ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA NILAM Pogostemon … · baku nilam perusahaan. Lokasi lahan yang...

116
ANALISIS K (Pogostemo FAKUL IN KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA on cablin) PT PANAFIL ESSENTIA BANDUNG SKRIPSI SHORAYA INDAH H34076141 DEPARTEMEN AGRIBISNIS LTAS EKONOMI DAN MANAJEM NSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 A NILAM AL OIL MEN

Transcript of ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA NILAM Pogostemon … · baku nilam perusahaan. Lokasi lahan yang...

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA NIL(Pogostemon cab

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMENINSTITUT PERTANIAN BOGOR

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA NILgostemon cablin) PT PANAFIL ESSENTIAL OIL

BANDUNG

SKRIPSI

SHORAYA INDAH

H34076141

DEPARTEMEN AGRIBISNISFAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR

2010

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA NILAMPT PANAFIL ESSENTIAL OIL

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

RINGKASAN

SHORAYA INDAH. Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Nilam (Pogostemon cablin) PT Panafil Essential Oil Bandung. Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NARNI FARMAYANTI).

Minyak atsiri merupakan salah satu komoditi ekspor non migas yang memiliki potensi besar di Indonesia. Indonesia sebagai negara pengekspor minyak atsiri pada tahun 2006 telah berada pada posisi kedelapan dari sepuluh negara eksportir terbesar di dunia. Pangsa pasar minyak atsiri Indonesia pada tahun 2006 adalah sebesar 4,08 persen dari nilai total ekspor dunia, dengan rata-rata pertumbuhan (2002-2006) sebesar 5,33 persen (UN Comtrade diacu dalam Balitro 2009).

Salah satu jenis minyak atsiri yang menjadi andalan ekspor Indonesia adalah minyak nilam. Pangsa pasar minyak nilam Indonesia di dunia mencapai 90 persen (Balitro, 2009), dan permintaan minyak nilam di dunia dari tahun ke tahun terus mengalami kenaikan. Hal tersebut dikarenakan minyak nilam (Patchouli Oil) berfungsi sebagai bahan pengikat (fiksasi) yang baik dan sebagai pengendali penerbang untuk wewangian (parfum) agar aroma keharumannya bertahan lebih lama. Serta belum berkembangnya bahan substitusi essensial oil sebagai bahan pengikat dalam industri parfum dan kosmetik. Kenaikan permintaan minyak nilam dilihat dari pertumbuhan rata-rata volume ekspor per tahun (tahun 2003-2006) adalah sebesar 39,64 persen (Biro Pusat Statistik 2008) dan permintaan tersebut tidak diiringi dengan suplai minyak nilam yang memadai, sehingga mengakibatkan terjadinya fluktuasi harga minyak nilam. Rendahnya suplai minyak nilam salah satunya disebabkan oleh semakin menurunkan produksi bahan baku nilam Indonesia.

PT Panafil Essential Oil adalah perusahaan yang bergerak pada bidang atsiri, salah satu minyak atsiri yang diproduksinya ialah minyak nilam. Namun dalam kegiatan produksinya perusahaan ini mengalami permasalahan dalam pemenuhan kebutuhan bahan baku nilam, yang mengakibatkan produksi minyak nilam perusahaan menjadi terhambat. Oleh karena itu, perusahaan berencana melakukan usaha di bidang budidaya nilam guna memenuhi kebutuhan bahan baku nilam perusahaan. Lokasi lahan yang akan digunakan untuk budidaya nilam berada di Desa Ciburuy, Kecamatan Padalarang, Kabupaten Padalarang Bandung. Lahan tersebut merupakan lahan milik perusahaan induk dari PT Panafil Essential Oil yang belum dimanfaatkan dan di sekitar lahan juga belum ada petani yang melakukan budidaya nilam.

Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Menganalisis kelayakan non finansial yang meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek sosial dari usaha budidaya nilam yang akan dilakukan PT Panafil Essential Oil Bandung. (2) Menganalisis kelayakan finansial usaha budidaya nilam yang akan dilakukan PT Panafil Essential Oil. (3) Menganalisis sentivitas dari kelayakan usaha budidaya nilam yang akan dilakukan PT Panafil Essential Oil.Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. Analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Perhitungan penyusutan investasi usaha dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus. Pengolahan

data kuantitatif menggunakan Software Microsoft Excel. Penelitian ini mengkaji beberapa aspek yakni aspek pasar, teknis, manajemen, sosial lingkungan, dan finansial. Kriteria kelayakan finansial usaha yang digunakan antara lain Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (NPV), Internal Rate of Return(IRR), dan payback period.

Berdasarkan hasil penelitian, proyek pengembangan usaha budidaya nilam yang direncanakan PT Panafil Essential Oil untuk memenuhi kebutuhan bahan baku perusahaan layak untuk dilaksanakan. Kelayakan aspek pasar dapat dilihat dari peluang pasar yang masih terbuka, serta bauran pemasaran yang dilakukan perusahaan. Kelayakan aspek teknis terlihat dari adanya kesesuaian kondisi iklim dan tanah Desa Ciburuy dengan yang dibutuhkan oleh tanaman nilam, ketersediaan sarana produksi, tenaga kerja, dan skala operasi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Kelayakan aspek manajemen yang dapat dilihat dari segi pelaksanaan kegiatan budidaya yang sesuai dengan standar prosedur yang telah ditetapkan perusahaan, yang juga menerapkan pola tanam untuk memperoleh bahan baku yang kontinyu sepanjang tahun dan koordinasi yang baik yang dimiliki perusahaan. Kelayakan aspek sosial dapat dilihat dari adanya manfaat yang dapat secara langsung dan tidak langsung dirasakan oleh masyarakat diantaranya perbaikan kondisi lingkungan serta terbukanya lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar.

Berdasarkan analisis finansial, proyek pengembangan usaha budidaya nilam layak untuk dilaksanakan. Hal ini terlihat dari nilai kriteria kelayakan investasi yang terdiri dari NPV sebesar Rp 293.338.047,00, Net B/C sebesar 1,89. IRR sebesar 14 persen per triwulan, payback period sebesar 7,71 triwulan (satu tahun 11 bulan 17 hari). Analisis sensitivitas dengan menggunakan metode switching value menunjukkan bahwa proyek pengembangan usaha budidaya nilam akan tetap layak sampai terjadi kenaikan pada harga pupuk kandang sebesar 342,262191 persen. Serta akan tetap layak apabila terjadi perubahan volume produksi sebesar 23,2431157 persen dan penurunan harga jual nilam basah sebesar 23,2431157 persen.

Berdasarkan kesimpulan yang didapatkan, maka pengembangan unit usaha budidaya nilam PT Panafil Essential Oil dengan menerapkan polatanam disarankan untuk membagi setiap tahap menjadi empat blok untuk ditanam dengan jarak waktu satu minggu, agar pemanenan dapat dilakukan setiap minggu guna mengefisienkan biaya penyimpanan nilam kering. Pemeliharaan tanaman nilam sebaiknya dilakukan secara intensif sesuai dengan rencana kerja yang telah dibuat perusahaan agar tanaman nilam dapat berproduksi secara optimal.

ANALISIS KELAYAKAN USAHA BUDIDAYA NILAM (Pogostemon cablin) PT PANAFIL ESSENTIAL OIL

BANDUNG

SHORAYA INDAHH34076141

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNISFAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGORBOGOR

2010

Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Tanaman Nilam (Pogostemon cablin) PT Panafil Essential Oil Bandung

Nama : Shoraya Indah

NIM : H34076141

Menyetujui,Pembimbing

Ir. Narni Farmayanti, M.ScNIP. 19630228 199003 2 001

MengetahuiKetua Departemen Agribisnis

Fakultas Ekonomi dan ManajemenInstitut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MSNIP. 19580908 198403 1 002

Tanggal Lulus :

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis

Kelayakan Usaha Budidaya Nilam (Pogostemon cablin) PT Panafil Essential Oil

Bandung” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada

perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya

yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dan penulisan lain telah disebutkan

dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi

ini.

Bogor, Mei 2010

Shoraya Indah H34076141

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT

atas segala rahmat, karunia dan ridhoNya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Analisis Kelayakan Usaha Budidaya Nilam (Pogostemon

cablin) PT Panafil Essential Oil Bandung”. Skripsi ini merupakan hasil karya

penulis untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana pada Departemen

Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini bertujuan menganalisis tingkat kelayakan dari sisi finansial

dan non finansial usaha budidaya tanaman nilam yang akan dilaksanakan oleh PT

Panafil Essential Oil dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku produksi

perusahaan. Namun demikian, sangat disadari masih terdapat kekurangan karena

keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Penulis berharap skripsi ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Mei 2010

Shoraya Indah

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di daerah Bogor pada tanggal 10 Desember 1985.

Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak H. Iwan

Susilo dan Ibunda Hj. Solihah.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Rimba Putra Bogor pada

tahun 1998 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2001 di

SLTP Insan Kamil Bogor. Pendidikan lanjutan menengah atas di SMU Insan

Kamil Bogor diselesaikan pada tahun 2004. Penulis diterima pada Program Studi

Diploma Agribisnis Peternakan, Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan

(SEIP), Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor dan selesai pada tahun

2007. Kemudian penulis melanjutkan di program ekstensi Departemen Agribisnis,

Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Seleksi

Masuk IPB pada tahun 2007.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini juga tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Sebagai

bentuk dari rasa syukur kepada Allah, penulis ingin menyampaikan terima kasih

dan penghargaan kepada:

1. Ir. Narni Farmayanti, M.Sc selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan,

waktu dan kesabaran yang telah diberikan kepada penulis selama menyusun

skripsi ini.

2. Ir. Netti Tinaprilla, MM atas kesediaannya menjadi dosen evaluator kolokium

yang telah memberikan kritik dan saran kepada penulis demi perbaikan

proposal penelitian.

3. Ir. Dwi Rachmina, MS atas kesediaannya menjadi dosen penguji utama pada

sidang skripsi yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan

skripsi ini.

4. Ir. Juniar Atmakusuma, MS atas kesediaannya menjadi dosen penguji Komisi

Pendidikan pada sidang skripsi telah memberikan kritik dan saran demi

kesempurnaan skripsi ini.

5. Ayah (H. Iwan S) dan Ibu (Hj. Solihah) yang tercinta atas segala perjuangan,

kasih sayang, doa, dan dukungan, baik secara moral maupun material kepada

penulis. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik.

6. Kakak dan adikku tersayang. Mustaqfirin, Ibah, Sofiawati, Humaedi, dan M.

Faruq Sanjaya atas semangat, doa, bantuan, dan kasih sayang yang telah

diberikan.

7. Seseorang yang sangat berarti bagi penulis, Dani Prawirakusumah Alm atas

perhatian, dukungan, bantuan, doa, dan cinta, serta ilmu pengetahuan

khususnya terkait dengan penelitian ini. Semoga ilmu pengetahuan yang telah

diberikan pada penulis dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca skripsi ini,

dan dapat menjadikan cahaya bagi kehidupan kita semua, Amin.

8. Pihak perusahaan PT Panafil Essential Oil khususnya Bapak Adam S.Hut atas

waktu, kesempatan, informasi, dan dukungan yang diberikan.

9. Sahabat-sahabatku Sri Wisdya, Dira, Qiqi (Pembahas Seminar), Dian

Nurjanah, dan Fitria Fatimah atas semua bantuan, dukungan serta doa yang

telah diberikan.

10. Semua teman-teman AGB Ekstensi angkatan 3, teman-teman seperjuangan

AGP 41 atas semangat dan sharing selama penelitian hingga penulisan skripsi,

serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, terima kasih atas

bantuannya.

11. Seluruh staf pengajar Ekstensi Agribisnis dan seluruh staf sekretariat Ekstensi

Agribisnis atas kesediaannya membantu penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada pihak

yang telah banyak membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Akhir kata semoga doa, dukungan dan semangat yang diberikan kepada penulis

mendapat berkat dari Allah SWT. Amin.

Bogor, Mei 2010

Shoraya Indah

xi

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .................................................................................. xiii

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. xiv

DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................... xv

I PENDAHULUAN ....................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ....................................................................... 1 1.2 Perumusan Masalah ............................................................ 51.3 Tujuan Penelitian .................................................................... 81.4 Kegunaan Penelitian ............................................................... 8 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ....................................................... 9

II TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 10

2.1 Perkembangan Nilam Indonesia ............................................ 102.2 Minyak Nilam ........................................................................ 10

2.2.1 Mutu Minyak Nilam ..................................................... 11 2.3 Tanaman Nilam ...................................................................... 12

2.4 Budidaya Tanaman Nilam ...................................................... 132.5 Penyulingan Nilam ................................................................. 162.6 Penelitian Terdahulu .............................................................. 19

III KERANGKA PEMIKIRAN ..................................................... 22

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ................................................. 22 3.1.1 Konsep Analisis Kelayakan Proyek ............................... 22

3.1.2 Aspek-aspek Studi Kelayakan ....................................... 23 3.1.3 Analisis Sensitivitas ...................................................... 253.2 Kerangka Pemikiran Operasional .......................................... 27

IV METODE PENELITIAN .......................................................... 30

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................. 304.2 Jenis dan Sumber Data ........................................................... 304.3 Metode Pengolahan Data ........................................................ 30 4.3.1 Analisis Kelayakan Investasi ........................................ 31 4.3.1.1 Net Present Value (NPV) .................................. 31 4.3.1.2 Internal Rate of Return (IRR) ............................ 32 4.3.1.3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) ..................... 33 4.3.1.4 Payback Period (PP) .......................................... 34 4.3.2 Analisis Sensitivitas ...................................................... 344.4 Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) ............................ 354.5 Asumsi Dasar ......................................................................... 35

V DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL ....................... 37

5.1 Gambaran Umum Perusahaan ................................................ 37 5.2 Struktur Organisasi.................................................................. 38

xii

5.3 Kegiatan Produksi Minyak Nilam Perusahaan ....................... 39 5.3.1 Proses Penyulingan Nilam ............................................ 39

5.3.2 Kebutuhan Bahan Baku ............................................... 415.4 Perencanaan Budidaya .......................................................... 41 5.4.1 Proses Budidaya Nilam ................................................. 42 5.4.2 Kebutuhan Input Produksi Budidaya ............................ 46 5.4.3 Pengendalian Produksi .................................................. 46

VI ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL .......... 48

6.1 Aspek Pasar ............................................................................ 48 6.1.1 Potensi Pasar ........................................................... 48 6.1.2 Strategi Bauran Pemasaran ............................................ 49 6.1.2.1 Produk (Product) ............................................... 49 6.1.2.2 Harga (Price) ...................................................... 50 6.1.2.3 Tempat (Place) .................................................. 51 6.1.2.4 Promosi (Promotion) ......................................... 51 6.1.3 Hasil Analisis Aspek Pasar ............................................ 516.2 Aspek Teknis .......................................................................... 52 6.2.1 Kesesuaian Kodisi Iklim dan Tanah Desa Ciburuy ........ 52 6.2.2 Ketersediaan Sarana Produksi ........................................ 53 6.2.3 Ketersediaan Tenaga Kerja ............................................. 54 6.2.4 Skala Operasi ................................................................ 54 6.2.5 Layout Lahan .................................................................. 54 6.2.6 Hasil Analisis Aspek Teknis ......................................... 556.3 Aspek Manajemen .................................................................. 55 6.3.1 Hasil Analisis Aspek Manajemen ................................. 566.4 Aspek Sosial ........................................................................... 57 6.4.1 Hasil Analisis Aspek Sosial .......................................... 57

VII ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL ................... 58

7.1 Arus Masuk ............................................................................ 587.2 Arus Keluar ............................................................................ 59 7.2.1 Biaya Investasi ................................................................ 59 7.2.2 Biaya Operasional ........................................................... 61 7.2.3 Analisis Rugi Laba.......................................................... 637.3 Kelayakan Finansial Proyek .................................................... 647.4 Analisis Sensitivitas ................................................................. 657.5 Perhitungan Harga Pokok Produksi ........................................ 66

VIII KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 69

LAMPIRAN ............................................................................................ 71

xiii

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Daftar Negara Eksportir Minyak Atsiri Terbesar Dunia Tahun 2002-2006 ...................................................................................... 1

2. Ekspor Minyak Nilam Indonesia Tahun 2003-2006...................... 3

3. Daerah Produksi Nilam di Indonesia Tahun 2003-2008................ 4

4. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Perkebunan Nilam Tahun 2003-2006 ........................................................................... 7

5. Persyaratan Mutu Minyak Nilam Menurut SNI 06-2385-2006 ..... 12

6. Kriteria Kesesuaian Lahan dan Iklim Tanaman Nilam.................. 14

7. Produksi Terna Kering, Kadar Minyak, Produksi Minyak dan Kadar Patchouli Alkohol Tiga Varietas Nilam .............................. 15

8. Nilai Sisa Investasi Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT Panafila Essential Oil ............................................................... 59

9. Biaya Investasi Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil................................................................................................... 60

10. Biaya Tetap Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil ...... 61

11. Analisis Finansial Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil................................................................................................... 64

13. Analisis Switching Value Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil ................................................................................... 66

xiv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Tiga Varietas Unggul Nilam ........................................................ 15

2. Diagram Alur Kerangka Pemikiran ............................................. 29

3. Sistem Penyulingan Uap Tidak Langsung ..................................... 40

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Struktur Organisasi PT Panafil Essensial Oil ............................... 71

2. Jadwal Kerja Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil ............... 72

3. Biaya Investasi Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil ................................................................. 73

4. Biaya Variabel Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil Per Triwulan................................................................................... 74

5. Rugi Laba Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil....................................................................... 75

6. Cashflow Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil....................................................................... 76

7. Analisis Switching Value Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil Terhadap Kenaikan Harga Pupuk Kandang Sebesar 342,26219 persen. ....................... 77

8. Analisis Switching Value Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil Terhadap Penurunan Volume Produksi Nilam Basah Sebesar 23.2431157Persen.......... 78

9. Analisis Switching Value Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil Terhadap Harga Jual Nilam Basah Sebesar 23.2431157Persen....................................... 79

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Minyak atsiri merupakan salah satu komoditi ekspor non migas yang

memiliki potensi besar di Indonesia. Indonesia sebagai negara pengekspor minyak

atsiri pada tahun 2006 telah berada pada posisi kedelapan dari sepuluh negara

eksportir terbesar di dunia yang dapat dilihat pada Tabel 1. Pangsa pasar minyak

atsiri Indonesia pada tahun 2006 adalah sebesar 4,08 persen dari nilai total ekspor

dunia, dengan rata-rata pertumbuhan (2002-2006) sebesar 5,33 persen (UN

Comtrade diacu dalam Balitro 2009).

