BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5093/3/Ningamul...

19
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar 1. Pengertian Bahan Ajar Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar Depdiknas, 2008: 6). Menurut Widodo dan Jasmadi (2008: 40) bahan ajar merupakan seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisi materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Menurut Dikmenjur dalam Depdiknas (2008: 6) bahan ajar merupakan seperangkat materi pembelajaran yang disusun secara sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bahan ajar dapat didefinisikan sebagai seperangkat materi yang disusun dengan tampilan yang menarik dan sedemikian rupa sehingga memudahkan siswa untuk belajar secara mandiri. 2. Penyusunan Bahan Ajar Menurut Depdiknas (2008: 2) bahan ajar merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pembelajaran, melalui bahan ajar siswa dapat lebih terbantu dan mudah dalam belajar. Bahan ajar tidak hanya bermanfaat bagi Pengembangan Bahan Ajar..., Ningamul Anhar, FKIP UMP, 2014

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5093/3/Ningamul...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5093/3/Ningamul Anhar_BAB II.pdf · secara bertahap menuju arah yang rumit (kompleks) dari bilangan

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bahan Ajar

1. Pengertian Bahan Ajar

Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk

membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar

Depdiknas, 2008: 6). Menurut Widodo dan Jasmadi (2008: 40) bahan ajar

merupakan seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisi materi

pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang

didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan

yang diharapkan. Menurut Dikmenjur dalam Depdiknas (2008: 6) bahan

ajar merupakan seperangkat materi pembelajaran yang disusun secara

sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai

siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bahan ajar dapat

didefinisikan sebagai seperangkat materi yang disusun dengan tampilan

yang menarik dan sedemikian rupa sehingga memudahkan siswa untuk

belajar secara mandiri.

2. Penyusunan Bahan Ajar

Menurut Depdiknas (2008: 2) bahan ajar merupakan bagian penting

dalam pelaksanaan pembelajaran, melalui bahan ajar siswa dapat lebih

terbantu dan mudah dalam belajar. Bahan ajar tidak hanya bermanfaat bagi

Pengembangan Bahan Ajar..., Ningamul Anhar, FKIP UMP, 2014

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5093/3/Ningamul Anhar_BAB II.pdf · secara bertahap menuju arah yang rumit (kompleks) dari bilangan

7

siswa, namun juga bermanfaat bagi guru agar lebih sistematis dan terurut

dalam melaksanakan pembelajaran. Bahan ajar harus dikembangkan sesuai

dengan aturan-aturan pengembangan bahan ajar.

Menurut Widodo dan Jasmadi (2008: 42) rambu-rambu yang harus

dipatuhi dalam pembuatan bahan ajar adalah:

1) Bahan ajar harus disesuaikan dengan siswa yang sedang mengikuti

proses belajar mengajar.

2) Bahan ajar diharapkan mampu mengubah tingkah laku siswa.

3) Bahan ajar yang dikembangkan harus sesuai dengan kebutuhan dan

karakteristik diri siswa.

4) Di dalam bahan ajar telah mencakup tujuan kegiatan pembelajaran

yang spesifik.

5) Bahan ajar harus memuat materi pembelajaran secara rinci, baik

untuk kegiatan maupun latihan, untuk mendukung ketercapaian

tujuan.

6) Terdapat evaluasi sebagai umpan balik dan alat untuk mengukur

tingkat keberhasilan peserta didik.

Proses penyusunan materi pembelajaran dalam penulisan bahan

ajar, harus disusun secara sistematis sehingga bahan ajar tersebut dapat

menambah pengetahuan dan kompetensi siswa secara baik dan efektif.

Bahan ajar digunakan oleh guru untuk perencanaan dan penelaahan

implementasi pembelajaran.

