BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41488/3/BAB 2.pdf · cukup dan...

18
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Prayitno et al., (2013), melakukan analisis Efisiensi Pemasaran Cabai Merah di Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung. Analisis yang digunakan adalah metode pangsa produsen, margin dan Rasio Profit Margin (RPM), korelasi harga, dan elastisitas efisiensi pemasaran cabai merah melalui model SCP ( Structure, Conduct, and Performance). Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja di Kecamatan Adiluwih. Pengambilan sampel petani dilakukan menggunakan teknik acak sederhana sebanyak 60 orang responden dari total 246 petani cabai merah di Kecamatan Adiluwih, dan pedagang menggunakan teknik mengikuti alur pemasaran. Berdasarkan hasil analisis, disimpulkan bahwa sistem pemasaran cabai merah di Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung sudah efisien dilihat dari pangsa produsen (PS >70%), walaupun struktur pasar yang terjadi adalah pasar tidak bersaing sempurna (oligopsoni). Perilaku pasar menunjukkan bahwa harga lebih banyak ditentukan oleh pedagang. Keragaan pasar menunjukkan terdapat tiga saluran pemasaran dengan penyebaran margin dan rasio profit margin tidak merata antar lembaga pemasaran, korelasi harga relatif sedang (r = 0,728), dan nilai elastisitas transmisi harga lebih besar dari satu (Et>1). Perbedaan penelitian ini terletak pada analisis perilaku pasar, analisis korelasi harga, elastisitas efisiensi pemasaran. Kesamaan terletak pada model pendekatan yang menggunakan pendekatan S-C-P dan komoditas yang diteliti. Eni Istiyanti (2010), melakukan analisis Efisiensi Pemasaran Cabai Merah Keriting di Kecamatan Ngepak Kabupaten Sleman. Tujuan untuk mengetahui

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41488/3/BAB 2.pdf · cukup dan...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41488/3/BAB 2.pdf · cukup dan adanya kekuatan tawar-menawar yang lebih kuat. Lembaga pemasaran menghendaki keuntungan

7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Prayitno et al., (2013), melakukan analisis Efisiensi Pemasaran Cabai

Merah di Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung. Analisis

yang digunakan adalah metode pangsa produsen, margin dan Rasio Profit Margin

(RPM), korelasi harga, dan elastisitas efisiensi pemasaran cabai merah melalui

model SCP ( Structure, Conduct, and Performance). Pemilihan lokasi dilakukan

secara sengaja di Kecamatan Adiluwih. Pengambilan sampel petani dilakukan

menggunakan teknik acak sederhana sebanyak 60 orang responden dari total 246

petani cabai merah di Kecamatan Adiluwih, dan pedagang menggunakan teknik

mengikuti alur pemasaran. Berdasarkan hasil analisis, disimpulkan bahwa sistem

pemasaran cabai merah di Kecamatan Adiluwih Kabupaten Pringsewu Provinsi

Lampung sudah efisien dilihat dari pangsa produsen (PS >70%), walaupun

struktur pasar yang terjadi adalah pasar tidak bersaing sempurna (oligopsoni).

Perilaku pasar menunjukkan bahwa harga lebih banyak ditentukan oleh pedagang.

Keragaan pasar menunjukkan terdapat tiga saluran pemasaran dengan penyebaran

margin dan rasio profit margin tidak merata antar lembaga pemasaran, korelasi

harga relatif sedang (r = 0,728), dan nilai elastisitas transmisi harga lebih besar

dari satu (Et>1). Perbedaan penelitian ini terletak pada analisis perilaku pasar,

analisis korelasi harga, elastisitas efisiensi pemasaran. Kesamaan terletak pada

model pendekatan yang menggunakan pendekatan S-C-P dan komoditas yang

diteliti.

Eni Istiyanti (2010), melakukan analisis Efisiensi Pemasaran Cabai Merah

Keriting di Kecamatan Ngepak Kabupaten Sleman. Tujuan untuk mengetahui

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41488/3/BAB 2.pdf · cukup dan adanya kekuatan tawar-menawar yang lebih kuat. Lembaga pemasaran menghendaki keuntungan

8

saluran pemasaran, margin pemasaran, bagian harga yang diterima petani pada

masing-masing saluran pemasaran, dan efisiensi pemasaran cabai merah keriting

di Kecamatan Ngemplak Kabupaten Sleman. Analisis menggunakan metode

deskriptif yaitu penelitian memusatkan pada masalah-masalah yang ada dimasa

sekarang (aktual). Pengambilan sampel petani menggunakan metode cluster.

