BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak...

23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Prasekolah Prasekolah dapat diartikan sebagai pendidikan sebelum sekolah, jadi berarti bukan atau belum merupakan pendidikan sekolah itu sendiri. Anak Prasekolah adalah mereka yang berusia antara tiga sampai enam tahun (Patmonodewo, 1995). Anak prasekolah adalah pribadi yang mempunyai berbagai macam potensi. Potensi-potensi itu dirangsang dan dikembangkan agar pribadi anak tersebut berkembang secara optimal. Tertunda atau terhambatnya pengembangan potensi- potensi itu akan mengakibatkan timbulnya masalah. Taman Kanak-Kanak (TK) adalah salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak usia 4 tahun sampai memasuki pendidikan dasar, hal ini sesuai dengan peraturan pemerintah nomor 27 tahun 1990 tentang pendidikan prasekolah. Menurut Patmonodewo (1995) Program prasekolah di Indonesia dibedakan menjadi beberapa kelompok, diantaranya program Tempat Penitipan Anak (3 bulan-5 bulan), Kelompok Bermain (usia 3 tahun) dan pada usia 4 sampai 6 tahun biasanya mengikuti program Taman Kanak-Kanak (TK). Usia Prasekolah diantara usia 4 (empat) sampai 6 (enam) tahun bertujuan membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan, ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan untuk anak dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya. 19

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Prasekolahdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/jtptunimus-gdl-s1-2007-chandrahad-162-3-bab2.pdf · ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan untuk anak

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anak Prasekolah

Prasekolah dapat diartikan sebagai pendidikan sebelum sekolah, jadi berarti

bukan atau belum merupakan pendidikan sekolah itu sendiri. Anak Prasekolah

adalah mereka yang berusia antara tiga sampai enam tahun (Patmonodewo, 1995).

Anak prasekolah adalah pribadi yang mempunyai berbagai macam potensi.

Potensi-potensi itu dirangsang dan dikembangkan agar pribadi anak tersebut

berkembang secara optimal. Tertunda atau terhambatnya pengembangan potensi-

potensi itu akan mengakibatkan timbulnya masalah. Taman Kanak-Kanak (TK)

adalah salah satu bentuk pendidikan prasekolah yang menyediakan program

pendidikan dini bagi anak usia 4 tahun sampai memasuki pendidikan dasar, hal ini

sesuai dengan peraturan pemerintah nomor 27 tahun 1990 tentang pendidikan

prasekolah. Menurut Patmonodewo (1995) Program prasekolah di Indonesia

dibedakan menjadi beberapa kelompok, diantaranya program Tempat Penitipan

Anak (3 bulan-5 bulan), Kelompok Bermain (usia 3 tahun) dan pada usia 4

sampai 6 tahun biasanya mengikuti program Taman Kanak-Kanak (TK).

Usia Prasekolah diantara usia 4 (empat) sampai 6 (enam) tahun bertujuan

membantu meletakkan dasar ke arah perkembangan sikap, pengetahuan,

ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan untuk anak dalam menyesuaikan diri

dengan lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya.

19

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Prasekolahdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/jtptunimus-gdl-s1-2007-chandrahad-162-3-bab2.pdf · ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan untuk anak

Bimbingan di Taman Kanak-Kanak bukanlah masalah-masalahnya dan

bukanlah memecahkan melainkan mendorong murid-murid agar dapat melindungi

anak dari masalah untuk anak, menghadapi dan memecahkan masalahnya sendiri

atas bantuan guru. (Kartono,1985)

Snowman dalam Patmonodewo (1995) menemukakan ciri-ciri anak

prasekolah atau TK, diantaranya :

1.) Ciri-ciri fisik

Anak prasekolah mempergunakan keterampilan gerak dasar (berlari,

berjalan, memanjat, melompat, dan sebagainva) sebagai bagian dari

permainan mereka. Mereka masih sangat aktif, tetapi lebih bertujuan dan tidak

terlalu mementingkan untuk bisa beraktivitas sendiri.

2.) Ciri sosial

Pada umumnya anak dalam tahapan ini memiliki satu atau dua

sahabat, tetapi sahabat ini cepat berganti. Kelompok bermainnya cenderung

kecil dan tidak terlalu terorganisir secara baik, tetapi mereka mampu

berkomunikasi lebih baik dengan anak lain. Anak lebih menikmati permainan

situasi kehidupan nyata, dan dapat bermain bersama dengan saling memberi

serta menerima arahan. Perasaan empati dan simpati terhadap teman juga

berkembang, mampu berbagi dan bergiliran dengan inisiatif mereka sendiri.

Anak menjadi lebih sosialis.

20

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Prasekolahdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/jtptunimus-gdl-s1-2007-chandrahad-162-3-bab2.pdf · ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan untuk anak

3.) Ciri emosional

Anak cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan

terbuka. Sikap marah sering diperlihatkan dan iri hati pada anak prasekolah

sering terjadi. Mereka seringkali memperebutkan perhatian guru dan

berebutan makanan atau mainannya.

