditor harus dapat memperoleh bukti-bukti yang cukup

    memadai dan kompeten. Agar dapat melakukan itu, auditor harus mengikuti

    proses audit. Proses audit adalah metodologi pelaksanaan suatu audit untuk

    menjamin bahwa bukti yang dikumpulkan sudah cukup memadai dan kompeten

    sehingga seluruh tujuan audit terpenuh (Elder, Beasley, & Arens, 2009). Berikut

    adalah tahapan proses audit, yaitu :

    2.5.5.1 Melakukan Perencanaan dan Merancang Desain Pendekatan Audit

    Pada tahap ini, auditor merancang desain program audit yang dapat

    memfasilitasi perolehan bukti-bukti audit yang memadai. Dalam merancang

    desain pendekatan audit, auditor harus mempertimbangkan efektivitas dan

    efisiensi waktu serta anggaran yang dimiliki. Berikut adalah beberapa tahapan

    yang dilakukan dalam proses perencanaan audit, yaitu :

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 45

    Universitas Indonesia

    a. Memahami entitas bisnis dan lingkungan industri klien

    Auditor perlu untuk memahami keadaan entitas bisnis klien, seperti

    pemahaman kegiatan operasional dan proses bisnis perusahaan,

    pemahaman strategi dan objektif perusahaan, juga keadaan lingkungan

    industri eksternal klien untuk mengukur risiko salah saji dengan akurat dan

    menginterpretasikan informasi yang diperoleh dari proses audit.

    b. Memahami pengendalian internal dan menetapkan risiko pengendalian

    Auditor harus mengidentifikasi pengendalian internal dan mengevaluasi

    efektivitas pengendalian internal tersebut untuk menentukan besarnya

    risiko pengendalian yang dimiliki oleh klien. Keefektifan pengendalian

    internal berbanding terbalik dengan besarnya risiko pengendalian.

    Pengendalian internal yang lemah memiliki risiko pengendalian yang

    tinggi, sedangkan pengendalian internal yang kuat memiliki risiko

    pengenalian yang rendah. Hal ini akan berpengaruh pada jumlah bukti

    audit yang diperlukan dan prosedur audit yang dilakukan selama proses

    audit.

    Terdapat hubungan antara efektivitas pengendalian internal dengan uji

    pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi. Apabila

    pengendalian internal dinilai efektif, maka auditor harus meningkatkan uji

    pengendalian untuk mendukung risiko pengendalian tersebut, tetapi

    pengujian substantif dapat dikurangi. Sebaliknya, jika pengendalian

    internal dinilai tidak efektif, maka auditor tidak perlu melakukan uji

    pengendalian, tetapi harus melakukan uji substantif yang mendalam.

    c. Menetapkan materialitas dan menilai risiko salah saji

    Pemahaman atas entitas bisnis klien, lingkungan industri klien, dan

    keefektifan pengendalian internal auditor berguna untuk mengukur risiko

    terdapatnya salah saji pada laporan keuangan. Materialitas adalah batas

    kesalahan atau salah saji pada informasi laporan keuangan yang dapat

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 46

    Universitas Indonesia

    mempengaruhi pertimbangan pemangku kepentingan dalam mengambil

    suatu keputusan.

    d. Menyusun audit program

    Setelah mendapatkan pemahaman mengenai entitas bisnis klien,

    lingkungan industri klien, dan keefektifan pengendalian internal klien, dan

    mengukur materialitas serta risiko-risiko yang ada, auditor akan menyusun

    audit program untuk dijadikan pedoman dalam pelaksanaan audit. Audit

    program menjelaskan prosedur-prosedur audit yang akan dilakukan untuk

    memperoleh bukti-bukti audit yang memadai dan komprehensif serta

    menjelaskan risiko-risiko yang mungkin terjadi untuk tiap akun dan

    langkah apa yang efektif untuk meminimalisasi risiko tersebut.

