BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polusi Sektor...

25
6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polusi Sektor Tranportasi Meningkatnya jumlah penduduk dan taraf hidup masyarakat menyebabkan semakin meningkatnya kebutuhan dan daya beli masyarakat khususnya pada kendaraan bermotor. Disisi lain, meningkatnya jumlah kendaraan bermotor berdampak langsung pada polusi udara oleh gas buang kendaraan bermotor. Kebersihan kondisi udara adalah faktor yang sangat penting bagi kehidupan, namun seiring perkembangan teknologi dan semakin banyaknya kendaraan bermotor yang menyebabkan polusi udara, pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri sehingga berpengaruh pada kualitas udara. Seiring dengan itu pula beberapa alternatif sudah diterapkan salah satunya dengan memodifikasi komponen mesin berbahan bakar bensin yang diharapkan mampu menurunkan emisi gas karbon monoksida dan gas-gas beracun lainnya seperti NO dan HC yang merupakan bahan logam timah yang ditambahkan kedalam bensin berkualitas rendah untuk menambah nilai oktan. Seiring jumlah kendaraan yang meningkat setiap tahunnya, terutama sepeda motor semakin meningkat, dengan kata lain tingkat emisi kendaraan akan semakin meningkat setiap tahunnya. Beberapa jenis emisi tersebut di antaranya Karbon Monoksida (CO), Hidrocarbon (HC), Nitrogen Dioksida (Nox) dan Sulfur Dioksida (SO2), guna untuk mengurangi tingkat emisi tersebut bisa dilakukan dengan cara pemasangan Catalytic Converter yang bertujuan mengurangi gas emisi bahan bakar menjadi gas yang ramah lingkungan dan diharapkan mampu meningkatkan performa dari mesin itu sendiri.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Polusi Sektor...

  • 6

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Polusi Sektor Tranportasi

    Meningkatnya jumlah penduduk dan taraf hidup masyarakat

    menyebabkan semakin meningkatnya kebutuhan dan daya beli masyarakat

    khususnya pada kendaraan bermotor. Disisi lain, meningkatnya jumlah

    kendaraan bermotor berdampak langsung pada polusi udara oleh gas buang

    kendaraan bermotor. Kebersihan kondisi udara adalah faktor yang sangat

    penting bagi kehidupan, namun seiring perkembangan teknologi dan semakin

    banyaknya kendaraan bermotor yang menyebabkan polusi udara, pembangunan

    fisik kota dan pusat-pusat industri sehingga berpengaruh pada kualitas udara.

    Seiring dengan itu pula beberapa alternatif sudah diterapkan salah satunya

    dengan memodifikasi komponen mesin berbahan bakar bensin yang diharapkan

    mampu menurunkan emisi gas karbon monoksida dan gas-gas beracun lainnya

    seperti NO dan HC yang merupakan bahan logam timah yang ditambahkan

    kedalam bensin berkualitas rendah untuk menambah nilai oktan.

    Seiring jumlah kendaraan yang meningkat setiap tahunnya, terutama

    sepeda motor semakin meningkat, dengan kata lain tingkat emisi kendaraan

    akan semakin meningkat setiap tahunnya. Beberapa jenis emisi tersebut di

    antaranya Karbon Monoksida (CO), Hidrocarbon (HC), Nitrogen Dioksida

    (Nox) dan Sulfur Dioksida (SO2), guna untuk mengurangi tingkat emisi

    tersebut bisa dilakukan dengan cara pemasangan Catalytic Converter yang

    bertujuan mengurangi gas emisi bahan bakar menjadi gas yang ramah

    lingkungan dan diharapkan mampu meningkatkan performa dari mesin itu

    sendiri.

  • 7

    Sektor transportasi merupakan sektor yang memegang peranan penting

    dalam kontribusi bahan-bahan pencemar ke udara. Dari tabel 2.1 dapat dilihat

    bahwa transportasi memegang proporsi paling besar dalam masalah polutan

    yaitu sebesar 88,3 juta ton/tahun dibandingkan dengan sumber polutan lainnya,

    sedangkan proporsi gas pencemar terbesar adalah gas CO yaitu sebesar 69,1

    juta ton/tahun.

    Tabel 2.1 Sumber-Sumber polusi Udara

    Sumber 106 ton / tahun

    CO Partikulat SOx HC NOx

    Transportasi 69.1 1.4 0.9 7.8 9.1

    Pembakaran bahan

    bakar 2.1 1.4 19.0 0.3 10.6

    Proses industry 5.8 3.7 3.8 10.8 0.7

    Pembuangan

    limbah padat 2.2 0.4 0.0 0.6 0.1

    Pembakaran Alami 6.2 0.9 0.0 2.4 0.2

    (Sumber: Howard S. Peavy,1985)

    Sedangkan dilihat dari jenis bahan bakar yang digunakan oleh kendaraan,

    besarnya kontribusi emisi gas buang ditunjukkan pada table 2.2 dibawah ini :

