BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Proyek · PDF filemenurunkan mutu yang dihasilkan, dan...

24
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Proyek Menurut Soeharto (1997), kegiatan proyek adalah suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah digariskan dengan jelas. Menurut Ervianto (2002) proyek konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan hanya sekali dan umumnya dalam jangka pendek. Dalam rangkaian kegiatan tersebut, terdapat suatu proses yang mengolah sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan. Selain itu proyek konstruksi memiliki 3 (tiga) karakteristik yaitu: bersifat unik, membutuhkan sumber daya (uang, mesin, metoda, dan material), dan membutuhkan organisasi. 2.2 Sasaran Proyek Menurut Soeharto (1999), sasaran adalah tujuan yang spesifik dimana semua kegiatan diarahkan dan diusahakan untuk mencapainya. Setiap proyek mempunyai tujuan yang berbeda-beda, seperti pembuatan rumah tinggal, jalan dan jembatan, serta instalasi pabrik. Selama proses mencapai tujuan tersebut terdapat tiga sasaran pokok dalam pengerjaan suatu proyek, yaitu besarnya biaya yang dialokasikan, jadwal kegiatan, serta mutu yang harus dipenuhi. Ketiga sasaran tersebut erat hubungannya dan saling terkait antara satu dengan lainnya. Artinya, jika ingin meningkatkan kinerja, produk yang telah disepakati dalam kontrak, maka harus diikuti dengan kenaikan mutu yang berdampak pada naiknya biaya rencana. Sebaliknya apabila ingin menekan biaya, maka umumnya akan menurunkan mutu yang dihasilkan, dan waktu pelaksanaanya. Dari segi teknis, ukuran keberhasilan proyek dikaitkan dengan sejauh mana ketiga sasaran tersebut terpenuhi. 4

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Proyek · PDF filemenurunkan mutu yang dihasilkan, dan...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Proyek · PDF filemenurunkan mutu yang dihasilkan, dan waktu pelaksanaanya. Dari segi teknis, ... ini dapat tercapai dengan cara menyediakan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Proyek

Menurut Soeharto (1997), kegiatan proyek adalah suatu kegiatan

sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber

daya tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah

digariskan dengan jelas.

Menurut Ervianto (2002) proyek konstruksi adalah suatu rangkaian

kegiatan yang dilakukan hanya sekali dan umumnya dalam jangka pendek.

Dalam rangkaian kegiatan tersebut, terdapat suatu proses yang mengolah

sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan. Selain

itu proyek konstruksi memiliki 3 (tiga) karakteristik yaitu: bersifat unik,

membutuhkan sumber daya (uang, mesin, metoda, dan material), dan

membutuhkan organisasi.

2.2 Sasaran Proyek

Menurut Soeharto (1999), sasaran adalah tujuan yang spesifik dimana

semua kegiatan diarahkan dan diusahakan untuk mencapainya. Setiap proyek

mempunyai tujuan yang berbeda-beda, seperti pembuatan rumah tinggal, jalan

dan jembatan, serta instalasi pabrik. Selama proses mencapai tujuan tersebut

terdapat tiga sasaran pokok dalam pengerjaan suatu proyek, yaitu besarnya biaya

yang dialokasikan, jadwal kegiatan, serta mutu yang harus dipenuhi. Ketiga

sasaran tersebut erat hubungannya dan saling terkait antara satu dengan lainnya.

Artinya, jika ingin meningkatkan kinerja, produk yang telah disepakati dalam

kontrak, maka harus diikuti dengan kenaikan mutu yang berdampak pada naiknya

biaya rencana. Sebaliknya apabila ingin menekan biaya, maka umumnya akan

menurunkan mutu yang dihasilkan, dan waktu pelaksanaanya. Dari segi teknis,

ukuran keberhasilan proyek dikaitkan dengan sejauh mana ketiga sasaran tersebut

terpenuhi.

4

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Proyek · PDF filemenurunkan mutu yang dihasilkan, dan waktu pelaksanaanya. Dari segi teknis, ... ini dapat tercapai dengan cara menyediakan

2.3 Manajemen Proyek

Manajemen merupakan suatu proses yang terdiri dari perencanaan

(planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating), dan

pengawasan (controlling), yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai

sasaran yang telah ditetapkan melalui sumber daya manusia dan sumber daya

lainnya. (Soeharto, 1999)

2.3.1 Tujuan Manajemen Proyek

Tujuan dari manajemen proyek adalah untuk mendapatkan metode atau

cara yang paling baik agar dengan sumber-sumber daya yang terbatas diperoleh

hasil yang maksimal. (Wulfram 2007).

Menurut Soeharto (1999), tujuan dari proses manajemen proyek adalah

sebagai berikut :

1. Agar semua rangkaian kegiatan tersebut tepat waktu, dalam hal ini tidak

terjadi keterlambatan dalam penyelesaian suatu proyek.

2. Biaya yang sesuai, maksudnya agar tidak ada biaya tambahan di luar biaya

yang telah di rencanakan.

3. Kualitas sesuai dengan persyaratan dan proses kegiatan sesuai persyaratan.

2.3.2 Fungsi Manajemen Proyek

Manajemen pengolahan pada proyek konstruksi meliputi penerapan

fungsi-fungsi dasar manajemen. Pengolahan proyek akan berhasil dan terhindar

dari keterlambatan jika semua fungsi manajemen dilaksanakan secara efektif. Hal

ini dapat tercapai dengan cara menyediakan sumber daya yang dibutuhkan dan

menyediakan kondisi yang tepat sehingga memungkinkan orang-orang

melaksanakan tugasnya masing-masing (Ervianto, 2002).

Fungsi-fungsi manajemen pada proyek konstruksi meliputi :

a. Perencanaan

Setiap proyek konstruksi selalu diawali dengan membuat perencanaan.

Agar proses perencanaan dapat berjalan dengan baik, maka harus ditentukan

dahulu sasaran utamanya. Perencanaan sebaiknya mencangkup penentuan

5

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Proyek · PDF filemenurunkan mutu yang dihasilkan, dan waktu pelaksanaanya. Dari segi teknis, ... ini dapat tercapai dengan cara menyediakan

berbagai cara yang memungkinkan. Kemudian menentukan salah satu cara

yang paling tepat dengan mempertimbangkan semua kendala.