4.) Ciri kognitif

Anak prasekolah umumnya terampil dalam berbahasa. Sebagian besar

dari mereka senang berbicara dan sebagian lagi menjadi pendengar yang baik.

Kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat, kesempatan,

mengagumi dan kasih sayang. Anak mampu menangani secara lebih efektif

dengan ide-idenya melalui bahasa, dan mulai mampu mendeskripsikan

konsep-konsep yang lebih abstrak. Mereka menyesuaikan dan mengubah

konsep secara konstan. Contoh, konsep mereka mengenai waktu menjadi

semakin luas. Mereka bisa memahami hari. minggu, bahkan bulan. (Seri

Ayahbunda, 2001).

B. Kemampuan Sosialisasi Anak Prasekolah (TK)

1. Pengertian Kemampuan Sosialisasi Anak Prasekolah

Sosialisasi menurut Dennis Child (Sylva dan Lunt, 1988) adalah

“keseluruhan proses yang menuntun seseorang, yang dilahirkan dengan

perilaku aktual yang jauh lebih sempit jangkauan-jangkauan mengenai apa

yang biasa dan yang diterima menurut norma kelompoknya”. Sosialisasi

21

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Prasekolahdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/jtptunimus-gdl-s1-2007-chandrahad-162-3-bab2.pdf · ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan untuk anak

adalah ”proses yang digunakan anak untuk mempelajari standar, nilai,

perilaku yang diharapkan untuk kultur atau masyarakat mereka”. (Mussem,

dkk, 1994)

Menurut Chaplin (2002) ”kemampuan merupakan kesanggupan

bawaan sejak lahir, atau merupakan hasil atau praktek”. Sedangkan dalam

kamus besar bahasa Indonesia ”kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan

atau kekuatan”. Usia anak prasekolah berlangsung antara usia 4 (empat)

sampai 6 (enam) tahun.

Perkembangan sosial anak dipengaruhi oleh keluarga, teman bermain

dan sekolah. Lingkungan pertama dan utama dikenal sejak lahir yaitu

keluarga. Ayah , ibu dan anggota keluarga lainnya merupakan lingkungan

sosial yang secara langsung berhubungan dengan individu. Pengaruh

sosialisasi yang berasal dari keluarga besar perannya bagi perkembangan dan

pembentukan kepribadian individu. Kebiasaan yang ditanamkan keluarga baik

itu positif maupun negatif secara tidak langsung akan terbentuk didalam

kepribadian anak.

Kemampuan sosialisasi menjadi suatu aspek penting dalam

perkembangan anak, karena masa anak Taman Kanak-Kanak (Prasekolah)

merupakan masa peralihan dari lingkungan keluarga kedalam lingkungan.

Dalam lingkungan sekolah, anak tidak hanya memasuki dunia sosialisasi yang

lebih luas melainkan anak juga akan menemukan suasana kehidupan yang

berbeda, teman, guru atau aturan-aturan yang berbeda dengan lingkungan

22

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Prasekolahdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/jtptunimus-gdl-s1-2007-chandrahad-162-3-bab2.pdf · ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan untuk anak

keluarga. (Chaplin, 2002)

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa sosialisasi adalah

proses dimana anak-anak belajar mengenai standar, nilai dan sikap yang

diharapkan kebudayaan atau lingkungan masyarakat mereka. Sosialisasi

merupakan perkembangan individu dalam pembentukan kepribadian atau

proses penyesuaian diri didalam lingkungan keluarga, seperti pengenalan

nilai-nilai atau norma, kebiasaan dan mempelajari keperluan-keperluan sosial

kultural sehingga dapat berperan dalam masyarakat dan teman sebayanya.

Jadi kemampuan sosialisasi anak prasekolah dapat diartikan sebagai

proses kesanggupan anak yang berusia 4 (empat) sampai 6 (enam) yang

terkait dengan kegiatan-kegiatan untuk mempelajari standar, nilai, perilaku

serta tertib sosial yang diharapkan masyarakat dan lingkungan mereka dan

menyelaraskan pola interaksi di dalam bermasyarakat untuk memperoleh

kepribadian dan membangun potensi-potensi yang ada pada individu.

2. Proses Sosialisasi

Hurlock (1997) mengemukakan bahwa proses sosialisasi diperoleh

dari kemampuan berperilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Sosialisasi

ini memerlukan beberapa proses, yaitu:

a. Belajar berperilaku yang dapat diterima secara sosial

Setiap kelompok sosial mempunyai standar bagi anggotanya untuk

dapat diterima, dan harus mampu menyesuaikan perilaku dengan patokan

yang dapat diterima pula.