  • 8

    Jenis Gas Buang Kontribusi Berdasarkan Jenis BBM

    Bensin (%) Diesel (%)

    Karbon monoksida (CO) 89,0 11,0

    Hidrokarbon 73,0 27,0

    NOx 61,0 39,0

    SO2 15,0 85,0

    Timah Hitam (Pb) 100,0 0,0

    CO2 53,0 47,0

    Asap 1,0 99,0

    Tabel 2.2 Kontribusi Gas Buang Berdasarkan Jenis Bahan Bakar

    (sumber : Pertamina Jakarta, 2001)

    Dari table diatas BBM jenis bensin menyumbangkan polusi dengan tingkat

    yang paling tinggi dibandingkan dengan bahan bakar Diesel. Yang mana Bahan

    bakar Bensin menghasilkan Karbonmonoksida (CO) sebesar 89%, sedangkan Bahan

    Bakar Diesel sebesar 11%. Hidrokarbon (HC) pada bahan bakar bensin sebesar 73,0

    % dan 27,0 % pada Diesel.

    2.2 Proses Terbentuknya Gas Buang

    2.2.1 CO (Carbon Monoksida)

    Bila karbon didalam bahan bakar terbakar dengan sempurna, akan

    terjadi reaksi yang menghasilkan CO2 sebagai berikut : C + O2 → CO2

    Apabila unsur oksigen udara tidak cukup, pembakaran tidak sempurna

    sehingga karbon didalam bahan bakar terbakar dengan proses sebagai

    berikut : C + ½ O2 → CO Emisi CO dari kendaraan banyak dipengaruhi

  • 9

    oleh perbandingan campuran udara dengan bahan bakar yang masuk ke

    ruang bakar (AFR). Jadi untuk mengurangi CO, perbandingan campuran

    harus dikurangi atau dibuat kurus (excess air). Namun akibatnya HC dan

    Nox lebih mudah timbul serta output mesin menjadi berkurang.

    Karakteristik Karbon Monoksida (CO) merupakan polutan yang tak

    berwarna dan tak berbau. Karbon Monoksida merupakan racun. Apabila

    CO bercampur dengan oksigen dan terhirup oleh manusia, maka CO akan

    bereaksi dengan hemoglobin (Hb) yang menyebabkan kemampuan darah

    untuk mentransfer oksigen menjadi berkurang.

    2.2.2 HC (Hidro Carbon)

    Sumber emisi HC dapat dibagi menjadi dua bagian, sebagai berikut :

    1. Bahan bakar yang tidak terbakar dan keluar menjadi gas mentah.

    2. Bahan bakar terpecah karena reaksi panas berubah menjadi gugusan HC

    lain yang keluar bersama gas buang:

    C8H18 →H + C + H

    Sebab utama timbulnya HC, sebagai berikut :

    1. Sekitar dinding-dinding ruang bakar bertemperatur rendah, dimana

    temperatur itu tidak mampu melakukan pembakaran.

    2. Missing (missfire)

    3. Adanya overlaping katup (kedua katup bersama- sama terbuka) sehingga

    merupakan gas pembilas/pembersih.

    Karakteristik HC

    a) Hidrokarbon jenuh (paraffin). Hidrokarbon jenuh umumnya tidak

    berbau, mengandung efek narkotik dan menyebabkan iritasi ringan

    selapur lender

  • 10

    b) Hidrokarbon tak jenuh (Olefins, Acetylenes). Hidrokarbon tak jenuh

    umumnya agak berbau dan terkadang menyebabkan iritasi ringan pada

    selaput lendir.

    c) Hidrokarbon beraroma. Hidrokarbon jenis ini berbau, dapat meracuni

    urat syaraf, pada konsumsi rendah menyebabkan iritasipada mata dan

    hidung (Bosch 1988:307 dalam Hafid, L, 2016).

    2.2.3 Nitrogen Oksida (NOx)

    Nitrogen Oksida (NOx) dihasilkan senyawa nitrogen dan oksida

    yang terkandung di udara dari campuran udara - bahan bakar. Kedua unsur

    tersebut bersenyawa jika temperature didalam ruang bakar 1.800℃. 95%

    dari NOx yang terdapat pada gas buangan berupa nitric oxide (NO) yang

    terbentuk didalam ruang bakar, dengan reaksi kimia berikut :

    N2 + O2 2NO

    Nitric oxide ini selanjutnya bereaksi dengan oksigen diudara

    membentuk nitrogen dioksida (NO2). Dalam kondisi normal, nitrogen (N2)

    akan stabil berada diudara atmosfer sebesar hampir 80%, namun dalam

    keadaan temperature tinggi (diatas sekitar 1.800℃) dan pada konsentrasi

    oksigen yang tinggi, maka nitrogen bereaksi dengan oksigen membentuk

    NO. pada kondisi ini maka konsentrasi NOx justru akan semakin besar

    pada proses pembakaran yang sempurna.

