BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5093/3/Ningamul...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar - repository.ump.ac.idrepository.ump.ac.id/5093/3/Ningamul...
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bahan Ajar
1. Pengertian Bahan Ajar
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk
membantu guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar
Depdiknas, 2008: 6). Menurut Widodo dan Jasmadi (2008: 40) bahan ajar
merupakan seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisi materi
pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang
didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan
yang diharapkan. Menurut Dikmenjur dalam Depdiknas (2008: 6) bahan
ajar merupakan seperangkat materi pembelajaran yang disusun secara
sistematis, menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai
siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa bahan ajar dapat
didefinisikan sebagai seperangkat materi yang disusun dengan tampilan
yang menarik dan sedemikian rupa sehingga memudahkan siswa untuk
belajar secara mandiri.
2. Penyusunan Bahan Ajar
Menurut Depdiknas (2008: 2) bahan ajar merupakan bagian penting
dalam pelaksanaan pembelajaran, melalui bahan ajar siswa dapat lebih
terbantu dan mudah dalam belajar. Bahan ajar tidak hanya bermanfaat bagi
Pengembangan Bahan Ajar..., Ningamul Anhar, FKIP UMP, 2014
7
siswa, namun juga bermanfaat bagi guru agar lebih sistematis dan terurut
dalam melaksanakan pembelajaran. Bahan ajar harus dikembangkan sesuai
dengan aturan-aturan pengembangan bahan ajar.
Menurut Widodo dan Jasmadi (2008: 42) rambu-rambu yang harus
dipatuhi dalam pembuatan bahan ajar adalah:
1) Bahan ajar harus disesuaikan dengan siswa yang sedang mengikuti
proses belajar mengajar.
2) Bahan ajar diharapkan mampu mengubah tingkah laku siswa.
3) Bahan ajar yang dikembangkan harus sesuai dengan kebutuhan dan
karakteristik diri siswa.
4) Di dalam bahan ajar telah mencakup tujuan kegiatan pembelajaran
yang spesifik.
5) Bahan ajar harus memuat materi pembelajaran secara rinci, baik
untuk kegiatan maupun latihan, untuk mendukung ketercapaian
tujuan.
6) Terdapat evaluasi sebagai umpan balik dan alat untuk mengukur
tingkat keberhasilan peserta didik.
Proses penyusunan materi pembelajaran dalam penulisan bahan
ajar, harus disusun secara sistematis sehingga bahan ajar tersebut dapat
menambah pengetahuan dan kompetensi siswa secara baik dan efektif.
Bahan ajar digunakan oleh guru untuk perencanaan dan penelaahan
implementasi pembelajaran.
Pengembangan Bahan Ajar..., Ningamul Anhar, FKIP UMP, 2014
8
Berdasarkan teknologi yang digunakan, media pembelajaran
dapat dikelompokkan menjadi empat kategori sebagai berikut
(Depdiknas, 2008: 11-15):
1) Bahan ajar cetak (printed), seperti: handout, buku diktat, lembar
kegiatan siswa (LKS), brosur, leaflet, wallchart, foto/gambar, dan
model/maket.
2) Bahan ajar dengar (audio), seperti: kaset, radio, piringan hitam, dan
compact disk audio.
3) Bahan ajar pandang dengar (audio visual), seperti: video compact
disk dan film.
4) Bahan ajar interaktif (interactive teaching material), seperti: CAI
(Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia
pembelajaran interktif, dan bahan ajar berbasis web (web based
learning materials).
Bahan ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran sangat
beraneka ragam, maka pengajar dapat memilih salah satu atau
beberapa diantaranya untuk digunakan dalam menyusun strategi
pembelajaran. Bahan ajar yang dikembangkan dalam penelitian
pengembangan ini adalah bahan ajar cetak berbentuk diktat.
B. Diktat
Diktat adalah catatan tertulis suatu mata pelajaran atau bidang studi
yang dipersiapkan guru untuk mempermudah/ memperkaya materi mata
Pengembangan Bahan Ajar..., Ningamul Anhar, FKIP UMP, 2014
9
pelajaran/ bidang studi yang disampaikan oleh guru dalam proses kegiatan
belajar mengajar. Dapat dikatakan bahwa diktat adalah buku yang diedarkan
dalam lingkup terbatas (umumnya hanya digunakan oleh guru yang membuat),
dalam bentuk yang lebih sederhana, cakupan isinya lebih sedikit.