23

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Prasekolahdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/jtptunimus-gdl-s1-2007-chandrahad-162-3-bab2.pdf · ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan untuk anak

b. Memainkan peran sosial yang dapat diterima

Setiap kelompok mempunyai pola kebiasaan yang telah ditentukan

oleh para anggotanya dan dituntut untuk dipatuhi. Sebagai contoh, ada peran

yang telah disetujui bersama bagi orang tua dan anak serta bagi guru dan

murid.

c. Perkembangan sikap sosial

Untuk bermasyarakat atau bergaul dengan baik anak-anak harus

menyukai orang dan aktivitas sosial. Jika mereka berhasil dalam penyesuaian

sosial yang baik dan diterima sebagai anggota kelompok, maka mereka dapat

menggabungkan diri.

Menurut Monks (1999) terjadinya sosialisasi karena adanya proses,

diantaranya :

Dalam tiga bulan pertama timbul daya tarik terhadap manusia pada

umumnya, kemudian karena perubahan struktur kognitif akibat pengalaman,

anak lebih tertarik pada orang-orang tertentu dengan ciri-ciri khusus. Alat-alat

pengamatan anak pada bulan ini sudah dapat berfungsi dengan baik.

Contohnya: anak tertarik pada roman muka manusia karena mempunyai ciri-

ciri tertentu. Dibuktikan dengan dua gambar roman manusia, yang satu

terletak sembarang, sedangkan yang lain terletak pada tempat yang

semestinya. Baru dalam bulan ketiga anak lebih tertarik pada gambar muka

manusia dengan konfigurasi yang betul.

Anak sudah dapat membuat berbagai macam tanda untuk memenuhi

24

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Prasekolahdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/jtptunimus-gdl-s1-2007-chandrahad-162-3-bab2.pdf · ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan untuk anak

kebutuhannya, misalnya seorang ibu akan segera dapat membedakan antara

tangis lapar dan tangis sakit anaknya. Ketawa anak pada bulan bulan pertama

ditentukan oleh stimulus yang diberikan, apabila anak melihat wajah ibunya.

Arah sosial anak pada bulan-bulan pertama belum dipengaruhi oler.

proses belajar, baru pada bulan ketiga anak menunjukkan pengenalan terhadap

orang-orang tertentu dan belajar membedakan tanda-tanda yang diberikan oleh

orang tersebut. Sekitar usia tiga atau empat bulan anak dapat mengenal

ibunya.

Setelah mencapai usia akhir tahun pertama dan tahun ke empat terjadi

kemajuan-kemajuan yang pesat, diantaranya perkembangan fisik dan

psikomotoriknya. Pada tahun ke empat anak sudah mampu berbagi dan

bekerjasama dalam permainan kelompok, meskipun itu kelompok kecil. Anak

sudah mulai mengenal orang lain, selain ibu.

Proses sosial pada hakekatnya adalah proses belajar sosial dimana

proses untuk mempelajari bermacam-macam peranan sosial. Proses sosial

merupakan fungsi atau tingkah laku yang diharapkan seseorang oleh

kelompoknya. Berkembangnya peranan sosial itu sejalan dengan

bertambahnya usia. Berfungsinya peranan sosial merupakan ungkapkan

kepribadian seseorang. Orang yang berkepribadian sosial berarti orang yang

dapat memainkan peranan-peranan sosialnya dengan baik dan berhasil.

3. Tahap-tahap Anak Bersosialisasi

Keluarga merupakan tempat pertama bagi anak untuk belajar

25

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Prasekolahdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/jtptunimus-gdl-s1-2007-chandrahad-162-3-bab2.pdf · ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan untuk anak

bersosialisasi. “Melalui keluargalah anak belajar merespon terhadap

masyarakat dan beradaptasi di tengah kehidupan masyarakatnya yang lebih

luas nantinya. Melalui proses bersosialisasi didalam keluarga, seorang anak

secara bertahap belajar mengembangkan kemampuan nalar serta

imajinasinya” (Satiadarma,2001). Melalui pemahaman nilai-nilai kehidupan

yang ditanamkan oleh anggota keluarga, kemampuan persepsi seorang anak

akan diarahkan secara khusus ke dalam bidang-bidang tertentu. Perhatian

terhadap hal-hal disekelilingnya banyak dipengaruhi oleh nilai-nilai yang

mereka anut, keluargalah yang menanamkan nilai-nilai tersebut.

Setelah anak belajar bersosialisasi didalam keluarga, kemudian anak

belajar sosialisasi diluar rumah yang diperoleh dari teman sebaya, sekolah,

guru dan lingkungan diluar yang lebih luas. (Mussen, dkk: 1994)

Tahap-tahap anak bersosialisasi berawal dari lingkungan didalam

keluarga dan selanjutnya anak akan belajar bersosialisasi diluar lingkungan

keluarga.

