BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Higene...

13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Higene Perusahaan Dalam Higene Perusahaan adalah yang menyangkut secara luas faktor-faktor kimia dan fisik yang mungkin dapat menyebabkan gangguan kesehatan bagi tenaga kerja. Menurut Suma’mur P.K; Higene Perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu higene beserta prakteknya yang dengan mengadakan penilaian secara kualitatif dan kuantitatif faktor-faktor penuebab penyakit dalam lingkungan kerja, serta bila perlu mengadakan pencegahan agar tenaga kerja dan masyarakat sekitar perusahaan terhindar dari bahaya. (3) Menurut The American Industrial Asosiation (ATHA,1956); Higene Perusahaan adalah ilmu dan seni pengenalan, penilaian secara kuantitatif dan kualitatif, serta penerapan teknologi pengendalian faktor-faktor bahaya lingkungan, sehingga masyarakat tenaga kerja dan masyarakat umum terhindar dari efek samping kemajuan teknologi. (3) B. Keselamatan Kerja Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Tujuan dari keselamatan kerja adalah: 1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produktivitas nasional. 2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja. 3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien. Landasan hukum dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja antara lain adalah:

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Higene...

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Higene Perusahaan

Dalam Higene Perusahaan adalah yang menyangkut secara luas faktor-faktor

kimia dan fisik yang mungkin dapat menyebabkan gangguan kesehatan bagi tenaga

kerja. Menurut Suma’mur P.K; Higene Perusahaan adalah spesialisasi dalam ilmu

higene beserta prakteknya yang dengan mengadakan penilaian secara kualitatif dan

kuantitatif faktor-faktor penuebab penyakit dalam lingkungan kerja, serta bila perlu

mengadakan pencegahan agar tenaga kerja dan masyarakat sekitar perusahaan

terhindar dari bahaya.(3)

Menurut The American Industrial Asosiation (ATHA,1956); Higene Perusahaan

adalah ilmu dan seni pengenalan, penilaian secara kuantitatif dan kualitatif, serta

penerapan teknologi pengendalian faktor-faktor bahaya lingkungan, sehingga

masyarakat tenaga kerja dan masyarakat umum terhindar dari efek samping kemajuan

teknologi.(3)

B. Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat,

alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya

serta cara-cara melakukan pekerjaan.

Tujuan dari keselamatan kerja adalah:

1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan

untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produktivitas nasional.

2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.

3. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Landasan hukum dalam pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja antara

lain adalah:

1. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 27 ayat 2 yang menyatakan “Setiap warga

negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”

2. Undang-Undang No.14 Tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

Mengenai Tenaga Kerja, dalam pasal 9, yang menyatakan “Setiap tenaga kerja

berhak mendapat perlindungan atas keselamatan, kesehatan, kesusilaan,

pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia

dan moral agama”(5)

3. Undang-Undang No.1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, yang maksudnya

adalah untuk melindungi setiap orang lain yang berada di tempat kerja dan alat

produksi digunakan secara aman dan efisien.(6)

A. Kecelakaan Kerja

Menurut ILO tahun 1989, kecelakaan merupakan kejadian yang tidak

diharapkan dan tidak direncanakan yang dapat mengakibatkan cedera.

Kecelakaan akibat kerja adalah suatu kejadian kecelakaan yang berhubung

dengan hubungan kerja pada perusahaan, kecelakaan terjadi dikarenakan oleh

pekerjaan atau terjadi pada waktu tenaga kerja melakukan pekerjaan.

Kecelakaan akibat kerja dapat disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor manusia

(unsafe human action) dan faktor kondisi yang tidak aman (unsafe conditions).(1)

Kecelakaan kerja dibagi menjadi dua kategori yaitu:

1. Kecelakaan industri (industrial acident), yaitu kecelakaan yang terjadi ditempat

kerja karena adanya sumber bahaya atau bahaya kerja.

2. Kecelakaan dalam perjalanan (commuty acident), yaitu kecelakaan yang terjadi di

luar tempat kerja dalam kaitannya dengan adanya hubungan kerja.

