BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perancangan Proses · estimate berdasar data yang cukup untuk estimasi...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perancangan Proses · estimate berdasar data yang cukup untuk estimasi...
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perancangan Proses
Perancangan yang disusun oleh Seider et al., (1999) merupakan proses kreatif dan
interdisiplin untuk memecahkan masalah yang mencakup pendefinisian dan penyelesaian
masalah dengan menggunakan prinsip metode ilmiah dan informasi teknis untuk
menentukan struktur, mesin, proses atau sistem baru yang memenuhi fungsi yang
diinginkan dengan nilai ekonomis dan efisiensi tinggi. Proses perancangan pada intinya
merupakan kegiatan yang berurutan secara sistematis dan terpadu dalam bentuk sintesis
yaitu bagaimana suatu masalah yang sulit dan komplek diurai menjadi beberapa masalah
yang lebih mudah kemudian dilanjutkan dengan menggabungkan dari masing-masing
pemecahannya menjadi pemecahan masalah aslinya.
Menurut Edgar dan Himmelblau (2001) aliran informasi dalam rancang bangun
proses disajikan pada Gambar 1. Analisis dari rancang bangun pabrik meliputi desain
proses, pemilihan dari bahan dan peralatan proses, preliminary plant layout dan penentuan
lokasi untuk mengestimasi tenaga kerja, bangunan dan harga tanah dan manufacturing cost
analysis. Sedangkan menurut Douglas (1988) membagi rancang bangun keteknikan menjadi
5 tingkat dalam engineering design yang meliputi (1) ratio estimate berdasarkan pada data
harga awal dengan prosentase kesalahan + 40%, (2) study estimates berdasarkan
pengetahuan tentang alat-alat utama dengan prosentase kesalahan + 25%, (3) preliminary
estimate berdasar data yang cukup untuk estimasi pada anggaran dengan prosentase
kesalahan + 12%, (4) definitive estimate berdasarkan pada keseluruhan data yang lengkap
tetapi belum dilengkapi dengan gambar dan spesifikasi alat dengan prosentase kesalahan +
6%, (5) detailed estimate (contractor’s estimate) berdasarkan gambar teknik yang lengkap,
spesifikasi alat, survei lokasi dengan prosentase kesalahan + 3%.
Perancangan proses dilakukan karena adanya peluang untuk menghasilkan produk
yang menguntungkan dan adanya permasalahan langsung dari masyarakat (Seider et al.,
1999). Permasalahan dirumuskan secara spesifik berdasarkan informasi dari kajian pustaka.
Informasi yang dimaksud berkaitan dengan bahan baku, skala proses, permintaaan pasar,
harga jual produk dan lain-lain. Invensi dalam perancangan proses dimulai dengan membuat
pernyataan masalah sederhana, kemudian dilanjutkan pembentukan tim perancang,
pengumpulan informasi, kreasi proses untuk menyelesaikan masalah spesifik.
Kreasi proses dilakukan setelah permasalahan dirumuskan dan kajian pustaka
dilaksanakan seperti pada Gambar 2. Pada Gambar 2 ditunjukkan kreasi proses dilakukan
melalui pengumpulan data sekunder hasil penelitian dan melakukan percobaan laboratorium
serta sintesis proses. Kreasi proses diakhiri dengan analisis keuntungan pasar. Proses
dihentikan ketika harga produk melebihi harga bahan baku.
Pengembangan proses dilakukan terhadap proses yang memberikan keuntungan.
Tim perancang membuat diagram alir proses yang rinci disertai dengan neraca massa,
neraca energi dan daftar peralatan. Inti dari perancangan proses adalah menemukan pilihan-
pilihan proses yang layak dikembangkan sehingga pemilihan proses merupakan titik awal
yang cukup menentukan Mangunwidjaja dan Suryani (1994). Perancangan proses
berhubungan erat dengan kegiatan sintesis yang merupakan kegiatan yang berurutan dan
terpadu. Dalam sintesis dilakukan pemilihan proses dengan mengikuti kaidah umum seperti
Gambar 1. Aliran informasi dalam rancang bangun proses. Edgar & Himmelblau (2001)
Tujuan dan spesifikasi dari pengguna
Sintesis Diagram alir
Flowsheeting: • Penyelesaian
neraca massa dan energi
• Sizing dan
Costing
Optimasi
Diagram alir optimal
Penelitian, literatur
• Estimasi parameter
• Data smoothing dan rekonsiliasi
Data base
Perhitungan estimasi sifat fisik dan kimia
Harga alat dan perhitungan modal
Kondisi operasi dan rancang bangun optimal
Rate of return, NPV, Net B/C
6
mempertimbangkan biaya yang rendah, aman, memenuhi persyaratan lingkungan dan
mudah mengoperasikannya.
Dua teknik dalam sintesis proses adalah teknik heuristic dan algoritma. Teknik
algoritma adalah analisis sederhana untuk menganalisis masalah komplek dengan cara
pengamatan susunan terstruktur, sedangkan teknik heuristic adalah teknik pemilihan proses
berdasarkan logika dan informasi dasar (Rudd dan Watson, 1968). Sintesis proses secara
heuristic merupakan pengambilan keputusan bedasarkan teori dan penyelesaian yang dapat
dipercaya: rule of thumb, spekulasi, dan subyektif (Seider et al., 1999). Teknik heuristic
dalam sintesis proses adalah proses penjabaran sejumlah langkah praktis untuk mencapai
tujuan kegiatan.
Beberapa teknik heuristic dalam sintesis proses dikembangkan oleh Rudd dan
Watson (1968), Douglas (1988) dan Seider et al., 1999). Sintesis proses menurut Rudd dan
Watson (1968) meliputi: (1) pemilihan jalur reaksi proses, (2) alokasi bahan atau pereaksi,
(3) pertimbangan teknik pemisahan atau proses hilir, (4) pemilihan operasi pemisahan dan,
(5) integrasi atau pemaduan rancangan satu sampai empat. Sedangkan menurut Douglas
(1988) sintesis proses meliputi: (1) teknik reaksi/proses, (2) analisis input-output, (3)
pengalokasian output dan, (4) operasi pemisahan dan jaringan penukar panas. Sintesis
proses menurut Seider et al., (1999) meliputi: (1) penghilangan/memperkecil perbedaan, (2)
distribusi bahan, (3) teknik pemisahan, (4) eliminasi dan (5) integrasi.