    2.5.5.2 Melakukan Pengujian terhadap Pengendalian dan Pengujian

    Substantif Transaksi

    Agar dapat menetapkan risiko pengendalian dengan akurat, auditor harus

    menguji pengendalian internal perusahaan tersebut. Contoh uji pengendalian yang

    terkait dengan siklus penjualan adalah pengecekan terhadap dokumen-dokumen

    verifikasi sebelum barang-barang dikirim ke pelanggan.

    Setelah melakukan pengujian terhadap pengendalian, auditor harus

    melakukan pengujian substantif terhadap transaksi untuk mengevaluasi kewajaran

    dan akurasi dari setiap transaksi. Contoh pengujian substantif atas transaksi yang

    terkait dengan penjualan adalah membandingkan harga-harga barang dalam

    invoice dengan daftar harga yang telah diotorisasi oleh klien.

    2.5.5.3 Melakukan Prosedur Analitis dan Pengujian atas Detail Saldo

    Dalam melakukan prosedur analitis, auditor harus melakukan

    perbandingan dan melihat hubungan antara saldo akun untuk mengukur apakah

    saldo tersebut terlihat wajar. Prosedur analitis bertujuan untuk mengidentifikasi

    adanya ketidakwajaran atau perubahan yang signifikan dalam kinerja klien.

    Dalam melakukan prosedur analitis, auditor dapat membandingkan rasio

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 47

    Universitas Indonesia

    keuangan klien, data industri, data nonkeuangan, dan data lain yang relevan pada

    tahun berjalan dengan tahun sebelumnya.

    Pengujian atas detail saldo adalah prosedur yang bertujuan untuk menguji

    salah saji pada saldo-saldo yang ada dalam laporan keuangan. Pengujian ini

    dinilai dapat dipercaya karena bukti-bukti audit kebanyakan diperoleh dari pihak

    ketiga yang independen.

    2.5.5.4 Menyelesaikan Audit dan Mengeluarkan Laporan Audit

    Setelah auditor melakukan seluruh prosedur audit, maka auditor harus

    dapat menganalisis suatu kesimpulan atau opini mengenai kewajaran laporan

    keuangan tersebut kemudian mengeluarkan laporan audit yang formatnya telah

    ditentukan dalam standar. Terdapat empat kategori laporan audit, yaitu :

    Standard Unqualified

    Unqualified with Explanatory Paragraph

    Qualified

    Adverse or Disclaimer

    Namun, tetap ada dua hal yang harus ditinjau lebih lanjut, yaitu adanya

    kemungkinan terdapatnya contingent liabilities dan subsequent events. Contingent

    liabilities adalah kewajiban yang timbul di masa mendatang akibat suatu aktivitas

    yang sudah terjadi dan nilainya tidak dapat dipastikan, sedangkan subsequent

    events adalah kejadian-kejadian yang terjadi setelah tanggal neraca, tetapi

    sebelum tanggal dikeluarkannya laporan audit.

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 48

    Universitas Indonesia

    BAB 3

    PROSEDUR AUDIT ATAS SIKLUS PENERIMAAN BARANG JADI

    PADA PT X

    3.1 Profil Perusahaan

    3.1.1 Profil KAP SW

    KAP SW merupakan afiliasi dari KPMG Internasional yang merupakan

    salah satu dari KAP big four bersama PricewaterhouseCoopers, Ersnt&Young,

    dan Deloitte. KAP SW didirikan tahun 1957 oleh Drs. Basuki T. Siddharta,

    kemudian pada tahun 2002, divisi pajak memisahkan diri menjadi sebuah entitas

    terpisah yang sekarang bernama KPMG Hadibroto. Selanjutnya pada tahun 1986,

    didirikan juga sebuah perusahaan consulting bernama Siddharta Consulting yang

    masih dalam satu wadah KPMG Internasional.