Kerugian-kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan akibat kerja: 1) kerusakan; 2)

kekacauan organisasi; 3) keluhan dan kesedihan; 4) kelainan dan cacat; 5) kematian.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya resiko kecelakaan kerja:(7)

1. Faktor pekerjaan

Faktor pekerjaan yang dapat mempengaruhi terjadinya risiko kecelakaan kerja

antara lain:

a. Waktu kerja, segi-segi penting bagi persoalan waktu kerja meliputi: 1)

lamanya seseorang mampu kerja secara baik; 2) hubungan di antara waktu

kerja dan istirahat; 3) waktu diantara sehari menurut periode yang meliputi

siang dan malam.

b. Beban kerja, yaitu pekerjaan yang dibebankan kepada tenaga kerja baik beban

fisik maupun beban mental yang menjadi tanggung jawabnya.

2. Faktor manusia

Kemampuan seorang tenaga kerja berbeda antara satu dengan yang lainnya dan

sangat tergantung kepada:

a. Jenis kelamin, ukuran dan daya tahan tubuh laki-laki berbeda dengan wanita.

Laki-laki sanggup menyelesaikan pekerjaan berat yang biasanya tidak

dikerjakan wanita. Laki-laki lebih dibutuhkan pada industri yang

membutuhkan tenaga dan pikiran yang berat dibandingkan wanita, sedangkan

wanita lebih dibutuhkan pada industri yang membutuhkan ketelitian dan

kesabaran dibandingkan laki-laki. Oleh karena itu jenis kelamin sangat

berpengaruh terhadap pekerjaan yang ada pada suatu perusahaan.

b. Umur, penelitian Flipo tahun 1984 menunjukkan bahwa pekerja muda yang

mempunyai tingkat absensi lebih tinggi, bukan karena penyakit tetapi karena

adanya kesulitan adaptasi terhadap lingkungan kerja.

c. Lama kerja, berkaitan dengan pengalaman kerja. Berdasarkan penelitian,

tenaga kerja yang lama kerjanya sampai dengan 5 tahun mempunyai

produktifitas yang tinggi, menurun sampai lama kerja 8 tahun. Tetapi

kemudian setelah tahun kedelapan produktifitas kerja secara perlahan-lahan

akan meningkat lagi.

d. Tingkat pendidikan, mempunyai pengaruh dalam sejarah berfikir dan

bertindak dalam menghadapi pekerjaan. Tenaga kerja dengan dasar

pendidikan dan ketrampilan yang sangat terbatas serta kondisi kesehatan yang

buruk cenderung akan mempengaruhi produktifitas kerja.

4. Faktor lingkungan

Lingkungan kerja adalah sesuatu yang ada di sekitar para pekerja dan dapat

mempengaruhi dirinya dalam menjalankan tugas yang dibebankan kepadanya.

Klasifikasi kecelakaan akibat kerja menurut Organisasi Perburuhan

Internasional tahun 1962 adalah:(8)

a. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan

1) terjatuh; 2) tertimpa benda jatug; 3) tertumpuk atau terkena benda-benda,

terkecuali benda jatuh; 4) terjepit oleh benda; 5) gerakan-gerakan melebihi

kemampuan; 6) pengaruh suhu tinggi; 7) terkena arus listrik; 8) kontak dengan

bahan-bahan berbahaya atau radiasi; 9) jenis-jenis lain, termasuk kecelakaan-

kecelakaan yang data-datanya tidak cukup atau kecelakaan-kecelakaan lain

yang belum masuk klasifikasi tersebut.