Untuk mendapatkan hasil perancangan yang terbaik maka langkah awal perlu
dilakukan perhitungan neraca massa dan neraca energi. Neraca massa adalah dasar dari
sebuah process design (rancang bangun proses). Neraca massa yang dibuat untuk seluruh
proses akan menentukan jumlah dari bahan baku yang diperlukan dan hasil (produk) yang
diperoleh. Kapasitas pabrik biasanya ditentukan berdasarkan permintaan pasar atau
kapasitas minimum yang menguntungkan. Dari neraca massa yang sudah dibuat dapat
dibuat neraca energi untuk menentukan energi yang harus disediakan dari sebuah sistem
utilitas. Selanjutnya dapat dibuat flow sheeting dari peralatan yang dipilih dan dilakukan
proses perhitungan dan pemilihan alat. Langkah selanjutnya adalah rancang bangun pipa
dan instrumentasi sehingga dapat dibuat Process Engineering Flow Diagram (PEFD).
Analisa ekonomi dan penentuan harga dilakukan supaya mendapatkan gambaran kelayakan
desain.
7
8 R
AN
CA
NG
AN
PR
OSE
S
KREASI PROSES Pengumpulan data base untuk kreasi proses
(Data sekunder hasil penelitian)
Melakukan Percobaan
Sintesis Proses
Apakah ada keuntungan kasar? Tidak
Tolak
Ya
ANALISIS PELUANG DAN PERMASALAHAN
Gambar 2. Tahapan Perancangan Proses Kimia (Seider et al.,1999)
Sintesis Detail Proses
(Metoda Algoritma)
PEN
GE
MB
AN
GA
N P
RO
SES
Kajian Pengendalian
Proses Sintesis
struktur pengendalian,
Analisis pengendalian,
Simulasi dinamik.
Pembuatan Diagram Alir
Integrasi Proses (Process Engineering Flow Diagram)
Simulasi Menyusun Detail Data Base
Percobaan Pilot Plant
Ya
Apakah Proses Menjanjikan
Tidak
Tolak
Detail desain, ukuran peralatan, estimasi biaya modal, analisis keuntungan.
Ya
Apakah Proses Menguntungkan
Tidak
Tolak
Final Desain Konstruksi Startup Operasi
2.2. Probiotik
Probiotik telah didefinisikan dalam beberapa pengertian sesuai dengan keunggulan
yang dimilikinya, diantaranya probiotik diartikan sebagai sediaan sel mikroba atau
komponen dari sel mikroba yang memiliki pengaruh menguntungkan pada kesehatan dan
kehidupan inangnya (Salminen et al., 1999). Sejumlah penelitian mengungkapkan beberapa
pengaruh positif bagi kesehatan dari probiotik dan asam linoleat. Kelompok peneliti telah
menemukan adanya sel probiotik Bifidobacteria memiliki sifat antimutagenik, sedangkan
Nagao et al., (2000) menyatakan adanya pengaruh Lactobacillus casei terhadap sistem
imunitas tubuh. Penelitian pengaruh terhadap perubahan penurunan kolesterol serum darah
telah dilakukan oleh Sugiyama et al., 1997 yang menyatakan bahwa adanya pengaruh
omega-6 terhadap penurunan kolesterol serum darah tikus. Penurunan kolesterol terjadi
melalui penghambatan aktivitas enzim 3-hidroksi-3-metilglutaril koenzim A reduktase,
degradasi kolesterol menjadi senyawa koprostanol dan dekonjugasi garam empedu. Bakteri
asam laktat juga dapat memperbaiki keseimbangan flora usus jika dikonsumsi dalam
keadaan hidup dan jumlah memadai (Fuller, 1986).
Penelitian Sirilun et al., (2010) mengungkapkan adanya kemampuan Lactobacillus
plantarum untuk menurunkan kolesterol hingga 25,41 %, sedangkan Guo et al., (2011)
menemukan potensi Lactobacillus plantarum dalam menghilangkan kolesterol dalam darah.
Upaya mereduksi kolesterol dalam darah juga dilakukan oleh El-shafie et al., (2009) dengan
menggunakan galur tunggal Lactobacillus plantarum yang terbukti dapat menurunkan
kolesterol dalam darah.
Tanpa keberadaan bakteri probiotik manusia tidak akan memiliki keseimbangan
mikroflora di dalam saluaran cerna. Dengan menambahkan probiotik yang merupakan
kumpulan mikroorganisme yang mampu menguraikan bahan-bahan organik kompleks pada
pakan menjadi bahan organik sederhana, sehingga mudah diserap oleh saluran pencernaan
ke dalam tubuh sebagai bahan sari-sari makanan untuk membangun tubuh dengan
sempurna. Probiotik merupakan produk campuran antara berbagai mikroorganisme lain
yang dapat mendegradasi serat maupun protein dan lipid (Haryanto, 2002).
Penelitian tentang produk probiotik kebanyakan memanfaatkan isolat klinis bakteri
dengan asumsi isolat klinis dapat bertahan pada kondisi di dalam saluran pencernaan
manusia. Menurut Chou dan Weimer (1999), stres terhadap probiotik dimulai dari lambung
yaitu bakteri ini harus mampu bertahan terhadap pH yang sangat rendah (sekitar 3,0).
Waktu yang dibutuhkan mulai masuk sampai keluar lambung adalah 90 menit. Setelah
9
probiotik berhasil melalui lambung, bakteri ini akan memasuki saluran usus bagian atas
dimana garam empedu disekresikan. Setelah perjalanan melalui lingkungan yang sulit,
probiotik harus mampu mengkolonisasi saluran usus bagian bawah.
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa Lactobacillus sp. sebagai bibit
probiotik mempunyai kemampuan menurunkan kolesterol darah dan dapat menyerang
kolesterol di dalam saluran pencernaan hewan percobaan. Salah satu mekanisme penurunan
kolesterol tersebut adalah bakteri asam laktat dapat mendegradasi kolesterol menjadi
koprostanol yaitu sebuah sterol yang tidak dapat diserap oleh usus. Kemudian koprostanol
dan sisa kolesterol dikeluarkan bersama-sama tinja hewan atau manusia. Dengan demikian
jumlah kolesterol yang diserap tubuh menjadi rendah.
Galur bakteri asam laktat diduga mampu menempel di dinding usus tikus,
berkembang biak dan melakukan peran yang menguntungkan kesehatan lewat dekonjugasi
garam empedu. Galur bakteri asam laktat juga memproduksi enzim yang disebut bile salt
hydrolase (BSH). Dekonjugasi garam empedu akan meningkatkan asam empedu
terkonjugasi yang tidak mudah diserap dari usus halus dibanding asam empedu konjugasi.