    3.1.1.1 Jasa Profesional yang Disediakan oleh KAP SW

    a. Audit

    KAP SW menyediakan jasa audit independen untuk memberikan

    keyakinan atas keandalan dari informasi keuangan yang disiapkan

    perusahaan klien untuk digunakan oleh investor, kreditor, dan pemangku

    kepentingan lainnya. Ditinjau dari segi jumlah klien, KAP SW memang

    memiliki klien yang paling sedikit dibandingkan dengan KAP big four

    lainnya. Hal ini dikarenakan KAP SW sangat selektif dalam memilih

    klien, yaitu dengan menggunakan sistem bernama Sentinel yang akan

    memudahkan in charge auditor memperoleh data-data mengenai klien

    tersebut.

    Jasa yang disediakan oleh lini jasa audit adalah jasa atestasi dan jasa audit

    laporan keuangan. Jasa atestasi bertujuan untuk membantu klien dalam

    menyelesaikan isu-isu yang spesifik. Contohnya terkadang perusahaan

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 49

    Universitas Indonesia

    menyiapkan informasi keuangan prospektif dalam rangka mematuhi

    peraturan dan kebijakan yang berlaku. Dalam hal ini, KAP SW membantu

    klien untuk menerbitkan laporan berdasarkan pemeriksaan, review, atau

    prosedur yang telah disetujui di luar dari persyaratan audit laporan

    keuangan. Di lain pihak, jasa audit laporan keuangan bertujuan untuk

    menambah kepercayaan investor kepada perusahaan klien dan

    memberikan efek yang positif di pasar modal.

    b. Tax

    KPMG Hadibroto membangun kapabilitas manajemen pajak yang

    mencakup seluruh jenis pajak, baik pajak langsung, pajak tidak langsung,

    dan pajak perorangan. Terdiri dari sejumlah profesional pajak yang berasal

    dari berbagai macam latar belakang yang dilengkapi oleh spesialisasi

    industri, spesialisasi jasa, dan pelatihan-pelatihan sehingga dapat menjadi

    penasihat yang sangat kompeten, KAP SW menyediakan layanan dalam

    bidang perpajakan, seperti : pajak perusahaan, bea cukai, pajak tidak

    langsung, pajak perusahaan internasional, merger & akuisisi, sengketa

    pajak, layanan transfer pricing, dll.

    c. Advisory

    Jasa konsultasi manajemen

    Siddharta Consulting membantu perusahaan klien untuk memahami

    nilai utama perusahaan dan meningkatkan kinerja dengan

    mengombinasikan kapabilitas teknikal dengan pengalaman industri

    yang relevan. Jasa konsultasi manajemen meliputi :

    o Jasa konsultasi kinerja bisnis

    Menyediakan jasa yang membantu klien untuk mengidentifikasi

    dan mengimplementasi kesempatan untuk peningkatan bisnis.

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 50

    Universitas Indonesia

    o Jasa konsultasi teknologi informasi

    Berfokus pada risiko inheren dalam sistem teknologi yang

    digunakan untuk mendukung tujuan bisnis klien dengan membantu

    mengelola risiko dan ancaman teknologi terhadap perkembangan

    dan peningkatan kinerja bisnis serta menjaga integritas, keamanan,

    dan kontinuitas operasional. Secara umum, dikategorisasi menjadi

    kinerja dan strategi IT, konsultan proyek IT, konsultan ERP

    (Enterprise Resource Planning), ketahanan bisnis dan keamanan

    informasi, atestasi IT, manajemen risiko informasi, dan sourcing

    advisory.

