BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendapat -...

12
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendapat 2.1.1 Pengertian Pendapat Pendapat adalah menurut kamus besar bahasa Indonesia sangat sederhana: pikiran, atau pendirian. Pendapat (Opini) merupakan suatu akumulasi citra yang tercipta atau diciptakan oleh proses komunikasi. Menurut Emory S. Bogardus, pendapat (opini) terbagi menjadi beberapa bagian antara lain: 1. Personal Opinion (Opini Person) 2. Opini Pribadi (Private Opinion) 3. Opini Kelompok (Group Opinion) 4. Opini koalisi (Coalition Opinion) 5. Opini Consensus (Concensus Opinion) 6. Opini Umum (General Opinion) 2.1.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pendapat 1. Perhatian (attentin) Perhatian menurut definisi adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaianstimuli menjadi menonjol dalam Kanneth E.Andersen (1972:46) kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Perhatian terjadi bila kita mengkonsentrasikan diri pada salah satu indera kita, dan mengesampingkan masukan – masukan melalui alat indera yang lain (Rakhmat, 2001:52).

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendapat -...

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendapat

2.1.1 Pengertian Pendapat

Pendapat adalah menurut kamus besar bahasa Indonesia sangat

sederhana: pikiran, atau pendirian. Pendapat (Opini) merupakan suatu

akumulasi citra yang tercipta atau diciptakan oleh proses komunikasi.

Menurut Emory S. Bogardus, pendapat (opini) terbagi menjadi

beberapa bagian antara lain:

1. Personal Opinion (Opini Person)

2. Opini Pribadi (Private Opinion)

3. Opini Kelompok (Group Opinion)

4. Opini koalisi (Coalition Opinion)

5. Opini Consensus (Concensus Opinion)

6. Opini Umum (General Opinion)

2.1.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pendapat

1. Perhatian (attentin)

Perhatian menurut definisi adalah proses mental ketika stimuli atau

rangkaianstimuli menjadi menonjol dalam Kanneth E.Andersen (1972:46)

kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Perhatian terjadi bila kita

mengkonsentrasikan diri pada salah satu indera kita, dan mengesampingkan

masukan – masukan melalui alat indera yang lain (Rakhmat, 2001:52).

9

a. Faktor Eksternal Penarik Perhatian

1. Gerakan

2. Intensitas stimuli

3. Kebauran

b. Faktor Internal Penaruh Perhatian

1. Faktor biologis

2. Faktor sosio psikologi

3. Faktor fungsional

4. Faktor struktural

2.2 Komunikasi Massa

2.2.1 Pengertian Komunikasi Massa

Komunikasi massa berasal dari perkembangan kata media of mass

communication (media komunikasi massa). Nurudin (2007, 11-12) Josep A.

Devito mengemukakan :Pertama, komunikasi massa adalah komunukasi

yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya.

Kedua, komunikasi massa adalah komunukasi yang disalurkan oleh

pemancar-pemancar yang audio dan atau visual.

2.2.2 Ciri – ciri Komunikasi Massa

Ciri – ciri komunikasi massa yang diungkapkan Nurudin dalam

bukunyapengantar Komunikasi Massa (Nurudin, 2007:19) adalah:

1. Komunikator dalam komunikasi massa melembaga

Artinya, gabungan antarberbagai macam unsur dan bekerja

satu sama lain dalam sebuah lembaga

10

2. Komunikan dalam komunikasi massa bersifat hiterogen

Artinya, penonton televisi beragam pendidikan, umur, jenis

kelamin, status sosial ekonomi, memiliki jabatan yang beragam,

memiliki agama atau kepercayaan yang tidak sama pula, namun

mereka adalah komunikan televisi

3. Pesannya bersifat umum

Pesan-pesan dalam komunikasi massa tidak ditujukan

kepada satu orang atau satu kelompok msyarakat tertentu,

pesannya ditujukan pada khalayak yang plural

4. Komunikasinya berlangsung satu arah

Jadi, komunikasi yang hanya berjalan satu arah akan

memberi konsekuensi umpan balik (feedback) yang sifatnya

tertunda atau tidak langsung (delayed feedback)

5. Komunikasi massa menimbulkan keserempakan

Dalam komunikasi massa ada keserempakan dalam proses

penyebaran pesan-pesannya, serempak berarti khalayak bisa

menikmati media massa tersebut hampir bersamaan.

