BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Hasil Penelitian … II.pdf · Sedangkan indikator variabel...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Hasil Penelitian … II.pdf · Sedangkan indikator variabel...
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Telaah Hasil Penelitian Sebelumnya
Adapun yang dimaksud dengan tinjauan hasil penelitian sebelumnya
adalah hasil laporan ilmiah yang memiliki keterkaitan persamaan antara penelitian
ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya. Penelitian sebelumnya dilakukan
oleh Putra (2013) dengan judul “Strategi Pemasaran Produk MICE di Patra Jasa
Bali Resort & Villas Kabupaten Badung-Bali”. Metode pengumpulan data
diperoleh melalui observasi, wawancara, kuisioner dan studi kepustakaan. Teknik
analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dipadukan dengan
pendekatan SWOT. Sampel yang digunakan sebanyak seratus sampel. Indikator
variabel faktor internal yang digunakan adalah keaneka ragaman produk,
fleksibilitas harga, lokasi yang strategi, direct promotion, keterlibatan sales
manage dalam mencari customer, arsitektur kuno, promosi menggunakan media
cetak lokal, kurangnya tenaga ahli, kurangnya transportasi hotel dan minimnya
variasi Barter Agreement yang dimiliki. Sedangkan indikator variabel faktor
eksternal yang digunakan adalah peningkatan aktifitas MICE di Bali, kondisi
keamanan Bali, kemajuan teknologi, lokasi hotel, potensi Bali sebagai destinasi
wisata, krisis global, kenaikan harga barang, kemacetan, pengelolaan limbah,
persaingan jasa MICE. Berdasarkan hasil pembahasan, hasil yang diperoleh
adalah strategi konsentrasi horizontal, perbaikan prosedur internal, menjalin kerja
sama dengan agent serta memberikan reward kepada agent yang produktif,
strategi strength opportunities, strategi peningkatan promosi dan strategi
perubahan sistem promosi. Perbedaan penelitian terletak pada lokasi dan teknik
12
pendekatan analisis, sedangkan persamaannya yaitu sama-sama membahas
mengenai strategi pemasaran.
Selanjutnya skripsi dari Alda Chairani (2014) dengan judul “Strategi
Pemasaran Wedding dan Event di Tanjung Benoa-Bali (Studi Komparatif: The
Royal Santrian dan Novotel Benoa)”. Teknik pengumpulan data diperoleh melalui
observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi.Teknik analisis data yang
digunakan adalah kualitatif deskriptif dipadukan dengan analisis matrik General
Electric (GE’s Multifactor Portofolio Matrix) yang diimplementasikan sebagai
strategi pemasaran terhadap wedding dan event di The Royal Santrian dan
Novotel Benoa. Saran yang diberikan kepada manajemen antara lain pihak
manajemen The Royal Santrian menyiapkan karyawan yang dapat berkomunikasi
dengan menggunakan bahasa Jepang, Mandarin atau Korea serta perlu
mengadakan kontrol, evaluasi yang rutin. Sedangkan pihak manajemen Novotel
Benoa disarankan menciptakan inovasi produk dan fasilitas serta mengadakan
kerja sama antara wedding organizer atau travel agent serta memaksimalkan
media cetak dan elektronik dalam mempromosikan produk wedding dan event.
Perbedaan penelitian terletak pada lokasi penelitian dan teknik penelitian dan
teknik pendekatan analisis, sedangkan persamaannya yaitu sama-sama membahas
mengenai strategi pemasaran.
Selanjutnya jurnal yang berjudul “Marketing Strategist for Standalone
Hotels: With Reference to Mayur Aaditya Resort, Dharwad, India” oleh Prasana
(2013). Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi
pemasaran yang digunakan oleh resort serta untuk memodifikasi dan/atau
mengembangkan strategi pemasaran untuk resort. Pendekatan analisis deskriptif
13
kualitatif digunakan sebagai teknik analisis data dan in depth interview digunakan
sebagai teknik pengumpulan data. Persamaan jurnal ini dengan penelitian yang
dilaksanakan adalah sama-sama membahas mengenai strategi pemasaran dan
menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Sedangkan perbedaanya terletak pada
lokasi penelitian yang sebelumnya dilakukan d India dan penelitian yang akan
dilakukan berlokasi di Indonesia, khususnya Hotel Grand Mutiara Berastagi yang
ada di Sumatera Utara serta penggunaan analisis SWOT dalam penelitian ini yang
pada penelitian sebelumnya tidak digunakan.
Selanjutnya tesis yang berjudul “Formulasi Strategi Pemasaran Hotel-
Hotel Melati di Kawasan Wisata Ubud” oleh I Wayan Duartha (2008). Teknik
pengumpulan data diperoleh dengan observasi, penyebaran angket terstruktur dan
dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah gabungan antara
kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan analisis SWOT untuk
mendiskripsikan apa yang terjadi untuk mendapatkan semua fakta yang berkaitan
dengan pendapat wisatawan mengenai faktor internal pemasaran yang
berhubungan dengan bauran pemasaran dan pendapat dari manager hotel
mengenai faktor eksternal pemasaran sekaligus pemberian bobot terhadap faktor-
faktor tersebut. Perbedaan penelitian terletak pada lokasi penelitian, jumlah
sample hotel dan tahun penelitian, sedangkan persamaannya yaitu sama-sama
membahas mengenai strategi pemasaran dan sama-sama menggunakan teknik
penelitian serta teknik analisis SWOT.
14
2.2 Tinjauan Konsep
2.2.1 Tinjauan Tentang Strategi
Alma (2005:201) mengatakan bahwa strategi merupakan sebuah rencana
yang dilakukan untuk mencapai tujuan perusahaan. Sedangkan strategi
didefinisikan oleh Reid dan Bojanic (2006:174) adalah cara yang mana sebuah
organisasi berupaya untuk menghubungkan dengan tanggap satu kesatuan dan
memanfaatkan lingkungannya. Dengan kata lain, strategi sebuah perusahaaan
terintegrasi dengan misi, tujuan dan rencana aksi. Sehingga membuat perusahaan
menonjol dibanding dengan pesaing.
Menurut Webster‟s New World Dictionary (dalam Suyanto 2007:16)
definisi strategi adalah ilmu perencanaan dan penentuan arah operasi-operasi
militer berskala besar. Strategi adalah bagaimana menggerakkan pasukan ke
posisi paling menguntungkan sebelum pertempuran aktual dengan musuh. John A.
Byrne (dalam Suyanto 2007:16) mendefinisikan strategi sebagai pola yang
mendasar dari sasaran yang berjalan dan yang direncanakan, penyebaran sumber
daya dan interaksi organisasi dengan pasar, pesaing dan faktor-faktor lingkungan.
Sementara menurut Jack Trout (dalam Suyanto 2007:16) inti dari strategi adalah
bagaimana bertahan hidup dalam dunia kompetitif , bagaimana membuat persepsi
yang baik di benak konsumen, menjadi berbeda, mengenali kekuatan dan
kelemahan pesaing, menjadi spesialisasi, menguasai satu kata sederhana di kepala,
kepemimpinan yang memberi arah dan memahami realitas pasar dengan menjadi
yang pertama daripada menjadi yang lebih baik.
Jadi, konsep strategi yang dimaksud dalam penulisan ini adalah rencana
yang menjadi pola mendasar dari sasaran yang berjalan, penentuan dan
15
penyebaran sumber daya serta interaksi organisasi dengan pasar untuk dapat
bertahan hidup dalam dunia kompetitif dan mencapai tujuan atau sasaran yang
telah ditetapkan sehingga perusahaan lebih menonjol dibanding perusahaan lain.