    Jasa konsultasi risiko yang meliputi :

    o Jasa konsultasi akuntansi

    Menyediakan jasa untuk membantu klien mematuhi peraturan-

    peraturan yang berlaku, memberikan saran bagaimana mereka

    mengelola proses pelaporan keuangan, dan memberikan

    keyakinan bahwa operasi akunting sudah sesuai dengan tujuan

    bisnis. Contoh jasa-jasa yang dilayani seperti : konvergensi ke

    IFRS, konsultasi mengenai IPO, transaksi lintas negara,

    peningkatan kualitas proses pelaporan keuangan, dll.

    o Jasa konsultasi manajemen risiko keuangan

    Menyediakan jasa untuk membantu bank internasional,

    perusahaan asuransi, dan perusahaan publik untuk

    mengidentifikasi, menilai, mengelola, melaporkan, dan

    mengurangi risiko yang mereka hadapi.

    o Jasa konsultasi kepatuhan, risiko, dan internal audit (IARCS)

    IARCS dirancang untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas

    fungsi audit internal (cosourcing dan outsourcing), program

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 51

    Universitas Indonesia

    manajemen risiko perusahaan, hubungan dengan pihak ketiga,

    serta program keberlanjutan perusahaan.

    Jasa konsultasi transaksi dan restrukturisasi yang meliputi :

    o Jasa konsultasi restrukturisasi

    Jasa konsultasi rekstrukturisasi membantu memanfaatkan

    kesempatan bisnis baik dalam kondisi ekspansi maupun resesi

    untuk menstabilkan kondisi strategis, operasional, dan

    keuangan serta menghasilkan outstanding value bagi pemangku

    kepentingan.

    o Jasa konsultasi transaksi

    Jasa konsultasi ini membantu klien merencanakan dan

    menyelesaikan transaksi bisnis utama, seperti pembelian atau

    penjualan aset utama, pemberlakuan merger, pemberlakuan

    IPO dengan menilai dan menganalisis transaksi tersebut,

    mengidentifikasi kunci, risiko, dan kesempatan utama di

    dalamnya.

    3.2 Prosedur Audit atas Penjualan Barang Jadi pada PT X

    KAP SW melaksanakan prosedur audit berdasarkan standar pada SPAP

    (Standar Profesional Akuntan Publik) dan KAM (KPMG Audit Manual). Selama

    dua minggu pertama bekerja di KAP SW, penulis mengikuti training yang

    diadakan untuk memahami segala hal yang dijelaskan di dalam KAM. Berikut

    adalah langkah-langkah yang dilakukan KAP SW dalam melakukan audit

    berdasarkan KAM :

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 52

    Universitas Indonesia

    3.2.1 Perencanaan Audit

    3.2.1.1 Memahami Proses Bisnis Penjualan, Piutang, dan Penerimaan Kas

    pada PT X

    PT X adalah klien lama dari KAP SW sehingga dalam mendapatkan

    pemahaman yang menyeluruh mengenai proses bisnis atau aktivitas yang relevan

    terhadap siklus penjualan, piutang, dan penerimaan, KAP SW menggunakan data

    audit tahun lalu. Perlu diketahui bahwa PT X memiliki lima belas distributor

    untuk menjual produknya.

    Dalam rangka mengenalkan produk barunya, PT X menyelenggarakan

    acara yang mengundang kelima belas distributornya. Acara juga dimanfaatkan

    sebagai ajang ramah tamah atau gathering dengan distributor. Pada periode tahun

    berjalan, acara pengenalan produk terbaru diselenggarakan pada bulan Juli 2010

    di sebuah hotel di Jakarta.

    (A) Sistem XXX Pro

    Dalam menjalankan aktivitas operasional, PT X menggunakan sistem yang

    bernama XXX Pro. XXX Pro adalah perangkat lunak untuk enterprise resource

    planning yang dirancang untuk membantu manajemen perusahaan mencapai

    efisiensi dan efektivitas profesional. PT X menggunakan fungsi keuangan standar

    dalam sistem XXX Pro yang terdiri dari beberapa modul:

    1. Buku Besar, modul ini digunakan untuk mencatat semua transaksi

    keuangan.

    2. Piutang, modul ini digunakan untuk mencatat transaksi piutang, merekam

    saldo pelanggan, mendukung manajemen kredit, menghasilkan aging

    schedule, dan catatan pembayaran pelanggan.