Konsumsi dunia terhadap minyak atsiri setiap tahunnya naik sebesar 10

persen, yang disebabkan karena perkembangan kebutuhan industri pangan,

kosmetik dan farmasi yang didorong dengan adanya pertumbuhan populasi dan

perubahan preferensi konsumen terhadap bahan alami (Balitro 2009).

Tabel 1. Daftar Negara Ekportir Minyak Atsiri Terbesar Dunia Tahun 2002-2006

No NegaraNilai dalam Ekspor US$ 000 Trend

(persen)2002 2003 2004 2005 2006

1Amerika Serikat

312.498 293.428 329.193 351.707 368.715 4,44

2 Perancis 161.932 191.904 214.485 204.518 216.413 7,70

3 Brazil 78.6 114.385 98.529 105.565 130.637 16,40

4 Inggris 88.529 108.69 107.926 105.465 119.227 4,70

5 China 68.693 62.873 76.644 84.58 107.898 10,01

6 Argentina 67.155 51.182 55.691 96.718 102.511 11,88

7 Jerman 41.361 48.159 63.072 64.555 72.184 15,88

8 Indonesia 51.365 44.194 47.204 64.601 67.324 5,33

9 Italia 40.988 45.763 51.423 49.717 0 0

10 India 66.842 101.997 96.531 0 0 0Total Dunia

1.403.160 1.554.138 1.618.910 1.429.121 1768568 4,60

Sumber: UN Comtrade, diacu dalam Balitro 2009.

Indonesia sebagai penghasil minyak atsiri mengekspor sekitar 9-12 jenis

minyak atsiri dari 70 jenis minyak atsiri yang diperdagangkan di pasar

internasional. Pangsa pasar ekspor Indonesia untuk beberapa jenis minyak atsiri

2

antara lain minyak nilam 85 persen, minyak pala 70 persen, minyak cengkeh 63

persen, dan minyak sereh 15 persen.1

Potensi Indonesia untuk mengembangkan minyak atsiri juga sangat besar,

mengingat di Indonesia terdapat sekitar 40 jenis tanaman dari sekitar 150-200

jenis tanaman penghasil minyak atsiri di dunia.2 Salah satu jenis tanaman

penghasil minyak atsiri yang cukup terkenal di pasar dunia adalah nilam, yang

menghasilkan minyak atsiri yang cukup penting. Tanaman ini termasuk tanaman

yang mudah tumbuh dan mampu menciptakan iklim mikro lingkungan dari daerah

kering dan tandus menjadi suatu lahan yang produktif (Mangun 2005), serta

teknik budidaya dan pengelolaan tanaman ini pun sederhana sehingga mudah

dikembangkan.

Minyak nilam Indonesia yang dikenal dengan nama “Patchouli Oil”

memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap pasar dunia, yaitu sekitar 90

persen dari total kebutuhan minyak nilam dunia disuplai dari Indonesia (Balitro,

2009). Peluang pasar minyak nilam baik di dalam maupun luar negeri masih

sangat besar, seiring dengan semakin tingginya permintaan terhadap parfum dan

kosmetik, trend mode dan belum berkembangnya barang substitusi essential oil

yang bersifat pengikat (fiksasi) dalam industri parfum dan kosmetika. Terlebih

lagi pola perdagangan minyak nilam tidak terkena kuota ekspor (Mangun 2005).

Minyak nilam diperoleh dari tanaman nilam dengan cara penyulingan.

Minyak ini memiliki komponen utama patchouli alcohol (C15H26O) yang

berfungsi sebagai bahan baku pengikat (fiksatif) dan sebagai bahan pengendali

penerbang (eteris) untuk wewangian (parfum) agar aroma keharumannya bertahan

lebih lama. Selain itu, minyak nilam digunakan sebagai salah satu bahan

campuran produk kosmetik (diantaranya untuk pembuatan sabun, pasta gigi,

shampo, lotion, dan deodorant), kebutuhan industri makanan (diantaranya untuk

essence atau penambahan rasa), kebutuhan farmasi (untuk pembuatan obat

antiradang, antifungi, antiserangga, afrodisiak, anti-inflamasi, antidepresi,

1Bisnis Indonesia. 2009. Ekspor minyak nilam prospektif. http://202.158.49.150/edisi-cetak/edisi-

harian/perdagangan/lid99645.html. [22 September 2009]2Atsiri Indonesia. Tanaman Atsiri. http://www.atsiri-indonesia.com/tanaman.php.[22 September

2009]

3

dekongestan), kebutuhan aroma terapi, bahan baku compound dan pengawetan

barang, serta sebagai kebutuhan industri lainnya.

Perkembangan ekspor minyak nilam Indonesia pada tahun 2003-2006

meningkat, baik dari segi volume maupun dari segi nilainya (Tabel 2).

Peningkatan ekspor minyak nilam dari 1.127 ton dengan nilai sebesar US$

19.165.000 hingga 2.832 ton dengan nilai sebesar US$ 43.984.000 disebabkan

karena adanya peningkatan permintaan minyak nilam oleh industri-industri

parfum, kosmetika, farmasi, dan tren mode yang terus berkembang, serta belum

berkembangnya bahan substitusi minyak nilam sebagai bahan pengikat dalam

industri parfum dan kosmetika. Kebutuhan pasar dunia terhadap minyak nilam

setiap tahunnya mencapai 1.200-1.400 ton dan volume tersebut cenderung terus

meningkat, sedangkan produksi yang tersedia baru mencapai 1.000 ton per tahun.3

Tabel 2. Data Ekspor Minyak Nilam Indonesia Tahun 2003-2006

TahunVolume Nilai

TonPertumbuhan

(%)US$ (000)

Pertumbuhan (%)

2003 1.127 19.1652004 2.074 84,03 27.137 41,602005 2.679 29,17 43.894 61,752006 2.832 5,71 43.984 0,21

Rata-rata Pertumbuhan Per Tahun (%)

2.178 39,64 33.545 34,52

Sumber: Biro Pusat Statistik 2008, diolah.

Produksi minyak nilam sangat dipengaruhi oleh persediaan bahan baku

nilam dan teknologi penyulingan nilam yang digunakan. Pada 2003-2008

produksi nilam sebagai bahan baku penyulingan minyak nilam di Indonesia

mengalami penurunan dari 2.382 ton menjadi 1.490 ton (Tabel 3), yang

disebabkan oleh fluktuasi harga minyak nilam yang terjadi pada tahun 2003-2006

yang berada dikisaran Rp130.000,00-Rp170.000,00 per kilogram. Kondisi

tersebut mengakibatkan para produsen minyak nilam menekan harga beli bahan

baku nilam dari petani sehingga petani tidak lagi bersemangat dalam

membudidayakan nilam.

3 Kapan lagi.com. 2007. Harga Minyak Nilam Bertahan Rp 1 juta.http://www.kapanlagi.com/h/00

00199284.html-19k. [5 Oktober 2009]

4

Hal tersebut menyebabkan terjadinya kelangkaan bahan baku nilam, dan

suplai minyak nilam Indonesia di pasar internasional menjadi menurun. Pada saat

itu, kenaikan harga minyak nilam pada akhir 2007 hingga mencapai Rp

1.000.000,00 per kilogram4, dan harga minyak nilam selama tahun 2008

mengalami kenaikan hingga mencapai level tertinggi sebesar Rp 1.200.000,00 per

kilogram. Namun kenaikan harga tersebut menyebabkan banyak petani yang

membudidayakan nilam sehingga harga kembali ke harga normal yaitu sebesar Rp

250.000,00 per kilogram.

Tabel 3. Data Daerah Produksi Nilam di Indonesia Tahun 2003-2008

Lokasi

Produksi (ton)/tahun Rata-rata Pertumbuhan

Produksi 2003-2008

(%)

2003 2004 2005 2006 2007 2008*)

NAD 239 121 87 88 110 130 -33

Sumatera Utara 383 233 178 118 98 116 -95

Sumatera Barat 613 404 396 152 300 318 6

Riau 362 22 23 20 19 33 -34

Jambi - - - 29 23 48 -

Sumatera Selatan 438 42 42 108 19 79 300

Bengkulu 146 584 286 297 - - -

Lampung 45 15 15 19 25 33 24

Jawa Barat 25 55 180 223 155 181 357

Jawa Tengah 129 234 330 424 292 388 153

D.I Yogyakarta - - - 51 - - -

Jawa Timur 2 2 1 967 110 164 96,510

Indonesia 2.382 1.712 1.538 2.496 1.151 1.490 -0,5Sumber : Departemen Pertanian 2003-20085

Keterangan : *) = angka sementara

Selain teknologi yang digunakan dalam penyulingan minyak nilam di

Indonesia masih sederhana, yang mengakibatkan suplai minyak nilam menurun

ialah kurangnya bahan baku nilam di Indonesia, sehingga produksi dan mutu

minyak nilam yang dihasilkan sering tidak stabil dan tidak sesuai dengan

permintaan pasar. Hal tersebut merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya

fluktuasi pada harga minyak nilam.

4 Trubusid. 2008. Bedah Dulu Supaya Aman. http://www.trubus online.co.id/mod.php?mod

=Publisher&op=viewarticle&cid=1&arid=1481. [10 Oktober 2009]5 Departemen Pertanian, Pencarian Data Berdasarka Indikator. http/database.deptan.go.id/Bdsp/

hasil_ind.asp. [11 Oktober 2009]

5

Sentra produksi tanaman nilam Indonesia salah satunya berada didaerah

Jawa Barat. Kondisi lingkungan di Jawa Barat sangat mendukung untuk

pertumbuhan tanaman nilam, terlebih lagi nilam termasuk tanaman yang mudah

dibudidayakan dibandingkan tanaman atsiri lainnya. Daerah yang menjadi pusat

produksi minyak nilam di Jawa Barat antara lain Cianjur, Majalengka, Garut,

Kuningan, Ciamis, Tasikmalaya, Sukabumi, Bogor, Sumedang, Subang,

Purwakarta dan Bandung (Balitro 2009). Salah satu produsen minyak nilam di

Bandung yaitu PT Panafil Essential Oil.

PT Panafil Essential Oil baru berdiri pada bulan Oktober tahun 2009, dan

perusahaan ini merupakan anak perusahaan dari PT Panasia Indosyntec Tbk.

Perusahaan ini didirikan karena PT Panasia Indosyntec Tbk yang awalnya hanya

bergerak dibidang tekstil, memiliki alat pembangkit listrik tenaga uap (PLTU)

berkapasitas besar. Kapasitas PLTU yang dimiliki oleh PT Panasia Indosyntec

Tbk adalah sebesar 30 Mw, namun daya yang digunakan untuk kebutuhan

perusahaan tidak sebesar itu sehingga perusahaan menjual daya sebesar tiga

megawatt kepada PLN yang disambungkan dengan jaringan Jawa-Bali. Selain itu,

untuk memanfaatkan kelebihan uap yang dimiliki, maka perusahaan melakukan

pengembangan usaha dibidang penyulingan minyak atsiri. Dan salah satu

komoditi yang diproduksi perusahaan adalah minyak nilam karena prospek pasar

minyak nilam yang sangat baik.

Perusahaan ini telah dilengkapi dengan alat suling modern, yaitu dengan

menggunakan teknologi sistem penyulingan tidak langsung sehingga minyak yang

dihasilkan berkualitas dan rendemen tinggi. Alat suling yang dimilliki perusahaan

ini dilengkapi dengan dua ketel suling yang berkapasitas masing-masing sebesar

400 kg nilam kering yang terbuat dari stainless steel, dalam sehari perusahaan

melakukan satu kali proses produksi dengan kapasitas bahan baku total sebanyak

800 kg nilam kering dibutuhkan waktu selama lima sampai enam jam dengan

rendemen minyak yang dihasilkan rata-rata sebesar 2,5 persen dari bahan baku

nilam kering yaitu sekitar 20 kg minyak nilam yang dihasilkan.

PT Panafil Essential Oil dalam melakukan kegiatan produksi minyak

nilam pada awalnya memperoleh bahan baku nilam dengan membeli dari daerah

sekitar, seperti Garut, Kuningan, Subang dan lain-lain. Namun diantara bahan

6

baku yang dibeli perusahaan, bahan baku yang berasal dari petani yang berada di

daerah Subang merupakan bahan baku yang paling baik menurut perusahaan

karena rendemen yang dihasilkan dari bahan baku tersebut paling tinggi

dibandingkan dengan bahan baku yang berasal dari tempat lain, dan kualitas

minyak yang dihasilkan juga sangat baik.

Persediaan bahan baku nilam basah dari daerah Subang masih sangat

terbatas, sehingga baku nilam yang dipasok ke perusahaan jumlahnya tidak

mencukupi dari kebutuhan bahan baku produksi minyak nilam perusahaan. Hal

tersebut mengakibatkan produksi minyak nilam perusahaan menjadi terhambat,

hingga perusahaan harus menghentikan produksi minyak nilam dan

menggantikannya dengan komoditi yang lain. Oleh karena itu, untuk dapat

memproduksi minyak nilam secara optimal maka PT Panafil Essential bermaksud

melakukan pengembangan unit usaha dibidang budidaya nilam.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut dapat diketahui bahwa potensi pasar

minyak nilam masih terbuka lebar, dengan kebutuhan minyak nilam yang terus

meningkat dari tahun ke tahun yang disebabkan oleh semakin meningkatnya

permintaan minyak nilam pada industri-industri seperti industri makanan,

kosmetika, parfum, farmasi, tren mode yang terus berkembang, dan belum

berkembangnya barang substitusi essential oil yang bersifat pengikat (fiksasi)

dalam industri parfum dan kosmetika. Serta masih kurangnya jumlah produksi

minyak nilam untuk dapat memenuhi kebutuhan pasar dunia.

Kurangnya jumlah produksi minyak nilam dunia salah satunya disebabkan

oleh produksi nilam Indonesia yang menurun pada tahun 2003-2008 dari 2.382

ton menjadi 1.490 ton, sehingga ketersediaan bahan baku utama minyak nilam

menjadi terbatas dan produksi minyak nilam di Indonesia menurun. Penurunan

produksi nilam sebagai bahan baku penyulingan minyak nilam salah satunya

disebabkan karena produktivitas nilam di Indonesia yang menurun pada tahun

2003-2006 (Tabel 4), yang dapat lihat dari jumlah areal lahan yang meningkat

namun tidak diiringi dengan jumlah produksi nilamnya.

7

Penurunan produksi tersebut dikarenakan pada umumnya budidaya nilam

tersebut dilakukan dalam bentuk perkebunan rakyat dengan luas area tanam yang

relatif kecil dan teknik budidaya belum diterapkan petani dengan baik sehingga

produksi nilam menjadi tidak optimal. Hal tersebut juga berdampak terhadap

suplai minyak nilam dunia mengingat Indonesia memiliki pangsa pasar minyak

nilam yang sangat besar di dunia yaitu sekitar 85 persen.

