BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Higene...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Higene...
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Higene Perusahaan
Dalam Higene Perusahaan adalah yang menyangkut secara luas faktor-faktor
kimia dan fisik yang mungkin dapat menyebabkan gangguan kesehatan bagi tenaga
kerja. Menurut Suma’mur P.K; Higene Perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu
higene beserta prakteknya yang dengan mengadakan penilaian secara kualitatif dan
kuantitatif faktor-faktor penuebab penyakit dalam lingkungan kerja, serta bila perlu
mengadakan pencegahan agar tenaga kerja dan masyarakat sekitar perusahaan
terhindar dari bahaya.(3)
Menurut The American Industrial Asosiation (ATHA,1956); Higene Perusahaan
adalah ilmu dan seni pengenalan, penilaian secara kuantitatif dan kualitatif, serta
penerapan teknologi pengendalian faktor-faktor bahaya lingkungan, sehingga
masyarakat tenaga kerja dan masyarakat umum terhindar dari efek samping kemajuan
teknologi.(3)
B. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat,
alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya
serta cara-cara melakukan pekerjaan.
Tujuan dari keselamatan kerja adalah:
1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan
untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produktivitas nasional.
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.
Landasan hukum dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja antara
lain adalah:
1. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat 2 yang menyatakan “Setiap warga
negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”
2. Undang-Undang No.14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok
Mengenai Tenaga Kerja, dalam pasal 9, yang menyatakan “Setiap tenaga kerja
berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan,
pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia
dan moral agama”(5)
3. Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, yang maksudnya
adalah untuk melindungi setiap orang lain yang berada di tempat kerja dan alat
produksi digunakan secara aman dan efisien.(6)
A. Kecelakaan Kerja
Menurut ILO tahun 1989, kecelakaan merupakan kejadian yang tidak
diharapkan dan tidak direncanakan yang dapat mengakibatkan cedera.
Kecelakaan akibat kerja adalah suatu kejadian kecelakaan yang berhubung
dengan hubungan kerja pada perusahaan, kecelakaan terjadi dikarenakan oleh
pekerjaan atau terjadi pada waktu tenaga kerja melakukan pekerjaan.
Kecelakaan akibat kerja dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor manusia
(unsafe human action) dan faktor kondisi yang tidak aman (unsafe conditions).(1)
Kecelakaan kerja dibagi menjadi dua kategori yaitu:
1. Kecelakaan industri (industrial acident), yaitu kecelakaan yang terjadi ditempat
kerja karena adanya sumber bahaya atau bahaya kerja.
2. Kecelakaan dalam perjalanan (commuty acident), yaitu kecelakaan yang terjadi di
luar tempat kerja dalam kaitannya dengan adanya hubungan kerja.
Kerugian-kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan akibat kerja: 1) kerusakan; 2)
kekacauan organisasi; 3) keluhan dan kesedihan; 4) kelainan dan cacat; 5) kematian.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya resiko kecelakaan kerja:(7)
1. Faktor pekerjaan
Faktor pekerjaan yang dapat mempengaruhi terjadinya risiko kecelakaan kerja
antara lain:
a. Waktu kerja, segi-segi penting bagi persoalan waktu kerja meliputi: 1)
lamanya seseorang mampu kerja secara baik; 2) hubungan di antara waktu
kerja dan istirahat; 3) waktu diantara sehari menurut periode yang meliputi
siang dan malam.
b. Beban kerja, yaitu pekerjaan yang dibebankan kepada tenaga kerja baik beban
fisik maupun beban mental yang menjadi tanggung jawabnya.
2. Faktor manusia
Kemampuan seorang tenaga kerja berbeda antara satu dengan yang lainnya dan
sangat tergantung kepada:
a. Jenis kelamin, ukuran dan daya tahan tubuh laki-laki berbeda dengan wanita.
Laki-laki sanggup menyelesaikan pekerjaan berat yang biasanya tidak
dikerjakan wanita. Laki-laki lebih dibutuhkan pada industri yang
membutuhkan tenaga dan pikiran yang berat dibandingkan wanita, sedangkan
wanita lebih dibutuhkan pada industri yang membutuhkan ketelitian dan
kesabaran dibandingkan laki-laki. Oleh karena itu jenis kelamin sangat
berpengaruh terhadap pekerjaan yang ada pada suatu perusahaan.
b. Umur, penelitian Flipo tahun 1984 menunjukkan bahwa pekerja muda yang
mempunyai tingkat absensi lebih tinggi, bukan karena penyakit tetapi karena
adanya kesulitan adaptasi terhadap lingkungan kerja.
