BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Penelitian...
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Penelitian Sebelumnya
Sebagai perbandingan dalam penelitian ini maka akan diuraikan tentang
penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian ini, diantaranya:
Sebuah laporan akhir yang ditulis oleh Benarthy (2011) tentang “Kontribusi
Wisata Konvensi Terhadap Pendapatan di Hotel Horison Bandung”. Penelitian ini
dilakukan di Hotel Horison Bandung. Menganalisis penyelenggaraan kegiatan
wisata konvensi di Hotel Horison Bandung dari tahun 2008-2010, pendapatan
wisata konvensi yang memberikan kontribusi terbesar terhadap pendapatan Hotel
Horison Bandung. Teknik analisis penelitian menggunakan teknik analisis
deskriptif interaktif. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penguna wisata
konvensi di Hotel Horison Bandung memberikan kontribusi secara signifikan
terhadap pendapatan hotel. Persamaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah sama-sama meneliti serta menganalisis seberapa besar
pengaruh adanya wisata konvensi terhadap total revenue hotel tersebut.
Perbedaannya terletak pada teknik analisis data, dimana pada penelitian yang
dilakukan oleh Benarthy ini menggunakan analisis deskriptif interaktif.
Acuan selanjutnya yaitu penelitian yang ditulis oleh Pujiastuti (1997) pada
Buletin Ekonomi No. 2 April 1997 dengan judul “Peluang Bisnis dari Wisata
Konvensi (MICE) di Daerah Istimewa Yogyakarta”. Tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui potensi dan kendala pengadaan wisata konvensi di
Daerah Istimewa Yogyakarta. Adapun teknik analisis data yaitu analisis
deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa Daerah
12
Istimewa Yogyakarta telah siap sebagai daerah wisata konvensi dengan potensi
yang memadai walaupun masih terhambat kendala yang ada.
Jurnal kedua yang dijadikan acuan penelitian sebelumnya yaitu tulisan
karangan Sasongko (2008) yang berjudul “Kesiapan Surabaya Sebagai Daerah
Tujuan Wisata MICE Dalam Rangka Meningkatkan Kunjungan Wisatawan”.
Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi sumber daya dan fasilitas
kegiatan wisata MICE di Surabaya. Adapun analisis data yang digunakan adalah
analisis SWOT. Hasil dari penelitian ini yaitu dijabarkan mengenai kesiapan Kota
Surabaya dengan segala sumber daya yang dimiliki serta strategi pengembangan
sektor pendukung wisata MICE di Surabaya.
Persamaan penelitian ini dengan dua jurnal yang telah disebutkan
sebelumnya yaitu sama-sama meneliti tentang kegiatan penyelenggaraan kegiatan
wisata konvensi. Perbedaannya terletak pada teknik analisis data, dimana teknik
analisis data dari penelitian sebelumnya yaitu lebih menekankan pada analisis
deskriptif kualitatif dan analisis SWOT, sedangkan dalam penelitian ini yaitu
lebih kepada analisis regresi, korelasi, dan analisis determinasi.
Dalam laporan akhir yang ditulis oleh Adi Putra (2011) yang berjudul
“Pengaruh Biaya Promosi Terhadap Total Revenue di Inna Bali Hotel Denpasar”.
Penelitian ini dilakukan di Inna Bali Hotel Denpasar. Menggunakan teknik
analisis korelasi, regresi, dan determinasi berganda untuk mengolah datanya.
Adapun dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa adanya pengaruh yang
signifikan/nyata antara biaya promosi terhadap total revenue di Inna Bali Hotel
Denpasar. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian terdahulunya yaitu
13
terletak pada tempat atau lokasi dan waktu penelitian dilakukan serta variabel
penelitian. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-
sama memakai teknik analisis data regresi dan deskriptif kuantitatif dalam teknik
menganalisis data penelitian.
2.2 Tinjauan Konsep
2.2.1 Tinjauan Tentang Wisata Konvensi
1. Pengertian Konvensi
Istilah konvensi pada awalnya dimengerti sebagai suatu kegiatan
yang menyenangkan bagi banyak orang ketika sedang berkumpul
untuk suatu tujuan tertentu diantara mereka sendiri. Bagi mereka yang
sudah berpengalaman mengelola hotel besar, istilah konvensi
merupakan sebuah bisnis yang potensial bila dikaitkan dengan
industri pariwisata.
