BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarapan 2.1.1 Pengertian Sarapan · makanan jajanan yang sembarangan....

20
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarapan 2.1.1 Pengertian Sarapan Makan pagi atau sarapan pagi mempunyai peranan penting dalam memenuhi kebutuhan energi anak sekolah, karena dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan menyerap pelajaran di sekolah, sehingga prestasi belajar menjadi baik. Pada umumnya sarapan menyumbangkan energi sebesar 25% dari kebutuhan gizi sehari (Azwar, 2002). Sarapan pagi bagi anak usia sekolah sangat penting, karena pada waktu sekolah anak-anak banyak melakukan aktivitas yang membutuhkan energi cukup besar. Peranan sarapan penting dalam memenuhi kebutuhan energi anak sekolah, karena dapat memudahkan mereka menyerap pelajaran di sekolah. Untuk anak-anak yang masih sekolah, sarapan merupakan sumber energi untuk kegiatan aktivitas dan belajar di sekolah (Sartika, 2012). Sarapan merupakan makanan yang dikonsumsi sebelum atau pada awal kegiatan sehari-hari, dalam waktu dua jam setelah bangun tidur, biasanya tidak lewat dari jam 10.00 dan memberi asupan kalori sekitar 20 - 35% dari total kebutuhan

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarapan 2.1.1 Pengertian Sarapan · makanan jajanan yang sembarangan....

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarapan 2.1.1 Pengertian Sarapan · makanan jajanan yang sembarangan. Anak usia sekolah dasar lebih sering jajan berupa es atau kue-kue. Anak usia sekolah

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sarapan

2.1.1 Pengertian Sarapan

Makan pagi atau sarapan pagi mempunyai peranan

penting dalam memenuhi kebutuhan energi anak sekolah,

karena dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan

memudahkan menyerap pelajaran di sekolah, sehingga

prestasi belajar menjadi baik. Pada umumnya sarapan

menyumbangkan energi sebesar 25% dari kebutuhan gizi

sehari (Azwar, 2002). Sarapan pagi bagi anak usia sekolah

sangat penting, karena pada waktu sekolah anak-anak banyak

melakukan aktivitas yang membutuhkan energi cukup besar.

Peranan sarapan penting dalam memenuhi kebutuhan energi

anak sekolah, karena dapat memudahkan mereka menyerap

pelajaran di sekolah. Untuk anak-anak yang masih sekolah,

sarapan merupakan sumber energi untuk kegiatan aktivitas

dan belajar di sekolah (Sartika, 2012).

Sarapan merupakan makanan yang dikonsumsi sebelum

atau pada awal kegiatan sehari-hari, dalam waktu dua jam

setelah bangun tidur, biasanya tidak lewat dari jam 10.00 dan

memberi asupan kalori sekitar 20 - 35% dari total kebutuhan

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarapan 2.1.1 Pengertian Sarapan · makanan jajanan yang sembarangan. Anak usia sekolah dasar lebih sering jajan berupa es atau kue-kue. Anak usia sekolah

10

energi harian (Giovannini, 2008). Sarapan pagi akan mengisi

cadangan energi selama kegiatan belajar yang berlangsung

sekitar 8 - 10 jam dan akan diisi kembali pada saat makan siang

(Sartika, 2012). Sarapan pagi hendaknya dilakukan supaya

dapat mendukung konsentrasi belajar dan memberikan

kontribusi penting beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh

dalam proses fisiologis (Khomsan A, 2004). Sarapan pagi

diharapkan dapat menjaga penyediaan kalori untuk

dipergunakan 2 jam pertama pagi hari sebelum waktunya

makanan kecil kira-kira pukul 10.00, yang akan meningkatkan

lagi kalori yang mungkin sudah berkurang sesudah digunakan

(Moehji S, 2003).