Analisis efisiensi pemasaran dengan membandingkan nilai Indeks Efisiensi

Ekonomis (IEE) dan nilai Indeks Efisiensi Teknis (IET). Berdasarkan penelitian

dapat disimpulkan bahwa saluran I pedagang pengecer menjual cabai merah

keriting ke Pasar Pakem lebih efisien dibandingkan pedagang pengecer.

Perbedaan penelitian ini terletak pada metode pendekatan, metode penentuan

sampel. Kesamaan terletak pada penelitian yang diangkat yaitu saluran

pemasaran, efisiensi pemasaran, margin pemasaran.

Ali et al. (2017), melakukan analisis Efisiensi Pemasaran Kubis di

Kecamatan Gisting Kabupaten Taggamus. Penentuan sampel menggunakan

accidental sampling, teknik penentuan sampel secara kebetulan, yaitu petani

secara kebetulan (accidental) bertemu dengan peneliti. Analisis yang digunakan

adalah metode pendekataan S-C-P (Structure, Conduct, and Performance).

Disimpulkan bahwa struktur pasar dalam sistem pemasaran kubis di Kecamatan

Gisting cenderung menghadapi struktur pasar oligopsonistik di tingkat petani,

tetapi produk homogen dan pelaku pasar bebas masuk keluar pasar. Penentuan

dan pembentukan harga terjadi cukup sederhana di tingkat petani hingga

konsumen akhir, akan tetapi masih merugikan petani sebagai price taker, metode

pembayaran petani bersifat sistem tunda. Producer share menunjukkan angka

yang masih rendah (hanya ≤ 54,49%), margin pemasaran cenderung tinggi

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41488/3/BAB 2.pdf · cukup dan adanya kekuatan tawar-menawar yang lebih kuat. Lembaga pemasaran menghendaki keuntungan

9

(terutama di tingkat pedagang pengecer), RPM tidak merata, terutama di tingkat

pedagang pengumpul dan tengkulak, dan laju perubahan harga di tingkat

konsumen akhir lebih besar dibandingkan dengan laju perubahan harga di tingkat

produsen. Perbedaan penelitian ini terletak pada metode penentuan sampel,

komoditi yang diteliti. Kesamaan penelitian ini terletak pada analisis dan metode

pendekatan yang digunakan.

Putritamara, Fanani, & Utami (2016), melakukan analisis Efisiensi

Pemasaran Telur Ayam Ras di Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar. Tujuan

penelitian untuk menentukan pola saluran pemasaran dan efisiensi pemasaran

telur ayam. Responden petani dipilih sebagai sampel convenience, grosir dan

konsumen yang dipilih menggunakan metode purposive sampling. Pengambilan

sampel dilakukan dengan snowball sampling dengan kriteria lebih dari lima

tahun. Metode pengumpulan data menggunakan analisis data kuantitatif melalui

perhitungan margin dan nilai share peternak dilakukan pendekatan kualitatif

melalui analisis SCP, maka kualitatif analisis data dengan model persamaan

struktural melalui SEM. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lima pola saluran

pemasaran yang terjadi di Kecamatan Kanigoro Kabupaten Blitar untuk Grade

AA dan A memiliki 4 pola saluran pemasaran. Perbedaan penelitian ini terletak

pada komoditas, metode pengambilan sampel, tempat penelitian. Kesamaan

penelitian ini terletak pada metode pendekatan S-C-P.

Ridhawardani, Pardian, & Mukti (2017), menggunakan Analisis Efisiensi

Pemasaran Bunga Mawar Potong, di Desa Kertawangi, Kecamatan Cisarua,

Kabupaten Bandung Barat. Analisis menggunakan desain penelitian kualitatif

dengan teknik studi kasus. Analisis data yang digunakan adalah margin

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41488/3/BAB 2.pdf · cukup dan adanya kekuatan tawar-menawar yang lebih kuat. Lembaga pemasaran menghendaki keuntungan

10

pemasaran, Farmer’s Share, Rasio Keuntungan terhadap Biaya, Indeks Efisiensi

Teknis dan Indeks Efisiensi Ekonomis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

terdapat tiga saluran pemasaran yang paling efisien adalah saluran pemasaran III

(Petani – Pedagang Pengecer – Konsumen) dibandingkan saluran saluran

pemasaran I dan II. Perbedaan penelitian ini pada metode analisis data, komoditas

yang diteliti. Persamaan penelitian ini adalah Farmer Share, margin pemasaran.