Dalam diktat yang berjudul “Pengetahuan Dasar Wisata Konvensi
Untuk Perkuliahan Akademi Pariwisata Trisakti”, terdapat batasan
istilah konvensi sebagai berikut: Konvensi adalah pertemuan
sekelompok orang yang secara bersama-sama bertukar pikiran,
pengalaman dan informasi melalui pembicaraan terbuka, saling siap
untuk mendengar dan didengar serta mempelajari, mendiskusikan
kemudian menyimpulkan topik-topik yang dibahas dalam pertemuan
dimaksud. Kelompok ini bisa terdiri dari 10 orang atau lebih.
14
2. Arti Konvensi Menurut UU Kepariwisataan RI
Secara lebih konkret pemerintah melalui keputusan Menteri
Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi No. KM 108/HM.703/MPPT-91
merumuskan : kongres, konferensi, atau konvensi merupakan suatu
kegiatan berupa pertemuan sekelompok orang (negarawan,usahawan,
cendekiawan, dan sebagainya) untuk membahas masalah-masalah
yang berkaitan dengan kepentingan bersama. Selanjutnya dalam
Undang-Undang Kepariwisataan Republik Indonesia Nomor 9 tahun
1990, Bab IV Usaha Pariwisata Bagian Kedua Usaha Jasa Pariwisata,
pasal 9 ayat (1) dicantumkan jenis-jenis usaha pariwisata, seperti jasa
biro perjalanan wisata, jasa agen perjalanan wisata, jasa pramuwisata,
jasa konvensi, perjalanan intensif dan pameran, jasa impresariat, jasa
konsultan pariwisata, jasa informasi pariwisata
Sebagai tolok ukur pedoman pelaksana suatu konvensi,
pemerintah indonesia mempergunakan “Keputusan Menteri Pariwisata,
Pos, dan Telekomunikasi No. KM.108/HM.703/MPPT-91, tentang
ketentuan usaha jasa konvensi, perjalanan intensif dan pameran, bab 1,
pasal 1” yang berbunyi:
a. Kongres, konferensi atau konvensi merupakan suatu
kegiatan berupa pertemuan sekelompok orang (negarawan,
usahawan, cendekiawan, dan sebagainya) untuk membahas
masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan
bersama.
15
b. Perjalanan intensif merupakan suatu kegiatan perjalanan
yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan untuk para
karyawan dan mitra usaha sebagai imbalan penghargaan
atas prestasi mereka dalam kegiatan penyelenggaraan
konvensiyang membahas perkembangan kegiatan
perusahaan yang bersangkutan.
c. Pameran merupakan suatu kegiatan untuk menyebarluaskan
informasi dan promosi yang ada hubungannya dengan
penyelenggaraan konvensi atau yang dikaitkan dengan
pariwisata.
d. Usaha jasa konvensi, perjalanan intensif dan pameran
merupakan usaha dengan kegiatan pokok memberi jasa
pelayanan bagi suatu pertemuan sekelompok orang
(negarawan, usahawan, cendekiawan, dan sebagainya)
untuk membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan
kepentingan bersama.
e. Izin Usaha adalah izin yang diberikan oleh direktur jenderal
untuk menyelenggarakan usaha jasa konvensi, perjalanan
intensif dan pameran.
3. Sifat Konvensi
a. Konvensi Lokal
Pertemuan ini bersifat lokal dan diselenggarakan oleh
kelompok kecil yang potensial. Kelompok tersebut bisa saja
16
sebagai kelompok mandiri yang mempunyai organisasi dengan
pedoman kerja (Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga),
namun bersifat lokal, yakni untuk memajukan masyarakat lokal
itu sendiri.
b. Konvensi Daerah
Pertemuan yang lebih besar dari konvensi lokal adalah
konvensi daerah. Seperti halnya konvensi lokal, konvensi daerah
ini juga bisa merupakan suatu konvensi yang diselenggarakan
oleh instansi pemerintah daerah atau organisasi swasta daerah
yang mandiri dengan pedoman kerja (Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga) yang kegiatan usahanya ditujukan
untuk memajukan daerah setempat.
c. Konvensi Nasional
Kegiatan penyelenggaraan konvensi nasional menjadi
penting karena dihadiri oleh sejumlah besar dari konvensi-
konvensi diatas. Konvensi nasional ini bisa diselenggarakan oleh
pemerintah, bisa pula oleh swasta, atau bersama-sama oleh
pemerintah dan swasta. Kegiatan penyelenggaraan ini membawa
karakteristik yang berbeda dengan konvensi-konvensi tersebut
diatas karena menyangkut program pertemuan yang lebih luas,
membutuhkan staf pelaksana lebih banyak, peralatan fasilitas
lebih lengkap, dan logistik yang berlipat ganda.
