BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum...

35
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum Laparatomi 2.1.1. Definisi Laparatomi Laparatomi adalah operasi yang dilakukan untuk membuka abdomen (bagian perut). Kata "laparotomi" pertama kali digunakan untuk merujuk operasi semacam ini pada tahun 1878 oleh seorang ahli bedah Inggris, Thomas Bryant. Kata tersebut terbentuk dari dua kata Yunani, laparadan tome”. Kata laparaberarti bagian lunak dari tubuh yg terletak di antara tulang rusuk dan pinggul. Sedangkan tomeberarti pemotongan (Kamus Kedokteran, 2011). Bedah laparatomi merupakan tindakan operasi pada daerah abdomen. Laparatomi yaitu insisi pembedahan melalui pinggang (kurang begitu tepat), tapi lebih umum pembedahan perut (Harjono, 1996). Ramali Ahmad (2000) mengatakan bahwa laparatomi yaitu pembedahan perut, membuka selaput perut dengan operasi. Sedangkan menurut Arif Mansjoer (2000), laparotomi adalah pembedahan yang dilakukan pada usus akibat terjadinya perlekatan usus dan biasanya terjadi pada usus halus.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/10004/3/7743cd8b82943e7cf29b8ddb84390ec8.pdf · biasanya dilakukan pada trauma limpa, penyakit keganasan ... Infeksi

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Umum Laparatomi

2.1.1. Definisi Laparatomi

Laparatomi adalah operasi yang dilakukan untuk membuka abdomen

(bagian perut). Kata "laparotomi" pertama kali digunakan untuk merujuk

operasi semacam ini pada tahun 1878 oleh seorang ahli bedah Inggris, Thomas

Bryant. Kata tersebut terbentuk dari dua kata Yunani, ”lapara” dan ”tome”.

Kata ”lapara” berarti bagian lunak dari tubuh yg terletak di antara tulang

rusuk dan pinggul. Sedangkan ”tome” berarti pemotongan (Kamus

Kedokteran, 2011).

Bedah laparatomi merupakan tindakan operasi pada daerah abdomen.

Laparatomi yaitu insisi pembedahan melalui pinggang (kurang begitu tepat),

tapi lebih umum pembedahan perut (Harjono, 1996). Ramali Ahmad (2000)

mengatakan bahwa laparatomi yaitu pembedahan perut, membuka selaput

perut dengan operasi. Sedangkan menurut Arif Mansjoer (2000), laparotomi

adalah pembedahan yang dilakukan pada usus akibat terjadinya perlekatan

usus dan biasanya terjadi pada usus halus.

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/10004/3/7743cd8b82943e7cf29b8ddb84390ec8.pdf · biasanya dilakukan pada trauma limpa, penyakit keganasan ... Infeksi

10

2.1.2. Teknik Sayatan Laparatomi

Menurut Sjamsuhidayat dan Jong (2006), bedah laparatomi merupakan

teknik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen. Teknik sayatan dapat

dilakukan pada bedah digestif dan kandungan (Bedah Unhas, 2013), dimana

arah sayatan meliputi :

a. Midline Epigastric Insision (irisan median atas)

Insisi dilakukan persis pada garis tengah dimulai dari ujung Proc.

Xiphoideus hingga satu sentimeter diatas umbilikus. Membuka peritoneum dari

bawah.

b. Midline Sub-umbilical Insision (irisan median bawah)

Irisan dari umbilikus sampai simfisis, membuka peritoneum dari sisi

atas. Irisan median atas dan bawah dapat disambung dengan melingkari

umbilikus.

c. Paramedian Insision ”trapp door” (konvensional)

Insisi ini dapat dibuat baik di sebelah kanan atau kiri dari garis tengah.

Kira-kira 2,5cm sampai 5cm dari garis tengah. Insisi dilakukan vertikal, diatas

sampai bawah umbilikus, M. Rectus Abdominis didorong ke lateral dan

peritoneum dibuka juga 2,5cm lateral dari garis tengah.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/10004/3/7743cd8b82943e7cf29b8ddb84390ec8.pdf · biasanya dilakukan pada trauma limpa, penyakit keganasan ... Infeksi

11

d. Lateral Paramedian Insision

Modifikasi dari paramedian insision yang dikenalkan oleh Guillou.

Dimana fascia diiris lebih lateral dari yang konvensional. Secara teoritis,

teknik ini akan memperkecil kemungkinan terjadinya wound dehiscence dan

insisional hernia dan lebih baik dari yang konvensional.

e. Vertical Muscle Splitting Insision (paramedian transrect)

Insisi ini sama dengan paramedian insision konvensional, hanya otot

rectus pada insisi ini dipisahkan secara tumpul (splitting longitudinally) pada

tengahnya, atau jika mungkin pada tengahnya. Insisi ini berguna

untuk membuka scar yang berasal dari insisi paramedian sebelumnya.

Kemungkinan hernia sikatrikalis lebih besar.

f. Kocher Subcostal Insision

Insisi Subcostal kanan yang biasanya digunakan untuk pembedahan

empedu dan saluran empedu.

g. McBurney Gridiron (Irisan oblique)

Dilakukan untuk kasus apendisitis akut dan diperkenalkan oleh Charles

McBurney pada tahun 1894, otot-otot dipisahkan secara tumpul.

h. Rocky Davis

Insisi dilakukan pada titik McBurney secara transverse skin crease,

irisan ini lebih kosmetik.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/10004/3/7743cd8b82943e7cf29b8ddb84390ec8.pdf · biasanya dilakukan pada trauma limpa, penyakit keganasan ... Infeksi

12

i. Pfannenstiel Insision

Insisi yang popular dalam bidang ginekologi dan juga dapat memberikan

akses pada ruang retropubic pada laki-laki untuk melakukan extraperitoneal

retropubic prostatectomy.

j. Insisi Thoracoabdominal

Insisi Thorakoabdominal, baik kanan maupun kiri, akan membuat

cavum pleura dan cavum abdomen menjadi satu. Insisi thorakoabdominal

kanan biasanya dilakukan untuk melakukan emergensi ataupun elektif reseksi

hepar. Insisi thorakoabdominal kiri efektif jika dilakukan untuk melakukan

reseksi dari bagian bawah esophagus dan bagian proximal dari lambung.

2.1.3. Jenis Tindakan Operasi Laparatomi Menurut Indikasi

Tindakan bedah digestif yang sering dilakukan dengan teknik sayatan

arah laparatomi yaitu:

a. Herniotomi

Tindakan bedah hernia disebut herniotomi. Herniotomi adalah operasi

pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong hernia dibuka dan isi

hernia dibebaskkan kalau ada perlengketan, kemudian direposisi, kantong

hernia dijahit ikat setingggi mungkin lalu dipotong (Sjamsuhidayat dan Jong,

2006).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/10004/3/7743cd8b82943e7cf29b8ddb84390ec8.pdf · biasanya dilakukan pada trauma limpa, penyakit keganasan ... Infeksi

13

b. Gastrektomi

Suatu tindakan reseksi pada lambung baik keseluruhan lambung

maupun sebagian. Prosedur ini biasanya digunakan untuk mengobati kanker,

tetapi juga digunakan untuk mengobati ulkus lambung yang tidak berespon

terhadap terapi obat. Gastrektomi Billroth I adalah gastrektomi parsial, yaitu

bagian lambung yang masih ada dilakukan anastomosis dengan duodenum.