b. Klasifikasi menurut penyebab

1) mesin (pembangkit tenaga terkecuali motor-motor listrik, mesin penyalur

atau transmisi, mesin-mesin untuk mengerjakan logam, mesin-masin pengolah

kayu, mesin-mesin pertanian, mesin-mesin pertambangan, mesin-mesin lain

yang tidak termasuk klasifikasi tersebut); 2) alat angkut dan alat angkat

(mesin angkat dan peralatannya, alat angkutan diatas rel, alat angkutan lain

yang beroda terkecuali kereta api, alat angkutan udara, alat angkutan air, alat-

alat angkutan lain); 3) peralatan lain (bejana bertekanan, dapur pembakar dan

pemanas, instalasi pendingin, instalasi listrik termasuk motor listrik tetapi

dikecualikan alat-alat listrik atau tangan, alat-alat kerja dan perlengkapannya

kecuali alat-alat listrik, tangga, perancah atau steger, peralatan lain yang

belum termasuk klasifikasi tersebut); 4) bahan-bahan, zat-zat dan radiasi

(bahan peledak, debu, gas, cairan, dan zat-zat kimia terkecuali bahan peledak,

benda-benda melayang, radiasi, bahan-bahan dan zat-zat lain yang belum

termasuk golongan tersebut); 5) lingkungan kerja (diluar bangunan, didalam

bangunan, dibawah tanah); 6) penyebab-penyebab lain yang belum termasuk

golongan-golongan tersebut (hewan, penyebab lain); 7) penyebab-penyebab

yang belum termasuk golongan tersebut atau data tidak memadai.

c. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan

1) patah tulang; 2) dislokasi atau kesleo; 3) regang otot atau urat; 4) memar

dan luka dalam yang lain; 5) amputasi; 6) luka-luka lain; 7) luka dipermukaan;

8) gegar dan remuk; 9) luka bakar; 10) keracunan-keracunan mendadak atau

akut; 11) akibat cuaca dan lain-lain; 12) mati lemas; 13) pengaruh arus listrik;

14) pengaruh radiasi; 15) luka-luka yang banyak dan berlainan sifatnya; 16)

lain-lain.

d. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka ditubuh

1) kepala; 2) leher; 3) badan; 4) anggota atas; 5) anggota bawah; 6) banyak

tempat; 7) kelainan umum; 8) letak lain yang tidak dapat dimasukkan

klasifikasi tersebut.

D. Ergonomi

Ergonomi adalah ilmu serta penerapannya yang berusaha untuk menyerasikan

pekerjaan dan lingkungan terhadap orang atau sebaliknya dengan tujuan tercapainya

produktifitas dan efisiensi yang setinggi-tingginya melalui pemanfaatan manusia

seoptimalnya.(9)

Diharapkan dengan produktifitas yang tinggi maka hasil produksipun

meningkat sehingga kesejahteraan tenaga kerjapun juga akan meningkat.

E. Beban Kerja

Beban kerja adalah pekerjaan yang dibebankan kepada tenaga kerja baik

berupa beban fisik maupun beban mental yang menjadi tanggung jawabnya.(10)

1. Faktor yang mempengaruhi beban kerja(11)

a. Faktor eksternal, adalah beban kerja yang berasal dari luar tubuh pekerja.

Yang termasuk beban kerja eksternal adalah: 1) tugas-tugas/task baik yang

bersifat fisik (tata ruang tempat kerja, alat dan sarana kerja, sikap kerja, alat

bantu kerja, alur kerja, dan lain-lain), maupun yang bersifat mental

(kompleksitas pekerjaan yang mempengaruhi tingkat emosi pekerja, tanggung

jawab terhadap pekerjaan, dan lain-lain); 2) organisasi kerja yang dapat

mempengaruhi beban kerja seperti, lamanya waktu kerja, waktu istirahat,

kerja malam, model struktur organisasi, pelimpahan tugas dan wewenang, dan

lain-lain; 3) lingkungan kerja yang dapat memberikan beban tambahan kepada

pekerja (lingkungan kerja fisik, kimiawi, biologis, psikologis).

b. Faktor internal, adalah faktor yang berasal dari dalam tubuh sebagai akibat

adanya reaksi dari beban kerja eksternal. Yang termasuk beban kerja internal

antara lain: 1) faktor somatis (jenis kelamin, umur, ukuran tubuh, kondisi

kesehatan, status gizi); 2) faktor psikis (motivasi, persepsi, kepercayaan,

keinginan, kepuasan, dan lain-lain).

2. Penilaian beban kerja fisik

Menurut Astrand dan Rodahl (1977) dan Rodahl (1989) penilaian beban

kerja fisik dilakukan dengan metode penilaian langsung dan tidak langsung;

pengukuran langsung yaitu dengan mengukur energi yang dikeluarkan (energy

expenditure) melalui asupan oksigen selama bekerja, sedangkan pengukuran tidak

langsung yaitu dengan menghitung denyut nadi selama bekerja.