17
d. Konvensi Regional
Konvensi ini didasarkan pada letak geografis yakni negara-
negara bertetangga yang sepakat membentuk wilayah untuk
kepentingan bersama dalam banyak hal. Misalnya negara-negara
di Eropa sepakat membentuk Masyarakat Ekonomi Eropa (MEE)
dan dikawasan asia tenggara membentuk Association of the
South East Asian Nation (ASEAN). Dalam konteks industri
pariwisata, khususnya wisata konvensi, penyelenggaraan
kegiatan konvensi regional memiliki karakteristik dan warna
tersendiri. Namun dalam hal-hal yang bersifat substansial
mempunyai persamaan berwatak yang universal.
e. Konvensi Internasional
Sesuai dengan sifatnya yang mengglobal, konvensi
internasional memang bersifat mendunia. Cakupannya adalah
negara-negara yang terletak di semua benua dalam peta bumi ini.
4. Ukuran Konvensi
Ukuran (size) suatu konvensi dilihat dari segi jumlah peserta
yang hadir dalam persidangan konvensi. Besar kecilnya jumlah peserta
dalam persidangan konvensi ini menentukan ukuran konvensi besar,
sedang, atau kecil.
a. Konvensi ukuran kecil
Para perencana suatu konvensi sebaiknya harus ingat
perbedaan antara suatu konvensi yang diselenggarakan oleh
18
sebuah perusahaan atau korporasi dengan suatu konvensi yang
diselenggarakan oleh sebuah organisasi atau asosiasi. Apabila
perusahaan atau korporasi mengadakan pertemuan para
eksekutifnya juga organisasi atau asosiasi menyelenggarakan
pertemuan para anggota dewan pimpinannya, maka persidangan
ini akan dihadiri oleh jumlah peserta yang terbatas. Karena itu
konvensi ukuran kecil dihadiri oleh 20-25 orang.
b. Konvensi ukuran sedang
Disebut ukuran sedang karena jumlah peserta yang hadir
dalam persidangan tidak terlalu kecil dan juga tidak terlalu besar.
Daya tampung konvensi jenis ini ialah 60 sampai 200 orang.
Untuk konvensi ukuran sedang masalah ruang sidang dengan
perlengkapannya sudah mulai diperhatikan secara teknis.
c. Konvensi ukuran besar
Jelas sekali perbedaan antara konvensi ukuran besar dengan
konvensi ukuran kecil atau sedang. Konvensi ukuran besar
memiliki kebutuhan dengan skala ukuran lebih besar, lebih luas,
dan lebih menyeluruh. Konvensi ukuran besar berkapasitas 200 -
20.000 orang atau lebih.
2.2.2 Tinjauan Tentang MICE
1. Pengertian MICE
Menurut Pendit (1999), MICE dapat diartikan sebagai wisata
konvensi, dengan batasan yaitu usaha jasa konvensi, perjalanan
19
insentif, dan pameran. Di mana itu merupakan usaha dengan kegiatan
memberi jasa pelayanan bagi suatu pertemuan sekelompok orang
(negarawan, usahawan, cendikiawan, dan sebagainya) untuk
membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan
bersama.
Sedangkan menurut Kesrul (2004), MICE sebagai suatu kegiatan
kepariwisataan yang aktifitasnya merupakan perpaduan antara leisure
dan bisnis, biasanya melibatkan sekelompok orang secara bersama-
sama, rangkaian kegiatannya dalam bentuk meetings, incentive travels,
conventions, congresses, conference dan exhibition.
Tapi bila dilihat dari kepanjangan MICE itu sendiri yaitu
Meeting, Incentive, Conference, dan Exhibition, MICE adalah :
a. Meeting
Meeting adalah istilah bahasa inggris yang berarti rapat,
pertemuan atau persidangan. Meeting merupakan suatu kegiatan
yang termasuk di dalam MICE.