Pada hakekatnya diktat adalah buku pelajaran yang masih mempunyai
keterbatasan, baik dalam jangkauan penggunaannya maupun cakupan isinya.
Yang membedakan diktat dengan buku pelajaran antara lain:
1. Diktat umumnya disusun oleh guru untuk keperluan mengajarnya
sendiri
2. Diperbanyak dan diedarkan secara terbatas
3. Cakupan isi diktat umumnya terbatas
4. Cukup banyak diktat setelah disempurnakan pada akhirnya menjadi
buku pelajaran. Sering dikatakan bahwa diktat adalah calon buku
pelajaran.
Dengan demikian kerangka isi diktat yang baik seharusnya tidak
berbeda dengan buku pelajaran. Namun karena masih digunakan di
kalangan sendiri, beberapa bagian isi seringkali ditiadakan. Bagian yang
seharusnya tetap tersaji pada suatu diktat adalah sebagai berikut:
a. Bagian Pendahuluan:
1. Daftar Isi
2. Penjelasan Tujuan Diktat Pelajaran
b. Bagian Isi:
1. Judul Bab atau Topik Isi Bahasan
Pengembangan Bahan Ajar..., Ningamul Anhar, FKIP UMP, 2014
10
2. Penjelasan Tujuan Bab
3. Uraian Isi Pelajaran
4. Penjelasan Teori
5. Sajian Contoh
c. Soal Latihan Bagian Penunjang
d. Daftar Pustaka
Dalam penyusunan diklat, perlu dilihat beberapa persyaratan. Persyaratan
dalam penyusunan diktat berkaitan dengan:
a. Keamanan nasional
Isi, cara penyajian, bahasa, dan ilustrasi dalam buku diktat selaras dan
tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
b. Isi diktat
Dalam menyusun isi diktat sebaiknya memuat sekurang-kurangnya
bahan pelajaran minimal yang harus dikuasai siswa sesuai dengan
kurikulum yang berlaku.
c. Cara penyajian
1) Urutan uraian teratur
2) Penahapan penyajian
3) Sederhana ke kompleks
4) Mudah ke sukar/ sulit
5) Saling memperkuat bahan kajian terkait
6) Menarik minat dan perhatian siswa
Pengembangan Bahan Ajar..., Ningamul Anhar, FKIP UMP, 2014
11
7) Menantang dan merangsang siswa untuk mempelajari diktat
8) Pengorgasisasian dan sistematika penulisan memperhatikan aspek
kemampuan siswa
d. Bahasa yang digunakan
9) Menggunakan Bahasa Indonesia yang benar dan baku
10) Kalimat yang digunakan sesuai dengan tingkat kematangan dan
perkembangan siswa
11) Istilah, kata-kata, dan simbol-simbol dapat mempermudah
pemahaman siswa
12) Menggunakan transliterasi yang telah dibakukan
e. Ilustrasi
13) Relevan dengan isi buku pelajaran yang bersangkutan
14) Tidak mengganggu kesinambungan antarkalimat, antarparagraf,
dan bagian dari keseluruhan isi buku
15) Jelas, baik, dan esensial untuk membantu siswa dalam memahami
konsep
C. Matematika
Matematika (dari bahasa Yunani mathematike) berarti “relating to
learning” mempunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu.
Kata mathematike berhubungan erat dengan sebuah kata lain yang serupa,
yaitu mathanein yang berarti belajar (Suherman, 2003: 15). Russel (dalam
Uno dan Umar, 2009: 108) mendefinisikan bahwa matematika sebagai suatu
Pengembangan Bahan Ajar..., Ningamul Anhar, FKIP UMP, 2014
12
studi yang dimulai dari pengkajian bagian-bagian yang sangat dikenal menuju
arah yang tidak dikenal. Arah yang dikenal itu tersusun baik (konstruktif),
secara bertahap menuju arah yang rumit (kompleks) dari bilangan bulat ke
bilangan pecahan, bilangan riil ke bilangan kompleks, dari penjumlahan dan
perkalian ke diferensial dan integral, menuju matematika yang lebih tinggi.