Perkiraan dan jenis sumber daya yang dibutuhkan dalam suatu proyek

konstruksi meruapakan hal yang penting untuk mencapai keberhasilan proyek

sesuai dengan tujuan. Kontribusi sumber daya dalam perencanaan

memungkinkan perumusan suatu atau beberapa rencana yang akan memberi

gambaran secara menyeluruh tentang metode konstruksi yang akan digunakan

dalam mencapai tujuan.

b. Pengorganisasian

Pengorganisasian dilakukan oleh seorang pemimpin yang bertugas

membantu dan mengarahkan tim mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam

pekerjaan. Perilaku kepemimpinan yang terdapat pada organisasi adalah :

1. Merencanakan dan menjadwalkan kegiatan-kegiatan untuk melakukan

koordinasi dalam menyelesaikan proyek tepat waktu.

2. Membantu menetapkan standar dan metode untuk memperkirakan

kemajuan dan kinerja proyek.

3. Menyususn dan memimpin pertemuan untuk menyelesaikan masalah dan

membuat keputusan dengan cara yang sistematis.

c. Pengisian Staf

Tahap ini merupakan tahap awal dalam perencanaan personal yang

akan ditunjuk sebagai pengelolaan pelaksanaan proyek. Sukses tidaknya

proyek ditentukan oleh kecermatan dan kecepatan dalam memposisikan

seseorang pada keahliannya. Ketepatan personal pada posisinya bukan

menjamin suksesnya suatu proyek, karena harus mempertimbangkan

ketepatan waktu dari personal untuk menduduki jabatan sesuai keahliannya.

Definisi dari pengisian staff adalah pengerahan, penempatan,

pelatihan, dan pengembangan tenaga kerja dengan tujuan dihasilkan kondisi

personal yang tepat (right people), tepat posisi (right position), serta waktu

yang tepat (right time).

6

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Proyek · PDF filemenurunkan mutu yang dihasilkan, dan waktu pelaksanaanya. Dari segi teknis, ... ini dapat tercapai dengan cara menyediakan

d. Pengarahan

Tahap ini merupakan lanjutan dari tahap sebelumnya. Jika tahap

penempatan staf telah dilakukan dengan tepat, maka tim harus diberi tanda-

tanda atau penjelasan tentang lingkup pekerjaan dan kapan pekerjaan tersebut

harus diselesaikan. Dalam organisasi proyek terdapat biasanya kepala proyek

yang memiliki tugas utama yaitu memberi perintah kepada staffnya untuk

melakukan kegiatan agar dapat dilakukan dalam waktu berurutan atau

bersamaan.

e. Pengkoordinasian

Pemantauan prestasi kegiatan dilakukan sebagai jbahan untuk

melakukan langkah perbaikan, baik kondisi proyek dalam keadaan terlambat

atau lebih cepat. Semua permasalahan dalam proyek harus diselesaikan

bersama dengan pihak-pihak yang terlibat dalam proyek tersebut sehingga

diperlukan agenda acara yang mempertemukan semua unsur. Kegiatan ini

dinamakan langkah koordinasi.

f. Pengawasan

Pengawasan adalah proses penilaian selama pelaksaan kegiatan dengan

tujuan agar hasil pekerjaan sesuai dengan yang direncana, dengan

mengusahakan agar semua anggota kelompok melaksanakan kegiatan yang

berpedoman pada perencanaan serta mengadakan tindakan korelatif apabila

terjadi penyimpangan. Unsur pengawasan ini sangat erat hubungannya dengan

pengendalian, karena sebenarnya pengendalian selalu memerlukan

pengawasan yang merupakan umpan balik yang diperlukan untuk menjaga

proses pelaksanaan tetap berjalan yang benar sesuai dengan sasaran yang akan

dicapai.

2.4 Perencanaan dan Penjadwalan Proyek

Perencanaan adalah suatu proses yang mencoba meletakkan dasar tujuan

termasuk menyiapkan segala sumber daya untuk mencapainya. Perencanaan

memberikan pegangan bagi pelaksanaan mengenai alokasi sumber daya untuk

melaksanakan kegiatan (Soeharto, 1997).

7

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Proyek · PDF filemenurunkan mutu yang dihasilkan, dan waktu pelaksanaanya. Dari segi teknis, ... ini dapat tercapai dengan cara menyediakan

Penjadwalan dalam pengertian proyek konstruksi merupakan perangkat

yang digunakan untuk menentukan aktivitas yang diperlukan untuk

menyelesaikan suatu proyek dalam urutan serta kerangka waktu tertentu, dimana

setiap aktivitas harus dilaksanakan agar proyek selesai tepat waktu dengan biaya

yang ekonomis (Callahan, 1992).

2.4.1 Rencana Kerja

Sebelum pelaksanaan pekerjaan proyek konstruksi dimulai, biasanya

didahului dengan penyusunan rencana kerja yang disesuaikan dengan metode

konstruksi yang akan digunakan. Pihak pengelola proyek melalukan pendataan

lokasi proyek guna mendapatkan informasi detail untuk keperluan penyusunan

rencana kerja.

Dalam menyususn rencana kerja , perlu dipertimbangkan beberapa hal sebagai

berikut (Ervianto, 2002)

a. Keadaan Lokasi Proyek

Hal ini dilakukan untuk memperkirakan hambatan yang mungkin timbul

selama pelaksanaan pekerjaan.

b. Kemampuan Tenaga Kerja

Informasi detail mengenai jenis dan macam kegiatan yang berguna untuk

memperkirakan jumlah dan jenis tenaga kerja yang harus disediakan.

c. Pengadaan Material Konstruksi

Perlu diketahui dengan pasti macam, jenis, dan jumlah material yang

diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan. Pemilihan jenis material yang

akan digunakan harus dilakukan diawal proyek, lalu dipisahkan

berdasarkan jenis material yang memerlukan waktu untuk pengadaan,

seperti material pabrikasi biasanya tidak dapat dibeli setiap saat, namun

memerlukan sejumlah waktu untuk proses produksi. Hal ini penting untuk

membuat jadwal rencana pengadaan material konstruksi.

d. Pengadaan Alat Pembangunan

Kegiatan yang memerlukan peralatan pendukung pembangunan harus

dideteksi secara jelas karena berkaitan dengan pengadaan peralatan. Jenis,

8

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Proyek · PDF filemenurunkan mutu yang dihasilkan, dan waktu pelaksanaanya. Dari segi teknis, ... ini dapat tercapai dengan cara menyediakan

kapasitas, kemampuan serta kondisi peralatan harus disesuaikan dengan

kegiatannya.

e. Gambar Kerja

Selain gambar rencana, pelaksanaan proyek konstruksi juga memerlukan

gambar kerja untuk bagian-bagian tertentu. Untuk itu, perlu dilakukan

pendataan bagian-bagian yang memerlukan gambar kerja.

f. Kontinuitas Pelaksanaan Pekerjaan

Dalam penyusunan rencana kerja, faktor paling penting yang harus

dijamin oleh pengelola proyek adalah kelangsungan dari susunan rencana

kegiatan setiap item pekerjaan.