Gastrektomi parsial Polya (di Amerika Serikat lebih dikenal dengan

gastrektomi Billroth II) meliputi pengangkatan sebagian lambung dan

duodenum serta anastomosis bagian lambung yang masih ada dengan

jejunum. Gastrektomi total adalah operasi radikal yang dilakukan untuk

kanker di bagian atas lambung.

c. Kolesistoduodenostomi

Pembedahan pada tumor obstruksi duktus koleduktus, kaput pankreas,

papilla vater, duktus pankreas, duodenum, vena mesentrikasuperior, duktus

hepatikus, arteri mesenterika superior dan kandung empedu.

d. Hepatektomi

Hepatektomi adalah operasi bedah untuk mengangkat sebagian atau

seluruh bagian organ hati. Tindakan hepatektomi sering digunakan untuk

mengobati kanker hati. Hepatektomi parsial adalah pembedahan yang hanya

mengangkat tumornya saja (sebagian dari hati). Hepatektomi total adalah

operasi yang kompleks di mana seluruh hati atau liver akan diangkat.

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/10004/3/7743cd8b82943e7cf29b8ddb84390ec8.pdf · biasanya dilakukan pada trauma limpa, penyakit keganasan ... Infeksi

14

Prosedur ini diikuti dengan transplantasi hati karena tubuh tidak dapat hidup

tanpa hati.

e. Splenorafi atau splenotomi

Splenotomi adalah adalah sebuah metode operasi pengangkatan limpa,

yang mana organ ini merupakan bagian dari sistem getah bening. Splenotomi

biasanya dilakukan pada trauma limpa, penyakit keganasan tertentu pada

limpa (hodkin’s disease dan non-hodkin’s limfoma, limfositis kronik, dan

CML), hemolitik jaundice, idiopatik trombositopenia purpura, atau untuk

tumor, kista, dan splenomegali.

f. Apendektomi

Tindakan pembedahan yang dilakukan pada apendiks akibat

peradangan baik bersifat akut maupun kronik. Teknik apendektomi dengan

irisan Mc. Burney secara terbuka.

g. Kolostomi

Kolostomi merupakan kolokytaneostomi yang disebut juga anus

preternaturalis yang dibuat sementara atau menetap.

h. Hemoroidektomi

Terapi bedah dipilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahun

dan pada penderita hemoroid derajat III dan IV.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/10004/3/7743cd8b82943e7cf29b8ddb84390ec8.pdf · biasanya dilakukan pada trauma limpa, penyakit keganasan ... Infeksi

15

i. Fistulotomi atau fistulektomi

Pada fistel dilakukan fistulotomi atau fistulektomi artinya fistel dibuka

dari lubang asalnya sampai lubang kulit. Luka dibiarkan terbuka sehingga

proses penyembuhan dimulai dari dasar persekundan intertionem.

Tindakan bedah kandungan yang sering dilakukan dengan teknik

sayatan arah laparatomi adalah berbagai jenis operasi uterus, operasi pada

tuba fallopi dan operasi ovarium, yaitu:

a. Histerektomi

Pembukaan uterus untuk mengeluarkan isinya dan kemudian

menutupnya lagi, yang dapat dilakukan dengan cara:

1) Histerektomi total yaitu mengangkat seluruh uterus dengan membuka

vagina.

2) Histerektomi subtotal yaitu pengangkatan bagian uterus diatas vagina

tanpa membuka vagina.

3) Histerektomi radikal yaitu untuk karsinoma serviks uterus dengan

mengangkat uterus, alat-alat adneksia sebagian dari parametrium, bagian atas

vagina dan kelenjar-kelenjar regional.

4) Eksterasi pelvik yaitu operasi yang lebih luas dengan mengangkat

semua jaringan di dalam rongga pelvik, termasuk kandung kencing atau

rektum.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/10004/3/7743cd8b82943e7cf29b8ddb84390ec8.pdf · biasanya dilakukan pada trauma limpa, penyakit keganasan ... Infeksi

16

b. Salpingo-ooforektomi bilateral

Merupakan pengangkatan sebagian ovarium diselenggarakan pada

kelainan jinak. Pada tumor ganas ovari kanan dan kiri diangkat dengan tuba

bersama dengan uterus.

Selain tindakan bedah dengan teknik sayatan laparatomi pada bedah

digestif dan kandungan, teknik ini juga sering dilakukan pada pembedahan

organ lain, antara lain ginjal dan kandung kemih (Nuryanti, 2012).

2.1.4. Komplikasi Post Laparatomi

a. Stitch Abscess

Biasanya muncul pada hari ke-10 pasca operasi atau bisa juga

sebelumnya, sebelum jahitan insisi tersebut diangkat. Abses ini dapat

superfisial atau lebih dalam. Jika dalam ia dapat berupa massa yang teraba

dibawah luka, dan terasa nyeri jika diraba.

b. Infeksi Luka Operasi

Biasanya jahitan akan terkubur didalam kulit sebagai hasil dari edema

dan proses inflamasi sekitarnya. Infeksi luka sering muncul pada 36 jam

sampai 46 jam pasca operasi. Penyebabnya dapat berupa Staphylococcus

Aureus, E. Colli, Streptococcus Faecalis, Bacteroides. Pasien biasanya akan

mengalami demam, sakit kepala, anorexia dan malaise.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/10004/3/7743cd8b82943e7cf29b8ddb84390ec8.pdf · biasanya dilakukan pada trauma limpa, penyakit keganasan ... Infeksi

17

c. Gas Gangrene

Biasanya berupa rasa nyeri yang sangat pada luka operasi, biasanya 12

jam sampai 72 jam pasca operasi, peningkatan temperature (39°C sampai

41°C), takikardia, dan syok yang berat.

d. Hematoma

Kejadian ini kira-kira 2% dari komplikasi operasi. Keadaan ini

biasanya hilang dengan sendirinya.

e. Keloid Scar

Penyebab dari keadaan ini hingga kini tidak diketahui, hanya memang

sebagian orang mempunyai kecenderungan untuk mengalami hal ini lebih dari

orang lain.

f. Abdominal Wound Disruption and Evisceration

Disrupsi ini dapat partial ataupun total. Insidensinya sendiri bervariasi

antara 0% sampai 3% dan biasanya lebih umum terjadi pada pasien lebih dari

60 tahun. Jika dilihat dari jenis kelamin, perbandingan laki-laki dan

perempuan adalah 4: 1.

2.1.5. Proses Penyembuhan Luka

Penyembuhan merupakan suatu sifat dari jaringan-jaringan yang hidup.