Asam empedu dekonjugasi akan terbuang lewat tinja, sehingga jumlah asam empedu yang
kembali ke hati akan berkurang. Untuk menyeimbangkan jumlah asam empedu tubuh akan
mengambil kolesterol tubuh sebagai prekursor. Proses itu pada gilirannya akan menurunkan
kadar kolesterol darah secara keseluruhan.
Makanan dan minuman kesehatan yang memanfaatkan aktivitas probiotik adalah
produk kesehatan yang mengandung BAL yang dapat bertahan hidup dalam keasaman
lambung dan menghambat mikroba patogen. Minuman probiotik harus mempunyai pH
yang rendah maksimal 4,5 dengan kandungan total asam minimal 0,85 % dan jumlah
bakteri asam laktat minimal 108 sel/ml (Speck, 1978).
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dengan mengkonsumsi makanan
kesehatan probiotik adalah sebagai berikut :
Melawan pertumbuhan mikroflora usus yang tidak menguntungkan.
Mengontrol infeksi usus yang disebabkan oleh bakteri patogen.
Mengurangi kadar kolesterol darah dan gangguan jantung (Ray, 1996; Sanders, 2000)
Mempengaruhi respon imun (Ray, 1996; Sanders, 2000)
Bersifat antimutagenik dan antikarsinogenik (Salminen et al., 1999; Sanders, 2000)
Menurunkan tekanan darah penderita hipertensi (Sanders, 2000)
Mengurangi kanker/tumor usus besar dan organ-organ pencernaan lainnya (Ray, 1996).
10
Kriteria-kriteria yang perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan produk probiotik
dengan pengaruh positif yang optimal bagi inangnya, antara lain :
Spesies bakteri probiotik sebaiknya merupakan flora normal usus dengan demikian
bakteri mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan usus.
Memiliki kemampuan untuk menempel dan mengklonisasi sel usus.
Memiliki aktivitas antagonistic terhadap mikroba patogen.
Toleran terhadap asam dan garam empedu.
Memiliki kemampuan untuk bertahan selama proses pengolahan dan selama waktu
penyimpanan.
Terbukti memiliki pengaruh yang menguntungkan terhadap kesehatan.
Produk probiotik diharapkan memiliki jumlah sel hidup yang besar (107-109 Cfu/ml).
Para kelompok peneliti membagi level pengembangan probiotik menjadi enam
tingkatan. Menurut Saarela et al, (2000) seperti pada Gambar 3 ditunjukkan bahwa semakin
tinggi level pengembangan probiotik maka produk pangan yang dihasilkan memiliki
manfaat yang lebih besar terhadap kesehatan sebagai pangan kesehatan, sedangkan pada
level pengembangan yang bersifat dasar-dasar probiotik maka produk yang dihasilkan
masih sebatas sebagai produk pangan yang berfungsi sebagai pemenuhan nutrisi.
Memberikan efek terhadap kesehatan
Meningkatkan daya tahan tubuh
Aktivitas antagonistik mikroba patogen
Resistensi pH rendah dan viabilitas sel pada garam empedu
Viabilitas sel dan aktivitas sel selama produksi dan penyimpanan
Karakteristik sifat strain, spesies dan genus 1
2
3
4
5
6
Gambar 3. Level pengembangan probiotik
11
2.3. Bakteri Asam Laktat
Istilah bakteri asam laktat (BAL) merujuk pada kelompok mikroorganisme yang
memiliki kemampuan tinggi dalam memproduksi asam laktat hasil fermentasi sumber
karbohidrat seperti susu, daging, buah dan sayuran (Ray, 1996). BAL termasuk aciduric
dan achidophilic, beberapa spesies dapat tumbuh pada kondisi yang sangat jauh berbeda dan
produksi asam laktat akan menurunkan pH sehingga menekan pertumbuhan bakteri lain,
sehingga mereka mampu bertahan hidup pada berbagai habitat.
Bakteri asam laktat (BAL) terutama genus Lactobacillus mempunyai peranan yang
penting dalam fermentasi bahan makanan. Bakteri ini mampu memfermentasi karbohidrat
dengan menghasilkan asam laktat dan kehadirannya dapat memberikan efek anti mikroba
khususnya terhadap bakteri patogen dalam saluran pencernaan sehingga mampu
menyeimbangkan mikroflora usus. Sifat tahan asam dan viabilitas yang tinggi dalam
produk fermentasi menjadi faktor menguntungkan sehingga BAL dijadikan sebagai agensia
probiotik dalam minuman kesehatan. Pemanfaatan bakteri sebagai probiotik harus
memenuhi syarat antara lain jumlahnya mencapai 108 sel/ml, kadar asam laktat minimal
0,85 % dan pH produk maksimum 4,0.
Lactobacillus merupakan bakteri bentuk batang, gram positif, tidak berspora, dan
katalase negatif. Lactobacillus plantarum yang digunakan sebagai starter pada produk susu
kedelai dan susu sapi termasuk bakteri asam laktat homofermentatif yang memecah
glukosa, sebagian besar menjadi asam laktat (90%). Selain itu juga menghasilkan sebagian
kecil asam sitrat, diasetil dan asetoin yang semuanya akan berpengaruh terhadap
pembentukan flavor Yakult (Speck, 1978).
Pertumbuhan maksimal dan rata-rata fermentasi optimum dari BAL tergantung pada
faktor lingkungan yang meliputi nutrisi, suhu inkubasi, potensial oksidasi dan reduksi serta
pH (Ray, 1996). Lactobacillus plantarum termasuk kelompok bakteri homofermentatif
yang mempunyai suhu optimum 30-370 C untuk pertumbuhannya.
Peranan BAL sebagai bakteri probiotik sangat ditentukan oleh sifatnya yang tetap
dalam keadaan hidup sejak dikonsumsi hingga mencapai usus manusia. Bakteri ini harus
dapat melekat pada usus, namun tidak semua bakteri asam laktat mempunyai sifat seperti
itu. Beberapa strain BAL yang berpotensi sebagai agensia probiotik karena kemampuannya
untuk menghambat pertumbuhan mikroba enterik adalah Lactobacillus reuteri,
Lactobacillus casei dan Lactobacillus acidhophilus. Bakteri-bakteri ini juga mempunyai
kelebihan karena bakteri-bakteri ini juga mampu tumbuh dalam jalur pencernaan. Untuk
12
peningkatan produktivitas bakteri hasil isolasi dapat dicapai dengan mengoptimalkan
kondisi pertumbuhan sel dan medium pertumbuhannya. Salah satunya dengan melakukan
kultivasi Lactobacillus sp. pada media campuran susu dan sari buah mengkudu.