2.4.2 Penjadwalan Proyek

Penjadwalan memiliki dua fungsi yaitu fungsi pengorganisasian dan fungsi

pengendalian. Dalam melaksanakan proyek konstruksi, terdapat tiga faktor yang

akan menjadi tolak ukur keberhasilan proyek konstruksi tersebut, yaitu biaya,

mutu, dan waktu. Pengalaman menunjukkan bahwa pemborosan biaya saat

pelaksanaan lebih disebabkan oleh ketidaktepatan dalam pengambilan keputusan

pada tahap penjadwalan. Oleh karena itu merencanakan jadwal pelaksanaan

sangat penting dalam suatu proyek konstruksi (Soeharto,1997).

Proses penjadwalan perlu memahami faktor-faktor yang melatarbelakangi

pembuatan jadwal proyek. Pemahaman faktor-faktor tersebut dilakukan dengan

mengkaji 6 tahapan dalam proses penjadwalan yaitu (Praboyo, 1999):

a. Identifikasi aktivitas-aktivitas proyek

Identifikasi aktivitas bertujuan untuk mengetahui secara rinci kegiatan-

kegiatan yang akan dilakukan selama pelaksanaan proyek.

Pengidentifikasian aktivitas yang baik dan lengkap biasanya diperoleh dari

peninjauan, pemahaman dan analisa cermat atas semua dokumen kontrak

proyek yang ada, karena itu dokumen kontrak proyek benar-benar lengkap

menginformasikan lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan.

b. Estimasi durasi aktivitas

Estimasi durasi aktivitas adalah memperkirakan panjang waktu yang perlu

untuk menyelesaikan aktivitas tersebut. Durasi aktivitas adalah fungsi dari

9

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Proyek · PDF filemenurunkan mutu yang dihasilkan, dan waktu pelaksanaanya. Dari segi teknis, ... ini dapat tercapai dengan cara menyediakan

jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan dan produk kerja setiap satuan

waktu. Kuantitas pekerjaan dapat diketahui dari lingkup atau dokumen

kontrak, sedangkan produk kerja tiap satuan waktu diperoleh dari data dan

pengalaman dengan memperhatikan ketersediaan semua sumber daya

(bahan, alat, tenaga kerja) dan kendala-kendala yang mungkin

mempengaruhi produktivitas.

c. Penyusunan rencana kerja proyek

Penyusunan rencana kerja proyek dimaksudkan untuk menentukan urutan

aktivitas kerja dalam melaksanakan proyek. Urutan aktivitas ini diperlukan

untuk menggambarkan hubungan antara berbagai aktivitas yang ada dalam

proses pelaksanaan proyek.

d. Penjadwalan aktivitas-aktivitas proyek

Penjadwalan aktivitas-aktivitas proyek pada dasarnya adalah penentuan

kapan suatu aktivitas harus mulai dan berakhir. Rangkaian aktivitas-

aktivitas dengan durasinya masing-masing yang telah diurutkan akan

membentuk rangkaian penjadwalan aktivitas, yang akan menjadi jadwal

pelaksanaan proyek. Penentuan jadwal proyek ini pada umumnya perlu

memenuhi total waktu yang disediakan untuk menyelesaikan proyek.

e. Peninjauan kembali dan analisa terhadap jadwal yang telah dibuat

Peninjauan kembali jadwal bertujuan untuk menjamin bahwa jadwal

proyek masuk akal dan lengkap, sedangkan analisa jadwal bermaksud

menjamin bahwa jadwal tersebut merupakan rencana yang dapat

dikerjakan dengan telah mempertimbangkan sumber daya dan manajerial

yang ada.

f. Penerapan jadwal

Penerapan jadwal merupakan tahap akhir proses perencanaan dan

penjadwalan proyek, dimana jadwal sudah harus lengkap dan akurat untuk

dipakai melaksanakan dan memonitor pelaksanaan proyek.

2.5 Kualifikasi Jasa Pelaksana Konstruksi

Penggolongan kualifikasi didasarkan pada kriteria tingkat atau kedalaman

kompetensi dan potensi kemampuan usaha, serta kemampuan melakukan

10

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Proyek · PDF filemenurunkan mutu yang dihasilkan, dan waktu pelaksanaanya. Dari segi teknis, ... ini dapat tercapai dengan cara menyediakan

pelaksanaan pekerjaan konstruksi berdasarkan kriteria resiko dan atau kriteria

penggunaan teknologi dan atau kriteria besaran biaya (nilai proyek atau nilai

pekerjaan).

2.5.1 Penetapan Kualifikasi

1. Badan Usaha yang berbadan hukum yang bersifat umum tanpa pengalaman

atau baru berdiri dan memenuhi persyaratan serta memiliki modal disetor

sama atau lebih dari 1 miliar tercantum dalam akta pendirian atau

perubahannya, dapat diberi kualifikasi Gred 5 dan maksimum 4 sub bidang

pekerjaan atau bagian sub bidang pekerjaan.

2. Badan Usaha kualifikasi Gred 5 baru sebagaimana dimaksud pada No.1 diatas

setelah 6 bulan sejak diterbitkan sertifikatnya, dapat menambah subbidang

atau bagian subbidang pekerjaan baru sesuai dengan perolehan pekerjaan dari

subbidang atau bagian subbidang pekerjaan yang dimilikinya, dengan

melampirkan bukti perolehan pekerjaan tersebut, batas jumlahnya sesuai

dengan yang ditetapkan untuk kualifikasi Gred 5.

3. Badan Usaha yang berbadan hukum bersifat spesialis tanpa pengalaman atau

baru berdiri, dan memiliki persyaratan serta memiliki modal disetor sama atau

lebih besar dari 1 miliar yang tercantum dalam akta pendirian badan usaha

atau perubahannya, dapat diberi kualifikasi Gred 5 satu subbidang pekerjaan

atau satu subbidang pekerjaan.