Hal ini juga diartikan sebagai pembentukan kembali atau pembaharuan dari

jaringan-jaringan tersebut. Dalam Potter dan Perry (2006) disebutkan bahwa

penyembuhan dapat dibagi dalam tiga fase:

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/10004/3/7743cd8b82943e7cf29b8ddb84390ec8.pdf · biasanya dilakukan pada trauma limpa, penyakit keganasan ... Infeksi

18

a. Fase Peradangan (Inflamasi)

Fase peradangan atau inflamasi merupakan reaksi tubuh terhadap luka

yang dimulai setelah beberapa menit dan berlangsung selama sekitar tiga hari

setelah cedera. Ada dua proses utama yang terjadi selama fase peradangan ini,

yaitu hemostatis (mengontrol perdarahan) dan epitelialisasi (membentuk sel-

sel epitel pada tempat cedera).

Respon terhadap peradangan ini sangat penting terhadap proses

penyembuhan. Terlalu sedikit inflamasi yang terjadi akan menyebabkan fase

inflamasi berlangsung lama dan proses perbaikan menjadi lama. Terlalu

banyak inflamasi juga dapat memperpanjang masa penyembuhan karena sel

yang tiba pada luka akan bersaing untuk mendapatkan nutrisi yang memadai.

b. Fase Regenerasi (Proliferasi)

Fase proliferatif (tahapan pertumbuhan sel), fase kedua dalam proses

penyembuhan, memerlukan waktu tiga sampai 24 hari. Fase regenerasi

merupakan fase pengisian luka dengan jaringan granulasi yang baru dan

menutup bagian atas luka dengan epitelisasi.

c. Fase Remodeling (Maturasi)

Maturasi merupakan tahap terakhir proses penyembuhan luka, dapat

memerlukan waktu lebih dari satu tahun, bergantung pada kedalaman dan luas

luka. Jaringan parut kolagen terus melakukan reorganisasi dan akan menguat

setelah beberapa bulan. Namun, luka yang telah sembuh biasanya tidak

memiliki daya elastisitas yang sama dengan jaringan yang digantikannya.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/10004/3/7743cd8b82943e7cf29b8ddb84390ec8.pdf · biasanya dilakukan pada trauma limpa, penyakit keganasan ... Infeksi

19

2.2. Lama Rawat Inap

2.2.1. Definisi

Lama rawat inap adalah istilah yang umum dipakai untuk mengukur

durasi satu episode rawat inap. Lama perawatan pada pasien merupakan

jumlah hari rawat pasien sejak menjalani operasi sampai pada saat pasien

sembuh dan dapat dipulangkan (Nursiah, 2010). Lama rawat inap dihitung

dengan cara tanggal keluar dikurangi tanggal masuk, dengan kriteria pasien

boleh dipulangkan berdasarkan kriteria medis (klinis dan laboratorium).

Dari penelitian yang dilakukan oleh Islam dan Limpo pada tahun 2001

menyatakan bahwa lama hari rawat pada pasien pasca operasi bervariasi yaitu

tujuh sampai 30 hari dengan rata-rata hari rawat antara tujuh sampai 14 hari.

Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nursiah Arfah

Noer (2010) di RSUD Labuang Baji Makasar terhadap pasien yang menjalani

tindakan pembedahan laparatomi menyatakan bahwa lama perawatan singkat

yaitu tujuh sampai 14 hari sebanyak 74,2% dan lama perawatan jangka

panjang yaitu, lebih dari 14 hari, sebanyak 25,8%. Dimana pada lama

perawatan singkat ditemukan pada pasien yang menjalani mobilisasi dini,

pasien yang perawatan luka menggunakan teknik steril, dan frekuensi

perawatan luka dua kali sehari.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/10004/3/7743cd8b82943e7cf29b8ddb84390ec8.pdf · biasanya dilakukan pada trauma limpa, penyakit keganasan ... Infeksi

20

Sementara dalam Potter dan Perry (2006), dijelaskan bahwa

penyembuhan atau pemulihan pasca operasi pengangkatan kandung empedu

atau kolesistektomi membutuhkan waktu lama rawat inap di rumah sakit

selama tiga sampai lima hari dan masa pemulihan sedikitnya membutuhkan

waktu selama empat minggu. Hal ini juga serupa dengan lama perawatan post

seksio sesarea yang dijabarkan oleh Kasdu (2003), dimana dibutuhkan waktu

perawatan normal selama tiga sampai lima hari dan proses pengangkatan

jahitan pasca operasi bersih adalah lima sampai tujuh hari sesuai dengan

penyembuhan luka yang terjadi.

2.2.2. Perawatan Pasca Bedah Pada Ruang Rawat Inap

Perawatan pasca laparatomi adalah bentuk pelayanan perawatan yang

diberikan kepada pasien-pasien yang telah menjalani operasi pembedahan

abdomen.

Perawatan pascaoperatif dilakukan dalam dua tahap, yaitu periode

pemulihan segera dan pemulihan berkelanjutan setelah fase pascaoperatif.

Untuk pasien yang menjalani bedah sehari, pemulihan normalnya terjadi

hanya dalam satu sampai dua jam, dan penyembuhan dilakukan di rumah.

Untuk pasien yang dirawat di rumah sakit, pemulihan terjadi selama beberapa

jam dan penyembuhan berlangsung selama satu hari atau lebih, tergantung

pada luasnya pembedahan dan respon pasien (Potter dan Perry, 2006).

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/10004/3/7743cd8b82943e7cf29b8ddb84390ec8.pdf · biasanya dilakukan pada trauma limpa, penyakit keganasan ... Infeksi

21

Pasien yang mengalami tindakan laparatomi, biasanya dipindahkan ke

unit pemulihan tahap I untuk menstabilkan kondisi pasien sebelum pulang

atau sebelum dibawa ke ruang rawat inap. Pada ruang pemulihan tahap I,

pasien akan membutuhkan pemantauan ketat dan biasanya hal yang sering

dikaji adalah tanda-tanda vital, status pernapasan, sirkulasi, tingkat kesadaran,

kondisi luka, dan tingkat nyeri. Waktu rata-rata yang diperlukan untuk

pemulihan tahap I adalah satu jam, jika tidak ada komplikasi. Setelah kondisi

pasien sudah stabil dan tidak lagi membutuhkan pemantauan ketat, perawat

akan memindahkan pasien ke ruang pemulihan tahap II. Setelah pasien

kembali ke bagian perawatan, perawatan pascaoperatif dimulai sampai

kesehatan pasien membaik dan pasien dinyatakan pulang (Potter dan Perry,

2006).

Untuk mencegah terjadinya komplikasi dan mengembalikan status

kesehatan fungsional pasien dengan cepat, maka pada tahap pemulihan

berkelanjutan, perawat membutuhkan informasi untuk membuat rencana

perawatan pasien. Adanya data pengkajian terbaru dan analisa riwayat

keperawatan perioperatif memungkinkan perawat untuk membuat rencana

intervensi keperawatan yang spesifik (Potter dan Perry, 2006).

