BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-nurulainih... ·...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. 1.digilib.unimus.ac.id/files/disk1/152/jtptunimus-gdl-nurulainih... ·...
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Mama (payudara)
1. Embriologi
Mama (payudara) merupakan kelenjar keringat yang telah mengalami
modifikasi dan perkembangan yang kompleks pada wanita. Pada pria
payudara tidak berkembang (rudimenter). Payudara mulai tumbuh saat
minggu keenam masa embrio dimulai dari terjadinya penebalan pada lapisan
epidermis bagian ventral, superfisial dari fascia pectoralis, pada otot-otot
mayor dan minor. Milk lines terbentuk akibat penebalan dibagian
ventromedial dari regio aksila sampai ke regio inguinal dan perkembangan
pada bagian superior akan menjadi puting susu serta bagian yang lain akan
terjadi atrofi.6
2. Anatomi
Payudara merupakan kelenjar yang berfungsi untuk menghasilkan
susu. Pada laki-laki dan perempuan mempunyai payudara dengan bentuk
yang sama ketika belum pubertas (dewasa). Pada payudara terdapat papila
mama kecil dan dikelilingi oleh daerah kulit yang berwarna lebih gelap
yaitu areola mama. Jaringan payudara tersusun dari sekelompok kecil sistem
saluran yang ada di dalam jaringan penyambung yang bermuara pada areola
mama.
Ketika pubertas payudara pada perempuan mengalami perubahan.
Glandula mama pada perempuan akan berkembang membentuk setengah
lingkaran yang diduga akibat adanya hormon-hormon ovarium tetapi
penyebab pembesaran yang utama adalah karena penimbunan lemak.
Dasar payudara terletak dari iga kedua sampai iga keenam dan dari
pinggir lateral sternum sampai ke linea aksilaris media. Sebagian besar
glandula mama ada di dalam fascia superficialis dan sebagian kecil berada
pada processus aksilaris yang meluas ke bagian atas dan lateral menembus
fascia profunda pada pinggir kaudal muskulus pektoralis major dan sampai
ke aksila.
Payudara terdiri dari 15-20 lobus yang tersusun radier dan berpusat
pada papila mama. Setiap lobus memiliki saluran utama yang bermuara di
papila mama dan mempunyai ampula yang melebar tepat sebelum ujungnya.
Areola mama adalah bagian yang mengililingi dasar papila mama.
Tonjolan-tonjolan halus pada areola mama merupakan kelenjar areola yang
berada di bawahnya.
Antar lobus pada kelenjar payudara dipisahkan oleh septa fibrosa.
Septa bagian atas akan berkembang dan terbentang dari kulit sampai fascia
profunda yang berfungsi sebagai ligamentum suspensorum. Pada glandula
dengan otot dibawahnya yang dilapisi fascia profunda dipisahkan oleh
spatium retromamaria yang berisi jaringan ikat jarang.
Bentuk payudara pada perempuan muda akan cenderung menonjol ke
depan dari dasar sirkular dan ketika tua akan cenderung menggantung.
Ukuran payudara maksimal akan terjadi pada saat masa laktasi. Jaringan
payudara mendapatkan nutrisi dari suplai aliran darah yang memperdarahi
jaringan payudara tersebut.
Aliran darah pada payudara berasal dari rami perforans arteria
thoracica interna dan arteria intercosta. Arteri aksilaris juga memperdarahi
glandula mama melalui cabang-cabangnya yaitu arteria thoracica lateralis
dan arteria thoracoacromialis.
Selain suplai aliran darah pada jaringan payudara juga terdapat aliran
limfe. Aliran limfe pada glandula mama sangat penting di klinik karena
sering menimbulkan keganasan. Penyebaran sel-sel ganas dapat terjadi
disepanjang pembuluh limfe menuju ke kelenjar limfe.
Pada kuadran lateral cairan limfe mengalir ke nodi aksilaris atau
kelompok pektoralis yang terletak tepat sebelah posterior terhadap bagian
pinggir bawah muskulus pektoralis major. Pada kuadran medial cairan
limfenya mengalir melalui pembuluh-pembuluh yang menembus ruangan
interkostalis dan kemudian masuk pada kelompok nodi torakalis interna
dimana terletak di dalam cavitas thoracis di sepanjang arteri thoracica
interna.
Pembuluh-pembuluh limfe yang mengikuti arteri interkosta posterior
cairan limfenya mengalir dibagian posterior ke dalam nodi interkosta
posterior. Beberapa pembuluh limfe juga berhubungan dengan pembuluh
limfe dari payudara sisi lain dan berhubungan juga dengan kelenjar pada
dinding anterior abdomen.8
3. Fisiologi
Dalam keadaan normal payudara mengalami pertumbuhan dan
perkembangan sehingga menimbulkan beberapa perubahan. Hal tersebut
sebagian besar karena adanya kerja hormon. Hormon estrogen dan
progesteron yang dihasilkan oleh ovarium akibat adanya pengaruh dari
hipofisis anterior dapat menyebabkan perkembangan duktus dan asinus
payudara ketika memasuki masa pubertas. Hal tersebut sesuai pada siklus
menstruasi dimana terjadi peningkatan jumlah hormon estrogen dan
progesteron yang berakibat terjadinya proliferasi dan retensi cairan.