Pembelajaran matematika berfungsi untuk mengembangkan kemampuan
berkomunikasi dengan menggunakan simbol-simbol serta ketajaman
penalaran yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan
permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.
D. Materi Barisan dan Deret
Barisan dan Deret merupakan salah satu materi yang diajarkan pada
jenjang SMK sesuai dengan standar isi tahun 2006, dengan Standar
Kompetensi (SK) materi Barisan dan Deret kelas X adalah menerapkan
barisan dan deret dalam pemecahan masalah. Kompetensi Dasar (KD) dari
Standar Kompetensi materi Barisan dan Deret kelas X antara lain:
1. Mengidentifikasi pola, barisan dan deret bilangan
2. Menerapkan konsep barisan dan deret aritmatika
3. Menerapkan konsep barisan dan deret geometri
Berdasarkan SK dan KD di atas, peneliti merumuskan beberapa
indikator, yaitu:
1. Menuliskan rumus suku ke-n suatu barisan bilangan.
2. Mengubah notasi jumlah suatu deret dalam notasi sigma.
Pengembangan Bahan Ajar..., Ningamul Anhar, FKIP UMP, 2014
13
3. Menentukan rumus suku ke-n barisan aritmatika.
4. Menentukan rumus jumlah suku ke-n deret aritmatika.
5. Menentukan rumus suku ke-n barisan geometri.
6. Menentukan rumus jumlah suku ke-n deret geometri.
7. Menentukan jumlah suku geometri sampai suku tak hingga.
8. Menyikapi suatu masalah dengan melihat pola permasalahan.
Dari indikator-indikator tersebut, nantinya akan digunakan
sebagai dasar dalam pengembangan bahan ajar berbentuk diktat
matematika untuk SMA kelas X pada materi Barisan dan Deret di SMK
yang meliputi materi pola bilangan, barisan dan deret; barisan dan deret
aritmatika; barisan dan deret geometri; deret geometri tak hingga. Dalam
penelitian ini akan dikembangkan bahan ajar berbentuk diktat dengan
pendekatan kontekstual.
E. Model Pengembangan Buku Diktat
Dalam penelitian pengembangan ini menggunakan model
pengembangan ADDIE. Model pengembangan ADDIE adalah model
perencanaan pembelajaran yang efektif dan efisien serta prosesnya bersifat
interaktif, dimana hasil evaluasi setiap fase dapat membawa pengembangan
pembelajaran ke fase sebelumnya. Menurut Pribadi (2009: 127-137) model
pengembangan ADDIE terdiri atas 5 tahapan, yaitu:
Pengembangan Bahan Ajar..., Ningamul Anhar, FKIP UMP, 2014
14
1. Tahap Analisis (Analisys)
Tahap ini merupakan dasar dari semua tahapan lainnya. Pada
tahap analisis dilakukan analisis kurikulum, analisis bahan ajar, dan
analisis karakteristik siswa.
2. Tahap Desain (Design)
Tahap ini terdiri dari kegiatan penyusunan garis-garis besar isi
pembelajaran.
3. Tahap Pengembangan (Development)
Tahap ini terdiri dari kegiatan pembuatan teks, grafik, audio,
visual, dan animasi. Selanjutnya dilakukan proses pemrograman
dengan authoring tools, pengemasan, dan penyuntingan.
4. Tahap Implementasi (Implementation)
Tahap implementasi terdiri dari kegiatan uji coba pemanfaatan
produk pengembangan, penyempurnaan atau revisi dan penggandaan.
5. Tahap Evaluasi (Evaluation)
Pada tahap ini efisiensi dan efektifitas pembelajaran diukur
melalui kegiatan penilaian untuk mengukur validitas produk, bisa
berupa evaluasi formatif yang mencakup, observasi, interview, dan
angket. Proses penilaian, termasuk dinilai manfaatnya atau
pengaruhnya.
Pengembangan Bahan Ajar..., Ningamul Anhar, FKIP UMP, 2014
15
F. Penilaian Kualitas Diktat
Menurut Nieveen (1999: 127-128) penilaian kualitas produk
pendesainan, pengembangan dan pengevaluasian produk harus memenuhi
kriteria valid, praktis, dan efektif. Aspek validitas meliputi 2 hal yaitu: 1)
apakah produk yang dikembangkan berdasarkan rasional teoritik yang kuat, 2)
apakah terdapat konsistensi internal antara komponen-komponen produk.
