BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pati -...

16
19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pati Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Barangkali tidak ada satu senyawa organik lain yang tersebar begitu luas sebagai kandungan tanaman seperti halnya pati. Dalam jumlah besar, pati dihasilkan dari dalam daun-daun hijau sebagai wujud penympanan sementara dari produk fotosintesis. Pati juga tersimpan dalam bahan makanan cadangan permanen untuk tanaman, dalam biji, jari-jari teras, kulit batang, akar tanaman menahun dan umbi. Pati merupakan 50-65% berat kering biji gandum dan 80% bahan kering umbi kentang (Claus, et al., 1970). Pati berbentuk granul atau butir-butir kecil dengan lapisan-lapisan yang karakteristik. Lapisan-lapisan ini serta ukuran dan bentuk granul seringkali khas bagi beberapa spesies tanaman sehingga dapat digunakan untuk identitas tanaman asalnya (Claus, et al., 1970). Tanaman yang mengandung pati digunakan dalam farmasi seperti Zea mays (jagung), Oryza sativa (beras), Solanum tuberosum (kentang), Triticum aesticum (gandum), Maranta arundinacea (garut), Ipomoea batatas (ketela rambat) dan Manihot utilissima (ketela pohon) (Claus, et al., 1970). Secara umum pati terdiri dari 20% bagian yang larut air (amilosa) dan 80% bagian yang tidak larut dalam air (amilopektin). Amilosa merupakan Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pati -...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pati - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42211/4/Chapter II.pdf · Hal ini digunakan untuk memisahkan kedua komponen tersebut.

19

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pati

Pati atau amilum adalah karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam

air, berwujud bubuk putih, tawar dan tidak berbau. Barangkali tidak ada satu

senyawa organik lain yang tersebar begitu luas sebagai kandungan tanaman

seperti halnya pati. Dalam jumlah besar, pati dihasilkan dari dalam daun-daun

hijau sebagai wujud penympanan sementara dari produk fotosintesis. Pati juga

tersimpan dalam bahan makanan cadangan permanen untuk tanaman, dalam

biji, jari-jari teras, kulit batang, akar tanaman menahun dan umbi. Pati

merupakan 50-65% berat kering biji gandum dan 80% bahan kering umbi

kentang (Claus, et al., 1970).

Pati berbentuk granul atau butir-butir kecil dengan lapisan-lapisan yang

karakteristik. Lapisan-lapisan ini serta ukuran dan bentuk granul seringkali

khas bagi beberapa spesies tanaman sehingga dapat digunakan untuk identitas

tanaman asalnya (Claus, et al., 1970).

Tanaman yang mengandung pati digunakan dalam farmasi seperti Zea

mays (jagung), Oryza sativa (beras), Solanum tuberosum (kentang), Triticum

aesticum (gandum), Maranta arundinacea (garut), Ipomoea batatas (ketela

rambat) dan Manihot utilissima (ketela pohon) (Claus, et al., 1970).

Secara umum pati terdiri dari 20% bagian yang larut air (amilosa) dan

80% bagian yang tidak larut dalam air (amilopektin). Amilosa merupakan

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pati - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42211/4/Chapter II.pdf · Hal ini digunakan untuk memisahkan kedua komponen tersebut.

20

molekul yang lurus, terdiri dari 250 sampai 300 satuan D-glukopiranosa dan

dihubungkan secara seragam oleh ikatan alfa-1,4-glukosida yang cenderung

menyebabkan molekul tersebut dianggap berbentuk seperti uliran (helix).

Amilopektin terdiri dari 1000 atau lebih satuan glikosa yang kebanyakan juga

dihubungkan dengan hubungan alfa-1,4. Namun terdapat juga sejumlah

hubungan alfa-1,6 yang terdapat pada titik-titik percabangan. Jumlah hubungan

semacam ini terdapat kurang lebih 4% dari jumlah hubungan atau satu untuk

setiap 25 satuan glukosa.

Oleh karena perbedaan struktur ini maka amilosa lebih larut dalam air

dibandingkan dengan amilopektin. Hal ini digunakan untuk memisahkan kedua

komponen tersebut. Pemisahan yang lebih efisien dilakukan dengan

mengendapkan dan membuat senyawa kompleks dari amilosa dengan pereaksi

yang sesuai meliputi bermacam-macam etanil atau nitroparafin. Amilosa

bereaksi dengan iodium membentuk senyawa kompleks berwarna biru tua,

sedangkan amilopektin memberikan warna violet kebiruan atau ungu.