2.2.2 Tinjauan Tentang Pemasaran
Kotler (1994:34) mendefinisikan pemasaran sebagai berikut “Marketing is
a social and managerial process by which individual groups obtain what they
need and want through creating and exchanging product and value with others”.
Maksudnya bahwa pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial yang di
dalamnya individu atau kelompok mendapatkan yang mereka butuhkan dan
inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang
bernilai kepada pihak lain.
Sementara itu, menurut Middleton, Fyall, Morgan dan Ranchod (2009:22),
ada dua pihak yang terkait pada pertukaran dalam pemasaran, yaitu
1) Pengguna atau konsumen adalah mereka yang memilih untuk membeli produk
atau jasa. Pengguna, termasuk di dalamnya adalah klien, kelompok pengguna
dan mitra kerja. Dari segi pengguna atau pembeli, pemasaran berkaitan
dengan pemahaman :
(1) Kebutuhan dan keinginan jika ada serta perspektif pengguna dalam
interaksi dengan pemasuk (termasuk di dalamnya, alasan mengapa
pengguna membeli barang atau jasa tersebut).
(2) Produk atau jasa yang dipilih untuk dibeli (kapan, berapa, harganya dan
frekuensi pembelian).
(3) Bagaimana pengguna mendapatkan informasi mengenai produk yang
ditawarkan.
16
(4) Bagaimana pengguna mendapatkan atau membeli produk tersebut (secara
langsung, eceran atau perantara).
(5) Pengguna jasa secara langsung atau setelah penjualan yang dibutuhkan.
(6) Bagaimana perasaan yang dirasakan setelah membeli dan mengkonsumsi
produk dan jasa tersebut.
2) Organisasi produsen atau institusi lainnya yang mendesain dan memasok
produk atau jasa kepada konsumen memiliki fokus pemasaran sebagai berikut:
(1) Produk dan jasa yang akan disediakan dan mengapa, khususnya untuk
produk baru.
(2) Seberapa banyak produk yang akan ditawarkan untuk diproduksi (Jumlah
dari permintaan).
(3) Pada harga berapa, biaya terendah yang akan diberikan kepada konsumen.
(4) Bagaimana cara mengkomunikasikan permintaan produk atau jasa kepada
pembeli dan melalui media apa.
(5) Sebelum, sedang dan atau setelah penjualan, pendekatan yang dilakukan
atau ditawarkan.
Menurut Rutherford dalam Yoeti (1999:10) pemasaran hotel dapat
diartikan sebagai suatu aktifitas yang menggunakan strategi dan taktik yang
direncakan sedemikian rupa untuk menyampaikan „cerita‟ tentang pelayanan yang
dapat diberikan suatu hotel dengan memberikan rangsangan yang bergairah pada
tamu untuk mau memilih pesan yang disampaikan hotel untuk dibanding dengan
pilihan yang lain dari hotel pesaing. Kegiatan pemasaran hotel tersebut adalah:
1) Usaha menarik calon tamu hotel untuk datang dan menginap pada suatu hotel.
17
2) Usaha untuk membujuk calon tamu hotel untuk menggunakan produk, fasilitas
dan pelayanan yang disediakan hotel.
3) Usaha untuk mempromosikan produk, fasilitas dan pelayanan yang
ditawarkan suatu hotel.
Dalam pemasaran hospitality, Morrison (2002:4) mengatakan pemasaran
adalah sebuah proses yang berlangsung secara terus-menerus dan berkelanjutan,
dimana manajemen dalam industri hospitality dan travel merencanakan, meneliti,
mengimplementasikan, mengawasi, dan melakukan penilaian berbagai aktivitas
yang dirancang untuk memuaskan baik kebutuhan dan keinginan pelanggan dan
tujuan organisasinya.Untuk membuat sangat efektif, pemasaran memerlukan
usaha setiap orang dalam sebuah organisasi dan dapat dibuat kurang atau lebih
efektif oleh tindakan-tindakan dari kelengkapan organisasi.
Kesimpulan yang dapat ditarik dari rumusan-rumusan yang telah
dijabarkan sebelumnya adalah bahwa pemasaran itu selalu terdiri atas beberapa
aktivitas yang bertujuan untuk menarik calon pelanggan dengan memberi
motivasi agar tertarik membeli produk dan pelayanan hotel. Dalam hal ini tugas
utama pemasar adalah mengubah sikap orang yang tidak suka menjadi senang
terhadap suatu produk atau jasa.
2.2.3 Tinjauan Tentang Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran merupakan action plan dari kegiatan pemasaran.
Strategi pemasaran menurut Wahab (2000:218) adalah: Proses identifikasi
wisatawan yang mereka pilih baik dan aktual maupun potensial dan
berkomunikasi dengan mereka untuk menentukan dan mempengaruhi kebutuhan,
18
keinginan, motivasi, suka dan tidak suka serta merumuskan dan menyesuaikan
produk wisata dan lingkungan untuk kepuasan wisatawan yang sebesar-besarnya.
Menurut Assauri (dalam Anugraha, 2012:18) strategi pemasaran adalah
rencana menyeluruh, terpadu, dan menyatu di bidang pemasaran yang dapat
memberikan panduan tentang kegiatan yang dijalankan untuk dapat mencapai
tujuan pemasaran suatu perusahaan.
Secara konsepsional Sucherly (2003:219) menyatakan bahwa strategi
pemasaran jasa mencakup dua strategi utama, yaitu strategi pasar (market
strategy) dan strategi bauran pemasaran (marketing mix).
Kesimpulan yang dapat ditarik dari kesimpulan-kesimpulan di atas bahwa
strategi pemasaran adalah rencana menyeluruh, terpadu dan menyatu di bidang
pemasaran yang mencakup strategi pasar (market strategy) dan strategi bauran
pemasaran (marketing mix) untuk menentukan dan mempengaruhi kebutuhan,
keinginan, motivasi wisatawan serta merumuskan dan menyesuaikan produk
wisata dan lingkungan untuk kepuasan wisatawan yang sebesar-besarnya.
2.2.3.1 Strategi Pasar (Market Strategy)
Strategi pasar pada intinya menentukan segmen pasar (market segment)
yang akan dilayani (target market) dan pemosisian pasar (market positioning).
Penentuan target market sangat penting mengingat tuntutan pelanggan tidak sama,
sehingga tuntutan yang tidak sama memerlukan cara pelayanan yang berbeda
pula. Tujuan penting dalam pemilihan target market adalah mencari pasar yang
paling berpeluang (tingkat persaingan yang relatif rendah). Dalam positioning,
intinya adalah menempatkan marketing mix dengan tujuan untuk meraih
19
keunggulan bersaing (competitive advantage) di target market (Sucherly,
2003:2019).
Berikut dijabarkan unsur-unsur strategi pasar:
1) Segmenting
Menurut Kotler (dalam Yoeti, 2002:73) segmentasi pasar adalah
pembagian pasar wisata ke dalam ke dalam kelompok-kelompok wisatawan
secara tegas dan setiap kelompok itu dipilih atau ditetapkan sebagai target pasar
yang akan dipengaruhi dengan menggunakan strategi bauran pemasaran. Dengan
melaksanakan segmentasi pasar, kegiatan pemasaran dapat dilakukan dengan
lebih terarah dan sumber daya yang dimiliki perusahaan dapat digunakan secara
lebih efektif dan efisien dalam rangka memberikan kepuasan bagi konsumen.
Selain itu, perusahaan dapat melakukan program-program pemasaran yang
terpisah untuk memenuhi kebutuhan khas masing-masing segmen.