Menurut Christensen (1991) dan Grandjean (1993) untuk mengetahui

berat ringannya beban kerja dengan menghitung nadi kerja, konsumsi oksigen,

kapasitas ventilasi paru dan suhu inti tubuh. Kategori berat ringan beban kerja

didasarkan pada metabolisme, respirasi, suhu tubuh dan denyut jantung menurut

Christensen dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Kategori Beban Kerja Berdasarkan Metabolisme, Respirasi, Suhu Tubuh,

dan Denyut Jantung.

Kategori Beban

Kerja

Konsumsi

Oksigen

(1/min)

Ventilasi Paru

(1/min)

Suhu Rektal

(°C)

Denyut

Jantung

(denyut/min)

• Ringan

• Sedang

• Berat

• Sangat berat

• Sangat berat

sekali

0,5 – 1,0

1,0 – 1,5

1,5 – 2,0

2,0 – 2,5

2,5 – 4,0

11 – 20

20 – 31

31 – 43

43 – 56

60 – 100

37,5

37,5 – 38.0

38,0 – 38,5

38,5 – 39,0

> 39

75 – 100

100 – 125

125 – 150

150 – 175

> 175

Sumber: Christensen (1991:1699). Encyclopaedia of Occupational Health and

Safety. ILO. Geneva.

3. Penilaian beban kerja berdasarkan jumlah kebutuhan kalori

Menteri Tenaga Kerja melalui Keputusan Nomor 51 tahun 1999 menetapkan

kategori beban kerja menurut kebutuhan kalori sebagai berikut:

a. beban kerja ringan : 100 – 200 Kilo kalori/jam

b. beban kerja sedang : > 200 – 350 Kilo kalori/jam

c. beban kerja berat : > 350 – 500 Kilo kalori/jam

Dalam menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan seseorang dalam melakukan

aktivitas pekerjaannya dapat menggunakan taksiran kebutuhan kalori menurut

jenis aktivitasnya.

4. Penilaian beban kerja berdasarkan denyut nadi kerja

Salah satu peralatan yang dapat digunakan untuk menghitung denyut nadi

adalah telemetri dengan menggunakan rangsangan Electro Cardio Graph (ECG),

dapat juga dicatat secara manual memakai stopwatch dengan metode 10 denyut.

Dengan metode tersebut dapat dihitung denyut nadi kerja sebagai berikut:

Rumus:

Denyut Nadi (denyut/menit) = 10 Denyut X 60

Waktu Penghitungan

Denyut nadi untuk mengestimasi indek beban kerja fisik terdiri dari:

a. denyut nadi istirahat : rerata denyut nadi sebelum pekerjaan dimulai

b. denyut nadi kerja : rerata denyut nadi selama kerja

c. nadi kerja : selisih antara denyut nadi istirahat dan denyut nadi

kerja

F. Waktu Kerja

Waktu kerja adalah waktu yang digunakan untuk bekerja.

Setiap pengusaha wajib melaksanakan ketentuan waktu kerja bagi pekerja yang

dipekerjakan.(12)

1. Waktu kerja siang hari

a. Tujuh jam dalam satu hari dan empat puluh jam dalam satu minggu untuk

enam hari kerja dalam satu minggu.

b. Delapan jam dalam satu hari dan empat puluh jam dalam satu minggu untuk

lima hari kerja dalam satu minggu.

2. Waktu kerja malam hari

a. Enam jam dalam satu hari dan tiga puluh jam dalam satu minggu untuk enam

hari kerja dalam satu minggu.

b. Tujuh jam dalam satu hari dan tiga puluh jam dalam satu minggu untuk lima

hari kerja dalam satu minggu.

3. Waktu kerja lembur

Tiga jam dalam satu hari dan empat belas jam dalam satu minggu.

waktu kerja siang hari untuk melakukan pekerjaan pada waktu istirahat mingguan

atau hari libur resmi yang ditetapkan.