    2.3 Catalytic Converter

    2.3.1 Pengertian Catalytic Converter

    Catalytic Converter merupakan salah satu alternatif teknologi yang

    dapat digunakan untuk menurunkan polutan dari emisi kendaraan bermotor,

    khususnya untuk motor berbahan bakar bensin (Heisler, 1995). Catalytic

  • 11

    Converter berfungsi untuk mempercepat oksidasi emisi hidrokarbon (HC)

    dan karbon monoksida (CO), serta mereduksi nitrogen oksida (NOx).

    Tujuan pemasangan catalytic converter adalah merubah polutan-polutan

    yang berbahaya seperti CO, HC, dan NOx menjadi gas yang tidak

    berbahaya, seperti karbondioksida (CO2), uap air (H2O) dan nitrogen (N2)

    melalui reaksi kimia. Pengkonversian polutan-polutan berbahaya tersebut

    tergambar pada reaksi sebagai berikut :

    1. CO → CO2

    2. HC → H2O + CO2

    3. NOx → N2 + O2

    Pada reaksi nomor 1 dan 2 terjadi reaksi oksidasi (penambahan oksigen),

    sedangkan pada reaksi nomor 3 memerlukan pengeluaran oksigen

    (reduksi).

    Catalytic converter terdiri atas bahan-bahan yang bersifat katalis

    yaitu bahan yang bisa mempercepat terjadinya reaksi kimia yang tidak

    mempengaruhi keadaan akhir kesetimbangan reaksi dan komposisi kimia

    katalis tersebut tidak berubah. Bahan dasar dari catalytic converter adalah

    logam katalis. Logam katalis yang biasa digunakan adalah Platinum (Pt)

    dan Rhodium (Rh). Alasan pemilihan bahan ini karena Platinum

    mempunyai keaktifan yang tinggi selama proses oksidasi karbon

    monoksida (CO) dan hidrokarbon (HC), sedangkan Rhodium sangat aktif

    selama proses reduksi nitrogen oksida (NOx).

    Temperatur gas buang pada mesin penyalaan cetus (Spark Ignition

    Engine) bervariasi antara 300-4000C pada putaran idle, sedangkan pada

    pengoperasian penuh dapat mencapai 9000C, dan temperatur yang umum

  • 12

    adalah 400-6000C. Umumnya, pengoperasian mesin penyalaan cetus pada

    perbandingan campuran bahan bakar dan udara (F/A) antara 0,9-1,2.

    Namun, terkadang pada kondisi pengoperasian tertentu terjadi pembakaran

    pada kondisi campuran miskin atau campuran kaya yang menyebabkan

    terbentuknya CO, HC, dan NOx.

    Untuk diketahui bahwa oksidasi HC pada fase tanpa katalis

    dibutuhkan waktu oksidasi lebih 50 m/s dan temperatur lebih dari 6000C.

    Untuk oksidasi CO dibutuhkan temperatur lebih besar dari 7000C

    (Heywood, 1988:616 dalam Hafid L,2016). Sedangkan pada proses

    oksidasi CO dan HC serta reduksi NOx dengan katalis pada saluran gas

    buang dapat terjadi pada temperatur yang lebih rendah, yaitu mulai 3000C

    (Heisler, 1995:698).

    Pemasangan Catalytic Converter biasanya ditempatkan diantara

    saluran buang (Exhaust Manifold) dan sebelum exhaust chamber atau

    silencer. Pada gambar 2.1 di bawah adalah tempat dimana Alat Catalytic

    Converter dipasang di saluran pembuangan pada kendaraan bermotor.

  • 13

    Gambar : 2.1 Tempat pemasangan catalytic converter pada kendaraan bermotor.

    Sumber :( http : //www.howcatalyticconverter.hmtl, diakses pada tanggal 5

    agustus 2016)

    2.3.2 Jenis – Jenis Catalytic Converter

    Adapun jenis catalytic converter yang telah ada adalah sebagai

    berikut :

    1. Catalytic Converter Oksidasi

    Catalytic converter oksidasi atau single bed oxidation catalytic

    converter beroperasi pada keadaan udara berlebih dan mengubah HC dan

    CO menjadi H2O dan CO2. Namun catalytic converter ini tidak

    memberikan pengaruh terhadap NOx. Jenis ini digunakan pada mesin

    diesel, karena pada daur mesin diesel tidak dihasilkan Nitrogen Oksida

    (NOx). Maka daur atau prinsip kerja pada tipe ini yang terjadi hanyalah

    mengoksidasi CO dan HC yang diperlihatkan pada gambar 2.2 berikut.

    Gambar : 2.2 Single Bed Oksidasi Sumber :( Schafer F, 1995 )

    2. Catalytic Converter Dua Jalan/ Dual Bed Oxidation

    Sistem ini terdiri dari dua sistem katalis yang dipasang segaris.

    Dimana gas buang pertama mengalir melalui catalytic reduksi dan

  • 14

    kemudian catalytic oksidasi. Sistem yang pertama (Bagian depan)

    merupakan katalis reduksi yang berfungsi untuk menurunkan emisi NOx.