c. Lama kerja, berkaitan dengan pengalaman kerja. Berdasarkan penelitian,
tenaga kerja yang lama kerjanya sampai dengan 5 tahun mempunyai
produktifitas yang tinggi, menurun sampai lama kerja 8 tahun. Tetapi
kemudian setelah tahun kedelapan produktifitas kerja secara perlahan-lahan
akan meningkat lagi.
d. Tingkat pendidikan, mempunyai pengaruh dalam sejarah berfikir dan
bertindak dalam menghadapi pekerjaan. Tenaga kerja dengan dasar
pendidikan dan ketrampilan yang sangat terbatas serta kondisi kesehatan yang
buruk cenderung akan mempengaruhi produktifitas kerja.
4. Faktor lingkungan
Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada di sekitar para pekerja dan dapat
mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya.
Klasifikasi kecelakaan akibat kerja menurut Organisasi Perburuhan
Internasional tahun 1962 adalah:(8)
a. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan
1) terjatuh; 2) tertimpa benda jatug; 3) tertumpuk atau terkena benda-benda,
terkecuali benda jatuh; 4) terjepit oleh benda; 5) gerakan-gerakan melebihi
kemampuan; 6) pengaruh suhu tinggi; 7) terkena arus listrik; 8) kontak dengan
bahan-bahan berbahaya atau radiasi; 9) jenis-jenis lain, termasuk kecelakaan-
kecelakaan yang data-datanya tidak cukup atau kecelakaan-kecelakaan lain
yang belum masuk klasifikasi tersebut.
b. Klasifikasi menurut penyebab
1) mesin (pembangkit tenaga terkecuali motor-motor listrik, mesin penyalur
atau transmisi, mesin-mesin untuk mengerjakan logam, mesin-masin pengolah
kayu, mesin-mesin pertanian, mesin-mesin pertambangan, mesin-mesin lain
yang tidak termasuk klasifikasi tersebut); 2) alat angkut dan alat angkat
(mesin angkat dan peralatannya, alat angkutan diatas rel, alat angkutan lain
yang beroda terkecuali kereta api, alat angkutan udara, alat angkutan air, alat-
alat angkutan lain); 3) peralatan lain (bejana bertekanan, dapur pembakar dan
pemanas, instalasi pendingin, instalasi listrik termasuk motor listrik tetapi
dikecualikan alat-alat listrik atau tangan, alat-alat kerja dan perlengkapannya
kecuali alat-alat listrik, tangga, perancah atau steger, peralatan lain yang
belum termasuk klasifikasi tersebut); 4) bahan-bahan, zat-zat dan radiasi
(bahan peledak, debu, gas, cairan, dan zat-zat kimia terkecuali bahan peledak,
benda-benda melayang, radiasi, bahan-bahan dan zat-zat lain yang belum
termasuk golongan tersebut); 5) lingkungan kerja (diluar bangunan, didalam
bangunan, dibawah tanah); 6) penyebab-penyebab lain yang belum termasuk
golongan-golongan tersebut (hewan, penyebab lain); 7) penyebab-penyebab
yang belum termasuk golongan tersebut atau data tidak memadai.
c. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan
1) patah tulang; 2) dislokasi atau kesleo; 3) regang otot atau urat; 4) memar
dan luka dalam yang lain; 5) amputasi; 6) luka-luka lain; 7) luka dipermukaan;
8) gegar dan remuk; 9) luka bakar; 10) keracunan-keracunan mendadak atau
akut; 11) akibat cuaca dan lain-lain; 12) mati lemas; 13) pengaruh arus listrik;
14) pengaruh radiasi; 15) luka-luka yang banyak dan berlainan sifatnya; 16)
lain-lain.
d. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka ditubuh
1) kepala; 2) leher; 3) badan; 4) anggota atas; 5) anggota bawah; 6) banyak
tempat; 7) kelainan umum; 8) letak lain yang tidak dapat dimasukkan
klasifikasi tersebut.
D. Ergonomi
Ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha untuk menyerasikan
pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya
produktifitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan manusia
seoptimalnya.(9)
Diharapkan dengan produktifitas yang tinggi maka hasil produksipun
meningkat sehingga kesejahteraan tenaga kerjapun juga akan meningkat.
E. Beban Kerja
Beban kerja adalah pekerjaan yang dibebankan kepada tenaga kerja baik
berupa beban fisik maupun beban mental yang menjadi tanggung jawabnya.(10)
1. Faktor yang mempengaruhi beban kerja(11)
a. Faktor eksternal, adalah beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja.