Pengembangan Bahan Ajar..., Ningamul Anhar, FKIP UMP, 2014

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5093/3/Ningamul Anhar_BAB II.pdf · secara bertahap menuju arah yang rumit (kompleks) dari bilangan

8

Berdasarkan teknologi yang digunakan, media pembelajaran

dapat dikelompokkan menjadi empat kategori sebagai berikut

(Depdiknas, 2008: 11-15):

1) Bahan ajar cetak (printed), seperti: handout, buku diktat, lembar

kegiatan siswa (LKS), brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, dan

model/maket.

2) Bahan ajar dengar (audio), seperti: kaset, radio, piringan hitam, dan

compact disk audio.

3) Bahan ajar pandang dengar (audio visual), seperti: video compact

disk dan film.

4) Bahan ajar interaktif (interactive teaching material), seperti: CAI

(Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia

pembelajaran interktif, dan bahan ajar berbasis web (web based

learning materials).

Bahan ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran sangat

beraneka ragam, maka pengajar dapat memilih salah satu atau

beberapa diantaranya untuk digunakan dalam menyusun strategi

pembelajaran. Bahan ajar yang dikembangkan dalam penelitian

pengembangan ini adalah bahan ajar cetak berbentuk diktat.

B. Diktat

Diktat adalah catatan tertulis suatu mata pelajaran atau bidang studi

yang dipersiapkan guru untuk mempermudah/ memperkaya materi mata

Pengembangan Bahan Ajar..., Ningamul Anhar, FKIP UMP, 2014

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5093/3/Ningamul Anhar_BAB II.pdf · secara bertahap menuju arah yang rumit (kompleks) dari bilangan

9

pelajaran/ bidang studi yang disampaikan oleh guru dalam proses kegiatan

belajar mengajar. Dapat dikatakan bahwa diktat adalah buku yang diedarkan

dalam lingkup terbatas (umumnya hanya digunakan oleh guru yang membuat),

dalam bentuk yang lebih sederhana, cakupan isinya lebih sedikit.

Pada hakekatnya diktat adalah buku pelajaran yang masih mempunyai

keterbatasan, baik dalam jangkauan penggunaannya maupun cakupan isinya.

Yang membedakan diktat dengan buku pelajaran antara lain:

1. Diktat umumnya disusun oleh guru untuk keperluan mengajarnya

sendiri

2. Diperbanyak dan diedarkan secara terbatas

3. Cakupan isi diktat umumnya terbatas

4. Cukup banyak diktat setelah disempurnakan pada akhirnya menjadi

buku pelajaran. Sering dikatakan bahwa diktat adalah calon buku

pelajaran.

Dengan demikian kerangka isi diktat yang baik seharusnya tidak

berbeda dengan buku pelajaran. Namun karena masih digunakan di

kalangan sendiri, beberapa bagian isi seringkali ditiadakan. Bagian yang

seharusnya tetap tersaji pada suatu diktat adalah sebagai berikut:

a. Bagian Pendahuluan:

1. Daftar Isi

2. Penjelasan Tujuan Diktat Pelajaran

b. Bagian Isi:

1. Judul Bab atau Topik Isi Bahasan

Pengembangan Bahan Ajar..., Ningamul Anhar, FKIP UMP, 2014

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5093/3/Ningamul Anhar_BAB II.pdf · secara bertahap menuju arah yang rumit (kompleks) dari bilangan

10

2. Penjelasan Tujuan Bab

3. Uraian Isi Pelajaran

4. Penjelasan Teori

5. Sajian Contoh

c. Soal Latihan Bagian Penunjang

d. Daftar Pustaka

Dalam penyusunan diklat, perlu dilihat beberapa persyaratan. Persyaratan

dalam penyusunan diktat berkaitan dengan:

a. Keamanan nasional

Isi, cara penyajian, bahasa, dan ilustrasi dalam buku diktat selaras dan

tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

b. Isi diktat

Dalam menyusun isi diktat sebaiknya memuat sekurang-kurangnya

bahan pelajaran minimal yang harus dikuasai siswa sesuai dengan

kurikulum yang berlaku.