G. Masa Kerja

Masa kerja biasanya dikaitkan dengan waktu mulai kerja pada saat ini.

Diasumsikan bahwa semakin lama seseorang bekerja pengalamannya semakin luas

atau semakin banyak. Lama kerja berkaitan erat dengan pengalaman-pengalaman

yang didapat selama menjalankan pekerjaannya. Mereka yang berpengalaman

dipandang lebih mampu dalam melaksanakan pekerjaannya. Makin lama dia

menekuni pekerjaannya maka kepandaian mereka akan lebih baik, karena sudah

menyesuaikan diri dengan pekerjaannya.(13)

H. Umur

Umur adalah lamanya kehidupan seseorang. Kondisi fisik seperti penglihatan,

pendengaran, dan kecepatan reaksi menurun sesudah usia 30 tahun atau lebih. Tenaga

kerja yang ada usia atau tua mungkin lebih berhati-hati, lebih dapat dipercaya dan

lebih menyadari akan bahaya dari pada tenaga kerja muda usia. Terdapat

kecenderungan bahwa beberapa jenis kecelakaan seperti terjatuh lebih sering terjadi

pada tenaga kerja ada usia atau tua dari pada tenaga kerja berusia sedang atau muda.

Juga angka beratnya kecelakaan rata-rata lebih meningkat mengikuti pertambahan

usia.

I. Alat Pelindung Diri

Alat pelindung diri (APD) adalah suatu alat perlengkapan tenaga kerja untuk

melindungi anggota badan dari bahaya yang ditimbulkan oleh keadaan kerja sebagai

akibat dari penggunaan pesawat, alat, mesin, bahan-bahan dan lainnya.(14)

Macam alat pelindung diri antara lain:(7)

1. Alat pelindung kepala

Alat ini untuk melindungi kepala dari bahaya terbentur dan terpukul yang dapat

menyebabkan luka, juga melindungi kepala dari panas, radiasi, api, dan bahan-

bahan kimia berbahaya, serta melindungi agar rambut tidak terjepit dalam mesin

yang berputar. Macamnya antara lain topi, helm.

2. Alat pelindung mata

Alat ini untuk melindungi mata dari kemungkinan kontak bahaya karena percikan

atau kemasukan debu, gas, uap cairan korosif, partikel melayang maupun radiasi

gelombang elektronagnetis. Macamnya antara lain kacamata dengan ataupun

tanpa pelindung samping, tameng muka.

3. Alat pelindung telinga

Alat ini untuk mengurangi intensitas suara yang masuk kedalam telinga.

Macamnya adalah sumbat telinga (ear plug) dan tutup telinga (ear muff).

4. Alat pelindung pernafasan

Alat ini untuk melindungi pernafasan terhadap gas, uap, debu, atau udara yang

terkontaminasi di tempat kerja yang bersifat racun, korosif maupun rangsangan.

Macamnya antara lain masker, respirator.

5. Alat pelindung tangan

Alat ini digunakan untuk melindungi tangan dari benda-benda tajam atau cidera

waktu kerja, bahaya terpapar bahan-bahan yang bersifat korosif, panas, dingin,

tajam ataupun kasar. Macamnya adalah sarung tangan.

J. Kelelahan Akibat Kerja

Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar

dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat.

Faktor-faktor penyebab kelelahan:(11)

1. Intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental.

2. Lingkungan (iklim, penerangan, kebisingan, getaran, dll)

3. Circadian rhythm.

4. Problem fisik (tanggung jawab, kekhawatiran, konflik)

5. Kenyerian dan kondisi kesehatan.

6. Nutrisi.

K. Analisa Kecelakaan

Analisa kecelakaan adalah upaya untuk mencari sebab kecelakaan. Analisa

kecelakaan dilakukan dengan mengadakan penyelidikan atau pemeriksaan terhadap

peristiwa kecelakaan. Kecelakaan harus secara tepat dan jelas diketahui bagaimana

dan mengapa terjadi.(15)

Maksud kecelakaan-kecelakaan yang diselidiki adalah:

1. Menentukan siapa yang bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan.

2. Mencegah terulangnya peristiwa yang serupa.

L. Pencegahan Kecelakaan Kerja

Kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan:(14)

1. Peraturan perundangan, yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai

kondisi-kondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan dan

pemeliharaan, pengawasan, pengujian, dan cara kerja peralatan industri, tugas-

tugas pengusaha dan buruh, latihan, supervisi medis, PPPK, dan pemeriksaan

kesehatan.