Dalam Potter dan Perry (2006), beberapa tujuan perawatan pasca

operatif adalah :

a. Menunjukkan kembalinya fungsi fisiologis normal

b. Tidak memperlihatkan adanya infeksi luka bedah

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/10004/3/7743cd8b82943e7cf29b8ddb84390ec8.pdf · biasanya dilakukan pada trauma limpa, penyakit keganasan ... Infeksi

22

c. Dapat beristirahat dan memperoleh rasa nyaman

d. Mempertahankan konsep diri

e. Kembali pada status kesehatan fungsional dengan keterbatasan yang

ada akibat pembedahan

Menurut Majid, Judha, dan Istianah (2011), hal yang harus dilakukan

ketika pasien sudah mencapai ruang perawatan, adalah:

a. Memantau keadaan pasien

monitor tanda-tanda vital dan keadaan umum pasien, drainase, tube,

dan komplikasi. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan pertama yang

dilakukan di ruang perawatan pasca operasi.

b. Manajemen luka

Amati kondisi luka operasi dan jahitannya. Pastikan luka tidak

mengalami perdarahan abnormal. Evakuasi semua hematoma dan seroma, dan

cegah infeksi yang menjadi penyebabnya. Fokus penanganan luka adalah

mempercepat penyembuhan luka dan meminimalkan komplikasi dan biaya

perawatan.

c. Mobilisasi dini

Mobilisasi dini yang dapat dilakukan yaitu ROM, napas dalam dimana

tujuannya adalah untuk mengaktifkan kembali fungsi neuromuskular.

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/10004/3/7743cd8b82943e7cf29b8ddb84390ec8.pdf · biasanya dilakukan pada trauma limpa, penyakit keganasan ... Infeksi

23

d. Penanganan nyeri

Pengontrolan nyeri menggunakan analgetik secara intravena atau

intratrakea utamanya untuk pembedahan abdomen terbuka. Selain itu perawat

juga dapat mengajarkan terapi non farmakologi kepada pasien seperti

distraksi, guided imagery, napas dalam.

e. Posisi tempat tidur

Pasien biasanya ditempatkan pada posisi miring untuk mengurangi

inhalasi muntah atau mukus. Posisi lain yang diinginkan oleh ahli bedah harus

dinyatakan dengan jelas, contohnya posisi datar dengan kaki tempat tidur

yang elevasi.

f. Penggantian cairan

Penggantian cairan secara oral maupun intravena dibutuhkan. Untuk

penentuan cara pemberian cairan pasien dibutuhkan, selalu lihat berdasarkan

faktor-faktor jumlah seperti kehilangan cairan intraoperatif dan output urin,

waktu pembedahan, penggantian cairan intra operasi, dan jumlah cairan yang

diterima pada waktu pemulihan.

g. Nutrisi

Tujuan utama pemberian makan pasca operasi adalah untuk

meningkatkan fungsi imun dan mempercepat penyembuhan luka yang

meminimalisir ketidakseimbangan metabolik.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/10004/3/7743cd8b82943e7cf29b8ddb84390ec8.pdf · biasanya dilakukan pada trauma limpa, penyakit keganasan ... Infeksi

24

h. Rehabilitasi

Rehabilitasi diperlukan pasien untuk memulihkan kondisi pasien

kembali. Rehabilitasi dapat berupa latihan spesifik yang diperlukan untuk

memaksimalkan kondisi pasien seperti sebelumnya.

i. Discharge planning

Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada

pasien dan keluarga tentang hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan

sehubungan dengan penyakit pasca operasi.

2.2.3. Tinjauan Umum Tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lama

Hari Rawat

Fokus rumah sakit dalam pemberian pelayanan perawatan yang

berkualitas adalah bertujuan untuk memulangkan pasien lebih awal dengan

aman ke rumahnya. Hari rawat yang pendek atau cepat akan memberi

keuntungan antara lain penghematan biaya dan sumber yang lebih sedikit

terhadap rumah sakit terutama bagi pasien itu sendiri (Potter dan Perry, 2006).

Salah satu hal penting dalam penatalaksanaan pasien pasca bedah

adalah mengupayakan proses penyembuhan luka akibat pembedahan.

Komplikasi pembedahan dapat menghambat penyembuhan luka, sehingga

proses pemulihan semakin memanjang dan akan mengakibatkan

bertambahnya lama hari rawat yang sangat membebani pasien dan keluarga

(Smeltzer dan Bare, 2002).

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/10004/3/7743cd8b82943e7cf29b8ddb84390ec8.pdf · biasanya dilakukan pada trauma limpa, penyakit keganasan ... Infeksi

25

Dengan penanganan dini untuk meningkatkan status kesehatan

fungsional pasien akan mempercepat penyembuhan pasien dan hal ini juga

akan mengakibatkan lama hari rawat pasien dapat dipersingkat. Adapun

beberapa faktor dalam menentukan status kesehatan pasien:

a. Kondisi luka pasca operasi

Luka operasi pada prinsipnya adalah luka berada dalam kondisi bersih.

Luka bedah akan mengalami penyembuhan primer. Tepi-tepi kulit merapat

sehingga mempunyai risiko infeksi yang rendah. Untuk mencegah terjadinya

komplikasi, maka dilakukan manajemen luka pada ruang perawatan meliputi

perawatan luka sampai dengan pengangkatan jahitan (Majid, Judha, dan

Istianah, 2011).

Kondisi luka yang melewati fase inflamasi dan memasuki tahap

proliferasi merupakan indikator proses penyembuhan luka yang akan

mempercepat lama perawatan di rumah sakit (Potter dan Perry, 2006).

b. Usia

Gustia (2010) dalam detikhealth.com, menjelaskan penelitian terbaru

yang menyebutkan bahwa seseorang berhenti menjadi muda di usia 35 tahun

dan mulai masuk kategori tua saat usia 58 tahun. Pengkategorian usia ini

sangat penting untuk mengklasifikasikan gaya hidup yang sesuai untuk usia

seseorang.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/10004/3/7743cd8b82943e7cf29b8ddb84390ec8.pdf · biasanya dilakukan pada trauma limpa, penyakit keganasan ... Infeksi

26

Semakin tua atau semakin meningkatnya usia, dihubungkan dengan

lambatnya pemulihan dan menurunnya kemampuan penyembuhan jaringan.

Menurut Butler (2006), usia tua akan berhubungan dengan perubahan pada

penyembuhan luka yang berkaitan dengan penurunan respon inflamasi,

angiogenesis yang tertunda, penurunan sintesis dan degradasi kolagen serta

penurunan kecepatan epitelisasi. Hal ini juga didukung penelitian mengenai

hubungan antara usia dengan masa penyembuhan luka yang dipaparkan oleh

Valencia (2001) pada usia tua dan muda (dewasa, remaja, dan anak).