    Sedangkan sistem yang kedua (bagian belakang) merupakan katalis

    oksidasi yang dapat menurunkan emisi HC dan CO. Namun, sistem ini

    tidak optimal dalam mengonversikan gas NOx. Terdapat dua sistem katalis

    yang terpasang segaris, terdapat reaksi sebagai berikut :

    a) Oksidasi karbon monoksida menjadi karbon dioksida :

    2CO + O2 —–> 2CO2

    b) Oksidasi senyawa hidrokarbon (yang tidak terbakar / terbakar parsial)

    menjadi karbon dioksida dan air :

    CxH2x+2 + [(3X+1)/2] O2 —–> xCO2 + (x+1) H2O Konverter jenis

    ini secara luas dipakai pada mesin diesel untuk mengurangi senyawa

    hidrokarbon dan karbon monoksida. Berikut gambar Catalytic Converter

    jenis dual bed oksidation.

    Gambar : 2.3 Dual Bed Oxidation Sumber : ( Schafer F, 1995 )

  • 15

    3. Catalytic Converter Tiga Jalan/ Single Bed Three Way

    Sistem ini dirancang untuk mengurangi gas-gas polutan, seperti CO,

    HC, NOx yang keluar dari sistem gas buang dengan cara mengubahnya

    melalui reaksi kimia menjadi CO2, uap air (H2O), dan nitrogen (N2).

    Terdapat tiga reaksi simultan, terdapat reaksi sebagai berikut:

    a) Reaksi reduksi nitrogen oksida (NOx) menjadi nitrogen dan oksigen :

    2NOx —–> xO2 + N2

    b) Reaksi oksidasi karbon monoksida (CO) menjadi karbon dioksida :

    2CO + O2 —–> 2CO2

    c) Reaksi oksidasi senyawa hidrokarbon (HC) yang tidak terbakar menjadi

    karbon dioksida dan air : CxH2x+2 + [(3x+1)/2]O2 → xCO2 +

    (x+1)H2O

    Ketiga reaksi ini berlangsung paling efisien ketika campuran

    udara – bahan bakar (air to fuel ratio) mendekati ideal (stoikiometri)

    yaitu antara 14,6 – 14,8 berbanding 1. Oleh karena itu, Catalytic

    Converter sulit diaplikasikan pada mesin yang masih menggunakan

    karburator untuk pemasukan bahan bakar. Catalytic Converter paling

    ideal digunakan dengan mesin yang telah menggunakan closed loop

    feedback fuel injection.

    Berikut merupakan gambar penampang dari Catalytic Converter

    jenis Tiga jalan atau Single Bed Three Way yang terlihat pada gambar

    2.4 berikut.

  • 16

    Gambar : 2.4 Single Bed Three way Sumber : ( Schafer F, 1995 )

    2.3.3 Cara kerja catalytic Converter

    Catalytic converter membantu mengurangi emisi gas buang,

    biasanya dengan menggunakan dua macam katalis dari logam yang berbeda

    yang berfungsi sebagai reduction catalyst dan oksidation catalyst.

    Reduction catalyst adalah langkah yang pertama converter yang

    kebanyakan menggunakan platina dan rhodium untuk membantu

    mengurangi emisi atau pancaran NOx, ketika sebuah molekul NO atau NO2

    melewati katalisator out, katalisator menyobek atom zat lemas tersebut

    keluar dari molekul dan setelah itu membebaskan oksigen ( O2 ). Atom zat

    lemas mengikat atom zat lemas yang lain membentuk N2.

    Contoh :

    2NO N2 + O2 atau 2NO2 N2 + 2O2

    Oksidasi adalah langkah yang kedua converter yang mengurangi

    atau mengoksidasi hidrocarbon yang tidak terbakar pada proses

    pembakaran zat tersebut diatas dengan platina atau rhodium sebagai

  • 17

    katalisator. Katalisator ini membantu menuntaskan gas sisa reaksi CO dan

    hidrokarbon menjadi oksigen.

    Contoh :

    2CO2 + O2 2CO2

    Langkah ketiga adalah suatu sistem kendali dengan ECU (Electrical

    Control Unit) yang memonitori dan memberi informasi untuk

    mengendalikan sistem injeksi bahan bakar kedalam ruang bakar.

    2.4 Katalis

    2.4.1 Pengertian Katalis

    (Wilhelm & Oswald, 1895, dalam Hafid L, 2016) memberikan

    definisi katalis sebagai suatu zat yang mempengaruhi kecepatan reaksi

    tetapi tidak dikonsumsi dalam reaksi dan tidak mempengaruhi

    kesetimbangan pada akhir reaksi. Sifat-sifat katalis adalah :

    1. Komposisi kimia katalis tidak berubah pada akhir reaksi.

    2. Katalis yang diperlukan dalam suatu reaksi sangat sedikit.

    3.Katalis tidak mempengaruhi keadaan akhir suatu kesetimbangan reaksi.