Menurut Kesrul (2004), meeting adalah suatu pertemuan
atau persidangan yang diselenggarakan oleh kelompok orang
yang tergabung dalam asosiasi, perkumpulan atau perserikatan
dengan tujuan mengembangkan profesionalisme, peningkatan
SDM, menggalang kerja sama anggota dan pengurus,
menyebarluaskan informasi terbaru, publikasi, hubungan
kemasyarakatan. Dan masih menurut Kesrul (2004), “Meeting
20
adalah suatu kegiatan kepariwisataan yang aktifitasnya
merupakan perpaduan antara leisure dan bisnis, biasanya
melibatkan orang secara bersama-sama”.
b. Incentive
UU No.9 tahun 1990 yang dikutip oleh Pendit (1999),
menjelaskan bahwa perjalanan insentif merupakan suatu kegiatan
perjalanan yang diselenggarakan oleh suatu perusahaan untuk
para karyawan dan mitra usaha sebagai imbalan penghargaan
atas prestasi mereka dalam kaitan penyelenggaraan konvensi
yang membahas perkembangan kegiatan perusahaan yang
bersangkutan.
Sedangkan menurut Kesrul (2004), bahwa insentif
merupakan hadiah atau penghargaan yang diberikan oleh suatu
perusahaan kepada karyawan, klien, atau konsumen. Bentuknya
bisa berupa uang, paket wisata atau barang.
Dan menurut Any Noor (2007), juga memberikan definisi
mengenai perjalanan insentif adalah peralatan manajemen global
yang tidak mengunakan pengalaman perjalanan sebagai suatu
motivasi dan/atau partisipan untuk meningkatkan tingkat
perfoma dalam mendukung tujuan organisasi.
c. Conference
Menurut (Pendit,1999), istilah conference diterjemahkan
dengan konferensi dalam Bahasa Indonesia yang mengandung
21
pengertian sama. Dalam prakteknya, arti meeting sama saja
dengan conference, maka secara teknis akronim MICE
sesungguhnya adalah istilah yang memudahkan orang
mengingatnya bahwa kegiatan-kegiatan yang dimaksud sebagai
perencanaan, pelaksanaan dan penyelenggaraan. Sebuah meeting,
incentive, conference dan exhibition hakekatnya merupakan
sarana yang sekaligus adalah produk paket-paket wisata yang
siap dipasarkan. Kegiatan-kegiatan ini dalam industri pariwisata
dikelompokkan dalam satu kategori, yaitu MICE.
Sedangkan menurut Kesrul (2004), conference atau
konferensi adalah suatu pertemuan yang diselenggarakan
terutama mengenai bentuk-bentuk tata karena, adat atau
kebiasaan yang berdasarkan mufakat umum, dua perjanjian
antara negara-negara para penguasa pemerintahan atau perjanjian
international mengenai topik tawanan perang dan sebagainya.
d. Exhibition
Exhibition berarti pameran, dalam kaitannya dengan
industri pariwisata, pameran termasuk dalam bisnis wisata
konvensi. Hal ini diatur dalam SK Menparpostel RI Nomor KM.
108 / HM. 703 / MPPT-91, Bab I, Pasal 1c, yang dikutip oleh
Pendit (1999) yang berbunyi “Pameran merupakan suatu
kegiatan untuk menyebarluaskan informasi dan promosi yang ada
22
hubungannya dengan penyelenggaraan konvensi atau yang ada
kaitannya dengan pariwisata.
Menurut Kesrul (2004), exhibition adalah ajang pertemuan
yang dihadiri secara bersama-sama yang diadakan di suatu ruang
pertemuan atau ruang pameran hotel, dimana sekelompok
produsen atau pembeli lainnya dalam suatu pameran dengan
segmentasi pasar yang berbeda.
2. Fasilitas MICE
Menurut Kamus Bahasa Indonesia Lengkap yang disusun oleh
Daryanto (1997) fasilitas adalah sarana yang memudahkan dalam
melakukan tugas atau pekerjaan. Menurut Yoeti (2000) fasilitas fisik
dan perlengkapan yang diperlukan dalam ruang pertemuan (MICE)
adalah sebagai berikut :
a. Ketersediaan perlengkapan, meliputi:
Kursi dan meja (flexible table)
Ketersediaan kursi dan meja, baik jumlah maupun
ukurannya akan tergantung pada jumlah peserta
konvensi sesuai dengan jenis pertemuan yang
diselenggarakan.
Platform
Disediakan apabila memerlukan panggung yang dapat
diatur bentuknya, dimensi, dan tingginya.
