BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nilam (Pogostemon cablinrepository.ump.ac.id/5198/3/MUSTIKA KRISNASARI...

20
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nilam (Pogostemon cablin Benth) 2.1.1 Klasifikasi Tanaman Nilam Menurut Cronquist (1981), tanaman nilam dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Divisio : Magnoliophyta Classis : Magnoliopsida Ordo : Lamiales Familia : Lamiaceae Genus : Pogostemon Spesies : Pogostemon cablin Benth 2.1.2 Deskripsi Tanaman Nilam Nilam termasuk ke dalam genus Pogostemon yang merupakan tanaman herba atau perdu, tanaman ini menghasilkan bau harum dengan batang hampir seluruhnya segi empat dan panjang tangkai daun tanaman nilam 0,8 cm. Tanaman nilam tumbuh tegak dan cabang sisi serta daun kebanyakan melintang berhadapan. Nilam yang ditanam di Jawa sering ditemukan tidak berbunga dan biasa ditanam ditaman. Daun tanaman nilam tidak memiliki daun penumpu dan letak bunga nilam berhadapan dalam satu rumpun. Bunga berkelamin 2 dan zigomorf, kelopak berdaun lekat dengan jumlah 5 helai. Mahkota pada bunga nilam hampir 6 Variasi Pemberian Pupuk..., Mustika Krisnasari, FKIP UMP, 2015

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nilam (Pogostemon cablinrepository.ump.ac.id/5198/3/MUSTIKA KRISNASARI...

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nilam (Pogostemon cablin Benth)

2.1.1 Klasifikasi Tanaman Nilam

Menurut Cronquist (1981), tanaman nilam dapat diklasifikasikan sebagai

berikut:

Divisio : Magnoliophyta

Classis : Magnoliopsida

Ordo : Lamiales

Familia : Lamiaceae

Genus : Pogostemon

Spesies : Pogostemon cablin Benth

2.1.2 Deskripsi Tanaman Nilam

Nilam termasuk ke dalam genus Pogostemon yang merupakan tanaman

herba atau perdu, tanaman ini menghasilkan bau harum dengan batang hampir

seluruhnya segi empat dan panjang tangkai daun tanaman nilam 0,8 cm. Tanaman

nilam tumbuh tegak dan cabang sisi serta daun kebanyakan melintang berhadapan.

Nilam yang ditanam di Jawa sering ditemukan tidak berbunga dan biasa ditanam

ditaman. Daun tanaman nilam tidak memiliki daun penumpu dan letak bunga

nilam berhadapan dalam satu rumpun. Bunga berkelamin 2 dan zigomorf, kelopak

berdaun lekat dengan jumlah 5 helai. Mahkota pada bunga nilam hampir

6

Variasi Pemberian Pupuk..., Mustika Krisnasari, FKIP UMP, 2015

7

seluruhnya berjumlah 5. Bunga nilam memiliki benang sari yang berjumlah 4,

bakal buah beruang 2, dengan 2 bakal biji tiap ruang (van Steenis, 2008).

2.1.3 Jenis Tanaman Nilam

Di Indonesia terdapat tiga jenis nilam yang dapat dibedakan antara lain dari

karakter, morfologi, kandungan dan kualitas minyak serta ketahanan terhadap

cekaman berbagai penyakit. Ketiga jenis nilam tersebut adalah Nilam Tapaktuan

(Pogostemon hortensis), Nilam Lhokseumawe (Pogostemon heyneanus) dan

Nilam Sidikalang (Pogostemon cablin).

a) Nilam Tapaktuan (Pogostemon hortensis)

Nilam Tapaktuan memiliki kemampuan adaptasi yang tinggi, batang

berwarna hijau dengan sedikit warna ungu. Jenis nilam ini biasanya digunakan

dalam pembuatan sabun. Pogostemon hortensis memiliki daun yang tipis, dengan

ujung daun agak runcing dan tidak bebunga. Kadar minyak daun pada

Pogostemon hortensis rendah antara 0,5 – 1,5% dari berat daun kering dan

komposisi minyak tidak bagus (Anonim, 2013).

b) Nilam Lhokseumawe (Pogostemon heyneanus)

Nilam Lhokseumawe memiliki daya adaptasi yang tinggi dan batang

berwarna ungu. Tanaman ini bisa tumbuh secara liar dipekarangan – pekarangan

rumah yang disebut nilam hutan atau nilam jawa. Daun nilam Lhokseumawe lebih

tipis dari pada Pogostemon cablin, dengan ujung daun agak runcing. Kadar

minyak nilam ini berkisar antara 0,5 – 1,5% dari berat daun kering dan memiliki

komposisi minyak jelek (Anonim, 2013). Pogostemon heyneanus merupakan

salah satu jenis tanaman yang dapat menghasilkan senyawa terpenoid. Tanaman

Variasi Pemberian Pupuk..., Mustika Krisnasari, FKIP UMP, 2015

8

ini telah lama berkembang didaerah Aceh. Daerah asal tanaman nilam ini dari

India, Srilangka dan Filipina (Wahyuno dan Sukamto, 2010).

c) Nilam Sidikalang (Pogostemon cablin)

Nilam Sidikalang memiliki daya adaptasi yang tinggi dan warna batang

ungu gelap. Nilam Sidikalang biasa terdapat di Filipina, Brazilia, Paraguai,

Madagaskar dan Indonesia. Memiliki daun sedikit membulat seperti jantung dan

bagian bawah daun terdapat bulu – bulu rambut sehingga warnanya pucat.