Pada masa kehamilan proliferasi sel payudara selain dipengaruhi oleh
hormon estrogen dan progesteron juga dipengaruhi oleh laktogen plasenta
dan juga prolaktin. Sedangkan pada masa menyusui terjadi peningkatan
produksi prolaktin dan terjadi penurunan estrogen dan progesteron. Ketika
memasuki masa menopouse akan terjadi involusi payudara yang diikuti
dengan berkurangnya jumlah kelenjar payudara.5
B. Karsinoma payudara (kanker payudara)
1. Definisi
Karsinoma payudara (kanker payudara) adalah tumor ganas yang
menyerang jaringan payudara akibat perkembangan sel yang tidak
terkendali sehingga terjadi perubahan bentuk pada payudara normal menjadi
abnormal. Karsinoma payudara dapat terjadi pada bagian-bagian jaringan
payudara yaitu pada kelenjar payudara, saluran kelenjar payudara dan
jaringan penunjang payudara.9
Berikut ini adalah ciri-ciri sel ganas menurut Hanahan dan Weinberg:
a. Mandiri dalam memberikan sinyal pertumbuhan.
b. Tidak sensitif terhadap sinyal-sinyal penghambatan pertumbuhan.
c. Mampu menghindari apoptosis.
d. Perkembangan sel tak terbatas.
e. Mampu bermetastasis ke jaringan lain. 10
2. Etiologi
Penyebab karsinoma payudara belum diketahui secara pasti dan
diduga karena banyak faktor. Beberapa faktor yang dapat menjadi peyebab
karsinoma payudara antara lain :
a. Geografi
Di negara berkembang karsinoma payudara menjadi 1-3%
penyebab kematian dan di negara barat lebih banyak dijumpai yaitu
sebesar 3-5% penyebab kematian. Kejadian yang jarang dijumpai adalah
di negara Jepang.
b. Usia
Kejadian karsinoma payudara jarang dijumpai pada usia dibawah
20 tahun. Kejadiannya meningkat seiring dengan pertambahan usia.
c. Kelamin
Sering dijumpai pada wanita dan hanya 1% kejadian karsinoma
payudara dijumpai pada laki-laki.
d. Genetik
Riwayat kejadian karsinoma payudara pada keluarga secara umum
sangat berperan. Pada studi analisa tentang hubungan antara faktor
genetik dengan kejadian karsinoma payudara disampaikan bahwa sering
terjadi ketidaknormalan pada cabang pendek kromosom 17 pada wanita-
wanita yang mengalami karsinoma payudara dini tetapi gen sebenarnya
masih dalam penelitian. Ketidaknormalan tersebut mungkin kira-kira
10% dari kejadian karsinoma payudara. Mutasi gen “tumor supressor”
p53 yang ditemukan dengan variasi yang luas dapat menjadi petunjuk
genetik yang lain pada kejadian karsinoma payudara.
e. Diet
Kejadian karsinoma payudara sering pada wanita di negara
berkembang dan kemungkinan besar yang menjadi penyebabnya adalah
karena faktor konsumsi makanan yaitu makanan yang tinggi asam lemak
jenuh (saturated fatty acids) dan rendah vitamin C serta tingginya
konsumsi alkohol. Hal tersebut diduga berhubungan dengan terjadinya
peningkatan perkembangan karsinoma payudara.
f. Endokrin
Kasus karsinoma payudara diketahui sering diderita pada wanita
nulipara dengan riwayat tidak menyusui dan wanita dengan riwayat
melahirkan anak pertama pada usia dini.
Kejadian karsinoma payudara juga sering dijumpai pada wanita
pasca menopouse yang mengalami kelebihan berat badan (obesitas). Pada
obesitas diduga terjadi peningkatan konversi hormon steroid menjadi
estradiol dalam lemak. Pengaruh endokrin yang lain terhadap kejadian
karsinoma payudara adalah peranan terapi penggantian hormon dan
peranan hormon eksogen pada pil kontrasepsi tetapi di negara
berkembang masih menjadi kontroversi. 11
3. Faktor resiko
Faktor resiko karsinoma payudara adalah sebagai berikut :
a. Riwayat keluarga
Dalam sebuah penelitian dinyatakan bahwa wanita dengan riwayat
keluarga ada yang pernah menderita karsinoma payudara misalnya ibu,
saudara perempuan (adik atau kakak) memiliki resiko terkena karsinoma
payudara 2 sampai 3 kali lebih besar.
b. Hormon
Faktor hormon adalah faktor yang paling berpengaruh. Misalnya
pada wanita yang mengalami haid pertama (menarche) sebelum usia 10
tahun, menopouse pada usia lebih dari 55 tahun, wanita dengan riwayat
tidak menikah dan tidak melahirkan anak atau melahirkan anak pada usia
lebih dari 35 tahun serta tidak menyusui memiliki faktor resiko terkena
karsinoma payudara.
c. Umur
Pada wanita dengan usia lebih dari 30 tahun memiliki resiko
terkena karsinoma payudara dan resiko tersebut akan bertambah setelah
menopouse.
d. Obat-obatan hormonal
Riwayat pengobatan hormonal yang lama seperti Hormonal
Replacement Therapy (HRT) atau suluh hormon, pengobatan infertilitas
(kemandulan) pada wanita dapat menjadi faktor resiko terjadinya
karsinoma payudara.
e. Kontrasepsi hormonal (oral atau pil)
Pemakaian kontrasepsi oral atau pil pada penderita tumor payudara
jinak misalnya pada kelainan fibrokistik dapat beresiko terjadi karsinoma
payudara. Kontrasepsi oral pada penderita tumor jinak payudara akan
meningkatkan resiko 11 kali lebih besar mengalami karsinoma payudara.
f. Resiko terkena karsinoma payudara juga dapat dialami pada wanita yang
mempunyai riwayat infeksi di payudara, trauma atau benturan di daerah
payudara, operasi payudara akibat tumor jinak atau tumor ganas
kontralateral. Pada wanita yang mengalami infeksi, trauma atau tumor
jinak payudara memiliki resiko 3 sampai 9 kali lebih besar mengalami
karsinoma payudara.