Oleh karena itu, didukung dengan potensi yang dimiliki perusahaan, PT

Panasia Indosyntec tbk mendirikan usaha penyulingan minyak atsiri, salah

satunya adalah minyak nilam. Namun karena keterbatasan bahan baku yang

dialami perusahaan sehingga produksi minyak nilam perusahaan menjadi

terhambat. Karena hal tersebut, agar produksi minyak nilam perusahaan dapat

dilakukan secara optimal, maka diperlukan persediaan bahan baku yang

mencukupi secara kontinyu. Oleh sebab itu PT Panafil Essential Oil bermaksud

melakukan pengembangan unit usaha dibidang budaya nilam dengan menerapkan

pola tanam untuk dapat memenuhi kebutuhan bahan baku nilam perusahaan

secara kontinyu.

Tabel 4. Luas Areal, Produksi, dan Produktivitas Perkebunan Nilam Tahun 2003-2006

Tahun Luas Areal (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas (Kg/Ha)

2003 16.354 2.382 199,382004 20.179 1.712 103,422005 20.455 1.537 103,112006 22.498 [4] 1.758 [4] 107,23 [4]

Sumber : Departemen Pertanian 2003-20066.Keterangan : [4] = angka sementara

Lokasi lahan yang dipilih untuk pengembangan usaha budidaya nilam ini

berada di Desa Ciburuy Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat, yang

merupakan lahan milik PT Panasia Indosyntec Tbk yang belum dimanfaatkan

sebelumnya. Pada lokasi tersebut sebelumnya juga belum ada yang melakukan

budidaya nilam, sehingga untuk melaksanakan pengembangan usaha budidaya

nilam ini perusahaan perlu melakukan analisis kelayakan baik secara teknis

6 Departemen Pertanian. Pencarian Data Berdasarkan Indikator. http://database.deptan. go.id

/Bdsp/hasil _ind.asp.[10 Oktober 2009]

8

maupun finansial untuk mengetahui dapat tidaknya usaha tersebut untuk

dijalankan dan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.

Mengingat kondisi yang cenderung mengalami perubahan, maka dalam

menganalisis kelayakan usaha ini perlu juga dilakukan analisis sensitivitas untuk

mengetahui tingkat sensitivitas dari kelayakan usaha budidaya nikam yang akan

dilakukan perusahaan. Karena usaha yang dianalisis kelayakannya masih dalam

tahap perencanaan maka metode yang digunakan dalam menganalisis

sentinsitivitas adalah switching value. Adapun variabel yang uji antara lain

perubahan dari kenaikan harga pupuk kandang, penurunan volume produksi, dan

penurunan harga jual nilam basah. Maka dari perumusan masalah tersebut,

permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini antara lain:

1. Bagaimana kelayakan usaha budidaya nilam yang akan dilakukan PT Panafil

Essential Oil dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan

aspek sosial lingkungan?

2. Bagaimana kelayakan finansial usaha budidaya nilam yang akan dilakukan PT

Panafil Essential Oil?

3. Bagaimana sensitivitas kelayakan usaha apabila terjadi perubahan pada

variabel usaha budidaya nilam yang akan dilakukan PT Panafil Essential Oil?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka tujuan

dari penelitian ini antara lain:

1. Menganalisis kelayakan usaha budidaya nilam yang akan dilakukan PT

Panafil Essential Oil dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen

dan sosial lingkungan.

2. Menganalisis kelayakan finansial pengembangan usaha budidaya nilam yang

akan dilakukan PT Panafil Essential Oil.

3. Menganalisis sensitivitas kelayakan usaha apabila terjadi perubahan pada

komponen variabel yang dapat mempengaruhi usaha budidaya nilam yang

akan dilakukan PT Panafil Essential Oil.

9

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian antara lain:

1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan ilmu pengetahuan

dan keterampilan mengenai penerapan studi kelayakan bisnis.

2. Bagi perusahaan, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi

dalam menentukan langkah-langkah yang tepat dalam keputusan investasi

pada usaha budidaya tanaman nilam.

3. Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai studi kelayakan usaha budidaya nilam, serta dapat menjadi referensi

untuk penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup penelitian ini ialah menganalisis kelayakan usaha

budidaya nilam yang sedang direncanakan oleh PT Panafil Essential Oil dalam

rangka memenuhi kebutuhan bahan baku nilam perusahaan yang mencakup aspek

pasar, aspek teknis, aspek manajemen, dan sosial, serta aspek finansial

perusahaan. Menganalisis sensitivitas usaha budidaya nilam PT Panafil Essential

Oil dengan mengunakan metode analisis switching value. Variabel-variabel yang

digunakan dalam analisis switching value adalah kenaikan pada komponen biaya

variabel harga bibit nilam dan kenaikan pupuk kandang, serta penurunan volume

produksi dan penurunan harga jual nilam basah.

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perkembangan Nilam Indonesia

Tanaman nilam pertama kali dibudidayakan di daerah Tapak Tuan (Aceh)

yang kemudian menyebar ke daerah pantai timur Sumatera (Dhalimin et al. 1998).

Hasil tanaman tersebut berupa terna yang dikeringkan dan diekspor ke Singapura

untuk disuling, yang kemudian diekspor ke berbagai negara terutama Perancis,

Jerman, dan Amerika. Pada tahun 1920 daerah Tapak Tuan mulai melakukan

penyulingan minyak nilam. Setahun kemudian (1921) minyak nilam asal

Indonesia mulai di ekspor ke Singapura dan Malaysia disamping mengekspor

terna kering Indonesia juga mulai mengekspor minyak nilam (Heyne 1927; Anon

1939, diacu dalam Dhalimin et al. 1998). Pada saat itu budidaya nilam Indonesia

telah menyebar ke pulau Jawa salah satunya di daerah Kediri. Indonesia masih

mengekspor terna dan minyak nilam ke singapura dan Malaysia sampai pada

tahun 1940, dan setelah tahun 1950 Indonesia hanya mengekspor minyak saja.

Namun setelah tahun 1960 posisi Singapura dan Malaysia sebagai negara

pengekspor minyak nilam terbesar digantikan oleh Indonesia (Allen 1969, diacu

dalam Dhalimin et al. 1998)

Pada tahun 1956 ekspor minyak nilam Indonesia baru mencapai 30 ton

dan meningkat menjadi 245 ton pada tahun 1961, dan pada waktu yang sama

ekpor minyak nilam Malaysia dan Singapura juga mengalami peningkatan dari

160 ton (1956) menjadi 232 ton (1961), namun produksi minyak nilam Indonesia

terus meningkat sedang negara-negara lain seperti Cina, Srilanka, Malaysia dan

Brazil tidak begitu pesat perkembangannya. Periode 1960an ekspor minyak nilam

Indonesia berkisar antara 250-300 ton tiap tahun (Robbin 1982, diacu dalam

Dhalimin et al. 1998). Volume ekspor terus meningkat menjadi 300-500 ton

(1970-1980) dan 500-700 ton (1980-1990). Pada tahun 1990 volume ekspor

minyak nilam meningkat secara tajam dan mencapai puncaknya pada tahun 1995

(1445 ton) (Dhalimin et al. 1998).

2.2 Minyak Nilam

Menurut B S Hieronymus (1990) Minyak nilam diperoleh dengan cara

penyulingan uap dan air terhadap herba kering tanaman nilam Pogostemon cablin.

11

Kandungan utama dari minyak nilam adalah Patchuli alcohol. Senyawa inilah

yang menyebabkan minyak nilam memiliki bau yang harum. Minyak nilam dapat

digunakan secara langsung tanpa diproses lebih lanjut. Namun patculi dapat

diubah menjadi ester, patchouli asetat. Senyawa ester mempunyai bau yang

harum dan dapat digunakan sebagai bahan pewangi. Patculi alcohol dapat

direaksikan dengan asam fosfat mengalami hidrasi dan diperoleh patculena.

Minyak nilam merupakan bahan baku parfum yang terpenting dan sebagai

bahan fiksatif yang paling baik pada parfum berkualitas baik. Minyak ini

digunakan juga dalam pembuatan sabun dan kosmetik, karena dapat diblending

secara baik dengan minyak atsiri lainnya seperti minyak cengkeh, geranium, akar

wangi dan minyak cassia. Aroma minyak nilam sangat kaya, terkesan rasa manis,

hangat dan menyengat (Dhalimin et al. 1998).

2.2.1 Mutu Minyak Nilam

Mutu minyak nilam sangat menentukan mampu atau tidaknya minyak

nilam tersebut diekspor ke pasar luar negeri, bahkan mutu juga dapat menentukan

harga dari minyak nilam yang diproduksi. Menurut Sumangat D dan Risfaheri

(1989) senyawa patchouli alcohol merupakan penentu mutu minyak nilam.

Minyak nilam yang kadar patchouli alhokolnya lebih tinggi dalam dunia

perdagangan mendapatkan harga lebih tinggi, karena mutunya dinilai lebih tinggi.

Kadar patchouli alcohol minyak nilam Indonesia berkisar antara 20-45 persen.

Mutu minyak nilam dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain klon

atau varietas, lingkungan tumbuh, teknik budidaya, perilaku pendahuluan, proses

peyulingan, pengemasan, serta penyimpanan (Anggraeni et al. 1998). Standar

mutu minyak nilam Indonesia ditetapkan oleh Dewan Standarisasi Nasional

dengan nama Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-2385-2006. Standar ini

meliputi ruang lingkup syarat mutu pengambilan contoh, cara uji, syarat lulus uji,

pengemasan, dan penandaan milik nilam.

Berdasarkan Standar ini minyak nilam didefinisikan sebagai minyak yang

diperoleh dengan cara penyulingan dari daun tanaman P. cabin Benth. Minyak

nilam digolongkan hanya dalam satu jenis mutu dengan nama “patchouli oil”

Adapun syarat-syarat mutu minyak nilam ditetapkan seperti pada Tabel 3.

12

Tabel 5. Persyaratan Mutu Minyak Nilam Menurut SNI 06-2385-2006

No Jenis uji Satuan Persyaratan1 Warna - Kuning muda-cokelat kemerahan2 Bobot jenis 25°C/25°C - 0,950-0,9753 Indeks bias (nD²º) - 1,507-1,5154 Kelarutan dalam etanol 90%

pada suhu 20ºC ±3ºC -Larutan jernih atau opalesensi ringan dalam perbandingan volume 1:10

5 Bilangan asam - Maks. 86 Bilangan Ester - Maks. 207 Putaran optic - (-40°)-(-65º)8 Patchouli alcohol (C15H26O) % Min. 309 Alpha opaene (C15H24) % Maks. 0,510 Kandungan besi (Fe) mg/kg Maks. 25

Sumber: Badan Standarisasi Nasional (2006).1

2.3 Tanaman Nilam

Tanaman nilam merupakan tumbuhan tropik yang termasuk dalam famili

labiatae, dan merupakan tumbuhan semak dengan ketinggian sekitar 0.3-1.3 m.

Tanaman ini tumbuh di alam bebas secara tidak teratur dan cenderung mengarah

ke datangnya sinar matahari, namun di kebun tanaman nilam tumbuhnya tegak ke

atas atau merumpun pendek bila diberi penegak bambu (B. S. Hieronymus 1990).

Tanaman nilam terdiri beberapa jenis dan setiap jenis nilam memiliki

kadar dan mutu minyak yang berbeda-beda. Jenis nilam tersebut antara lain

Pogostemon cablin Benth, Pagostemon heyneatus, Benth, dan Pogostemon

hortensis, Backer (B. S. Hieronymus 1990).

a) Pogostemon cablin Benth (Nilam Aceh)

Nilam ini memiliki ciri daunnya agak membulat seperti jantung, dibagian bawah

daun terdapat bulu-bulu rambut sehingga warnanya tampak pucat, dan tidak atau

jarang berbunga. Kadar minyaknya antara 2,5-5 persen dan komposisi minyaknya

bagus. Menurut para ahli, minyak jenis ini terdapat di Filipina, Brazilia, Malaysia,

Paraguay, Madagaskar, dan Indonesia.

b) Pagostemon heyneatus Benth (Nilam Jawa)

Nilam jenis ini sering tumbuh secara liar di pekarangan rumah atau ditempat yang

jarang dijamah oleh manusia, oleh karena itu nilam ini sering disebut nilam hutan.

11 Badan Standarisasi Nasional. Minyak Nilam. http://websisni.bsn.go.id/index.php?/sni_main/

sni/detail_sni/7400. [10 Oktober 2009].

13

Daunnya lebih tipis dibandingkan daun nilam jenis Pogostemon cablin dan ujung

daunnya agak runcing. Spesifikasi nilam ini adalah berbunga. Kadar minyaknya

rendah sekitar 0.5-1.5 persen dari berat daun kering. Komposisi minyaknya jelek.

c) Pogostemon hortensis Backer (Nilam Sabun)

Nilam jenis ini disebut nilam sabun, karena digunakan sebagai pengganti sabun.

Bentuknya hampir sama dengan Pagostemon heyneatus. Daunnya tipis, ujung

daun agak runcing dan tidak berbunga. Kadar minyaknya rendah 0.5-1,5 persen

dan komposisi minyaknya pun jelek.

Berdasarkan ketiga jenis tanaman nilam tersebut, yang layak untuk

dikembangkan dan dibudidayakan untuk dijadikan bahan baku penyulingan

minyak nilam adalah pogostemon cablin sebab kadar dan komposisi minyaknya

paling bagus diantara jenis lainnya (B S Hieronymus 1990). Selain itu menurut

Balitro (2009) Indonesia memiliki varietas tanaman nilam unggulan yang

dinamakan berdasarkan nama daerah asalnya yaitu Tapak Tuan, Lhoksemawe dan

Sidikalang.

2.4 Budidaya Tanaman Nilam

Tanaman nilam merupakan tanaman yang dapat dibudidayakan diberbagai

jenis lahan seperti pekarangan, sawah, kebun, dan tegalan. Namun untuk

mendapatkan produktivitas yang tinggi, tanaman nilam memerlukan lapisan tanah

yang dalam, subur, kaya humus, berstruktur gembur, dan drainase yang baik.

Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil keberhasilan budidaya

tanaman nilam antara lain yaitu:

A. Kesesuaian Lahan dan Iklim

Lahan dan iklim sangat mempengaruhi produksi dan kualitas minyak

nilam, terutama ketinggian tempat dan ketersediaan air. Nilam sangat peka

terhadap kekeringan (heavy drinker), kemarau panjang setelah panen dapat

menyebabkan tanaman mati. Tanaman nilam dapat tumbuh pada ketinggian 0-

1.500 m di atas permukaan laut. Akan tetapi, nilam akan tumbuh dengan baik dan

berproduksi tinggi pada tempat dengan ketinggian antara 50-400 m diatas

permukaan laut. Pada dataran rendah kadar minyak lebih tinggi tetapi kadar

patchouli alkohol lebih rendah, sebaliknya pada dataran tinggi kadar minyak

14

rendah, kadar patchouli alkohol (Pa) tinggi. Jenis tanah yang sesuai dengan

tanaman nilam antara lain latosol, andosol, regosol, tumbuhan ini dapat tumbuh

baik pada tanah yang gembur dengan humus yang tinggi.

Tanaman ini menghendaki suhu yang panas dan lembab, serta

membutuhkan curah hujan yang merata sepanjang tahun. Curah hujan yang

diperlukan bagi pertumbuhan tanaman nilam berkisar antara 1.750-3.500 mm per

tahun dengan penyebaran merata sepanjang tahun, suhu optimum untuk tanaman

ini adalah 24-25°C. dengan kelembaban lebih dari 70-80 persen (Balitro 2009).

Intensitas penyinaran agar pertumbuhan dan produksi minyak nilam

optimal adalah berkisar antara 75-100 persen. Pada tempat-tempat yang agak

terlindung, nilam masih dapat tumbuh dengan baik, tetapi kadar minyak lebih

rendah dari pada tempat terbuka (B. S. Hieronymus 1990).

Tabel 6. Kriteria Kesesuaian Lahan dan Iklim Tanaman Nilam

Parameter

Tingkat Kesesuaian

Sangat Sesuai

SesuaiKurang Sesuai

Tidak Sesuai

Ketinggian Tanah (m, dpl.) 100 – 400 0 – 700 > 700 > 700

1. Jenis tanah Andosol, latosol

Regosol, podsolik Lainnya Lainnya

2. Drainase Baik Baik Agak baik Terhambat 3. Tekstur Lempung Liat berpasir Lainnya Pasir 4. Kedalaman air > 100 75 – 100 50 – 75 < 50 5. pH 5.5 – 7 5 – 5.5. 4.5 – 5 < 4.5 6. C-organik (%) 2 – 3 3 – 5 < 1 -

7. P205 (ppm) 16 – 25 10 – 15 > 25 -

8. K20 (me/100 g) > 1.0 0.6 – 1.0 0.2 – 0.4 -KTK (me/100 g) > 17 5 – 16 < 5 -

Iklim 2.300-3.000 1.750-2.300 1.200-1.750 > 3.500 1. Curah hujan (mm) 190-200 3000-3.500 > 3500 -2. H H/ tahun 11-Oct 170-180 < 100 < 8 3. Bln basah/ tahun 80-90 10-Sep < 9 < 50 4. Kelembaban udara (%) 75-100 70-80 < 60 -

5. Temperatur 0C 22-23 24-25 > 25 -Intensitas cahaya - - -

Sumber: Balitro (2009).