Menurut Morrison (2002:179-181) ada tujuh karakter atau dasar yang
digunakan untuk menentukan pasar ke dalam segmen, yaitu:
(1) Geographic Segmentation
Segmentasi ini dilakukan dengan membagi pasar berdasarkan
pengelompokkan pelanggan yang berasal dari daerah yang sama secara
geografis, dimana kebutuhan dan keinginannya bervariasi berdasarkan tempat
asal. Beberapa alasan untuk memilih segmentasi ini antara lain, mudah
digunakan karena definisi dari area geografis diterima secara universal, pasar
geografis dapat dengan mudah diukur, dan biasanya ada berbagai catatan
demografi, perjalanan dan statistik lainnya yang menyangkut tentang pasar ini.
(2) Demografic Segmentation
20
Segmentasi ini dilakukan dengan membagi pasar berdasarkan statistik-statistik
populasi yang umumnya dapat dibuat melalui sensus. Informasi yang ada
dalam statistic ini antara lain umur jenis kelamin, ukuran keluarga, pendapatan
per kapita, ras, pendidikan pekerjaan, agama, kebangsaaan dan faktor-faktor
lainnya yang selalu digunakan dalam segmentasi sosio-ekonomi dan
demografis atau kependudukan.
(3) Psychograpic Segmentation
Segmentasi ini dilakukan dengan membagi pasar ke dalam kelompok-
kelompok yang berlainan menurut kelas sosial, gaya hidup, kepribadian dan
riwayat psikologis. Informasi psikografis sangat berguna, tetapi tidak selalu
menyediakan informasi yang cukup untuk membagi konsumen ke dalam
segmen-segmen, sehingga diperlukan segmen berdasarkan psikografis untuk
lebih memahami karakteristik konsumen.
(4) Behavioral Segmentation
Segmentasi ini membagi wisatawan dengan penggunaan kesempatan,
keuntungan-keuntungan, status penggunaan kesempatan, keuntungan-
keuntungan, status pengguna, penggunaan harga, status loyalitas, tingkat
kecepatan pembeli, perilaku-perilaku terhadap produk dari pelayanan. Dengan
kata lain, segmentasi ini merupakan sebuah dimensi dari wisatawan yang lalu,
sekarang, dan perilaku-perilaku yang potensial terhadap sebuah produk khusus
atau kategori pelayanan (contoh: restoran, hotel, travel agent). Berdasarkan
pengertian tersebut, behavioral segmentation ini dibagi menjadi beberapa
kelompok, (a) Use frequency segmentation adalah membagi keseluruhan pasar
berdasarkan intensitas (frekuensi) pembelian yang dilakukan terhadap produk
21
pelayanan atau pembagian masing-masing segmen atas total permintaan. (b)
Usage status and potensial, adalah wisatawan bisa dikelompokkan sesuai
dengan status penggunaannya, contoh dalam pendekatan ini adalah memilah
pasar ke dalam bukan pengguna dan masa lalu, regular, dan pengguna-
pengguna potensial. (c) Brand loyalty adalah wisatawan dibagi sesuai dengan
loyalitasnya terhadap merek khusus dan penggunaan mereka terhadap merek
bersaing. (d) Use Occasions, adalah pengelompokkan wisatawan sesuai
dengan kapan mereka membeli dan tujuan dari pembeliannya. (e) Benefits,
merupakan landasan segmentasi terbaik, yaitu wisatawan dikelompokkan
sesuai kesamaannya dalam keuntungan yang mereka cari dari produk atau
pelayanan.
(5) Purpose of Trip Segmentation, yaitu membagi pasar berdasarkan tujuan utama
dari perjalanan yang dilakukan oleh wisatawan. Perimbangan yang paling
penting dalam segmentasi ini adalah adanya pengaruh yang begitu besar dari
perilaku wisatawan sesuai dengan tujuan perjalanannya. Secara umum tujuan
perjalanan wisatawan dibedakan menjadi dua kelompok utama yaitu pasar
perjalanan bisnis, dan pasar penjualan individu atau bersenang-senang.
(6) Product Related Segmentation, adalah segmentasi yang menggunakan
beberapa aspek pelayanan untuk mengklasifikasi wisatawan. Segmentasi ini
serupa dengan brand segmentation dimana beberapa produk khusus dibuat
untuk jenis wisatawan khusus, misalnya produk ecotourism, pilgrim, resort
dan lainnya.
22
(7) Channel of Distribution Segmentation, segmentasi ini berbeda dengan keenam
segmentasi di atas karena cara ini digunakan untuk membagi perantara-
perantara perdagangan travel dari wisatawan.
2) Targetting
Menurut Morrison dan Mill (dalam Yoeti, 2002:88), target market adalah
target pasar tertentu hanya dapat diambil setelah analisis dilakukan tentang sampai
sejauh mana segmen pasar itu akan memberikan manfaat kepada suatu perusahaan
atau daerah tujuan wisata. Setelah pasar dibagi-bagi dalam segmen-segmen, maka
perusahaan harus memutuskan suatu strategi target market. Perusahaan dapat
memilih dari empat strategi peliput pasar berikut :
(1) Undifferentiated targeting strategy, strategi ini menganggap suatu pasar
sebagai satu pasar besar dengan kebutuhan yang serupa, sehingga hanya ada
satu bauran pemasaran yang digunakan untuk melayani semua pasar.
Perusahaan mengandalkan produksi, distribusi dan periklanan massa guna
menciptakan citra superior di mata sebagian besar konsumen.
(2) Differentiated target strategy, perusahaan menghasilkan beberapa produk
yang memiliki karakteristik yang berbeda. Konsumen membutuhkan variasi
dan perubahan sehingga perusahaan berusaha untuk menawarkan berbagai
macam produk yang bisa memenuhi variasi kebutuhan tersebut.
(3) Concentrated targeting strategy, perusahaan lebih memfokuskan menawar
beberapa produk pada satu segmen yang dianggap paling potensial.
(4) Custom targeting strategy, lebih mengarah kepada pendaketan terhadap
konsumen secara individual.
23
Langkah dalam mengembangkan targetting, yaitu:
(1) Mengevaluasi daya tarik masing-masing segmen dengan menggunakan
variabel-variabel yang dapat mengkuantifikasi kemungkinan permintaan dari
setiap segmen, biaya melayani setiap segmen dan kesesuaian antara
kompetensi inti perusahaan dan peluang pasar sasaran.
(2) Memilih satu atau lebih segmen sasaran yang ingin dilayani berdasarkan
potensi laba segmen tersebut dan kesesuaiannya dengan strategi korporat
perusahaan.
3) Positioning
Menurut Tjiptono (2002:45) istilah positioning sering digunakan untuk
mengganti kata image sehingga positioning diartikan sebagai usaha menciptakan
image. Penentuan posisi pasar menunjukkan bagaimana suatu produk dapat
dibedakan dari para pesaingnya.
Positioning yang sering disebut product positioning adalah pengembangan
dari sebuah pelayanan dan bauran pemasaran untuk mengisi sebuah tempat khusus
dalam pikiran wisatawan dalam target-target pasar (Morrison, 2002:205). Ada
beberapa cara berbeda untuk membuat pesan atau citra yang unik dalam pikiran
wisatawan, antara lain dengan :
(1) Spesific Positioning Approach
Spesific and general positioning approach adalah pendekatan dimana hanya
dipilih satu pasar wisatawan yang paling menguntungkan dan mengarahkan
konsentrasi kepadanya.
24
(2) General Positioning Approach
General positioning approach menjanjikan lebih banyak keuntungan
dibanding dengan specific positioning approach dimana wisatan harus
berusaha untuk memilih melalui iklan dan media mengenai keuntungan
keuntungan pelayanan yang ditawarkan. Sebuah posisi dapat dibuat dengan
pernyataan jelas, informasi yang nyata dan juga bisa dilakukan dengan pesan,
suasana kejiwaan dan simbol-simbol.