g. Paparan radiasi
Wanita yang pernah terkena radiasi pada payudara atau dinding
dada dapat mengalami resiko terkena karsinoma payudara. Penyinaran
radiasi di dinding dada dapat memiliki resiko 2 sampai 3 kali lebih besar
mengalami karsinoma payudara.
h. Riwayat operasi tumor ovarium
Wanita dengan riwayat operasi tumor ovarium dapat beresiko
terjadi karsinoma payudara 3 sampai 4 kali lebih besar dari pada wanita
yang tidak ada riwayat operasi tumor ovarium.12
4. Patofisiologi
Karsinogenesis merupakan suatu proses yang menjadi dasar
patogenesis dari tumor. Tumor dapat terjadi karena adanya pertumbuhan
yang tidak terkendali. Berikut adalah beberapa faktor yang dapat
menyebabkan suatu pertumbuhan sel yang berlebihan di organ payudara :
a. Herediter
Terjadinya tumor payudara 13% ditemukan secara herediter pada
garis keturunan pertama. Hanya sekitar 1% yang disebabkan oleh
multifaktorial dan mutasi germline. Probabilitas terjadinya karsinoma
berhubungan dengan mutasi gen dimana mutasi gen tersebut dapat
meningkat jika terjadi pada garis keturunan pertama.
Terdapat 2 gen yang bertanggung jawab pada dua pertiga kejadian
karsinoma payudara familial. Dimana gen tersebut adalah Gen BRCA1
dan Gen BRCA2. Gen BRCA1 berlokasi di kromosom 17 (17q21) dan
gen BRCA2 berlokasi di kromosom 13q-12-13.
Terjadinya 85% mutasi dan delesi BRCAI yang herediter dapat
mengakibatkan peningkatan resiko terjadinya karsinoma payudara.
Mutasi BRCAI ditunjukkan dengan adanya perubahan ke arah
karsinoma jenis medular dan cenderung dengan derajat keganasan yang
tinggi, mitotiknya sangat aktif, pola pertumbuhan dan prognosisnya
yang buruk.
Gen BRCA2 juga dapat menyebabkan resiko terjadinya karsinoma
payudara secara herediter tetapi bukan merupakan mutasi sekunder dari
gen BRCAI. Gen BRCA2 juga dapat menyebabkan terjadinya
karsinoma ovarium dan dapat meningkatkan kejadian karsinoma
payudara pada pria.
b. Mutasi Sporadik
Mutasi sporadik umumnya berhubungan dengan hormon, jenis
kelamin, usia menarche dan menopouse, usia reproduktif, riwayat
menyusui dan kadar estrogen eksogen. Aktivitas kerja estrogen dapat
mengakibatkan terjadinya proliferasi lesi premaligna menjadi maligna.
Keadaan tersebut tergantung dari adanya estrogen, progesteron dan
hormon steroid lain yang terdapat pada sel payudara. Pada neoplasma
yang pertumbuhannya karena reseptor hormonal terapi hormon (anti
estrogen) dapat memperlambat pertumbuhan sel kanker.
c. Mutasi Germline
Terdapatnya faktor genetik ditunjukan dengan adanya
kecenderungan pada familial yang kuat. Jika tidak terjadi pola pewarisan
berarti menunjukan karsinoma payudara disebabkan oleh berbagai gen
atau faktor lingkungan yang serupa yang bekerja pada anggota keluarga
yang sama.
Pada penderita sindroma Li Fraumeni terdapat mutasi dari tumor
supressor gen p53 dimana dapat menyebabkan terjadinya keganasan
pada otak dan kelenjar adrenal pada anak-anak serta dapat terjadi
karsinoma payudara pada dewasa. Sekitar 1% kejadian mutasi p53 pada
penderita karsinoma payudara dideteksi pada usia kurang dari 40 tahun.
d. HER2/neu
HER2/neu (c-erbB-2) adalah sebuah onkogen yang bekerja meng-
enkode glikoprotein transmembran melalui aktivitas tirosin kinase yaitu
p185. Melalui pemeriksaan imunohistokimia, FISH (flourencence In Situ
Hybridization) dan CISH (Chromogenic In Situ Hybridization) dapat
mengetahui ekspresi HER2/neu. Banyaknya onkogen HER2/neu yang
telah mengalami amplifikasi pada sel-sel payudara menandakan
prognosis yang buruk.
e. Virus
Virus juga diduga dapat menyebabkan karsinoma payudara. Faktor
susu Bittner merupakan virus yang dapat menyebabkan karsinoma
payudara pada tikus yang ditularkan melalui air susu. Antigen tersebut
serupa dengan antigen pada tumor tikus dan antigen tersebut juga
ditemukan pada beberapa kasus karsinoma payudara manusia tetapi
maknanya tidak jelas. 6
5. Manifestasi klinis
Pada stadium awal penderita karsinoma payudara jarang merasakan
keluhan, masih merasa sehat, tidak terasa nyeri dan aktivitasnya tidak
terganggu. Gejala yang mungkin dirasakan pada stadium awal adalah teraba
benjolan kecil di payudara.
Pada stadium lanjut penderita mulai merasakan keluhan-keluahn.
Berikut ini merupakan keluhan yang sering dirasakan penderita ketika sudah
memasuki ke stadium lanjut yaitu :
a. Payudara terasa nyeri atau sakit.
b. Benjolan yang semakin lama semakin membesar.
c. Payudara mulai terlihat perubahan bentuk dan ukuran karena mulai
terjadi pembengkakan.
d. Mulai terjadi luka pada payudara dan putingnya seperti eksim atau
koreng.
e. Pada kulit payudara terjadi kerutan seperti kulit jeruk.
f. Terkadang dapat disertai cairan atau darah merah kehitaman dari
puting susu.10
6. Diagnosis
a. Anamnesis
Beberapa pertanyaan yang perlu ditanyakan pada penderita adalah:
1) Dimana letak benjolannya
a) Kapan mulai ada atau terasa benjolan tersebut.
b) Apakah perkembangan benjolannya cepat atau lambat.