Penggunaan media campuran sebagai media optimasi didasarkan selain karena susu
merupakan habitat alami bagi Lactobacillus sp. juga mempunyai kandungan nutrisi yang
tinggi bagi pertumbuhan BAL. Fermentasi susu terbukti mampu menghasilkan produk yang
optimal dan mengandung mikroba yang memenuhi syarat sebagai probiotik.
2.4. Manipulasi Substrat Karbon
Fermentasi mikrobial merupakan proses pembentukan energi, dimana energi
diperoleh dari senyawa-senyawa organik yang berfungsi sebagai donor dan aseptor elektron.
Kultivasi yang memanfaatkan mikroorganisme biasanya memiliki enzim-enzim yang akan
mengubah hasil oksidase substrat tersebut. Beberapa enzim selalu akan terbentuk tanpa
tergantung pada komposisi medium dimana mikroorganisme dapat tumbuh. Tetapi ada
beberapa enzim lainnya sebagai enzim induksi yang akan terbentuk apabila tersedia substrat
atau senyawa yang strukturnya sama dengan substrat dalam medium (substrat induser)
pertumbuhannya.
Manipulasi metabolik dengan cara memberikan keragaman media kultivasi seperti
kombinasi antara amonium sulfat dan urea juga berimplikasi pada biosintesa produk.
Melalui manipulasi metabolik diharapkan pula adanya perubahan mekanisme pembentukan
energi, perubahan permeabilitas sel terhadap substrat dan produk serta dapat menyebabkan
hanya enzim-enzim tertentu yang berfungsi selama kultivasi. Hal ini tidak seperti pada cara
mutasi genetik karena perubahan yang terjadi melalui teknik manipulasi metabolik
merupakan perubahan fenotipik. Manipulasi metabolik merupakan salah satu cara dalam
teknik kultivasi untuk memperoleh hasil yang optimum. Manipulasi metabolik seringkali
dilakukan dengan pemberian substrat media yang bervariasi. Pada lintasan primer metabolik
dapat ditemui beberapa senyawa antara yang membentuk lintasan samping. Dalam hal ini
modifikasi metabolisme mikroorganisme dengan menggunakan peubah variasi substrat
medium diharapkan terjadi pembelokan lintasan metabolisme tersebut kearah pembentukan
senyawa atau produk melalui lintasan samping. Melalui teknik manipulasi lingkungan dapat
pula dihasilkan produk-produk kultivasi yang karakteristik kimianya berbeda, tetapi proses
pembentukannya tetap melalui lintasan metabolisme normal.
13
Rachman (1992) menyatakan bahwa medium kultur yang digunakan merupakan
faktor yang penting untuk memperoleh inokulum dan hasil kultivasi yang baik. Untuk itu
desain medium tidak hanya ditunjukkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bagi
mikroorganisme tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan bagi pembentukan produk kultivasi
yang maksimum. Pembentukan produk dalam persiapan inokulum bukan tujuan utama
sehingga komposisi medium kultur dimungkinkan akan berbeda.
Komposisi medium kultivasi yang digunakan dapat berupa medium sederhana atau
medium komplek karena keduanya dapat diperoleh secara sintetis atau medium kasar.
Medium sintetis sangat menguntungkan dimana untuk setiap komponen dapat dikurangi
dihilangkan atau ditambahkan dan pada umumnya tidak membentuk busa karena tidak
mengandung protein dan peptida. Kendalanya medium sintetis kurang begitu optimum
untuk skala industri. Pada kultivasi skala besar sumber-sumber nutrien harus mampu
membentuk produk atau biomassa dengan hasil maksimum untuk setiap gram substrat yang
digunakan. Manipulasi metabolik juga diharapkan dapat memacu pembentukan produk
kultivasi dengan laju yang maksimum dan dapat menghambat pembentukan produk yang
tidak diinginkan. Aspek lain adalah medium kultivasi harus memiliki mutu yang konsisten,
murah dan cukup tersedia sepanjang tahun serta tidak menimbulkan masalah aerasi, agitasi,
dan pemurnian hasilnya (Rachman, 1992). 2.4.1. Jagung (Zea mays L)
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting,
selain gandum dan padi. Jagung merupakan salah satu tanaman yang mudah tumbuh hampir
di seluruh wilayah Indonesia dan cara pembudidayaannya yang tidak terlalu sulit sangat
memungkinkan Indonesia menjadi salah satu produsen jagung dunia. Tanaman jagung dapat
dilihat dari Gambar 4.
Gambar 4. Tanaman jagung dan buah jagung Sumber: Anonim.http://id.wikipedia.org/wiki/Jagung
14
Jagung merupakan tanaman semusim. Satu siklus hidupnya diselesaikan dalam 80-
150 hari. Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi, meskipun tanaman jagung umumnya
berketinggian antara 1-3 meter dan ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6 m. Biji jagung
kaya akan karbohidrat, sebagian besar berada pada endospermium. Kandungan karbohidrat
dapat mencapai 80% dari seluruh bahan kering biji. Karbohidrat dalam bentuk pati
umumnya berupa campuran amilosa dan amilopektin. Pada jagung sebagian besar atau
seluruh patinya merupakan amilopektin. Perbedaan ini tidak banyak berpengaruh pada
kandungan gizi, tetapi lebih berarti dalam pengolahan sebagai bahan pangan. Jagung manis
tidak mampu memproduksi pati sehingga bijinya terasa lebih manis ketika masih muda.
Komponen penyusun jagung: trigliserida, glikolipid, fosfolipid, vitamin berupa tiamin,
niasin, riboflavin, piridoksim. Kandungan vitamin jagung dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Kandungan Vitamin Jagung
Kandungan Jumlah (mg/pound) Vitamin A 1990 Tiamin 2,06 Riboflavin 0,6 Niasin 6,4 Asam Pentotenat 3,36 Viamin E 11,21
Sumber: Sulantri (1990)
Jagung mengandung lemak dan protein, jagung muda memiliki lemak dan protein
lebih kecil dari pada jagung tua. Selain karbohidrat, jagung mengandung serat kasar, gula
berupa sukrosa, pentosa; lemak yang terdiri atas lemak jenuh berupa palmitat dan stearat
serta asam lemak tak jenuh berupa oleat dan linoleat seperti pada Tabel 2.