Berdasarkan kedua konsep pendekatan positioning yang telah dijabarkan,
bisa dikembangkan menjadi enam pendekatan positioning yang memungkinkan
dalam industry hospitality, khususnya hotel, yaitu :
(1) Positioning on Spesific Product Feature
Pendekatan ini benar-benar sama dengan spesific positioning yang dibahas
sebelumnya. Salah satu contoh dalam pendekatan ini digunakan dengan
menaikkan citra dari spa-spa pada resort dengan jalan menawarkan paket
khusus untuk perawatan spa dalam waktu satu minggu.
(2) Positioning on Benefit, Problem Solution or Needs
Literatur perjalanan digunakan sebagai contoh dalam pendekatan ini, misalnya
“Be good to yourself. Fly Emirates”. Hampir semua pernyataan dalam
pendekatan ini menggunakan kata you untuk menunjukkan hubungan yang
dekat dengan wisatawan dan masalah-masalahnya.
(3) Positioning for Spesific Usage Occasion
Positioning ini didasarkan atas sebuah kesempatan khusus ketika wisatawan
mungkin menemukan sebuah penggunaan pada pelayanan.
25
(4) Positioning for User Category
Pendekatan ini adalah untuk mengidentifikasi dan menghubungkan dengan
sebuah kelompok khusus wisatawan. Misalnya sebuah hotel yang memasarkan
diri sebagai hotel untuk pasar gay atau lesbian.
(5) Positioning Against Another Product
Nama lain untuk pendekatan ini adalah komperatif atau competitive
advertising. Contohnya kampanye iklan dari Burger King melawan McDonald
„get your burger worth”. Burger King secara langsung membandingkan
ukuran burger dengan daging sapi yang ada pada McDonald.
(6) Positioning by Product Class Dissociation
Hal yang harus dilakukan oleh hotel dalam pendekatan ini adalah membuat
pelayanannya kelihatan berbeda dengan semua pesaing.
Langkah dalam mengembangkan strategi positioning adalah:
(1) Mengidentifikasi keunggulan kompetitif. Jika perusahaan dapat menentukan
posisinya sendiri sebagai yang memberi nilai superior kepada sasaran terpilih,
maka ia memperoleh keunggulan komparatif.
(2) Dalam menawarkan produk dengan competitive advantage, perusahaan harus
menyediakan suatu alasan mengapa pelanggan akan merasa bahwa produk
dari perusahaan yang bersangkutan lebih baik daripada para pesaingnya.
(3) Perusahaan harus mengevaluasi respon dari target market sehingga dapat
memodifikasi strategi bila dibutuhkan.
Melalui penjelasan yang telah dijabarkan, dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan strategi pemasaran dalam laporan ini adalah proses manajemen
yang dipergunakan perusahaan dalam megidentifikasi segmen pasar yang sesuai
26
dengan produk yang akan dipasarkan atau ditawarkan, serta menyesuaikan produk
yang dimiliki terhadap target pasar yang bersifat fleksibel, guna memberikan
kepuasan terhadap konsumen agar produk yang ditawarkan mendapat posisi di
hati para konsumen.
2.2.3.2 Strategi Bauran Pemasaran (Marketing Mix)
Bauran pemasaran (marketing mix) sebagai suatu konsep, pertama kali
dipelopori oleh Neil Borden di tahun 1960-an, sedangkan penerapannya dalam
industri dilakukan oleh Mac Carthy yang dikenal dengan istilah “four Ps”, yakni
product, price, place dan promotion (dalam Yoeti, 2002:19). Dalam pemasaran
jasa Boom dan Baitner (dalam Alma, 2005: 21) menyarankan tambahan 3P, yaitu
people, physical evidence, dan process sehingga berkembang menjadi 7P.
Elemen-elemen tersebut saling mempengaruhi satu sama lain sehingga bila salah
satu tidak tepat pengorganisasiannya akan mempengaruhi strategi pemasaran
secara keseluruhan.
Marketing mix pada dasarnya merupakan serangkaian variabel yang dapat
dikendalikan perusahaan untuk memuaskan pasar sasaran dalam mencapai tujuan
perusahaan (Brown, 1991:23). Dalam pemasaran barang (tangible) dikenal empat
alat yaitu: product, price, place, promotion atau dikenal The Four P’s. Keempat
alat ini dikenal sebagai The Traditional Marketing Mix.
Menurut Kotler, bauran pemasaran (marketing mix) adalah seperangkat
alat pemasaran yang digunakan perusahaan untuk terus-menerus mencapai tujuan
pemasaran di pasar sasaran. McCarthy (dalam Kotler, 2002:18)
mengklasifikasikan alat-alat itu menjadi empat kelompok yang luas yang disebut
empat P dalam pemasaran, yaitu produk (product), harga (price), tempat (place),
27
dan promosi (promotion). Variabel pemasaran tertentu dari masing masing P
ditunjukkan dalam Gambar 2.1.
Gambar 2.1
Empat Komponen P dalam Bauran Pemasaran
Sumber: Kotler, 2002:18
Empat P menggambarkan pandangan pemasar tentang alat-alat pemasaran
yang dapat digunakan untuk mempengaruhi pembeli. Berdasarkan sudut pembeli,
masing-masing alat pemasaran dirancang untuk memberikan satu manfaat bagi
pelanggan. Lauterbom (dalam Kotler, 2002:18) menyatakan bahwa empat P
penjualan berhubungan dengan empat C pelanggan yang digambarkan sebagai
berikut:
Bauran Pemasaran
Produk Harga Promosi Tempat
- Keragaman produk - Lokasi - Kualitas - Desain - Ciri - Nama Merek - Kemasan - Ukuran - Pelayanan - Garansi
- Imabalan
- Daftar Harga
- Rabat/Diskon
- Potongan Harga Khusus
- Period Pembayaran
- Syarat Kredit
- Promosi Penjualan
- Periklanan
- Tenaga Penjualan
- Pengelompokan
- Cakupan pasar
- Lokasi
- Persediaan
- Transportasi
- Saluran
Pemasaran
28
Empat P Empat C
Product (Produk) Costomer Solution (solusi pelanggan)
Price (Harga) Costumer Cost (biaya pelanggan)
Place (Tempat) Convenience (kenyamanan)
Promotion (Promosi) Communication (komunikasi)
Perusahaan yang menjadi pemenang adalah perusahaan yang dapat
memenuhi kebutuhan pelanggan secara ekonomis, menyenangkan serta dapat
berkomunikasi dengan efektif (Kotler, 2002:18). Pada sisi lain Morrison
(2002:21) menyatakan bahwa bauran pemasaran terdiri dari faktor-faktor dalam
strategi pemasaran yang secara tradisional diidentifikasi menjadi empat yaitu
product, price, place, promotion (4P‟s) kemudian ditambahkan lagi empat faktor
yang sangat penting khususnya dalam industri hospitality dan perjalanan, yaitu
people, packaging, programing, dan partnership. Dengan demikian jumlah faktor-
faktor internal pemasaran yang digunakan untuk memuaskan kebutuhan daripada
kelompok wisatawan khusus menjadi delapan yang disebut dengan 8P‟s
pemasaran. Terkait dengan faktor-faktor internal pemasaran ini, Morrison
(2002:277) menjelaskan dengan rinci sebagai berikut:
1) Product
Produk dalam hospitality dan perjalanan memilki bauran produk atau
pelayanan yang terdiri atas :
(1) Staff behavior, appearance, and uniform adalah aspek fisik dari
penampilan karyawan berbeda pengertiannya yang terkandung dalam
faktor people dalam bauran pemasaran.
29
(2) Building exterior adalah kondisi fisik dan kebersihan dari setiap struktur
bangunan dan ruangan dalam hotel dan sangat besar pengaruhnya terhadap
kesan dari wisatawan terhadap hotel dan kepuasannya. Pemasar harus
menyebutkan setiap cara yang hotel lakukan pada periode tertentu dalam
meningkatkan penampilan eksterior bangunannya.