c. Cara penyajian

1) Urutan uraian teratur

2) Penahapan penyajian

3) Sederhana ke kompleks

4) Mudah ke sukar/ sulit

5) Saling memperkuat bahan kajian terkait

6) Menarik minat dan perhatian siswa

Pengembangan Bahan Ajar..., Ningamul Anhar, FKIP UMP, 2014

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5093/3/Ningamul Anhar_BAB II.pdf · secara bertahap menuju arah yang rumit (kompleks) dari bilangan

11

7) Menantang dan merangsang siswa untuk mempelajari diktat

8) Pengorgasisasian dan sistematika penulisan memperhatikan aspek

kemampuan siswa

d. Bahasa yang digunakan

9) Menggunakan Bahasa Indonesia yang benar dan baku

10) Kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat kematangan dan

perkembangan siswa

11) Istilah, kata-kata, dan simbol-simbol dapat mempermudah

pemahaman siswa

12) Menggunakan transliterasi yang telah dibakukan

e. Ilustrasi

13) Relevan dengan isi buku pelajaran yang bersangkutan

14) Tidak mengganggu kesinambungan antarkalimat, antarparagraf,

dan bagian dari keseluruhan isi buku

15) Jelas, baik, dan esensial untuk membantu siswa dalam memahami

konsep

C. Matematika

Matematika (dari bahasa Yunani mathematike) berarti “relating to

learning” mempunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu.

Kata mathematike berhubungan erat dengan sebuah kata lain yang serupa,

yaitu mathanein yang berarti belajar (Suherman, 2003: 15). Russel (dalam

Uno dan Umar, 2009: 108) mendefinisikan bahwa matematika sebagai suatu

Pengembangan Bahan Ajar..., Ningamul Anhar, FKIP UMP, 2014

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5093/3/Ningamul Anhar_BAB II.pdf · secara bertahap menuju arah yang rumit (kompleks) dari bilangan

12

studi yang dimulai dari pengkajian bagian-bagian yang sangat dikenal menuju

arah yang tidak dikenal. Arah yang dikenal itu tersusun baik (konstruktif),

secara bertahap menuju arah yang rumit (kompleks) dari bilangan bulat ke

bilangan pecahan, bilangan riil ke bilangan kompleks, dari penjumlahan dan

perkalian ke diferensial dan integral, menuju matematika yang lebih tinggi.

Pembelajaran matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan

berkomunikasi dengan menggunakan simbol-simbol serta ketajaman

penalaran yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan

permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

D. Materi Barisan dan Deret

Barisan dan Deret merupakan salah satu materi yang diajarkan pada

jenjang SMK sesuai dengan standar isi tahun 2006, dengan Standar

Kompetensi (SK) materi Barisan dan Deret kelas X adalah menerapkan

barisan dan deret dalam pemecahan masalah. Kompetensi Dasar (KD) dari

Standar Kompetensi materi Barisan dan Deret kelas X antara lain:

1. Mengidentifikasi pola, barisan dan deret bilangan

2. Menerapkan konsep barisan dan deret aritmatika

3. Menerapkan konsep barisan dan deret geometri

Berdasarkan SK dan KD di atas, peneliti merumuskan beberapa

indikator, yaitu:

1. Menuliskan rumus suku ke-n suatu barisan bilangan.

2. Mengubah notasi jumlah suatu deret dalam notasi sigma.

Pengembangan Bahan Ajar..., Ningamul Anhar, FKIP UMP, 2014

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5093/3/Ningamul Anhar_BAB II.pdf · secara bertahap menuju arah yang rumit (kompleks) dari bilangan