Karpet
23
Meja mimbar (podium)
Bulletin Board
Audio Visual Equipment
Tempat Sampah
b. Tata Letak Ruangan Pertemuan
Pengaturan ruang pertemuan itu tergantung dari jenis
pertemuan yang akan dilaksanakan dan harus atas persetujuan
penanggung jawab pertemuan. Secara umum ada beberapa model
ruang pertemuan yang biasa digunakan, yaitu :
Auditorium / Theatre Style
Schoolroom / Classroom Style
Confrence Style
Round Table
Sedangkan menurut Pendit (1999) menyatakan bahwa
fasilitas yang dibutuhkan di suatu ruang pertemuan (MICE)
adalah sebagai berikut :
Sistem pengaturan Ruang (untuk conference)
Sistem pengaturan stand (untuk exhibition)
Sistem penyampaian komunikasi
Fasilitas AV (Audio Visual)
Langit-langit tinggi
Pasokan listrik, lampu, dan air
Pasokan proyektor
24
Perabotan (furniture)
Podium
Tanda-tanda (marka-marka)
Pundi-pundi deposit (money safe) dengan
memperhitungkan problema dan tuntutan kebutuhan
Tiang-tiang besar
Lampu-lampu spot, lampu gantung (Chandeliers)
Fasilitas orang cacat
Ruangan toilet (restroom)
Urusan banquet (FB), catering, makanan dan minuman.
Hiburan (entertainment)
Lahan parkir
Security
3. Pangsa Pasar MICE
Berdasarkan karakteristik dalam pemasaran konvensi terdapat
beberapa segmen pasar yang masuk dalam kelompok yang berasal
dari:
a. Pemerintahan
Pemerintah sebagai organisasi baik di tingkat lokal,
nasional maupun internasional sering menyelenggarakan
kegiatan-kegiatan kongres seperti musyawarah daerah untuk
tingkat lokal, pameran dagang dan industri nasional yang
diselenggarakan Deperindag, dan lain-lain.
25
b. Asosiasi / Perserikatan
Asosiasi merupakan kumpulan atau gabungan dari orang
maupun badan yang berasal dari latar belakang dan kepentingan
yang sama. Latar belakang yang dimaksud bisa dilihat dari sisi
profesi, bisnis, etnis, minat dan sebagainya. Lembaga asosiasi
umumnya memiliki event-event rutin dengan suatu jangka waktu
maupun event-event indensidentil lainya. Jenis-jenis asosiasi
antara lain :
Asosiasi Perdagangan dan Profesional
Perkumpulan Medis dan Sains
Organisasi Keagamaan
Asosiasi Pendidikan
Perkumpulan Buruh
Ada pun jenis-jenis kegiatan / event yang umumnya
diadakan oleh asosiasi antara lain adalah konvensi tahunan,
seminar, workshop, rapat teknis, dan lain-lain.
c. Perusahaan
Baik perusahaan tingkat lokal, nasional maupun
multinasional merupakan target pasar dari industri MICE yang
sangat potensial. Perusahaan sering melakukan kegiatan-kegiatan
rapat, pameran maupun event lain yang terkait dengan kegiatan
untuk mempromosikan produk dan nama baik perusahaan.
26
Kegiatan mereka bisa dalam lingkup internal maupun eksternal
atau keduanya.
Sementara itu dilihat luas dan lingkup wilayah, segmen
pasar bisa dibagi menjadi 3 kategori yaitu :
Kategori Internasional
Kategori Nasional
Kategori Tambahan
2.2.3 Tinjauan Tentang Pendapatan
1. Pengertian Pendapatan
Pendapatan adalah sesuatu yang sangat penting dalam setiap
perusahaan. Tanpa ada pendapatan mustahil akan didapat penghasilan
atau earning. Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari aktivitas
perusahaan yang biasa dikenal atau disebut dengan penjualan,
penghasilan jasa, bunga, deviden, royalti, dan sewa.
Dalam literatur akuntansi terdapat beberapa pengertian terhadap
pendapatan, seperti :
a. Menurut Niswonger (1992), pendapatan adalah jumlah
yang ditagih kepada pelanggan atas barang ataupun jasa
yang diberikan kepada mereka. Pada buku yang sama,
Niswonger (1992) juga menjelaskan pendapatan sebagai
berikut : Pendapatan atau revenue merupakan kenaikan
kotor atau gross dalam modal pemilik yang dihasilkan dari
penjualan barang dagangan, pelaksanaan jasa kepada klien,
27
penyewa harta, peminjam uang, dan semua kegiatan usaha
serta profesi yang bertujuan untuk memperoleh
penghasilan.
b. Menurut PSAK nomor 23 paragraf 6, Pendapatan adalah
arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari
aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus
masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak
berasal dari kontribusi penanaman modal.