Tabel 2. Komposisi Kimia Jagung
Kandungan Jumlah (persen) Air 13,5 Protein 10 Minyak/lemak 4 Karbohidrat - Zat tepung 61 - Gula 1,4 - Pentosa 6 - Serat kasar 2,3 Abu 1,4 Zat lain-lain 0,4 Sumber: Sulantri (1990)
15
2.4.2. Sari Buah Mengkudu
Buah mengkudu pada awalnya berwarna hijau kemudian menjadi kuning, setelah
matang warnanya menjadi putih dan transparan serta lunak. Dagingnya banyak mengandung
air, mengeluarkan bau yang tidak sedap. Bau ini timbul karena terjadi percampuran antara
bau asam kaproat dan bau asam kaprat yang agak tajam. Jenis produk olahan yang berbahan
dasar buah mengkudu sangat banyak. Salah satunya adalah produk yang berbentuk cair
yang berfungsi sebagai minuman kesehatan. Kandungan bahan dalam 100 gram serbuk
buah mengkudu adalah karbohidrat 52,42 %, serat 33,38 %, air 7,12 % dan protein 0,75 %.
Kandungan nutrisi dalam 1.200 mg sari buah mengkudu adalah vitamin A 2,75 IU, vitamin
C 2,10 mg, kalsium 3,90 mg, besi 0,1 mg, natrium 4,02 mg, kalium 13,38 mg, protein 9 mg,
lemak 18 mg, kalori 2,00 mg dan karbohidrat 620 mg serta beberapa mineral penting
lainnya (Solomon, 1998 di dalam Waha, 2000). Mengkudu juga mengandung karbohidrat
dari buah mengkudu adalah glukosa, oligosakarida, polisakarida, glukosid dan juga
heteropolisakarida (gum arab).
Dharmawan et al., (1999) menyatakan bahwa jenis buah yang berpotensi sebagai
makanan fungsional adalah buah pace (Morinda citrifolia) yang diyakini dapat
memperlancar pencernaan. Menurut Djauhariya dan Tirtoboma (2001), senyawa
antraquinon yang terkandung dalam buah mengkudu efektif membasmi bakteri E. coli
penyebab diare, Salmonella sp. dan Shigella sp. penyebab disentri dan keracunan serta
golongan bakteri penyebab infeksi seperti Pseudomonan aeruginosa, Proteus morginii dan
Bacillus subtilis. Sari buah mengkudu juga mampu mengatur keseimbangan pH tubuh,
sehingga meningkatkan kemampuan tubuh menyerap vitamin, mineral dan protein.
Dharmawan et al., (1999) juga melaporkan bahwa ekstrak buah pace dengan pelarut
air pada konsentrasi 16 % efektif menghambat pertumbuhan E. coli sebesar 64,3 % dan S.
aureus sebesar 29, 5 %.
2.5. Asam Lemak Esensial
Asam-asam lemak esensial adalah asam lemak yang sangat diperlukan oleh tubuh
dan tidak dibiosintesis oleh tubuh, tetapi hanya dapat diperoleh lewat makanan sama halnya
dengan mineral ataupun vitamin. Asam-asam lemak tersebut terbagi berdasarkan ada
tidaknya ikatan rangkap antara atom-atom karbon yang terbagi atas asam lemak jenuh
artinya asam lemak yang tidak mempunyai ikatan rangkap disebut juga saturated fatty acid
16
(SAFA) dan asam lemak tak jenuh yaitu asam lemak yang mempunyai satu atau lebih ikatan
rangkap. Bila hanya terdapat satu ikatan rangkap maka disebut monosaturated fatty acid
(MUFA) dan apabila terdapat dua atau lebih ikatan rangkap disebut polysaturated fatty acid
(PUFA). Asam lemak tak jenuh terdiri atas 3 kelompok besar yaitu omega 3, omega 6 dan
omega 9 seperti disajikan pada Tabel 3. Asam linoleat (18:3ω3). Asam eikosapentaenoat
(20:5ω3) dan dokosaeksaenoat (22:6 ω3) mengandung asam lemak omega 3 yang banyak
diperoleh dari makanan. Kelompok asam lemak yang kedua yaitu omega 6 yang tediri dari
asam linoleat (18:2 ω6) dan asam arakidonat (20:4 ω6), sedangkan omega 9 terdiri dari
asam oleat (18:1 ω9).
Tabel 3. Pengelompokkan asam lemak tak jenuh
Asam linoleat dan asam linolenat merupakan asam lemak essensial karena tubuh
tidak dapat mensintesis kedua asam lemak tersebut, selain itu dapat digunakan untuk
mensintesis prostaglandin yang mempunyai sifat-sifat hormon serta terlibat dalam banyak
fungsi tubuh. (Murray et al., 1996). Asam linoleat bukan asam lemak esensial karena tubuh
dapat mensintesis asam tersebut dengan cara menyisipkan ikatan rangkap pada posisi Δ9 ke
dalam asam lemak jenuh yang bersesuaian (Murray et al., 1996). Menurut Osman et al.,
(2001) PUFA khususnya ω3 dan ω6 dipertimbangkan sebagai asam lemak essensial dan
memperlihatkan untuk dapat menyembuhkan dan mencegah, penyakit kardivaskuler,
perkembangan saraf pada bayi, kanker dan kontrol glikemik lemak. Selain itu omega 3
sebagai molekul dasar dalam struktur dan aktifitas pada membran seluruh sel, sehingga
komponen pengatur produksi seluler, diketahui sebagai asam eicosanoid (mempunyai 20
karbon) dan fungsi khususnya dalam jaringan saraf, khususnya pada retina mata,
mempengaruhi otot jantung, memproduksi substansi mengontrol respon immun.