2.1.2 Manfaat sarapan

Makan pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi setiap

orang. Makan pagi bagi orang dewasa dapat memelihara

ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan saat bekerja dan

meningkatkan produktivitas kerja. Makan pagi bagi anak

sekolah dapat meningkatkan konsentrasi dan prestasi belajar

menjadi baik (Depkes, 1995). Menurut Khomsan (2010) ada 2

manfaat yang diperoleh kalau seseorang melakukan sarapan

pagi, antara lain:

1. Sarapan pagi dapat menyediakan karbohidrat yang siap

digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah. Dengan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarapan 2.1.1 Pengertian Sarapan · makanan jajanan yang sembarangan. Anak usia sekolah dasar lebih sering jajan berupa es atau kue-kue. Anak usia sekolah

11

kadar gula darah yang terjamin normal, maka gairah dan

konsentrasi kerja bisa lebih baik sehingga berdampak

positif untuk meningkatkan produktifitas.

2. Pada dasarnya sarapan pagi akan memberikan kontribusi

penting akan beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh

seperti protein, lemak, vitamin dan mineral. Ketersediaan

zat gizi ini bermanfaat untuk berfungsinya proses fisiologis

dalam tubuh.

Yudi (2008) mengatakan bahwa ada beberapa manfaat

makan pagi antara lain memberi energi untuk otak. Sarapan

dapat membantu meningkatkan daya ingat dan konsentrasi

sebelum tiba waktunya makan siang, sebagai pengganti waktu

malam yang tidak terisi oleh makanan. Setelah tidur selama

kurang lebih 8 jam, maka zat gula dalam tubuh akan menurun,

hal itu dapat digantikan dengan mengkonsumsi karbohidrat

ketika sarapan.

Hal ini senada dengan pendapat Gomo (2010), bahwa

sarapan dapat meningkatkan stamina kerja, konsentrasi

belajar, kenyamanan kerja dan belajar. Sarapan dapat

mencegah konstipasi, hipoglikemia, pusing, gangguan

stamina, kognitif dan kegemukan.

Sarapan pagi bermanfaat untuk konsentrasi belajar,

mekanisme sarapan pagi yaitu selama proses pencernaan,

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarapan 2.1.1 Pengertian Sarapan · makanan jajanan yang sembarangan. Anak usia sekolah dasar lebih sering jajan berupa es atau kue-kue. Anak usia sekolah

12

karbohidrat di dalam tubuh dipecah menjadi molekul-molekul

gula sederhana yang lebih kecil, seperti fruktosa, galaktosa dan

glukosa. Glukosa ini merupakan bahan bakar otak sehingga

dapat membantu dalam mempertahankan konsentrasi,

meningkatkan kewaspadaan, dan memberi kekuatan untuk

otak (Parreta, 2009).

2.1.3 Efek Negatif Tidak Membiasakan Sarapan Pada Anak

Anak yang tidak sarapan mempunyai risiko terhadap

status gizi. Status gizi yang buruk pada anak akan memberikan

dampak anak menderita gangguan mental, sukar

berkonsentrasi, rendah diri dan prestasi belajar menjadi rendah

karena hambatan terhadap pertumbuhan otak dan tingkat

kecerdasan (Moehji, 2003). Salah satu penyebab terjadinya

status gizi yang buruk adalah rendahnya asupan zat gizi. Anak

yang tidak sarapan akan cenderung mengkonsumsi makanan

jajanan di sekolah yang kualitas gizinya tidak terjamin. Jajan

yang terlalu sering dapat mengurangi nafsu makan anak di

rumah. Selain itu banyak makanan jajanan yang kurang

memenuhi syarat kesehatan sehingga akan mengganggu

kesehatan anak, seperti terserang penyakit saluran

pencernaan dan dapat timbul penyakit-penyakit lainnya yang

diakibatkan pencemaran bahan kimiawi (Rossa, 2014).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarapan 2.1.1 Pengertian Sarapan · makanan jajanan yang sembarangan. Anak usia sekolah dasar lebih sering jajan berupa es atau kue-kue. Anak usia sekolah