2.2 Kajian Pustaka

2.2.1 Pemasaran Pertanian

Menurut Sudiyono (2001), pemasaran adalah usaha dengan menggunakan

pasar untuk melakukan pertukaran yang bertujuan untuk memenuhi aktivitas

keinginan manusia. Pemasaran melalui komoditi pertanian ataupun komoditi non

pertanian. Pemasaran komoditi non pertanian lebih bersifat distributif, sedangkan

pemasaran komoditi pertanian bersifat konsentratif-distributif yaitu komoditi

pertanian dihasilkan secara terpencar-pencar, berupa bahan mentah yang perlu

pengolahan lebih lanjut dalam jumlah yang relatif sedikit sehingga menutupi

biaya-biaya yang diperlukan lembaga pemasaran dalam melakukan fungsi-fungsi

pemasaran diperlukan volume pedagang yang besar. Pemasaran pertanian dilihat

dari proses konsentrasi yaitu pengumpulan produk-produk pertanian dari petani ke

tengkulak, pedagang pengepul dan pedagang besar serta diakhiri proses distribusi

yaitu penjualan barang dari pedagang ke agen, pengecer, dan konsumen.

2.2.2 Efisiensi Pemasaran

Menurut Sudiyono (2001), pengukuran efisiensi pemasaran menggunakan

perbandingan output pemasaran dengan biaya pemasaran pada umumnya dapat

digunakan untuk memperbaiki efisiensi pemasaran dengan mengubah rasio

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41488/3/BAB 2.pdf · cukup dan adanya kekuatan tawar-menawar yang lebih kuat. Lembaga pemasaran menghendaki keuntungan

11

keduanya. Konsep efisiensi pemasaran sangat luas dan bersifat dinamis. Secara

sederhana konsep efisiensi didekati dengan rasio output-input. Suatu proses

pemasaran dikatakan efisien apabila:

1. Output tetap konstan dicapai dengan input yang lebih sedikit.

2. Output meningkat sedangkan input yang digunakan tetap konstan.

3. Output dan input sama-sama mengalami kenaikan, tetapi laju kenaikan dan

output lebih cepat daripada laju input.

4. Output dan input sama-sama mengalami penurunan, tetapi laju penurunan

output lebih lambat daripada laju penurunan input.

Output pemasaran ini berupa kepuasan konsumen akibat pertambahan

utiliti terhadap output-output pertanian yang dikonsumsi konsumen tersebut.

Tambahan utility terhadap output-output pertanian ditimbulkan karena adanya

fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi penyediaan sarana pemasaran. Penilaian

efisiensi pemasaran dengan menggunakan rasio output-input sulit dilakukan.

2.2.3 Cabai Merah Besar

Cabai adalah salah satu jenis sayuran hortikultura yang memiliki rasa

pedas. Tanaman cabai berasal dari Amerika Tengah dan sudah berabad-abad

lamanya ditanam di Indonesia. Bentuk dan ukurannya sangat bervariasi, mulai

dari bulat, lonjong sampai Panjang. Ukurannya juga beragam, mulai dari kecil

sampai besar. Jenis cabai besar biasanya disebut “bell pepper” atau paprika

(Suyanti, 2007). Cabai merah besar mempunyai banyak varietas. Ada yang

disebut cabai merah (Capsicum annum var. logum), cabai bulat (C. annum var.

abbreviate), paprika (C. annum var. grossum),cabai hijau (C. annum var. annum).

Berdasarkan klasifikasi botaninya, tanaman cabai termasuk dalam:

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41488/3/BAB 2.pdf · cukup dan adanya kekuatan tawar-menawar yang lebih kuat. Lembaga pemasaran menghendaki keuntungan

12

Divisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae

Class : Dicotyledoneae

Sub Class : Metachalamidae

Orda : Tubiflorae

Family : Solanaceae

Genus : Capsicum

Spesies : Capsicum annum L.