Penelitian tersebut menyatakan bahwa semakin tua usia pasien maka angka

komorbiditasnya akan meningkat. Respon terhadap fase inflamasi, fase

proliferasi dan maturasi mengalami perubahan dengan pengaruh usia.

c. Mobilisasi Dini

Mobilisasi adalah suatu kebutuhan dasar manusia yang diperlukan

oleh individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang berupa pergerakan

sendi, sikap, gaya berjalan, latihan maupun kemampuan aktivitas (Potter dan

Perry, 2006). Mobilisasi dini menurut Carpenito (2000) adalah suatu upaya

mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing

penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis.

Mobilisasi dini yang dapat dilakukan yaitu ROM, napas dalam dimana

tujuannya adalah untuk mengaktifkan kembali fungsi neuromuskular. Masih

banyak pasien yang mempunyai kekhawatiran jika tubuh digerakkan pada

posisi tertentu pasca operasi akan mempengaruhi luka operasi yang belum

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/10004/3/7743cd8b82943e7cf29b8ddb84390ec8.pdf · biasanya dilakukan pada trauma limpa, penyakit keganasan ... Infeksi

27

sembuh. Padahal tidak sepenuhnya masalah ini dikhawatirkan, bahkan justru

hampir semua jenis operasi membutuhkan mobilisasi atau pergerakan badan

sedini mungkin. Asalkan rasa nyeri dapat ditoleransi dan keseimbangan tubuh

tidak lagi menjadi gangguan, dengan bergerak, masa pemulihan untuk

mencapai level kondisi seperti pra pembedahan dapat dipersingkat. Hal ini

tentunya akan mengurangi waktu rawat di rumah sakit, menekan pembiayaan

serta juga dapat mengurangi stress psikis (Majid, Judha, dan Istianah, 2011).

Dengan bergerak, hal ini akan mencegah kekakuan otot dan sendi

sehingga mengurangi nyeri, menjamin kelancaran peredaran darah,

memperbaiki metabolisme, mengembalikan kerja fisiologis organ-organ vital

yang pada akhirnya akan mempercepat proses penyembuhan luka (Majid,

Judha, dan Istianah, 2011).

Menggerakkan badan atau melatih otot-otot dan sendi pasca operasi di

sisi lain akan menyehatkan pikiran dan mengurangi dampak negatif dari

beban psikologis yang tentu saja berpengaruh baik terhadap pemulihan fisik.

Hasil penelitian mengatakan bahwa keberhasilan mobilisasi dini tidak hanya

mempercepat proses pemulihan luka pasca pembedahan namun juga

mempercepat pemulihan peristaltik usus pada pasien pasca pembedahan

(Akhrita, 2011).

Mobilisasi sudah dapat dilakukan sejak 8 jam setelah pembedahan,

tentu setelah pasien sadar atau anggota gerak tubuh dapat digerakkan kembali

setelah dilakukan pembiusan regional. Pada saat awal pergerakan fisik bisa

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/10004/3/7743cd8b82943e7cf29b8ddb84390ec8.pdf · biasanya dilakukan pada trauma limpa, penyakit keganasan ... Infeksi

28

dilakukan di atas tempat tidur dengan menggerakkan tangan dan kaki yang

bisa ditekuk atau diluruskan, mengkontraksikan otot-otot dalam keadaan statis

maupun dinamis termasuk juga menggerakkan badan lainnya, miring ke kiri

atau miring ke kanan.

Pada 12 jam sampai 24 jam berikutnya atau bahkan lebih awal lagi

badan sudah bisa diposisikan duduk, baik bersandar maupun tidak dan fase

selanjutnya duduk diatas tempat tidur dengan kaki yang dijatuhkan atau

ditempatkan di lantai sambil digerak-gerakkan.

Di hari kedua pasca operasi, rata-rata untuk pasien yang dirawat di

kamar atau bangsal dan tidak ada hambatan fisik untuk berjalan, seharusnya

sudah biasa berdiri dan berjalan di sekitar kamar atau keluar kamar, misalnya

berjalan sendiri ke toilet atau kamar mandi dengan posisi infus yang tetap

terjaga.

Bergerak pasca operasi selain dihambat oleh rasa nyeri terutama di

sekitar lokasi operasi, bisa juga oleh karena beberapa selang yang

berhubungan dengan tubuh, seperti infuse, kateter, pipa nasogastrik

(nasogastric tube), selang drainase, kabel monitor, dan lain-lain. Perangkat ini

pastilah berhubungan dengan jenis operasi yang dijalani. Namun paling tidak

dokter bedah akan menginstruksi perawat untuk membuka atau melepas

perangkat itu tahap demi tahap seiring dengan perhitungan masa mobilisasi

ini.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/10004/3/7743cd8b82943e7cf29b8ddb84390ec8.pdf · biasanya dilakukan pada trauma limpa, penyakit keganasan ... Infeksi

29

Operasi yang dilakukan di daerah abdomen, tidak ada alasan untuk

berlama-lama berbaring di tempat tidur. Perlu diperhatikan kapan diet

makanan mulai diberikan, terutama untuk jenis operasi yang menyentuh

saluran pencernaan, yang luka operasinya melibatkan saluran kemih dengan

pemasangan kateter dan atau pipa drainase sudah akan memberikan

keleluasaan untuk bergerak sejak dua kali 24 jam pasca operasi (Majid, Judha,

dan Istianah, 2011).

d. Status Gizi Pre-Operasi

Kondisi malnutrisi dan obesitas atau kegemukan lebih berisiko

terhadap pembedahan dibandingkan dengan orang yang mempunyai gizi baik,

terutama pada fase penyembuhan. Pada pasien dengan keadaan malnutrisi,

pasien tersebut mengalami defisiensi nutrisi yang sangat diperlukan pada

proses penyembuhan luka. Pada pasien dengan obesitas, selama pembedahan

terutama jaringan lemak sangat rentan terhadap infeksi. Selain itu obesitas

meningkatkan permasalahan teknik dan mekanik. Oleh karenanya sering

terjadi dehisensi dan infeksi luka yang menyebabkan hari rawat inap menjadi

lebih panjang (Majid, Judha, dan Istianah, 2011).

e. Pengobatan

Menurut Efendi dan Ferry (2007) yang dijabarkan dalam penelitian

yang dilakukan oleh Nursiah (2010), bahwa pengobatan dengan terapi

antibiotik pasca operasi laparatomi dapat diindikasikan untuk pembedahan

dengan risiko tinggi, pada pasien dengan risiko tinggi, atau pada pembedahan

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/10004/3/7743cd8b82943e7cf29b8ddb84390ec8.pdf · biasanya dilakukan pada trauma limpa, penyakit keganasan ... Infeksi

30

risiko rendah yang dapat membantu penyembuhan luka, sehingga lama rawat

pada pasien pasca laparatomi menjadi lebih efisien.

f. Perawatan luka

Fokus perawatan luka adalah mempercepat penyembuhan luka dan

meminimalkan komplikasi, lama perawatan dan biaya perawatan. Manajemen

luka pada ruang perawatan meliputi perawatan luka sampai dengan

pengangkatan jahitan. Umumnya luka jahitan pada kulit dilepaskan tiga

sampai lima hari pasca operasi. Idealnya balutan luka diganti setiap hari dan

diganti menggunakan bahan hidrasi yang baik. Pembersihan yang sering harus

dihindari, karena hal tersebut menyebabkan jaringan vital terganggu dan

memperlambat penyembuhan dan memperpanjang perawatan di rumah sakit

(Majid, Judha, dan Istianah, 2011).

g. Intensitas Nyeri

Asosiasi Internasional untuk penelitian nyeri (International

Association for the Study of Pain, IASP) mendefinisikan nyeri sebagai suatu

sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan

berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau yang

dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan. Nyeri

merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang

disebabkan oleh stimulus tertentu. Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang

bersifat fisik dan atau mental, sedangkan kerusakan dapat terjadi pada

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/10004/3/7743cd8b82943e7cf29b8ddb84390ec8.pdf · biasanya dilakukan pada trauma limpa, penyakit keganasan ... Infeksi

31

jaringan aktual atau pada fungsi ego seseorang individu (Potter dan Perry,

2006).