13

Penyakit saluran pencernaan yang sering diderita oleh

anak sekolah dasar salah satunya adalah diare. Hal itu

dimungkinkan karena anak-anak banyak yang membeli

makanan jajanan yang sembarangan. Anak usia sekolah dasar

lebih sering jajan berupa es atau kue-kue. Anak usia sekolah

dasar cenderung memiih jenis jajanan yang murah, biasanya

makin rendah harga suatu barang atau jajanan makin rendah

pula kualitasnya seperti digunakannya bahan-bahan makanan

yang kurang baik dan biasanya sudah tercemar oleh kuman.

Itulah sebabnya anak-anak yang suka jajan sering terkena

penyakit diare. Penyakit diare masih sering menimbulkan

kejadian luar biasa dengan jumlah penderita yang banyak

dalam kurun waktu yang singkat. Biasanya masalah diare

timbul karena kurang kebersihan terhadap makanan. Saat ini

banyak anak yang terkena diare karena pada umumnya anak-

anak tidak menghiraukan kebersihan makanan yang dimakan.

Anak usia sekolah pada umumnya belum tentu paham akan arti

kesehatan bagi tubuhnya (Saroso, 2009).

Sebagian besar makanan jajanan terbuat dari karbohidrat

sehingga lebih tepat sebagai snack antar waktu makan, bukan

sebagai pengganti makanan utama. Makanan jajanan yang

dibeli atau dikonsumsi banyak mengandung energi dan lemak

seperti makanan gorengan dan lain-lain yang berpeluang

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarapan 2.1.1 Pengertian Sarapan · makanan jajanan yang sembarangan. Anak usia sekolah dasar lebih sering jajan berupa es atau kue-kue. Anak usia sekolah

14

menjadi gemuk atau status gizi lebih, sedangkan jika makanan

jajanan yang dibeli seperti makanan ringan, es, permen maka

anak ini merupakan anak yang rendah gizi terutama kalori

sehingga kalau ini dikonsumsi tiap hari maka gizi anak akan

menjadi kurang (Rossa, 2014).

Makanan jajanan diluar seringkali tidak memperhatikan

mutu gizi, kebersihan dan keamanan pangan. Tidak sedikit

masalah yang timbul akibat orang tua kurang peduli terhadap

makanan yang dikonsumsi anak di sekolah. Makanan yang

tidak aman dan tidak bergizi menimbulkan penyakit, seperti

diare bahkan kanker dan dapat mengakibatkan tidak

tercapainya angka kecukupan gizi (Alamin, 2014).

2.1.4 Konsentrasi

1. Pengertian Konsentrasi

Pentingnya sarapan yang telah dikemukakan pada

penjelasan sebelumnya berimbas pada tingkat konsentrasi

seseorang, karena nutrisi yang dikonsumsi seseorang pada

saat sarapan dapat menjadi bahan bakar otak sehingga dapat

membantu dalam mempertahankan konsentrasi.

Menurut Slameto (2003) konsentrasi adalah pemusatan

pikiran pada suatu hal dengan cara mengesampingkan hal-hal

lain yang tidak berhubungan. Ketika seseorang sedang

berkonsentrasi, objek yang difokuskan hanya objek yang

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarapan 2.1.1 Pengertian Sarapan · makanan jajanan yang sembarangan. Anak usia sekolah dasar lebih sering jajan berupa es atau kue-kue. Anak usia sekolah

15

menjadi target utama konsentrasi, sehingga informasi yang

diperoleh hanyalah informasi yang telah dipilih. Fokus yang

ditajamkan meningkatkan kemungkinan seseorang dalam

menyerap dan memahami informasi yang didapat.

Maulana (2011) menjelaskan bahwa “Konsentrasi

merupakan pemusatan perhatian atau pikiran pada suatu hal”.