Pertumbuhan cabai merah besar dapat dipengaruhi beberapa faktor, seperti

yang diungkapkan Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI), jika adanya

perubahan cuaca dengan tingginya curah hujan berdampak serius pada turunnya

produktivitas tanaman cabai besar. Selain menurunkan produktivitas tanaman,

tingginya curah hujan ini juga menimbulkan hama penyakit. Tingginya curah

hujan membuat cuaca menjadi dingin, sehingga memicu munculnya jamur yang

memengaruhi tanaman. Cabai merah besar dapat dilihat dari luas panen, produksi

dan produktivitas Provinsi Jawa Timur pada tahun 2010-2015 yaitu :

Tabel 1. Data Provinsi Jawa Timur Cabai Merah Besar Tahun 2010-2015

No Indikator 2010 2011 2012 2013 2014 2015

1. Luas Panen 13.894 14.672 14.074 13.467 13.868 14.435

2. Produksi 71.565 73.677 99.670 101.691 111.022 91.134

3. Produktivitas 5,15 5,02 7,08 7,56 8,01 6,31

Sumber Data: Kementrian Pertanian, 2016

Data pada tabel 1, menunjukkan produktivitas cabai merah besar di

Provinsi Jawa Timur cenderung mengalami fluktuasi, produktivitas terendah pada

tahun 2011 yaitu sebesar 5,02 % dengan jumlah produksi sebanyak 73.677 Ton

dan luas lahan sebesar 14.672 Ha. Produktivitas tertinggi pada tahun 2014 yaitu

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41488/3/BAB 2.pdf · cukup dan adanya kekuatan tawar-menawar yang lebih kuat. Lembaga pemasaran menghendaki keuntungan

13

sebesar 8,01% dengan jumlah produksi 111.022 Ton, dan luas lahan sebesar

13.868 Ha. Pada tahun 2015 produktivitas cabai merah besar sebesar 6,31 %

dengan jumlah produksi 91.134 Ton, dan luas lahan sebesar 14.435 Ha.

2.2.3 Struktur Pasar

Menurut Sudiyono (2001), Struktur pasar adalah karakteristik organisasi

pasar. Struktur pasar dapat dilihat sebagai hubungan antara penjual-penjual,

penjual-pembeli, dan pembeli-pembeli serta mudah tidaknya suatu lembaga

pemasaran masuk ke dalam pasar. Ada empat karakteristik pasar yang perlu

dipertimbangkan dalam menentukan struktur pasar, yaitu :

a. Jumlah serta besar penjual dan pembeli

b. Keadaan produk yang diperjual belikan

c. Kemudahan masuk dan keluar pasar

d. Pengetahuan konsumen terhadap harga dan struktur biaya produksi

Karakteristik jumlah penjual dan keadaan komoditi yang di perjual belikan

merupakan karakteristik utama dalam menentukan struktur pasar. Ditinjau dari

segi penjualan, yaitu jumlah penjual dan keadaan komoditi maka struktur pasar

dibedakan menjadi :

1. Pasar persaingan sempurna

Pasar persaingan sempurna adalah pasar bebas. Pasar bebas terdapat banyak

penjual dan pembeli sehingga harga yang terbentuk merupakan hasil akhir

dari interaksi penawaran dan permintaan. Petani tidak dapat mempengaruhi harga

bebas karena pangsa pasar sangat sedikit, petani bersifat sebagai penerima harga.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41488/3/BAB 2.pdf · cukup dan adanya kekuatan tawar-menawar yang lebih kuat. Lembaga pemasaran menghendaki keuntungan

14

2. Persaingan monopolistik

Persaingan monopolistik yaitu produk yang dihasilkan berbeda corak,

jumlah penjual relatif banyak dan adanya persaingan non harga. Pasar persaingan

monopolistik termasuk pasar persaingan tidak sempurna. Struktur pasar

persaingan monopolistik ini pada keseimbangan pasarnya tidak dapat

digambarkan secara grafik sebab produk-produk yang dihasilkan oleh perusahaan

dalam pasar persaingan monopolistik berbeda dengan produk yang dijual oleh

perusahaan lainnya.

Strategi perusahaan untuk meningkatkan keuntungan dalam pasar

persaingan monopolistik dapat berupa promosi penjualan, menggambarkan

produk unit yang dapat dipatenkan sehingga perusahaan lain tidak dapat

memproduksi produk tersebut. Mencari lokasi yang menguntungkan bagi

perusahaan terutama dikaitkan dengan ketersediaan tenaga kerja, sarana

transportasi dan lokasi pemukiman konsumen, melakukan inovasi-inovasi untuk

menekan biaya produksi dan investasi untuk melakukan diferensiasi produksi.