c. Menurut Accounting Terminology Bulletin No. 2 yang
dikutip dalam buku Harahap (1999) menyatakan bahwa
pendapatan berasal dari penjualan barang dan pemberian
jasa dan diukur dengan jumlah yang dibebankan kepada
pelanggan, klaim atas barang dan jasa yang disiapkan untuk
mereka. Juga termasuk laba dari penjualan atau pertukaran
asset (kecuali surat berharga), hak deviden dari investasi
dan kenaikan lainnya pada equity pemilik kecuali yang
berasal dari modal donasi dan penyesuaian modal.
d. Menurut Financial Accounting Standart Board yang
dikutip oleh Harahap (1999) definisi pendapatan adalah
arus masuk atau peningkatan nilai aset dari suatu entity atau
penyelesaian kewajiban atau entity atau gabungan dari
keduanya selama periode tertentu yang berasal dari
penyerahan / produksi barang, pemberian jasa atas
28
pelaksana kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan utama
perusahaan yang sedang berjalan.
Dari pendapat ini maka dapat disimpulkan bahwa pendapatan
adalah kenaikan gross/ kotor dari keuntungan ekonomi selama suatu
periode dari aktivitas utama perusahaan yang menyebabkan kenaikan
ekuitas tetapi bukan disebabkan dari kontribusi penanaman modal.
2. Sumber-Sumber Pendapatan
Pendapatan merupakan hasil dari penjualan barang dan jasa yang
diukur berdasarkan jumlah yang dibebankan kepada
pembeli/konsumen atas barang/jasa yang diserahkan kepada mereka.
Berdasarkan pengertian di atas dapat dijabarkan bahwa sumber
pendapatan yaitu :
a. Operating Revenue, yaitu pendapatan yang berasal dari
aktivitas utama perusahaan sesuai dengan jenis usahanya,
yang berlangsung secara berulang.
b. Non-Operating Revenue, yaitu pendapatan yang bersumber
dari kegiatan di luar aktivitas utama perusahaan.
2.2.4 Tinjauan Tentang Total Penerimaan (Revenue)
Pada umumnya konsep dari pengertian penerimaan berfokus pada arus
masuk aktiva sebagai hasil kegiatan operasi perusahaan dari penciptaan
barang dan jasa oleh perusahaan serta penjualan produk kepada konsumen
atau pihak customer (wisatawan) yang dinyatakan dalam suatu satuan
moneter. Berikut beberapa definisi mengenai penerimaan yang diambil dari
29
berbagai sumber, yaitu: Dari “APB Statement“ (dikutip oleh Elson S.
Hendriksen dan Marianus Sinaga, 1993) mendefinisikan bahwa penerimaan
yaitu merupakan arus masuk aktiva kotor atau bersih ke dalam perusahaan
sebagai hasil penjualan barang dan jasa.
Menurut W.A Paton dan A.C Littleton (dikutip oleh Elson S.
Hendriksen dan Marianus Sinaga, 1993) mendefinisikan: Penerimaan adalah
ekspresi moneter dari keseluruhan produk atau jasa yang ditransfer oleh
suatu perusahaan kepada pelanggannya selama periode tertentu setelah
dikurangi biaya produksi, pemasaran, dan biaya administrasiumum
perusahaan.
Menurut Marcell Schweitzer & Hans Ulrich Kuepper (dikutip oleh
Elson S. Hendriksen dan Marianus Sinaga, 1993), menyatakan bahwa
penerimaan adalah jumlah uang yang dibayarkan pada suatu perusahaan
yang dalam hal ini, penerimaan dirumuskan berdasarkan efektifitasnya
terhadap hasil usaha yang bersih setelah pengurangan biaya dan
keterkaitannya dengan sasaran usaha dan sifatnya sebagai perhitungan.
Terhadap beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa
penerimaan adalah ekspresi moneter yang diterima pengusaha dari hasil
kegiatan operasi perusahaan dari penciptaan barang dan jasa serta penjualan
produk kepada konsumen atau customer (wisatawan) yang telah dikurangi
biaya operasi langsung dan tak langsung.
Di dalam industri perhotelan, sumber-sumber penerimaan perusahaan
umumnya dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu:
30
1. Room Revenue
Yaitu penerimaan pendapatan yang bersumber dari penjualan
kamar hotel yang disewakan.
2. Food and Beverage Revenue
Yaitu penerimaan pendapatan yang berasal dari penjualan
makanan dan minuman yang dijual kepada tamu-tamu hotel, baik yang
menginap ataupun tidak menginap di hotel.