    Katalis tidak memulai suatu reaksi tetapi mempengaruhi laju reaksi.

    Secara umum, kenaikan konsentrasi katalisator juga menaikkan kecepatan

    reaksi. Katalisator juga menurunkan tenaga aktivasi hingga menyebabkan

    kecepatan reaksi meningkat.

    Katalis dapat dibedakan ke dalam dua golongan,yaitu :

    1. Katalis Homogeneous (katalis pada phase yang sama)

  • 18

    Katalis ini tertuju pada proses dengan sedikitnya satu reaktan dalam

    larutan yang bersifat sebagai katalis. Sebagai contoh kehomogenan katalis

    adalah proses industri Oxo untuk membuat isobntil-aldehyde normal.

    Reaktan terdiri dari propylene, karbon monoksida, dan hidrogen sedangkan

    kobalt kompleks fase cair sebagai katalisnya.

    2. Katalis Heterogeneous (katalis pada pahse berbeda, biasanya gas

    pada solid)

    Katalis ini terdiri lebih dari satu phase, umumnya phase katalisnya

    adalah padat sedangkan reaktan dan produk adalah phase cair atau gas.

    Sebagai contoh adalah pada pembuatan benzene umumnya diproduksi dari

    dehidrogenerasi (dehydrogeneration) ikloheksana (diperoleh dari petroleum

    kotor) dengan mengunakan katalis platinum-on-alumina.

    Dengan kedua tipe katalis ini, yang paling sering digunakan adalah

    katalisis heterogen. Pemisahan dengan cara sederhana maupun lengkap

    campuran produk fluida dari katalis padat sangat menarik secara ekonomi,

    khususnya karena banyak katalis harganya mahal dan penggunaan yang

    berulang-ulang. Reaksi katalitik heterogen terjadi pada atau sangat dekat

    dengan interface cair-padat.

    Beberapa katalis ternama yang pernah dikembangkan diantaranya :

    1. Katalis Ziegler-natta yang digunakan untuk produksi masal polietilen

    dan polipropilen.

    2. Proses Haber untuk sintesis anomiak, yang menggunakan besi biasa

    sebagai katalis.

  • 19

    3. Converter katalitik yang dapat menghancurkan produk samping knalpot

    yang paling bandel

    Penggunaan katalis (catalytic converter) merupakan teknologi yang

    mampu merubah zat – zat pembakaran seperti, hidrokarbon (HC), karbon

    monoksida (CO), dan NOx, menjadi zat yang ramah linkungan, seperti

    carbon dioksida (CO2) dan uap air (H2O) yang relatif aman terhadap

    lingkungan. Umumnya Catalityc Converter yang dipakai saat ini adalah

    tipe pelet dan monolitik dengan katalis berbahan logam mahal dan jarang

    yaitu palladium, platinum, rhodium.

    2.4.2 Energi Aktifasi dan katalis

    Pada teori tabrakan, reaksi terjadi dengan cara tabrakan antara

    molekul ion dari reaktan. Pada temperatur biasa molekul tidak memiliki

    cukup energi dan oleh karena itu tabrakan yang terjadi tidak efektif. Akan

    tetapi apabila temperatur dari sistem naik, energi kinetik dari molekul

    meningkat.“ sejumlah energi minimum yang dibutuhkan untuk terjadinya

    reaksi diketahui sebgai energi aktivasi ”. katalis tersebut menurunkan

    energi akktifasi dari reaksi dengan menyediakan jalan baru.

    2.4.3 Kecepatan reaksi untuk reaksi katalis heterogen

    Proses katalis heterogen terdiri dari satu fase, yang mana pada

    umumnya fase katalisnya padat sedangkan reaktan dan produk adalah fase

    cair dan gas. Ketika reaksi katalis heterogen terjadi, beberapa proses kimia

    harus mendapatkan tempat pada urutan yang tepat. Holigen, waston dan

  • 20

    yang lainnya telah menemukan tahapan yang terjadi pada skala mulkuler

    dalam cara – cara berikut ini :

    1. Transfer massa reaktan dari bagian utama fluida ke permukaan luar yang

    kasar dari partikel katalis.

    2. Difusi molekul atau aliran kondusen reaktan dari permukaan luar partikel

    ke struktur pori bagian dalam.

    3. Penyerapan kimia sekurang – kurangnya satu reaktan pada permukaan

    katalis

    4. Reaksi pada permukaan yang mana dapat meliputi dari permukaan

    katalis.

    5. Desorpsi ( secara kimia ) species teradsorpsi dari permukaan katalis.

    6. Transfer produk dari pori – pori katalis di bagian dalam permukaan luar

    yang kasar dari katalis oleh difusi molekul normal dan difusi kondusen.

    7. Transfer massa produk dari permukaan bagian terbesar dari lapisan batas

    fluida.

    2.5 Substract

    Di dalam Catalytic Converter terdapat substrac yang merupakan bahan

    dasar dari kontruksinya yang nantinya dengan washcoat. Ada 3 jenis subtrat

    yaitu : ceramic pellet, ceramic honeycomb ( monolith ) dan metallic

    honeycomb.