    3. Hutang, modul ini digunakan untuk mencatat transaksi hutang,

    mempermudah proses hutang, mengelola dan memantau saldo hutang, dan

    mengotomatisasi proses pembayaran hutang.

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 53

    Universitas Indonesia

    4. Manajemen Kas, modul ini digunakan untuk mengelola arus kas.

    5. Manajemen Biaya, modul ini digunakan melakukan analisis dan simulasi

    biaya-biaya.

    6. Akuntansi Logistik, modul ini digunakan untuk mencatat pemasukan atau

    pengeluaran inventori yang terjadi, melacak dan memantau pengiriman

    barang.

    7. Penjualan, modul ini digunakan untuk mencatat transaksi penjualan.

    Jika sistem XXX Pro mengalami down, maka PT X akan segera

    menghubungi teknisi atau contact person sistem XXX Pro dan aktivitas

    operasional sementara dilanjutkan menggunakan Microsoft Excel menggunakan

    data yang telah di-backup.

    (B) Penjualan PC, Laptop, Notebook, dan Netbook

    1. Aktivitas yang Berhubungan dengan Inisiasi dan Otorisasi Penjualan

    (pemroresan pesanan penjualan) PC, Laptop, Notebook, dan Netbook

    di PT X

    PT X menerima pesanan pembelian dari distributor. Setelah itu divisi

    logistik memeriksa ketersediaan persediaan untuk pesanan pembelian tersebut

    kemudian manajer logistik akan meninjau dan mengotorisasi pesanan pembelian

    tersebut.. Apabila manajer logistik menyetujui pesanan pembelian tersebut, staf

    logistik memasukkan data yang ada di pesanan pembelian seperti nama

    distributor, produk, dan harga penjualan ke dalam sistem XXX Pro lalu sistem

    tersebut mempersiapkan proforma invoice. Barang dikemas untuk menunggu

    proses pengiriman. Untuk menghindari terjadinya penggandaan proforma invoice,

    maka proforma invoice tersebut harus diberi nomor.

    Divisi keuangan memproses proforma invoice. Pertama-tama staf

    keuangan meninjau batas kredit distributor. Apabila distributor mempunyai

    piutang beredar yang melampaui batas, maka perusahaan menunda proses

    penjualan. Namun, apabila distributor tidak mempunyai masalah dalam

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 54

    Universitas Indonesia

    piutangnya, maka staf keuangan mengeluarkan proforma invoice dan manajer

    keuangan meninjau dan mengotorisasi proforma invoice. Proforma invoice ini

    digunakan sebagai pesanan penjualan; setiap proforma invoice memiliki nomor

    pesanan penjualan. Divisi logistik segera mempersiapkan delivery order apabila

    mereka telah mengumpulkan proforma invoice/nomor pesanan penjualan.

    Setelah manajer logistik meninjau dan mengotorisasi delivery order

    ditinjau dan diotorisasi oleh manajer logistik, staf gudang menginformasikan

    distributor apabila barang sudah dikemas dan siap untuk dikirim. Untuk barang

    berkuantitas besar, barang dikirim oleh perusahaan atau melalui forwarder.

    Sementara itu, untuk barang berkuantitas kecil, distributor langsung mengambil

    barang tersebut di gudang perusahaan. Distributor menandatangani delivery order

    saat mereka menerima barang dengan spesifikasi sesuai yang mereka minta.

    Staf keuangan menerbitkan commercial invoice sementara staf pajak

    menerbitkan tax invoice saat barang telah dikirimkan, hal ini sesuai dengan

    kebijakan PT X yang membedakan invoice untuk keperluan keuangan dan

    keperluan pajak. Selanjutnya, manajer keuangan menyetujui commercial invoice

    sementara manajer pajak menyetujui tax invoice.

    2. Aktivitas yang Berhubungan dengan Pencatatan dan Pemroresan

    untuk Dicatat dalam General Ledger.