6. Komunikasi massa mengandalkan peralatan teknis

Media massa sebagai alat utama dalam menyampaikan

pesan kepada khalayaknya sangat membutuhkan bantuan

peralatan teknis, yang dimaksud misalnya pemancar untuk media

elektronik (mekanik atau elektronik)

7. Komunikasi massa dikontrol oleh Gatekeeper

11

Gatekeeper sering disebut dengan penapis informasi/ palang

pintu/ penjaga gawang adalah orang yang sangat berperan dalam

penyebaran informasi melalui media massa. Gatekeeper ini

berfungsi sebagai orang yang ikut menambah atau mengurangi,

menyederhanakan, mengemas agar semua informasi yang

disebarkan lebih mudah dipahami.

2.2.3 Fungsi Komunikasi Massa

Fungsi komunikasi massa menurut Jay Black dan Federick C.

Whitney: yangdikutip oleh Nurudin (2007:64), antara lain:

1. To inform (menginformasikan)

Fungsi informasi merupakan fungsi paling penting yang terdapat

dalam komunikasi massa. Komponen paling penting untuk

mengetahui fungsi informasi ini adalah berita-berita yang

disajikan. Iklan pun dalam beberapa hal memiliki fungsi

memberikan informasi disamping fungsi-fungsi yang lain.

2. To entertaint (memberi hiburan)

Fungsi hiburan untuk media elektronik menduduki posisi yang

paling tinggi dibandingkan dengan fungsi-fungsi lain. Setelah

kelelahan dengan aktivitas masing-masing, ketika waktu istirahat

kemungkinan besar mereka menjadikan film sebagai media

hiburan sekaligus sarana untuk berkumpul bersama keluarga.

12

3. To persuade (membujuk)

Fungsi mempengaruhi dari media massa secara implisit terdapat

pada editorial, features, iklan, artikel. Khalayak dapat terpengaruh

oleh iklan yang ditayangkan televisi. Fungsi persuasif komunikasi

massa tidak kalah penting dengan fungsi informasi dan hiburan.

Banyak bentuk tulisan, film, berita yang kalau diperhatikan

sekilas hanya berupa informasi, tetapi jika diperhatikan secara jeli

ternyata terdapat fungsi persuasi.

4. Transmission of the culture (transmisi budaya)

Transmisi budaya merupakan salah satu fungsi komunikasi massa

yang paling luas, meskipun paling sedikit dibicarakan. Transmisi

budaya tidak dapat dielakan selalu hadir dalam berbagai bentuk

komunikasi yang mempunyai dampak penerimaan individu.

5. Mendorong kohesi sosial

Kohesi yang dimaksud disini adalah penyatuan. Artinya, media

massa mendorong masyarakat untuk bersatu. Dengan kata lain,

media massa merangsang masyarakat untuk memikiirkan dirinya

bahwa bercerai-berai bukan keadaan yang baik bagi kehidupan

mereka.

6. Pengawasan

Bagi Laswell, komunikasi massa mempunyai fungsi pengawasan.

Artinya, menunjuk pada pengumpulan dan penyebaran informasi

mengenai kejadian-kejadian yang ada di sekitar kita. Fungsi

13

pengawasan dibagi menjadi 2, yakni warning or beware

surveillance atau pengawasan peringatan dan instrumental

surveillance atau pengawasan instrumental.

7. Korelasi

Fungsi korelasi yang dimaksud adalah fungsi yang

menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat agar sesuai

dengan lingkungannya. Erat kaitannya dengan fungsi ini adalah

peran media massa sebagai penghhubung antara berbagai

komponen masyarakat.

8. Pewarisan social

Dalam hal ini media massa berfungsi sebagai seorang pendidik,

baik yang menyangkut pendididkan formal maupun informal yang

mencoba meneruskan atau mewariskan suatu ilmu pengetahuan,

nilai, norma, pranata, dan etika dari satu generasi ke generasi

berikutnya.

9. Melawan kekuasaan dan kekuatan represif

Dalam kurun waktu lama, komunikasi massa dipahami secara

linier memerankan fungsi fungsi klasik seperti yang diungkapkan

sebelumnya. Hal yang dilupakan banyak orang adalah bahwa

komunikasi massa bisa menjadi sebuah alat untuk melawan

kekuasaan represif. Komunikasi massa berperan memberikan

informasi, tettapi informasi yang diungkapkannya ternyata

mempunyai motif-motif tertentu untuk melawan kemapanan.

14

Memang diakui bahwa komunikasi massa juga berperan untuk

memperkuat kekuasaan, tetpai juga bisa sebaliknya.