Aspek kepraktisan meliputi 2 hal yaitu: 1) apakah para ahli dan praktisi
menyatakan produk yang dikembangkan dapat diterapkan, 2) apakah secara
nyata di lapangan, produk yang dikembangkan dapat diterapkan. Aspek
keefektifan meliputi 2 hal yaitu: 1) apakah para ahli dan praktisi menyatakan
bahwa produk tersebut efektif, 2) apakah dalam operasionalnya model tersebut
memberikan hasil yang sesuai dengan harapan. Dalam penelitian
pengembangan ini, kualitas diktat dinilai dari:
1) Aspek Kevalidan
Diktat dikatakan valid jika memenuhi kriteria, yaitu: hasil
penilaian validator menyatakan bahwa diktat dinyatakan valid dengan
revisi atau tanpa revisi, berdasarkan pada landasan teoritik yang kuat.
Diktat matematika dengan pendekatan kontekstual dikembangkan
dengan memenuhi aspek yang terkandung dalam pendekatan
kontekstual dan penyusunan diktat yang baik. Aspek yang harus
dipenuhi dalam diktat ini adalah aspek: (1) pendekatan kontekstual; (2)
kelayakan isi; (3) kelayakan bahasa; (4) kelayakan penyajian, dan (5)
kelayakan grafika.
Pengembangan Bahan Ajar..., Ningamul Anhar, FKIP UMP, 2014
16
2) Aspek Kepraktisan
Diktat dikatakan praktis jika memenuhi kriteria yaitu para
responden menyatakan bahwa diktat dapat diterapkan di kelas dan
bermanfaat.
3) Aspek Keefektifan
Diktat dikatakan efektif jika memenuhi kriteria yaitu presentase
ketuntasan hasil belajar siswa termasuk dalam kategori tinggi atau
lebih dari 66%.
G. Pembelajaran dengan Pendekatan Kontekstual
a. Konsep Dasar Strategi Pembelajaran Kontekstual
Pembelajaran kontekstual adalah suatu strategi pembelajaran
yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk
dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya
dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat
menerapkannya dalam kehidupan mereka (Sanjaya, 2006: 255).
Masalah kontekstual sangat baik digunakan di awal pembelajaran
suatu topik yang baru yang diharapkan agar anak didik dapat ditantang
untuk membangun atau menemukan sendiri suatu cara atau suatu
pengertian atau sifat tertentu (Soedjadi, 2007: 43).
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
kontekstual merupakan suatu strategi pembelajaran yang membantu
guru untuk menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh
Pengembangan Bahan Ajar..., Ningamul Anhar, FKIP UMP, 2014
17
agar dapat ditantang untuk membangun atau menemukan sendiri suatu
cara atau suatu pengertian atau sifat tertentu sehingga mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dipelajari dengan
penerapannya dalam kehidupan para siswa sebagai anggota keluarga
dan masyarakat.
Menurut Sanjaya (2006: 256) terdapat lima karakteristik
penting dalam proses pembelajaran yang menggunakan pendekatan
kontekstual diantaranya:
1) Mengaktifkan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik
(activing knowledge).
2) Memperoleh pengetahuan baru (acquiring knowledge).
3) Memahami pengetahuan (understanding knowledge).
4) Menerapkan pengetahuan dan pengalaman tersebut (applying
knowledge).
5) Melakukan refleksi (reflecting knowledge) terhadap strategi
pengembangan pengetahuan tersebut.
b. Komponen-komponen dalam Pembelajaran Kontekstual
Menurut Sanjaya (2006: 263-268) ada tujuh komponen utama
pembelajaran yang mendasari penerapan pembelajaran kontekstual di
kelas yaitu konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning),
menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community),
pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya
Pengembangan Bahan Ajar..., Ningamul Anhar, FKIP UMP, 2014
18
(authentic assessment). Ketujuh komponen tersebut dapat dijabarkan
sebagai berikut:
1) Konstruktivisme (Constructivism)
Komponen ini merupakan landasan berpikir pembelajaran
kontekstual. Konstruktivisme adalah proses membangun atau
menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa
berdasarkan pengalaman. Dalam konstruktivisme, pengetahuan itu
memang berasal dari luar, akan tetapi dikontruksi oleh dan dari
dalam diri seseorang. Oleh sebab itu pengetahuan terbentuk oleh
dua faktor penting, yaitu objek yang menjadi bahan pengamatan
dan kemampuan subjek untuk mengintepretasi objek tersebut.