2.1.1 Amilosa

Amilosa merupakan polisakarida, polimer yang tersusun dari glukosa

sebagai monomernya. Tiap-tuap monomer terhubung dengan ikatan 1,4-

glikosidik. Amilosa merupakan polimer tidak bercabang yang bersama-sama

dengan amilopektin menjadi komponen penyusun pati. Dalam masakn, amilosa

memberi efek keras bagi pati atau tepung (Whistler dan Paschall, 1984).

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pati - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42211/4/Chapter II.pdf · Hal ini digunakan untuk memisahkan kedua komponen tersebut.

21

Gambar 2.1 Rumus struktur amilosa

2.1.2 Amilopektin

Amilopektin merupakan polisakarida yang tersusun dari monomer G-

glukosa. Amilopektin merupakan molekul raksasa dan mudah ditemukan

karena menjadi satu dari dua senyawa penyusun pati, bersama-sama dengan

amilosa. Walaupun tersusun dari monomer yang sama, amilopektin berbeda

dengan amilosa, yang terlihat dari karakteristik fisiknya. Secara struktural,

amilopektin terbentuk dari rantai glukosa yang terikat dengan ikatan 1,4-

glikosidik, sama dengan amilosa.

Namun demikian, pada amilopektin terbentuk cabang-cabang (sekitar

tiap 20 mata rantai glukosa) dengan ikatan 1,6-glikosidik. Amilopektin tidak

larut dalam air. Dalam produk makanan amilopektin bersifat merangsang

terjadinya proses mekar (puffing) dimana produk makanan yang berasal dari

pati yang kandungan amilopektinnya tinggi akan bersifat ringan, porus, garing

dan renyah. Kebalikannya pati dengan kandungan amilosa tinggi, cenderung

menghasilkan produk yang keras, karena proses mekarnya terjadi secara terbata

(Whistler dan Paschall, 1984).

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pati - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42211/4/Chapter II.pdf · Hal ini digunakan untuk memisahkan kedua komponen tersebut.

22

Gambar 2.2 Rumus struktur amilopektin

2.2 Pati Tapai Padat (Brem)

Pati tapai padat atau Sari Tapai Padat merupakan produk yang dibuat

dari sari tapai yang dipanaskan sampai kental dan didinginkan sampai

bentuknya padat. Pati tapai padat mempunyai rasa yang manis atau manis

keasaman, tekstur padat, kering tidak lembek, warna putih kekuningan sampai

kecoklatan dan larut di mulut (Astwan dan Astwan, 1991). Pati tapai padat di

masyarakat dikenal dengan nama Brem. Brem berdasarkan cara pembuatanya

dikenal dua macam jenis brem, yaitu brem cair dan brem padat. Brem cair

merupakan jenis minuman yang rasanya manis, sedikit asam dan bewarna

merah dengan kandungan alkohol 3-10%. Brem padat merupakan jenis

makanan tradisional yang bewama putih sampai kecoklatan dengan rasa manis

keasaman yang merupakan hasil fermentasi yang dipadatkan (Sri, 2008). Brem

padat banyak diproduksi di daerah Jawa Timur, Jawa Tengah seperti Boyolali,

Wonogiri, Caruban dan Madiun dengan menggunakan ketan putih sebagai

bahan baku. Bentuk brem padat yang paling umum diperjual belikan adalah

bentuk persegi empat (kotak) atau bulat pipih (Astwan dan Astwan, 1991).

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pati - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42211/4/Chapter II.pdf · Hal ini digunakan untuk memisahkan kedua komponen tersebut.

23

Bahan dasar tapai ketan adalah ketan putih yang merupakan salah satu

vareitas padi. Menurut Steenis (1988), ketan putih merupakan sejenis berm

yang mempunyai klasifikasi sebagai berikut:

Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Poales

Famili : Gramineae/Poaeeae

Genus : Oryza

Spesies : Oryza sativa L. Var. Glutinosa

Ketan putih hampir seluruhnya terdiri dari pati yang merupakan suatu

polimer yang terdiri dari dua komponen utama yaitu amilosa dan amilopektin.