Kualitas minyak nilam Sidikalang sangat tinggi dengan kadar minyak 2,5 – 5 %,

komposisinya bagus dan nilam jenis ini jarang sekali berbunga (Anonim, 2013).

Jenis nilam yang banyak dibudidayakan saat ini oleh para petani nilam yaitu

nilam Sidikalang karena memiliki kualitas minyak yang lebih tinggi dibandingkan

dengan jenis nilam Lhokseumawe dan nilam Tapaktuan. Selain memiliki kualitas

minyak yang tinggi, nilam jenis Sidikalang juga toleran terhadap beberapa jenis

penyakit, terutama penyakit layu bakteri yang disebabkan oleh bakteri Ralstonia

solanacearum.

Variasi Pemberian Pupuk..., Mustika Krisnasari, FKIP UMP, 2015

9

Tabel 1.1 Diskripsi Tiga Jenis Tanaman Nilam

Varietas Tapak Tuan Lhokseumawe Sidikalang

Asal Tinggi tan. (cm) Warna batang muda Warna batang tua Bentuk batang Percabangan Jumlah cab. primer Jumlah cab. sekunder Cabang primer (cm) Cabang sekunder (cm) Bentuk daun Pertulangan daun Warna daun Panjang daun (cm) Lebar daun (cm) Tebal daun (mm) Tangkai daun (cm) Jumlah daun/cabang primer Ujung daun Pangkal daun Tepi daun Bulu daun Terna segar (ton/ha) Minyak (kg/ha) Kadar minyak (%) Patchouli alkohol (%) Ketahanan

Meloidogyne incognita Pratylenchus bracyurus Radhopolus similis Ralstonia

solanacearum

Tapak Tuan (NAD) 50,57-82,28 Ungu Hijau keunguan Persegi Lateral 7,30-24,48 18,80-25,70 46,24-65,98 19,80-45,31 Delta, bulat telur Menyirip Hijau 6,47-7,52 5,22-6,39 0,31-0,78 2,67-4,13 35,37-157,84

Runcing Rata, membulat Bergerigi ganda Banyak, lembut 41,51-103,05 234,89-583,26 2,07-3,87 28,69-35,90

Sangat rentan Sangat rentan Rentan Rentan

Lhokseumawe (NAD) 61,07-65,97 Ungu Ungu kehijauan Persegi Lateral 7,00-19,76 11,42-25,72 38,40-63,12 18,96-35,06 Delta, bulat telur Menyirip Hijau 6,23-6,75 5,16-6,36 0,31-0,81 2,66-4,28 48,05-118,62

Runcing Datar, membulat Bergerigi ganda Banyak, lembut 42,59-64,67 273,49-415,05 2,00-4,14 29,11-34,46

Rentan Agak rentan Rentan Rentan

Sidikalang (Sumut) 70,70-75,69 Ungu Ungu kehijauan Persegi Lateral 8,00-15,64 17,37-20,70 43,01-61,69 25,80-34,15 Delta, bulat telur Menyirip Hijau keunguan 6,30-6,45 4,88-6,26 0,30-4,25 2,71-3,34 58,07-130,43

Runcing Rata, membulat Bergerigi ganda Banyak, lembut 31,19-80,37 176,47-464,42 2,23-4,23 30,21-35,20

Agak rentan Agak rentan

Agak rentan

Toleran

Peneliti Y. Nuryani, Hobir, C. Syukur dan I. Mustika

Sumber: Nuryani (2005)

2.1.4 Syarat Tumbuh Tanaman Nilam

1. Tinggi Tempat

Nilam dapat tumbuh dan berkembang di dataran rendah sampai pada

dataran tinggi dengan ketinggian 1.200 meter diatas permukaan laut. Akan tetapi,

nilam akan tumbuh dengan baik dan berproduksi minyak tinggi pada ketinggian

tempat antara 50 – 400 m dpl . Pada dataran rendah kadar minyak lebih tinggi

Variasi Pemberian Pupuk..., Mustika Krisnasari, FKIP UMP, 2015

10

tetapi kadar patchouli alcohol lebih rendah, sebaliknya pada dataran tinggi kadar

minyak rendah, kadar patchouli alcohol (Pa) tinggi (Nuryani dkk, 2005).