4. Aspek-aspek yang mempengaruhi kemampuan sosialisasi anak

Hurlock (1997) mengemukakan bahwa aspek-aspek yang

mempengaruhi kemampuan sosialisasi anak adalah :

a. Kerjasama

Anak mampu untuk bermain atau bekerja secara bersama-sama dengan

anak lain. Semakin sering melakukan sesuatu secara bersama-sama, maka

akan semakin cepat untuk belajar bekerjasama dengan orang lain.

26

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Prasekolahdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/jtptunimus-gdl-s1-2007-chandrahad-162-3-bab2.pdf · ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan untuk anak

b. Persaingan

Adanya persaingan merupakan dorongan anak untuk berusaha sebaik-

baiknya memperoleh sosialisasi yang diinginkan mereka. Kadang dari

sosialisasi ini mengakibatkan hal buruk, seperti pertengkaran dan

kesombongan.

c. Kemurahan hati

Anak bersedia untuk berbagi sesuatu dengan anak lain, tidak

mementingkan diri sendiri. Apabila mementingkan dirinya sendiri mulai

berkurang maka ia merasa diterima secara sosial oleh lingkungannya

dengan kemurahan hati.

d. Hasrat akan penerimaan sosial

Penyesuaian diri anak terhadap tuntutan sosial akan semakin kuat,

sehingga hasrat untuk diterima oleh orang dewasa akan muncul lebih awal

dibandingkan dengan hasrat untuk diterima oleh teman sebaya.

e. Simpati

Anak berusaha menghibur dan menolong seseorang yang sedang bersedih

meskipun kadang susah dilakukan, karena anak dapat berperilaku simpati

apabila pernah mengalami situasi yang sama.

f. Empati

Ikut merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain, seperti anak dapat

memahami ekspresi wajah dan maksud pembicaraan orang lain.

27

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Prasekolahdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/jtptunimus-gdl-s1-2007-chandrahad-162-3-bab2.pdf · ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan untuk anak

g. Ketergantungan

Anak selalu bergantung pada orang lain dalam hal apapun, misalnya

bantuan, perhatian, dan kasih sayang.

h. Sikap ramah.

Anak mampu memberikan kasih sayang kepada siapapun melalui

kesediaannya melakukan sesuatu untuk orang lain dengan

memperlihatkan sikap ramahnya.

i. Sikap tidak mementingkan diri sendiri

Anak belajar untuk memikirkan dan berbuat untuk orang lain dengan

meninggalkan kepentingan dan milik mereka sendiri. Mereka mau

membagi apa yang menjadi miliknya.

j. Meniru

Meniru seseorang yang dianggap mereka dapat memberikan contoh

terhadap kelompok sosialnya, sehingga mereka mengembangkan sifat

yang sama terhadap yang mereka contoh.

k. Perilaku kelekatan

Perilaku kelekatan ini biasanya diperoleh sejak bayi terutama kepada Ibu

dan pengganti Ibu. Bertambahnya usia mereka dan dan mengenal

lingkungan yang lebih luas, maka anak mengalihkannya dengan belajar

melakukan persahabatan dengan teman atau orang lain.

Diungkapkan pula oleh Setiawan (2000) bahwa kehidupan sosial anak

antara lain:

28

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Prasekolahdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/jtptunimus-gdl-s1-2007-chandrahad-162-3-bab2.pdf · ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan untuk anak

a. Berteman

Anak-anak senang bermain dengan teman-teman lain, terutama dengan

teman sebayanya, karena segala perkembangan dan kesenangannya sama.

Hidup berkelompok dapat meningkatkan daya sosialnya.

b. Kerja sama

Sifat anak-anak sangat egois, suka bertengkar, jarang mereka bisa bermain

bersama. Tetapi setelah berusia tiga samapai empat tahun, permainan

bersama dan aktivitas kelompok makin ditingkatkan. Melalui latihan, anak-

anak dapat belajar bekerja sama dengan teman yang lain dan suasana

permainan makin hari makin harmonis.

c. Bertengkar

Ketika bertengkar, anak biasanya mengambil barang yang sedang dipegang

temannya, atau merusak barang pekerjaan temannya. Berteriak dengan

keras, menangis, menendang, marah, tetapi hanya dalam waktu yang

singkat, pertengkaran itu segera terlupakan dan tidak menaruh dendam,

bahkan sudah berdamai lagi. Pertengkaran anak memiliki nilai sosial karena

anak dapat belajar mengenai hal-hal apa yang tidak dapat diterima oleh

orang lain.

d. Bersaing

Anak usia empat tahun selalu ingin menang. la akan berusaha

memperlihatkan barang yang dimilikinya untuk menjadi bahan

persaingannya. Hal yang mendapat perhatian dari orang lain, segera

29

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Prasekolahdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/jtptunimus-gdl-s1-2007-chandrahad-162-3-bab2.pdf · ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan untuk anak

ditonjolkan. Apabila orang tua pilih kasih, maka sikap iri hati dan keinginan

bersaing tidak dapat dihindarkan.