4. Badan Usaha bersifat umum tanpa pengalaman atau berdiri, dan memenuhi

persyaratan serta memiliki modal kurang dari 1 miliar dan yang tercantum

dalam akta pendirian badan usaha atau perubahannya, dapat diberi kualifikasi

Gred 2 dengan maksimum 4 (empat) subbidang atau bagian subbidang

pekerjaan

5. Badan Usaha bersifat spesialis tanpa pengalaman dan memenuhi persyaratan

serta memiliki modal kurang dari Rp. 1 milyar yang tercantum didalam akta

pendirian atau perubahannya, dapat diberi kualifikasi Gred 2, dengan

maksimum diberi 1 subbidang atau 1 bagian subbidang pekerjaan.

6. Badan Usaha asing dapat langsung diberikan kualifikasi Gred 7

11

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Proyek · PDF filemenurunkan mutu yang dihasilkan, dan waktu pelaksanaanya. Dari segi teknis, ... ini dapat tercapai dengan cara menyediakan

Tabel 2.1 Kualifikasi Jasa Pelaksana Konstruksi

Kualifikasi Golongan Bentuk Badan Usaha Batas Nilai

proyek

Gred 1 Mikro Perseorangan ≤ 100 Juta

Gred 2 Kecil

CV, Firma, Kopereasi

atau PT, tidak termasuk

badan usaha PT-PMA

≤ 300 Juta

Gred 3 Kecil

CV, Firma, Kopereasi

atau PT, tidak termasuk

badan usaha PT-PMA

≤ 600 Juta

Gred 4 Kecil

PT, Firma, Koperasi atau

CV, tidak termasuk

badan usaha PT-PMA

≤ 1 M

Gred 5 Menengah

Harus berbentuk PT,

tidak termasuk badan

usaha PT-PMA

> 1 M s/d 10 M

Gred 6 Besar Perseroan Terbaras (PT) > 1 M s/d 25 M

Gred 7 Besar

Perseroan Terbaras (PT),

termasuk badan usaha

PT-PMA

> 1 M s/d tak

terbatas

https://irikaw.wordpress.com/2012/05/23/kualifikasi-jasa-pelaksana-konstruksi-

kontraktor/

2.6 Pengertian Keterlambatan Proyek

Keterlambatan menurut Ervianto (2003) adalah sebagian waktu

pelaksanaan yang tidak dimanfaatkan sesuai dengan rencana kegiatan sehingga

menyebabkan satu atau beberapa kegiatan yang mengikuti menjadi tertunda atau

tidak dapat diselesaikan tepat sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan.

Menurut Praboyo (1999) keterlambatan pelaksanaan proyek umumnya

selalu menimbulkan akibat yang merugikan pemilik maupun kontraktor karena

dampak keterlambatan menyebabkan konflik dan perdebatan tentang apa dan

siapa yang menjadi penyebab, juga tuntutan waktu, dan biaya tambah.

12

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Proyek · PDF filemenurunkan mutu yang dihasilkan, dan waktu pelaksanaanya. Dari segi teknis, ... ini dapat tercapai dengan cara menyediakan

2.6.1 Dampak Keterlambatan Proyek

O’brien (1976) menyatakan bahwa dampak dari keterlambatan proyek

menimbulkan kerugian pada kontraktor, konsultan, dan owner. Kerugian tersebut

antara lain:

1. Pihak Kontraktor

Keterlambatan penyelesaian proyek berakibat naiknya overhead, karena

bertambah panjangnya waktu pelaksanaan. Biaya overhead meliputi biaya

untuk perusahaan secara keseluruhan, terlepas ada tidaknya kontrak yang

sedang ditangani.

2. Pihak Konsultan

Jika pelaksanaan proyek mengalami keterlambatan maka konsultan akan

mengalami kerugian waktu dan akan terlambat dalam mengerjakan proyek

yang lainnya.

3. Pihak Owner

Keterlambatan proyek pada pihak pemilik atau owner, berarti kehilangan

penghasilan dari bangunan yang seharusnya sudah dapat digunakan atau

disewakan. Apabila pemilik adalah pemerintah, untuk fasilitas umun misalnya

rumah sakit tentunya keterlambatan akan merugikan pelayanan kesehatan

masyarakat, atau merugikan program pelayanan yang telah disusun. Kerugian

ini tidak dapat dinilai dengan uang dan tidak dapat dibayar kembali.

Sedangkan apabila pihak pemilik adalah non pemerintah, misalnya

pembangunan gedung, pertokoan, atau hotel, tentu jadwal pemakaian gedung

tersebut akan mundur dari waktu yang direncanakan, sehingga ada waktu

kosong tanpa mendapatkan uang.

2.6.2 Penyebab Keterlambatan Proyek

Menurut Assaf (1995), faktor-faktor yang mempengaruhi waktu

pelaksanaan konstruksi terdiri dari sembilan (9) faktor dan 45 subfaktor yaitu:

1. Faktor bahan terdiri dari 6 subfaktor :

a. Kekurangan bahan konstruksi

b. Perubahan material pada bentuk, fungsi, dan spesifikasi

c. Keterlambatan pengiriman barang

13

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Proyek · PDF filemenurunkan mutu yang dihasilkan, dan waktu pelaksanaanya. Dari segi teknis, ... ini dapat tercapai dengan cara menyediakan

d. Kerusakan bahan di tempat penyimpanan

e. Keterlambatan pabrikasi khusus bahan bangunan

f. Ketidaktepatan waktu pemesanan

2. Faktor tenaga kerja terdiri dari 3 subfaktor :

a. Kekurangan tenaga kerja

b. Kemempuan tenaga kerja

c. Kesukaan atau nasionalisme atau kultur tenaga kerja

3. Faktor peralatan terdiri dari 6 subfaktor :

a. Kerusakan peralatan

b. Kekurangan peralatan

c. Kemempuan mandor atau operator yang kurang

d. Keterlambatan pengiriman peralatan

e. Produktivitas peralatan

f. Kesalahan manajemen peralatan

4. Faktor keuangan terdiri dari 4 subfaktor :

a. Ketersediaan keuangan selama pelaksanaan

b. Keterlambatan proses pembayaran pembayaran oleh owner

c. Tidak adanya uang insensif untuk kontraktor, apabila waktu penyelesaian

lebih cepat dari jadwal

d. Situasi perekonomian nasional (krisis moneter)