2. Jenis Tanah

Tanah yang sesuai untuk tanaman nilam yaitu tanah yang subur dan

gembur, kaya akan humus, tidak tergenang air, bertekstur halus dan dapat diolah

seperti Andosol atau Latosol dengan kemiringan kurang dari 15° (Nuryani, 2006).

3. Keasaman tanah

Tanaman nilam termasuk tanaman yang mudah tumbuh seperti tanaman

herba lainnya, namun untuk memperoleh produksi yang maksimal diperlukan

kondisi ekologi yang sesuai untuk pertumbuhannya. Nilam dapat tumbuh dengan

baik pada kisaran pH antara 5,5 – 7 (Nuryani, 2006).

4. Suhu, Iklim dan Kelembaban

Kondisi ekologi yang sesuai dengan jenis tanaman, akan menyebabkan

tanaman tumbuh secara maksimal. Untuk tanaman nilam sendiri menghendaki

iklim sedang dengan suhu yang panas dan lembab. Suhu optimum untuk tanaman

nilam adalah 24 – 28° C dengan kelembaban relatif antara 70 – 90 % (Nuryani,

2006).

5. Curah Hujan dan Intensitas Cahaya Matahari

Nilam menghendaki intensitas cahaya matahari antara 75 – 100 % dan

apabila tanaman kurang mendapat sinar matahari (ternaungi), maka kadar minyak

nantinya akan rendah. Curah hujan mempunyai beberapa fungsi untuk tanaman,

diantaranya adalah sebagai pelarut zat nutrisi, pembentuk gula dan pati, sarana

transpor hara dalam tanaman, penumbuhan sel dan pembentukan enzim, dan

Variasi Pemberian Pupuk..., Mustika Krisnasari, FKIP UMP, 2015

11

menjaga stabilitas tanaman. Tanaman nilam membutuhkan curah hujan relatif

tinggi yaitu antara 2.000 – 2500 mm per tahun dan penyebarannya merata

sepanjang tahun (Nuryani, 2006).

2.2 Pupuk

Tanaman nilam selalu membutuhkan unsur hara dalam tanah, tanpa

adanya penambahan unsur hara ke dalam tanah maka kondisi tanah akan semakin

buruk. Hal ini dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman nilam karena jumlah

penyerapan unsur hara pada tanaman berkurang. Oleh karena itu penambahan

unsur hara dilakukan untuk usaha memelihara serta mempertinggi kesuburan

tanah yaitu dengan cara pemupukan (Anonim, 2013).

Petani yang melakukan pemupukan pada tanaman nilam hanya 20,8%

dimana tindakan ini sangat diperlukan untuk meningkatkan produktivitas dan

mutu tanaman, juga untuk mempertahankan/mengembalikan kesuburan tanah,

mengingat besarnya unsur hara tanah yang terangkut saat panen. Beberapa

penelitian membuktikan bahwa tanaman nilam sangat responsif terhadap

pemupukan, tindakan pemupukan secara nyata dapat meningkatkan produksi

tanaman dan minyak yang dihasilkan. Pupuk anorganik yang biasa digunakan

bagi tanaman ini adalah pupuk urea (ZA), SP 36 dan KCI sedangkan pupuk

organik berupa pupuk kandang, kompos dan pupuk hijau (Herry dkk, 1998).

Menurut Ismawari (2003), pemupukan dapat memberikan hasil yang

optimum jika dalam pelaksanaannya memperhatikan empat kunci “tepat”, yaitu

tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, dan tepat cara pemberian. Mengingat hasil

pemupukan pada jenis tanaman yang sama tidak selalu memberikan hasil yang

Variasi Pemberian Pupuk..., Mustika Krisnasari, FKIP UMP, 2015

12

sama baik, maka perlu memperhatikan hal – hal lain untuk mendapatkan produksi

lebih baik, yaitu sifat tanah seperti tingkat kesuburan, reaksi tanah, kadar air, sifat

pupuk yang diberikan, pengolahan lahan, penyiangan, dan pemilihan bibit yang

baik. Dalam pertumbuhannya tanaman memerlukan tiga unsur hara penting, yaitu

nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K).

1) Nitrogen (N)

Nitrogen berasal dari organik (sisa – sisa tanaman) yang melapuk, dan

dapat menyuburkan tanah sehingga tanah mampu untuk pertumbuhan tanaman

serta memberikan hasil yang baik. Pelapukan – pelapukan ini berarti telah

melangsungkan pembentukan pupuk organik. Sedangkan N yang berasal dari

pupuk buatan, misalnya urea dan ZA (Mulyani, 2008).