B. Bahan Tanaman

Tanaman nilam umumnya dikembangkan secara vegetatif, yaitu dengan

mempergunakan potong-potongan cabang. Bibit yang baik untuk ditanam harus

berasal dari induk yang sehat, berasal dari bahan tanaman jenis unggul dan

dijamin terbebas dari kontaminasi hama da

bibit, telah dikembangkan

serta penggunaan setek pendek

bahan tanaman lebih hemat, pertumbuhan bibit cepat

pertumbuhan di lapangan lebih tinggi

Tanaman nilam yang umum dibudidayakan adalah nilam Aceh, karena

kadar minyak dan kualitas minyak lebih tinggi dari jenis nilam Jawa dan nilam

Sabun. Varietas unggulan tanaman nilam yang menj

Tapak tuan, Lhoksemawe, dan Sidikalang. T

dan kadar patchouli alkohol. Lhoksemawe kadar minyaknya tinggi sedangkan

Sidikalang toleran terhadap penyakit layu bakteri dan nematoda (Tabel 5).

Tabel 7. Produksi Terna Kering, Kadar Minyak, Produksi Minyak dan Kadar Patchouli Alkohol 3 Varietas Nilam

Varietas

Tapak TuanLhokseumaweSidikalang

Sumber: Balitro (2009).

Varietas tersebut dapat dibe

Tapak Tuan, warna pangkal batangnya hijau dengan sedikit ungu, varietas

Lhoksemawe lebih ungu

Gambar 1. Tiga Varietas Unggul Nilam

C. Pola Tanam

Umumnya tanaman nilam diusahakan secara monokultur, namun dapat

juga ditanam secara tumpangsari dengan tanaman lain, seperti dengan tanaman

Tapak Tuan

berasal dari induk yang sehat, berasal dari bahan tanaman jenis unggul dan

dijamin terbebas dari kontaminasi hama dan penyakit. Upaya meningkatkan

telah dikembangkan penggunaan bibit yang telah diakarkan

penggunaan setek pendek, dengan penggunaan teknik tersebut pemakaian

lebih hemat, pertumbuhan bibit cepat dan keberhasilan

lapangan lebih tinggi (Emmyzar dan Ferry Y. 2004).

Tanaman nilam yang umum dibudidayakan adalah nilam Aceh, karena

kadar minyak dan kualitas minyak lebih tinggi dari jenis nilam Jawa dan nilam

unggulan tanaman nilam yang menjadi koleksi Balitro

Tapak tuan, Lhoksemawe, dan Sidikalang. Tapak Tuan unggul dalam produksi

dan kadar patchouli alkohol. Lhoksemawe kadar minyaknya tinggi sedangkan

Sidikalang toleran terhadap penyakit layu bakteri dan nematoda (Tabel 5).

roduksi Terna Kering, Kadar Minyak, Produksi Minyak dan Kadar Alkohol 3 Varietas Nilam

Produksiterna kering

(ton/ha)

Kadarminyak

(%)

Produksiminyak(kg/ha)

13,27811,08710,902

2,833,212,89

375,76355,89315,06

Sumber: Balitro (2009).

Varietas tersebut dapat dibedakan dari warna pangkal batang

Tapak Tuan, warna pangkal batangnya hijau dengan sedikit ungu, varietas

Lhoksemawe lebih ungu dan varietas Sidikalang paling ungu (Gambar 1).

Gambar 1. Tiga Varietas Unggul Nilam

Umumnya tanaman nilam diusahakan secara monokultur, namun dapat

juga ditanam secara tumpangsari dengan tanaman lain, seperti dengan tanaman

Sidikalang Lhokseumawe

15

berasal dari induk yang sehat, berasal dari bahan tanaman jenis unggul dan

paya meningkatkan mutu

penggunaan bibit yang telah diakarkan lebih dahulu

tersebut pemakaian

dan keberhasilan

(Emmyzar dan Ferry Y. 2004).

Tanaman nilam yang umum dibudidayakan adalah nilam Aceh, karena

kadar minyak dan kualitas minyak lebih tinggi dari jenis nilam Jawa dan nilam

adi koleksi Balitro yaitu

apak Tuan unggul dalam produksi

dan kadar patchouli alkohol. Lhoksemawe kadar minyaknya tinggi sedangkan

Sidikalang toleran terhadap penyakit layu bakteri dan nematoda (Tabel 5).

roduksi Terna Kering, Kadar Minyak, Produksi Minyak dan Kadar

KadarPatchouli

alkohol (%)

33,3132,6332,95

dakan dari warna pangkal batangnya. Varietas

Tapak Tuan, warna pangkal batangnya hijau dengan sedikit ungu, varietas

ikalang paling ungu (Gambar 1).

Umumnya tanaman nilam diusahakan secara monokultur, namun dapat

juga ditanam secara tumpangsari dengan tanaman lain, seperti dengan tanaman

Lhokseumawe

16

palawija (jagung, cabe, terung, dan lainnya). Selain dengan tanaman palawija,

nilam dapat dipolatanamkan dengan tanaman tahunan seperti diantara kelapa,

kelapa sawit, karet yang masih berumur muda, karena tanaman nilam masih

berproduksi dengan baik pada intensitas cahaya minimum 75 persen. Semua

tanaman dapat ditumpangsarikan dengan nilam dengan syarat tidak menimbulkan

persaingan dalam hal penyerapan unsur hara, air, dan cahaya matahari dan tidak

merupakan sumber hama atau penyakit bagi tanaman nilam sebaiknya yang saling

menguntungkan. Oleh sebab itu, waktu dan jarak tanaman antara sesama tanaman

pokok dan antara tanaman pokok dengan tanaman sela harus diperhitungkan

dengan cermat (Emmyzar dan Ferry Y. 2004).

Nilam yang ditanam dibawah naungan akan tumbuh lebih subur, daun

lebih lebar dan tipis serta hijau, tetapi kadar minyaknya rendah. Tanaman nilam

yang ditanam di tempat terbuka, pertumbuhan tanaman kurang rimbun, habitus

tanaman lebih kecil, daun agak kecil dan tebal, daun berwarna kekuningan dan

sedikit merah, tetapi kadar minyaknya lebih tinggi sebaiknya pada awal

pertumbuhan diberi sedikit naungan, karena nilam rentan terhadap cekaman

kekeringan (B. S. Hieronymus 1990).

D. Jarak Tanam

Jarak tanam akan menentukan populasi tanaman dan luas permukaan daun

yang aktif melakukan fotosintesa sehingga akan mempengaruhi kompetisi

tanaman dalam penggunaan cahaya, air dan unsur hara, kerapatan yang tinggi

kompetisi akan tinggi dibandingkan dengan yang lebih jarang. Jarak tanam yang

ideal adalah sesuai bagi perkembangan tanaman bagian atas serta tersedianya

ruang bagi perkembangan perakaran dalam tanah yaitu antara 75-100 cm antar

baris dan 50 – (75 – 100) cm dalam baris. Pada lahan datar dan subur dapat

digunakan jarak tanam yang lebih lebar misalnya 100 x 100 cm, sedangkan

dilahan miring jarak tanam yag digunakan lebih sempit misalnya 50 x 75 cm atau

75 x 75 cm. Kebutuhan bibit tergantung dengan jarak tanam ini (Emmyzar dan

Ferry Y. 2004).

17

E. Pemupukan

Menurut Wahid et al, diacu dalam Emmyzar dan Ferry Y. (2004) Tanaman

nilam termasuk tanaman yang memerlukan unsur hara cukup tinggi, untuk

mempertahankan produksi agar tetap optimal maka pemberian pupuk sangat

menentukan, dan rekayasa pemupukan akan mempengaruhi rendemen minyak

yang dihasilkan oleh tanaman nilam (Emmyzar dan Ferry Y. 2004).

F. Pemeliharaan dan Pemanenan

Nilam memerlukan pemeliharaan yang intensif terutama pada awal

pertumbuhan dan setelah panen. Pemeliharaan yang dilakukan berupa

penyulaman tanaman yang mati, penyiangan, pembumbunan, pemangkasan,

pemupukan dan pemberian mulsa. Pemberian pupuk dan mulsa sangat penting

sekali dilakukan terutama setelah panen pertama (umur 6 bulan), tujuannya guna

merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru.

Tanaman nilam dapat dipanen pertama kali saat umur tanaman 6-8 bulan,

dan panen berikutnya dilakukan setiap 3-4 bulan sampai tanaman berumur tiga

tahun. Setelah itu sebaiknya tanaman diremajakan, karena hasilnya sudah makin

menurun. Panen sebaiknya dilakukan pada pagi atau menjelang malam hari agar

kandungan minyaknya tetap tinggi. Bila pemetikan dilakukan siang hari, sel-sel

daun sedang berfotosintesa sehingga laju pembentukan minyak berkurang, daun

kurang elastis dan mudah robek. Di samping itu, pada siang hari transpirasi daun

berlangsung lebih cepat sehingga jumlah minyak yang dihasilkan berkurang.

Panen sebaiknya dilakukan sebelum daun nilam menjadi coklat kemerahan,

karena daun yang berwarna coklat kemerahan rendemen minyak sudah berkurang.

Kandungan minyak tertinggi terdapat pada 3 pasang daun termuda yang masih

berwarna hijau. Alat untuk panen dapat menggunakan sabit dengan cara

memangkas tanaman pada ketinggian 15-30 cm dari permukaan tanah. Ada

baiknya kalau setiap kali panen ditinggalkan satu tanaman tetap tumbuh untuk

merangsang tumbuhnya tunas-tunas baru pada fase selanjutnya.

18

G. Penanganan Hasil Panen

Hasil pangkasan tanaman nilam dipotong-potong sepanjang 3-5 cm

kemudian dijemur selama 1-2 hari atau dijemur 5 jam dan dikering anginkan

selama 2-3 hari untuk mengurangi kadar airnya sampai 15 persen. Pengeringan

yang terlalu cepat membuat daun menjadi rapuh dan sulit disuling. Kalau terlalu

lambat seperti musim hujan, daun menjadi lembab dan mudah terserang jamur,

hingga redemen dan mutu minyak yang dihasilkan rendah.

2.5 Penyulingan Nilam

Hal yang perlu diperhatikan dalam proses penyulingan yang akan

mempengaruhi mutu minyak nilam yang dihasilkan adalah cara dan waktu

penyulingan, kepadatan bahan dalam tangki penyulingan dan perbandingan antara

daun dan batang yang disuling. Perbandingan optimal antara tangkai dan daun

pada campuran bahan yang disuling adalah 1 banding 0,5. Semakin banyak

proporsi tangkai, kadar minyak dan rendemen minyak makin berkurang. Selain

mempengaruhi rendemen cara penyulingan juga mempengaruhi kadar patchouli

alcohol, serta waktu penyulingan mempengaruhi rendemen, bobot jenis, bilangan

ester dan kadar patchouli alcohol (Anggraeni et al. 1989). Sedangkan menurut

Mangun (2006) mutu minyak nilam dan rendemen sangat dipengaruhi oleh mesin

dan sistem penyulingan yang digunakan. Selain itu sanitasi lingkungan, tempat

penyulingan, gudang tempat menyimpan daun, dan kedekatan lokasi dengan lahan

perkebunan juga berpengaruh. Oleh karena itu, peralatan mesin yang digunakan

harus memiliki kelebihan secara teknis agar diperoleh rendemen minyak yang

tinggi.

Sistem penyulingan nilam terdiri dari system penyulingan dengan air,

system penyulingan uap langsung dan system penyulingan uap tidak langsung. 1).

System penyulingan dengan air merupakan cara penyulingan yang paling

sederhana, namun cara ini kurang disukai karena waktu yang dibutuhkan lama dan

hasilnya kurang banyak serta mutunya kurang bagus. 2). Sistem penyulingan uap

langsung (uap dan air) memiliki kelebihan dalam hasil uap yang selalu dalam

kondisi jernih dan tingkat kekosongan minyak lebih terkendali. Namun karena

tekanan uap yang dihasilkan dengan sistem ini relatif rendah, sehingga belum

19

dapat menghasilkan minyak dalam waktu yang cepat, yaitu dibutuhkan waktu

lebih dari delapan jam untuk memperoleh rendemen minyak yang banyak dan

tingkat persentase patchouli alcohol yang tinggi. 3). Sistem penyulingan uap tidak

langsung. Prinsip dasar penyulingan ini adalah menggunakan uap bertekanan

tinggi. Metode ini menghasilkan minyak berkualitas dengan rendemen tinggi,

serta proses penyulingan berjalan lebih cepat (Mangun 2006).

2.6 Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai analisis kelayakan investasi telah banyak dilakukan,

beberapa diantaranya adalah Analisis Kelayakan Finansial dan Pemasaran Minyak

Pala. Penelitian ini dilakukan oleh Naiborhu pada tahun 2004 di PT Pavettia Atsiri

Indonesia di Bogor. Dari penelitian tersebut, dilihat dari aspek finansial usaha ini

layak untuk dilaksanakan. Hal tersebut dapat didasarkan pada hasil analisis

kriteria kelayakan investasi yang didapatkan pada penelitian tersebut yaitu NPV

sebesar Rp.140.235.090, IRR sebesar 36 persen, nilai Gross B/C 1,076 dan

payback period selama dua tahun sebelas bulan.

Penelitian tentang analisis kelayakan usaha minyak nilam pernah

dilakukan dengan judul Analisis Kelayakan dan Peranan Pemerintah dalam Usaha

Agroindustri Penyulingan Nilam yang dilaksanakan di Pabrik Mitra Usaha Jaya di

Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan oleh Triwagia pada

tahun 2003. Dilihat dari aspek pasar dan teknis, usaha ini dinilai layak karena

permintaan terhadap minyak nilam masih tinggi. Dan secara teknis lokasi pabrik

telah memenuhi syarat untuk penyulingan minyak nilam, teknologi penyulingan

dan peralatan sudah memadai. Dari aspek hukum dan manajemen usaha ini juga

layak dilaksanakan, karena Pabrik Mitra Usaha Jaya telah berbadan hukum dan

memiliki struktur organisasi yang jelas. Sedangkan untuk aspek finansial usaha ini

layak untuk dilaksanakan, karena berdasarkan analisis kriteria investasi

didapatkan NPV sebesar Rp. 732 880 851, nilai NBCR 1.7086, IRR sebesar 28

persen dam Payback period selama tiga tahun sebelas bulan dengan tingkat

diskonto sebesar 16 persen. Berdasarkan analisis switching value menunjukkan

bahwa usaha penyulingan minyak nilam sangat peka terhadap perubahan manfaat

dan biaya. Secara finansial perubahan maksimal yang toleran terhadap kelayakan

20

investasi adalah penurunan harga hasil produksi maksimal sebesar sebelas persen,

kenaikan biaya produksi maksimal 14 persen, dan produktivitas daun nilam kering

turun maksimal sebesar 46 persen. Bila perubahan parameter input dan output

lebih besar dari persentase tersebut maka investasi akan menjadi tidak layak

dilaksanakan.

Penelitian berikutnya adalah tentang analisis kelayakan usaha penyulingan

minyak nilam pada PT Perkasa Primata Mandiri Kabupaten Mandailing Natal,

Sumatera Utara. Penelitian ini dilakukan oleh Siregar pada tahun 2009. Penelitian

ini menggunakan dua skenario dalam menganalisis aspek finansialnya, skenario

pertama adalah menganalisis usaha yang dijalankan perusahaan saat ini, dimana

kapasitas mesin yang digunakan sebesar 30 kg. sedangkan skenario kedua ialah

dengan menaikkan kapasitas produksi melalui penambahan jumlah ketel suling

100 kg untuk memaksimalkan kapasitas mesin dan penggunaan nilam kering

(bahan baku) yang dihasilkan dari budidaya. Hasil penelitian ini dari aspek

finansial menunjukkan bahwa usaha minyak nilam yang dilakukan PT Perkasa

Primata Mandiri layak untuk dijalankan dengan tingkat diskonto 33,3 persen,

yang diambil dari tingkat deviden yang diterima oleh masing-masing investor dari

keuntungan yang diperoleh perusahaan. Hasil NPV dari analisis kriteria investasi

yang didapatkan adalah sebesar Rp 563.632.417, Net B/C sebesar 2,93, IRR

sebesar 119,64 persen dan periode pengemblian investasi adalah selama satu

tahun 26 hari. Sedangkan dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek

hukum, dan aspek sosial ekonomi usaha pennyulingan minyak nilam tersebut

layak untuk dijalankan. Hasil analisis sensitivitas dengan menggunakan metode

switching value menunjukkan bahwa usaha ini lebih sensitive terhadap perubahan

harga jual maupun penurunan jumlah produksi minyak nilam dan daun kering.