10. Menggugat hubungan trikotomi

Hubungan trikotomi adalah hubungan yang bertolak belakang

antara tiga pihak. Dalam hal kajian komunikasi hubungan

trikotomi melibatkan pemerintah, pers, dan masyarakat. Ketiga

pihak ini dianggap tidak pernah mencapai sepakat karena

perbedaan kepentingan masing-masing pihak. Hubungan

trikotomi tersebut tidak demokratis. Di sinilah komunikasi massa

memiliki tugas penting untuk mengubah hubungan trikotomi yang

tidak adil tersebut.

2.3 Film

2.3.1 Pengertian Film

Film merupakan media campuran dari media audio dan visual, karena

film merupakan medium audio visual, suarapun mengambil peranan di

dalamnya, apakah itu suara manusia (dialog, monolog), suara music atau

hanya sound effect. Suara manusia tentu karena pelaku-pelaku film adalah

manusia.Sedangkan music dibutuhkan untuk memperkuat irama

film.(Eneste, 1991). Berbagai teknologi dan unsur-unsur kesenian

digabungkan dalam pembuatan film seperti seni rupa, teater, sastra,

arsitektur hingga music. Film pertama kali lahir di pertengahan kedua abad

19, dibuat dengan bahan dasar seluloid yang sangat mudah terbakar bahkan

oleh percikan rokok sekalipun.Sejalan dengan waktu, para ahli berlomba-

15

lomba untuk menyempurnakan film agar lebih aman, lebih mudah

diproduksi dan enak ditonton. (Effendy, 2014: 10)

Di zaman sekarang ini, film merupakan salah satu hiburan yang dapat

diakses dengan mudah. Masyarakat sudah tidak asing lagi menonton film,

baik di televise, bioskop, maupun melalui media-media tradisional seperti

layar tancap. Masyarakat bisa setiap hari menonton film lebih dari satu

judul film, ini dikarenakan kecanggihan teknologi sudah semakin

maju.Berbagai macam film sudah beredar di masyarakat, dari mulai film

documenter yang berkaitan dengan sejarah, hingga film-film animasi untuk

anak-anak, tinggal bagaimana masyarakat bisa memilih tontonan film yang

sesuai dengan seleranya.

Dalam Undang-Undang No. 08 tahun 1992 dan Rancangan Undang-

undang yang disusun oleh BP2N (Badan Penyehatan Perfilman Nasional).

Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media

komunikasi audio visual yang dibuat berdasarkan asa sinematografi yang

direkam pada pita seluloid, pita video dan atau bahan hasil penemuan

teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses

kimiawi, proses elektronik atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara,

yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan system proyeksi

mekanik, elektronik, dan system lainnya.

2.3.2 Film Sebagai Media Komunikasi

Sebelum membahas film sebagai media komunikasi massa, kita harus

mengetahui terlebih dahulu apa itu komunikasi massa. Komunikaasi massa

16

adalah proses penciptaan makna bersama antara media massa dan

khalayaknya. (Baran, 2012: 7). Film dikatakan sebagai media komunikasi

massa karena merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan saluran

(media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara

massal, dalam arti berjumlah banyak, tersebar dimana-mana, khalayaknya

heterogen dan anonym, dan menimbulkan efek tertentu. Film mampu

menjangkau populasi dalam jumlah besar dengan cepat, bahkan di wilayah

pedesaan. Sebagai media massa, film merupakan bagian dari respon

terhadap penemuan waktu luang, waktu libur dari kerja, dan jawaban atas

tuntutan untuk cara menghabiskan waktu luang keluarga yang sifatnya

terjangkau. (Mcquail, 2011)

Film juga dianggap sebagai media komunikasi yang ampuh terhadap

massa yang menjadi sasarannya, karena sifatnya yang audio visual, yaitu

gambar dan suara yang hidup. Dengan gambar dan suara, film mampu

bercerita banyak dalam waktu singkat. Pesan film sebagai media

komunikasi massa dapat berbentuk apa saja tergantung dari misi film

tersebut. Akan tetapi, umumnya sebuah film dapat mencakup berbagai

pesan, baik itu pesan pendidikan, hiburan dan informasi.

Film pertama kali dibuat di Indonesia pada tahun 1927 bukan oleh

orang Indonesia, tetapi oleh orang kulit putih yang bernama F. Carli dan

Kruger yang awalnya sibuk dengan alat-alat fotografi, kemudian tertarik

membuat film di Bandung. (Said, 1991: 17) Dewasa ini terdapat berbagai

ragam film, meskipun cara pendekatannya berbeda-beda, semua film dapat

17

dikatakan mempunyai satu sasaran, yaitu menarik perhatian orang terhadap

muatan-muatan masalah yang dikandung. Selain itu, film dapat dirancang

untuk melayani keperluan publik terbatas maupun publik seluas-luasnya.