    2.5.1 Ceramic pellet

    Ceramic pellet terbuat dari lapisan keramik seperti magnesium –

    aluminium silikat yang tahan terhadap abrasi pada suhu tinggi sekitar 1000 ̊̊̊̊

  • 21

    C. berikut gambar 2.5 yang merupakan penampang terbelah dari Catalytic

    Converter keramik pellet .

    Gambar : 2.5 Catalytic Converter Ceramic pellet

    Sumber : ( Heisler, 1995 )

    2.5.2 Ceramic honeycomb

    Ceramic honeycomb memiliki bahan yang sama dengan ceramic

    pellet dan bentuknya seperti sarang lebah. Struktur dari model ini lebih

    mudah pecah karena dipasang flexsibel wire mesh subtrat diantara casing

    dan honeycomb. Pemasangan ini berguna untuk melindungi honeycomb

    dari expansi panas thermal dan gangguan dari luar yang dapat merusak

    bentuk dari honeycomb itu sendiri. Penampang dari model Catalytic

    Converter Ceramic Honeycomb dapat dilihat pada gambar 2.6 sebagai

    berikut.

  • 22

    Gambar : 2.6 Catalytic Converter Ceramic honeycomb

    Sumber : ( Heisler, 1995 )

    2.5.3 Metallic Honeycomb

    Pada model metallic honeycomb mempunyai bentuk spiral yang

    berguna dalam menyediakan persebaran ekspansi thermal yang

    membuatnya lebih tahan lama. Catalytic ini terbuat dari bahan alumina

    berpori ( Al2O3). Penampang dari catalytic converter metallic honeycomb

    dapat dilihat pada gambar 2.7 dibawah ini.

    Gambar : 2.7 Catalytic Converter metallic honeycomb

    Sumber : ( Heisler, 1995 )

  • 23

    2.6 Material katalis

    Bahan katalis bentuk padatan digunakan secara luas karena lebih

    murah, mudah dipisahkan dari reaktan serta sangat mudah beradaptasi dengan

    berbagai sektor. Umumnya katalis padat digunakan dalam bentuk berpori

    dalam suatu cetakan. Beberapa jenis katalis padatan antara lain adalah katalis

    oksida logam, katalis logam dan alloy, katalis organologam serta katalis asam

    atau basa.( Green, 1997, dalam Hafid L, 2016 ).

    Oksida logam transisi dan campurannya serta logam mulia diketahui

    berfungsi sebagai bahan katalis untuk mempercepat reaksi oksidasi karbon

    monoksida ( Bielannski, 1991, dalam Hafid L, 2016 ).

    Bahan katalis dari logam mulia memiliki beberapa kekurangan maupun

    kelebihan. Kelebihannya terletak pada tingkat aktivasinya yang sangat tinggi .

    Kekurangannya yaitu mahal , ketersediaannya sedikit di alam , volatilitasnya

    tinggi, membentuk padatan tersinter pada suhu 500̊ C serta waktu hidupnya

    singkat. Oksida logam lebih banyak digunakan sebagai bahan katalis karena

    ketersediaanya besar di alam, murah serta waktu hidupnya lama walaupun

    aktivitasnya lebih rendah dibandingkan bahan logam mulia ( Rosyidah, 1998,

    dalam Hafid L, 2016 ).

    Oksida logam yang digunakan untuk Catalytic Converter diantaranya

    adalah oksida tembaga (Cu). Tembaga sebagai katalis karena memiliki

    aktivitas dan selektivitas yang tinggi untuk reaksi oksidasi reduksi. Tingkat

    oksidasi tembaga berubah secara termodinamik antara CuO, CU2O dan CU.

    Perbedaan dalam adsorpsi oksigen oleh spesies pada tingkat oksidasi tersebut

    merupakan penyebab tingginya aktivitas dan selektivitas katalis tembaga

  • 24

    (Nagase, et ai, 1999 dalam Hafid L, 2016).

    Tembaga adalah suatu unsur kimia dari table periodic yang memiliki

    lambing Cu dan nomor atom 29, lambangnya berasal dari bahasa latin cuprum.

    Tembaga merupan konduktor panas dan listrik yang baik. Selain itu unsur ini

    memiliki korosi yang lambat sekali.

    Tembaga adalah logam kemerahan, dengan kekonduksian elektrik dan

    kekonduksian haba yang tinggi (antara semua logam-logam tulen dalam suhu

    bilik, henya perak mempunyai kekonduksian lebih tinggi dari padanya).

    Apabila dioksidakan, tembaga adalah besi lemah, tembaga memiliki ciri

    warnanya itu oleh sebab struktur jalurnya, yaitu ia memantulkan cahaya merah

    dan jingga dan menyerap frekuensi-frekuensi lain dalam spectrum tampak.

    Bandingkan ciri optic ini dengan ciri optic perak, emas, dan aluminium.