5. Faktor lingkungan terdiri dari 4 subfaktor :

a. Faktor sosial dan budaya

b. Pengaruh udara panas pada aktivitas konstruksi

c. Pengaruh hujan pada aktivitas konstruksi

d. Pengaruh keamanan lingkungan terhadap pembangunan proyek

6. Faktor perubahan terdiri dari 5 subfaktor :

a. Terjadi perubahan desain oleh perencana

b. Kesalahan desain yang dibuat oleh perencana

c. Kesalahan dalam penyelidikan tanah

d. Kondisi permukaan air ba wah tanah di lapangan

e. Masalah geologi di lokasi

14

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Proyek · PDF filemenurunkan mutu yang dihasilkan, dan waktu pelaksanaanya. Dari segi teknis, ... ini dapat tercapai dengan cara menyediakan

7. Faktor hubungan dengan pemerintah terdiri dari 3 subfaktor :

a. Perolehan ijin dari pemerintah

b. Perolehan ijin tenaga kerja

c. Birokrasi yang berbelit-belit dalam operasi proyek

8. Faktor kontrak terdiri dari 6 subfaktor :

a. Konflik antara kontraktor dan konsultan

b. Tidak ada kerja sama antara kontraktor dengan owner

c. Keterlambatan owner dalam pembuatan keputusan

d. Negosiasi dan perijinan pada kontrak

e. Perselisihan pekerjaan antara bagian-bagian yang berbeda dalam proyek

f. Komunikasi yang kurang antara owner dengan perencana

9. Faktor waktu dan kontrol terdiri dari 8 subfaktor :

a. Persiapan jadwal kerja dan revisi oleh konsultan ketika konstruksi sedang

berjalan

b. Prosedur pemeriksaan dan pengetesan dalam proyek

c. Tanda-tanda pengontrolan praktisi pada pekerjaan dalam lokasi proyek

d. Kekurangan tenaga dan manajemen terlatih untuk mendukung pelaksanaan

konstruksi

e. Masalah yang terjadi selama pelaksanaan

f. Tidak memenuhi perencanaan awal proyek

g. Persiapan dan ijin shop drawing

h. Menunggu ijin untuk kontrol material

Menurut Lewis dan Atherley dalam buku Langford (1999), mengidentifikasi

beberapa penyebab keterlambatan, yaitu :

1. Keterlambatan pembayaran oleh owner

2. Pelaksanaan tahapan pekerjaan yang jelek oleh kontraktor

3. Kesalahan pengelolaan material oleh kontraktor

4. Kekurangan tenaga kerja oleh kontraktor

5. Hujan deras atau lokasi pekerjaan yang tergenang air

6. Keadaan tanah yang berbeda dari yang diharapkan

7. Pekerjaan tambahan yang diminta oleh owner

15

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Proyek · PDF filemenurunkan mutu yang dihasilkan, dan waktu pelaksanaanya. Dari segi teknis, ... ini dapat tercapai dengan cara menyediakan

8. Perubahan dalam pekerjaan plumbing, struktur dan elektrikal

9. Kesalahan dalam perencanaan dan spesifikasi

10. Ketidakjelasan perencanaan dan spesifikasi

11. Perubahan-perubahan dalam perencanaan dan spesifikasi

12. Kesalahan dalam menginterprestasikan gambar atau spesifikasi

13. Perubahan metode kerja oleh kontraktor

14. Change order oleh owner

15. Perencanaan schedule pekerjaan yang kurang baik oleh kontraktor

16. Produktifitas yang kurang optimal dari kontraktor

17. Perubahan scope pekerjaan konsultan

18. Pemogokan yang dilakukan oleh kontraktor

19. Memperbaiki pekerjaan yang sudah selesai

20. Memperbaiki kerusakan suatu pekerjaan akibat pemogokan

21. Terlambatnya persetujuan shop drawing oleh konsultan

Menurut Andi et al (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi waktu pelaksanaan

konstruksi, yang terdiri dari tujuh (7) faktor dan 30 subfaktor yaitu:

1. Faktor tenaga kerja terdiri dari 6 subfaktor :

a. Keahlian tenaga kerja

b. Kedisiplinan tenaga kerja

c. Motivasi kerja tenaga kerja

d. Angka ketidakhadiran

e. Ketersediaan tenaga kerja

f. Pergantian tenaga kerja baru

2. Faktor bahan terdiri dari 3 subfaktor :

a. Pengiriman barang

b. Ketersedian bahan

c. kualitas bahan

3. Faktor peralatan terdiri dari 2 subfaktor :

a. Ketersedian peralatan

b. Kualitas peralatan

16

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Proyek · PDF filemenurunkan mutu yang dihasilkan, dan waktu pelaksanaanya. Dari segi teknis, ... ini dapat tercapai dengan cara menyediakan

4. Faktor karakteristik tempat terdiri dari 6 subfaktor :

a. Keadaan permukaan dan di bawah permukaan tanah

b. Penglihatan atau tanggapan lingkungan sekitar

c. Karakteristik fisik bangunan sekitar lokasi proyek

d. Tempat penyimpanan bahan

e. Akses ke loaksi proyek

f. Kebutuhan ruang kerja

5. Faktor manajerial terdiri dari 8 subfaktor :

a. Pengawasan proyek

b. Kualitas pengontrolan pekerjaan

c. Pengalaman manajer lapangan

d. Perhitungan keperluan material

e. Komunikasi antara konsultan dan kontraktor

f. Komunikasi antara kontraktor dan pemilik

g. Jadwal pekerjaan yang harus diselesaikan

h. Persiapan atau penetapan rancangan tempat

6. Faktor keuangan terdiri dari 2 subfaktor :

a. Pembayaran oleh pemilik

b. Harga material

7. Faktor-faktor lainnya terdiri dari 3 subfaktor :

a. Intensitas curah hujan

b. Kondisi ekonomi

c. Kecelakaan kerja

Menurut Kraiem dan Dickman dalam Praboyo (1999), penyebab-penyebab

keterlambatan pelaksanaan proyek dapat dikategorikan dalam tiga (3) kelompok,

yaitu:

1. Keterlambatan yang layak mendapatkan ganti rugi (Compensable Delay)

adalah keterlambatan yang disebabkan oleh tindakan, kelalaian atau kesalahan

pemilik proyek.