2) Apakah ada gejala-gejala yang menyertai seperti nyeri, cairan yang
keluar dari puting susu, perubahan bentuk dan ukuran payudaranya,
adanya gangguan haid, perubahan pada kulit di payudara dan
terjadinya retraksi puting.
3) Riwayat penyakit dahulu : apakah ada riwayat operasi atau aspirasi
di payudara, riwayat pemakaian kontrasepsi hormonal, riwayat
pernah menjalani terapi hormonal serta bagaimana riwayat
kehamilannya.
4) Riwayat kesehatan keluaraga : dari keluarga apakah ada yang pernah
mengalami karsinoma payudara dan atau karsinoma ovarium.
b. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan untuk menemukan adanya benjolan di
payudara. Pemeriksaan pada wanita yang belum mengalami menopouse
lebih sulit dilakukan. Pemeriksaan yang baik adalah saat 1 minggu
setelah haid tetapi pemeriksaan dapat dilakukan sebelum maupun
sesudah haid.
Jika terdapat benjolan maka benjolan tersebut harus bisa teraba
secara 3 dimensi, mempunyai batas yang jelas dan terdapat konsistensi
yang berbeda dengan daerah disekitar benjolan serta adanya benjolan
tersebut tidak terpengaruhi oleh adanya siklus haid.
Jika didapatkan konsistensi yang kenyal sampai keras, mempunyai
batas yang tidak jelas dan terfiksasi ke jaringan sekitarnya, adanya
retraksi kulit dan atau puting susu, adanya luka atau cairan sero-
sanguinus yang keluar dari puting susu dapat dicurigai ganas dan untuk
memastikannya dapat dilakukan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan
yang dilakukan harus dibandingkan antara payudara kanan dan kiri.
c. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada penderita
karsinoma payudara adalah sebagai berikut :
1) Pemeriksaan mammografi
Pemeriksaan ini dilakukan sebagai alat bantu diagnostik utama
terutama pada usia yang lebih dari 30 tahun. Jika pada pemeriksaan
ini hasilnya normal tetapi ada keluhan baru maka harus dilakukan
mammografi ulang. Jika dicurigai ganas maka pada pemeriksaan ini
akan terlihat adanya lesi asimetris, kalsifikasi pleiomorfik, tepi
irreguler atau berspikula dan terjadi peningkatan densitas
dibandingkan dengan daerah sekitarnya. Pada penelitian dengan
41.427 penderita didapatkan sensitivitas mencapai 82,3% dan
spesifitas mencapai 91,2%. Jika pada pemeriksaan ini didapatkan
hasil yang negatif maka harus tetap dilakukan pemeriksaan lanjutan.13
2) USG (Ultrasonografi)
Pemeriksaan USG memiliki beberapa keuntungan diantaranya
adalah pemeriksaanya tidak menggunakan sinar pengion sehingga
tidak terdapat efek radiasi dan pemeriksaan ini juga merupakan
pemeriksaan yang non invasif, relatif mudah dikerjakan dan dapat
dilakukan berulang-ulang.14
Pemeriksaan ini sangat berguna dalam menentukan perbedaan
lesi yang solid dan kistik setelah ditemukan adanya kelainan pada
pemeriksaan mammografi. Pada kondisi tertentu misalnya pada
wanita hamil pemeriksaan ini juga dapat digunakan jika ada keluhan
benjolan di payudara. Pemeriksaan ini juga dapat digunakan sebagai
panduan saat melakukan pemeriksaan biopsi jarum.
Klasifikasi menurut panduan the American College of
Radiology (ACR-BIRADS) pada hasil pemeriksaan USG maupun
pemeriksaan mammografi :
a. Kategori 0 : harus dilakukan pemeriksaan mammografi untuk
menentukan diagnosis.
b. Kategori 1 : negatif atau tidak ditemukan adanya lesi.
c. Kategori 2 : jinak. Biasanya jenis kista simplek dan dilakukan
pemeriksaan USG ulang pada 1 tahun kemudian.
d. Kategori 3 : kemungkinan jinak. Sering ditemukan jenis Fibro
Adenoma Mammae (FAM) dan dilakukan pemeriksaan USG
ulang pada 3-6 bulan.
e. Kategori 4 : curiga abnormal dan harus dilakukan pemeriksaan
biopsi.
f. Kategori 5 : sangat curiga ganas. Pengelolaan sesuai dengan
panduan pada penderita karsinoma payudara dini.
g. Kategori 6 : kanker. Jika pada hasil biopsi memang benar
adanya keganasan pada payudara maka dikelola sebagai
karsinoma payudara dini.13
3) Biopsi
Biopsi adalah pemeriksaan dengan mengambil sedikit jaringan
pada payudara kemudian diperiksa untuk melihat adanya sel kanker
atau tidak. Biopsi tidak dilakukan pada semua kasus dengan keluhan
benjolan di payudara tetapi dilakukan berdasarkan indikasi. Beberapa
panduan terkini lebih menganjurkan core biopsy sebagai pilihan
pertama tetapi jika tidak terdapat fasilitas pada pemeriksaan ini maka
biopsi insisi atau eksisi dilakukan sebagai gantinya. Tindakan biopsi
aspirasi menggunakan jarum halus tidak dianjurkan kecuali dilakukan
oleh ahli yang berpengalaman dengan indikasi kista asimptomatik
dan massa solid kategori 4.13,15
4) Pemeriksaan immunohistokimia
Metode pada pemeriksaan ini dilakukan dengan cara sebagai
berikut :
a. Deparafinisasi sediaan jaringan yang telah dipotong dari
blok parafin menggunakan mikrotom dengan ketebalan 4
mikron.