(3) Equipment, yang dimaksud disini adalah kebersihan dan kesiapan
peralatan dan fasilitas tambahan yang dimiliki oleh hotel. Misalnya hotel
harus secara ketat melakukan perawatan terhadap peralatan computer, safe
deposit box, troli untuk barang-barang tamu, armada kendaraan dan
menjamin kebersihannya.
(4) Furniture and Fixture, banyak wisatawan yang sangat sensitif terhadap
kualitas dan mebel dan perlengkapan bangunan atau kamar hotel.
(5) Signage, hampir semua hotel memiliki tanda-tanda tertentu, termasuk
papan tulis, tanda arah, dan tanda eksterior bangunan. Semua tanda-tanda
tersebut harus dalam kondisi baik, bersih, tidak patah dan mudah terlihat.
2) Price
Banyak ahli dalam industri hospitality menyatakan bahwa semakin
berkembangnya kesadaran wisatawan terhadap nilai suatu produk. Mereka
menginginkan nilai untuk uang yang mereka bayarkan. Definisi dari value for
money adalah cara wisatawan membandingkan jumlah uang yang dibayarkan
dengan kualitas fasilitas dan pelayanan yang diperolehnya. Sesuatu yang
mempunyai nilai bukan berarti tidak selalu harus ditawar dengan harga yang lebih
rendah. Nilai hanya relevan dengan si pemakai, beberapa pelayanan yang
mempunyai nilai yang cukup tinggi untuk wisatawan tertentu tapi tidak untuk
30
wisatawan yang lain. Suatu harga harus memberikan wisatawan perasaan yang
mereka dapatkan sesuai dengan harga yang dibayarkan (Morrison, 2002:518).
Teknik penentuan harga dibagi menjadi empat bagian (Weaver dan
Lawton, 2010: 200), yaitu:
(1) Profit-oriented pricing
Orientasi yang mementingkan keuntungan, termasuk didalamnya mengambil
keuntungan dan pencapaian dari kepuasan keuntungan serta target return of
investment.
(2) Sales-oriented pricing
Termasuk strategi dalam penentuan harga pasar atau mentargetkan segmen
sehinga mampu membayar produk tersebut, memaksimalkan jumlah
penjualan, meningkatkan pangsa pasar, misalnya promosi yang agresif dan
mengurangi harga. Mendapatkan penetrasi pasar dengan memberikan harga
rendah dan membina harga tinggi sebagai sinyal untuk kualitas luar biasa
(prestige pricing).
(3) Competition-oriented pricing
Hal ini didasarkan bahwa competitor adalah pesaing dan kriteria dalam
pengaturan harga.
(4) Cost-oriented pricing
Strategi ini berdasarkan biaya aktual dari penyedia jasa atau barang dan
kemudian menambahkan profit margin yang telah ditentukan.
3) Place
Komponen place menunjukkan kepada cara yang mana produk dan
pelayanan disampaikan kepada wisatawan. Komponen ini biasa disebut sebagai
31
distribusi dan di dalamnya termasuk keputusan yang berhubungan dengan lokasi
dari fasilitas dan penggunaan perantara-perantara. Dalam pemasaran jasa, place
lebih fokus pada cara hotel merencanakan untuk menempatkan produk atau
bekerja dengan kelompok-kelompok yang ada pada saluran distribusi. Ini berarti
bagaimana mereka menggunakan perantara-perantara dalam perdagangan travel
(travel agent, tour whole saler, perencana-perencana perjalanan insentif) untuk
mencapai tujuan pemasaran.
Morrison (2002:339) menyebutkan dua konsep distribusi yaitu distribusi
langsung (direct distribution) dan distribusi tidak langsung (indirect distribution).
Distribusi langsung terjadi ketika organisasi/hotel mengambil keseluruhan
tanggung jawab dari promosi, melayani dan menyediakan pelayanan kepada
pelanggan/wisatawan. Misalnya beberapa paket weekend hanya bisa di-booking
langsung ke hotel itu sendiri. Sedangkan distribusi tidak langsung terjadi ketika
sebagian tanggung jawab dari promosi, pemesanan penyediaan pelayanan
diberikan kepada satu atau lebih dari hospitality yang lain dan organisasi travel.
4) Promotion
Promosi merupakan bagian komunikasi dalam pemasaran yang
menyediakan wisatawan dengan informasi dan pengetahuan dengan cara yang
informatif dan persuasif. Morrison (2002:374) menyebutkan lima bauran promosi
yang dikenal dengan promotional mix, yaitu:
(1) Advertising adalah paid, komunikasi nonpersonal melalui berbagai media oleh
suatu perusahaan, organisasi-organisasi nirlaba dan individu-individu yang
dalam beberapa cara diidentifikasi dalam pesan iklan dan mereka yang
berhadap memberi informasi dan mempengaruhi wisatawan. Jadi, kata kunci
32
dari defines advertising adalah paid, nonpersonal dan identified. Hospitality
dan travel harus membayar setiap kegiatan iklan baik dengan uang kas atau
dengan sistem barter, pendekatan komunikasi adalah nonpersonal bukan
merupakan sponsor dan perwakilan mereka yang secara fisik hadir untuk
memberikan pesan kepada wisatawan. Kata identified menyatakan organisasi
yang membayar atau memasang iklan teridentifikasi secara jelas dalam iklan
ini.
(2) Personal selling, termasuk pembicaraan langsung yang dilakukan baik melalui
telepon atau bertatap muka antara penjual dengan calon wisatawan.
(3) Sales promotion, merupakan pendekatan lain dibanding dengan iklan.
Personal selling dan public relation dimana wisatawan diberikan bujukan
jangka singkat untuk membuat pembelian dengan segera. Seperti halnya iklan,
sponsornya dengan jelas diidentifikasi dan komunikasinya bersifat
nonpersonal. Contoh kupon potongan harga, kontes dan undian, premi atau
hadiah.
(4) Merchandising, terdiri atas material-material yang digunakan dalam hotel
untuk merangsang penjualan seperti menu, wine list, kartu pos, tanda-tanda
poster, topi, t-shirt dan poin yang lain dari benda-benda promosi penjualan.
(5) Public Relations and Publicity, yang termasuk dalam public relation adalah
semua aktivitas yang digunakan oleh sebuah hotel atau travel untuk menjaga
atau meningkatkan hubungan dengan organisasi-organisasi yang lain atau
individu-individu. Sedangkan publicity merupakan salah satu teknik dari
public relations yang merupakan non-paid communication dan informasi
tentang pelayanan dari sebuah organisasi.
33
5) People
Landasan yang paling utama dalam keberhasilan dan keberadaan sebuah
hospitality dan organisasi travel adalah orang-orang yang dipekerjakan
(karyawan) dan orang-orang yang dilayani (wisatawan). Bagaimana sebuah hotel
dan organisasi travel dalam memilih dan melayani keduanya, bisa memberikan
dampak yang sangat besar pada efetivitas dari pemasaran. Karyawan front line
yang menyediakan pelayanan memegang peranan penting dalam industri
perhotelan. Hotel dan organisasi harus melakukan dua hal yang baik untuk bisa
memuaskan wisatawan, yaitu: (1) menyediakan sebuah produk yang bagus kamar,
makanan, paket liburan, transportasi dan lain sebagainya, (2) menyediakan
pelayanan yang bagus.