Nyeri berfungsi sebagai proteksi dan sebagai tanda peringatan (Potter

dan Perry, 2006) :

1) Sebagai proteksi

Nyeri merupakan mekanisme fisiologis yang bertujuan untuk

melindungi diri. Apabila seseorang merasakan nyeri, maka perilakunya akan

berubah. Misalnya seseorang yang kakinya terkilir menghindari mengangkat

barang yang memberi beban penuh pada kakinya untuk mencegah cedera

lebih lanjut.

2) Sebagai tanda peringatan

Nyeri merupakan tanda peringatan bahwa terjadi kerusakan jaringan,

yang harus menjadi pertimbangan utama saat mengkaji nyeri.

Secara umum nyeri dibagi menjadi dua bagian (Long, 1989) :

1) Nyeri akut

Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat

menghilang, yang tidak melebihi enam bulan dan ditandai adanya peningkatan

tegangan otot.

2) Nyeri kronik

Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan,

biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih dari enam bulan.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/10004/3/7743cd8b82943e7cf29b8ddb84390ec8.pdf · biasanya dilakukan pada trauma limpa, penyakit keganasan ... Infeksi

32

Yang termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom

nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis (Long, 1989).

Potter dan Perry (2006), menyatakan bahwa pengkajian karakteristik

umum nyeri membantu perawat dalam membentuk pengertian pola nyeri dan

tipe terapi yang digunakan untuk mengatasi nyeri. Penggunaan instrumen

untuk menghitung luas dan derajat nyeri bergantung pada klien yang secara

sadar secara kognitif dan mampu memahami instruksi perawat. Kriteria

pengkajian nyeri yang biasa digunakan adalah:

1) Awitan dan durasi

Lebih mudah untuk mendiagnosa sifat nyeri dengan

mengidentifikasikan faktor waktu. Misalnya, tipe-tipe tertentu nyeri dapat

dikenali dengan mengidentifikasi waktu terjadi nyeri.

2) Lokasi nyeri

Untuk mengkaji lokasi nyeri, perawat meminta pasien untuk

menunjukkan semua daerah yang dirasa tidak nyaman. Untuk melokalisasi

nyeri dengan daerah yang lebih spesifik, perawat meminta klien untuk

melacak daerah nyeri dari titik yang paling nyeri.

3) Keparahan

Karakteristik paling subjektif pada nyeri adalah tingkat keparahan atau

intensitas nyeri tersebut. Klien diminta untuk mendeskripsikan nyeri sebagai

nyeri ringan, sedang, atau parah. Namun, makna istilah ini berbeda bagi

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/10004/3/7743cd8b82943e7cf29b8ddb84390ec8.pdf · biasanya dilakukan pada trauma limpa, penyakit keganasan ... Infeksi

33

perawat dan klien. Penilaian skala nyeri dapat dikelompokkan menjadi empat

bagian, yaitu :

a) Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri

yang lebih objektif. Skala pendeskripsian verbal (Verbal Descriptor Scale,

VDS)

b) Skala penilaian numerik (Numeric Rating Scale, NRS) lebih digunakan

sebagai alat pengganti deskripsi kata. Dalam hal ini, klien menilai nyeri

dengan menggunakan skala 0-10 atau 0-100.

c) Skala analog visual (Visual Analog Scale, VAS) tidak melabel

subdivisi. VAS merupakan suatu garis lurus yang mewakili intensitas nyeri

yang terus menerus dan memiliki alat pendeskripsi verbal pada setiap

ujungnya. Ujung kiri diberi tanda “no pain” dan ujung kanan diberi tanda

“bad pain” (nyeri hebat).

d) Faces Pain Scale (FPS), Secara historis, FPS yang terdiri dari

serangkaian enam sampai sampai tujuh wajah yang dimulai dari wajah

tersenyum bahagia sampai sedih berlinang air mata digunakan untuk menilai

nyeri pada pasien pediatrik.

4) Kualitas

Karakteristik subjektif nyeri yang lain adalah kualitas nyeri itu sendiri.

Seringkali klien mendeskripsikan nyeri sebagai sensasi remuk, berdenyut,

tajam, dan tumpul. McCaffery dan Beebe (1989) dalam Potter dan Perry

(2006) melaporkan bahwa kualitas menusuk, terbakar, dan sakit adalah

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/10004/3/7743cd8b82943e7cf29b8ddb84390ec8.pdf · biasanya dilakukan pada trauma limpa, penyakit keganasan ... Infeksi

34

bermanfaat mendeskripsikan nyeri tahap awal. Pada kesempatan selanjutnya

klien dapat memilih istilah yang lebih deskriptif.

5) Tindakan untuk menghilangkan nyeri

Copp (1990) dalam Potter dan Perry (2006) menemukan bahwa klien

menemukan metode untuk mengurangi intensitas nyeri yang dirasakan terus-

menerus. Mereka menggunakan berbagai aktivitas yang menggunakan otot,

metode verbal (berdoa atau mengutuk), dan melatih konsentrasi.

6) Gejala penyerta

Gejala penyerta adalah gejala yang sering menyertai nyeri, seperti

mual, nyeri kepala, pusing, keinginan untuk miksi, konstipasi, dan gelisah.

Beberapa nyeri muncul disertai dengan gejala yang dapat diprediksi. Disini

gejala penyerta juga memerlukan prioritas penanganan yang sama penting

dengan nyeri itu sendiri.

Nyeri pasca operasi

Pembedahan, terapi, dan posisi dapat menimbulkan nyeri pasca

operasi pada klien. Nyeri pasca operasi adalah nyeri yang dirasakan setelah

dilakukan tindakan pembedahan. Nyeri pasca operasi merupakan efek klinis

yang biasa dijumpai pada pasien yang menjalani operasi. Toxonomi Comitte

of the international Association mendefinisikan nyeri pasca operasi sebagai

sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosi yang berhubungan

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/10004/3/7743cd8b82943e7cf29b8ddb84390ec8.pdf · biasanya dilakukan pada trauma limpa, penyakit keganasan ... Infeksi

35

dengan kerusakan jaringan potensial atau nyata atau menggambarkan

terminologi suatu kerusakan (Potter dan Perry, 2006).