b. Dilakukan rehidrasi dengan menggunakan alkohol
bertingkat dan reaksi blocking dengan 0.5% H2O2.
c. Dilakukan antigen retrieval dengan microwave pada power
level tinggi selama 5 menit dan power level rendah selama 5
menit.
d. Setelah didinginkan dan dicuci dengan PBS dilakukan
blocking terhadap aktifitas non spesifik binding site dengan
Normal Horse Serum selama 20 menit.
e. Dilakukan inkubasi selama satu malam dengan antibodi
primer polyclonal rabbit anti human c-erbB-2 oncoprotein
DAKO konsentrasi 1/500 untuk HER-2/neu.
f. Setelah dicuci dengan PBS sediaan diinkubasi dengan
antibodi sekunder polyclonal goat anti rabbit
immunoglobuline/Biotynylated DAKO untuk HER-2/ne.
g. Dicuci dengan PBS dan diinkubasi kembali dengan
Streptavidin DAKO selama 60 menit.
h. Selanjutnya sediaan diinkubasi dengan chromogen Di
Amino Benzidine (DAB) dalam Tris HCl pH 7,6 selama 10
menit.
i. Dilakukan counterstain dengan hematoksilin Lilie-Mayer
lemah.
j. Dilakukan dehidrasi dalam alkohol bertingkat.
k. Dilakukan clearing dalam xylol dan ditutup dengan entelan
untuk dinilai oleh ahli patologi.
Penilaian dilakukan menggunakan mikroskop cahaya. HER-
2/neu dikatakan positif jika membran sel tumor terpulas kuat,
komplit pada > 10% sel atau setara 3+ Herceptest. Penggolongan
derajat ekspresi pewarnaan HER-2/neu secara semikuantitatif dapat
dinilai berdasarkan pada kriteria dari DAKO untuk HercepTest.
Ekspresi HER-2/neu positif jika ditemukan adanya warna
coklat yang disertai intensitas yang kuat pada seluruh membran sel
tumor. Dari penggolongan tersebut akan dikelompokkan berdasarkan
jumlah sel yang terwarnai dan intensitas dari pewarnaan yaitu skor 0
(-) jika tidak adanya sel tumor yang positif atau kurang dari 10% sel
tumor terwarnai lemah, skor +1 jika terdapat lebih dari 10% sel
tumor yang terwarnai lemah, skor +2 jika terdapat lebih dari 10% sel
tumor yang terwarnai sedang, skor +3 jika terdapat lebih dari 10%
sel tumor yang terwarnai kuat pada seluruh membran sel tumor.3,5
A B
Gambar 2.1
Pada gambar A membran sel tidak terpulas coklat (HER-2/neu
negatif ) dan pada gambar B membran sel terpulas coklat kuat
lebih dari 10% sel (Her-2/neu positif).5
7. Jenis/penggolongan
Menurut WHO berdasarkan gambaran histologik berikut adalah
klasifikasi karsinoma payudara :
a. Karsinoma payudara non invasif
1) Karsinoma intraduktus non invasif
Karsinoma intraduktus adalah karsinoma dimana mengenai
duktus dan disertai adanya infiltrasi ke jaringan stroma sekitarnya.
Salah satu macam dari karsinoma intraduktus adalah
komedokarsinoma. Komedokarsinoma ditandai adanya sel-sel yang
berproliferasi cepat dan mempunyai derajat keganasan yang tinggi.
Karsinoma jenis ini dapat terjadi perluasan ke duktus ekskretorius
utama selanjutnya dapat menginfiltrasi papila dan areola sehingga
dapat mengakibatkan penyakit paget pada payudara.
2) Karsinoma lobular insitu
Karsinoma lobular insitu merupakan karsinoma yang ditandai
dengan adanya pelebaran satu atau lebih duktus terminal dan atau
tubulus tanpa disertai adanya infiltrasi ke dalam stroma. Sel-sel
pada karsinoma ini lebih besar dari normal, berinti bulat kecil dan
jarang disertai mitosis.
b. Karsinoma payudara invasif
1) Karsinoma duktus invasif
Karsinoma duktus invasif merupakan jenis paling umum dari
kanker payudara. Sekitar 65-80% dari kejadian karsinoma
payudara. Jika dilihat secara histologis karsinoma ini memiliki
gambaran dimana jaringan ikat padatnya menyebar dan berbentuk
sarang. Bentuk sel bulat sampai poligonal, inti yang kecil dan
sedikit gambaran mitosisnya. Pada tepi tumor terlihat adanya sel
kanker yang mengadakan infiltrasi ke jaringan sekitar seperti sarang
kawat atau seperti kelenjar. Jenis ini disebut infiltrating ductus
carsinoma Not Otherrwiser Spercifierd (NOS), scirrhous
carcinoma, infiltrating carcinoma simplex.
2) Karsinoma lobular invasif
Pada karsinoma lobular invasif tersusun atas sel-sel yang
berukuran kecil dan seragam dengan sedikit pleiomorfisme. Pada
karsinoma jenis ini biasanya mempunyai tingkat mitosis yang
rendah. Sel infiltratif biasanya tersusun secara konsentris disekitar
duktus dan bentuknya seperti target. Sel tumor dapat juga berbentuk
seperti signet-ring, tubuloalveolar atau solid.
3) Karsinoma musinosum
Pada jenis karsinoma musinosum dapat terlihat banyak mukus
intraseluler dan ekstraseluler yang dapat diketahui baik secara
makroskopis maupun mikroskopis. Jika dari segi histologi terdapat
3 jenis. Jenis pertama dimana terdapat sel yang tampak seperti
pulau-pulau kecil yang mengembang dalam cairan musin basofilik.