Batas maksimal perubahan terhadap penurunan harga jual dan jumlah produksi

minyak nilam dan daun kering masing-masing sebesar 18,94 persen. Apabila

perubahan yang terjadi melebihi batas tersebut, maka usaha penyulingan minyak

nilam yang dilakukan perusahaan menjadi tidak layak atau tidak menguntungkan.

Penelitian mengenai kelayakan budidaya tanaman nilam pernah dilakukan

Wulansari pada tahun 2005, yang berjudul Analisis Kelayakan Ekonomi

Usahatani Nilam studi kasus Desa Jatiwangi, Kecamatan Pakenjeng, Kabupaten

21

Garut. Berdasarkan hasil analisis aspek non finansial dari penelitian tersebut,

usaha ini layak dijalankan karena karakteristik wilayah yang relevan untuk

ditanami nilam, meskipun teknik budidaya yang dilakukan oleh petani di daerah

ini masih belum mengikuti standar operasionl prosedur budidaya tanaman nilam.

Dan secara finansial, didapatkan hasil NPV sebesar Rp 4.180.266,575, IRR

sebesar 229,04 persen, Net B/C sebesar 4,137 dengan tingkat diskonto sebesar

12,5 persen. Sedangkan berdasarkan analisis sensitivitas yang dilakukan,

usahatani nilam lebih sensitif terhadap perubahan harga jual output, yaitu pada

penurunan sebesar 33 persen maka usahatani nilam tidak layak dijalankan.

Berdasarkan penelitian terdahulu mengenai analisis kelayakan usaha

agroindustri minyak atsiri khususnya minyak nilam, dapat disimpulkan bahwa

usaha tersebut sangat menguntungkan untuk dijalankan. Hal tersebut dapat dilihat

dari hasil analisis kriteria investasi NPV yang dihasilkan sangat tinggi (Naiborhu

2004; Triwagia 2003; Siregar 2009). Sedangkan untuk usaha budidaya tanaman

nilam menurut Wulansari (2005) tingkat keuntungan yang didapat relatif kecil

dibandingkan dengan usaha penyulingan nilam. Semua penelitian terdahulu

mengenai analisis kelayakan usaha tersebut, menggunakan pertimbangan kriteria

kelayakan investasi yang terdiri dari NPV, IRR, Net B/C dan Payback Period.

Hanya pada analisis kelayakan budidaya tanaman nilam saja yang tidak

mencantumkan payback period, sehingga tidak diketahui waktu pengembalian

investasi yang telah dilakukan pertani nilam di Desa Jatiwangi.

22

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis mengemukakan teori-teori terkait penelitian.

Teori-teori tersebut antara lain pengertian proyek, keterkaitan proyek dengan

analisis kelayakan proyek, aspek-aspek yang dikaji dalam penelitian, pengertian

dari kriteria investasi yang digunakan, dan analisis sensitivitas dengan

menggunakan metode switching value.

3.1.1 Proyek dan Analisis Kelayakan Proyek

Menurut Soeharto (2002) proyek merupakan kegiatan sementara yang

berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumberdaya yang

tertentu dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk tertentu. Sedangkan Proyek

pertanian menurut Gittinger (1986) merupakan kegiatan investasi yang merubah

sumber-sumber pertanian menjadi bahan kapital yang dapat menghasilkan

keuntungan atau manfaat setelah beberapa periode waktu. Suatu proyek apabila

telah dilaksanakan maka manfaat dari perolehan usaha tersebut pada umumnya

tidak dapat langsung dinikmati, sehingga butuh beberapa waktu untuk dapat

menikmati hasilnya tergantung pada jenis proyek yang dijalankan.

Studi kelayakan proyek merupakan studi untuk menilai suatu proyek yang

akan dikerjakan dimasa mendatang (Suratman 2002) atau dalam kata lain, untuk

menentukan alternatif proyek yang akan dipilih. Menurut Soeharto (2002),

kelayakan ini berkaitan dengan kemungkinan tingkat keberhasilan yang hendak

diraih. Sehingga studi ini memberikan rekomendasi apakah proyek yang

bersangkutan layak dikerjakan atau sebaiknya ditunda terlebih dahulu. Mengingat

kondisi dimasa mendatang penuh dengan ketidakpastian, maka studi kelayakan

yang dilakukan tentunya meliputi berbagai aspek dan membutuhkan

pertimbangan-pertimbangan tertentu untuk memutuskannya.

Bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam suatu proyek, studi

kelayakan dilakukan dengan tujuan yang berbeda. Bagi investor atau pihak yang

menanamkan dananya pada suatu proyek, studi kelayakan proyek bertujuan untuk

mengetahui prospek usaha atau proyek yang akan dijalankan. Bagi kreditor

(Bank) studi ini ditujukan untuk melihat dari segi keamaan dana yang

23

dipinjamkan dan untuk mengetahui periode pengembalian pinjaman. Bagi

pemerintah studi kelayakan proyek bertujuan untuk mengetahui manfaat proyek

bagi perekonomian nasional.

Penyelenggaraan suatu proyek dapat dilaksanakan oleh institusi

pemerintah, badan swasta, atau organisasi-organisasi sosial maupun perorangan.

Proyek tersebut dapat berupa proyek investasi yang berorienntasi laba dan proyek

investasi yang tidak berorientasi laba. Jika suatu proyek investasi berorientasi

laba, maka studi kelayakan proyek dilakukan dalam rangka menilai layak tidaknya

proyek investasi yang bersangkutan dengan berhasil dan menguntungkan secara

ekonomis. Sedangkan jika proyek yang dilakukan merupakan proyek investasi

yang tidak berorientasi laba, maka studi kelayakan dilakukan tanpa

mempertimbangkan keuntungan secara ekonomis. Untuk selanjutnya dalam

penelitian ini proyek yang dikaji merupakan proyek yang berorientasi laba.

3.1.2 Aspek-aspek Studi Kelayakan

Analisis kelayakan suatu proyek harus mempertimbangkan aspek-aspek

yang berkaitan dengan proyek tersebut. Aspek-aspek tersebut secara bersama-

sama menentukan bagaimana keuntungan yang diperoleh dari suatu investasi

(Gittinger 1999). Pada umumnya aspek yang dikaji dalam studi kelayakan proyek

meliputi aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, hukum dan sosial, serta

aspek keuangan (Husnan dan Suwarsono 1999). Dalam penelitian ini aspek yang

dianalisis adalah aspek keuangan dari investasi yang akan dilakukan perusahaan

dalam proyek pengembangan usaha budidaya tanaman nilam.

1. Aspek Pasar

Aspek pasar merupakan aspek yang paling utama dan pertama dilakukan

dalam menganalisis kelayakan proyek. Karena tidak akan mungkin suatu proyek

didirikan dan dijalankan jika tidak ada pasar yang menerima produk yang

dihasilkan dari proyek tersebut. Menurut Husnan dan Muhammad (2000) aspek

pasar mengkaji:

1) Permintaan

Lipsey (1995) mengatakan bahwa komoditi total yang diinginkan pembeli oleh

semua rumah tangga disebut jumlah yang diminta untuk komoditi tersebut.

24

Variabel penting yang mempengaruhi permintaan yatu harga komoditi itu

sendiri, harga komoditi yang berkaitan, pendapat, selera, dan besarnya

populasi.

2) Penawaran

Penawaran merupakan jumlah yang akan dijual perusahaan (Lipsey 1995).

Jumlah komoditi yang tersedia diproduksi dan ditawarkan oleh perusahaan

untuk dijual dipengaruhi oleh beberapa variabel, antara lain harga komoditi itu

sendiri, harga input, tujuan perusahaan dan perkembangan teknologi.

3) Program Pemasaran

Menurut Kotler (2005) program pemasaran yang sering disebut bauran

pemasaran (marketing-mix) terdiri dari empat komponen yaitu produk

(product), harga (price), distribution (distribution) dan promosi (promotion).

4) Pangsa Pasar yang Dikuasai Perusahaan

Pangsa pasar (market share) merupakan proporsi (sebagian) dari keseluruhan

pasar potensial yang diharapkan dapat diraih oleh proyek yang bersangkutan.

Pasar potensial adalah keseluruhan jumlah produk yang mungkin dapat dijual

dalam pasar tertentu pada satu periode dibawah pengaruh kondisi tertentu.

2. Aspek Teknis

Menurut Husnan dan Muhammad (2000), aspek teknis merupakan suatu

aspek yang berkenaan dengan proses pembangunan secara teknis dan

pengoperasiannya setelah proyek tersebut selesai dibangun. Aspek teknis

menyangkut masalah penyediaan sumber-sumber dan pemasaran hasil-hasil

produksi. Permasalahan-permasalahan yang timbul dalam aspek teknis dapat

tercermin dalam perhitungan benefit dan biaya. Namun berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan teknis dapat diputuskan apakah suatu proyek dapat

dilaksanakan atau tidak.

3. Aspek Manajemen

Aspek manajemen pada dasarnya menilai para pengelola proyek dan

struktur organisasi yang ada. Proyek yang dijalankan akan berhasil apabila

dijalankan oleh orang-orang yang professional mulai dari perencanaan,

25

melaksanakan, hingga pengendalian agar tidak terjadi penyimpangan. Demikian

pula dengan struktur organisasi yang dipilih, harus menggunakan harus sesuai

dengan bentuk dan tujuan proyek. Hal-hal yang dipelajari dalam aspek ini, antara

lain:

1) Manajemen dalam Masa Pembangunan Proyek

Manajemen proyek merupakan sistem yang merencanakan, melaksanakan dan

mengawasi pembangunan proyek dengan efisien. Manajemen proyek harus

dapat menyusun rencana pelaksanaan proyek dengan mengkoordinasikan

berbagai aktivitas atau kegiatan proyek dan penggunaan sumberdaya agar

secara fisik proyek dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam manajemen masa pembangunan proyek, yaitu pelaksanaan

proyek tersebut, jadwal penyelesaian proyek, dan pihak yang melakukann studi

masing-masing aspek.

2) Manajemen dan Operasi

Manajemen ini meliputi bentuk organisasi atau badan usaha yang dipilih,

struktur organisasi, deskripsi dan spesifikasi jabatan, anggota redaksi, serta

tenaga kunci serta jumlah tenaga kerja yang digunakan.

4. Aspek Sosial dan Lingkungan

Aspek ini didasarkan atas landasan yang lebih luas, yaitu melihat biaya

dan manfaat proyek dari sudut kepentingan sosial atau masyarakat secara

menyeluruh karena lingkup dan tujuannya adalah kepentingan sosial masyarakat

atau masyarakat yang akan disosialisasikan dengan kepentingan suatu

kepentingan suatu negara (Soeharto 2002).

Pengkajian meliputi proyek terhadap penambahan kesempatan kerja,

pengaruh keberadaan proyek tersebut terhadap industri lain, dan pengaruh

keberadaan proyek tersebut terhadap kehidupan sosial dan lingkungan di lokasi

pembangunan proyek.

5. Aspek Keuangan (Finansial)

Aspek keuangan mempelajari kebutuhan dan sumber dana meliputi

bagaiman menghitung dana, baik untuk aktivitas tetap maupan dana untuk modal

26

(Husnan dan Muhammad 2000). Kemudian juga melihat seberapa besar dana yang

akan diterima jika proyek dijalankan, lama pengembalian investasi yang

ditanamkan, sumber pembiayaan proyek, dan tingkat bunga yang berlaku.

Mempertimbangkan penilaian investasi harus mempertimbangkan nilai

waktu dari uang (time value of money). Konsep nilai waktu dari uang sangat

penting mengingat semakin lama waktu berjalan nilai uang semakin turun.

Kriteria penilaian investasi yang digunakan dalam aspek keuangan pada penelitian

ini antara lain:

1). NPV (Net Present Value),

Net Present Value merupakan manfaat tambahan (nilai kini bersih) yang

diterima proyek selama umur proyek pada tingkat discount factor tertentu. NPV

ini menunjukkan selisih antara manfaat (benefit) dan biaya (cost) pada tingkat

suku bunga tertentu. Kriteria ini mengatakan bahwa proyek akan dipilih atau

layak apabila nilai NPV lebih dari nol (positif).

2). Net Benefit Per Cost

Net B/C adalah manfaat bersih tambahan yang diterima proyek dari setiap

satu satuan biaya yang dikeluarkan. Net B/C merupakan perbandingan antara

present value positif dengan jumlah present value negatif. Berdasarkan kriteria

ini, suatu proyek akan dipilih atau layak apabila nilai Net B/C bernilai lebih dari

satu.

3). IRR (Internal Rate of Return)

IRR merupakan tingkat pengembalian internal yaitu kemampuan suatu

proyek menghasilkan return. IRR ini adalah tingkat discount rate yang membuat

NPV proyek bernilai nol. Suatu proyek akan dipilih atau dikatakan layak, apabila

nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku.

4). Payback Period

Payback period merupakan jangka waktu atau periode yang diperlukan

untuk membayar kembali semua biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam

investasi suatu proyek. Indikator kriteria ini adalah semakin cepat kemampuan

suatu proyek mengembalikan biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam investasi

proyek maka semakin layak proyek tersebut dijalankan.

27

3.1.4 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas dalam suatu proyek perlu dilakukan, karena setiap

proyek pasti akan menghadapi ketidakpastian yang diakibatkan oleh perubahan-

perubahan, baik dari sisi penerimaaan maupun pengeluaran. Analisis sensitivitas

yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan metode switching value untuk

mengetahui sejauh mana perubahan unsur-unsur yang dikaji dalam aspek finansial

dapat ditoleransi agar proyek tetap layak dilaksanakan. Perubahan tersebut dapat

mempengaruhi arus kas perusahaan dan pada akhirnya akan mempengaruhi

tingkat kelayakan dari suatu proyek.

Beberapa hal yang dapat mengalami perubahan antara lain perubahan

harga jual produk, biaya tetap dan biaya variabel proyek, dan produktivitas

tanaman nilam yang dihasilkan. Perubahan tersebut dinilai berdasarkan pada

asumsi yang digunakan pada studi kelayakan proyek. Asumsi-asumsi yang

digunakan merupakan alternatif yang dianggap terbaik berdasarkan data dan

perkiraan pada saat tertentu, sehingga dengan menggunakan asumsi yang berbeda

akan menyebabkan perbedaan dalam pertimbangan untuk pengambilan keputusan.

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional

PT Panafil Essential Oil merupakan perusahaan yang baru bergerak

dibidang minyak atsiri, salah satunya adalah minyak nilam. Namun perusahaan

dalam menjalankan usaha mengalami kesulitan dalam memperoleh bahan baku

nilam, hingga produksi minyak nilam perusahaan terhambat. Oleh karena itu

dengan potensi yang dimiliki maka perusahaan bermaksud mengembangkan

usahanya dibidang budidaya nilam untuk memenuhi kebutuhan bahan baku nilam

perusahaan.

Pengembangan usaha budidaya nilam untuk dapat memenuhi kebutuhan

bahan baku perusahaan memerlukan biaya yang relatif besar, dan di sekitar lokasi

yang akan digunakan sebagai lahan budidaya nilam sebelumnya belum ada yang

melakukan usaha budidaya nilam. Sehingga untuk melakukan usaha tersebut

diperlukan perencanaan yang matang yaitu salah satunya dengan menganalisis

kelayakan finansial, untuk mengetahui apakah usaha tersebut dapat dijalankan dan

mampu menghasilkan keuntungan bagi perusahaan.

28

Analisis kelayakan usaha yang dilakukan meliputi aspek non finansial dan

aspek finansial. Aspek non finansial terdiri dari aspek pasar, aspek teknis, aspek

manajemen, dan aspek sosial. Analisis aspek pasar dilakukan dengan menganalisis

potensi pasar dari minyak nilam, dan strategi pemasaran yang menyangkut bauran

pemasaran (produk, harga, tempat, dan promosi). Aspek teknis yang terdiri dari

lokasi proyek usaha, skala operasi, proses produksi, dan pemilihan jenis teknologi

yang digunakan. Kemudian dilanjutkan dengan menganalisis kelayakan suatu

usaha dari aspek manajemen dan sosial.