Kejadian, intensitas, dan durasi nyeri pasca operasi berbeda-beda dari

pasien satu ke pasien lainnya. Saat klien sadar dari anastesi umum maka rasa

nyeri akan terasa. Nyeri mulai terasa sebelum kesadaran klien kembali penuh.

Klien yang mendapat anastesi regional dan lokal, biasanya tidak mengalami

nyeri karena area insisi masih berada di bawah pengaruh anastesi. Nyeri akut

yang ditimbulkan akibat insisi menyebabkan klien gelisah dan mungkin nyeri

ini menyebabkan tanda-tanda vital pada klien berubah. Secara signifikan,

nyeri dapat memperlambat pemulihan. Klien menjadi ragu-ragu untuk

melakukan batuk efektif, napas dalam, mengganti posisi, ambulasi, atau

melakukan latihan-latihan yang diperlukan (Potter dan Perry, 2006)

Nyeri bukanlah akibat sisa pembedahan yang tak dapat dihindari tetapi

ini merupakan komplikasi bermakna pada sebagian besar pasien. Lokasi

pembedahan mempunyai efek yang sangat penting yang hanya dapat

dirasakan oleh pasien yang mengalami nyeri pasca operasi.

Nyeri pasca operasi biasanya ditemukan dalam pengkajian klinis.

Pengkajian nyeri pasca operasi digunakan sebagai dasar bagi perawat untuk

mengevaluasi efektivitas intervensi selama pemulihan klien. Suza (2007)

dalam penelitian yang dilakukan oleh Langanawa (2013) menyebutkan

bahwa, aspek dari nyeri pasca operasi adalah untuk menyelidiki adanya

pengalaman nyeri yang mencakup persepsi dan perilaku tentang nyeri.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/10004/3/7743cd8b82943e7cf29b8ddb84390ec8.pdf · biasanya dilakukan pada trauma limpa, penyakit keganasan ... Infeksi

36

Nyeri pasca operasi dapat menjadi faktor penting yang mempengaruhi

persepsi pasien tentang perkembangan dan kesembuhanya. Lebih tinggi nyeri

yang dirasakan pasien, maka makin rendah harapan sembuh menurut pasien

berdasarkan sifat subjektif nyeri dan hal ini akan berpengaruh terhadap

lamanya rawat inap pada pasien.

h. Pemenuhan Nutrisi

Pengaruh operasi terhadap metabolisme pasca operasi tergantung berat

ringannya operasi, keadaan gizi pasien pasca operasi, dan pengaruh operasi

terhadap kemampuan pasien untuk mencerna dan mengabsorpsi zat-zat gizi.

Setelah operasi sering terjadi peningkatan ekskresi nitrogen dan natrium yang

dapat berlangsung selama lima sampai tujuh hari atau lebih pasca operasi.

Pentingnya nutrisi yang baik pada pasien dengan luka atau pasca

operasi merupakan pondasi untuk proses penyembuhan luka dengan cepat.

Nutrisi yang baik akan memfasilitasi penyembuhan dan menghambat bahkan

menghindari keadaan malnutrisi (Winduka, 2012). Selain itu usaha perbaikan

dan pemeliharaan status nutrisi yang baik akan mempercepat penyembuhan,

mempersingkat lama hari rawat yang berarti mengurangi biaya rawat secara

bermakna (Anzar, Pratignyo, Nazir, 2013). Nutrisi sangat penting bagi

perawatan pasien mengingat kebutuhan pasien akan nutrisi bervariasi, maka

dibutuhkan diet atau pengaturan makanan.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/10004/3/7743cd8b82943e7cf29b8ddb84390ec8.pdf · biasanya dilakukan pada trauma limpa, penyakit keganasan ... Infeksi

37

Menurut Almatsier (2004), diet pasca operasi adalah makanan yang

diberikan kepada pasien setelah menjalani pembedahan. Pengaturan makanan

sesudah pembedahan tergantung pada macam pembedahan dan jenis penyakit

penyerta. Tujuan diet pasca operasi adalah untuk mengupayakan agar status

gizi pasien segera kembali normal untuk mempercepat proses penyembuhan

dan meningkatkan daya tahan tubuh pasien, dengan cara sebagai berikut:

1) Memberikan kebutuhan dasar (cairan, energi, protein)

2) Mengganti kehilangan protein, glikogen, zat besi, dan zat gizi lain

3) Memperbaiki ketidakseimbangan elektrolit dan cairan

4) Mencegah dan menghentikan perdarahan

Diet yang disarankan adalah:

1) Mengandung cukup energi, protein, lemak, dan zat-zat gizi

2) Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan penderita

3) Menghindari makanan yang merangsang (pedas, asam)

4) Suhu makanan lebih baik bersuhu dingin

5) Pembagian porsi makanan sehari diberikan sesuai dengan kemampuan

dan kebiasaan makan penderita.

Syarat diet pasca operasi adalah memberikan makanan secara bertahap

mulai dari bentuk cair, saring, lunak, dan biasa. Pemberian makanan dari

tahap ke tahap tergantung pada macam pembedahan dan keadaan pasien,

seperti:

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/10004/3/7743cd8b82943e7cf29b8ddb84390ec8.pdf · biasanya dilakukan pada trauma limpa, penyakit keganasan ... Infeksi

38

1) Pasca operasi kecil (bedah minor): makanan diusahakan secepat

mungkin kembali seperti biasa atau normal

2) Pasca operasi besar (bedah mayor): makanan diberikan secara berhati-

hati disesuaikan dengan kemampuan pasien untuk menerimanya.

Jenis Diet dan Indikasi Pemberian:

1) Diet Pasca-Bedah I (DPB I)

Selama enam jam sesudah operasi, makanan yang diberikan berupa air

putih, teh manis, atau cairan lain seperti pada makanan cair jernih. Makanan

ini diberikan dalam waktu sesingkat mungkin, karena kurang dalam semua

zat gizi. Selain itu diberikan makanan parenteral sesuai kebutuhan. Diet ini

diberikan kepada semua pasien pasca bedah :

a) Pasca operasi kecil: setelah sadar dan rasa mual hilang

b) Pasca operasi besar: setelah sadar dan rasa mual hilang serta ada

tanda-tanda usus mulai bekerja

2) Diet Pasca-Bedah II (DPB II)

Makanan diberikan dalam bentuk cair kental, berupa kaldu jernih,

sirup, sari buah, sup, susu, dan puding rata-rata delapan sampai 10 kali sehari

selama pasien tidak tidur. Jumlah cairan yang diberikan tergantung keadaan

dan kondisi pasien. Selain itu dapat diberikan makanan parenteral bila

diperlukan. DPB II diberikan untuk waktu sesingkat mungkin karena zat

gizinya kurang. Makanan yang tidak boleh diberikan pada diet Pasca-Bedah

II adalah air jeruk dan minuman yang mengandung karbondioksida. Diet

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/10004/3/7743cd8b82943e7cf29b8ddb84390ec8.pdf · biasanya dilakukan pada trauma limpa, penyakit keganasan ... Infeksi

39

Pasca-Bedah II diberikan kepada pasien pasca bedah besar saluran cerna atau

sebagai perpindahan dari Diet Pasca-Bedah I.