Jenis kedua sel yang tumbuh dalam susunan kelenjar yang berbatas
jelas dan pada lumennya mengandung musin. Jenis ketiga terdiri
dari susunan jaringan tidak teratur yang berisi sel tumor tanpa
adanya diferensiasi dan sebagian besar sel berbentuk signet-ring.
4) Karsinoma meduler
Pada karsinoma meduler terdapat sel yang berukuran besar,
mempunyai bentuk yang poligonal atau lonjong, batas sitoplasma
tidak jelas. Pada jenis ini terdapat diferensiasi yang buruk tetapi
prognosinya lebih baik jika dibanding dengan jenis karsinoma
duktus invasif. Biasanya jenis ini juga didapatkan adanya infiltrasi
limfosit yang nyata dalam jumlah yang sedang diantara sel kanker
terutama berada dibagian tepi jaringan kanker.
5) Karsinoma papiler invasif
Pada jenis karsinoma ini komponen invasifnya berbentuk
papiler.
6) Karsinoma tubuler
Pada karsinoma jenis ini memiliki bentuk sel yang teratur dan
tersusun secara tubuler selapis dikelilingi oleh stroma fibrous.
7) Karsinoma adenokistik
Jenis karsinoma ini mempunyai karakteristik sel yang
berbentuk kribriformis. Jenis ini sangat jarang ditemukan pada
payudara.
8) Karsinoma apokrin
Pada jenis karsinoma ini didominasi dengan adanya sel yang
mempunyai sitoplasma eosinofilik sehingga menyerupai apokrin
yang terjadi metaplasia.16
8. Derajat histopatologi dan stadium klinis
Sistem yang banyak digunakan saat ini salah satunya adalah sistem
berdasarkan Scarff-Bloom-Richardson. Dengan sistem itu perlu dilakukan
pemeriksaan histologi jaringan payudara melalui mikroskop. Kriteria
penilaian pada sistem ini adalah dengan menilai pada formasi tubular dan
glandular, pleiomorfik inti dan jumlah mitosis. Untuk penilaiannya dengan
cara menghitung skor total yaitu dengan menjumlahkan nilai dari ketiga
kriteria penilaian tersebut sebagai konfirmasi derajat keganasan.
Tabel 2.1
Derajat histologik skor 17,18
No Derajat Skor
1 Derajat I 3-5
2 Derajat II 6-7
3 Derajat III 8-9
Tabel 2.
Gambaran histologik skor 19
Gambaran Skor
Formasi tubular dan glandular
Mayoritas pada tumor > 75 %
Moderat 10-75 %
Minimal < 10 %
1
2
3
Pleiomorfik inti
Inti kecil, sel uniform regular
Moderat ukuran dan variasinya
Adanya variasi banyak
1
2
3
Jumlah mitosis
0-7
8-14
15 atau lebih
1
2
3
9. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada penderita karsinoma payudara secara umum
adalah sebagai berikut :
a. Terapi bedah/Mastektomi
Penderita karsinoma payudara pada stadium 0, I, II dan sebagian
stadium III disebut karsinoma payudara operable. Dan pola operasi yang
sering digunakan adalah :
1) Mastektomi radikal
Pada tahun 1890 Halsted pertama kali merancang dan
mempopulerkan mastektomi radikal pada karsinoma payudara
dimana bagian reseksinya mencakup kulit yang berjarak minimal 3
cm dari tumor, seluruh kelenjar payudara, muskulus pektoralis
mayor, muskulus pektoralis minor, jaringan limfatik dan lemak
subskapsuler, aksilar secara kontinyu enblok reseksi.
2) Mastektomi radikal modifikasi
Pada mastektomi radikal modifikasi pola reseksinya sama
dengan mastektomi radikal tetapi pada mastektomi radikal
modifikasinya adalah dengan tetap mempertahankan muskulus
pektoralis mayor dan minor (model Auchincloss) atau
mempertahankan muskulus pektoralis mayor, mereseksi muskulus
pektoralis minor (model Patey). Cara mastektomi ini mempunyai
kelebihan yaitu dapat memacu pemulihan fungsi setelah operasi
tetapi kekurangan pada cara ini adalah lebih sulit membersihkan
bagian kelenjar limfe yang berada di aksila superior.
3) Mastektomi total
Pada mastektomi total polanya adalah hanya membuang
seluruh kelenjar payudara tanpa membersihkan kelenjar limfenya.
Cara operasi ini biasaya dilakukan pada penderita karsinoma
payudara insitu atau pada penderita yang lanjut usia.
4) Mastektomi segmental dengan diseksi kelenjar limfe aksila
Pada mastektomi segmental secara umum dapat disebut operasi
konservasi payudara. Pada model ini biasanya dibuat dua buah insisi
yang terpisah yaitu di payudara dan di aksila. Model mastektomi ini
bertujuan mereseksi sebagian jaringan kelenjar payudara normal
ditepi tumor. Jika dilihat dibawah mikroskop tidak terdapat invasi
tumor pada tempat dibuatnya irisan. Lingkup diseksi pada kelenjar
limfe aksila biasanya juga mencakup jaringan aksila dan juga
mencakup kelenjar limfe aksila kelompok tengah.