    Saat barang diambil dari gudang, staf gudang mengklik tombol Kirim

    pada sistem XXX Pro. Sistem tersebut secara otomatis mencatat (staf keuangan

    tidak perlu melakukan pengecekan terhadap delivery order dan pencatatan jurnal):

    Dr. Piutang xxx

    Cr. Penjualan xxx

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 55

    Universitas Indonesia

    (C) Penjualan Suku Cadang

    1. Aktivitas yang Berhubungan dengan Inisiasi dan Otorisasi Penjualan

    Suku Cadang

    Perusahaan mempunyai beberapa pusat pelayanan yang ditugaskan untuk

    melakukan pelayanan purnajual (after sales service) dan penjualan suku cadang.

    Apabila konsumen mempunyai masalah dengan produknya, maka konsumen

    dapat memperbaiki produknya di pusat pelayanan tersebut. Saat konsumen ingin

    memperbaiki produknya, konsumen mengisi formulir permintaan pelayanan.

    Front line officer di pusat pelayanan kemudian memasukkan identitas konsumen

    di sistem dan memberikan memo kepada konsumen untuk mengambil produk saat

    produk tersebut telah selesai diperbaiki.

    Teknisi memeriksa kerusakan dan menjelaskan status kerusakan tersebut

    di dalam formulir permintaan pelayanan. Apabila konsumen harus mengganti

    suku cadang, maka teknisi menyarankan suku cadang apa di dalam formulir

    tersebut. Front line officer menginformasikan konsumen tentang status kerusakan

    dan jumlah biaya yang dikenakan. Apabila konsumen menyetujui untuk

    memperbaiki produknya, maka konsumen harus menandatangani memo tersebut

    kemudian teknisi segera melakukan perbaikan.

    Untuk penjualan suku cadang, teknisi meminta suku cadang kepada

    gudang melalui sistem XXX Pro. Saat teknisi menerima suku cadang tersebut,

    teknisi mengklik Spare Part Received Module pada sistem XXX Pro sehingga

    sistem tersebut langsung memperbarui status dari suku cadang yang bersangkutan.

    Apabila teknisi telah menyelesaikan perbaikan, maka kasir segera

    mencetak invoice dari sistem XXX Pro. Konsumen harus langsung membayar

    invoice kemudian kasir menutup transaksi tersebut.

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 56

    Universitas Indonesia

    2. Aktivitas yang Berhubungan dengan Pencatatan dan Pemroresan

    untuk Dicatat dalam General Ledger

    Saat kasir menutup transaksi, sistem XXX Pro secara otomatis mencatat:

    Dr. Kas xxx

    Cr. Penjualan xxx

    Jurnal ini berlaku untuk pembayaran kas dan kartu kredit. Pembayaran

    kartu kredit tetap dicatat seperti itu karena PT X akan menerima pembayaran dari

    bank penerbit kartu kredit dalam beberapa hari. Transaksi kartu kredit akan

    diproses oleh clearing house yang kemudian akan menghubungi bank penerbit

    untuk segera menransfer uang tunai langsung atas transaksi tersebut ke rekening

    bank PT X. Hal lain yang perlu diketahui adalah setiap gerai tidak membuat

    catatan penjualan karena semua aktivitas transaksi yang dilakukan tercatat

    otomatis oleh sistem dan menggunakan kode yang berbeda untuk setiap gerai

    sehingga nantinya dapat direkapitulasi per gerai.

    (D) Penerimaan Kas

    1. Aktivitas yang Berhubungan dengan Inisiasi dan Otorisasi

    Penerimaan Kas

    Setiap hari, staf keuangan akan memeriksa online banking untuk

    memeriksa apakah terdapat penerimaan kas dari pelanggan. Jika ada, maka staf

    keuangan akan melakukan pengecekan atas nama distributor dan jumlah sesuai

    data yang tertera pada invoice dan melakukan konfirmasi dengan distributor

    kemudian mencatat penyelesaian piutang pada sistem XXX Pro. Selain itu setiap

    bulan, staf keuangan memeriksa bank statement dan memeriksa kembali apakah

    ada pembayaran yang belum tercatat untuk meyakinkan keberadaan, kelengkapan,

    dan akurasi penerimaan kas dari distributor.