Urea termasuk pupuk nitrogen yang dibuat dari gas amoniak dan gas asam

arang. Persenyawaan kedua zat ini melahirkan pupuk urea dengan kandungan N

sebanyak 46%. Pada kelembaban 73%, pupuk ini mampu menarik uap air dari

udara, karena kemampuannya yang mudah menarik uap air maka urea termasuk

pupuk yang higroskopis. Urea mudah larut dalam air dan mudah diserap oleh

tanaman. Sifat urea mudah tercuci oleh air dan mudah terbakar oleh sinar

matahari, sehingga dianjurkan pemberian urea ini lewat daun (Lingga & Marsono,

2002).

Pupuk Zwavelzure amoniak dibuat dari gas amoniak dan asam belerang

(zwavelzure). Persenyawaan kedua zat ini menghasilkan pupuk ZA dengan

kandungan N sebanyak 20,5 – 21%. Bentuk pupuk ini Kristal berukuran kecil dan

memiliki warna putih, abu – abu, biru keabu – abuan dan kuning. Sifat pupuk ZA

Variasi Pemberian Pupuk..., Mustika Krisnasari, FKIP UMP, 2015

13

menarik air, tetapi akan menarik uap air pada kelembaban 80% dan suhu 30oC.

Sifat lain pupuk ini yaitu reaksi kerjanya sedikit lambat dan akar tanaman tidak

dapat menyerapnya bersama air tanah, tetapi harus mendapatkannya secara

langsung (Lingga & Marsono, 2002).

Peranan utama nitrogen (N) untuk merangsang pertumbuhan tanaman

secara keseluruhan, terutama pada fase vegetatif, khususnya batang, cabang, dan

daun. Nitrogen juga berperan penting dalam pembentukan hijau daun (klorofil)

yang sangat berguna dalam proses fotosintesis (Lingga & Marsono, 2002).

Sumber N sekitar 78% berasal dari udara. Nitrogen masuk ke Bisfera yang

disebabkan oleh jasad renik pengikat N dan dapat hidup bebas yang dapat bekerja

sama sehingga terjadilah protein dalam bentuk atau mengandung asam amino

yang kemudian diubah menjadi bentuk yang tersedia bagi tanaman yaitu NH4+ dan

NO3- (Mulyani, 2008).

Apabila tanaman kekurangan unsur N akan mengalami gejala – gejala

seperti warna daun yang awalnya berwarna hijau agak kekuning – kuningan akan

berubah menjadi kuning lengkap. Jaringan daun mati dan inilah yang

menyebabkan daun selanjutnya menjadi kering dan berwarna merah kecoklatan.

Pada tanaman dewasa pertumbuhan yang terhambat ini akan berpengaruh pada

pembuahan, hal ini menyebabkan perkembangan buah tidak sempurna, umumnya

kecil – kecil dan cepat matang. Kandungan unsur N rendah dapat menimbulkan

daun penuh dengan serat, hal ini dikarenakan menebalnya membran sel daun

sedangkan selnya sendiri berukuran kecil – kecil (Mulyani, 2008).

2) Fosfor (P)

Variasi Pemberian Pupuk..., Mustika Krisnasari, FKIP UMP, 2015

14

Unsur fosfor (P) berfungsi mengedarkan energi keseluruhan bagian

tanaman, berguna untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan akar,

khususnya akar benih dan tanaman muda. Selain itu, fosfor juga berfungsi sebagai

bahan mentah untuk pembentukan sejumlah protein tertentu, membantu asimilasi

dan pernapasan, mempercepat pembungaan dan pembuahan, serta mempercepat

pemasakan biji dan buah (Lingga & Marsono, 2002).

Tanah yang kekurangan unsur fosfor akan mengakibatkan tanaman

menjadi kurang baik. Gejala yang tampak ialah warna daun seluruhnya berubah

tua dan sering tampak mengilap kemerahan. Tepi daun, cabang, dan batang

terdapat warna merah ungu yang lambat laun berubah menjadi kuning. Kalau

tanaman berbuah, buahnya kecil, tampak jelek, dan lekas matang (Lingga &

Marsono, 2002).

3) Kalium (K)

Fungsi utama kalium (K) untuk membantu pembentukan protein,

karbohidrat dan gula. Kaliaum juga berperan dalam memperkuat tubuh tanaman

sehingga daun, bunga dan buah tidak mudah gugur. Membantu pengangkutan gula

dari daun ke buah atau umbi dan sumber kekuatan bagi tanaman dalam

menghadapi kekeringan dan serangan penyakit (Lingga & Masrono, 2002).

Secara fisiologis K mempunyai fungsi mengatur pergerakan stomata dan

hal – hal yang berhubungan dengan cairan sel. Unsur K berperan dalam mengatur

membuka dan menutupnya stomata tanaman, sehingga mempengaruhi transpirasi.

Bila kandungan K tinggi, maka sel – sel stomata tanaman menutup (Novizan,

2002).