Mursal dkk (dalam Istianah, 2008) menjelaskan bahwa

konsentrasi adalah pemusatan fungsi jiwa terhadap sesuatu

masalah atau objek. Selanjutnya, konsentrasi menurut

Sugiyanto (dalam Setiyo Purwanto, 2010) didefinisikan

sebagai kemampuan memusatkan pemikiran atau

kemampuan mental dalam penyortiran informasi yang tidak

diperlukan dan memusatkan perhatian hanya pada informasi

yang dibutuhkan. Sejalan dengan pendapat tersebut, The

Liang Gie (dalam Istianah, 2008) menyebutkan bahwa

konsentrasi adalah pemusatan pikiran terhadap suatu hal

dengan mengesampingkan semua hal lainnya yang tidak

berhubungan. Pengertian tersebut juga dapat diartikan bahwa

dalam melakukan konsentrasi, pikiran hanya ditujukan pada

hal-hal yang dibutuhkan saja dan mengabaikan hal-hal lain

yang tidak dibutuhkan.

Seperti yang sudah dipaparkan di atas tentang

konsentrasi, bahwa yang dimaksud dalam hal ini adalah

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarapan 2.1.1 Pengertian Sarapan · makanan jajanan yang sembarangan. Anak usia sekolah dasar lebih sering jajan berupa es atau kue-kue. Anak usia sekolah

16

konsentrasi belajar, maka dapat disimpulkan bahwa

konsentrasi belajar adalah suatu usaha pemusatan pikiran

atau perhatian terhadap suatu mata pelajaran yang sedang

dipelajari dengan mengesampingkan hal-hal lain yang tidak

ada hubungannya dengan apa yang sedang dipelajari

(Nuryana, 2010).

2. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Pada Konsentrasi

Beberapa aspek konsentrasi yang perlu diperhatikan

menurut Odom dan Guzman (dalam Setiyo Purwanto, 2010)

yaitu terdapat beberapa hal, diantaranya seperti yang

dijelaskan di bawah berikut:

a. Pemusatan Perhatian

Individu dalam melaksanakan suatu aktivitas

memerlukan pemusatan perhatian. Pemusatan perhatian

akan semakin besar jika individu tersebut memiliki minat

terhadap suatu aktivitas. Begitu pula yang terjadi pada

siswa. Jika siswa memiliki minat yang besar terhadap hal

yang dipelajari maka materi tersebut akan lebih menarik

perhatian siswa sehingga siswa akan lebih berkonsentrasi

terhadap materi tersebut.

b. Perencanaan Sistematis

Strategi mengarahkan perhatian dengan suatu

perencanaan yang sistematis dan terorganisir dapat

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarapan 2.1.1 Pengertian Sarapan · makanan jajanan yang sembarangan. Anak usia sekolah dasar lebih sering jajan berupa es atau kue-kue. Anak usia sekolah

17

meningkatkan efisiensi konsentrasi. Perencanaan ini

meliputi faktor-faktor pendukung konsentrasi yaitu fisik,

psikis dan lingkungan. Siswa yang memiliki kesehatan fisik

dan psikis yang baik serta kondisi lingkungan yang kondusif

akan mendukung konsentrasi belajar yang baik.

c. Penyaringan Informasi

Penyaringan informasi yang dimaksud pada poin ini

adalah penyaringan antara informasi yang didapat dengan

informasi yang dibutuhkan. Dalam kegiatan belajar siswa

perlu menyaring informasi yang didapat kemudian hanya

mengambil informasi yang dibutuhkan oleh siswa dan

mengabaikan informasi yang tidak dibutuhkan oleh siswa.

d. Pengolahan Informasi

Setelah individu menyaring suatu informasi yang

dibutuhkan maka informasi tersebut akan mengalami

sistem pengolahan informasi yang lebih kompleks. Pada

akhirnya pengolahan informasi ini akan menghasilkan

suatu pengetahuan baru yang dapat dimanfaatkan oleh

individu. Begitu pula saat kegiatan belajar berlangsung.