Menurut Berry dan Parasuraman (dalam Morrison 2002:288) bahwa esensi
pemasaran jasa adalah pelayanan dan kualitas pelayanan merupakan fondasi dari
pemasaran jasa. Oleh karena itu para pemasar dari hospitality dan travel harus
fokus dengan kualitas pelayanan dan meyakinkan bahwa organisasi mereka
mempunyai sebuah proses untuk mengelola kualitas dari pelayanan yang
disediakan kepada wisatawan.
Pada pertengahan tahun 1980-an, berdasarkan penelitian yang dilakukan
oleh Parasuraman, Zeithaml, dan Berry, memperkenalkan sebuah teknik untuk
mengukur kualitas dari pelayanan yang disebut dengan SERVQUAL. Ketiga
penulis ini mendefinisikan kualitas pelayanan sebagai persepsi wisatawan
terhadap sebuah kualitas pelayanan khusus perusahaan berdasarkan sebuah
perbandingan antara performa pelayanan khusus dari perusahaan dengan harapan-
harapan umum wisatawan pada semua perusahaan dalam industri yang sama.
34
Teknik SERVQUAL menggunakan lima dimensi individu untuk
mengukur harapan dan persepsi dari wisatawan, yaitu (1) Tangible, fasilitas fisik
dari hotel dan organisasi travel, perlengkapan dan penampilan karyawan. (2)
Reliabbility, kemampuan hotel dan organisasi untuk menunjukkan pelayanan yang
dapat dipercaya dan akurat. (3) Responsiveness, keinginan karyawan untuk
membantu wisatawan dan menyediakan pelayanan yang cepat. (4) Assurance,
pengetahuan dan courtesy dari karyawan dan kemampuan mereka untuk
memberikan kepercayaan dan keyakinan. (5) Emphaty, tingkat perhatian (care)
secara individu yang disediakan karyawan hotel dan organisasi perjalanan kepada
wisatawan.
6) Packaging dan Programming
Hospitality dan jasa travel bersifat perishable artinya bahwa produk
tersebut hanya bisa dijual saat ini adalah produk tidak tahan lama yang dapat
disimpan kembali ke gudang apabila tidak laku. Packaging dan teknik yang
berhubungan dengan programming memegang peranan yang amat penting dalam
industri jasa ketika permintaan terhadap pelayanan tersebut sangat rendah.
Package adalah kombinasi dari pelayanan-pelayanan yang berhubungan dan
melengkapi dengan harga tunggal. Artinya dalam sejumlah harga tertentu sudah
termasuk beberapa jenis pelayanan yang berhubungan, sedangkan programming
adalah sebuah teknik yang berhubungan dekat dengan packaging. Di dalamnya
termasuk pengembangan aktivitas-aktivitas khusus, events atau program-program
yang bertujuan untuk meningkatkan pengeluaran wisatawan. (Morrison,
2002:314).
35
Packaging dan programming merupakan konsep-konsep yang
berhubungan. Beberapa paket termasuk beberapa programming dan sering
program-program tersebut sebagai penggerak dari permintaan terhadap paket-
paket khusus tersebut. Namun juga memungkinkan untuk membuat paket tanpa
program seperti paket harga kamar sudah termasuk makan pagi, atau sebaliknya
programming tanpa packaging seperti Monday night dan early bird discount tidak
harus dibuatkan paket khusus.
7) Partnership
Partnership adalah berbagai upaya kerja sama dalam promosi dan kerja
sama pemasaran lainnya dari hospitality dan organisasi travel. Upaya-upaya
tersebut adalah dari one short atau kerja sama jangka pendek dalam promosi
sampai perjanjian kerja sama jangka panjang dalam pemasaran yang mungkin
melibatkan beberapa kombinasi dari produk atau pelayanan dari dua atau lebih
organisasi. Menurut Morrison (2002:281) ada beberapa jenis dari partnership
yaitu:
(1) Costumers, program-program perjalanan atau liburan secara terus menerus
adalah salah satu contoh yang bagus dari program partnership dengan
wisatawan. Program-program ini diperkenalkan untuk membangun kesetiaan
wisatawan kepada hotel. Variasi yang menarik dari tema ini misalnya dengan
memberikan kartu khusus bagi wisatawan yang telah menginap di hotel yang
menjamin keuntungan yang diperoleh apabila menginap lagi di hotel tersebut.
Hotel juga secara terus menerus menjaga komunikasi dengan wisatawan
dengan memberikan informasi tentang program-program terbaru dari hotel.
36
Cara lain adalah dengan mengirimkan ucapan selamat pada hari-hari khusus
bagi wisatawan seperti ulang tahun, ucapan tahun baru, natal dan lainnya.
(2) Organization in the same business, adalah strategi aliansi antara beberapa
perusahaan sejenis seperti konsep alliances dalam bisnis penerbangan. Contoh
yang sangat bagus dalam aliansi ini adalah aliansi BestCities.net dibentuk oleh
perusahaan–perusahaan konvensi dan pelancong di Boston. Copenhagen,
Edinburg, Melbourne, Vancouver. Aliansi ini dibentuk untuk memenuhi
kebutuhan wisatawan dengan lebih baih di dalam melakukan pertemuan-
pertemuan internasional.
(3) Organization in Related Business. Program-program perjalanan sering
melibatkan beberapa perusahaan berbeda namun satu sama lainnya saling
mendukung seperti hotel, penerbangan, transportasi, dan perusahaan lainnya
di dalam hospitality dan industri travel. Beberapa hotel juga melakukan kerja
sama dengan perusahaan kartu kredit, keduanya dalam hal promosi dimana
hotel merekomendasikan wisatawannya untuk menggunakan kartu kredit
tertentu, sedangkan perusahaan kartu kredit akan mencantumkan nama hotel
tersebut dalam design kartunya atau dalam brosur masing-masing.
(4) Organization in non-related business. Hotel dan agen perjalanan juga
memungkinkan untuk melakukan kerjasama dengan industri lainnya. Misalnya
industri kerajinan perak melakukan kerjasama dengan pihak hotel dengan
memamerkan barang-barang kerajinan di hotel, demikian juga kerja sama
antara hotel dengan sebuah galeri yang melakukan pameran seni di hotel
tersebut. Galeri dan industri kerajinan perak tersebut dapat menjual produknya
37
kepada tamu hotel sedangkan pihak hotel memperoleh manfaat tambahan
dengan adanya keragaman aktivitas yang bisa ditawarkan ke wisatawan.
(5) Digital Alliance. Pengenalan teknologi internet telah memberikan bentuk baru
yang potensial dalam kerja sama antar beragam organisasi. Pada hotel dan
travel, area utama untuk aliansi digital adalah melalui hubungan timbal balik
(hyperlink) dalam situs-situs (websites).