13

3. Menentukan rumus suku ke-n barisan aritmatika.

4. Menentukan rumus jumlah suku ke-n deret aritmatika.

5. Menentukan rumus suku ke-n barisan geometri.

6. Menentukan rumus jumlah suku ke-n deret geometri.

7. Menentukan jumlah suku geometri sampai suku tak hingga.

8. Menyikapi suatu masalah dengan melihat pola permasalahan.

Dari indikator-indikator tersebut, nantinya akan digunakan

sebagai dasar dalam pengembangan bahan ajar berbentuk diktat

matematika untuk SMA kelas X pada materi Barisan dan Deret di SMK

yang meliputi materi pola bilangan, barisan dan deret; barisan dan deret

aritmatika; barisan dan deret geometri; deret geometri tak hingga. Dalam

penelitian ini akan dikembangkan bahan ajar berbentuk diktat dengan

pendekatan kontekstual.

E. Model Pengembangan Buku Diktat

Dalam penelitian pengembangan ini menggunakan model

pengembangan ADDIE. Model pengembangan ADDIE adalah model

perencanaan pembelajaran yang efektif dan efisien serta prosesnya bersifat

interaktif, dimana hasil evaluasi setiap fase dapat membawa pengembangan

pembelajaran ke fase sebelumnya. Menurut Pribadi (2009: 127-137) model

pengembangan ADDIE terdiri atas 5 tahapan, yaitu:

Pengembangan Bahan Ajar..., Ningamul Anhar, FKIP UMP, 2014

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5093/3/Ningamul Anhar_BAB II.pdf · secara bertahap menuju arah yang rumit (kompleks) dari bilangan

14

1. Tahap Analisis (Analisys)

Tahap ini merupakan dasar dari semua tahapan lainnya. Pada

tahap analisis dilakukan analisis kurikulum, analisis bahan ajar, dan

analisis karakteristik siswa.

2. Tahap Desain (Design)

Tahap ini terdiri dari kegiatan penyusunan garis-garis besar isi

pembelajaran.

3. Tahap Pengembangan (Development)

Tahap ini terdiri dari kegiatan pembuatan teks, grafik, audio,

visual, dan animasi. Selanjutnya dilakukan proses pemrograman

dengan authoring tools, pengemasan, dan penyuntingan.

4. Tahap Implementasi (Implementation)

Tahap implementasi terdiri dari kegiatan uji coba pemanfaatan

produk pengembangan, penyempurnaan atau revisi dan penggandaan.

5. Tahap Evaluasi (Evaluation)

Pada tahap ini efisiensi dan efektifitas pembelajaran diukur

melalui kegiatan penilaian untuk mengukur validitas produk, bisa

berupa evaluasi formatif yang mencakup, observasi, interview, dan

angket. Proses penilaian, termasuk dinilai manfaatnya atau

pengaruhnya.

Pengembangan Bahan Ajar..., Ningamul Anhar, FKIP UMP, 2014

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5093/3/Ningamul Anhar_BAB II.pdf · secara bertahap menuju arah yang rumit (kompleks) dari bilangan

15

F. Penilaian Kualitas Diktat

Menurut Nieveen (1999: 127-128) penilaian kualitas produk

pendesainan, pengembangan dan pengevaluasian produk harus memenuhi

kriteria valid, praktis, dan efektif. Aspek validitas meliputi 2 hal yaitu: 1)

apakah produk yang dikembangkan berdasarkan rasional teoritik yang kuat, 2)

apakah terdapat konsistensi internal antara komponen-komponen produk.

Aspek kepraktisan meliputi 2 hal yaitu: 1) apakah para ahli dan praktisi

menyatakan produk yang dikembangkan dapat diterapkan, 2) apakah secara

nyata di lapangan, produk yang dikembangkan dapat diterapkan. Aspek

keefektifan meliputi 2 hal yaitu: 1) apakah para ahli dan praktisi menyatakan

bahwa produk tersebut efektif, 2) apakah dalam operasionalnya model tersebut

memberikan hasil yang sesuai dengan harapan. Dalam penelitian

pengembangan ini, kualitas diktat dinilai dari:

1) Aspek Kevalidan

Diktat dikatakan valid jika memenuhi kriteria, yaitu: hasil

penilaian validator menyatakan bahwa diktat dinyatakan valid dengan

revisi atau tanpa revisi, berdasarkan pada landasan teoritik yang kuat.