2. Keterlambatan yang tidak dapat dimaafkan (Non-Excusable Delay) adalah

keterlambatan yang disebabkan oleh tindakan, kelalaian atau kesalahan

kontraktor.

17

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Proyek · PDF filemenurunkan mutu yang dihasilkan, dan waktu pelaksanaanya. Dari segi teknis, ... ini dapat tercapai dengan cara menyediakan

3. Keterlambatan yang dapat dimaafkan (Excusable Delay) adalah keterlambatan

yang disebabkan oleh kejadian-kejadian diluar kendali baik pemilik maupun

kontraktor.

Praboyo (1999) menghasilkan rangkuman sebanyak 22 jenis penyebab untuk

kategori Comensable Delay (CD), 18 jenis penyebab intuk kategori Non-

Excusable Delay (NED) dan 5 jenis penyebab untuk kategori Excusable Delay

(ED). Temuan 45 jenis penyebab katerlambatan yang telah dikelompokan

dalam 3 kategori, dengan demikian perlu diklasifikasikan keberadaannya

dalam aspek manajemen yang akan ditinjau. Pada penelitian yang telah

dilakukan oleh Praboyo (1999), diambil 6 aspek kajian, yakni:

1. Aspek Perencanaan dan Penjadwalan Pekerjaan, sebanyak 6 jenis

penyeban.

2. Aspek Lingkup dan Dokumen Pekerjaan, sebanyak 8 jenis penyebab.

3. Aspek Sistem Organisasi, Koordinasi dan Komunikasi, sebanyak 9 jenis

penyebab.

4. Aspek Kesiapan/Penyiapan Sumber Daya, sebanyak 8 jenis penyebab.

5. Aspek Sistem Inspeksi, Kontrol, dan Evaluasi Pekerjaan, sebanyak 7 jenis

penyebab.

6. Aspek lain-lain (aspek diluar kemampuan pemilik dan kontraktor),

sebanyak 7 jenis penyebab.

Hubungan antara ke-45 jenis penyebab keterlambatan, 6 aspek manajemen

dan 3 kategori jenis penyebab dapat dilihat pada table 2.1

Tabel 2.2 Hubungan antara ke-45 jenis penyebab katerlambatan, 6 aspek

manajemen dan 3 kategori jenis penyebab (1/3)

No Tinjauan Aspek dan Sebab Keterlambatan Kategori Jenis Keterlambatan

CD NED ED A Aspek Perencanaan dan Penjadwalan

1 Penetapan jadwal proyek yang sangat ketat oleh pemilik •

2 Identitas jenis pekerjaan yang tidak lengkap •

3 Urutan rencana kerja yang tidak tersusun dengan baik •

4 Penentuan durasi waktu yang tidak seksama •

18

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Proyek · PDF filemenurunkan mutu yang dihasilkan, dan waktu pelaksanaanya. Dari segi teknis, ... ini dapat tercapai dengan cara menyediakan

Tabel 2.2 Lanjutan (2/3)

No Tinjauan Aspek dan Sebab Keterlambatan Kategori Jenis Keterlambatan

CD NED ED 5 Rencana kerja pemilik yang sering berubah-ubah •

6 Metode konstruksi atau pelaksanaan kerja yang tidak tepat •

B Aspek Lingkup dan Dokumen Pekerjaan (Kontrak)

1 Perencanaan (gambar/spesifikasi) yang salah atau tidak lengkap •

2 Perubahan desain atau detail pekerjaan pada waktu pelaksanaan •

3 Perubahan dalam lingkup pekerjaan pada waktu pelaksanaan •

4 Proses pembuatan gambar kerja dari kontraktor •

5 Proses permintaan dan persetujuan gambar kerja oleh owner •

6 Ketidaksepahaman aturan pembuatan gambar kerja •

7 Adanya banyak pekerjaan tambahan dari pemilik •

8 Adanya permintaan perubahan atas pekerjaan yang telah selesai oleh pemilik •

C Aspek Sistem Organisasi, Koordinasi dan Komunikasi

1 Keterbatasan wewenang pemilik dalam pengambilan keputusan •

2 Kualifikasi pemilik yang tidak professional dibidangnya •

3 Cara inspeksi dan kontrol pekerjaan yang birokratis oleh pemilik •

4 Kegagalan pemilik mengkoordinasikan pekerjaan dari banyak kontraktor atau subkontraktor •

5 Kegagalan pemilik mengkoordinasi penggunaan lahan •

6 Keterlambatan dalam penyediaan alat atau bahan oleh pemilik •

7 Kualifikasi teknis dan manajerial yang buruk dari personel-personel dalam organisasi kerja kontraktor

8 Koordinasi dan komunikasi yang buruk antara bagian-bagian dalam organisasi kerja kontraktor •

9 Terjadinya kecelakaan dalam proses kerja • D Aspek Kesiapan/ Penyiapan Sumber Daya

1 Keterlambatan dalam mobilisasi sumber daya (bahan, alat, tenaga kerja) •

19

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Proyek · PDF filemenurunkan mutu yang dihasilkan, dan waktu pelaksanaanya. Dari segi teknis, ... ini dapat tercapai dengan cara menyediakan

Tabel 2.2 Lanjutan (3/3)

No Tinjauan Aspek dan Sebab Keterlambatan Kategori Jenis Keterlambatan

CD NED ED

2 Keahlian, keterampilan, dan motivasi kerja para pekerja lapangan yang kurang •

3 Kurang memadainya jumlah tenaga kerja •

4 Tidak tersedianya bahan yang cukup atau layak sesuai dengan kebutuhan •

5 Tidak tersedianya alat atau peralatan kerja yang cukup mendukung pelaksanaan pekerjaan •

6 Keterlambatan atau kelalaian oleh subkontraktor pekerjaan •

7 Pendanaan kegiatan proyek yang kurang terencana dengan baik •

8 Tidak terbayarnya kontraktor secara layak sesuai dengan pekerjaan yang telah dikerjakan •

E Aspek Sistem Inspeksi, Kontrol, dan Evaluasi Pekerjaan

1 Pengajuan contoh bahan dari kontraktor yang tidak terjadwal •

2 Proses permintaan dan persetujuan contoh bahan dari pemilik yang cukup lama •

3 Proses pengujian dan evaluasi uji bahan dari pemilik yang tidak relevan •

4 Proses persetujuan ijin kerja yang berbelit-belit • 5 Kegagalan kontraktor melakukan pekerjaan •

6 Banyak hasil pekerjaan yang harus diperbaiki atau diulang karena hasil yang kurang baik •

7 Proses evaluasi kemajuan pekerjaan yang lama melalui jadwal yang disepakati •

F Aspek Lain-lain (aspek di luar kemampuan pemilik dan kontraktor)