Pembuatan pati tapai padat dapat dibagi menjadi dua tahap antara lain:

proses pengolahan bahan baku menjadi tapai dan proses pengolahan tapai

menjadi pati tapai padat. Proses pengolahan bahan baku menjadi tapai

meliputi: pemilahan bahan baku, perendaman, pencucian, pemasakan,

pendinginan, pemberian ragi, fermentasi dan pengepresan sedangkan proses

pengolahan tapai menjadi pati tapai padat meliputi; pemasakan air tapai,

pengadukan, pencetakan dan pengeringan, pemotongan, pembungkusan dan

pengepakan (Meigia, dkk., 2004).

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pati - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42211/4/Chapter II.pdf · Hal ini digunakan untuk memisahkan kedua komponen tersebut.

2.3 Amok

Am

terhadap a

tidak lebih

Pemerian:

Kelarutan

karbon tet

Baku pem

POM, 199

Pe

mengamat

tersebut te

Chain ber

penisilin.

kemudian

kebutuhan

semisintet

ksisilin

G

moksisilin m

anhidrat. Me

h dari 1050

serbuk hab

: sukar laru

traklorida da

mbanding B

95).

nisilin dite

ti pertumb

erkontamina

rhasil meng

Pertama d

digunakan

n meningkat

tis. Penisili

Gambar 2.3

mengandung

empunyai p

μg per mg C

blur, putih, p

ut dalam air

an dalam kl

BPFI; tidak

mukan oleh

uhan stafil

asi oleh jam

gisolasi sub

digunakan

n P.Chrys

t. Penisilin

in alam dip

vi

3 Rumus str

g tidak kura

potensi setar

C16H19N3O

praktis tidak

r dan meth

loroform.

k boleh dik

h Fleming

lokokus te

mur. Kemud

bstansia ak

penisilin n

sogenum se

terbagi atas

peroleh den

ruktur amok

ang dari 90

ra dengan ti

5S, dihitung

k berbau.

anol; tidak

keringkan s

pada tahun

ertentu diha

dian di ujung

ktif dari jam

neonatum u

emasa per

s dua yaitu

ngan jalan

ksisilin

,0% C16H19

idak kurang

g terhadap z

larut dalam

sebelum dig

n 1929 di

ambat bila

g tahun 193

mur Flemin

untuk pem

ang dunia

penisilin al

mengubah

9N3O5S, dih

g dari 900 μ

zat anhidrat.

m benzen, d

gunakan (D

London, se

a bakteri-b

30-an Flore

ng yang di

makaian sist

a kedua k

lam dan pen

h struktur k

hitung

μg dan

.

dalam

Ditjen

etelah

akteri

y dan

isebut

temik

karena

nisilin

kimia

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pati - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42211/4/Chapter II.pdf · Hal ini digunakan untuk memisahkan kedua komponen tersebut.

vii

penisilin alam atau dengan cara sintetis inti penisilin yaitu asam amino penisilat

(Munaf, 1994).

Tetapi penemuan ini baru dikembangkan dan digunakan pada permulaan

perang dunia kedua di tahun 1941, ketika obat-obat antibakteri sangat diperlukan

untuk menanggulangi infeksi dari luka-luka akibat pertempuran (Tan dan

Rahardja, 2002)

Menurut Siswandono dan Soekardjo (1995), antibiotika berasal dari

sumber-sumber berikut, yaitu Actiomycetales (58,2%), jamur (18,1%), tanaman

tinggi (12,1%), Eubacteriales terutama Bacilli (7,7%), binatang (1,8%),

Pseudomonales (1,2%) dan ganggang atau lumut (0,9%). Antibiotika dapat

dikelompokkan berdasarkan tempat kerja, spektrum aktivitas dan struktur

kimianya. Penggolongan antibiotika berdasarkan spektrum aktivitasnya:

1. Antibiotika dengan spektrum luas, efektif baik terhadap Gram-positif

maupun Gram-negatif.

Contoh: turunan tetrasiklin, turunan amfenikol, turunan aminoglikosida,

turunan makrolida, rifamfisin, beberapa turunan penisilin, seperti

ampisilin, amoksisilin, bakampisilin, karbenisilin, hetasilin, rivampisilin,

sulbenisilin, dan tikarsilin, dan sebagian besar turunan sefalosporin.

2. Antibiotika yang aktivitasnya lebih dominan terhadap bakteri Gram-

positif.