Diktat matematika dengan pendekatan kontekstual dikembangkan

dengan memenuhi aspek yang terkandung dalam pendekatan

kontekstual dan penyusunan diktat yang baik. Aspek yang harus

dipenuhi dalam diktat ini adalah aspek: (1) pendekatan kontekstual; (2)

kelayakan isi; (3) kelayakan bahasa; (4) kelayakan penyajian, dan (5)

kelayakan grafika.

Pengembangan Bahan Ajar..., Ningamul Anhar, FKIP UMP, 2014

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5093/3/Ningamul Anhar_BAB II.pdf · secara bertahap menuju arah yang rumit (kompleks) dari bilangan

16

2) Aspek Kepraktisan

Diktat dikatakan praktis jika memenuhi kriteria yaitu para

responden menyatakan bahwa diktat dapat diterapkan di kelas dan

bermanfaat.

3) Aspek Keefektifan

Diktat dikatakan efektif jika memenuhi kriteria yaitu presentase

ketuntasan hasil belajar siswa termasuk dalam kategori tinggi atau

lebih dari 66%.

G. Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual

a. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual adalah suatu strategi pembelajaran

yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk

dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya

dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat

menerapkannya dalam kehidupan mereka (Sanjaya, 2006: 255).

Masalah kontekstual sangat baik digunakan di awal pembelajaran

suatu topik yang baru yang diharapkan agar anak didik dapat ditantang

untuk membangun atau menemukan sendiri suatu cara atau suatu

pengertian atau sifat tertentu (Soedjadi, 2007: 43).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

kontekstual merupakan suatu strategi pembelajaran yang membantu

guru untuk menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh

Pengembangan Bahan Ajar..., Ningamul Anhar, FKIP UMP, 2014

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5093/3/Ningamul Anhar_BAB II.pdf · secara bertahap menuju arah yang rumit (kompleks) dari bilangan

17

agar dapat ditantang untuk membangun atau menemukan sendiri suatu

cara atau suatu pengertian atau sifat tertentu sehingga mendorong

siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajari dengan

penerapannya dalam kehidupan para siswa sebagai anggota keluarga

dan masyarakat.

Menurut Sanjaya (2006: 256) terdapat lima karakteristik

penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan

kontekstual diantaranya:

1) Mengaktifkan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik

(activing knowledge).

2) Memperoleh pengetahuan baru (acquiring knowledge).

3) Memahami pengetahuan (understanding knowledge).

4) Menerapkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying

knowledge).

5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi

pengembangan pengetahuan tersebut.

b. Komponen-komponen dalam Pembelajaran Kontekstual

Menurut Sanjaya (2006: 263-268) ada tujuh komponen utama

pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di

kelas yaitu konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning),

menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community),

pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya

Pengembangan Bahan Ajar..., Ningamul Anhar, FKIP UMP, 2014

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5093/3/Ningamul Anhar_BAB II.pdf · secara bertahap menuju arah yang rumit (kompleks) dari bilangan

18

(authentic assessment). Ketujuh komponen tersebut dapat dijabarkan

sebagai berikut:

1) Konstruktivisme (Constructivism)

Komponen ini merupakan landasan berpikir pembelajaran

kontekstual. Konstruktivisme adalah proses membangun atau

menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa

berdasarkan pengalaman. Dalam konstruktivisme, pengetahuan itu

memang berasal dari luar, akan tetapi dikontruksi oleh dan dari

dalam diri seseorang. Oleh sebab itu pengetahuan terbentuk oleh

dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan

dan kemampuan subjek untuk mengintepretasi objek tersebut.