e. Melawan

Sikap melawan terhadap disiplin yang ditetapkan orang tua atau terhadap

suatu tekanan, umumnya dinyatakan dalam perilaku: membantah,

memberontak, atau membungkam, pura-pura tidak rnendengar permintaan

orang lain, atau pura-pura tidak mengerti. Sampai usia enam tahun, gerakan

untuk melawan berkurang, tetapi lebih banyak membantah.

f. Jenis kelamin

Sebelum usia empat tahun, baik anak laki-laki maupun anak perempuan,

dapat bermain sangat harmonis dan berteman baik dengan jenis kelamin

yang sama atau yang lain. Tetapi mulai usia empat sampai lima tahun, anak-

anak dapat membedakan jenis kelamin mereka sehingga lambat laun mereka

hanya senang bermain dengan teman sejenis, bahkan menghina lawan

jenisnya; anak laki-laki kalau bermain dengan anak perempuan merasa

masih kekanak-kanakan atau masih menyusu sehingga tekanan ini begitu

kuat, banyak anak laki-laki berusaha ingin menjadi laki-laki jantan dengan

menyerang anak perempuan.

Jadi aspek-aspek yang dapat mempengaruhi kemampuan sosialisasi anak

dapat berupa perilaku sosial, diantaranya kerja sama antara kelompok,

persaingan dengan teman, kemurahan hati, hasrat penerimaan sosial,

simpati, empati, ketergantungan, sikap ramah, sikap tidak mementingkan

30

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Prasekolahdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/jtptunimus-gdl-s1-2007-chandrahad-162-3-bab2.pdf · ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan untuk anak

diri sendiri, meniru dan perilaku kelekatan.

5. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Sosialisasi

Menurut Hurlock (1997) faktor-faktor yang mempengaruhi sosialisasi,

terutama anak yaitu adanya sikap anak-anak terhadap orang lain dan

pengalaman sosial dan seberapa baik mereka dapat bergaul dengan orang lain.

Anak-anak akan tergantung pada pengalaman belajar selama tahun-tahun awal

kehidupan yang merupakan masa pembentukan kepribadian. Tetapi kelompok

sosial juga berpengaruh terhadap perkembangan sosial anak, karena

setidaknya kelompok merupakan tujuan identifikasi diri. Namun pada

akhirnya, kemampuan anak untuk belajar bersosialisasi ini, bergantung pada

empat faktor :

a. kesempatan yang penuh untuk belajar bermasyarakat

b. Dalam keadaan bersama-sama anak tidak hanya mampu berkomunikasi

dengan kata-kata yang dapat dimengerti oleh orang lain, tetapi juga

harus mampu berbicara tentang topik yang dapat dipahami dan menarik

bagi orang lain.

c. Anak hanya akan belajar bersosialisasi hanya apabila mereka

mempunyai motifasi untuk melakukannya.

d. Metode belajar yang efektif dengan bimbingan adalah penting.

Empat faktor tersebut akan menjadi daya dorong tersendiri bagi anak untuk

mengembangkan kemampuan sosialnya.

31

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Prasekolahdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/jtptunimus-gdl-s1-2007-chandrahad-162-3-bab2.pdf · ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan untuk anak

C. Pengasuhan Orang Tua ( Ibu )

1. Pengertian Pengasuhan Orang Tua (Ibu)

Orang tua mempunyai peran dan fungsi yang bermacam-macam, salah

satunya adalah mengasuh anak. Dalam mengasuh anak menurut Tarsis T

menyatakan bahwa “Pola Asuh Merupakan Interaksi Anak dan Orang Tua

Mendidik, Membimbing dan mendisiplinkan Serta Melindungi Anak Untuk

Mencapai Kedewasaan Sesuai Dengan norma-norma Yang Ada Dalam

Masyarakat”. Sedangkan Borner (2001) menyatakan “Anak mengidentifikasi

diri pada orang tuanya sebelum mengadakan identifikasi diri pada orang

tuanya sebelum mengadakan identifikasi dengan orang lain”. Maksud dari

pernyataan Borner tersebut adalah perilaku yang terbentuk dari anak

merupakan hasil dari pola pengasuhan orang tua, baik berupa kebiasaan

maupun perilaku orang tua yang dijadikan contoh oleh anak dalam

mengembangkan perilakunya.