    Dengan semakin banyaknya jumlah lilitan Cu terdapat kecenderungan

    penurunan kadar CO. (Aryanto dan Arief, 2000).

    2.7 Kuningan

    Kuningan (CuZn) adalah logam yang merupakan campuran dari

    tembaga dan seng. Tembaga merupakan komponen utama dari kuningan, dan

    kuningan biasanya diklasifikasikan sebagai paduan tembaga. Warna kuningan

    bervariasi dari coklat kemerahan gelap hingga ke cahaya kuning keperakan

    tergantung pada jumlah kadar seng.

    Seng lebih banyak mempengaruhi warna kuningan tersebut. Kuningan

    lebih kuat dan lebih keras dari tembaga, tetapi tidak sekuat atau sekeras seperti

    baja. Kuningan sangat mudah untuk di bentuk ke dalam berbagai bentuk,

  • 25

    sebuah konduktor panas yang baik, dan umumnya tahan terhadap korosi dari

    air garam.

    Karena sifat-sifat tersebut, kuningan kebanyakan digunakan untuk

    membuat pipa, tabung, sekrup, radiator, alat musik, aplikasi kapal laut, dan

    casing cartridge untuk senjata api.Titik cair pada kuningan adalah tergantung

    dari campuran antara tembaga dan seng yang terkandung. Untuk paduan 85%

    Cu – 15%Zn mempunyai titik cair pada suhu 1150 – 1200 derajat celcius

    seperti terlihat pada tabel dibawah :

    Tabel 2.3 Titik cair bahan kuningan

    Sumber : (http://bukankopipaste.blogspot.co.id/2013/01/cara-pembuatan-kuningan.html)

    2.8 Desain Katalis Model Jaring Laba - Laba

    Jaring laba-laba merupakan suatu kontruksi yang mengagumkan,

    benang sutra yang dihasilkan dari laba-laba tersebut mengandung sifat lentur,

    ringan dan alot, namun sangat kuat dan mempunyai sifat perekat yang

    digunakan untuk menangkap mangsanya.

    Bentuk jaring laba-laba yang bundar sepeti roda yang disisi dalamnya

    terdapat ruji-ruji pada pola roda jaringan itu, disusul oleh susunan jaringan

    http://bukankopipaste.blogspot.co.id/2013/01/cara-pembuatan-kuningan.htmlhttp://bukankopipaste.blogspot.co.id/2013/01/cara-pembuatan-kuningan.htmlhttp://4.bp.blogspot.com/-JyY9wMPLutU/UUifzYzomrI/AAAAAAAAAVU/zcO1txJDL2o/s1600/screenshot.2.jpg

  • 26

    spiral sebanyak tiga atau empat tingkat. Pada jaringan yang bermata rapat

    itulah yang mengandung perekat untuk menangkap mangsa.

    Penggunaan bentuk dalam desain pada katalis merupakan hal yang pasti

    terjadi, karena tidak mungkin menciptakan sebuah desain tanpa menggunakan

    sekurang-kurangnya satu bentuk. Bentuk sebagai salah satu elemen dalam

    desain akan membantu desainer untuk mengkomunikasikan atas fungsi dan

    kegunaannya dalam teknologi.

    Bentuk jaring laba-laba yang rapat dan bersifat perekat ini saya

    aplikasikan pada desain catalytic converter dengan tujuan agar partikel gas

    buang dapat tersaring pada jaring katalis. Sehingga pada proses reduksi

    pergerakan aliran panas dapat dilepaskan dengan baik dan katalitik konverter

    mampu bekerja dengan maksimal.

    2.9 Perbandingan udara bahan bakar (AFR)

    Dalam teori Stoichiometric menyatakan, untuk membakar 1 gram

    bensin dengan sempurna dibutuhkan 14,7 gram udara. Dengan kata lain

    perbandingan campuran ideal adalah 14,7 : 1. Perbandingan ini disebut AFR (

    Air – Fuel Ratio ). Pada alat uji emisi yang menggunakan istilah AFR, ketika

    dilakukan pengujian emisi dapat menampilkan angka yang berbeda, dimana :

    • AFR = 14,7 berarti campuran ideal

    Campuran dikatakan ideal yaitu campuran antara bahan bakar dan udara

    sudah dalam keadaan seimbang untuk mencapai suatu pembakaran yang

    sempurna.

    • AFR > 14,7 berarti campuran kurus / miskin

  • 27

    Campuran kurus/ miskin yaitu Campuran bahan bakar dan udara yang mana

    perbandingan jumlah bahan bakar lebih sedikit dari perbandingan normal.

    • AFR < 14,7 berarti campuran gemuk / kaya

    Campuran gemuk/ kaya adalah campuran bahan bakar dan udara yang mana

    jumlah bahan bakar lebih banyak dari perbandingan yang normal.