Pembelajaran kontekstual pada dasarnya mendorong agar

siswa bisa mengkonstruksi pengetahuannya melalui proses

pengamatan dan pengalaman. Karena pengetahuan hanya akan

fungsional manakala dibangun oleh individu. Pengetahuan yang

hanya diberikan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna.

Atas dasar asumsi yang mendasar itulah, maka penerapan asas

konstruktivisme dengan pendekatan kontekstual, siswa didorong

untuk mampu mengkonstruksi pengetahuan sendiri melalui

pengalaman nyata.

2) Bertanya (Questioning)

Komponen ini merupakan strategi utama pembelajaran

dengan pendekatan kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran

Pengembangan Bahan Ajar..., Ningamul Anhar, FKIP UMP, 2014

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5093/3/Ningamul Anhar_BAB II.pdf · secara bertahap menuju arah yang rumit (kompleks) dari bilangan

19

dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing,

sekaligus mengetahui perkembangan kemampuan berpikir siswa.

Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam

melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiri yaitu menggali

informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan

mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.

3) Menemukan (Inquiry)

Komponen menemukan merupakan kegiatan inti dari

pembelajaran kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang

diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat

fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Oleh karena itu,

guru diharapkan dapat merancang kegiatan yang merujuk pada

kegiatan menemukan.

4) Masyarakat Belajar (Learning community)

Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil

pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain.

Dalam kelas dengan pendekatan kontekstual, penerapan komponen

masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan

pembelajaran melalui kelompok-kelompok yang anggotanya

sedapat mungkin yang heterogen dalam segala hal. Sehingga hasil

belajar diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok, dan

antara tahu ke yang belum tahu. Masyarakat belajar bisa tercipta

apabila ada proses komunikasi dua arah.

Pengembangan Bahan Ajar..., Ningamul Anhar, FKIP UMP, 2014

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5093/3/Ningamul Anhar_BAB II.pdf · secara bertahap menuju arah yang rumit (kompleks) dari bilangan

20

5) Pemodelan (Modeling)

Komponen ini menyarankan bahwa pembelajaran

pengetahuan dan keterampilan tertentu diikuti dengan model yang

bisa ditiru. Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi, pemberian

contoh tentang konsep atau aktivitas belajar. Dengan kata lain,

model tersebut dapat berupa contoh cara mengerjakan sesuatu, cara

melukis bangun-bangun geometri, dan lain sebagainya. Pada

prinsipnya, dalam sebuah pembelajaran selalu ada model yang

dapat ditiru. Proses modeling tidak terbatas dari guru saja, akan

tetapi dapat juga guru memanfaatkan siswa yang dianggap

memiliki kemampuan.

6) Refleksi (Reflection)

Refleksi juga bagian penting dalam pembelajaran dengan

pendekatan kontekstual. Refleksi adalah cara berpikir tentang apa

yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa yang

sudah kita lakukan. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian,

aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Refleksi adalah

berpikir kembali tentang materi yang baru dipelajari, merenungkan

lagi aktivitas yang telah dilakukan atau mengevaluasi kembali

bagaimana belajar yang telah dilakukan. Pada akhir pembelajaran,

guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi.

Realisasinya dapat berupa pernyataan langsung tentang apa-apa

Pengembangan Bahan Ajar..., Ningamul Anhar, FKIP UMP, 2014

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5093/3/Ningamul Anhar_BAB II.pdf · secara bertahap menuju arah yang rumit (kompleks) dari bilangan

21

yang diperolehnya hari itu, membuat rangkuman, kesan dan saran

siswa mengenai pembelajaran hari itu.