1 Kondisi fisik bangunan kerja proyek tidak sesuai dengan dugaan •

2 Transportasi menuju lokasi proyek yang sulit •

3 Terjadi hal-hal yang tidak terduga seperti kebakaran, banjir, badai, gempa bumi, tanah longsor

4 Adanya huru-hara atau perang • 5 Terjadinya pemogokan kerja •

6 Terjadinya kerusakan akibat pelalaian atau perbuatan pihak ketiga •

7 Perubahan situasi atau kebijaksanaan polotik dan ekonomi dari peerintah •

Sumber : Praboyo (1999)

20

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Proyek · PDF filemenurunkan mutu yang dihasilkan, dan waktu pelaksanaanya. Dari segi teknis, ... ini dapat tercapai dengan cara menyediakan

Keterangan: CD = Compensable Delay

NED = Non-Excusable Delay

ED = Excusable Delay

2.7 Data dan Pengukuran

Data merupakan bahan mentah yang perlu diolah agar menghasilkan

informasi atau katerangan, baik kualitatif maupun kuantitatif yang menunjukan

fakta. Sedangkan pengukuran adalah proses atau cara mengukur, pengukuran

dapat berupa skala pengukuran yang dimaksudkan untuk mengklarifikasi variabel

yang akan diukur agar tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan

langkah penelitian selanjutnya (Riduwan, 2008).

2.7.1 Pengumpulan data

Pada umumnya, pengumpulan data pada penelitian dilakukan dengan cara

pengumpulan data primer maupun sekunder. Data primer adalah data yang

didapatkan dari hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang dilakukan

oleh peneliti terhadap responden. Sedangkan data sekunder adalah data yang

didapat dari pihak lain atau data primer yang telah diolah lebih lanjut dan

disajikan dalam bentuk table-tabel atau diagram-diagram (Sugiarto, 2003).

2.7.2 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari subjek atau objek

yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Populasi mencangkup segala hal,

termasuk benda-benda alam, dan bukan sekedar jumlah yang ada pada objek

(Sugiyono, 2011)

2.7.3 Sampel

Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut. Bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin meneliti

21

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Proyek · PDF filemenurunkan mutu yang dihasilkan, dan waktu pelaksanaanya. Dari segi teknis, ... ini dapat tercapai dengan cara menyediakan

semua yang ada pada populasi, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang

diambil dari populasi tersebut (Sugiyono, 2011).

2.7.4 Teknik Sampling

Teknik pengambilan sampel atau teknik sampling merupakan cara

pengambilan sampel yang representative dari populasi. Pengambilan sampel ini

harus dilakukan dengan tepat agar diperoleh sampel yang benar-benar dapat

mewakili atau dapat menggambarkan keadaan populasi yang sebenarnya.

Secara umum terdapat dua macam teknik penganbilan sampel yang

digunakan dalam penelitian (Ridwan, 2008), yaitu :

1. Probability Sampling

Probability sampling adalah teknik sampling yang digunakan untuk

memberi peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk dipilih

menjadi anggota sampel.

2. Nonprobability Sampling

Nonprobability sampling adalah teknik smpling yang tidak memberikan

kesempatan (peluang) yang sama pada setiap anggota populasi untuk

dijadikan anggota sampel. Nonprobability sampling terdiri dari :

a. Sampling Sistematis

Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel yang

didasarkan atas urutan dari populasi yang telah diberi nomor urut atau

anggota sampel diambil dari populasi pada jarak interval waktu dan

ruang dengan urutan seragam.

b. Sampling Kuota

Sampling kuota adalah teknik pengambilan sampel yang didasarkan

pada pertimbangan-pertimbangan tertentu dari peneliti atau penentuan

sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah

yang dikehendaki.

c. Sampling Aksidental

Sampling aksidental merupakan teknik pengambilan sampel

berdasarkan faktor spontanitas. Artinya, siapa saja dengan secara tidak

22

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Proyek · PDF filemenurunkan mutu yang dihasilkan, dan waktu pelaksanaanya. Dari segi teknis, ... ini dapat tercapai dengan cara menyediakan

sengaja bertemu dengan peneliti dan sesuai dengan karakteristiknya,

maka orang tersebut dapat digunakan sebagai sampel.

d. Purposive Sampling (sampling pertimbangan)

Purposive sampling adalah teknik sampling yang digunakan peneliti

jika peneliti mempunyai pertimbangan-pertimbangan tertentu dalam

pengambilan sampel atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu.

e. Sampling Jenuh

Sampling jenuh adalah teknik pengambilan sampel apabila semua

populasi digunakan sebagai sampel, sering juga dikenal dengan istilah

sensus. Sampling jenuh dilakukan apabila populasinya kurang dari 30

responden.

f. Snowball Sampling

Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel yang semula

berjumlah kecil kemudian anggota sampel mengajak temannya untuk

dijadikan sampel dan seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin

bertambah jumlahnya.

2.7.5 Skala Pengukuran

Skala pengukuran dilakukan bermaksud untuk mengkasifikasikan variabel

yang akan diukur agar tidak terjadi kesalahan dalam menentukan analisis data dan

langkah penelitian selanjutnya. Jenis skala pengukuran yang digunakan dalam

penelitian ini adalah skala likert. Skala liker digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat, dan persepsi seseorang atau kelompok tentang gejala sosial.

Dengan menggunakan skala likert, maka variabel yang akan diukur

dijabarkan menjadi dimensi, dimensi dijabarkan menjadi sub variabel kemudian

sub variabel dijabarkan lagi menjadi indikator-indikator yang dapat diukur.