Siswa akan menyaring informasi yang didapatkan dari

sumber belajar kemudian informasi tersebut diolah

sehingga menghasilkan pengetahuan baru yang dapat

mengubah perilaku siswa.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarapan 2.1.1 Pengertian Sarapan · makanan jajanan yang sembarangan. Anak usia sekolah dasar lebih sering jajan berupa es atau kue-kue. Anak usia sekolah

18

3. Manfaat Konsentrasi

Konsentrasi memiliki manfaat yang sangat berguna

terutama pada anak sekolah. Menurut Amhar Maulana Arifin

(2014) terdapat lima manfaat konsentrasi, manfaat tersebut

akan dijelaskan dibawah ini:

a. Meningkatkan produktivitas

Mampu bekerja secara konsisten dan menghasilkan kinerja

yang lebih baik.

b. Kemampuan mengontrol pikiran

Lebih dapat mengontrol sesuatu dan hanya fokus pada satu

pikiran yang sedang dijalani dan tidak memikirkan hal lain.

c. Meningkatkan percaya diri

Mampu dan kompeten dalam melakukan sesuatu.

d. Meningkatkan daya ingat

Menguatkan daya ingat seseorang.

e. Meningkatkan fokus

Menguatkan dan mempertajam fokus yang terdapat pada

pikiran seseorang.

1. Cara-cara Meningkatkan Konsentrasi Belajar

Terdapat cara-cara meningkatlan konsentrasi dalam

belajar. Menurut Purwanto (2010), beberapa cara untuk

meningkatkan konsentrasi belajar yaitu diantaranya sebagai

berikut:

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarapan 2.1.1 Pengertian Sarapan · makanan jajanan yang sembarangan. Anak usia sekolah dasar lebih sering jajan berupa es atau kue-kue. Anak usia sekolah

19

a. Memberikan kerangka waktu yang jelas, karena

konsentrasi membutuhkan waktu yang baik sehingga

konsentrasi mudah didapat.

b. Mencegah siswa agar tidak terlalu cepat berganti dari satu

tugas ke tugas lain, karena jika satu tugas belum selesai

akan mengganggu konsentrasi dan membuat tugas

tersebut tidak selesai.

c. Mengurangi jumlah gangguan dalam ruangan kelas, karena

terlalu banyak gangguan akan membuat konsentrasi

belajar menurun.

d. Merencanakan tugas yang lebih sedikit dari pada

memberikan satu sesi yang banyak, karena jika langsung

banyak tugas akan susah untuk diselesaikan dan akan

kacau.

e. Menetapkan tujuan dengan menawarkan hadiah untuk

memotivasi siswa siswi agar terus bekerja.

5. Faktor-Faktor Pendukung Konsentrasi Belajar

Tidak dapat dipungkiri bahwa keberhasilan seorang siswa

dalam belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor-faktor

pendukung. Menurut Hakim (2003) faktor pendukung tersebut

meliputi faktor internal dan faktor eksternal, berikut akan

dijelaskan secara rinci:

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarapan 2.1.1 Pengertian Sarapan · makanan jajanan yang sembarangan. Anak usia sekolah dasar lebih sering jajan berupa es atau kue-kue. Anak usia sekolah

20

5.1 Faktor Internal Pendukung Konsentrasi Belajar

Faktor internal merupakan faktor pertama dan utama yang

sangat menentukan apakah seseorang dapat melakukan

konsentrasi secara efektif atau tidak. Secara garis besar,

faktor-faktor ini meliputi faktor jasmaniah dan faktor rohaniah:

1) Faktor Jasmaniah

Hal ini dapat dilihat dari kondisi jasmani seseorang

yang meliputi kesehatan badan secara menyeluruh,

artinya:

a) Kondisi badan yang normal menurut standar

kesehatan atau bebas dari penyakit yang serius.