Berdasarkan penjabaran di atas, dapat ditarik indikator berdasarkan
variabel dalam marketing mix. Indikator dari variabel tersebut akan dijabarkan
pada Tabel 2.1
Tabel 2.1
Variabel dan Indikator Faktor-Faktor Internal
No Variabel Indikator
1 Product
1. Perilaku karyawan
2. Kualitas pelayanan karyawan
3. Eksterior bangunan
4. Amenities kamar
5. Fasilitas-fasilitas hotel
6. Mebel dan interior kamar
7. Tanda petunjuk arah
2 Price 8. Nilai dari produk dan pelayanan jasa
3 Place 9. Saluran distribusi
10. Lokasi
4 Promotion
11. Media / Iklan
12. Personal selling
13. Sales Promotion
14. Internet
15. Publikasi
5 People 16. Kompetensi karyawan
17. Wisatawan
6 Partnership
18. Aliansi dengan wisatawan
19. Aliansi dengan sesama hotel
20. Aliansi dengan perusahaan yang lainnya dalam
industri hospitality
21. Aliansi dengan industri lainnya
22. Aliansi digital
7 Packaging 23. Paket-paket perjalanan dan liburan
8 Programming 24. Program-program dan event
Sumber: Morrison, 2002
38
2.2.4 Tinjauan Lingkungan Eksternal Pemasaran Hospitality
Bisnis dan perusahaan sebagai suatu sistem akan terkait dengan
sekumpulan faktor tertentu yang dapat mempengaruhi arah dan kebijakan
perusahaan dalam mengelola bisnisnya. Menurut Morrison (2002:21-24)
keberhasilan pemasaran berdasarkan atas dua hal yaitu faktor-faktor strategi
pemasaran (bauran pemasaran) dam faktor-faktor lingkungan pemasaran. Bauran
pemasaran merupakan lingkungan internal pemasaran yang terdiri atas product,
price, place, promotion, partnership, people, packaging, programming yang
dikenal dengan 8 Ps. Lingkungan eksternal yang terdiri dari enam faktor, yaitu,
Competition, Lesgislation and Regulation, Economic Environtment, Technology
Societal and Cultural Enviromental, dan Organizational Objectives and
Resources. Kotler (1994:135) menyebutkan faktor-faktor eksternal perusahaan
yang disebut dengan macroenvirontment terdiri atas tujuh faktor, yaitu:
Competitive Environtment, Economic, Demographic, Natural Environtment,
Technological, Politic, dan Cultural.
1) Competition
Pemasar bisa mempengaruhi tindakan dari organisasi-oganisasi pesaing
tetapi tidak bisa dikendalikan. Jumlah ukuran dari pesaing juga tidak bisa
dikendalikan. Persaingan adalah sebuah proses yang dinamis dalam sebuah
perusahaan. Ketika sebuah perusahaan mengimplementasikan sebuah strategi
pemasaran, maka kemudian pesaingnya akan bereaksi dengan strategi perlawanan.
Tidak ada orang akan bertahan dengan cara permanen dalam industri. Pemasar
secara terus-menerus mengamati aktivitas-aktivitas pemasar pesaing termasuk
aktivitas-aktivitas pemasarnya.
39
Morrison (2002:22) menyatakan ada tiga tingkat persaingan dalam industri
yaitu (1) persaingan langsung; (2) pelayanan pengganti; dan (3) persaingan tidak
langsung. Persaingan langsung adalah jenis persaingan dimana organisasi atau
hotel yang menyediakan pelayanan sama bersaing untuk memuaskan kebutuhan
dari kelompok-kelompok wisatawan yang sama. Persaingan yang kedua muncul
dari adanya substitusi terhadap pelayanan-pelayanan tertentu dan barang-
barangyang lainnya. Contohnya: daripada tinggal di hotel yang harganya lebih
mahal, lebih baik tinggal di villa dengan harga yang cukup murah tapi dengan
fasilitas yang sama dari hotel bintang lima. Jenis persaingan yang tidak langsung
terdiri atas perusahaan-perusahaan dan organisasi-organisasi yang bersaing
dengan industri hotel di dalam merebut dollar dari wisatawan, misalnya
pembayaran-pembayaran pegadaian, toko penjual bahan makanan, pengobatan,
rumah sakit, tagihan dokter gigi, biaya asuransi dan biaya perbaikan rumah serta
masih banyak contoh lainnya.
2) Politic, Legislation dan Regulation
Pemasaran juga dipengaruhi secara langsung dan tidak langsung oleh
legislasi dan regulasi dari pengguanaan tanah. Ada beberapa undang-undang
khusus mengenai bagaimana sebaiknya pelayanan dipromosikan, bagaimana
kontes dan taruhan diatur, siapa yang boleh dan tidak boleh minum, dan banyak
lagi lainnya. Pemasaran harus dibuat sesuai dengan undang-undang atau peraturan
yang ada, dimana undang-undang ini berada diluar kontrol organisasi atau hotel.
Beberapa peraturan mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam sebuah
industri. Misalnya peraturan pemerintah atas pengenaan 10 persen pajak
pemerintah dan pajak pelayanan dalam industri pariwisata khususnya hotel di
40
Bali, berpengaruh pada penetapan harga kamar sebuah hotel. Demikian juga
peraturan pemerintah tentang pencabutan Bebas Visa Kunjungan Singkat (BVKS)
sangat berpengaruh terhadap jumlah kunjungan wisata ke Sumatera Utara dan
banyak lagi peraturan-peraturan daerah yang berdampak pada operasional hotel.
Pada dasarnya undang-undang dan peraturan-peraturan mengatur bagaimana
bisnis harus dilakukan. Hal ini bisa secara langsung berpengaruh terhadap cara
suatu pelayanan atau produk dipasarkan, sehingga seorang pemasar harus tetap
mengetahui dan mengikuti perubahan-perubahan peraturan terbaru.
3) Economic Environtment
Inflasi, pengangguran dan resesi adalah tiga faktor dalam lingkungan
ekonomi yang mengganggu perekonomian di negara-negara berkembang dewasa
ini. Kondisi perekonomian seperti ini akan sangat membuat industri pariwisata
menderita karena sebagian besar perusahaan atau individu-individu berupaya
untuk mendapatkan pelayanan dan produk pengganti yang sesuai dengan daya beli
mereka. Sebagai contoh, rapat diganti dengan conference call, pertemuan nasional
diganti dengan pertemuan regional, dan tinggal di rumah lebih baik daripada
melakukan liburan.
Kenaikan harga minyak mentah energi dewasa ini telah membuat
perekonomian negara-negara asal wisatawan mengalami masalah perekonomian.
Kenaikan harga ini mempengaruhi berbagai harga-harga kebutuhan pokok dan
kebutuhan primer lainnya. Mereka akan memilih untuk melakukan efisiensi dalam
setiap kegiatannya dengan memilih perjalanan atau liburan yang bersifat lokal
atau melakukan liburan ke luar negeri dengan anggaran yang relatif rendah.
41
4) Technology
Teknologi merupakan sebuah syarat penentu dalam perubahan. Hospitality
dan travel harus melihat dua aspek dari lingkungan teknologi. Pertama,
menggunakan teknologi terbaru dalam berbagai pelayanan dan produk bisa
merupakan nilai kompetitif, misalnya semua kamar tamu hotel dilengkapi dengan
fasilitas audio video dan internet access. Aspek kedua adalah pengaruh teknologi
pada wisatawan. Sistem hiburan rumah yang bisa dibuat dengan sangat lengkap
dapat menjadi pengganti dari hiburan di luar rumah. Di samping ancaman ini
teknologi juga merupakan teman dalam industri hospitality. Perkembangan
teknologi dalam pemeliharaan rumah dapat mengurangi pekerjaan rumah
tangganya sehingga mereka mempunyai banyak waktu untuk mendapatkan
hiburan di luar rumah dan melakukan hiburan.
5) Societal and Cultural Environtment
Dalam lingkungan sosial dan budaya ada dua sisi yang harus diperhatikan,
pertama, sebuah organisasi harus mempertimbangkan bagaimana wisatawan akan
bereaksi terhadap aktivitas-aktivitas pemasaran berdasarkan kaidah-kaidah sosial
dan budaya. Kedua, wisatawan-wisatawan sendiri dipengaruhi oleh perubahan-
perubahan dalam sosial dan budaya. Tekanan ekonomi dan perubahan sosial telah
mengkombinasikan hal ini sehingga adanya wanita bekerja di luar rumah bisa
diterima. Etika-etika gereja juga berada dalam kepungan perubahan sosial dan
budaya. Liburan hedonistik yang berbasis kesenangan (pleasure is good for you)
semakin terkenal.