3. Oligopoli

Karakteristik utama oligopoli adalah beberapa perusahaan yang

menghasilkan produk homogen ataupun berbeda corak, sehingga perilaku

perusahaan satu mempengaruhi reaksi dari perusahaan lainnya. Oligopoli yang

menghasilkan produk homogen terstandarisasi disebut oligopoli murni.

Sedangkan oligopoli yang menghasilkan barang yang berbeda corak disebut

differentiated oligopoli.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41488/3/BAB 2.pdf · cukup dan adanya kekuatan tawar-menawar yang lebih kuat. Lembaga pemasaran menghendaki keuntungan

15

4. Monopoli

Monopoli yaitu struktur pasar yang terdiri hanya satu perusahaan yang

menjual satu produksi unit, sehingga tidak terdapat perusahaan lain yang mampu

menggantikan produk perusahaan tersebut. Monopoli biasanya dilakukan

pemerintah untuk komoditi dominan, di mana produksi akan mencapai efisien

tinggi pertanian besar pada umumnya diserahkan kepada badan usaha milik

negara atau swasta nasional untuk dikelola dalam struktur pasar yang bersifat

monopolis.

Sifat pasar dapat diketahui melalui pangsa pasar, indeks harfindahl yaitu :

a) Pangsa Pasar

Menurut Sinaga & Dewi (2016), pangsa pasar menunjukkan keuntungan

yang diperoleh perusahaan dari hasil penjualannya. Perusahaan mempunyai

pangsa pasar yang berbeda-beda yaitu antara 0 hingga 100% dari total penjualan

seluruh pasar.

b) Indeks Harfindhal

Indeks Herfindahl (HI) merupakan jenis ukuran konsentrasi yang cukup

penting. HI sebagai jumlah pangkat dua pangsa pasar dari seluruh perusahaan.

Nilai HI akan berkisar dari nol hingga satu. Nilai HI akan sama dengan 1/n jika

terdapat agroindustri yang mempunyai ukuran yang sama. Jika HI mendekati nol,

maka akan berarti terdapat sejumlah besar agroindustri dengan ukuran usaha yang

hampir sama dalam industri dan konsentrasi pasar adalah rendah. Agroindustri

bersifat monopoli jika HI sama dengan satu. Semakin tinggi HI, semakin tinggi

distribusi ukuran dari agroindustri (Sinaga & Dewi, 2016).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41488/3/BAB 2.pdf · cukup dan adanya kekuatan tawar-menawar yang lebih kuat. Lembaga pemasaran menghendaki keuntungan

16

2.2.4 Tingkah Laku Pasar

Menganalisis efisiensi pemasaran menggunakan tingkah laku pasar yaitu

produsen, konsumen, dan lembaga pemasaran menyesuaikan diri terhadap situasi

penjualan dan pembelian yang terjadi. Terdapat tiga pihak peserta pasar yang

mempunyai kepentingan berbeda. Produsen menghendaki harga yang tinggi, pasar

output secara lokal, menghendaki pilihan beberapa pembeli (tidak terjadi struktur

monopsonis ataupun oligopsonistik), tersedia waktu dan informasi pasar yang

cukup dan adanya kekuatan tawar-menawar yang lebih kuat. Lembaga pemasaran

menghendaki keuntungan maksimal, yaitu selisi margin pemasaran dengan biaya

untuk melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran relatif besar. Konsumen

menghendaki tersedianya produk pertanian sesuai kebutuhan konsumen dengan

harga wajar (Sudiyono, 2001). Beberapa kriteria digunakan untuk menilai tingkah

laku pasar meliputi :

a. tingkah laku pasar tidak wajar, eksklusif, saling mematikan ataukah peserta

pasar menerapkan taktik paksaan.

b. tidak terjadi promosi penjualan yang menyesatkan.

c. persengkongkolan penetapan harga apakah dapat dinyatakan secara terang-

terangan ataukah secara tersembunyi.

d. ada perlindungan terhadap praktik-praktik pemasaran yang tidak efisien.

e. praktik-praktik penetapan harga yang sama untuk kualitas produk yang lebih

baik sehingga merugikan produsen atau harga lebih rendah pada waktu panen

bersamaan.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41488/3/BAB 2.pdf · cukup dan adanya kekuatan tawar-menawar yang lebih kuat. Lembaga pemasaran menghendaki keuntungan

17

2.2.5 Keragaan Pasar

Menurut Sudiyono (2001), keragaan pasar adalah hasil keputusan akhir

yang diambil dalam hubungan dengan proses tawar menawar dan persaingan

pasar. Keragaan pasar dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh pengaruh

struktur dan tingkah laku pasar dalam proses pemasaran suatu komoditi pertanian.