3) Diet Pasca-Bedah III (DPB III)

Makanan yang diberikan berupa makanan saring ditambah susu dan

biskuit. Cairan hendaknya tidak melebihi 2000 ml sehari. Selain itu dapat

memberikan makanan parenteral bila diperlukan. Makanan yang tidak

dianjurkan adalah makanan dengan bumbu tajam dan minuman yang

mengandung karbondioksida. Diet Pasca-Bedah III diberikan kepada pasien

pasca bedah besar saluran cerna atau sebagai perpindahan dari Diet Pasca-

Bedah II.

4) Diet Pasca-Bedah IV (DPB IV)

Makanan diberikan berupa makanan lunak yang dibagi dalam tiga kali

makanan lengkap dan satu kali makanan selingan. Diet Pasca-Bedah IV

diberikan kepada :

a) Pasien pasca operasi kecil, setelah diet Pasca-Bedah I

b) Pasien pasca operasi besar, setelah diet Pasca-Bedah III

Penilaian pemenuhan nutrisi

Staf keperawatan bertugas untuk menilai jumlah asupan makanan yang

dikonsumsi oleh pasien. Banyaknya sisa makanan dalam piring pasien

mengakibatkan masukan gizi kurang selama pasien dirawat selain itu juga

menyebabkan biaya terbuang pada sisa makanan.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/10004/3/7743cd8b82943e7cf29b8ddb84390ec8.pdf · biasanya dilakukan pada trauma limpa, penyakit keganasan ... Infeksi

40

Untuk mengetahui banyaknya makanan yang dihabiskan oleh pasien,

maka diperlukan pengamatan sisa makanan. Penentuan sisa makanan dapat

dilakukan dengan tiga cara yaitu :

1) Metode Penimbangan

Prinsip dari metode penimbangan adalah mengukur secara langsung

berat dari setiap jenis makanan yang dikonsumsi dan selanjutnya dapat

dihitung persentase sisa makanan (waste) dengan rumus :

Thompson (2001), menyebutkan bahwa, dalam metode penimbangan,

yang perlu diperhatikan adalah bagaimana cara menimbang yang baik dan

benar. Kelebihan dari metode penimbangan adalah lebih akurat dibanding

dengan metode lainnya, dapat mencatat secara pasti mengenai jumlah dan

jenis bahan makanan, sisa makanan dapat dihitung secara pasti dan

mempunyai validitas yang tinggi. Namun ada beberapa kekurangan dari

metode ini yaitu, membebani responden, tidak praktis digunakan karena

memerlukan tempat yang agak luas untuk menampung alat makan dan sisa

makanan, memerlukan waktu lama untuk menimbang sisa makanan, dan

memerlukan keterampilan pada saat menimbang makanan.

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/10004/3/7743cd8b82943e7cf29b8ddb84390ec8.pdf · biasanya dilakukan pada trauma limpa, penyakit keganasan ... Infeksi

41

2) Metode Taksiran Visual

Prinsip dari metode taksiran visual adalah para penaksir atau

estimator, menaksir secara visual banyaknya sisa makanan yang ada untuk

setiap golongan makanan atau jenis hidangan. Hasil estimasi tersebut bisa

dalam bentuk berat makanan yang dinyatakan dalam gram atau bentuk skor

bila dalam skala pengukuran.

Metode taksiran dengan skala pengukuran dikembangkan oleh

Comstock dengan menggunakan enam point, dengan kriteria sebagai berikut :

a) Skala 0 jika makanan seluruhnya dikonsumsi oleh pasien (habis)

b) Skala 1 jika tersisa makanan seperempat porsi

c) Skala 2 jika tersisa makanan setengah porsi

d) Skala 3 jika tersisa makanan tiga perempat porsi

e) Skala 4 jika hanya dikonsumsi sedikit (kira-kira satu sendok makan)

f) Skala 5 jika tidak dikonsumsi sama sekali (utuh).

Kelebihan dari metode taksiran visual antara lain, waktu yang

digunakan cepat dan singkat, tidak memerlukan alat yang banyak dan rumit,

menghemat biaya dan dapat mengetahui sisa makanan menurut jenisnya.

Sedangkan kekurangan dari metode taksiran visual antara lain diperlukan

penaksir (estimator) yang terlatih, teliti, terampil, memerlukan kemampuan

menaksir dan pengamatan yang tinggi, dan sering terjadi kelebihan dalam

menaksir (over estimate) atau kekurangan dalam menaksir (under estimate)

(Comstock, 1981).

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/10004/3/7743cd8b82943e7cf29b8ddb84390ec8.pdf · biasanya dilakukan pada trauma limpa, penyakit keganasan ... Infeksi

42

3) Metode Recall

Prinsip dari metode recall 24 jam adalah mencatat semua jenis dan

jumlah makanan yang dikonsumsi selama periode waktu 24 jam terakhir. Hal

penting yang harus diketahui adalah bahwa dengan recall 24 jam, data yang

diperoleh cenderung lebih bersifat kualitatif, karena itu untuk mendapatkan

data maka jumlah makanan yang dikonsumsi individu hendaknya ditanyakan

secara teliti dengan menggunakan ukuran rumah tangga misalnya, sendok,

piring, gelas dan lain-lain atau ukuran lain yang biasa digunakan sehari-hari

(Supariasa,dkk, 2001).

Menurut Buzby dan Guthrie (2002), kelebihan metode recall antara

lain, murah, cepat dan jelas untuk menggambarkan asupan gizi per-orang per-

hari. Namun, Gibson dan Elaine (2008) mengatakan kekurangan dari metode

recall adalah tidak dapat digunakan pada anak-anak dan sangat tergantung

pada : daya ingat responden, ketepatan responden dalam mengestimasi porsi

makanan yang dikonsumsi, motivasi dari responden, ketekunan pewawancara

dalam menggali data. Dalam menggunakan metode recall 24 jam, seseorang

harus mengingat apa saja yang dia makan dan berapa banyak dia

mengkonsumsi makanan tersebut (Chamber,dkk, 2000).

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum …erepo.unud.ac.id/10004/3/7743cd8b82943e7cf29b8ddb84390ec8.pdf · biasanya dilakukan pada trauma limpa, penyakit keganasan ... Infeksi

43

i. Istirahat

Faktor psikologis dapat berupa perasaan cemas akan penyakitnya dan

lingkungan yang berbeda dari sebelumnya dapat menyebabkan gangguan

tidur. Kurang istirahat selama periode yang lama, menyebabkan penyakit atau

memperburuk penyakit yang ada dan hal ini akan berdampak pada lama hari

rawat pasien (Potter dan Perry, 2006).