Pembelajaran kontekstual pada dasarnya mendorong agar
siswa bisa mengkonstruksi pengetahuannya melalui proses
pengamatan dan pengalaman. Karena pengetahuan hanya akan
fungsional manakala dibangun oleh individu. Pengetahuan yang
hanya diberikan tidak akan menjadi pengetahuan yang bermakna.
Atas dasar asumsi yang mendasar itulah, maka penerapan asas
konstruktivisme dengan pendekatan kontekstual, siswa didorong
untuk mampu mengkonstruksi pengetahuan sendiri melalui
pengalaman nyata.
2) Bertanya (Questioning)
Komponen ini merupakan strategi utama pembelajaran
dengan pendekatan kontekstual. Bertanya dalam pembelajaran
Pengembangan Bahan Ajar..., Ningamul Anhar, FKIP UMP, 2014
19
dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing,
sekaligus mengetahui perkembangan kemampuan berpikir siswa.
Bagi siswa, kegiatan bertanya merupakan bagian penting dalam
melaksanakan pembelajaran yang berbasis inquiri yaitu menggali
informasi, mengkonfirmasikan apa yang sudah diketahui, dan
mengarahkan perhatian pada aspek yang belum diketahuinya.
3) Menemukan (Inquiry)
Komponen menemukan merupakan kegiatan inti dari
pembelajaran kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat
fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Oleh karena itu,
guru diharapkan dapat merancang kegiatan yang merujuk pada
kegiatan menemukan.
4) Masyarakat Belajar (Learning community)
Konsep masyarakat belajar menyarankan agar hasil
pembelajaran diperoleh melalui kerja sama dengan orang lain.
Dalam kelas dengan pendekatan kontekstual, penerapan komponen
masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan
pembelajaran melalui kelompok-kelompok yang anggotanya
sedapat mungkin yang heterogen dalam segala hal. Sehingga hasil
belajar diperoleh dari sharing antar teman, antar kelompok, dan
antara tahu ke yang belum tahu. Masyarakat belajar bisa tercipta
apabila ada proses komunikasi dua arah.
Pengembangan Bahan Ajar..., Ningamul Anhar, FKIP UMP, 2014
20
5) Pemodelan (Modeling)
Komponen ini menyarankan bahwa pembelajaran
pengetahuan dan keterampilan tertentu diikuti dengan model yang
bisa ditiru. Pemodelan dapat berbentuk demonstrasi, pemberian
contoh tentang konsep atau aktivitas belajar. Dengan kata lain,
model tersebut dapat berupa contoh cara mengerjakan sesuatu, cara
melukis bangun-bangun geometri, dan lain sebagainya. Pada
prinsipnya, dalam sebuah pembelajaran selalu ada model yang
dapat ditiru. Proses modeling tidak terbatas dari guru saja, akan
tetapi dapat juga guru memanfaatkan siswa yang dianggap
memiliki kemampuan.
6) Refleksi (Reflection)
Refleksi juga bagian penting dalam pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual. Refleksi adalah cara berpikir tentang apa
yang baru dipelajari atau berpikir kebelakang tentang apa yang
sudah kita lakukan. Refleksi merupakan respon terhadap kejadian,
aktivitas atau pengetahuan yang baru diterima. Refleksi adalah
berpikir kembali tentang materi yang baru dipelajari, merenungkan
lagi aktivitas yang telah dilakukan atau mengevaluasi kembali
bagaimana belajar yang telah dilakukan. Pada akhir pembelajaran,
guru menyisakan waktu sejenak agar siswa melakukan refleksi.
Realisasinya dapat berupa pernyataan langsung tentang apa-apa
Pengembangan Bahan Ajar..., Ningamul Anhar, FKIP UMP, 2014
21
yang diperolehnya hari itu, membuat rangkuman, kesan dan saran
siswa mengenai pembelajaran hari itu.