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 57

    Universitas Indonesia

    2. Aktivitas yang Berhubungan dengan Pencatatan dan Pemroresan

    untuk Dicatat dalam General Ledger

    Setelah staf keuangan memastikan perusahaan telah menerima kas untuk

    penyelesaian piutang, staf keuangan memasukkan nomor-nomor invoice yang

    telah dibayar ke sistem XXX Pro untuk kemudian menutup transaksi-transaksi

    tersebut sehingga sistem tersebut secara otomatis mencatat penerimaan kas

    sebagai berikut :

    Dr. Bank xxx

    Cr. Piutang xxx

    3.2.1.2 Materialitas

    Headquarter PT X berlokasi di Taiwan dan merupakan klien dari KPMG

    Taiwan. Semua cabang X Group di berbagai negara merupakan klien dari KPMG

    International di negara tersebut. KPMG Taiwan menetapkan kebijakan mengenai

    materialitas untuk X Group yang disebut group materiality. Group materiality

    harus diikuti oleh seluruh KPMG di berbagai negara yang mengaudit cabang dari

    X Group, termasuk KAP SW (KPMG Indonesia) yang mengaudit PT X). Group

    materiality yang ditentukan oleh KPMG Taiwan adalah US$1,500,000 untuk

    akun-akun dalam laporan laba rugi dan US$2,500,000 untuk akun-akun dalam

    neraca.

    3.2.1.3 Menetapkan sampel

    Tabel 3.1 di halaman berikutnya menjelaskan jumlah minimal sampel

    aktivitas pengendalian atau dokumen yang harus diperiksa auditor berdasarkan

    frekuensinya. Jika aktivitas pengendalian dilakukan setiap tahun atau setiap

    triwulan, maka sampel yang harus diperiksa berjumlah satu. Contoh dokumen

    yang terbit per tahun adalah SPT tahunan. Jumlah sampel yang diperiksa untuk

    aktivitas pengendalian yang dilakukan setiap bulan atau dokumen yang terbit per

    bulan seperti rekonsiliasi bank bulanan atau SPT masa adalah dua atau tiga sesuai

    Prosedur audit..., Ayu Anggita Triandini, FE UI, 2012

  • 58

    Universitas Indonesia

    dengan risiko terkait. Beberapa contoh yang telah dijelaskan di atas adalah

    aktivitas pengendalian atau dokumen yang bersifat periodik. Lain halnya dengan

    aktivitas pengendalian atau dokumen yang berulang-berulang dan per harinya

    berjumlah banyak seperti otorisasi penjualan, jumlah sampel yang diperiksa

    adalah 25 atau 40 disesuaikan dengan risiko terkait.

    Tabel 3.1 Penentuan Jumlah Sampel KAP SW

    Frequency of control activity or document

    Minimum sample sizes

    Risk of failure

    Lower Higher

    Annual 1 1

    Quarterly 1 1

    Monthly 2 3

    Weekly 5 8

    Daily 15 25

    Recurring manual control or document 25 40

    Sumber : KPMG Audit Manual (2010)

    3.2.2 Evaluasi Pengendalian

    3.2.2.1 Penjualan PC, Laptop, Notebook, dan Netbook

    Setelah auditor memahami bagaimana proses bisnis siklus penjualan,

    piutang, dan penerimaan kas pada PT X, auditor harus mendapatkan pemahaman

    mengenai desain dan implementasi pengendalian atas proses bisnis tersebut.

    Apabila desain dan implementasi pengendalian telah berjalan efektif, maka

    dilakukanlah uji p