Contoh: Basitrin, eritromisin, sebagian besar turunan penisilin, seperti

benzilpenisilin, penisilin G prokain, penisilin V, metisilin Na, nafsilin Na,

oksasilin Na, kloksasilin Na, dikloksasilin Na dan floksasilin Na, turunan

linkoksamida, asam fusidat dan beberapa turunan sefalosporin.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pati - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42211/4/Chapter II.pdf · Hal ini digunakan untuk memisahkan kedua komponen tersebut.

viii

3. Antibiotika yang aktivitasnya lebih dominan terhadap bakteri Gram-

negatif.

Contoh: Kolistin, polimiksin B sulfat dan sulfomisin.

4. Antibiotika yang aktivitasnya lebih dominan terhadap Mycobacteriae

(antituberkulosis)

Contoh: Streptomisin, kanamisin, rifampisin, viomisin dan kapreomisin.

5. Antibiotika yang aktif terhadap jamur (anti jamur).

Contoh: Gliseofulfin dan antibiotika polien, seperti nistatin, amfoterisin B

dan kandisidin.

6. Antibiotika yang aktif terhadap neoplasma (anti kanker).

Contoh: Aktinomisin, bleomisin, daunorubisin, mitomisin dan mitramisin.

Amoksisilin adalah antibiotika golongan β-laktam dengan spektrum luas,

digunakan untuk pengobatan infeksi pada saluran napas, saluran empedu dan

saluran seni, gonorhu, gastroenteritis, meningitis dan infeksi karena Salmonella

sp., seperti demam tipoid. Amoksisilin merupakan turunan penisilin yang tahan

asam tetapi tidak tahan terhadap penisilanase. Beberapa keuntungan dibandingkan

ampisilin adalah penyerapan obat dalam saluran cerna lebih sempurna, sehingga

kadar darah dalam plasma dan saluran seni lebih tinggi, serta adanya makanan

tidak mempengaryhi penyerapan obat (Siswandono dan Soekardjo, 1995).

Menurut Munaf (1994), berdasarkan aktivitas antimikrobanya turunan

penisilin dibagi menjadi beberapa kelompok sebagai berikut:

1. Penisilin G dan penisilin V yang sangat aktif terhadap kokus gram positif,

tetapi mudah dihidrolisir oleh penisilanase. Sehingga obat ini tidak aktif

terhadap sebagian besar strain stafilokokus.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pati - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42211/4/Chapter II.pdf · Hal ini digunakan untuk memisahkan kedua komponen tersebut.

ix

2. Penisilin retensi penisilanase seperti metisilin, nafsilin, oksasilin,

kloksasilin, diklosasilin, kurang sensitif terhadap mikroorganisme yang

sensitif terhadap penisilin G, tetapi merupakan obat pilihan terhadap

stafilokokus aureus penghasil penisilanase.

3. Ampisilin, amoksisilin dan hetasilin termasuk satu grup penisilin dimana

aktivitas antimikrobanya lebih luas termasuk gram negatif seperti

Hemofilus influenza, Eschericia coli, Prosteus mirabilis.

4. Karbenislin, tikarsilin dan azlosilin digunakan untuk Pseudomonas,

Enterobacter dan spesies Proteus.

5. Grup pensilin baru. Mezlosin dan piperasilin berguna untuk Klebsiela dan

mikroorganisme gram negatif tertentu.

Antibiotika adalah zat yang dibentuk oleh mikroorganisme yang dapat

menghambat atau membunuh pertumbuhan mikroorganisme lain. Antibiotika

dapat juga dibentuk oleh beberapa hewan dan tanaman tinggi. Di samping itu,

berdasarkan antibiotika alam, dapat pula dibuat antibiotika baru secara sintetis

parsial yang sebagian mempunyai sifat yang lebih baik. Antibiotika yang berguna

hanyalah antibiotika yang mempunyai kadar hambat minimun (KHM) in vitro

lebioh kecil dari kadar zat yang dapat dicapai dalam tubuh dan tidak toksik.

Mekanisme antibiotika umumnya:

1. Menghambat biosintetis dinding sel

2. Meninggikan permeabilitas membran sitoplasma

3. Mengganggu sintesis protein normal bakteri

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pati - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42211/4/Chapter II.pdf · Hal ini digunakan untuk memisahkan kedua komponen tersebut.

x

Umumnya, antibiotika yang mempengaruhi pembentukan dinding sel atau

permeabilitas membran sel bekerja bakterisida, sedangkan yang bekerja pada

sintesis protein bekerja bakteriostatik (Mutschler, 1999).