7) Penilaian Nyata (Authentic assessment)
Penilaian (assessment) adalah proses pengumpulan data
yang dapat memberikan gambaran tentang perkembangan belajar
siswa. Gambaran perkembangan siswa perlu diketahui oleh guru
agar dapat memastikan bahwa siswa mengalami proses
pembelajaran yang benar. Penilaian bukan hanya sekedar untuk
mencari informasi tentang hasil belajar siswa tetapi juga
mengetahui bagaimana prosesnya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran dengan pendekatan kontekstual adalah suatu
pembelajaran yang mengaitkan materi yang diajarkan dengan
situasi dunia nyata siswa kemudian membimbing siswa untuk
dapat menemukan dan memahami konsep materi yang dipelajari
dengan menggunakan tujuh komponen utama yaitu
konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning),
menemukan (inquiry), masyarakat belajar (learning community),
pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian
sebenarnya (authentic assessment).
Pengembangan Bahan Ajar..., Ningamul Anhar, FKIP UMP, 2014
22
H. Kerangka Berpikir
Dalam pembelajaran matematika siswa dituntut untuk aktif dalam
proses pembelajaran serta memahami konsep dari materi yang dipelajari.
Siswa harus memiliki kemandirian dalam belajar sehingga pembelajaran
berlangsung aktif, kreatif, mandiri, dan efektif. Kenyataannya di lapangan
dalam pembelajaran matematika, beberapa kegiatan masih menggunakan
pendekatan yang memusatkan pembelajaran pada guru sehingga banyak
siswa yang merasa enggan untuk bertanya pada guru.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam meningkatkan
keaktifan, kekreatifan, dan kemandirian siswa adalah memanfaatkan diktat
dalam kegiatan pembelajaran. Pembelajaran dengan menggunakan diktat
dapat menfasilitasi kegiatan belajar siswa dalam mencapai tujuan
pembelajaran. Oleh karena itu diktat disusun dan dikembangkan sedemikian
rupa sehingga dapat meningkatkan keterlibatan peserta didik dalam proses
pembelajaran.
Dalam penelitian ini akan disusun diktat berdasarkan pendekatan
kontekstual. Pengembangan diktat ini mengikuti langkah-langkah penyusunan
diktat dengan memperhatikan tujuh komponen utama pembelajaran
kontekstual, yaitu konstruktivisme (constructivism), menemukan (inquiry),
bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan
(modeling), refleksi (reflection), dan penilaian sebenarnya (authentic
assessment). Penelitian pengembangan ini bertujuan untuk mengetahui cara
Pengembangan Bahan Ajar..., Ningamul Anhar, FKIP UMP, 2014
23
mengembangkan diktat dengan pendekatan kontekstual dan mengetahui
kualitas diktat berdasarkan aspek kevalidan, kepraktisan, dan keefektifan.
Dari uraian di atas, pengembangan diktat matematika untuk SMK
kelas X dengan pendekatan kontekstual ini penting karena untuk
meningkatkan keaktifan dan kemandirian siswa dalam proses pembelajaran,
mempermudah pemahaman siswa terhadap konsep dan materi matematika,
serta membantu siswa mencapai standar ketuntasan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) sehingga dapat digunakan sebagai sumber belajar
siswa baik di sekolah maupun di rumah. Jika disajikan dengan suatu bagan,
maka kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Pengembangan Bahan Ajar..., Ningamul Anhar, FKIP UMP, 2014
24
Diagram 2.1 Alur Kerangka Berpikir
Siswa SMK kelas X
MASALAH
Masih terbatasnya bahan ajar yang
dikembangkan dengan pendekatan
kontekstual
Pemahaman konsep siswa masih
relatif kurang
Menyusun diktat dengan
pendekatan kontekstual
SOLUSI
ALASAN
Siswa dapat belajar mandiri
di sekolah maupun di luar
sekolah
Mendorong siswa meningkatkan
kemampuan dan menguasai
pemahaman konsep
Meningkatkan prestasi
belajar siswa SMK kelas X
Pengembangan Bahan Ajar..., Ningamul Anhar, FKIP UMP, 2014