b) Kondisi badan di atas normal atau fit akan lebih

menunjang konsentrasi.

c) Cukup tidur dan istirahat kurang lebih 8 jam dalam

sehari.

d) Cukup makan dan minum serta makanan yang

dikonsumsi memenuhi standar gizi seperti 4 sehat 5

sempurna untuk hidup sehat terutama makan pada

pagi hari.

e) Seluruh panca indera berfungsi dengan baik.

f) Tidak mengalami gangguan fungsi otak karena

penyakit tertentu, seperti sering kejang, ayan dan

hiperaktif.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarapan 2.1.1 Pengertian Sarapan · makanan jajanan yang sembarangan. Anak usia sekolah dasar lebih sering jajan berupa es atau kue-kue. Anak usia sekolah

21

g) Tidak mengalami gangguan saraf.

h) Tidak dihinggapi rasa nyeri karena penyakit tertentu,

seperti mag dan sakit kepala.

i) Detak jantung normal. Pada detak jantung yang

normal dapat mempengaruhi ketenangan dan sangat

mempengaruhi konsentrasi efektif.

j) Irama napas berjalan baik. Sama halnya dengan

jantung, irama napas juga sangat mempengaruhi

ketenangan.

2) Faktor Rohaniah

Ketika seseorang dapat melakukan konsentrasi yang

efektif, kondisi rohani seseorang setidak-tidaknya harus

memenuhi hal-hal berikut:

a) Kondisi kehidupan sehari-hari cukup tenang.

b) Memiliki sifat baik, terutama sifat sabar dan konsisten.

c) Taat beribadah sebagai penunjang ketenangan dan

daya pengendalian diri.

d) Tidak dihinggapi berbagai jenis masalah yang terlalu

berat.

e) Tidak emosional.

f) Tidak sedang dihinggapi stres berat.

g) Memiliki rasa percaya diri yang cukup.

h) Tidak mudah putus asa.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarapan 2.1.1 Pengertian Sarapan · makanan jajanan yang sembarangan. Anak usia sekolah dasar lebih sering jajan berupa es atau kue-kue. Anak usia sekolah

22

i) Memiliki kemauan keras yang tidak mudah padam.

j) Bebas dari berbagai gangguan mental, seperti rasa

takut, was-was dan gelisah.

Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa faktor jasmani

dan rohani merupakan faktor internal yang sangat

dibutuhkan dalam mendukung konsentrasi belajar efektif.

Keduanya harus ada secara seimbang dan apabila salah

satu faktor tidak terpenuhi maka kemungkinan tidak akan

terjadi konsentrasi belajar yang efektif.

5.2 Faktor Eksternal Pendukung Konsentrasi Belajar

Faktor eksternal adalah segala hal yang berada di luar diri

seseorang atau lebih tepatnya segala hal yang berada di

sekitar lingkungan. Hal-hal tersebut juga menjadi pendukung

terjadinya konsentrasi yang efektif. Beberapa faktor eksternal

yang mendukung konsentrasi efektif yaitu lingkungan, udara,

penerangan, orang-orang sekitar lingkungan, suhu, fasilitas.

Lingkungan sekitar harus cukup tenang, bebas dari suara-

suara yang terlalu keras yang mengganggu pendengaran dan

ketenangan. Sebagai contoh, suara bising dari pekerja

bangunan, suara mesin kendaraan bermotor, suara

keramaian orang banyak, suara pesawat radio dan televisi

yang terlalu keras. Selain itu udara sekitar harus cukup

nyaman, bebas dari polusi dan bau-bauan yang mengganggu

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarapan 2.1.1 Pengertian Sarapan · makanan jajanan yang sembarangan. Anak usia sekolah dasar lebih sering jajan berupa es atau kue-kue. Anak usia sekolah

23

rasa nyaman. Sebagai contoh, bau bangkai dan kotoran

binatang, bau sampah, bau WC atau keringat (Setiani, 2014).