Antibiotika tidak aktif terhadap kebanyakan virus kecil, mungkin karena

virus tidak memiliki proses metabolisme sesungguhnya, melainkan tergantung

seluruhnya dari proses tuan rumah (Tan dan Rahardja, 2002).

Obat yang digunakan untuk membasmi mikroba, penyebab infeksi pada

manusia, ditentukan harus memiliki sifat toksisitas selektif setinggi mungkin.

Artinya, obat haruslah bersifat sangat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak

toksis pada hospes. Sifat toksisitas selektif yang absolut belum atau mungkin juga

diperoleh (Anonim, 2002).

Mekanisme Kerja

Setelah diabsorpsi amoksisilin didistribusikan ke berbagai jaringan tubuh.

Kadar terapi dalam jaringan-jaringan seperti cairan sendi, pleural, pericardium dan

empedu. Dalam jumlah kecil ditemukan dalam sekresi prostat, jaringan otak, dan

cairan intraokuler (Munaf, 1994).

Amoksisilin adalah derivat-hidroksi dengan aktivitas sama dengan

ampisilin. Tetapi resorbsinya lebih lengkap dan pesat dengan kadar darah dua kali

lipat. Waktu paruhnya 1-2 jam. Persentasi pengikatan pada protein jauh lebih

ringan dari pada penisilin G dan penisilin V. Difusinya ke jaringan dan cairan

tubuh lebih baik, antara lain kedalam air liur pasien bronchitis kronis. Kadar

bentuk aktifnya dalam kemih jauh lebih tinggi dari pada ampisilin sehingga lebih

banyak digunakan pada infeksi saluran kemih. Efek samping berupa gangguan

lambung usus (Tan dan Rahardja, 2002).

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pati - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42211/4/Chapter II.pdf · Hal ini digunakan untuk memisahkan kedua komponen tersebut.

xi

Amoksisilin merupakan antibiotika dari penisilin semisintetik yang stabil

dalam suasana asam, kerja bakterisida, atau pembunuh bakterinya seperti

ampisilin. Amoksisilin diabsorbsi dengan cepat dan baik di saluran pencernaan,

tidak tergantung adanya makanan dalam lambung dan setelah 1 jam

konsentrasinya dalam darah sangat tinggi sehingga efektivitasnya tinggi.

Amoksisilin diekskresikan atau dibuang terutama melalui ginjal, dalam air kemih

terdapat dalam bentuk aktif. Amoksisilin sangat efektif terhadap organisme gram

positif dan gram negatif. Penggunaan amoksisilin seringkali dikombinasikan

dengan asam klavunalat untuk meningkatkan potensi dalam membunuh bakteri

(Junaidi, 2009).

Dosis: oral 3 kali sehari 375-1000 mg, anak-anak < 10 tahun 3 kali sehari

10 mg/kg, 3-10 tahun 3 kali sehari 250 mg, 1-3 tahun 3 kali sehari 125 mg, 0-1

tahun 3 kali sehari 100 mg, juga diberikan secara i.m/i.v (Tan dan Rahardja,

2002).

2.4 Sirup Kering

Sirup kering adalah suatu campuran padat yang ditambahkan air pada saat

digunakan, sediaan tersebut dibuat pada umumnya untuk bahan obat yang tidak

stabil dan tidak larut dalam pembawa air. Agar campuran setelah ditambah air

membentuk dispersi yang homogen, maka dalam formulanya digunakan bahan

pensuspensi atau bahan pendispersi. Komposisi sediaan ini biasanya terdiri dari

bahan pensuspensi atau pendispersi, pembasah, pemanis, pengawet, penambah

rasa atau aroma, buffer dan zat warna. Obat yang biasa dibuat dalam sediaan sirup

kering adalah obat yang tidak stabil untuk disimpan dalam periode waktu tertentu

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pati - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42211/4/Chapter II.pdf · Hal ini digunakan untuk memisahkan kedua komponen tersebut.

xii

dengan adanya pembawa air (sebagai contoh obat-obat antibiotik) sehingga lebih

sering diberikan sebagai campuran kering untuk dibuat suspensi atau larutan pada

saat akan digunakan. Biasanya sirup kering hanya digunakan untuk pemakaian

selama satu minggu setelah dalam bentuk cairan (Ansel, 1989).