Anak membutuhkan orang lain dalam perkembangannya, dan orang

lain yang paling utama dan pertama bertanggung jawab adalah orang tua

sendiri. Sobur (1985) mengatakan bahwa “Peranan dan tanggung jawab yang

harus dimainkan orang tua dalam membina anak sangat besar, karena

merupakan tempat bagi anak mengharapkan dan mendapatkan pemenuhan

kebutuhan”. Termasuk tujuan orang tua untuk memenuhi kebutuhan-

kebutuhan anak, baik dari sudut organisme psikologi, antara lain makanan,

maupun kebutuhan-kebutuhan psikis, seperti : Kebutuhan akan perkembangan

32

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Prasekolahdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/jtptunimus-gdl-s1-2007-chandrahad-162-3-bab2.pdf · ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan untuk anak

intelektual melalui pendidikan; kebutuhan akan dikasihi, dimengerti dan rasa

aman melalui; perawatan, asuhan, ucapan-ucapan dan perlakuan-perlakuan.

Bowlby dalam Dagun (2002) mengatakan bahwa “diantara kedua

orang tua peran ibulah yang menonjol dalam proses pengasuhan dan

pendidikan anak, hal ini disebabkan karena adanya keterikatan yang

mendalam antara ibu dan anak yang bersifat alamiah”. Sedangkan Monks

(1997) menyebutkan “Ada dua macam tingkah laku yang menyebabkan

seseorang dipilih sebagai obyek kelekatan, yaitu : sering mengadakan reaksi

terhadap tingkah laku anak yang dimaksudkan untuk menarik perhatian, serta

sering membuat interaksi secara spontan dengan anak”. Kelekatan adalah

mencari dan mempertahankan kontak dengan orang-orang tertentu, orang

pertama yang dipilih dalam kelekatan adalah ibu, ayah atau saudara-

saudaranya.

Pengasuhan orang tua dalam hal ini lebih diutamakan pada ibu akan

mempengaruhi dalam perkembangan dan kepribadian anak sehari-hari dan

selanjutnya. Adanya pengaruh hubungan ibu dan anak adalah sebagai proses

identifikasi anak terhadap ibunya. “Identifikasi ialah perbuatan

mempersamakan diri. Anak melakukan identifikasi terhadap ibunya

disebabkan oleh ketidakmampuanya serta ketergantungannya pada

mengidentifikasi ibunya dengan air susu atau makanan, kemudian

mengidentikan ibunya dengan sumber cinta kasih yang memberikan

kehangatan psikis dan dijadikan sebagai perlindungan dan keamanan.

33

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Prasekolahdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/jtptunimus-gdl-s1-2007-chandrahad-162-3-bab2.pdf · ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan untuk anak

Maka dapat disimpulkan bahwa pengasuhan orang tua (ibu) adalah

bagaimana orang tua (ibu) mendidik, membimbing, merawat serta melindungi

dan memenuhi kebutuhan anak. Dari pengasuhan tersebut maka anak lebih

mengidentifikasi kepada ibu. Ibu lebih dekat dengan anak karena merupakan

sumber cinta kasih yang memberikan kehangatan psikis yang utama dan

pertama, yang terjalin sejak anak masih kecil dan dalam kandungan.

2. Ibu dan Keluarga

Keluarga merupakan organisasi sosial yang paling penting dalam

kelompok sosial. Keluarga sebagai tempat yang paling pertama dan utama

dalam mengembangkan, mengasuh atau membimbing anak demi

kelangsungan hidupnya. Hal itu karena di dalam keluargalah anak pertama-

tama mengenal dunia dan lingkungan serta keluarga sebagai dasar bagi

perkembangan anak, selanjutnya anak untuk dapat hidup di lingkunga atau

masyarakat yang lebih luas.

Ibu adalah individu yang pertama yang mempunyai hubungan dengan

bayi atau anak yang dikandungnya (Latipun, 2002). Ibu di dalam keluarga

tidak hanya sebagai istri, teman hidup dan partner seksual bagi suami, tetapi

bersama-sama dengan suami sebagai pengatur rumah tangga, pendidik anak-

anaknya dan sebagai makhluk sosial yang berpartisipasi aktif dalam

lingkungan sosial. Pada zaman sekarang wanita tidak hanya diharapkan

sebagai istri dan ibu, tetapi bersama-sama dengan suami memenuhi keluarga,

baik secara fisik, mental maupun material.

34

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Prasekolahdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/jtptunimus-gdl-s1-2007-chandrahad-162-3-bab2.pdf · ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan untuk anak

Selain keharmonisan dan kebahagiaan dalam keluarga, bagaimana

hubungan antara anak dengan orang tua sangat penting artinya bagi

perkembangan kepribadian anak. Seorang ibu merupakan guru pertama dan

paling utama bagi seorang anak. karena ibulah yang paling banyak

mempunyai kesempatan untuk membentuk kepribadian dan kemampuan anak,

untuk memberikan perhatian, sesuai dengan kondisi anak dan saat-saat

dimana anak merasa senang atau merasa tertarik untuk belajar.

Dengan demikian betapa pentingnya peranan ibu dalam melatih anak

untuk hidup bermasyarakat. Ibu memindahkan kebudayaan kepada anaknya

dan karena itu keluarga merupakan tempat yang sangat penting dalam

mendidik proses sosialisasi anak.