Variasi Pemberian Pupuk..., Mustika Krisnasari, FKIP UMP, 2015

15

Tanaman yang tumbuh pada tanah kekurangan unsur kalium akan

memperlihatkan gejala – gejala seperti daun mengerut atau keriting terutama pada

daun tua walaupun tidak merata. Kemudian pada daun akan timbul bercak –

bercak merah cokelat, selanjutnya daun akan mengering kemudian mati. Pada

buah akan tumbuh tidak sempurna, seperti kecil, bermutu jelek, hasilnya rendah

dan tidak tahan simpan (Lingga & Marsono, 2002).

2.2.1 Macam – macam Pupuk

Pupuk merupakan material yang ditambahkan pada media tanam atau

tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga

mampu berproduksi dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik

ataupun non-organik (mineral). Pupuk berbeda dari suplemen tambahan. Pupuk

mengandung bahan baku pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sementara

suplemen seperti hormon tumbuhan membantu kelancaran proses metabolisme.

Pupuk buatan dapat ditambahkan sejumlah material suplemen. Dalam pemberian

pupuk perlu memperhatikan kebutuhan tanaman agar tanaman tidak mendapatkan

kelebihan zat makanan karena kelebihan atau kekurangan zat makanan dapat

berbahaya bagi tanaman (Mulyani, 1995). Agar lebih mudah dipahami, pupuk

dapat dikelompokan berdasarkan asal pembuatannya, yaitu pupuk anorganik dan

pupuk organik.

a) Pupuk Organik

Menurut Intan, (2006) pemupukan merupakan salah satu teknik budidaya

yang dilakukan untuk meningkatkan hasil. Pupuk organik memiliki banyak

Variasi Pemberian Pupuk..., Mustika Krisnasari, FKIP UMP, 2015

16

peranan yang menguntungkan bagi tanaman, antara lain untuk memperbaiki

agregasi tanah, infiltrasi air, kandungan lengas, drainase dan aerasi tanah. Bahan

organik juga berpengaruh terhadap suhu tanah maupun penetrasi akar serta

kegiatan mikroba tanah.

Pupuk organik merupakan bahan yang dihasilkan dari pelapukan sisa –

sisa tanaman, hewan dan manusia. Pupuk organik mempunyai beberapa kelebihan

yang dapat menguntungkan para pertani yaitu memperbaiki struktur tanah,

menaikan daya serap tanah terhadap air, menaikan kondisi kehidupan didalam

tanah dan sebagai sumber zat makanan bagi tanaman (Ismawari, 2003).

b) Pupuk Anorganik

Pupuk anorganik ialah pupuk yang dibuat oleh pabrik – pabrik pupuk

dengan meramu bahan – bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya,

pupuk urea berkadar N 45 – 46% (setiap 100 kg urea terdapat 45 – 46 kg hara

nitrogen (Lingga & Marsono, 2002).

Pupuk anorganik memiliki beberapa keuntungan yang dapat dimanfaatkan

oleh para petani sehingga tetap diminati sampai sekarang. Kelebihan dari pupuk

anorganik yaitu sebagai berikut:

a) Pemberianya dapat terukur dengan tepat karena pupuk anorganik umumnya

mempunyai takaran hara yang pas.

b) Kebutuhan tanaman akan hara dapat dipenuhi dengan perbandingan yang tepat.

Misalnya, hingga saat panen, nilam menyedot hara nitrogen 200 kg/ha

sehingga bisa diganti dengan takaran pupuk N yang pas.

c) Pupuk anorganik tersedia dalam jumlah cukup.

Variasi Pemberian Pupuk..., Mustika Krisnasari, FKIP UMP, 2015

17

d) Pupuk anorganik mudah diangkut karena jumlahnya relatif sedikit dibanding

pupuk organik seperti kompos atau pupuk kandang. Akibatnya hasil kalkulasi

biaya angkut pupuk ini jauh lebih murah dibanding pupuk organik (Lingga &

Marsono, 2002).

Pupuk anorganik juga mempunyai beberapa kekurangan yaitu pupuk ini

sangat sedikit atau hampir tidak mengandung unsur hara mikro. Itu sebabnya

pemakaian pupuk anorganik yang diberikan lewat akar perlu diimbangi dengan

pemakaian pupuk daun yang banyak mengandung hara mikro. Apabila tanaman

tidak diimbangi dengan pupuk daun, tanaman akan tumbuh tidak sempurna karena

pemakaian pupuk anorganik yang terus menerus dapat merusak tanah. Selain itu,

penggunaan pupuk anorganik yang terlalu banyak akan mengakibatkan tanaman

mati, sehingga perlu mematuhi aturan pakai yang sudah dianjurkan (Lingga &

Marsono, 2002).

Berdasarkan jenis hara yang dikandungnya, pupuk anorganik yang

diberikan lewat akar ini dapat dikelompokan menjadi dua yaitu, pupuk tunggal

dan pupuk majemuk. Dikatakan pupuk tunggal karena hara yang dikandungnya

hanya satu. Pupuk ini berisi hara utama yaitu nitrogen (N), fosfor (P) dan kalium

(K) (Lingga dan Marsono, 2002).