7) Penilaian Nyata (Authentic assessment)

Penilaian (assessment) adalah proses pengumpulan data

yang dapat memberikan gambaran tentang perkembangan belajar

siswa. Gambaran perkembangan siswa perlu diketahui oleh guru

agar dapat memastikan bahwa siswa mengalami proses

pembelajaran yang benar. Penilaian bukan hanya sekedar untuk

mencari informasi tentang hasil belajar siswa tetapi juga

mengetahui bagaimana prosesnya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran dengan pendekatan kontekstual adalah suatu

pembelajaran yang mengaitkan materi yang diajarkan dengan

situasi dunia nyata siswa kemudian membimbing siswa untuk

dapat menemukan dan memahami konsep materi yang dipelajari

dengan menggunakan tujuh komponen utama yaitu

konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning),

menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community),

pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian

sebenarnya (authentic assessment).

Pengembangan Bahan Ajar..., Ningamul Anhar, FKIP UMP, 2014

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5093/3/Ningamul Anhar_BAB II.pdf · secara bertahap menuju arah yang rumit (kompleks) dari bilangan

22

H. Kerangka Berpikir

Dalam pembelajaran matematika siswa dituntut untuk aktif dalam

proses pembelajaran serta memahami konsep dari materi yang dipelajari.

Siswa harus memiliki kemandirian dalam belajar sehingga pembelajaran

berlangsung aktif, kreatif, mandiri, dan efektif. Kenyataannya di lapangan

dalam pembelajaran matematika, beberapa kegiatan masih menggunakan

pendekatan yang memusatkan pembelajaran pada guru sehingga banyak

siswa yang merasa enggan untuk bertanya pada guru.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan

keaktifan, kekreatifan, dan kemandirian siswa adalah memanfaatkan diktat

dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan diktat

dapat menfasilitasi kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan

pembelajaran. Oleh karena itu diktat disusun dan dikembangkan sedemikian

rupa sehingga dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam proses

pembelajaran.

Dalam penelitian ini akan disusun diktat berdasarkan pendekatan

kontekstual. Pengembangan diktat ini mengikuti langkah-langkah penyusunan

diktat dengan memperhatikan tujuh komponen utama pembelajaran

kontekstual, yaitu konstruktivisme (constructivism), menemukan (inquiry),

bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan

(modeling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic

assessment). Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk mengetahui cara

Pengembangan Bahan Ajar..., Ningamul Anhar, FKIP UMP, 2014

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5093/3/Ningamul Anhar_BAB II.pdf · secara bertahap menuju arah yang rumit (kompleks) dari bilangan

23

mengembangkan diktat dengan pendekatan kontekstual dan mengetahui

kualitas diktat berdasarkan aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan.

Dari uraian di atas, pengembangan diktat matematika untuk SMK

kelas X dengan pendekatan kontekstual ini penting karena untuk

meningkatkan keaktifan dan kemandirian siswa dalam proses pembelajaran,

mempermudah pemahaman siswa terhadap konsep dan materi matematika,

serta membantu siswa mencapai standar ketuntasan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) sehingga dapat digunakan sebagai sumber belajar

siswa baik di sekolah maupun di rumah. Jika disajikan dengan suatu bagan,

maka kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pengembangan Bahan Ajar..., Ningamul Anhar, FKIP UMP, 2014

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5093/3/Ningamul Anhar_BAB II.pdf · secara bertahap menuju arah yang rumit (kompleks) dari bilangan

24

Diagram 2.1 Alur Kerangka Berpikir

Siswa SMK kelas X

MASALAH

Masih terbatasnya bahan ajar yang

dikembangkan dengan pendekatan

kontekstual

Pemahaman konsep siswa masih

relatif kurang

Menyusun diktat dengan

pendekatan kontekstual

SOLUSI

ALASAN

Siswa dapat belajar mandiri

di sekolah maupun di luar

sekolah

Mendorong siswa meningkatkan

kemampuan dan menguasai

pemahaman konsep

Meningkatkan prestasi

belajar siswa SMK kelas X

Pengembangan Bahan Ajar..., Ningamul Anhar, FKIP UMP, 2014