Yang termasuk beban kerja eksternal adalah: 1) tugas-tugas/task baik yang
bersifat fisik (tata ruang tempat kerja, alat dan sarana kerja, sikap kerja, alat
bantu kerja, alur kerja, dan lain-lain), maupun yang bersifat mental
(kompleksitas pekerjaan yang mempengaruhi tingkat emosi pekerja, tanggung
jawab terhadap pekerjaan, dan lain-lain); 2) organisasi kerja yang dapat
mempengaruhi beban kerja seperti, lamanya waktu kerja, waktu istirahat,
kerja malam, model struktur organisasi, pelimpahan tugas dan wewenang, dan
lain-lain; 3) lingkungan kerja yang dapat memberikan beban tambahan kepada
pekerja (lingkungan kerja fisik, kimiawi, biologis, psikologis).
b. Faktor internal, adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh sebagai akibat
adanya reaksi dari beban kerja eksternal. Yang termasuk beban kerja internal
antara lain: 1) faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi
kesehatan, status gizi); 2) faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan,
keinginan, kepuasan, dan lain-lain).
2. Penilaian beban kerja fisik
Menurut Astrand dan Rodahl (1977) dan Rodahl (1989) penilaian beban
kerja fisik dilakukan dengan metode penilaian langsung dan tidak langsung;
pengukuran langsung yaitu dengan mengukur energi yang dikeluarkan (energy
expenditure) melalui asupan oksigen selama bekerja, sedangkan pengukuran tidak
langsung yaitu dengan menghitung denyut nadi selama bekerja.
Menurut Christensen (1991) dan Grandjean (1993) untuk mengetahui
berat ringannya beban kerja dengan menghitung nadi kerja, konsumsi oksigen,
kapasitas ventilasi paru dan suhu inti tubuh. Kategori berat ringan beban kerja
didasarkan pada metabolisme, respirasi, suhu tubuh dan denyut jantung menurut
Christensen dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Kategori Beban Kerja Berdasarkan Metabolisme, Respirasi, Suhu Tubuh,
dan Denyut Jantung.
Kategori Beban
Kerja
Konsumsi
Oksigen
(1/min)
Ventilasi Paru
(1/min)
Suhu Rektal
(°C)
Denyut
Jantung
(denyut/min)
• Ringan
• Sedang
• Berat
• Sangat berat
• Sangat berat
sekali
0,5 – 1,0
1,0 – 1,5
1,5 – 2,0
2,0 – 2,5
2,5 – 4,0
11 – 20
20 – 31
31 – 43
43 – 56
60 – 100
37,5
37,5 – 38.0
38,0 – 38,5
38,5 – 39,0
> 39
75 – 100
100 – 125
125 – 150
150 – 175
> 175
Sumber: Christensen (1991:1699). Encyclopaedia of Occupational Health and
Safety. ILO. Geneva.
3. Penilaian beban kerja berdasarkan jumlah kebutuhan kalori
Menteri Tenaga Kerja melalui Keputusan Nomor 51 tahun 1999 menetapkan
kategori beban kerja menurut kebutuhan kalori sebagai berikut:
a. beban kerja ringan : 100 – 200 Kilo kalori/jam
b. beban kerja sedang : > 200 – 350 Kilo kalori/jam
c. beban kerja berat : > 350 – 500 Kilo kalori/jam
Dalam menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan seseorang dalam melakukan
aktivitas pekerjaannya dapat menggunakan taksiran kebutuhan kalori menurut
jenis aktivitasnya.
4. Penilaian beban kerja berdasarkan denyut nadi kerja
Salah satu peralatan yang dapat digunakan untuk menghitung denyut nadi
adalah telemetri dengan menggunakan rangsangan Electro Cardio Graph (ECG),
dapat juga dicatat secara manual memakai stopwatch dengan metode 10 denyut.
Dengan metode tersebut dapat dihitung denyut nadi kerja sebagai berikut:
Rumus:
Denyut Nadi (denyut/menit) = 10 Denyut X 60
Waktu Penghitungan
Denyut nadi untuk mengestimasi indek beban kerja fisik terdiri dari:
a. denyut nadi istirahat : rerata denyut nadi sebelum pekerjaan dimulai
b. denyut nadi kerja : rerata denyut nadi selama kerja
c. nadi kerja : selisih antara denyut nadi istirahat dan denyut nadi
kerja
F. Waktu Kerja
Waktu kerja adalah waktu yang digunakan untuk bekerja.
Setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja bagi pekerja yang
dipekerjakan.(12)
1. Waktu kerja siang hari
a. Tujuh jam dalam satu hari dan empat puluh jam dalam satu minggu untuk
enam hari kerja dalam satu minggu.
b. Delapan jam dalam satu hari dan empat puluh jam dalam satu minggu untuk
lima hari kerja dalam satu minggu.
2. Waktu kerja malam hari
a. Enam jam dalam satu hari dan tiga puluh jam dalam satu minggu untuk enam
hari kerja dalam satu minggu.
b. Tujuh jam dalam satu hari dan tiga puluh jam dalam satu minggu untuk lima
hari kerja dalam satu minggu.
3. Waktu kerja lembur
Tiga jam dalam satu hari dan empat belas jam dalam satu minggu.
waktu kerja siang hari untuk melakukan pekerjaan pada waktu istirahat mingguan
atau hari libur resmi yang ditetapkan.
G. Masa Kerja
Masa kerja biasanya dikaitkan dengan waktu mulai kerja pada saat ini.
Diasumsikan bahwa semakin lama seseorang bekerja pengalamannya semakin luas
atau semakin banyak. Lama kerja berkaitan erat dengan pengalaman-pengalaman
yang didapat selama menjalankan pekerjaannya. Mereka yang berpengalaman
dipandang lebih mampu dalam melaksanakan pekerjaannya. Makin lama dia
menekuni pekerjaannya maka kepandaian mereka akan lebih baik, karena sudah
menyesuaikan diri dengan pekerjaannya.(13)
H. Umur
Umur adalah lamanya kehidupan seseorang. Kondisi fisik seperti penglihatan,
pendengaran, dan kecepatan reaksi menurun sesudah usia 30 tahun atau lebih. Tenaga
kerja yang ada usia atau tua mungkin lebih berhati-hati, lebih dapat dipercaya dan
lebih menyadari akan bahaya dari pada tenaga kerja muda usia. Terdapat
kecenderungan bahwa beberapa jenis kecelakaan seperti terjatuh lebih sering terjadi
pada tenaga kerja ada usia atau tua dari pada tenaga kerja berusia sedang atau muda.
Juga angka beratnya kecelakaan rata-rata lebih meningkat mengikuti pertambahan
usia.
I. Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri (APD) adalah suatu alat perlengkapan tenaga kerja untuk
melindungi anggota badan dari bahaya yang ditimbulkan oleh keadaan kerja sebagai
akibat dari penggunaan pesawat, alat, mesin, bahan-bahan dan lainnya.(14)
Macam alat pelindung diri antara lain:(7)
1. Alat pelindung kepala
Alat ini untuk melindungi kepala dari bahaya terbentur dan terpukul yang dapat
menyebabkan luka, juga melindungi kepala dari panas, radiasi, api, dan bahan-
bahan kimia berbahaya, serta melindungi agar rambut tidak terjepit dalam mesin
yang berputar. Macamnya antara lain topi, helm.
2. Alat pelindung mata
Alat ini untuk melindungi mata dari kemungkinan kontak bahaya karena percikan
atau kemasukan debu, gas, uap cairan korosif, partikel melayang maupun radiasi
gelombang elektronagnetis. Macamnya antara lain kacamata dengan ataupun
tanpa pelindung samping, tameng muka.
3. Alat pelindung telinga
Alat ini untuk mengurangi intensitas suara yang masuk kedalam telinga.
Macamnya adalah sumbat telinga (ear plug) dan tutup telinga (ear muff).
4. Alat pelindung pernafasan
Alat ini untuk melindungi pernafasan terhadap gas, uap, debu, atau udara yang
terkontaminasi di tempat kerja yang bersifat racun, korosif maupun rangsangan.
Macamnya antara lain masker, respirator.
5. Alat pelindung tangan
Alat ini digunakan untuk melindungi tangan dari benda-benda tajam atau cidera
waktu kerja, bahaya terpapar bahan-bahan yang bersifat korosif, panas, dingin,
tajam ataupun kasar. Macamnya adalah sarung tangan.
J. Kelelahan Akibat Kerja
Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar
dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat.