Menurut Lingga dan Marsono (2002), pupuk majemuk merupakan pupuk

campuran dengan mencampurkan dua atau lebih unsur hara. Pupuk majemuk ini

dibuat dengan cara mencampurkan pupuk – pupuk tunggal. Misalnya, pupuk

nitrogen dicampurkan dengan pupuk fosfat menjadi pupuk NP, dan dicampurkan

lagi dengan pupuk kalium menjadi NPK.

Variasi Pemberian Pupuk..., Mustika Krisnasari, FKIP UMP, 2015

18

2.2.2 Waktu Pemupukan

Pupuk susulan untuk mempercepat pertumbuhan tanaman nilam dan

mendapatkan hasil yang optimal perlu dilakukan pemupukan susulan dengan jenis

dan dosis pupuk sebagaimana tabel di bawah ini :

Tabel 2.2 Pemupukan Susulan pada Tanaman Nilam

N

O

Umur

Tanaman

(bulan)

Pemupukan Jenis dan Dosis per Ha (kg)

Ke Waktu Kandang Urea SP-36 KCL

1 0 Dasar 1 – 2 minggu

sebelum tanam 20.000

2 1 1 - 70 100 150

3 3 2 - 130 - -

4 5 – 6 3 Setelah panen 1 100 50 150

5 10 4 Setelah panen 2 20.000 100 50 75

6 14 5 Setelah panen 3 100 50 75

7 18 - Setelah panen 4 - - -

Jumlah 40.000 500 250 450

(Sumber: Anonim, 2006).

Tanah yang subur dengan pengolahan yang baik dan pemberian pupuk

sesuai akan menjamin pertumbuhan tanaman yang sehat. Tanaman sehat lebih

mampu menahan serangan berbagai serangan patogen. Sebaliknya tanaman yang

kondisi lingkungannya buruk, tanaman lebih rentan terhadap serangan berbagai

patogen (Oka, 1993).

2.3 Penyakit pada Tanaman

Tanaman yang sering menderita berbagai gangguan lingkungan fisik

seperti (kekurangan air, kekurangan zat – zat hara dan iklim) serta gangguan

biologi dan serangan berbagai jenis jasad renik yang bersifat parasit (jamur,

bakteri, virus, mikoplasma, dan nematoda) disebut patogen tanaman yang

menyebabkan tanaman itu menjadi sakit. Tanaman dikatakan sakit apabila terjadi

Variasi Pemberian Pupuk..., Mustika Krisnasari, FKIP UMP, 2015

19

perusakan pada struktur tubuh tanaman atau terjadi proses perubahan metabolisme

yang cukup intensif sehingga mempengaruhi pertumbuhan normal tanaman (Oka,

1993). Dalam pembudidayaan tanaman nilam, penyakit yang sering dijumpai oleh

beberapa petani yaitu penyakit layu bakteri dan budog.

2.3.1 Penyakit Layu

Penyakit layu bakteri (Ralstonian solanacearum) merupakan salah satu

masalah utama pada tanaman nilam dan dapat menimbulkan kematian nilam.

Penyakit ini menurunkan produksi nilam dan kerugian hasil mencapai 60 – 95%

(Sitepu & Asman, 1998). Penyakit ini telah menyebar ke daerah sentra produksi di

Sumatera Barat, Sumatera Utara dan Aceh. Akhir – akhir ini penyakit layu bakteri

nilam telah menyebar luas dan menjadi ancaman terhadap pertanaman nilam.

Gejala penyakit yang terlihat yaitu tanaman layu pada cabang – cabang tanpa suatu

urutan yang teratur dan gejala lanjut berupa seluruh bagian tanaman layu atau mati

dalam waktu singkat. (Sitepu dan Asman, 1998). Pada serangan lanjut, akar dan

pangkal batang membusuk dan terlihat adanya massa bakteri berwarna kuning

keputihan seperti susu. Bentuk gejala ini merupakan ciri khas dari serangan

patogen penyebab penyakit layu bakteri (Nasrun, 2005).

Menurut Sukamto (2009), penanggulangan penyakit layu bakteri pada

tanaman nilam dilakukan secara terpadu yaitu dengan memanfaatkan berbagai

komponen pengendalian mulai dari penyiapan bahan tanaman / bibit unggul

(bebas penyakit), perlakuan persemaian /pembibitan, penanaman di lapang dan

pemeliharaan tanaman yang rutin dari mulai tanam sampai panen. Pengendalian

penyakit pada nilam untuk menurunkan intensitas serangannya bisa dilakukan

19

Variasi Pemberian Pupuk..., Mustika Krisnasari, FKIP UMP, 2015

20

yaitu dengan perlakuan penggunaan pupuk organik, mulsa, pestisida nabati,

agensia hayati / musuh alami dan pestisida kimia sebagai alternatif terakhir.