3. Miscellaneous Revenue
Yaitu penerimaan pendapatan dari sumber-sumber penerimaan
tambahan lainnya yang ditetapkan sebagai penghasil pendapatan
tambahan. Contohnya pelayanan telepon, pelayanan binatu,
penyewaan blok-blok toko (arcade), dan lainnya.
2.2.5 Tinjauan Tentang Hotel
1. Definisi Hotel
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perhubungan RI No. SK.
241/4/70 Tahun 1970 yang dikutip oleh Pendit (1994) menyebutkan
bahwa : Hotel adalah perusahaan yang menyediakan jasa dalam bentuk
penginapan (akomodasi) serta menyajikan hidangan dan fasilitas
lainnya dalam hotel untuk umum yang memenuhi syarat-syarat
kenyamanan dan bertujuan komersial. Menurut Grolier electronic
Publishing Inc. mengemukakan bahwa hotel adalah suatu usaha
komersial yang menyediakan tempat menginap, makanan, dan
pelayanan-pelayanan lain untuk umum. Selain itu hotel adalah suatu
31
bentuk bangunan, lambang, perusahaan atau badan usaha akomodasi
yang menyediakan pelayanan jasa penginapan, penyedia makanan dan
minuman serta fasilitas jasa lainnya dimana semua pelayanan itu
diperuntukkan bagi masyarakat umum, baik mereka yang bermalam di
hotel tersebut ataupun mereka yang hanya menggunakan fasilitas
tertentu yang dimiliki hotel itu. Pengertian hotel ini dapat disimpulkan
dari beberapa definisi hotel seperti tersebut di bawah ini :
a. Salah satu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian
atau keseluruhan bagian untuk jasa pelayanan penginapan,
penyedia makanan dan minuman serta jasa lainnya bagi
masyarakat umum yang dikelola secara komersil
(Keputusan Menteri Parpostel no Km 94/HK103/MPPT
1987).
b. Bangunan yang dikelola secara komersil dengan
memberikan fasilitas penginapan untuk masyarakat umum
dengan fasilitas sebagai berikut :
Jasa penginapan
Pelayanan makanan dan minuman
Pelayanan barang bawaan
Pencucian pakaian
Penggunaan fasilitas perabot dan hiasan-hiasan yang
ada di dalamnya. (Endar Sri,1996)
32
c. Sarana tempat tinggal umum untuk wisatawan dengan
memberikan pelayanan jasa kamar, penyedia makanan dan
minuman serta akomodasi dengan syarat pembayaran
(Lawson, 1976)
2. Karakteristik Hotel
Perbedaan antara hotel dengan industri lainnya adalah :
a. Industri hotel tergolong industri yang padat modal serta
padat karya yang artinya dalam pengelolaannya
memerlukan modal usaha yang besar dengan tenaga pekerja
yang banyak pula.
b. Dipengaruhi oleh keadaan dan perubahan yang terjadi pada
sektor ekonomi, politik, sosial, budaya, dan keamanan
dimana hotel tersebut berada.
c. Menghasilkan dan memasarkan produknya bersamaan
dengan tempat dimana jasa pelayanannya dihasilkan.
d. Beroperasi selama 24 jam sehari, tanpa adanya hari libur
dalam pelayanan jasa terhadap pelanggan hotel dan
masyarakat pada umumnya.
e. Memperlakukan pelanggan seperti raja selain juga
memperlakukan pelanggan sebagai patner dalam usaha
karena jasa pelayanan hotel sangat tergantung pada
banyaknya pelanggan yang menggunakan fasilitas hotel
tersebut.
33
3. Klasifikasi Hotel
Menurut keputusan direktorat Jendral Pariwisata, Pos dan
Telekomunikasi no 22/U/VI/1978 tanggal 12 Juni 1978 (Endar Sri,
1996), klasifikasi hotel dibedakan dengan menggunakan simbol
bintang antara 1-5. Semakin banyak bintang yang dimiliki suatu hotel,
semakin berkualitas hotel tersebut. Penilaian dilakukan selama 3 tahun
sekali dengan tata cara serta penetapannya dilakukan oleh Direktorat
Jendral Pariwisata.