Aspek finansial dikaji terkait dengan keuntungan yang akan diperoleh

perusahaan. Menganalisis kelayakan dari aspek finansial ini dilakukan dengan

menghitung jumlah penerimaan dan pengeluaran yang dilakukan perusahaan

terkait usaha budidaya tanaman nilam yang dilihat dari aspek teknis kegiatan

budidaya tersebut. Kemudian hasilnya dikelompokan dalam sebuah cashflow,

yang selanjutnya dianalisis dengan menggunakan kriteria kelayakan investasi dari

suatu usaha.

Kriteria kelayakan investasi yang dilakukan mempertimbangkan nilai

waktu dari uang (time value of money) dan menggambarkan arus kas (cashflow).

Sehingga dalam menilai kelayakan usaha ini aspek mengacu pada parameter Net

Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net

B/C), dan Payback Period (PP). Aspek finansial yang telah dianalisis, selanjutnya

dilakukan analisis sensitivitas dengan menggunakan analisis switching value

untuk mengetahui sensitivitas kelayakan usaha apabila terjadi kenaikan harga bibit

nilam dan harga pupuk kandang yang dibutuhkan dalam kegiatan budidaya nilam,

serta penurunan volume produksi tanaman nilam dan harga nilam basah yang akan

dihasilkan perusahaan. Kerangka pemikiran operasional dalam penelitian ini dapat

dilihat pada Gambar 2.

29

Gambar 2. Diagram Alur Kerangka Pemikiran

Keterangan:

Pembahasan tidak dilakukan secara mendalam

PT Panafil Essential Oil Prospek Pasar :

Peningkatan ekspor yang disebabkan oleh permintaan minyak nilam dari industri-industri parfum, kosmetika, dan farmasi, serta penurunan suplai minyak nilam dunia.

Potensi Perusahaan:Teknologi penyulingan yang baik yang dapat menghasilkan minyak yang berkualitas dan rendemen yang tinggi.

Kendala : Keterbatasan Bahan Baku ysng mengakibatkan produksi minyak nilam terhambat.

Perencanaan Usaha Budidaya Nilam

Analisis Kelayakan Usaha

Aspek Non Finansialterdiri dari:1. Analisis Aspek Pasar2. Analisis Aspek Teknis3. Analisis Aspek Manajemen4. Analisis Aspek Sosial

Analisis Sensitivitas dengan metode Switching value:1. Kenaikan harga bibit nilam2. Kenaikan harga pupuk kandang3. Penurunan volume produksi

nilam basah4. Penurunan harga nilam basah

Rekomendasi

Tidak LayakLayak

Aspek Finansial

Kriteria kelayakan Investasi:1. NPV2. IRR3. Net B/C4. Payback Period

30

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di PT Panafil Essential Oil. Lokasi dipilih dengan

pertimbangan bahwa perusahaan ini berencana untuk melakukan usaha dibidang

budidaya tanaman nilam. Perusahaan ini berlokasi di Jalan Moch. Toha Km 6,8

Cisirung, Desa Pasawahan, Bandung. Lokasi yang akan digunakan untuk

mengembangkan usaha budidaya nilam terletak di Desa Ciburuy, Kelurahan

Padalarang, Kabupaten Bandung. Pengambilan data dilaksanakan pada bulan

Desember 2009 sampai Maret 2010.

4.2 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan

sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lapangan,

wawancara langsung dengan pimpinan perusahaan, dan para pekerja mengenai data

yang berhubungan dengan biaya sarana produksi, termasuk biaya investasi, biaya

opersional, biaya umum, jumlah produksi, tingkat harga dan sumber modal, aspek

pasar, aspek teknis, dan aspek manajemen usaha. Sedangkan data sekunder diperoleh

dari berbagai instansi terkait seperti Balitro, Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen

Pertanian, Perpustakaan LSI Institut Pertanian Bogor (IPB), penelusuran internet,

buku, jurnal dan literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian ini.

4.3 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Metode analisis yang digunakan terdiri dari metode analisis kualitatif dan

kuantitatif. Metode analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis aspek pasar,

aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek keuangan. Sedangkan metode analisis

kuantitatif digunakan untuk menganalisis aspek keuangan.

Data dan informasi yang telah dikumpulkan, diolah dengan menggunakan

bantuan kalkulator, komputer dengan menggunakan software Microsoft Excel, dan

disajikan dalam bentuk tabulasi yang digunakan untuk mempermudah proses analisis

31

data. Dari berbagai data yang telah didapat akan diperoleh arus kas tunai, biaya

investasi, biaya operasional, harga jual dan harga beli yang selanjutnya dianalisis

menggunakan kriteria kelayakan investasi, yaitu Net Present Value (NPV), Net B/C,

Internal Rate of Return (IRR) dan Payback Period. Setelah kriteria investasi tersebut

didapatkan, kemudian ditarik kesimpulan mengenai layak atau tidaknya usaha

budidaya nilam tersebut dijalankan. Apabila hasil yang didapatkan menyatakan

bahwa usaha tersebut layak untuk dilaksanakan, maka langkah selanjutnya adalah

dengan melakukan analisis sensitivitas, untuk mengetahui kepekaan usaha budidaya

nilam ini apabila terjadi kenaikan harga pada variabel pupuk kandang, pupuk

pendukung, dan bibit nilam, serta jika terjadi penurunan pada volume produksi dan

penurunan harga nilam basah.

4.3.1 Analisis Kelayakan Investasi

Tingkat kelayakan usaha budidaya nilam dapat diketahui dengan

menggunakan kriteria investasi usaha yang terdiri dari Net Present Value (NPV),

Internal Rate of Return (IRR), Net B/C, dan Payback Period (PP).

4.3.1.1 Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) yaitu manfaat bersih sekarang (present value) yang

diperoleh selama umur bisnis. Maka NPV merupakan selisih antara total present

value manfaat dengan total present value biaya. Suatu proyek dapat dikatakan layak

jika menghasilkan NPV lebih besar dari nol (positif), sedangkan jika proyek

menghasilkan NPV kurang dari nol (negatif) maka proyek tidak layak untuk

dijalankan. Rumus yang digunakan dalam perhitungan NPV (Gittinger 1986) adalah

sebagai berikut:

NPV = Bt − Ct(1 + )

32

Keterangan :

Bt = Manfaat usaha budidaya nilam yang merupakan perkalian antara harga jagung

dan nilam basah dengan jumlah yang dihasilkan pada triwulan ke-t

Ct = Biaya usaha budidaya nilam pada triwulan ke-t. Biaya ini terdiri dari biaya

investasi dan biaya operasional.

n = Umur ekonomis usaha budidaya nilam yaitu 12 triwulan.

i = Tingkat suku bunga yang ditetapkan dalam triwulan (persen).

Kriteria kelayakan finansial berdasarkan NPV, yaitu:

a) NPV > nol, berarti usaha budidaya nilam layak untuk dilaksanakan karena manfaat

yang diperoleh lebih besar dari biaya yang dikeluarkan.

b) NPV = nol, berarti usaha budiaya nilam ini memperoleh pengembalian yang

besarnya sama dengan biaya yang dikeluarkan perusahaan.

c) NPV < nol, berarti usaha budidaya nilam tidak layak dilaksanakan karena usaha

tersebut hanya akan mendatangkan kerugian.

4.3.1.2 Internal Rate of Return (IRR)

Internal Rate of Return (IRR) merupakan presentase tingkat pengembalian

investasi yang diperoleh selama umur proyek. Atau dengan kata lain IRR adalah

tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV sama dengan nol. Pada umumnya

menghitung tingkat IRR dilakukan dengan metode interpolasi diantara tingkat suku

bunga yang lebih rendah (yang menghasilan NPV positif) dengan tingkat suku bunga

yang lebih tinggi (yang menghasilkan NPV negatif).

Suatu dikatakan layak apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat discount rate

yang ditentukan. Sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari tingkat discount rate,

maka usahanya tidak layak untuk dijalankan. Rumus yang digunakan dalam

perhitungan IRR adalah sebagai berikut (Gittinger 1986):

IRR = + ( − ) ( − )

33

Keterangan :

i1 = Discount rate untuk menghasilkan NPV positif

i2 = Discount rate untuk menghasilkan NPV negatif

NPV1= NPV yang bernilai positif

NPV2= NPV yang bernilai negatif

4.3.1.3 Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net B/C merupakan besarnya tingkat tambahan manfaat dari setiap tambahan

biaya sebesar satu rupiah. Net B/C dapat dirumuskan sebagai perbandingan antara

nilai NPV yang bernilai positif (sebagai pembilang) dengan NPV yang bernilai

negatif (sebagai penyebut). Perhitungan Net B/C adalah sebagai berikut (Gittinger

1986) :

Net B/C

n

tttt

tt

n

tttt

tt

CBuntuki

CB

CBuntuki

CB

1

1

0)()1(

0)()1(

Keterangan :

Bt = Manfaat usaha budidaya nilam yang diterima pada triwulan ke-t

Ct = Biaya usaha budidaya nilam yang dikeluarkan pada triwulan ke-t

n = Umur ekonomis usaha budidaya nilam yaitu 12 triwulan.

i = Tingkat suku bunga yang ditetapkan dalam triwulan (persen)

Jika :

a) Net B / C > 1, maka investasi usaha budidaya nilam menguntungkan dan layak

untuk dilaksanakan

b) Net B / C = 1, maka investasi usaha budidaya nilam tidak menguntungkan dan

tidak merugikan.

c) Net B / C < 1, maka investasi usaha budidaya nilam tidak layak untuk dilaksanakan

karena hanya akan mendatangkan kerugian.

34

PP = I / Ab

4.3.1.4 Payback Period (PP)

Payback Period (PP) merupakan jangka waktu atau periode yang diperlukan

untuk membayar kembali pengeluaran investasi suatu usaha. Semakin cepat

kemampuan suatu usaha mengembalikan biaya-biaya yang telah dikeluarkan dalam

investasi usaha maka usaha tersebut semakin layak.

Rumus yang digunakan adalah :

Keterangan:

I = besarnya biaya investasi yang dikeluarkan dalam usaha budidaya nilam.

Ab = benefit bersih yang dapat diperoleh dari usaha budidaya nilam setiap

triwulannya.

4.3.2 Analisis Sensitivitas

Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan

yang berubah-ubah terhadap hasil dari suatu analisis kelayakan. Analisis sensitivitas

dilakukan dengan cara mengubah besarnya variabel-variabel yang penting. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini untuk menganalisis sensitivitas usaha budidaya

nilam adalah dengan analisis nilai pengganti (switching value analysis). Switching

value merupakan perhitungan untuk mengukur perubahan maksimum dari perubahan

suatu komponen arus masuk (penurunan harga nilam basah dan penurunan hasil

produksi nilam basah) atau komponen arus keluar (kenaikan harga pupuk kandang

dan harga bibit nilam polibag) yang masih dapat ditoleransi agar usaha budidaya

nilam masih tetap layak.

Perbedaan antara analisis sensitivitas dengan switching value adalah besarnya

perubahan pada analisis sensitivitas sudah diketahui secara empiris, sedangkan pada

perhitungan switching value besarnya perubahan tersebut dicari hingga mendapat

perubahan maksimum yang masih dapat ditoleransi agar bisnis masih tetap layak.

Analisis switching value dapat dilakukan dengan menghitung secara coba-coba

hingga mendapat perubahan maksimum yang boleh terjadi.

35

4.4 Perhitungan Harga Pokok Produksi

Harga Pokok Produksi (HPP) merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan

untuk menghasilkan suatu produk per unit. Perhitungan HPP pada umumnya

dilakukan untuk menentukan harga jual suatu produk. Adapun perhitungan HPP

yaitu:

TR = TC

TR = TVC + TFC

P . Q = TVC + TFC

P = TVC + TFC

Q

Keterangan:

TR = Penerimaan Total

TC = Pengeluaran Total

TVC = Biaya Variabel Total

TFC = Biaya Tetap Total

P = Harga Pokok Per Unit

Q = Jumlah Unit

4.5 Asumsi Dasar

Dalam penelitian ini, terdapat beberapa asumsi yang digunakan untuk

mempermudah analisis. Asumsi-asumsi tersebut adalah sebagai berikut:.

1. Tingkat diskonto (discount rate) yang digunakan dalam penelitian adalah sebesar

17 persen per tahun, yang merupakan suku bunga kredit yang ditetapkan oleh

Bank Rakyat Indonesia (BRI).

2. Umur dari proyek usaha budidaya tanaman nilam ini adalah selama tiga tahun,

yang diasumsikan dari umur maksimum tanaman nilam yang dibudidayakan.

3. Hari kerja untuk memproduksi minyak nilam yang ditargetkan perusahaan dalam

sebulan adalah 24 hari.

4. Metode penyusutan yang digunakan adalah garis lurus.

36

5. Harga input dan output yang digunakan adalah harga aktual yang diasumsikan

sama dari awal proyek hingga akhir proyek.

6. Arus masuk dan arus keluar merupakan proyeksi berdasarkan pada informasi

biaya yang didapatkan dari perusahaan.

7. Kebutuhan bibit untuk lahan seluas satu hektar dengan jarak tanam 100 x 100 cm

adalah 10.000 bibit. Dan untuk mengantisipasi terjadinya kematian maka

persediaan bibit nilam ditambah sebanyak 10 persen, sehingga kebutuhan total

bibit per hektar adalah 11.000 bibit.

8. Jenis nilam yang digunakan adalah Nilam Aceh (Pogostemon cablin, Benth)

dengan umur ekonomis selama tiga tahun. Bibit nilam yang digunakan

perusahaan merupakan bibit nilam polibag yang dibeli dari daerah Subang.

Volume produksi nilam basah yang digunakan dalam perhitungan analisis

kelayakan penelitian ini adalah 13 ton untuk menghindari kekurangan bahan

baku perusahaan dalam memproduksi minyak nilam.

9. Panen pertama dilakukan pada saat nilam berusia enam bulan sejak penanaman,

sedangkan panen berikutnya dapat dilakukan setiap tiga bulan. Namun karena

budidaya nilam yang akan dijalankan menggunakan pola tanam yaitu dengan

tiga tahap penanaman, maka pemanenan nilam dapat dilakukan setiap bulan

setelah tanaman nilam pada penanaman tahap pertama berusia enam bulan.

10. Perhitungan pajak melalui analisis rugi laba berdasarkan UU pasal 17 nomor 36

tahun 2008 dan pasal 31, yang baru disahkan dan berlaku mulai tanggal 1 Januari

2009 tentang pajak penghasilan badan usaha, yaitu:

a. Wajib pajak badan dalam negeri dan bentuk usaha tetap dikenakan pajak

sebesar 28 persen pada tahun 2009, dan pada tahun 2010 dan selanjutnya

dikenakan pajak sebesar 25 persen.

b. Wajib pajak perseroan terbatas yang 40 persen sahamnya diperdagangkan

dibursa efek, dikenakan pajak lima persen lebih rendah dari yang seharusnya.

c. Wajib pajak yang peredaran brutonya sampai dengan 50.000.000.000,

dikenakan pengurangan pajak sebesar 50 persen dari yang seharusnya.

37

37

V. DESKRIPSI PT PANAFIL ESSENTIAL OIL

5.1 Gambaran Umum Perusahaan

PT Panafil Essential Oil ialah anak perusahaan dari PT Panasia Indosyntec

Tbk yang baru berdiri pada bulan Oktober 2009. PT Panasia Indosyntec Tbk.

merupakan perusahaan yang bergerak dibidang tekstil yang telah berdiri sejak 6

April 1973. Sejak tahun 1975 perusahaan ini berlokasi di Moch. Toha Km. 6,8

Cisirung, Desa Pasawahan, Bandung yang merupakan pusat tekstil Indonesia.

Perusahaan ini memilki pembangkit listrik tenaga uap yang berbasis batu bara

dengan kapasitas daya sebesar 30 Mw. Sedangkan kapasitas daya listrik yang

dimiliki perusahaan melebihi dari kebutuhan listrik perusahaan, sehingga pada

bulan Desember 2009 PT Panasia menjual listrik pada PLN yang disambungkan

dengan jaringan Jawa-Bali sebanyak 3 Mw. Selain itu, untuk memanfaatkan

kelebihan uap yang dihasilkan mesin pembangkit tersebut maka PT Panasia

Indosyntec Tbk mengembangkan usaha dibidang penyulingan minyak atsiri.

PT Panafil Essential Oil dilengkapi dengan alat suling dengan kapasitas

total alat sebesar 800 kg nilam kering yang terbuat dari stainless steel. Teknologi

penyulingan yang digunakan pabrik ini adalah sistem penyulingan tidak langsung.

Perusahaan melakukan satu kali kegiatan penyulingan minyak nilam per hari,

dengan waktu penyulingan selama lima sampai enam jam. Rendemen minyak

nilam yang dihasilkan perusahaan rata-rata sebesar 2,5 persen sehingga

perusahaan dapat menghasilkan minyak nilam sebanyak 20 kg per hari.