2. Standarisasi, yaitu penetapan standar-standar resmi, setengah resmi, tak resmi

mengenai misalnya konstruksi yang memenuhi syarat-syarat keselamatan jenis-

jenis peralatan industri tertentu, praktek-praktek keselamatan dan higene umum,

atau alat-alat perlindungan diri.

3. Pengawasan, yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan

perundang-undangan yang diwajibkan.

4. Penelitian bersifat teknik, yang meliputi sifat dan ciri-ciri bahan-bahan yang

berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-alat

perlindungan diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan debu, atau

penelaahan tentang bahan-bahan dan desain paling tepat untuk tambang-tambang

pengangkat dan peralatan pengangkat lainnya.

5. Riset medis, yang meliputi terutama penelitian tentang efek-efek fisiologis dan

patologis faktor-faktor lingkungan dan teknologis, dan keadaan-keadaan fisik

yang mengakibatkan kecelakaan.

6. Penelitian psikologis, yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang

menyebabkan terjadinya kecelakaan.

7. Penelitian secara statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi,

banyaknya, mengenai apa saja, dalam pekerjaan apa dan apa sebab-sebabnya.

8. Pendidikan, yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum teknik,

sekolah-sekolah perniagaan atau kursus-kursus pertukangan.

9. Latihan-latihan, yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya tenaga kerja

baru, dalam keselamatan kerja.

10. Penggairahan, yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan lain

untuk menimbulkan sikap untuk selamat.

11. Asuransi, yaitu insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan,

misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh perusahaan, jika

tindakan-tindakan keselamatan sangat baik.

12. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan, yang merupakan ukuran utama

efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja. Pada perusahaanlah kecelakaan-

kecelakaan terjadi, sedangkan pola-pola kecelakaan pada suatu perusahaan sangat

tergantung pada tingkat kesadaran akan keselamatan kerja oleh semua pihak yang

bersangkutan.

M. Kerangka Teori HIGENE KESELAMATAN

PERUSAHAAN KERJA

ANALISA KECELAKAAN KECELAKAAN KERJA Faktor Pekerjaan

waktu kerja beban kerja

Faktor Manusia kelelahan masa kerja umur pemakaian APD sikap dan tindakan

yang tidak aman Faktor Lingkungan Kerja

lingk. yang buruk (pencahayaan,kebisingan) mesin rusak bahan berbahaya ketidak cukupan

ketersediaan APD Sumber: Modifikasi dari 1, 3, 7, 9, 10,11, 12, 13,15 N. Kerangka Konsep Berdasarkan kerangka teori diatas maka bentuk kerangka konsep peneltitian dibuat

sebagai berikut :

Variabel Bebas

- Waktu Kerja - Masa Kerja - Umur - Pemakaian APD

- Kelelahan

Variabel Terikat kejadian kecelakaan kerja

Variabel Pengganggu

- Shiff kerja

- Jenis kelamin

- Jenis Pekerjaan

- Faktor lingk. kerja

Variabel pengganggu tidak diteliti karena hanya hubungan yang diteliti.

O. Hipotesa Penelitian

1. Ada hubungan antara waktu kerja dengan kejadian kecelakaan kerja di PT.

Luxindo Nusantara Semarang.

2. Ada hubungan antara masa kerja dengan kejadian kecelakaan kerja di PT.

Luxindo Nusantara Semarang.

3. Ada hubungan antara umur dengan kejadian kecelakaan kerja di PT. Luxindo

Nusantara Semarang.

4. Ada hubungan antara pemakaian APD dengan kejadian kecelakaan kerja di PT.

Luxindo Nusantara Semarang.

5. Ada hubungan antara kelelahan dengan kejadian kecelakaan kerja di PT. Luxindo

Nusantara Semarang.