Analisis efisiensi pada keragaan pasar meliputi efisiensi teknis yang diamati dari

indikator saluran pemasaran, biaya pemasaran, margin pemasaran dan distribusi

margin, producer share antar lembaga pemasaran (Dyanasari et al., 2010).

a. Saluran Pemasaran

Menurut Sudiyono (2001), pemasaran merupakan proses aliran barang

yang terjadi dalam pasar, pemasaran ini barang mengalir dari produsen sampai

kepada konsumen akhir yang disertai penambahan guna bentuk melalui proses

pengolahan, guna tempat melalui proses pemasaran. Terdapat lima pendekatan

yang digunakan pada pemasaran yaitu:

1. Pendekatan Komoditi (Commodity Approach)

Pendekatan dengan cara menentukan terlebih dahulu komoditi yang akan

diteliti. Kelebihan utama pedekatan ini terletak pada proses penyederhanaan,

sehingga dengan menitikberatkan hanya pada satu komoditi pertanian saja, maka

kompleksitas situasi pemasaran pertanian dapat disederhanakan dan aliran

komoditi pertanian dapat digambarkan dengan jelas. Pendekatan ini terjadi pada

suatu komoditi pertanian yang mengalir dari produsen sampai kepada konsumen

akhir.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41488/3/BAB 2.pdf · cukup dan adanya kekuatan tawar-menawar yang lebih kuat. Lembaga pemasaran menghendaki keuntungan

18

2. Pendekatan Lembaga (Institusional Approach)

Pedekatan dengan cara menentukan lembaga-lembaga pemasaran yang

ikut terlibat dalam proses pemasaran. Lembaga pemasaran ini dapat berupa

tengkulak, pedagang pengumpul, pedagang besar dan lain-lain. Lembaga

pemasaran ini penting, sebab lembaga pemasaran inilah yang melakukan proses

pengambilan keputusan dalam proses pemasaran komoditi pertanian.

3. Pendekatan Fungsi (Functional Approach)

Pendekatan fungsi ini menjawab bagaimana sistem pemasaran

diorganisasikan, sehingga dapat meningkatkan guna tempat, guna bentuk, dan guna

waktu komoditi-komoditi pertanian. Pendekatan ini memungkinkan perbaikan serta

meniadakan hambatan-hambatan dalam proses pemasaran. Pendekatan ini

mengharuskan klasifikasi fungsi yang sangat jelas dan tidak menjamin upaya

perbaikan efisiensi sistem pemasaran secara keseluruhan.

4. Pendekatan Teori Ilmu Ekonomi (Economics Theoritical Approach)

Pendekatan yang menelaah permasalahan pertanian dalam teori ekonomi.

Pendekatan ini digunakan konsep penawaran, permintaan, pergeseran penawaran

dan permintaan, jumlah keseimbangan, harga keseimbangan, elastisitas, struktur

pasar persaingan murni, oligopoli atau oligopsoni, monopoli atau monopsoni,

persaingan monopolostik dan monopsonistik.

5. Pendekatan Sistem (System Approach)

Pendekatan sistem dapat diterapkan untuk menganalisis sistem pemasaran

yang sangat sederhana sampai rumit. Persepsi dan orientasi pendekatan sistem

sangat penting untuk menelaah pemasaran yang komplek dan masalah koordinasi

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41488/3/BAB 2.pdf · cukup dan adanya kekuatan tawar-menawar yang lebih kuat. Lembaga pemasaran menghendaki keuntungan

19

pada masing-masing tahapannya dalam rangka meningkatkan efisiensi sistem

pemasaran secara keseluruhan.

Lembaga pemasaran pada saluran pemasaran yaitu badan usaha atau

individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari

produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha

atau individu lainnya. Lembaga pemasaran timbul karena adanya keinginan

konsumen untuk memperoleh komoditi yang sesuai dengan waktu, tempat, dan

bentuk yang diinginkan konsumen. Lembaga Pemasaran dapat dibedakan atas tiga

unsur jika dilihat dari komoditi yang diperjual belikan yaitu :

1. Lembaga yang tidak memiliki tetapi menguasai benda, yaitu perantara,

makelar (broker, selling broker, dan buying broker).