Banyaknya hari kerja PT Panafil Essential Oil dalam sebulan adalah sebanyak 24

hari.

Minyak atsiri yang telah diproduksi PT Panafil Essential Oil salah satunya

adalah minyak nilam, namun karena bahan baku minyak nilam yang terbatas dan

sulit didapatkan sehingga produksi minyak nilam perusahaan menjadi terhambat.

Berdasarkan hal tersebut untuk dapat memproduksi minyak nilam secara optimal,

maka perusahaan berencana untuk melakukan usaha budidaya nilam dengan

menerapkan system pola tanam agar kebutuhan bahan baku nilam perusahaan

dapat terpenuhi secara kontinyu. Usaha budidaya nilam akan dilakukan di Desa

Ciburuy Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat. Lokasi tersebut dipilih

38

karena perusahaan memiliki yang belum dimanfaatkan seluas 120 ha dan luas

lahan yang rencananya akan digunakan untuk budidaya nilam adalah seluas 18 ha.

Pemasaran minyak nilam dilakukan perusahaan dengan menjual minyak

secara langsung kepada agen-agen pengumpul (distributor) dan eksportir minyak

nilam. Umumnya agen-agen pengumpul (distributor) dan eksportir yang akan

membeli minyak nilam kepada perusahaan ini mendatangi langsung pabrik nilam

tersebut. Setelah agen-agen pengumpul atau eksportir tersebut menyetujui kualitas

minyak nilam tersebut maka kemudian dilakukan transaksi pembelian atau bahkan

melakukan kontrak kerjasama untuk jangka waktu tertentu. Kuota minimal agen

pengumpul membelian minyak nilam dari perusahaan adalah sebanyak 400 kg.

5.2 Struktur Organisasi

Struktur organisasi yang dimiliki PT Panafil Essential Oil sederhana,

mengingat jenis usaha penyulingan minyak nilam ini hanya membutuhkan tenaga

kerja yang relatif sedikit. Pembagian kerja yang dilakukan perusahaan ini terdiri

atas empat bagian yaitu bagian keuangan, bagian produksi, bagian pemasaran, dan

bagian pengadaan bahan baku. Pembagian kerja tersebut telah miliki tugas

masing-masing antara lain:

1. Bagian Keuangan, bertugas menangani berbagai aktivitas keuangan dan

administrasi perusahaan. Bagian ini bertanggung jawab dalam pembuatan

laporan laba rugi dan pencatatan arus kas.

2. Bagian Produksi, bertugas membuat rencana kegiatan produksi

(penyulingan), mengontrol kegiatan penyulingan dan hasil produksi minyak,

bertanggung jawab atas laporan hasil produksi.

3. Bagian Pemasaran, bertugas memperluas jaringan pemasaran serta

bertanggung jawab atas kegiatan penjualan minyak yang dihasilkan

perusahaan.

4. Bagian Pengadaan Bahan Baku, bertanggung jawab atas ketersediaan dan

kualitas bahan baku utama yang dibutuhkan untuk kegiatan penyulingan.

Pada bagian ini terdapat bagian gudang yang bertanggung jawab atas

penyimpanan bahan baku, dan selanjutnya akan dilengkapi dengan bagian

39

budidaya nilam yang bertanggung jawab atas rangkaian kegiatan budidaya

dari mulai pembibitan, penyemaian, perawatan sampai panen.

5.3 Kegiatan Produksi Minyak Nilam Perusahaan

5.3.1 Proses Penyulingan Nilam

Penyulingan merupakan proses pemisahan komponen-komponen

campuran dari dua atau lebih cairan, berdasarkan perbedaan tekanan uap masing-

masing komponen tersebut. Sistem penyulingan minyak nilam yang digunakan PT

Panafil Essential Oil adalah sistem penyulingan uap tidak langsung. Prinsip dasar

sistem penyulingan ini yaitu penggunaan uap bertekanan tinggi. Menurut Mangun

(2005) metode penyulingan uap tidak langsung merupakan metode yang paling

baik, karena dapat menghasilkan minyak berkualitas dan rendemen yang tinggi.

Selain itu proses penyulingannya berjalan relatif lebih cepat. Adapun tahapan

proses penyulingan minyak nilam ini antara lain:

1. Tahap Persiapan

Pada tahap ini dilakukan persiapan bahan baku daun nilam. Daun nilam

basah yang terdiri dari daun, ranting, dahan dan batang yang berasal dari lahan

budidaya terlebih dahulu dilakukan pemotongan atau dirajang sepanjang 10-15

cm. Pemotongan daun nilam bertujuan agar kadar minyak nilam yang dihasilkan

lebih tinggi.

Daun nilam yang telah dirajang kemudian dikeringkan dengan cara

dijemur dibawah sinar matahari hingga daun menjadi layu. Daun yang telah layu

selanjutnya diangin-anginkan, dengan cara dihamparkan diatas rak-rak bambu

yang berada digudang dan dibolak-balikkan sebanyak 2-3 kali dalam sehari. Lama

pengeringan biasanya membutuhkan waktu selama 2-3 hari. Proses pengeringan

yang dilakukan menghasilkan daun nilam kering dengan perbandingan daun

kering dan basah satu banding empat.

2. Tahap Destilasi

Pada tahap ini, daun nilam kering dimasukkan kedalam ketel penyulingan,

pengisian ketel dilakukan sesuai kapasitas ketel suling dan secara merata pada

seluruh bagian, agar uap air dalam ketel dapat menyebar secara merata.

Selanjutnya dilakukan penembakan tekanan uap dalam ketel tersebut yang

bertujuan untuk memisahkan minyak nilam dari daun melalui bawah ketel dengan

tekanan uap 2 atm, sehingga minyak akan keluar melalui pipa bersama uap air.

3. Tahap Pendinginan

Proses ini bertujuan untuk pengembunan

serta mendinginkannya sampai suhu dibawah 30

menjadi bentuk cair dan dapat dipisahkan. Pada proses ini campuran minyak dan

uap air dilewatkan pada pipa steinless yang berbentuk spiral dalam mesin

pendingin yang berisi air dingin yang disirkulasikan. Kemudian minyak dan uap

air akan menjadi dingin dan mengembun disepanjang pipa pendingin dan

ditampung dalam sebuah tangki pemisah.

4. Tahap Pemisahan

Tahapan ini bertujuan untuk memisahkan minyak dan air.

dipisahkan dalam alat bernama separator (

memiliki berat jenis lebih rendah daripada air sehingga minyak a

permukaan air.

5. Tahap Pengemasan

Minyak nilam yang telah dipisahkan, kemudian akan

kaca gelap dan drum-

Gambar 3. Sistem penyulingan uap tidak langsung

bertujuan untuk memisahkan minyak nilam dari daun melalui bawah ketel dengan

tekanan uap 2 atm, sehingga minyak akan keluar melalui pipa bersama uap air.

3. Tahap Pendinginan

Proses ini bertujuan untuk pengembunan campuran uap air dan minyak,

serta mendinginkannya sampai suhu dibawah 300C sehingga minyak dan air

menjadi bentuk cair dan dapat dipisahkan. Pada proses ini campuran minyak dan

dilewatkan pada pipa steinless yang berbentuk spiral dalam mesin

ngin yang berisi air dingin yang disirkulasikan. Kemudian minyak dan uap

air akan menjadi dingin dan mengembun disepanjang pipa pendingin dan

ditampung dalam sebuah tangki pemisah.

Tahapan ini bertujuan untuk memisahkan minyak dan air.

dipisahkan dalam alat bernama separator (Florentine flask). Minyak nilam

memiliki berat jenis lebih rendah daripada air sehingga minyak akan berada diatas

5. Tahap Pengemasan

Minyak nilam yang telah dipisahkan, kemudian akan dikemas dalam botol

-drum penyimpanan minyak nilam untuk dipasarkan.

Gambar 3. Sistem penyulingan uap tidak langsung

40

bertujuan untuk memisahkan minyak nilam dari daun melalui bawah ketel dengan

tekanan uap 2 atm, sehingga minyak akan keluar melalui pipa bersama uap air.

campuran uap air dan minyak,

C sehingga minyak dan air

menjadi bentuk cair dan dapat dipisahkan. Pada proses ini campuran minyak dan

dilewatkan pada pipa steinless yang berbentuk spiral dalam mesin

ngin yang berisi air dingin yang disirkulasikan. Kemudian minyak dan uap

air akan menjadi dingin dan mengembun disepanjang pipa pendingin dan

Tahapan ini bertujuan untuk memisahkan minyak dan air. Minyak dan air

). Minyak nilam

kan berada diatas

dikemas dalam botol

drum penyimpanan minyak nilam untuk dipasarkan.

Gambar 3. Sistem penyulingan uap tidak langsung

41

5.3.2 Kebutuhan Bahan Baku Nilam

PT Panafil Essential Oil memiliki target produksi minyak nilam sebanyak

480 kilogram per bulan, dengan kapasitas bahan baku daun nilam kering yang

dibutuhkan sebanyak 800 kilogram per hari atau setara dengan 3,2 ton daun nilam

basah per hari, dengan kadar kekeringan sebesar 25 persen. Perusahaan untuk

dapat menghasilkan minyak nilam yang berkualitas baik dan dapat memenuhi

target produksi maka dibutuhkan bahan baku yang baik. Bahan baku yang baik

tergantung pada pemilihan bibit unggul, pemeliharaan, pengelolaan, pola tanam,

serta tingkat kesuburan tanah yang dimiliki. Bibit tanaman nilam yang digunakan

dalam budidaya nilam ini adalah jenis Nilam Aceh (Pogostemon cablin Benth).

Nilam jenis ini memiliki rendemen minyak nilam yang tinggi yaitu 2,5 sampai

lima persen dibandingkan jenis nilam lainnya.

Kelancaran persediaan dan mutu bahan baku nilam merupakan hal yang

cukup penting untuk menjaga kontinuitas produksi serta kualitas produk yang

dihasilkan. Karena itu perusahaan berencana memanfaatkan lahan yang

dimilikinya yang belum dimanfaatkan untuk budidaya tanaman nilam guna

memenuhi kebutuhan bahan baku minyak nilam dengan menerapkan sistem pola

tanam.

5.4 Perencanaan Budidaya

Luasan budidaya tanaman nilam yang akan dilakukan PT Panasia

disesuaikan dengan kebutuhan bahan baku daun nilam untuk kegiatan produksi.

Kebutuhan bahan baku nilam dalam sehari adalah sebanyak 800 kilogram daun

nilam kering atau setara dengan 3,2 ton daun nilam basah, sehingga kebutuhan

daun nilam basah dalam satu bulan dengan jumlah hari kerja sebanyak 24 hari

adalah sebesar 76,8 ton.

Produksi daun nilam dalam satu kali panen diasumsikan sebanyak 13 ton

daun nilam basah per ha. Oleh karena itu, untuk dapat memenuhi kebutuhan

bahan baku nilam per bulan dibutuhkan lahan seluas 5,908 ha atau 6 ha. Nilam

dapat dipanen pertama kali setelah tanaman berusia enam bulan setelah waktu

penanaman, sedangkan untuk panen berikutnya dibutuhkan selang waktu selama

tiga bulan dari panen pertama.

42

Pengembangan unit usaha budidaya nilam yang akan dilakukan PT Panafil

Essential Oil bertujuan untuk dapat memenuhi kebutuhan bahan baku produksi

minyak nilam setiap bulan secara kotinyu, maka perusahaan akan menerapkan

sistem pola tanam dengan melakukan tiga tahap penanaman sehingga waktu

panen dilakukan setiap bulan. Hal tersebut mengakibatkan luasan lahan yang

dibutuhkan menjadi tiga kali lipat yaitu seluas 18 ha.

5.4.1 Proses Budidaya Nilam

Proses budidaya tanaman nilam memiliki beberapa tahap, tahapan tersebut

terdiri dari:

1. Persiapan Lahan

Tahap persiapan lahan untuk usaha budidaya nilam antara lain land

clearing, pengolahan lahan, pembuatan bedengan dan lubang tanam, serta

pemupukan lahan. Land clearing merupakan kegiatan membersihkan lahan dari

rumput dan tanaman yang sebelumnya telah ada dilahan tersebut. Namun karena

lahan yang akan digunakan untuk budidaya nilam di Desa Ciburuy ini sudah tidak

terdapat tanaman dan pepohonan, maka tahapan land clearing tidak perlu

dilakukan. Dan langsung pada tahap pengolahan lahan.

Pengolahan lahan merupakan tahapan penting yang perlu dilakukan,

karena dapat menentukan keberhasilan budidaya. Dalam tahapan ini, tanah

terlebih dahulu melalui proses penggemuran dengan cara dicangkul. Kedalaman

galian ini sekitar 30 cm, yang kemudian dilakukan pembalikan tanah yang berada

dipermukaan. Setelah itu, didiamkan selama tiga hari agar terjadi proses

penguapan dari tanah yang diolah.

Tanah yang telah gembur lalu dibuat bedengan, setiap bedengan diberi

jarak selebar 30 cm sebagai penampung air, sekaligus sebagai sarana jalan untuk

mengontrol tanaman dengan kedalaman sekitar 15-25 cm. Bedengan tersebut

dilubangi dengan jarak tanam 100 x 100 cm untuk ditanami nilam, sedangkan

untuk tanaman jagung sebagai tanaman naungan jarak tanamnya adalah 100 x 100

cm. Setelah itu lahan tersebut diberi pupuk kandang. Tahapan ini membutuhkan

waktu sekitar dua minggu. Kemudian lahan didiamkan selama satu minggu

sebelum dilakukan proses penanaman.

43

2. Penanaman

Lahan yang telah didiamkan selama satu minggu, dapat ditanami bibit

jagung. Setelah tanaman jagung berusia satu bulan, kemudian bibit nilam ditanam

pada lahan tersebut. Proses penanaman bibit nilam sebaiknya dilakukan pada sore

hari. Hal tersebut agar tanaman tidak layu dan proses adaptasi tanaman terhadap

lingkungan lahan budidaya tidak mengalami hambatan (Mangun 2005).

Budidaya nilam yang akan dijalankan ini menerapkan sistem pola tanam

sehingga penanaman akan dilakukan secara bertahap yaitu sebanyak tiga tahap

penanaman. Setiap tahapan penanaman dilakukan penanaman jagung yang

berfungsi sebagai tanaman pelindung, dan setelah tanaman jagung berusia satu

bulan lalu dilakukan penanaman nilam. Interval waktu penanaman dari masing-

masing tahapan adalah satu bulan dengan luasan lahan pada masing-masing

tahapan penanaman adalah enam hektar.

3. Pemeliharaan Tanaman

Hasil produksi yang optimal sangat tergantung pada tata cara serta

mekanisme pemeliharaan dan perawatan tanaman. Pemeliharaan yang baik akan

memperpanjang umur tanaman hingga diatas 3 tahun, serta dapat meningkatkan

kandungan minyak atsiri dan rendemen yang dimiliki tanaman (Mangun 2006).

Pemeliharaan tanaman nilam terdiri atas pemupukan, penyulaman, penyiangan,

pemangkasan, pembumbunan dan pengendalian hama penyakit.

a. Pemupukan

Pemupukan pada tanaman nilam harus dilakukan secara tepat baik jenis,

jumlah, waktu, dan cara. Jenis pupuk yang sesuai dengan tanaman nilam yaitu

pupuk kandang dari domba dan ayam, dan pupuk penyubur tanaman (CPT)

dengan jumlah pemberian pupuk disesuaikan dengan luasan lahan budidaya.

Pupuk kandang dapat digunakan untuk merangsang terjadinya proses

pertumbuhan daun agar lebih cepat dalam jumlah banyak. Jenis pupuk penyubur

(perangsang) yang digunakan terdiri dari growmore N, P dan K.