42
6) Natural Environment
Menurut Kotler (1994:121) natural environtment terdiri atas sumber-
sumber daya alam yang dibutuhkan oleh para pemasar atau dipengaruhi oleh
kegiatan-kegiatan pemasaran. Sejak tahun 1960 tumbuh perhatian masyarakat
tentang kerusakan lingkungan alami yang diakibatkan oleh berbagai kegiatan dari
industri modern. Kerusakan tersebut adalah berkurangnya sumber daya alami
yaitu rusaknya sumber daya air, bumi dan udara.
Lebih lanjut dikatakan bahwa perhatian masyarakat pada kondisi tersebut
di atas akan mempengaruhi penilaian masyarakat terhadap industri yang ada.
Menghadapi kondisi tersebut beberapa industri khususnya hotel mulai
mengedepankan konsep pelestarian sumber daya alam seperti yang dilakukan
Hyatt Regency Wailoka dengan cara menghindari untuk menghancurkan
kehidupan microorganic marine yang berkembang pada kolam renang hotel
tersebut. Kegiatan konservasi sumber daya ini dapat dilakukan dengan fokus
terhadap pengurangan polusi dan zat-zat sisa termasuk penggunaan sumber
energinnya seperti air, listrik, seta mengolah kembali barang-barang yang sudah
terpakai agar bisa bermanfaat kembali (recycling). Ecotourism adalah salah satu
produk wisata yang betul-betul melakukan konservasi alam, yaitu dengan
melakukan perlindungan dan pelestarian terhadap kehidupan alam dan isinya
yaitu binatang-binatang dan tumbuhan-tumbuhan.
Berdasarkan penjelasan mengenai faktor eksternal di atas, dapat ditarik
kesimpulan mengenai indikator yang menjadi variabel faktor eksternal yang akan
disajikan pada Tabel 2.2
43
Tabel 2.2
Variabel dan Indikator Faktor-Faktor Eksternal
No Variabel Indikator
1 Competition
1. Persaingan langsung
2. Persaingan tidak langsung
3. Pelayanan Pengganti
2 Politic, Legislation,
dan Regulation
4. Tensi politik regional
5. Peraturan perundang-undangan
3 Economic
environtment
6. Kenaikan harga BBM
7. Pendapatan per kapita
8. Pola pembelian konsumen
4 Technology 9. Penggunaan teknologi dalam operasional hotel
5 Societal dan cultural
10. Peranan masyarakat lokal dalam industri
pariwisata.
11. Eksistensi budaya-budaya lokal
6 Natural environment
12. Tingkat polusi
13. Konservasi alam
14. Asosiasi peduli lingkungan alam
15. Intervensi pemerintah dalam pengelolaan
sumber daya alam
Sumber: Morrison, 2002
2.2.5 Tinjauan Tentang Hotel
Kata hotel mempunyai banyak batasan pengertian yang masing-masing
berbeda dalam penguraiannya. Pengertian hotel menurut Sulastiyono (1999:5)
adalah: “Suatu perusahaan yang dikelola oleh pemiliknya dengan menyediakan
pelayanan makanan, minuman, dan fasilitas kamar untuk tidur kepada orang-
orang yang sedang melakukan perjalanan dan mampu membayar dengan jumlah
yang wajar sesuai dengan pelayanan yang diterima tanpa ada perjanjian khusus”.
Kata hotel berasal dari bahasa latin yaitu hospitium, artinya ruangan tamu
yang berada dalam monastery. Kata hospitium dipadukan dengan kata hospes dari
bahasa Perancis, menjadi hospice. Dalam perkembangannya kata hospice berubah
44
menjadi hostel. Lambat laun huruf “S” pada kata hostel tersebut dihilangkan oleh
orang sehingga berubah menjadi hotel.
Pengertian lain dari hotel yang dimuat oleh Grolier Elektronic Publishing
Inc (dalam Sulastiyono, 1995:6) menyebutkan bahwa hotel adalah usaha
komersial yang menyediakan tempat menginap, makanan dan pelayanan-
pelayanan lainnya untuk umum. United State Lodging Industry (2001)
menjelaskan bahwa yang utama hotel terbagi menjadi tiga jenis yaitu :
1. Transient Hotel adalah hotel yang letak atau lokasinya di tengah kota dengan
jenis tamu yang menginap sebagian besar adalah untuk keperluan bisnis dan
turis.
2. Residential Hotel adalah hotel yang pada dasarnya merupakan rumah-rumah
yang berbentuk apartemen dengan kamar-kamarnya dan disewakan secara
bulanan atau tahunan. Residential Hotel juga menyediakan kemudahan-
kemudahan seperti layaknya hotel, seperti layanan makanan yang diantar ke
kamar dan pelayanan kebersihan kamar.
3. Resort Hotel adalah hotel yang pada umumnya berlokasi di tempat-tempat
wisata, dan menyediakan tempat-tempat rekreasi dan juga ruang serta
fasilitas konferensi untuk tamu-tamu (Sulastiyono,1999:6).
Selain itu, juga dapat dilihat pengertian hotel berdasarkan keputusan
Menparpostel No/94/HK.103/mppt/87 tanggal 23 Desember 1987, yaitu: “Hotel
adalah salah satu jenis akomodasi yang mempergunakan sebagian atau
keseluruhan bangunannya untuk menyediakan jasa pelayanan penginapan,
makanan, minuman serta jasa-jasa lainnya bagi masyarakat umum yang dikelola
secara komersil serta memenuhi ketentuan yang ditetapkan”.
45
Berdasarkan definisi yang telah dijabarkan, dapat disimpulkan bahwa
hotel merupakan salah satu komponen penting di bidang pariwisata yang
keberadaannya memang ditujukan untuk memberi pelayanan bagi para wisatawan
yang memerlukan sarana untuk menginap, makan, dan minum serta fasilitas lain
yang diperlukan wisatawan selama berada di daerah tujuan wisata. Menurut
Sugiarto & Kusmayadi (2000:214), tingkat hunian kamar adalah suatu keadaan
sampai sejauh mana jumlah kamar terjual, jika diperbandingkan dengan seluruh
jumlah kamar yang mampu untuk dijual. Oleh karena itu, tolak ukur keberhasilan
sebuah hotel sangat ditentukan oleh keberhasilan menyewakan kamarnya atau
tingkat hunian kamarnya.
2.2.6 Tinjauan Tentang Tingkat Hunian Kamar
Produk utama dari sebuah hotel adalah jasa penyewaan kamar. Menurut
Endar Sugiarto (2002 :55) menyatakan bahwa tingkat hunian kamar adalah suatu
keadaan sampai sejauh mana jumlah kamar yang terjual, jika dibanding dengan
seluruh jumlah kamar yang mampu untuk dijual.
Menurut Damardjati (1992:87) yang dimaksud dengan tingkat hunian kamar
adalah suatu kondisi hunian kamar hotel yaitu perbandingan antara jumlah kamar
yang terjual (room sold) dengan jumlah kamar yang tersedia pada suatu periode
tertentu.
Biro Pusat Statistik (BPS, 2000), untuk mengetahui berapa tingkat hunian
kamar hotel adalah banyaknya malam kamar yang dihuni (room night occupied)
dibagi dengan banyaknya malam kamar yang tersedia (room night available)
dikalikan dengan 100%. Tingkat hunian kamar menunjukkan jumlah presentasi
46
kamar yang dihuni oleh tamu. Tapi ada kalanya pula tingkat hunian kamar
dihitung dengan satuan kamar untuk mengetahui jumlah kamar terjual dalam satu
periode tertentu, misalnya satu semester atau satu tahun. Secara kasar, satuan
persentase tingkat hunian kamar menunjukkan kemampuan hotel dalam menarik
tamu untuk tinggal dalam hotel mereka.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa tingkat hunian kamar adalah suatu keadaan
sampai sejauh mana jumlah kamar yang terjual, jika dibandingkan dengan seluruh
jumlah kamar yang mampu untuk dijual.