Kelompok Kelompok Struktur
ω 3
Asam dokosahexanoat Asam eikosanpetanoat Asam linolenat
22:6 ω3 20:5 ω3 18:3 ω3
ω 6
Asam linoleat Asam Arakidonat
18:2 ω6 20:4 ω6
ω 9 Asam oleat 18:1 ω9
17
2.6. Struktur dan Metabolisme Kolesterol dalam Tubuh
Kolesterol adalah salah satu lipid tubuh yang berada dalam bentuk bebas dan ester
dengan asam lemak. Kadar kolesterol normal dalam plasma yang diperoleh dari orang puasa
dianggap oleh kebanyakan laboratorium klinik sebesar antara 3,1 dan 5,7 mmol/L (120
sampai 220 mg/gL). Pada orang dewasa muda sehat, nilai rata-rata kolesterol plasma ialah
antara 4,4 dan 4,7 mmol/L (Mongmery et al., 1993). Sedangkan pada tikus kadar kolesterol
dan fosfolipid dalam LDL dan kolesterol di dalam HDL meningkat sesuai umur, tetapi
gerakan asam empedu dan sekresi asam empedu pada kolesterol menurun sesuai umur tikus.
Kurang lebih 65% kolesterol dalam plasma subyek normal berpuasa diesterkan. Plasma
darah penderita normal akan tidak mempunyai kilomikron tersisa sesudah masa puasa dan
hanya ada sedikit very low density lipoprotein (VLDL). Oleh karena itu lipoprotein utama
ialah low density lipoprotein (LDL) dan high density lipoprotein (HDL). Kurang lebih 70%
kolesterol total terdapat pada LDL dalam plasma puasa normal, sedangkan di dalam cairan
empedu jumlah kolesterol sekitar 390 mg/100ml. Laki-laki mempunyai relatif lebih banyak
LDL, sedangkan wanita pramenopause mempunyai relatif banyak HDL, sehingga laki-laki
cenderung mempunyai kadar kolesterol plasma lebih tinggi dari pramenopause.
Girindra (1998) menyatakan bahwa semua jaringan tubuh mempunyai kemampuan
untuk mensintesis kolesterol tetapi yang paling aktif adalah hati. Wirahadikusuma (1985)
menyatakan bahwa biosintesis kolesterol berada dalam jaringan hati, kulit, kelenjar anak
ginjal, kelenjar kelamin, jaringan lemak, otot, urat nadi dan otak dewasa.
Pada tikus normal memiliki kadar kolesterol total bervariasi. Kadar kolesterol total
normal dari berbagai hasil penelitian yang telah dilakukan disajikan dalam Tabel 4.
Tabel 4. Kadar Kolesterol Total Normal Tikus.
No. Kolesterol total (mg/dl) 1. 40 – 130 2. 50 – 60 3. 65 – 75
Sumber: Purwanti (2004)
18
2.6.1. Hiperkolesterolemia
Kolesterol di dalam tubuh diproduksi dalam jumlah yang diperlukan. Kadar
kolesterol yang melebihi batas normal disebut sebagai hiperkolesterolemia.
Hiperkolesterolemia dapat dibagi menjadi 3 berdasarkan kadar kolesterol low density
lipoprotein (LDL) dalam darah seperti yang tercantum pada Tabel 5.
Tabel 5. Pengelompokan Hiperkolesterolemia.
Hiperkolesterolemia dapat dibuat pada beberapa spesies hewan yaitu dengan
menambahkan lemak dan kolesterol dalam makanan yang disebut dengan induksi eksogen.
Biosintesis kolesterol secara endogen prosesnya sangat lambat untuk memperoleh
peningkatan kadar kolesterol. Pada tikus pemberian diet kolesterol saja tidak dapat
meningkatkan kadar kolesterol plasmanya. Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk
membuat tikus dewasa hiperkolesterolemia yaitu dengan cara menambahkan lemak dan
kolesterol dalam makanannya. Selain itu pada air minumnya perlu ditambahkan propil
tiourasil (PTU) yang merupakan suatu zat antitiroid untuk meningkatkan kolesterol darah
secara endogen. Penghambatan ekskresi hormon tiroid ke dalam empedu dapat
meningkatkan kadar kolesterol darah dengan cara menekan pembentukan reseptor low
density lipo-protein (LDL) di hati, yang menyebabkan pengeluaran kolesterol dari sirkulasi
meningkat (Ganong, 1998).
Mekanisme pencegahan dan penurunan kolesterol di dalam saluran cerna hewan
percobaan adalah sebagai berikut.
1. Bakteri asam laktat dapat mendegradasi kolesterol menjadi “coprostanol” yaitu sebuah
sterol yang tidak diserap oleh usus. Selanjutnya “coprostanol” dan sisa kolesterol
dikeluarkan bersama-sama tinja hewan atau manusia. Sebuah penelitian menunjukkan
bahwa penurunan kolesterol oleh galur bakteri Lactobacillus secara anaerobik dapat
mencapai sekitar 27-38%.
2. Galur bakteri asam laktat memproduksi enzim yang disebut bile salt hydrolase (BSH).
Dekonjugasi garam empedu akan meningkatkan asam empedu terkonjugasi yang
Kategori Kolesterol (mg/dl) LDL (mg/dl) Normal < 200 < 130 Hiperkolesterol rendah 200 – 289 130 – 159 Hiperkolesterol sedang 240 - 289 169 – 209 Hiperkolesterol tinggi > 290 > 210 Sumber : Grundy (1991)
19
tidak mudah diserap dari usus halus dibanding asam empedu konjugasi. Asam
empedu konjugasi akan terbuang lewat tinja, sehingga jumlah asam empedu yang
kembali ke hati berkurang. Untuk mengimbangi asam empedu tubuh akan mengambil
kolesterol tubuh sebagai prekusor. Proses itu akan menurunkan kadar kolesterol darah
secara keseluruhan (Anonim. http://anandamarga.or.id/imdex.php).
2.6.2. Lipoprotein
Kolesterol dalam darah diedarkan dalam bentuk lipoprotein. Lipoprotein dibagi
menjadi 5 fraksi berdasarkan ultrasentifugasi. Kelima fraksi tersebut adalah kilomokron,
very low density lipoprotein (VLDL), intermediet density lipoprotein (IDL), high density
lipoprotein (HDL) kolesterol dan low density lipoprotein (LDL) kolesterol (Murray et al.,
1996). Kolesterol dominan terdapat dalam LDL dan HDL kolesterol. HDL terlibat dalam
pengangkutan kolesterol ke jaringan dan pengangkutan balik kolesterol, sehingga
diharapkan kadar HDL yang tinggi dalam darah.