Di samping itu penerangan di sekitar lingkungan juga

harus cukup, tidak lebih dan tidak kurang sehingga tidak

menimbulkan kesukaran bagi pandangan mata. Kemudian

hal lain yang menunjang yaitu orang-orang yang ada di

sekitar lingkungan juga harus terdiri dari orang-orang yang

dapat menunjang suasana tenang, apalagi jika lingkungan

tersebut merupakan lingkungan belajar. Lingkungan belajar

akan lebih nyaman jika suhu di sekitar lingkungan tidak terlalu

ekstrim karena suhu harus menunjang kenyamanan dalam

melakukan kegiatan yang memerlukan konsentrasi (Setiani,

2014).

Untuk itu perlu diperhatikan sirkulasi udara, pendingin

ruangan atau setidaknya kipas angin. Selain itu juga harus

tersedia fasilitas yang cukup menunjang kegiatan belajar,

seperti ruangan yang bersih, kursi, meja dan perlatan untuk

keperluan belajar (Setiani, 2014).

6. Faktor-Faktor Penghambat Konsentrasi Belajar

Selain faktor pendukung, ada juga faktor penghambat

terjadinya konsentrasi belajar. Faktor penghambat tersebut

menjadi penyebab terjadinya gangguan konsentrasi belajar.

Ada dua faktor penyebab gangguan konsentrasi menurut

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarapan 2.1.1 Pengertian Sarapan · makanan jajanan yang sembarangan. Anak usia sekolah dasar lebih sering jajan berupa es atau kue-kue. Anak usia sekolah

24

Hakim (2013) yaitu, “faktor internal dan eksternal” adapun

penjelasan lebih lanjut sebagai berikut:

6.1 Faktor Internal

Faktor-faktor internal merupakan faktor penyebab

gangguan konsentrasi yang berasal dari dalam diri

seseorang. Faktor internal terbagi ke dalam dua garis besar

yaitu faktor jasmaniah, yang bersumber dari kondisi jasmani

seseorang yang tidak berada di dalam kondisi normal atau

mengalami gangguan kesehatan, misalnya mengantuk,

lapar, haus, gangguan panca indra, gangguan pencernaan,

gangguan jantung, gangguan pernapasan dan sejenisnya.

Dan faktor rohaniah, berasal dari mental seseorang yang

dapat menimbulkan gangguan konsentrasi seseorang,

misalnya tidak tenang, mudah gugup, emosional, tidak sabar,

mudah cemas, stres, depresi dan sejenisnya.

6.2 Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor penyebab gangguan

yang berasal dari luar diri seseorang, yaitu lingkungan di

sekitar orang tersebut berada. Gangguan yang sering dialami

adalah adanya rasa tidak nyaman dalam melakukan berbagai

kegiatan yang memerlukan konsentrasi penuh, misalnya

ruang belajar yang sempit, kotor, udara yang berpolusi dan

suhu udara yang panas. Butuh usaha keras untuk

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarapan 2.1.1 Pengertian Sarapan · makanan jajanan yang sembarangan. Anak usia sekolah dasar lebih sering jajan berupa es atau kue-kue. Anak usia sekolah

25

meminimalkan gangguan-gangguan tersebut. Akan tetapi,

yang lebih penting lagi adalah mengusahakan agar siswa

tetap memiliki konsentrasi belajar yang kuat sehingga tetap

mampu melakukan kegiatan dengan baik, walaupun faktor

gangguan tersebut tetap ada.