Adapun kriteria suspensi dan suspensi kering yaitu harus memenuhi

krietria tertentu. Kriteria dari suatu sediaan suspensi yang baik adalah :

a. Pengendapan partikel lambat sehingga takaran pemakaian yang serba sama

dapat dipertahankan dengan pengocokan sediaan.

b. Seandainya terjadi pengendapan selama penyimpanan harus dapat segera

terdispersi kembali apabila suspensi dikocok.

c. Endapan yang terbentuk tidak boleh mengeras pada dasar wadah.

d. Viskositas suspensi tidak boleh terlalu tinggi sehingga sediaan dengan

mudah dapat dituang dari wadahnya.

e. Memberikan warna, rasa, bau serta rupa yang menarik.

Sedangkan kriteria suatu sediaan suspensi keringyang baik adalah:

a. Kadar air serbuk boleh melebihi batas maksimum. Selama penyimpanan

serbuk harus stabil secara fisik seperti tidak terjadi perubahan warna, bau,

bentuk partikel dan stabil secara kimia seperti tidak terjadi perubahan pH

yang drastis.

b. Pada saat akan disuspensikan, serbuk harus cepat terdispersi secara merata

di seluruh cairan pembawa dengan hanya memerlukan sedikit pengocokan

atau pengadukan.

c. Bila suspensi kering telah dibuat suspensi maka suspensi kering dapat

diterima bila memiliki kriteria dari suspensi.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pati - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42211/4/Chapter II.pdf · Hal ini digunakan untuk memisahkan kedua komponen tersebut.

xiii

2.5 Granulasi

Granulasi adalah proses dimana partikel serbuk diubah menjadi granul.

Secara umum granulasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu granulasi basah

dan granulasi kering.

a. Granulasi basah

Pada granulasi basah bahan dilembabkan dengan larutan pengikat yang

cocok, sehingga serbuk terikat bersama dan terbentuk masaa yang lembab. Pelarut

yang digunakan umumnya bersifat volatil sehingga mudah dihilangkan pada saat

dikeringkan. Massa lembab kemudian dibagi-bagi sehingga terbentuk nutiran

granul.

b. Granulasi kering

Pada granulasi kering obat dan bahan pembantu mula-mula dicetak

menjadi tablet yang cukup besar, yang massanya tidak tentu. Selanjutnya tablet

yang terbentuk dihancurkan dengan mesin penggranul kering gesekan atau dengan

cara sederhana menggunkan alu di atas sebuah ayakan sehingga terbentuk butiran

granul.

2.6 Stabilitas sediaan sirup kering

Menurut Syamsuni (2005), salah satu masalah yang dihadapi dalam proses

pembuatan suspensi ataupun sirup kering adalah cara memperlambat penimbunan

partiket serta menjaga homogenitas partikel. Cara tersebut merupakan salah satu

tindakan untuk menjaga stabilitas suspensi atau sirup kering. Beberapa faktor

yang mempengaruhi stabilitas nya adalah:

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pati - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42211/4/Chapter II.pdf · Hal ini digunakan untuk memisahkan kedua komponen tersebut.

xiv

a. Ukuran partikel

Ukuran partikel erat hubungannya dengan luas penampang partikel

tersebut serta daya tekan ke atas dari cairan suspensi itu. Hubungan antara ukuran

partikel merupakan perbandingan terbalik dengan luas penampangnya. Sedangkan

antara luas penampang dengan daya tekan ke atas terdapat hubungan linier.

Artinya semakin kecil ukuran partikel semakin besar luas penampangnya (dalam

volume yang sama). Sedangkan semakin besar luas penampang partikel, daya

tekan keatas cairan akan semakin besar, akibatnya memperlambat gerakan partikel

untuk mengendap sehingga untuk memperlambat gerakan tersebut dapat

dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel (Syamsuni, 2005).

b. Kekentalan (Viskositas)

Kekentalan suatu cairan mempengaruhi pula kecepatan aliran cairan

tersebut, semakin kental suatu cairan, kecepatan alirannya semakin turun atau

semakin kecil. Kecepatan aliran dari cairan tersebut akan mempengaruhi pula

gerakan turun partikel yang terdapat di dalamnya. Dengan demikian, dengan

menambah kekentalan atau viskositas cairan, gerakan turun partikel yang

dikandungnya akan diperlambat. Perlu diingat bahwa kekentalan suspensi tidak

boleh terlalu tinggi agar sediaan mudah dikocok dan dituang (Syamsuni, 2005).