5) Matektomi segmental dengan biopsi kelenjar limfe sentinel
Pada metode mastektomi ini pola reseksi segmentalnya sama
dengan model mastektomi segmental dengan diseksi kelenjar limfe
aksila. Pada metode mastektomi ini yang dinamakan kelenjar limfe
sentinel adalah terminal pertama metastasis limfogen dari karsinoma
payudara. Pada saat dilakukan operasi dibuat insisi kecil di aksila dan
dengan pola itu secara tepat akan mengangkat kelenjar limfe sentinel
kemudian dilakukan pemeriksaan biopsi. Jika pada pemeriksaan
biopsi didapatkan patologik negatif maka operasi dihentikan tetapi
jika hasilnya patologik positif maka dilakukan diseksi pada kelenjar
limfe aksila.
b. Radiasi
Radiasi adalah penyinaran pada daerah yang terkena kanker yang
menggunakan sinar X dan sinar gamma dengan tujuan mematikan sel-sel
kanker yang masih tersisa di payudara setelah dilakukan tindakan
operasi. Pada terapi radiasi ini juga menimbulkan efek pada tubuh yaitu
tubuh menjadi lemah, menurunnya nafsu makan, kulit disekitar payudara
berwarna hitam dan didapatkan hemoglobin serta leukosit yang
cenderung menurun karena efek radiasi.
c. Kemoterapi
Kemoterapi adalah proses pemberian obat-obatan anti kanker
dalam bentuk pil cair atau kapsul atau melalui infus dengan tujuan
membunuh sel-sel kanker. Pada kemoterapi tidak hanya membunuh sel
kanker yang ada di payudara tetapi juga dapat membunuh sel kanker
yang ada di seluruh tubuh. Kemoterapi juga menimbulkan efek bagi
tubuh yaitu pasien akan mual dan muntah, rambut rontok dikarenakan
efek dari obat-obatan pada kemoterapi. Obat yang diberikan pada
kemoterapi adalah kombinasi dari Cyclophosphamide, Metotrexate dan
5-Fluorouracyl yang dilakukan selama 6 bulan.14
Selain tindakan umum juga dilakukan tindakan tambahan pada
penderitaa karsinoma payudara yang disertai ekspresi HER-2/neu yang
positif. Berikut adalah tindakan pada penderita karsinoma payudara yang
disertai ekspresi HER-2/neu yang positif :
a. Terapi Anti HER2/neu
Terapi target pada penderita dengan HER-2/neu positif terdiri atas
2 jenis yaitu antibodi monoklonal dan inhibitor tirosin kinase.
1) Perbedaan antara antibodi monoklonal dengan inhibitor tirosin kinase.
Terapi dengan antibodi monoklonal diberikan secara intravena.
Aksi antibodi monoklonal hanya pada reseptor yang
mengekspresikannya pada permukaan sel atau reseptor yang
disekresikan. Sedangkan inhibitor tirosin kinase adalah obat-obatan
yang diberikan secara oral. Inhibitor tirosin kinase mempunyai
molekul dengan ukuran lebih kecil dari pada molekul antibodi
monoklonal. Inhibitor tirosin kinase merupakan suatu sintetis yang
permeabel terhadap membran yang dapat menghambat atau
berkompetesi dengan pengikatan ATP sehingga dapat menghambat
kaskade transduksi sinyal di dalam sel yang dirangsang oleh satu
reseptor atau beberapa reseptor.
Antibodi monoklonal dan inhibitor tirosin kinase juga
memiliki waktu paruh yang berbeda. Waktu paruh inhibitor tirosin
kinase misalnya pada lapatinib dan gefitinib diperkirakan 24-48 jam
sedangkan waktu paruh antibodi monoklonal misalnya pada
trastuzumab dan bevacizumab adalah sekitar 3-4 minggu.
Perbedaan lain antara antibodi monoklonal (AM) dan inhibitor
tirosin kinase adalah karena molekul AM yang besar maka molekul
tersebut tidak dapat melewati sawar otak. Sedangkan pada inhibitor
tirosin kinase mempunyai ukuran molekul yang kecil sehingga
mengakibatkan inhibitor tirosin kinase kurang spesifik. Oleh karena
itu pada inhibitor tirosin kinase kadang-kadang dapat memberikan
manfaat tetapi juga dapat meningkatkan kejadian toksisitas.20
2) Antibodi monoklonal inhibitor HER2-2/neu
a) Trastuzumab
Trastuzumab merupakan suatu antibodi monoklonal
human rekombinan terhadap domain ekstrasel protein HER-
2/neu. Beberapa efek yang ditimbulkan secara molekuler dan
seluler telah diteliti pada model eksperimental meliputi efek
penghambatan proteolisis ekstrasel HER-2/neu, gangguan
terhadap jalur seluler hilir, penghentian pada siklus sel,
penghambatan perbaikan DNA, penekanan pada angiogenesis,
dan induksi sitotoksisitas. 21
(1) Trastuzumab pada karsinoma payudara dengan HER-2
positif
Trastuzumab adalah agen tunggal yang aktif terhadap
MBC (Metastatic Breast Cancer) dengan HER-2/neu positif.
Tetapi Respon Rate (RR) objektif monoterapi trastuzumab
rendah (15-26%) untuk durasi median 9 bulan dan Clinical
Benefit (CB) rate yang didefinisikan sebagai respon klinik
atau penyakit yang stabil lebih dari 6 bulan terdapat pada 36-
48% penderita karsinoma payudara. Sementara itu RR dan
laju CB pada trastuzumab mengalami peningkatan jika
dikombinasikan dengan kemoterapi.