Gambar 2.1 Gambar Penyakit Layu pada Tanaman Nilam

Strategi pengendalian penyakit layu bakteri pada nilam secara umum dapat

dilakukan dengan cara:

a) Sanitasi dan eradikasi untuk mengurangi inokulum.

b) Membersihkan lahan yang sudah terinfeksi bakteri selama 2 – 3 tahun dan

mencabut tanaman terserang kemudian membakarnya.

c) Pergiliran tanaman dengan tanaman bukan inang layu bakteri.

d) Memperbaiki saluran drainase pada waktu curah hujan tinggi.

e) Menggunakan bibit unggul atau bibit dari tanaman sehat pada kebun yang

belum terserang penyakit layu bakteri.

f) Menggunakan agensia hayati yaitu bakteri Corynebacterium,

Pseudomonas flourescen, Pseudomonas sepasia, Bacillus sp dan

Micrococcus sp.

Variasi Pemberian Pupuk..., Mustika Krisnasari, FKIP UMP, 2015

21

(Sukamto, 2009).

2.3.2 Penyakit Budog

Penyakit budog awalnya terisolasi ke Sumatera, tetapi sekarang ditemukan

di Kalimantan, dan Jawa dimana budidaya nilam telah menyebar (Sukamto,

2009). Penyakit budog disebabkan oleh jamur Synchytrium sp (Sukamto, 2008).

Dari berbagai literatur dan penelitian yang dilakukan oleh para ahli, secara umum

rekomendasi yang diberikan dalam penanggulangan penyakit budog adalah

penggunaan bibit nilam yang bersih dan sehat sebagai cara terbaik untuk

mencegah kemunculan dan penyebaran budog serta penggunaan lahan yang belum

pernah terkontaminasi oleh penyakit budog (Sukamto, 2009).

Gambar 2.2 Gambar Penyakit Budog pada Tanaman Nilam

Gejala penyakit terlihat pada batang yang membengkak, menebal dan daun

yang berkerut dan tebal, dengan permukaan bawah berwarna ungu kemerahan,

permukaan atas daun menguning karena kekurangan unsur hara. Menurut Sitepu &

Asman (1992), sampai saat ini belum ditemukan bahan kimia yang efektif

Variasi Pemberian Pupuk..., Mustika Krisnasari, FKIP UMP, 2015

22

untuk mengendalikan penyakit budog dan belum ada jenis nilam yang tahan

terhadap penyakit ini. Diduga penyebaran penyakit oleh serangga, oleh karena

itu tindakan budidaya perlu diperhatikan antara lain penyemprotan dengan

insektisida untuk mematikan serangga/vektor, pergiliran tanaman, sanitasi kebun

dan yang terpenting adalah menggunakan benih sehat.

Beberapa teknik budidaya, seperti pemupukan nitrogen sesuai dengan

kebutuhan, pemupukan kalium yang cukup (rekomendasi 100 kg KCI/Ha),

penggunaan benih sehat, manajemen air, dan bertanam dalam barisan sangat

dianjurkan terutama pada musim hujan untuk mengurangi percepatan

perkembangan penyakit tanaman (Suparyono, 1997).

2.4 Bakteri Corynebacterium

Corynebacterium merupakan bakteri anaerobik fakultatif, ditandai dengan

tidak berkapsul, tidak berspora, tidak bergerak dan berbentuk batang dengan

panjang 1 hingga 8 µm dan lebar 0,3 hingga 0,8 µm. Menurut Agrios (1997) dapat

diklasifikasikan bakteri Corynebacterium sebagai berikut:

Kingdom : Bacteria

Divisio : Firmicutes

Classis : Thallobacteria

Ordo : Actinomycetales

Familia : Corynebacteriaceae

Genus : Corynebacterium

Spesies : Corynebacterium

Bakteri Corynebacterium termasuk bakteri gram positif karena dengan

Variasi Pemberian Pupuk..., Mustika Krisnasari, FKIP UMP, 2015

23

pewarnaan diferensial dengan larutan ungu kristal, sel bakteri berwarna ungu,

tetapi ketika ditambahkan larutan safranin warna merah sel bakteri tidak

menyerap larutan safranin sehingga tetap berwarna ungu. Bakteri gram positif

pada umumnya bersifat non patogenik (Pelczar & Chan, 2005).

Corynebacterium merupakan bakteri antagonis yang secara morfologis

dapat dikenali dari bentuk elevasi cembung, berbentuk batang dan jenis gram

positif, koloni bakteri berwarna putih kotor dan dibawah lampu ultraviolet tidak

bereaksi (Anonim, 2011).

Corynebacterium berbentuk batang lurus dan sedikit membengkok dengan

ukuran 0,5 – 0,9 X 1,5 – 4 µm. Terkadang bakteri ini mempunyai segmen

berwarna dengan bentuk yang tidak menentu tetapi ada juga berbentuk gada yang

membengkak. Umumnya tidak bergerak, tetapi beberapa spesiesnya ada yang

bergerak dengan rata – rata dua bulu cambuk polar (Agrios, 1997).