3 Pengasuhan dari ibu yang bekerja dan ibu tidak bekerja

a. Pengasuhan dari ibu yang bekerja

Anak-anak yang ibunya bekerja diluar rumah belum tentu benar-benar

menerima sedikit perhatian daripada aak-anak yang ibunya tidak bekerja.

(Santrock, 2002). Anak dari ibu yang bekerja sering memiliki penyesuaian

kepribadian dan social yang lebih baik di sekolah, memiliki konsep yang

lebih menekankan persamaan hak dalam peran jenis kelamin, dan kurang

menekankan stereotip tradisional dari kegiatan pria dan wanita dibanding

anak dari ibu yang sepenuhnya mengurus rumah tangga. (Hoffman dalam

Mussen, 1995).

Anak wanita dari ibu yang bekerja cenderung dapat bersikap positif

35

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Prasekolahdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/jtptunimus-gdl-s1-2007-chandrahad-162-3-bab2.pdf · ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan untuk anak

dan memiliki aspirasi yang lebih tinggi untuk prestasi dan pendidikan,

menginginkan karier sendiri, serta emilih karier yang tidak tradisional

untuk wanita.

b. Pengasuhan dari ibu tidak bekerja

Ibu-ibu tidak bekerja, anak akan memperoleh keuntungan dari waktu

yang diluangkan untuk mengurus rumah tangga dan keluarga yang lebih

kecil. Keberadaan ibu tidak selalu memberi pengaruh yang positif bagi

anak. ibu yang terdidik dan yang tidak bekerja mungkin berlebihan

mencurahkan seluruh energinya kepada anak-anaknya, mendorong

munculnya kekhawatiran yang berlebihan dan menghambat kemandirian

serta perilaku sosial anak. (Santrock, 2002). Pada umumnya ibu rumah

tangga memiliki banyak waktu dan kesempatan yang lebih banyak untuk

membimbing, memperhatikan dan mendidik anaknya, sehingga

kemampuan sosialisasi anak akan menjadi lebih baik daripada ibu yang

bekerja. Perhatian dan kasih sayang yang diberikan ibu rumah tangga

dalam membesarkan anak-anaknya cenderung menghasilkan anak yang

berhasil atau baik.

D. Ibu Bekerja dan Ibu Tidak Bekerja

1. Ibu bekerja

Menurut Endang (www.kompas.com) “Ibu bekerja memiliki dua

arti, yaitu : pertama, seorang ibu yang melakukan kegiatan yang

36

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Prasekolahdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/jtptunimus-gdl-s1-2007-chandrahad-162-3-bab2.pdf · ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan untuk anak

berhubungan dengan menghasilkan uang; kedua, kegiatan tersebut lebih

cenderung kepada pemanfaatan kemampuan jiwa atau kemajuan dalam

pekerjaan, jabatan dan sebagainya dan dilakukan diluar rumah.

Ihromi (1990) “Ibu yang bekerja adalah ibu yang melakukan

kegiatan, mengeluarkan energi, mempunyai nilai waktu, baik secara

langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan penghasilan”.

Menurut Munandar (1985) ibu yang bekerja mempunyai

kemungkinan dampak negatif terhadap keluarga, antara lain :

a. Ibu tidak selalu ada pada saat-saat yang penting, pada saat ia

dibutuhkan keluarganya, misalnya jika anaknya mendadak sakit,

jatuh,, kecelakaan dan sebagainya.

b. Tidak semua kebutuhan anggota keluarga dapat dipenuhi, misalnya

suami yang menginginkan masakan istrinya sendiri, mengantar dan

menjemput anaknya pulang sekolah dan kemudian anak ingin

menceritakan pengalaman di sekolah pada ibu.

c. Apabila ibu sudah lelah dalam bekerja, maka pada waktu pulang kerja

ibu enggan bermain dengan anaknya, atau menemani suaminya dalam

kegiatan-kegiatan tertentu.

Dampak positif dari ibu yang bekerja, antara lain :

a. Adanya rasa harga diri dan nampak dalam sikap yang baik terhadap

diri sendiri.

b. Dalam mendidik anak, ibu-ibu yang bekerja kurang menggunakan

37

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Prasekolahdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/jtptunimus-gdl-s1-2007-chandrahad-162-3-bab2.pdf · ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan untuk anak

teknik disiplin yang keras atau otoriter. Mereka lebih banyak

menunjukkan lebih banyak pengertian dalam keluarganya dengan

anak.

c. Pada umumnya ibu yang bekerja lebih memperhatikan atau merawat

penampilannya.

d. Lebih merasakan kepuasan hidup, yang juga membuatnya lebih

mempunyai pandangan positif terhadap masyarakat.

e. Pada umumnya ibu yang bekerja akan menunjukkan penyesuaian

pribadi dan sosial yang lebih baik.

Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa ibu bekerja

diluar rumah adalah seorang wanita yang mempunyai suami dan anak,

dan bekerja diluar rumah, dalam waktu tertentu, mendapatkan gaji secara

periodik. Pekerjaan tersebut juga lebih cenderung kepada peningkatan

kemampuan jiwa atau kemajuan dalam pekerjaan, jabatan dan

sebagainya. Alasan yang mendorong wanita berkeluarga untuk bekerja

adalah untuk memperoleh kepuasan diri dan untuk menambah

penghasilan ekonomi dalam keluarga. Hal ini akan menimbulkan peran

ganda sebagai seorang wanita, sebagai seorang ibu rumah tangga dan

sebagai seorang wanita karier, sehingga ia tidak dapat hadir setiap saat

untuk memenuhi kebutuhan keluarganya terutama dalam hal pengasuhan

anak.

38

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Prasekolahdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/jtptunimus-gdl-s1-2007-chandrahad-162-3-bab2.pdf · ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan untuk anak

2. Ibu Tidak Bekerja

Pada umumnya masyarakat masih mengharapkan seorang wanita

hanya berperan sebagai istri dan ibu saja. Ihromi (1990) mengatakan

bahwa : “Seorang wanita dianggap tidak bekerja dan sebagai ibu rumah

tangga bila kegiatan yang dilakukan adalah melakukan tugas-tugas rumah

tangga dan atau mengurus keluarga saja”. Diungkapkan pula oleh

Citroboto (1986) yang mengatakan bahwa “Ibu rumah tangga (tidak

bekerja) adalah wanita yang berperan sebagai ibu rumah tangga yang

mempunyai tugas pokok untuk mengatur rumah, mengatur makanan

beserta rangkaiannya dan mendidik anak”.

Sebenarnya istilah ibu rumah tangga pada seorang wanita adalah

wanita yang hanya mengurus keluarga dan melakukan tugas rumah

tangga. Ibu yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga disebut sebagai ibu

yang berperan tunggal dengan kegiatannya berupa pengelolaan rumah

tangga, sedangkan kegiatannya yang dilakukan diluar rumah hanya

bersifat sementara.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa ibu yang tidak

bekerja (Ibu rumah tangga) adalah seorang wanita yang telah berkeluarga

dan memutuskan untuk menghabiskan waktunya mengurus rumah tangga

dan keluarganya saja. Hal ini akan mempengaruhi pada perkembangan

anak, karena ibu mempunyai banyak waktu luang untuk mengasuh dan

mendidik anak selama berada dirumah.

39

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Prasekolahdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/jtptunimus-gdl-s1-2007-chandrahad-162-3-bab2.pdf · ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan untuk anak

E. Kerangka Teori

40

Pendidikan • Formal • Informal

Faktor-faktor. Hurlock (1997) • Kesempatan yang penuh antuk belajar

bermasyarakat • Dalam keadaan bersama-sama anak tidak

hanya mampu berkomunikasi dengan kata-kata yang dapat dimengerti oleh orang lain, tetapi juga harus mampu berbicara tentang topic yang dapat dipahamidan menarik bagi orang lain

• Anak hanya akan belajar bersosialisasi hanya apabila mereka mempunyai motofasi untuk melakukannya.

• Metode belajar yang efektif dengan bimbingan belajar adalah penting.

Pola asuh Orangtua ( Ibu ) • Otoriter • Permisif • Otoritatif

Kemampuan sosialisasi Anak

Prasekolah ( TK )

Waktu yang disediakan Oleh Orang Tua ( Ibu )

• Ibu bekerja • Ibu tidak bekerja

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Anak Prasekolahdigilib.unimus.ac.id/files/disk1/4/jtptunimus-gdl-s1-2007-chandrahad-162-3-bab2.pdf · ketrampilan dan daya cipta yang diperlukan untuk anak

F. Kerangka Konsep

G. Variabel Penelitian

a. Variabel Independen

Dalam penelitian ini sebagai variabel independent adalah kemampuan

sosialisasi anak prasekolah.

b. Variabel Dependent

Dalam penelitian ini sebagai variabel dependent adalah pengasuhan ibu (ibu

yang bekerja dan ibu yang tidak bekerja).

H. Hipotesis

Berdasarkan berbagai teori yang telah dipaparkan diatas maka hipotesis

yang penelitian ini adalah :

Ada perbedaan kemampuan sosialisasi anak prasekolah antara yang

diasuh oleh ibu bekerja dan ibu yang tidak bekerja di TK Tarbiyatul Atfal

Singorojo Kendal.

41

Pengasuhan oleh Ibu bekerja

Kemampuan sosialisasi Anak

Prasekolah ( TK )

Pengasuhan Ibu tidak bekerja

Kemampuan sosialisasi Anak

Prasekolah ( TK )