Faktor-faktor penyebab kelelahan:(11)
1. Intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental.
2. Lingkungan (iklim, penerangan, kebisingan, getaran, dll)
3. Circadian rhythm.
4. Problem fisik (tanggung jawab, kekhawatiran, konflik)
5. Kenyerian dan kondisi kesehatan.
6. Nutrisi.
K. Analisa Kecelakaan
Analisa kecelakaan adalah upaya untuk mencari sebab kecelakaan. Analisa
kecelakaan dilakukan dengan mengadakan penyelidikan atau pemeriksaan terhadap
peristiwa kecelakaan. Kecelakaan harus secara tepat dan jelas diketahui bagaimana
dan mengapa terjadi.(15)
Maksud kecelakaan-kecelakaan yang diselidiki adalah:
1. Menentukan siapa yang bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan.
2. Mencegah terulangnya peristiwa yang serupa.
L. Pencegahan Kecelakaan Kerja
Kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan:(14)
1. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai
kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan
pemeliharaan, pengawasan, pengujian, dan cara kerja peralatan industri, tugas-
tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, PPPK, dan pemeriksaan
kesehatan.
2. Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah resmi, tak resmi
mengenai misalnya konstruksi yang memenuhi syarat-syarat keselamatan jenis-
jenis peralatan industri tertentu, praktek-praktek keselamatan dan higene umum,
atau alat-alat perlindungan diri.
3. Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan
perundang-undangan yang diwajibkan.
4. Penelitian bersifat teknik, yang meliputi sifat dan ciri-ciri bahan-bahan yang
berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-alat
perlindungan diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan debu, atau
penelaahan tentang bahan-bahan dan desain paling tepat untuk tambang-tambang
pengangkat dan peralatan pengangkat lainnya.
5. Riset medis, yang meliputi terutama penelitian tentang efek-efek fisiologis dan
patologis faktor-faktor lingkungan dan teknologis, dan keadaan-keadaan fisik
yang mengakibatkan kecelakaan.
6. Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang
menyebabkan terjadinya kecelakaan.
7. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi,
banyaknya, mengenai apa saja, dalam pekerjaan apa dan apa sebab-sebabnya.
8. Pendidikan, yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum teknik,
sekolah-sekolah perniagaan atau kursus-kursus pertukangan.
9. Latihan-latihan, yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya tenaga kerja
baru, dalam keselamatan kerja.
10. Penggairahan, yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan lain
untuk menimbulkan sikap untuk selamat.
11. Asuransi, yaitu insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan,
misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh perusahaan, jika
tindakan-tindakan keselamatan sangat baik.
12. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan, yang merupakan ukuran utama
efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja. Pada perusahaanlah kecelakaan-
kecelakaan terjadi, sedangkan pola-pola kecelakaan pada suatu perusahaan sangat
tergantung pada tingkat kesadaran akan keselamatan kerja oleh semua pihak yang
bersangkutan.
M. Kerangka Teori HIGENE KESELAMATAN
PERUSAHAAN KERJA
ANALISA KECELAKAAN KECELAKAAN KERJA Faktor Pekerjaan
waktu kerja beban kerja
Faktor Manusia kelelahan masa kerja umur pemakaian APD sikap dan tindakan
yang tidak aman Faktor Lingkungan Kerja
lingk. yang buruk (pencahayaan,kebisingan) mesin rusak bahan berbahaya ketidak cukupan
ketersediaan APD Sumber: Modifikasi dari 1, 3, 7, 9, 10,11, 12, 13,15 N. Kerangka Konsep Berdasarkan kerangka teori diatas maka bentuk kerangka konsep peneltitian dibuat
sebagai berikut :
Variabel Bebas
- Waktu Kerja - Masa Kerja - Umur - Pemakaian APD
- Kelelahan
Variabel Terikat kejadian kecelakaan kerja
Variabel Pengganggu
- Shiff kerja
- Jenis kelamin
- Jenis Pekerjaan
- Faktor lingk. kerja
Variabel pengganggu tidak diteliti karena hanya hubungan yang diteliti.
O. Hipotesa Penelitian
1. Ada hubungan antara waktu kerja dengan kejadian kecelakaan kerja di PT.
Luxindo Nusantara Semarang.
2. Ada hubungan antara masa kerja dengan kejadian kecelakaan kerja di PT.
Luxindo Nusantara Semarang.
3. Ada hubungan antara umur dengan kejadian kecelakaan kerja di PT. Luxindo
Nusantara Semarang.
4. Ada hubungan antara pemakaian APD dengan kejadian kecelakaan kerja di PT.
Luxindo Nusantara Semarang.
5. Ada hubungan antara kelelahan dengan kejadian kecelakaan kerja di PT. Luxindo
Nusantara Semarang.