(2) Kombinasi Trastuzumab dengan kemoterapi lini pertama
pada MBC (Metastatic Breast Cancer) dengan HER-2/neu
positif
Kemoterapi lini pertama pada MBC (Metastatic Breast
Cancer) dengan menggunakan trastuzumab yang
dikombinasi dengan paclitaxel dan carboplatin atau dengan
salah satu dari docetaxel, vinorelbine dan capecitabine. 23
Pada beberapa penelitian telah dilaporkan bahwa
kombinasi trastuzumab dengan kemoterapi lini pertama dapat
memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan
kemoterapi saja dimana didapatkan adanya peningkatan ORR
sekitar 30%. 22
(3) Kombinasi trastuzumab dengan kemoterapi pada
karsinoma payudara primer
Pada sebuah penelitian dilaporkan pada tahun 2008
kombinasi trastuzumab sebagai adjuvan kemoterapi terjadi
peningkatan DFS (Disease Free Survival) yaitu sebanyak 4
dari 6 penderita didapatkan adanya peningkatan ORR yang
diterapi dengan trastuzumab. Sementara itu penelitian pada
efek trastuzumab sebagai terapi neoadjuvan kemoterapi
didapatkan Pathological Complete Respon (PCR) yang lebih
baik pada penderita karsinoma payudara yang mendapatkan
terapi trastuzumab. 23
Pada penelitian lain juga didapatkan hasil yang sama
dimana terjadi peningkatan PCR dan RR pada penderita
karsinoma payudara primer yang mendapatkan terapi dengan
kombinasi trastuzumab dan kemoterapi lain sebelum
operasi.22,24
(4) Trastuzumab pada karsinoma payudara dini
Pada 6 penelitian uji klinis membuktikan jika
trastuzumab dapat meningkatkan Desease Free Survival
(DFS) dan survival pada pasien karsinoma payudara dini
yang mendapatkan kemoterapi adjuvan. 22,24
(5) Tolerabilitas trastuzumab
Pada terapi trastuzumab juga didapatkan adanya efek
samping. Efek samping utama pada pemakaian trastuzumab
adalah kardiotoksisitas.25
Terdapat 3% kejadian
kardiotoksisitas pada penderita karsinoma payudara yang
mendapatkan trastuzumab.26
b) Pertuzumab
Pertuzumab merupakan antibodi monoklonal yang bekerja
terhadap HER-2/neu. Pertuzumab dapat mencegah proses
dimerisasi HER1 dan HER3. 22
c) Ertumaxomab
Ertumaxomab merupakan obat yang secara teori sangat
aktif karena merupakan obat yang bersifat trifungsional dan
merupakan antibodi bispesifik. Obat ini dapat berikatan dengan
HER-2/neu dan CD3 sehingga akan membentuk kompleks dari 3
sel diantaranya adalah sel tumor, sel T dan sel dendritik yang
dapat merangsang respon imun yang kuat sehingga
mengakibatkan adanya peningkatan aktivitas anti tumor. 22
3) Inhibitor tirosin kinase sebagai anti HER-2/neu :
a) Lapatinib
Lapatinib merupakan inhibitor tirosin kinase ganda yaitu
terhadap HER1 dan HER-2/neu dan terhadap Akt. Selain itu telah
dilaporkan juga jika lapatinib dapat menghambat MAPK. Pada
penelitian preklinis telah menjelaskan bahwa obat ini dapat
menghambat pertumbuhan serta dapat memicu proses apoptosis
dan dapat meningkatkan sensitivitas pada tamoxifen. Pada
karsinoma payudara yang telah mengalami metastasis dapat
terbukti bahwa lapatinib dapat meningkatkan respon pengobatan
dibandingkan dengan kemoterapi saja. 27
4) Posisi Anti HER-2 di dalam panduan terapi karsinoma payudara
Posisi Anti HER-2 di dalam panduan terapi karsinoma payudara
diterbitkan oleh organisasi yang bergerak di bidang onkologi.
Berdasarkan panduan pengobatan karsinoma payudara berdasarkan
NCCN 2011 pengobatan kanker payudara didasarkan pada staging
dan grading serta didasarkan pada status reseptor estrogen dan status
reseptor progesteron serta status ekspresi protein HER-2/neu. 27
10. Prognosis
Gen HER-2/neu diekspresikan secara berlebihan pada 18-25% dari
semua kasus karsinoma payudara invasif primer yang disebut karsinoma
payudara dengan HER-2/neu positif. Pada beberapa penelitian telah
dibuktikan bahwa adanya ekspresi yang berlebihan berhubungan dengan
buruknya Disease Free Survival (DFS). Ekspresi protein HER-2/neu yang
berlebihan juga berkorelasi dengan berbagai gambaran prognostik
yang buruk seperti pada ukuran tumor yang besar, derajat nuklear yang
tinggi, serta aneuploidi dan penurunan ekspresi reseptor hormon steroid.28
C. Hubungan HER-2 dengan derajat diferensiasi penderita karsinoma
payudara
Dalam kondisi normal semua sel epitel mengandung sebanyak 2 copy
gen HER-2/neu. Gen HER-2/neu tersebut mengekspresikan reseptor HER-
2/neu di permukaan dalam jumlah sedikit. Pada beberapa kasus selama proses
transformasi onkogenik terjadi peningkatan jumlah gen HER-2/neu sehingga
mengakibatkan peningkatan transkripsi mRNA dan peningkatan jumlah
reseptor HER-2/neu di permukaan sel. HER-2/neu onkogenik berhubungan
dengan keagresifan sel tumor dan berhubungan dengan peningkatan
amplifikasi dari gen HER-2/neu tersebut. Selain itu HER-2/neu onkogenik juga
berperan dalam tumorigenesis dan metastasis sel.
Peningkatan ekspresi gen HER-2/neu dapat menyebabkan peningkatan
proses proliferasi, metastasis, menginduksi angiogenesis dan anti-apoptosis
sehingga dapat meningkatkan derajat keganasan pada penderita karsinoma
payudara yang mempunyai ekspresi gen HER-2/neu yang berlebih. 29,30
D. Kerangka teori
mempengaruhi
Faktor resiko
a. Genetik
b. Hormonal
c. Pola makan
d. Aktifitas fisik
e. Lama
menyusui
f. Radiasi
g. Usia mentruasi
awal
h. Usia tua saat
melahirkan
pertama
i. Riwayat
kanker yang
lain
Karsinoma
payudara
Pemeriksaan
imunohistokimia
Derajat
diferensiasi
HER-2/neu +
(positif)
atau - (negatif)
Prognosis Terapi