Pada dasaranya film dapat dikelompokkan ke dalam dua pembagian

dasar, yaitu kategori film cerita dan non cerita. Pendapat lain

menggolongkan menjadi film fiksi dan non fiksi. Film cerita adalah film

yang diproduksi berdasarkan cerita yang dikarang, dan dimainkan oleh

aktor dan aktris.Pada dasarnya film cerita bersifat komersial, artinya

dipertunjukkan di bioskop dengan harga karcis tertentu atau diputar di

televisi dengan dukungan sponsor iklan tertentu.Film non cerita adalah film

yang mengambil kenyataan sebagai subyeknya, yaitu merekam kenyataan

yang terjadi dalam kehidupan manusia tanpa adanya rekayasa.

Dalam perkembangannya, film cerita dan non cerita saling

mempengaruhi dan melahirkan berbagai jenis film yang memiliki ciri, gaya

dan corak masing-masing. Film cerita agar tetap diminati penonton harus

tanggap terhadap perkembangan zaman, artinya ceritanya harus lebih baik,

penggarapannya harus professional dengan teknik penyuntingan yang

semakin canggih sehingga penonton tidak merasa dibohongi dengan trik-

trik tertentu bahkan seolah-olah justru penonton yang menjadi aktor/aktris

di film tersebut. Dalam pembuatan film cerita diperlukan proses pemikiran

dan proses teknis, yaitu berupa pencarian ide, gagasan atau cerita yang

digarap, sedangkan proses teknis berupa keterampilan artistic untuk

18

mewujudkan segala ide, gagasan atau cerita menjadi film yang siap

ditonton.

2.3.3 Film Sebagai Produk Budaya

Film dapat didefinisikan sebagai produk kebudayaan, film sebagai

karya seni budaya yang terwujud berdasarkan kaidah sinematografi

merupakan fenomena kebudayaan. Hal itu bermakna bahwa film

merupakan hasil proses kreatif warga Negara yang dilakukan dengan

memadukan keindahan, kecanggihan, teknologi, serta sistem nilai, gagasan,

norma, dan tindakan manusia dalam bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara. Dengan demikian film tidak bebas nilai karena memiliki sebuah

gagasan vital dan pesan yang dikembangkan sebagai karya kolektif dari

banyak orang yang terorganisasi. Itulah sebabnya, film merupakan pranata

sosial (social institution) yang memiliki kepribadian, visi, dan misi yang

akan menentukan mutu dan kelayakannya. Hal ini sangat di pengaruhi oleh

kompetensi dan dedikasi orang-orang yang bekerja secara kolektif,

kemajuan teknologi, dan sumber daya lainnya.

Melalui film sebenarnya kita banyak belajar tentang budaya. Baik itu

budaya masyarakat dimana kita hidup di dalamnya, atau bahkan budaya

yang sama sekali asing buat kita. Sehingga kita dapat mengetahui

bagaimana budaya itu bekerja atau hidup di dalam suatu masyarakat.

Ketika kita melihat film Warkop DKI maka kita pada dasarnya

sedang melihat cerminan dari budaya yang pada era dimana Warkop DKI

itu hidup. Dan ketika kita melihat film Cek Toko Sebelah maka kita juga

19

sedang melihat representasi budaya era sekarang.Sehingga film sebagai

produk budaya, film tidak hanya mengkontruksikan nilai-nilai budaya

tertentu di dalam dirinya sendiri, tapi juga tentang bagaimana nilai-nilai

tersebut diproduksi dan bagaimana nilai itu dikonsumsi oleh masyarakat

yang menyaksikan film tersebut. Sehingga terjadi proses pertukaran kode-

kode kebudayaan dalam tindakan menonton film sebagai produk budaya.

2.3.4 Terbentuknya Pendapat Audien dalam Terpaan Film

Menurut Jalaludin Rahmat (1998:51), adalah pengalaman tentang

objek,peristiwa, atau hubungan – hubungan yang diperoleh dengan

menyimpulkaninformasi dan menafsirkan pesan. Menurut Ruch, persepsi

adalah suatu prosestentang petunjuk – petunjuk inderawi dan pengalaman

masa lampau yang relevandiorganisasikan untuk memberikan kepada kita

gambaran yang terstruktur danbermakna pada suatu situasi tertentu. Senada

dengan Atkinson dan Hilgardmengemukakan bahwa persepsi adalah proses

dimana kita menafsirkan danmengorganisasikan pola stimulus dalam

lingkungan. Gibson dan Donelymenjelaskan bahwa persepsi adalah proses

pemberian arti terhadap lingkungan terhadap individu.