Selanjutnya indikator-indikator yang terukur ini dapat dijadikan titik tolak untuk

membuat item instrumen yang berupa pertanyaan atau pernyataan yang perlu

dijawab oleh responden. Setiap jawaban dihubungkan dengan bentuk pernyataan

atau dukungan sikap yang diungkapkan dengan kata-kata (Ridwan, 2008)

23

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Proyek · PDF filemenurunkan mutu yang dihasilkan, dan waktu pelaksanaanya. Dari segi teknis, ... ini dapat tercapai dengan cara menyediakan

Dengan menanggapi pertanyaan dalam skala likert, responden menentukan

tingkat persetujuan mereka terhadap suatu pernyataan dengan memilih salah satu

dari pilihan yang tersedia yaitu:

1. Sangat Berpengaruh

2. Berpengaruh

3. Ragu-Ragu

4. Tidak Berpengaruh

5. Sangat Tidak Berpengaruh

2.8 Pengujian Instrumen

Sebelum melakukan analisa data yang dikumpukan terlebih dahulu

dilakukan pengujian instrument penelitian yaitu pengujian validitas dan

realibilitas.

2.8.1 Uji Validitas Instrumen

Menurut Ghozali (2009), uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau

valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dinyatakan valid jika pertanyaan

pada kuesioner tersebut dapat mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh

kuesioner tersebut. Jadi uji validitas mengukur apakah pertanyaan dalam

kuesioner yang dibuat betul-betul dapat mengukur apa apa yang akan diukur.

Syarat minimum suatu kuesioner untuk dinyatakan valid adalah jika r bernilai 0,3

(Sugiono, 2009). Uji validitas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

(2.1)

Dimana:

X = Skor yang diperoleh jawaban responden

Y = Skor total dari variabel untuk responden ke-n

∑X = Jumlah skor dalam distribusi X

∑Y = Jumlah skor dalam distribusi Y

∑X2 = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi X

24

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Proyek · PDF filemenurunkan mutu yang dihasilkan, dan waktu pelaksanaanya. Dari segi teknis, ... ini dapat tercapai dengan cara menyediakan

∑Y2 = Jumlah kuadrat dalam skor distribusi Y

N = Jumlah Responden

2.8.2 Uji Reliabilitas Instrumen

Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur variabel dari suatu kuesioner.

Suatu kuesioner dapat dinyatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap

pertanyaan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Suatu variabel dapat

dikatakan reliabel jika memberikan nilai Cronbach Alpha > 0,6 (Nunnaly dalam

Ghozali, 2009). Uji validitas dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

(2.2)

Dimana :

k = jumlah item

∑Si2 = jumlah varians sampel seluruh item

∑St2 = jumlah varians skor total

2.9 Analisis Data Relatif Indeks

Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis Relatif Indeks. Berikut

adalah tahapan perhitungan yang harus dilakukan untuk mendapatkan nilai Relatif

Indeks yaitu:

2.9.1 Perhitungan Nilai Total

Data yang diperoleh dari responden kemudian ditabulasikan dan dilakukan

perhitungan nilai total untuk setiap faktor keterlambatan yaitu sebagai berikut:

∑n = n1 + n2 + n3 + ….. + nn (2.3)

Keterangan:

∑n = Nilai total setiap faktor

n = Jumlah subfaktor setiap faktor

25

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Proyek · PDF filemenurunkan mutu yang dihasilkan, dan waktu pelaksanaanya. Dari segi teknis, ... ini dapat tercapai dengan cara menyediakan

2.9.2 Perhitungan Skor Total

Setelah mendapatkan nilai total perlu dilakukan perhitungan skor total

karena setiap faktor memiliki jumlah subfaktor yang berbeda. Skor total dapat

dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Skor Total = (2.4)

2.9.3 Perhitungan Relatif Indeks

Pada penelitian ini menggunakan teknik analisis Relatif Indeks. Penentuan

Relatif Indeks bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh faktor-faktor

yang diteliti, dimana ini akan berkisar antara 0 (minimum) dan 1 (maksimum),

semakin mendekati 1 nilai RI semakin berpengaruh faktor tersebut dalam

pelaksanaan proyek konstruksi (Rimbawa, 2008).

Rumus RI dinyatakan sebagai berikut:

RI = x 100% (2.5)

Dimana :

RI = Relatif Indeks

5 =Jumlah kriteria penilaian yang terdiri dari 5

tingkat persetujuan yaitu:

- Sangat Berpengaruh (skor 5)

- Berpengaruh (skor 4)

- Ragu-Ragu (skor 3)

- Tidak Berpengaruh (skor 2)

- Sangat Tidak Berpengaruh (skor 1)

2.10 Analisis Faktor

Analisis faktor adalah suatu analisis data untuk mengetahui faktor-faktor

yang dominan dalam menjelaskan suatu masalah. Tujuan utama teknik ini ialah

26

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Proyek · PDF filemenurunkan mutu yang dihasilkan, dan waktu pelaksanaanya. Dari segi teknis, ... ini dapat tercapai dengan cara menyediakan

untuk membuat ringkasan informasi yang dikandung dalam sejumlah besar

variabel kedalam suatu kelompok faktor yang lebih kecil. Secara statistik tujuan

pokok teknik ini ialah untuk menentukan kombinasi linier variabel-variabel yang

akan membantu dalam penyelidikan saling berkaitnya variabel-variabel tersebut.

Atau dalam kata lain digunakan untuk mengidentifikasi variabel-variabel. Teknik

ini bermanfaat untuk mengurangi jumlah data dalam rangka untuk

mengidentifikasi sebagian kecil faktor yang dapat menerangkan varians yang

sedang diteliti secara lebih jelas dalam suatu kelompok variabel yang jumlahnya

lebih besar (Supranto, 2010). Analisis faktor menggunakan Statistical Program

for Sosial Science (SPSS) for Windows.

Secara umum tahapan dalam analisa faktor adalah sebagai berikut:

1. Menentukan nilai KMO (Kaiser-Mayer-Olkin), nilainya dianggap layak

jika diatas 0,50.

2. Menentukan Measure of Sampling Adequence (MSA), yaitu kelayakan

untuk seluruh matrik korelasi dari setiap variabel yang diobservasi untuk

dilakukan analisa faktor. Nilai (MSA) yang layak dianalisis adalah 0,50.

3. Melakukan esktrasi faktor, kriteria esktrasi yang digunakan adalah latent

root criterion yaitu berdasarkan eigen value. Metode yang dapat

digunakan dalam ekstrasi faktor antara lain Principal Component Analysis.

4. Menginterpretasikan hasil analisis faktor. Hasil yang dilihat pada bobot

faktor dan nilai komunitas (persentase varians variabel yang kombinasikan

ke dalam korelasi dengan variabel lain).

27