2. Lembaga yang memiliki serta menguasai komoditi-komoditi pertanian yang

diperjual belikan, yaitu pedagang pegumpul, tengkulak, eksportir dan

importir.

3. Lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan menguasai komoditi-komoditi

pertanian yang diperjual belikan, yaitu perusahaan penyedia fasilitas

transportasi, asuransi pemasaran dan perusahaan penentu kualitas produk

pertanian.

Lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran produk

pertanian sangat beragam antara lain:

a) Tengkulak yaitu lembaga pemasaran yang secara langsung berhubungan

dengan petani, tengkulak melakukan transaksi dengan petani baik secara

tunai, ijon ataupun kontak pembelian.

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41488/3/BAB 2.pdf · cukup dan adanya kekuatan tawar-menawar yang lebih kuat. Lembaga pemasaran menghendaki keuntungan

20

b) Pedagang pengumpul yaitu lembaga pemasaran yang membeli komoditi

pertanian dari tengkulak.

c) Pedagang besar yaitu lembaga pemasaran yang melakukan proses

pengumpulan komoditi dari pedagang-pedagang pengumpul.

d) Pengecer yaitu lembaga pemasaran yang berhadapan langsung dengan

konsumen.

Suatu lembaga pemasaran dapat menjalankan lebih dari satu fungsi

pemasaran, untuk meningkatkan efisiensi pemasaran semaksimal mungkin

lembaga-lembaga pemasaran melakukan koordinasi pelaksanaan fungsi-fungsi

pemasaran. Terdapat tiga tipe fungsi pemasaran yaitu:

1) Fungsi Pertukaran

Pemasaran produk-produk pertanian meliputi kegiatan yang meyangkut

pengalihan hal pemilikan dalam sistem pemasaran. Fungsi pertukaran ini terdiri dari

fungsi penjualan dan pembelian. Lembaga pemasaran yang melakukan proses

penjualan biasanya melibatkan makelar penjualan (selling broker), sedangkan

lembaga pemasaran yang melakukan makelar pembelian (buying broker).

2) Fungsi Fisik

Fungsi fisik meliputi kegiatan-kegiatan yang secara langsung diberlakukan

terhadap komoditi pertanian, sehingga komoditi-komoditi pertanian tersebut

mengalami tambahan guna tempat dan guna waktu, fungsi fisik meliputi

pengangkutan dan penyimpanan. Fungsi pengangkutan meliputi perencanaan,

pemilihan dan pergerakan alat-alat transportasi dalam pemasaran produk

pertanian. Fungsi penyimpanan diperlukan karena produksi komoditi pertanian

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41488/3/BAB 2.pdf · cukup dan adanya kekuatan tawar-menawar yang lebih kuat. Lembaga pemasaran menghendaki keuntungan

21

bersifat musiman, dengan pola konsumsi bersifat relatif tetap dari waktu ke

waktu.

3) Fungsi Penyediaan Fasilitas

Fungsi penyediaan fasilitas merupakan usaha-usaha perbaikan sistem

pemasaran untuk meningkatkan efisiensi operasional dan efisiensi penetapan

harga. Fungsi penyediaan fasilitas ini meliputi standarisai, penggunaan risiko,

informasi harga dan penyediaan dana.

b. Margin Pemasaran

Menurut Hanafie (2010), margin pemasaran (marketing margin) adalah

harga yang dibayar oleh konsumen dikurangi harga yang diterima oleh produsen.

Tinggi rendahnya margin pemasaran dipakai untuk mengukur efisiensi sistem

pemasaran (tergantung fungsi pemasaran yang dijalankan). Semakin besar margin

pemasaran maka semakin tidak efisien sistem pemasaran tersebut. Tingkat harga

yang dibayarkan oleh konsumen dan akan diterima oleh produsen tergantung pada

bentuk dan strukstur pasar yang berlaku, baik pasar bersaing (penjual dan

pembeli), pasar monopsoni (pembeli tunggal), pasar oligopsoni (pembeli sedikit),

pasar monopoli (penjual tunggal), maupun pasar oligopoli (penjual sedikit).

Panjangnya rantai pemasaran akan menimbulkan pemasaran yang kurang efisien.