2.2.6 Tinjauan Tentang Hotel Konvensi
Yang dimaksud dengan hotel konvensi adalah tempat
diselenggarakannya kegiatan utama program konvensi dan pameran, baik
dalam skala nasional maupun internasional (Yoeti, 2000). Menurut jajak
pendapat yang dilakukan di Amerika Serikat asosiasi-asosiasi yang
memprogramkan kegiatan persidangan konvensi akan memilih hotel yang
mmiliki fasilitas 5 terbaik :
1. Ruangan persidangan yang luas dan lengkap
2. Kualitas makanan dan minumannya yang enak
3. Kamar tamu untuk tidur dan istirahat yang nyaman
4. Efisiensi karyawan Front Office
5. Terdapat Manajer Pelayanan Konvensi
Para pengusaha atau korporasi akan memilih hotel dengan persyaratan:
1. Kualitas makanan dan minuman terbaik
2. Ruang persidangan luas dan menarik
34
3. Kamar tamu untuk tidur dan istirahat menyenangkan
4. Efisiensi pada perhitunga pembayaran
5. Memiliki pengalaman
Sedangkan untuk destinasi konvensi di suatu resort ataupun hotel,baik
asosiasi maupun korporasi mengharapkan,antara lain :
1. Adanya hotel-hotel dengan fasilitas persidangan konvensi yang
memadai
2. Transportasi pulang pergi mudah mencapai tujuan resort
3. Jarak,waktu dan harga bagi masing-masing delegasi peserta
individual memuaskan
4. Iklim udara menyenangkan
5. Tersedianya fasilitas rekreasi dan olahraga di alam terbuka
(outdoor recreation & sport facilities).
2.2.7 Tinjauan Tentang Sales & Marketing Department
Sihite (2000) menyebutkan bahwa Sale adalah : menawarkan sesuatu
produk kepada konsumen, sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan untuk
menjadikan seseorang sebagai customer atau langganan. Jadi arti sales di
sini adalah penjualan.
Marketing adalah pemasaran dan apabila diterjemahkan adalah :
“Usaha untuk memasyarakatkan hasil produksi perusahaan melalui berbagai
cara agar hasil produksi tersebut banyak diminati oleh masyarakat luas”,
(Sihite, 2000).
35
Pemasaran adalah sebagai analisis, perencanaan, implementasi dan
pengendalian program yang direncanakan untuk menciptakan, membangun
dan mempertahankan pertukaran yang menguntugkan dengan target
pembelian untuk tujuan mencapai objektif organisasi ( Kotler, 2000).
Pemasaran adalah sistem keseluruhan dari kegiatan usaha yang
ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan
mendistribusikan barang dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan kepada
pembeli yang ada maupun pembeli potensial (Swasta, 2000).
Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan
bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,
mempromosikan dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan
kebutuhan konsumen (Stanton 1978).
Jadi Pemarasan merupakan salah satu kegiatan dalam perekonomian
yang membantu dalam menciptakan nilai ekonomi. Nilai ekonomi itu
sendiri menentukan harga barang dan jasa. Faktor penting dalam
menciptakan nilai tersebut adalah produksi, pemasaran dan konsumsi.
Pemasaran menjadi penghubung antara kegiatan produksi dan konsumsi.
Sedangkan arti dari Department adalah : bagian. Jadi Sales &
Marketing Department adalah : “Bagian yang menangani penjualan dan
pemasaran dalam suatu perusahaan”. Dalam hal ini produk yang dijual
adalah kamar hotel beserta seluruh fasilitas dan pelayanannya.
Dalam industri perhotelan bidang pemasaran ini boleh dikatakan masih
merupakan suatu hal yang relatif muda usianya bila dibandingkan dengan
36
industri lainnya. Bagian yang melaksanakan penjualan dan pemasaran
kemudian disebut Sales & Marketing Department. Definisi yang lengkap
dari manajemen yang terdapat dalam Sales & Marketing Department,
menurut Sihite (2000) adalah :
“Merupakan suatu fungsi yang melaksanakan segala perencanaan,
penugasan dan pengawasan terhadap kegiatan penjualan
daripada suatu perusahaan, dalam hal penerimaan tenaga penjual
(salesman), seleksi (recruiting), pengaturan latihan (training),
pengarahan (supervise), pengawasan (control), pembiayaan (cost),
dan motivasi para salesman”.
2.3 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, yaitu adanya
sumbangan rata-rata 3,52% pendapatan wisata konvensi terhadap total
revenue Hotel Mercure Kuta Beach Bali pertahunnya, serta jumlah
pengadaan wisata konvensi Hotel Mercure Kuta Beach Bali rata-rata 74 kali
pertahunnya, maka dapat diajukan hipotesis yang kebenarannya akan diuji
melalui data yang diperoleh dari adanya penelitian. Adapun hipotesis dari
penelitian ini yaitu: terdapat pengaruh yang nyata dan signifikan antara
pendapatan wisata konvensi terhadap total revenue di Hotel Mercure Kuta
Beach Bali.