Povey (1994) menyatakan bahwa HDL kolesterol bersifat menguntungkan. HDL
kolesterol berfungsi mengumpulkan kelebihan kolesterol dari arteri dan membawanya
kembali ke hati, untuk diproses ulang atau diubah menjadi empedu. Wirahadikusumah
(1985) menyatakan bahwa jumlah HDL kolesterol yang tinggi akan mempercepat proses
pengangkutan kolesterol dari sel tepi yang berarti mengurangi kemungkinan terjadinya
penimbunan kolesterol pada dinding pembuluh darah. LDL kolesterol bersifat merugikan
karena fungsi utamanya untuk mengumpulkan dan mengalirkan kolesterol dari seluruh
tubuh ke dalam sel. Konsentrasi LDL Kolesterol normal pada beberapa hewan dan manusia
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Kadar LDL normal pada manusia dan hewan.
Kelompok LDL (mg/dl) Manusia 79-90 Mencit 20 Tikus 24 Marmut 28 Kelinci 17 Monyet 42 Kera besar 46 Domba 24 Sumber: Grundy (1991)
20
2.6.3. Metabolisme Trigliserida
Trigliserida merupakan ester dari gliserol dan asam lemak. Lemak ini dibawa dalam
aliran darah oleh very low density lipoprotein (VLDL). Seperti halnya kolesterol,
trigliserida dibuat di dalam hati atau berasal dari lemak dalam makanan. Trigliserida
merupakan suatu sumber energi penting untuk tubuh, tetapi jika berlebihan dapat
meningkatkan kecenderungan pembentukan bekuan dalam darah. Kadar trigliserida yang
meningkat (trigliseridemia) cenderung akan mengalami peningkatan Penyakit Jantung
Koroner (Povey, 1994). Disamping digunakan sebagai sumber energi, trigliserida dapat
dikonversi menjadi kolesterol, fosfolipid dan bentuk lipid lainnya (Heslet, 1991).
Jaringan adiposa secara khusus merupakan tempat sintesis, penyimpanan dan
hidrolisis trigliserida. Kadar trigliserida normal pada orang dewasa adalah antara 30-170
mg/100 ml. Nilai yang melebihi 250 mg/100 ml dianggap berindikasi hipertrigliseridemia.
Heslet (1991) menyatakan trigliseridemia dapat disebabkan oleh karbohidrat dalam
makanan yang dikonsumsi. Dalimartha (2001) menyatakan bahwa konsumsi bahan
makanan seperti alkohol, makanan manis, santan dan karbohidrat secara berlebihan akan
meningkatkan kadar trigliserida. Hipertrigliseridemia sering diikuti dengan penurunan HDL
Kolesterol dan meningkatnya kandungan very low density lipoprotein (VLDL) dan Low
Density Lipoprotein (LDL) Kolesterol. Masalah kolesterol akhir-akhir ini banyak
dibicarakan karena ada hubungannya dengan penyakit arterosklerosis dan penyakit
kardiovaskuler pada manusia. Banyak penelitian menunjukkan bahwa seseorang dengan
diet rendah lemak resiko penyakit jantung koroner (PJK) lebih rendah dibandingkan dengan
diet lemak tinggi, khususnya lemak jenuh dan kolesterol.
Korelasi positif antara kadar kolesterol plasma dan resiko PJK diakibatkan oleh efek
arterosklerosis karena adanya peningkatan kadar kolesterol plasma. Faktor utama resiko
penyakit jantung koroner adalah umur, jenis kelamin, rokok, hipertensi, diabetes yang
meningkatkan LDL kolesterol (≥ 4,1 mmol/L atau 160 mg/dL) dan menurunkan HDL
kolesterol (<0,9 mmol/L atau 35 mg/dL). PJK sangat berhubungan dengan adanya
arterosklerosis, yang menggambarkan kemunduran beberapa fenomena meliputi interaksi
antar lipid plasma, lipoprotein, monosit, platelet dan endotelium dan otot polos pada
dinding arteri yang berangsur-angsur menyempitkan arteri koroner setelah terjadinya
trombosit dan koroner. Resiko PJK konstan pada kadar kolesterol 200 mg/dL tapi diatas
nilai tersebut akan meningkatkan resiko PJK seiring dengan naiknya kadar kolesterol
plasma. Selain PJK, arterosklerosis juga merupakan penyebab naiknya kadar kolesterol
21
plasma dan merupakan faktor utama resiko penyakit jantung yang meliputi suatu kombinasi
tepat dan intima (endotelium) dan media (otot polos) yang melapisi pembuluh darah yang
menghasilkan dalam mempersempit arteri dan membatasi aliran darah.
2.7. Pertumbuhan Mikrobial
Kinetika fermentasi berhubungan dengan laju dan sintesis sel dan atau pembentukan
produk dan pengaruh lingkungan. Mikroba tumbuh dalam spektrum yang luas dalam
lingkungan fisik maupun kimia, pertumbuhan dan aktivitas biologis merupakan respon
terhadap lingkungannya. Dengan mempelajari kinetika fermentasi akan didapatkan
gambaran perubahan yang terjadi, yaitu pertumbuhan biomassa dan pembentukan produk
oleh mikroba. Di dalam fermentasi mencakup tiga hal penting yang saling berhubungan
yaitu kinetika pertumbuhan biomassa, kinetika penggunaan substrat dan kinetika produksi
metabolit (Wang et al., 1979).
Pada fermentasi curah setelah dilakukan inokulasi tidak dilakukan lagi penambahan
media ke dalam fermentor, kecuali pemberian oksigen (proses aerob), antibuih dan
asam/basa untuk mengatur pH bila diperlukan, sehingga semakin lama waktu kultivasi, laju
pertumbuhan spesifik (μ) mikroba semakin menurun sampai akhirnya berhenti. Penurunan
dan berhentinya pertumbuhan disebabkan nutrien berkurang dan terjadi akumulasi metabolit
yang mempengaruhi laju pertumbuhannya, sehingga pada kultivasi curah jumlah sel pada
fase stasioner merupakan jumlah sel maksimum dan faktor pembatas utama dari luar
terhadap pertumbuhan mikroba adalah konsentrasi nutrien dan konsentrasi metabolit-
metabolit yang dapat membatasi pertumbuhan. Kinetika merupakan hal yang sangat penting
dikaji untuk menetapkan model matematik di dalam industri kultivasi. Model matematik
yang dihasilkan dari studi kinetika akan berguna untuk membantu memecahkan persoalan
yang mengangkut proses dalam industri fermentasi.