    • Lamda ( λ )

    Untuk menyatakan perbandingan antar teori dan kondisi nyata suatu

    campuran bahan bakar dan udara dinyatakan dengan Lamda ( Swisscontact,

    2000 ). Secara sederhana dapat dituliskan sebagai berikut :

    𝜆𝜆 =jumlah udara sesungguhnya

    teori Stoichiometric

    Jika jumlah udara sesungguhnya 14,7 maka :

    𝜆𝜆 = 14,714,7∶1

    = 1 ( Sumber : Swisscontact, 2000 )

    Artinya : λ = 1 berarti campuran ideal

    λ> 1 berarti campuran kurus

    λ< 1 berarti campuran kaya

  • 28

    Grafik 2.1 Efisiensi perbandingan udara dengan bahan bakar (Sumber : http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-padangsury-7095-3-babii.pdf di akses pada 2 Desember 2016)

    Gambar diatas menjelaskan konversi tinggi (>80 - 90 %) dari CO, HC dan

    NOx yang dicapai secara bersamaan. Jika AFR dibawah 14,7 gas buang

    mengandung reaktan lebih mengurangi (CO dan HC) dari reaktan pengoksidasi (O2

    dan NOx) dan mesin beroperasi dibawah kondisi yang kaya. Jika AFR melebihi

    14,7, mesin beroperasi dibawah kondisi ramping. Reaksi reduksi dari NOx disukai

    dalam kondisi kaya, sedangkan kondisi lain mendukung reaksi oksidasi katalitik dari

    CO dan HC.

    Hubungan antara AFR dengan gas buang diasumsikan mesin dalam kondisi

    normal dengan kecepatan konstan, pada kondisi AFR kurus dimana konsentrasi CO

    dan HC menurun pada saat NOx meningkat, sebaliknya AFR kaya NOx menurun

    tetapi CO dan HC meningkat. Hal ini berarti pada mesin bensin sangat sulit untuk

    http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-padangsury-7095-3-babii.pdfhttp://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/142/jtptunimus-gdl-padangsury-7095-3-babii.pdf

  • 29

    mencari upaya penurunan emisi CO, HC dan NOx pada waktu bersamaan, apalagi

    dengan mengubah campurannya saja.

    2.10 Reaksi pembakaran

    Proses pembakaran akan terjadi jika unsur – unsur bahan bakar

    teroksidasi. Proses ini akan menghasilkan panas sehingga akan disebut sebagai

    proses oksidasi eksotermis. Jika oksigen yang dibutuhkan untuk proses

    pembakaran diperoleh dari udara, di mana terdiri dari 21% oksigen dan 78%

    nitrogen, maka reaksi stoikiometrik pembakaran hidrokarbon murni CmHn

    dapat ditulis dengan persamaan :

    CmHn + n ( O2 + 3,76 N2 ) a CO2 + b H2O + 3,76n N2

    Persamaan ini disederhanakan karena cukup sulit untuk memuaskan

    proses pembakaran yang sempurna dengan rasio ekivalen yang tepat dari udara.

    Jika terjadi pembakaran tidak sempurna, maka hasil persamaan di atas CO2

    dan H2O tidak akan terjadi, akan tetapi berbentuk hasil oksidasi parsial berupa

    CO, CO2 dan H2O. Juga sering berbentuk hidrokarbon tak jenuh, formaldehida

    dan kadang – kadang didapat juga karbon.

    Pada temperatur yang sangat tinggi, gas – gas yang tak sederhana dan

    molekul – molekul dari gas dasar akan terpecah menjadi atom – atom yang

    membutuhkan panas dan menyebabkan kenaikan temperatur. Reaksi akan

    bersifat endotermik dan disosiasi tergantung pada temperatur dan waktu

    kontak( Taufiq, FT UI, 2008 dalam Hafid L, 2016).

    2.11 Bahan Bakar Pertalite

    Pertalite dapat dikategorikan sebagai bahan bakar kendaraan yang

    memenuhi syarat dasar ketahanan, dimana BBM ini tidak akan menimbulkan

  • 30

    gangguan serta keerusakan mesin, karena kandungan oktan 90 lebih sesuai dengan

    perbandingan kompresi kebanyakan kendaraan bermotor yang ada di indonesia.

    (Sumber : http://www.pertamina.com/our-business/hilir/pemasaran-dan-niaga/produk-

    dan-layanan/produk-konsumen/spbu/pertalite/).

    Berikut adalah standart emisi gas buang pada kendaraan bermotor berbahan

    bakar diesel dan bensin berdasarkan EU emissions standart.

    Tabel 2.4 standart emisi gas buang

    (Sumber : Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, 2002)

    Dari table diatas berdasarkan standart euro I pada juli 1993 untuk mesin bensin

    ditetapkan batas yang diperbolehkan yaitu CO sebesar 2.72 g/km, HC dan NOx 0.97

    g/km. namun pada standart euro VI pada September 2015 ditetapkan batas yang

    diperbolehkan yaitu CO sebesar 0.100 g/km THC sebesar 0.100 g/km dan NOx

    sebesar 0.060 g/km.