c. Jumlah Partikel (Konsentrasi)

Jika di dalam suatu ruangan terdapat partikel dalam jumlah besar, maka

partikel akan sulit melakukan gerakan bebas karena sering terjadi benturan antara

partikel tersebut. Oleh benturan ini akan menyebabkan terbentuknya endapan zat

tersebut, oleh karena itu semakin besar konsentrasi partikel, makin besar

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pati - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42211/4/Chapter II.pdf · Hal ini digunakan untuk memisahkan kedua komponen tersebut.

xv

kemungkinannya terjadi endapan partikel dalam waktu yang singkat (Syamsuni,

2005).

d. Sifat atau Muatan Partikel

Suatu suspensi kemungkinan besar terdiri atas beberapa macam campuran

bahan yang sifatnya tidak selalu sama. Dengan demikian, ada kemungkinan

terjadi interaksi antarbahan yang menghasilkan bahan yang sukar larut dalam

cairan tersebut. Karena sifat bahan tersebut sudah merupakan sifat alam, kita tidak

dapat mempengaruhinya. Stabilitas fisik suspensi farmasi didefinisikan sebagai

kondisi suspensi dimana partikel tidak mengalami agregasi dan tetap terdistribusi

merata. Jika partikel mengendap, partikel tersebut akan mudah tersuspensi

kembali dengan pengocokan ringan. Partikel yang mengendap ada kemungkinan

dapat saling melekat oleh suatu kekuatan untuk membentuk agregasi dan

selanjutnya membentuk compacted cake, peristiwa itu disebut “caking”

(Syamsuni, 2005).

2.7 Spektrofotometri Ultraviolet

Spektrofotometri serapan merupakan pengukuran suatu interaksi antara

radiasi elektromagnetik dengan molekul atau atom dari suatu zat kimia. Teknik

yang sering digunakan dalam analisis farmasi meliputi spektrofotometri

ultraviolet, cahaya tampak, infra merah dan serapan atom. Jangkauan panjang

gelombang untuk daerah ultraviolet adalah 190 - 380 nm, daerah cahaya tampak

380 - 780 nm, daerah inframerah dekat 780 - 3000 nm, dan daerah inframerah 2,5

- 40 µm atau 4000 - 250 cm-1 (Ditjen POM, 1995).

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pati - repository.usu.ac.idrepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/42211/4/Chapter II.pdf · Hal ini digunakan untuk memisahkan kedua komponen tersebut.

xvi

Radiasi ultraviolet dan sinar tampak diabsorpsi oleh molekul organik

aromatik, molekul yang mengandung elektron-π terkonjugasi dan atau atom

dengan elektron-n yang menyebabkan transisi elektron di orbital terluarnya dari

tingkat energi dasar ke tingkat energi tereksitasi. Besarnya serapan radiasi tersebut

sebanding dengan banyaknya molekul analit yang mengabsorpsi sehingga dapat

digunakan untuk analisis kuantitatif (Satiadarma, dkk., 2004).

Spektrofotometer UV-VIS adalah pengukuran panjang gelombang dan

intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel.

Spektrofotometer UV-VIS biasanya digunakan untuk molekul dan ion anorganik

atau kompleks didalam larutan. Sinar ultraviolet berada pada panjang gelombang

400 - 800 nm.

Sebagai sumber cahaya biasanya digunakan lampu hydrogen atau

deuterium untuk pengukuran UV dan lampu tungsten untuk pengukuran pada

cahaya tampak. Panjang gelombang dari sumber cahaya akan dibagi oleh pemisah

panajnag gelombang. Seperti pada prisma atau monokromator. Panjang

gelombang adalah jarak antara satu lembah dan satu puncak. Sedangkan frekuensi

adalah kecepatan cahaya dibagi dengan panjang gelombang. Bilangan gelombang

(V) adalah satu satuan perpanjangan gelombang (Dachriyanus, 2004).

Spektrofotometri merupakan suatu alat yang berguna untuk mempelajari

keseimbangan kimia atau untuk menentukan laju reaksi kimia. Zat kimia yang

mengambil bagian dalam keseimbangan harus mempunyai spekta absorbsi yang

berbeda dan seseorang dengan mudah mengamati variasi absorbsi pada panjang

gelombang tertentu untuk setiap zat (Martin,1990).

Universitas Sumatera Utara