2.1.5 Pentingnya Sarapan Pagi dengan Konsentrasi Belajar

Penelitian Sunarti dkk (2006) menunjukkan bahwa

konsentrasi dipengaruhi oleh asupan energi makan pagi dan

energi snack pagi, protein makan pagi dan protein snack pagi

dan skor konsentrasi pagi. Kondisi tersebut berkaitan dengan

penggunaan glukosa sebagai sumber energi. Dalam keadaan

normal, sistem saraf pusat hanya dapat menggunakan glukosa

sebagai sumber energi. Dalam proses absorbsi, glukosa

diabsorbsi secara aktif menggunakan alat angkut protein dan

energi sehingga jika kecukupan protein kurang maka proses

pengangkutan glukosa sebagai nutrisi otak akan terganggu

yang menyebabkan otak mengalami kekurangan glukosa yang

akan memengaruhi daya konsentrasi.

2.2 Kerangka Teori

Sarapan sangatlah penting terutama untuk anak sekolah.

Selain itu anak sekolah ketika belajar memerlukan adanya

konsentrasi. Konsentrasi itu sendiri memiliki banyak faktor yang

mempengaruhi belajar siswa di kelas.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarapan 2.1.1 Pengertian Sarapan · makanan jajanan yang sembarangan. Anak usia sekolah dasar lebih sering jajan berupa es atau kue-kue. Anak usia sekolah

26

Pentingnya sarapan yang mempengaruhi tingkat konsentrasi

dapat kita lihat pada kerangka teori pada hubungan sarapan pagi

dengan konsentrasi belajar siswa siswi kelas 3, 4 dan 5 di SDN

Bringin 03 Kecamatan Bringin. Berikut adalah bagan kerangka

teori keterkaitan sarapan dan tingkat konsentrasi.

Bagan 2.1. Kerangka Teori Keterkaitan Sarapan dan Tingkat

Konsentrasi.

Konsentrasi belajar memiliki dua faktor yaitu faktor

pendukung dan faktor penghambat. Kedua faktor tersebut

Faktor

Eksternal

Faktor

pendukung

konsentrasi

belajar

Faktor

Internal:

Jasmani

Faktor

Internal:

Rohani

Faktor

Eksternal

Faktor

Internal:

Rohani

Faktor

Internal:

Jasmani

Faktor

penghambat

konsentrasi

belajar

Pasokan

Energi

Sarapan

Konsentrasi

Belajar

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarapan 2.1.1 Pengertian Sarapan · makanan jajanan yang sembarangan. Anak usia sekolah dasar lebih sering jajan berupa es atau kue-kue. Anak usia sekolah

27

meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Pada bagian faktor

internal dibagi menjadi jasmani dan rohani. Pada penelitian ini,

akan meneliti khususnya pada bagian faktor internal: jasmani

yang memiliki peranan terhadap pasokan energi. Salah satu

indikator seorang individu mendapatkan pasokan energi, didapat

dari sarapan. Oleh karena itu, peneliti akan menganalisa

hubungan antara sarapan dengan konsentrasi belajar.

Keterangan:

dan : Faktor yang akan diteliti

: Variabel penelitian

2.3 Kerangka Konsep

Beberapa faktor pendukung dan penghambat yang telah

dijelaskan pada bagian sebelumnya, serta fokus peneliti untuk

meneliti hubungan antara sarapan (faktor internal) dengan

tingkat konsentrasi belajar, maka dapat digambarkan dalam

kerangka konsep berikut ini:

Faktor pendukung konsentrasi belajar didukung oleh

beberapa faktor, baik faktor internal maupun faktor eksternal.

Faktor internal yang menjadi perhatian peneliti saat ini adalah

sarapan.

Sarapan (X) Konsentrasi Belajar (Y)

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sarapan 2.1.1 Pengertian Sarapan · makanan jajanan yang sembarangan. Anak usia sekolah dasar lebih sering jajan berupa es atau kue-kue. Anak usia sekolah

28

2.4 Hipotesa

Ha: Ada hubungan antara kedua variabel yaitu sarapan dengan

konsentrasi belajar.

Ho: Tidak ada hubungan antara kedua variabel yaitu sarapan

dengan konsentrasi belajar.