Pertumbuhan sel dan pembentukan produk oleh mikroorganisme merupakan proses
biokonversi dengan unsur makro dan mikro sebagai sumber nutrien yang digunakan selama
kultivasi sehingga akan terjadi biokonversi menjadi biomassa dan metabolit. Setiap tahap
biokonversi tersebut dapat dikuantitatifkan dengan suatu koefisien hasil (yield) yang
dinyatakan sebagai biomassa yang terbentuk per unit substrat dan produk yang terbentuk
per unit substrat yang dinotasikan sebagai Yx/s dan Yp/s.
Penentuan nilai Yp/s dapat dihitung dengan metoda linierisasi persamaan dengan
cara membuat garis regresi antara jumlah penggunaan substrat (So-S) dengan jumlah
22
produk yang dihasilkan (P-Po) pada tiap satuan waktu. Menurut Wang et al., (1979) nilai
rendemen konsumsi substrat untuk pembentukan produk dihitung dengan rumus empiris (P–
Po)=Yp/s (So–S). Cara yang biasa digunakan dalam menghitung hasil adalah dengan
mengukur biomassa atau produk yang dihasilkan dan substrat yang dikonsumsi selama
periode waktu tertentu.
Rendemen penggunaan substrat untuk penggandaan biomassa Yx/s merupakan rasio
antara perbedaan jumlah biomassa pada saat t dengan jumlah biomassa pada saat t = 0
dengan selisih antara jumlah substrat pada awal kultivasi dengan sisa substrat pada waktu t.
Nilai Yx/s dapat ditentukan dengan cara menghubungkan antara jumlah penggunaan
substrat (So-S) dan jumlah biomassa yang terbentuk (X-Xo). Kemiringan garis regresi dari
persamaan garis (X–Xo) = Yx/s (So–S) merupakan nilai Yx/s.
2.8. Analisis Kelayakan Finansial
Analisis finansial dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan ekonomis
teknologi proses produksi hasil percobaan. Beberapa kriteria kelayakan finansial yang
digunakan dalam menentukan kelayakan teknologi proses produksi yaitu NPV (Net Present
Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C (Net Benefit Cost Ratio), PBP (Pay Back
Period) dan BEP (Break Even Point).
Net Present Value (NPV)
Nilai Sekarang Bersih (NPV) adalah selisih antara Present Value (Nilai Sekarang)
dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas
operasional maupun aliran kas terminal) di masa yang akan datang. Untuk menghitung nilai
sekarang perlu ditentukan tingkat bunga yang sesuai. Rumus yang digunakan untuk
menentukan nilai NSB adalah :
NSB = NS Penerimaan – NS Biaya
Di mana :
NSB = Nilai Sekarang Bersih NS = Nilai Sekarang Kriteria Penilaian : Jika NSB > 0, investasi dinyatakan layak Jika NSB < 0, investasi dinyatakan tidak layak
23
Internal Rate of Return (IRR)
Laju pengembalian atau Internal Rate of Return (IRR), dari suatu investasi dapat
didefinisikan sebagai tingkat suku bunga yang akan menyebabkan nilai ekivalen
biaya/investasi sama dengan nilai ekivalen penerimaan. Menghitung IRR pada dasarnya
adalah menentukan (i) sedemikian rupa sehingga persamaan berikut berlaku :
1. Nilai Sekarang Bersih = 0
2. Nilai Sekarang Penerimaan – Nilai Sekarang Biaya = 0
3. 1Biaya Sekarang Nilai
Penerimaan Sekarang Nilai=
Nilai ALP dapat dicari dengan cara coba-coba dengan menggunakan rumus :
⎥⎦
⎤⎢⎣
⎡⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛−
−+= −+
++−+
NSBNSBNSBx)rr(rALP
Di mana : ALP = tingkat bunga yang dicari harganya (%) r- = Tingkat bunga yang membuat NPV negatif (%) r+ = Tingkat bunga yang membuat NPV positif (%) NSB+ = Nilai Sekarang Bersih positif (Rp.) NSB- = Nilai Sekarang Bersih negatif (Rp.)
Rasio Manfaat Biaya (RMB) atau Benefit Cost Ratio(B/C)
Net B/C merupakan perbandingan antara nilai total sekarang dan pendapatan bersih
pada periode saat pendapatan bersih bernilai positif dengan nilai total sekarang pendapatan
bersih pada periode saat pendapatan bersih negatif. Jika nilai Net B/C lebih besar dari satu
maka teknologi proses produksi atau industri dinyatakan layak. Rumus perhitungan B/C
adalah sebagai berikut :
Rasio Manfaat Biaya (RMB) atau Benefit Cost Ratio merupakan perbandingan antara nilai
ekivalen manfaat dengan nilai ekivalen biaya yang dirumuskan sebagai berikut :
BiayaSekarangNilaiManfaatSekarangNilaiRMB
=
Kriteria untuk menerima atau menolak suatu teknologi proses produksi / proyek adalah
: proyek dinyatakan layak bila RMB > 1 dan ditolak bila sebaliknya.
24
Waktu Pengembalian Modal
PBP (Pay Back Periode ) adalah waktu yang diperlukan untuk mengembalikan
sejumlah dana yang telah diinvestasikan (Thuesen dan Fabricky, 1993). Satuan dalam
perhitungan PBP yang digunakan adalah dalam tahun atau bulan. Semakin pendek PBP,
semakin kecil resiko yang dihadapi investor. Perhitungan BEP merupakan cara yang paling
sering digunakan untuk mengetahui tingkat penjualan dan produksi dalam keadaan
seimbang (tidak untung maupun rugi).
Analisis Sensitivitas
Analisa kepekaan bertujuan untuk mengetahui pengaruh berbagai faktor internal
terhadap kemampuan proyek mencapai jumlah hasil penjualan dan keuntungan. Faktor
eksternal misalnya perkembangan harga produk sejenis di pasar. Dengan analisis di atas
akan diketahui sejauh mana proyek akan tetap layak jika terjadi perubahan-perubahan pada
faktor-faktor tersebut. Dalam analisa sensitivitas setiap kemungkinan harus dicoba, yang
berarti bahwa, tiap kali harus diadakan analisa kembali. Ini perlu sekali karena analisa
proyek didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang banyak mengandung ketidakpastian tentang
apa yang akan terjadi dimasa yang akan datang (Kadariah et al., 1976). Faktor yang
mempengaruhi adalah adanya perubahan harga, keterlambatan pelaksanaan, kenaikan biaya
dan adanya kesalahan dalam perkiraan hasil (Gittinger, 1986).
25