4.1 Pemanfaatan Agensia Hayati Corynebacterium

Pemanfaatan bakteri Corynebacterium di bidang pertanian yaitu dengan

penerapan sistem pengendalian hama terpadu (PHT) dengan cara memaksimalkan

penerapan berbagai metode pengendalian hama secara komprehensif dan

mengurangi penggunaan pestisida. Salah satu komponen PHT ini yaitu

pengendalian hayati dengan memanfaatkan bakteri antagonis. Berbagai penelitian

tentang bakteri antagonis terbukti bahwa beberapa jenis bakteri potensial

digunakan sebagai agensia hayati (Hasanuddin, 2003).

Bakteri antagonis tersebut ialah Corynebacterium. Efektifitas

Corynebacterium sebagai bakteri antagonis terhadap penyekit HBD nampaknya

Variasi Pemberian Pupuk..., Mustika Krisnasari, FKIP UMP, 2015

24

sudah cukup baik dan Corynebacterium menunjukkan hasil yang baik pada

penghambatan pemunculan gejala awal, penyebaran maupun intensitas serangan

(Wibowo dkk, 2005).

Corynebacterium juga merupakan salah satu agen hayati yang dapat

mengendalikan penyakit layu bakteri pada tanaman nilam. Adapun OPT lain yang

dapat dikendalikan oleh Corynebacterium adalah penyakit bercak daun pada

jagung, penyakit bengkak akar pada kubis, penyakit bakteri layu pisang, dan

penyakit blast pada padi (Anonim, 2008).

Bakteri – bakteri antagonis ini diantaranya selain dapat menghasilkan

antibiotik juga bisa berperan sebagai kompetitor terhadap unsur hara bagi patogen

tanaman. Pemanfaatan bakteri – bakteri antagonis di masa depan akan menjadi

salah satu pilihan bijak dalam usaha meningkatkan produksi pertanian sekaligus

menjaga kelestarian hayati untuk menunjang budi daya pertanian selanjutnya

(Banjarnohar, 2010).

Bakteri antagonis merupakan mikroorganisme yang mengintervensi

kegiatan patogen penyebab penyakit pada tumbuhan. Pada dasarnya terdapat tiga

mekanisme antagonis dari bakteri yaitu:

1. Hiperparatisme

Terjadi apabila organisme antagonis memparasit organisme parasit

(patogen tumbuhan).

2. Kompetisi ruang dan hara

Terjadi persaingan dalam mendapatkan ruang hidup dan hara, seperti

karbohidrat, Nitrogen, ZPT dan vitamin.

Variasi Pemberian Pupuk..., Mustika Krisnasari, FKIP UMP, 2015

25

3. Antibiosis

Terjadi penghambatan atau penghancuran suatu organisme oleh

senyawa metabolik yang diproduksi oleh organisme lain (Anonim, 2009).

Beberapa hasil kajian dan pengalaman para petani di lapangan tentang

penggunaan bakteri Corynebacterium sebagai agens hayati dalam mengendalikan

penyakit telah banyak dikemukakan. Penelitian di rumah kaca (MK, 1998)

diketahui bahwa patogen pada beberapa jenis sayuran Corynebacterium dapat

menekan gejala Bacterial Red Stripe (BPS/Pseudomonas sp) sebesar 52% dan

terhadap HDB (BLB/Xanthomonas campestris pv oryzae) sebesar 28%.

Corynebacterium efektif menekan laju infeksi HDB di lapang (Purwakarta MK,

1999) sebesar 27%, dan secondary infection (penularan antar rumpun) dapat

ditekan sebesar 84%. Penelitian lapang di Cianjur pada MK 2011, diketahui

bahwa aplikasi sebanyak 4 kali, yaitu perendaman benih, penyemprotan umur 28

hari setelah tanam, 42 dan 56 hari setelah tanam dinilai merupakan waktu yang

tepat untuk pengendalian penyakit HDB. Dari 4 kali aplikasi Corynebacterium

didapatkan hasil penyebaran penyakit paling rendah berkisar 0 – 10% dibanding

tanpa perlakuan Corynebacterium, dimana penyebaran penyakit dapat mencapai

100%. Penelitian selanjutnya, 4 kali penyemprotan Corynebacterium yaitu di

persemaian, umur 14, 28 dan 42 hari setelah tanam menghasilkan penekanan

terhadap HDB yang serupa. Penelitian lainnya tentang pemanfaatan

Corynebacterium, penyemprotan Corynebacterium dilokasi Bojong Picung,

Cianjur (MH 2002) menunjukkan penekanan kehilangan hasil yang signifikan.

25

26

Variasi Pemberian Pupuk..., Mustika Krisnasari, FKIP UMP, 2015