Margin pemasaran menjadi tinggi akibat bagian yang diterima petani produsen

menjadi kecil.

c. RPM

Penyebaran margin pemasaran dapat dilihat berdasarkan presentase

keuntungan terhadap biaya pemasaran (Ratio Profit Margin) pada masing masing

lembaga pemasaran. Nilai RPM yang relatif menyebar merata pada berbagai tingkat

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41488/3/BAB 2.pdf · cukup dan adanya kekuatan tawar-menawar yang lebih kuat. Lembaga pemasaran menghendaki keuntungan

22

lembaga perantara pemasaran merupakan cerminan dari sistem pemasaran

yang efisien. Selisis RPM antara lembaga perantara pemasaran sama dengan nol,

maka sistem pemasaran tersebut efisien, dan jika selisih RPM antara lembaga

perantara pemasaran tidak sama dengan nol, maka sistem pemasaran tidak efisien

(Azzaino, 1983).

d. Distribusi Margin

Menurut Sudiyono (2001), margin pemasaran terdiri dari biaya-biaya

untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran dan keuntungan lembaga-lembaga

pemasaran. Alokasi margin pemasaran ke dalam biaya-biaya untuk melakukan

fungsi-fungsi pemasaran dan keuntungan. Lembaga-lembaga pemasaran ini

membentuk distribusi margin pemasaran. Pemahaman mengenai distribusi margin

pemasaran menjadi penting, sebab kegiatan produksi, pemasaran dan konsumsi

sangat terkait satu sama lain.

e. Produce Share

Analisis producer share digunakan untuk mengetahui bagian harga yang

diterima petani dari harga oleh konsumen akhir. Semakin tinggi pangsa produsen,

maka kinerja pasar semakin baik dari sisi produsen (petani) (Ali et al., 2017).

Producer share mempunyai hubungan yang negatif dengan margin tataniaga,

karena apabila margin tataniaganya semakin tinggi akan mengakibatkan producer

share semakin kecil, dan sebaliknya. Producer share mempunyai nilai yang

relatif lebih rendah jika harga di tingkat konsumen akhir relatif tinggi jika

dibandingkan dengan harga yang diterima oleh petani, sebaliknya producer share

mempunyai nilai yang relatif lebih tinggi.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41488/3/BAB 2.pdf · cukup dan adanya kekuatan tawar-menawar yang lebih kuat. Lembaga pemasaran menghendaki keuntungan

23

2.3 Kerangka Pemikiran

Efisiensi pemasaran adalah salah satu aspek yang diharapkan dapat

berlangsung maksimal pada saat proses pemasaran pertanian itu terjadi, adanya

pemasaran yang efisien maka dapat memperpendek saluran pemasaran dari petani

hingga konsumen akhir, karena tujuan seorang petani dalam bercocok tanam

adalah untuk memperoleh keuntungan maksimal. Petani harus melewati proses

pemasaran pada komoditas yang akan dipasarkannya. Saluran pemasaran yang

menentukan efisien atau tidak efisien dengan melihat Panjang pendeknya saluran

pemasaran tersebut. Lembaga pemasaran juga mengeluarkan sejumlah biaya serta

mengambil keuntungan dalam proses pemasaran tersebut. Pemasaran cabai merah

besar yang terletak di Kecamatan Dau Kabupaten Malang melibatkan beberapa

faktor yaitu struktur pasar, perilaku pasar, dan keragaan pasar untuk menentukan

tingkat harga cabai merah besar. Secara sistematis kerangka pemikiran tersebut

dapat digambarkan sebagai berikut:

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/41488/3/BAB 2.pdf · cukup dan adanya kekuatan tawar-menawar yang lebih kuat. Lembaga pemasaran menghendaki keuntungan

24

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penilitian

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tujuan dan kerangka pemikiran peneliti maka diperoleh

hipotesis yaitu diduga pemasaran pada cabai merah besar di Kecamatan Dau

Kabupaten Malang belum efisien.

Cabai Merah Besar

Perilaku Pasar Struktur Pasar Keragaan Pasar

a) Lembaga

pemasaran yang

terlibat

b) Sifat Produk

c) Hambatan keluar

masuk pasar

a) Proses pembentukan

harga

b) Sistem pembayaran

a) Saluran

pemasaran

b) Margin

pemasaran

c) RPM

d) Distribusi

Margin

e) Producer share

Efisien / Tidak Efisien

Performa yang baik