Waktu pemupukan dengan pupuk kandang dilakukan pada saat awal

proses penanaman dan saat pertumbuhan memasuki umur tiga bulan. Selain itu

pada saat usia tanaman memasuki umur dua bulan diberi pupuk perangsang daun

(growmore N). Pada umur tiga bulan diberi pupuk perangsang growmore P dan K,

44

untuk merangsang pembentukan minyak dan penyuburan tanah. Pemupukan pasca

panen diberikan satu minggu setelah panen. Hal ini dimaksudkan agar

pertumbuhan tanaman lebih optimal.

b. Penyulaman

Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang sudah mati atau

layu agar jumlah tanaman sesuai target yang diinginkan. Tingkat mortalitas dari

tanaman nilam ini diperkirakan sebesar 10 persen, sehingga persediaan bibit untuk

kegiatan penyulaman tanaman sebanyak 1.000 bibit per hektar. Penyulaman nilam

dilakukan setiap minggu agar pertumbuhan tanaman seragam dan jadwal panen

dilakukan sesuai target waktu pada awal penanam.

c. Penyiangan

Penyiangan dilakukan setelah tanaman berumur sekitar dua bulan, yang

terdiri dari dua cara, yaitu cara mekanis dan cara kimiawi. Penyiangan dengan

cara mekanis dilakukan dengan menggunakan alat-alat pertanian umum berupa

cangkul atau sabit. Sedangkan cara kimiawi dilakukan dengan menyemprotkan

pestisida sesuai dosis berdasarkan pertimbangan jarak tanam dan waktu

penyemprotan dilakukan pada pagi hari.

d. Pemangkasan

Pemangkasan dilakukan setelah tanaman berumur 3 bulan, yaitu setelah

terbentuk perdu yang saling menutupi satu sama lain diantara pohon atau

tanaman. Pemangkasan dilakukan pada cabang tingkat tiga ke atas. Pemangkasan

dan penjarangan dilakukan agar tanaman terhindar dari serangan hama dan

penyakit tanaman. Selain itu, pemangkasan memberi ruang gerak lebih luas

terhadap tanaman.

Salah satu tujuan yang diinginkan dari pemangkasan atau penjarangan agar

proses fotosintesis berjalan dengan baik sehingga kadar minyak nilam yang

terkandung dalam daun, ranting, serta dahan dan batang menjadi lebih tinggi. Hal

ini disebabkan sinar matahari dapat leluasa masuk menyinari bagian-bagian

tanaman.

e. Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan setelah proses panen selesai. Cabang dan dahan

serta ranting yang ditinggalkan sesudah panen yang letaknya dekat dengan tanah

45

ditimbun setinggi 10 – 15 cm. Cabang yang letaknya jauh dari tanah dipatahkan

bagian ujungnya dan bagian yang patah ditimbun dengan tanah. Pembumbunan ini

bertujuan agar diperoleh tunas dan dahan yang lebih banyak untuk pertumbuhan

berikutnya.

f. Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama dan penyakit tanaman merupakan faktor penting yang harus

ditangani dalam usaha budidaya tanaman. Berdasarkan informasi dari petani

nilam di daerah Subang, tanaman ini jarang sekali terkena penyakit sedangkan

hama yang sering menyerang tanaman ini adalah ulat. Oleh karena itu untuk

pengendalian hama dan penyakit, hal yang perlu dilakukan perusahaan antara lain

dengan:

• Menggunakan bibit tanaman nilam yang sehat dan bebas penyakit.

• Melakukan sortasi bibit sebelum penanaman, untuk menyakinkan bibit

sehat dan bebas penyakit.

• Melakukan teknis budidaya yang baik (khususnya pengolahan lahan,

drainase).

• Melakukan monitoring penyakit sehingga diketahui lebih dini gejala awal

penyakit.

• Bila tanaman sudah terserang, lakukan pencabutan dan pembakaran.

• Pengendalian secara kimiawi dapat dilakukan dengan menggunakan

fungisida atau pestisida.

• Pemberian pestisida pada tanaman setelah dilakukan pemanenan

4. Pemanenan

Nilam dapat dipanen pada saat tanaman berumur enam bulan dan panen

selanjutnya dapat dilakukan setiap bulan karena penanaman yang dilakukan

menerapkan pola tanam. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong ranting

dan daun dengan menyisakan cabang dan daun setinggi minimal 15 cm.

Pemotongan ranting dapat menumbuhkan tunas baru.

Waktu pemanenan atau pemetikan daun nilam dilakukan pada pagi hari

atau sore hari. Karena jika pemetikan daun dilakukan siang hari dikhawatirkan

sel-sel daun menjadi kurang elastis dan mudah sobek. Selain itu, pemanenan

dilakukan sebelum daun nilam berwarna kecoklatan, sebab daun nilam yang sudah

46

berwarna coklat minyak nilam yang dikandungnya sudah berkurang. Sebagian

besar bagian nilam mengandung minyak seperti akar, batang, dan daun. Namun

kandungan minyak yang lebih banyak berada di bagian daunnya dibandingkan

bagian lainnya.

5.4.2 Kebutuhan Input Produksi Budidaya

Input produksi yang dibutuhkan untuk mendukung kelancaran perusahaan

dalam melakukan budidaya tanaman nilam adalah:

1. Lahan yang akan digunakan untuk budidaya nilam seluas 18 ha, yang disewa

dari perusahaan induk yaitu PT Panasia Indosyntec Tbk.

2. Peralatan yang digunakan dalam kegiatan budidaya nilam ini terdiri dari

sembilan unit cangkul, sembilan unit garpu, sembilan unit golok, sembilan

unit sabit, sembilan alat semprot, satu unit timbangan duduk, 36 unit sepatu

boot, dan tiga unit kereta sorong.

3. Bahan-bahan yang digunakan dalam kegiatan budidaya nilam terdiri dari

11.000 bibit nilam polibag per hektar termasuk untuk penyulaman tanaman

yang layu dan mati, 3,5 kg bibit tanaman pelindung (bibit jagung) per hektar,

2.500 kg pupuk kandang per hektar per satu kali pemupukan, pupuk

penyubur tanaman (CPT) yang terdiri dari tiga jenis growmore N, P dan K

dengan kebutuhan masing sebanyak 2 kg per hektar per satu kali pemupukan,

18.000 kg kapur pertanian per hektar, dan 18 liter pestisida per triwulan.

4. Tenaga Kerja yang dibutuhkan terdiri dari seorang kepala kebun, seorang

tenaga administrasi, tiga orang tenaga keamanan, dan 36 orang tenaga

lapangan untuk proses budidaya yang kegiatannya antara lain land clearing,

pengolahan lahan, pembuatan bedengan dan lubang tanam, penanaman,

penyulaman, pemupukan, pemeliharaan, dan pemanenan.

5. Instalasi listrik berasal dari PLN dan sumber air yang berasal dari mata air di

sekitar lahan dan sumur bor buatan.

5.4.3 Pengendalian Produksi

Pengendalian produksi ditujukan untuk terciptanya efisiensi dan efektivitas

usaha budidaya nilam. Dalam melaksanakan budidaya nilam pengendalian

47

produksi dilakukan dengan menjalankan budidaya nilam sesuai jalur yang telah

direncanakan, baik berupa ketetapan teknik budidaya ataupun dengan mengikuti

jadwal perencanaan kegiatan budidaya. Jadwal perencanaan budidaya dapat

dilihat pada Lampiran 1.

48

VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL

6.1 Aspek Pasar

Aspek pasar merupakan aspek yang sangat penting dalam

keberlangsungan suatu usaha. Aspek pasar antara lain mengkaji potensi pasar baik

dari sisi permintaan, penawaran, harga yang berlaku, serta strategi pemasaran

yang dilakukan perusahaan menyangkut bauran pemasaran (marketing mix) yaitu

produk, harga tempat, dan promosi.

6.1.1 Potensi Pasar

Potensi pasar minyak nilam terbentuk dari permintaan dan penawaran

minyak nilam. Permintaan minyak nilam sebagai bahan baku industri parfum,

kosmetik, makanan dan minuman, serta farmasi masih terus meningkat seiring

dengan perkembangan industri-industri yang menggunakan minyak nilam sebagai

bahan baku produknya. Peningkatan permintaan tersebut terlihat dari rata-rata

pertumbuhan volume dan nilai ekspor minyak nilam tahun 2003-2006 yang

mengalami peningkatan sebesar 39,64 persen dan 34,52 persen per tahun (Tabel

2).

Penawaran minyak nilam dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain

teknologi yang digunakan oleh produsen minyak nilam dalam memproduksi dan

persediaan bahan baku nilam. Penawaran minyak nilam di Indonesia masih sangat

rendah karena masih kurang populernya usaha ini di Indonesia sehingga

perusahaan yang mengusahakan penyulingan masih sangat sedikit

Peningkatan permintaan minyak nilam tentunya berpengaruh terhadap

permintaan daun nilam sebagai bahan baku utama dari industri minyak nilam.

Namun persediaan bahan baku nilam di Indonesia masih sangat terbatas, yang

salah satunya disebabkan produktivitas perkebunan nilam di Indonesia yang

menurun (Tabel 4). Hal ini dikarenakan pada umumnya budidaya nilam tersebut

dilakukan dalam bentuk perkebunan rakyat dengan luas area tanam yang relatif

kecil dan teknik budidaya belum diterapkan petani dengan baik sehingga produksi

nilam menjadi tidak optimal, dan dilihat dari rata-rata pertumbuhan produksi

nilam di Indonesia dari tahun ke tahun mengalami penurunan sebesar 0,5 persen

(Tabel 3).

49

Ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran tersebut merupakan

peluang bagi perusahaan untuk mengembangkan usaha minyak nilam. Salah

satunya dengan mengembangkan usaha budidaya nilam untuk dapat memenuhi

kebutuhan bahan baku penyulingan, sehingga produksi minyak nilam perusahaan

dapat optimal dan minyak nilam yang diproduksi perusahaan dapat diserap oleh

pasar.

6.1.2 Strategi Bauran Pemasaran

Bauran pemasaran menurut Kotler (2002) merupakan campuran variabel-

variabel pemasaran yang dapat yang dapat dikendalikan dan dipergunakan oleh

perusahaan untuk mengejar tingkat penjualan yang diinginkan pasar sasaran.

Bauran pemasaran terdiri dari empat komponen antara lain produk (product),

harga (price), tempat (place), dan promosi (promotion).

6.1.2.1 Produk (Product)

Produk yang dihasilkan dalam usaha budidaya nilam adalah daun nilam

yang akan digunakan sebagai bahan baku produksi minyak nilam PT Panafil

Essential Oil. Perusahaan untuk dapat menghasilkan minyak nilam dengan

kualitas yang baik dan dapat diterima pasar, maka dibutuhkan bahan baku nilam

dengan kualitas yang baik juga. Faktor yang mempengaruhi kualitas minyak nilam

salah satunya adalah varietas tanaman dan teknik budidaya yang diterapkan.

Varietas tanaman nilam yang digunakan dalam usaha budidaya nilam ini adalah

jenis Nilam Aceh (Pogostemon Cablin, Benth). Jenis nilam ini memiliki

keunggulan antara lain:

Daya adaptasi yang luas.

Memiliki PA (Patchouli alcohol) yang cukup tinggi yaitu sekitar 35 persen

Memiliki rendemen minyak antara 2,5 – 5 persen.

Warna minyak nilam coklat kemerahan dan memiliki aroma yang khas.

Dilengkapi dengan alat suling yang terbuat dari stainless steel dengan

menggunakan sistem pemanasan tidak langsung sehingga minyak yang

dihasilkan lebih jernih.

50

6.1.2.2 Harga (Price)

Harga merupakan variabel yang berkaitan langsung dengan pendapatan

perusahaan. Variabel harga antara lain ditentukan oleh biaya yang dikeluarkan

oleh perusahaan, persaingan pasar, dan pembentukan persepsi pelanggan tentang

produk yang dihasilkan. Mengingat usaha budidaya nilam ini bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan perusahaan saja, maka persaingan pasar dan pembentukan

persepsi pelanggan tidak menjadi pertimbangan dalam penentuan harga.

Harga nilam basah sebagai bahan baku utama pembuatan minyak nilam

sangat tergantung pada harga pasaran minyak nilam. Harga pasaran minyak nilam

sangat berfluktuasi, dari harga yang terendah sebesar Rp 130.000,00 per kilogram

hingga harga tertinggi mencapai Rp 1.200.000,00 per kilogram. Fluktuasi harga

tersebut umumnya dipengaruhi oleh permintaan minyak nilam dan suplai minyak

nilam. Suplai minyak nilam ini salah satunya dipengaruhi dengan persediaan

bahan baku nilam. Pada saat permintaan minyak nilam meningkat dengan

persediaan bahan baku yang terbatas atau langka maka harga minyak nilam

meningkat. Saat harga minyak nilam meningkat banyak petani yang beralih pada

usaha budidaya nilam sehingga pada saat panen terjadi kelebihan suplai bahan

baku yang mengakibatkan harga minyak nilam turun. Namun harga minyak nilam

menurut Ketua The Indonesia Essential Oil Trade Association (Indessota) T.R

Manurung dalam Bisnis Indonesia pada tahun 2009 relatif stabil pada kisaran

harga sebesar Rp 250.000,00 per kilogram. Berdasarkan hasil wawancara dengan

manager perusahaan harga minyak nilam ditetapkan berdasarkan harga yang

berlaku dipasar. Harga minyak nilam pada bulan Maret 2010 sebesar Rp

320.000,00 per kilogram.

Harga daun nilam sangat dipengaruhi oleh harga minyak nilam. Pada

umumnya apabila harga minyak nilam turun maka produsen minyak nilam akan

menekan harga beli nilam basah dari petani, sebaliknya jika harga minyak nilam

meningkat maka harga beli nilam basah dari petani juga meningkat. Berdasarkan

hasil wawancara harga nilam basah pada bulan Maret 2010 adalah Rp 900,00 per

kilogram.

51

6.1.2.3 Tempat (Place)

Daun nilam hasil budidaya yang dilakukan perusahaan seluruhnya akan

diserap oleh pabrik penyulingan PT Panafil Essential Oil sebagai bahan baku

produksi minyak nilam. Oleh karena itu, pada saat panen nilam tersebut akan

dibawa ke gudang tempat pengeringan nilam yang letaknya berdekatan dengan

tempat penyulingan. Lokasi budidaya tanaman nilam berada tidak jauh dari

tempat penyulingan nilam yang berada di Jl. Moch. Toha 6,8 Cisirung, Desa

Pasawahan, Bandung yaitu sekitar 20 km dari lokasi budidaya dan dibutuhkan

waktu sekitar setengah jam untuk sampai ke tempat tersebut. Hal tersebut

mengakibatkan usaha penyulingan PT Panafil Essential Oil dapat mengambil

bahan baku dari lahan budidaya dengan mudah dan relatif murah. Selain itu,

lokasi budidaya nilam juga mudah dijangkau oleh kendaraan sehingga waktu

pendistribusian nilam basah dari lahan perkebunan ke gudang pengeringan dapat

dilakukan dengan efisien dan cepat, sehingga nilam basah yang dibawa dapat

dengan segera dilakukan proses pengeringan untuk menghindari timbulnya jamur

yang akan merusak kualitas dari minyak nilam yang dihasilkan.

6.1.2.4 Promosi (Promotion)

Promosi merupakan kegiatan memperkenalkan produk kepada konsumen

yang bertujuan agar konsumen mengetahui produk serta mendorong untuk

melakukan pembelian. Promosi dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk, seperti

iklan di media massa, pameran, brosur, pamflet, dan internet. Promosi dalam

usaha budidaya nilam yang akan dilakukan oleh PT Panafil Essential Oil tidak

perlu dilakukan, mengingat hasil panen nilam seluruhnya akan diserap oleh

perusahaan sebagai bahan baku penyulingan minyak nilam

6.1.3 Hasil Analisis Aspek Pasar

Berdasarkan hasil analisis aspek pasar dapat disimpulkan bahwa usaha

budidaya nilam yang akan dilakukan PT Panafil Essential Oil layak untuk

dijalankan. Hal tersebut dikarenakan adanya permintaan minyak nilam yang terus

meningkat disamping persediaan bahan baku nilam yang masih terbatas, sehingga

mengakibatkan kebutuhan bahan baku nilam menjadi semakin meningkat. Selain

52

itu, harga jual minyak nilam yang tinggi dan cukup stabil pada saat ini

mengakibatkan usaha budidaya tanaman nilam yang akan dilakukan dapat

menjadi penunjang bagi perusahaan untuk mendapatkan keuntungan.

6.2 Aspek Teknis

Aspek teknis merupakan aspek yang mengkaji kelayakan usaha budidaya

nilam secara teknis. Hal yang perlu diperhatikan dalam .aspek teknis antara lain

kesesuaian kondisi iklim dan tanah Desa Ciburuy, ketersediaan sarana produksi,

ketersediaan tenaga kerja, skala operasi usaha, dan layout lahan budidaya.

6.2.1 Kesesuaian Kondisi Iklim dan Tanah Desa Ciburuy

Menurut Mangun (2005) Tanaman nilam merupakan jenis tanaman atsiri

yang mudah dibudidayakan. Tanaman nilam dapat tumbuh pada lahan antara

dataran yang paling rendah hingga dataran yang cukup tinggi mencapai 2000 m

diatas permukaan laut. Curah hujan yang diperlukan bagi pertumbuhan tanaman

nilam berkisar antara 1.750-3.500 mm per tahun dengan penyebaran merata

sepanjang tahun, suhu optimum untuk tanaman ini adalah 22-28°C dengan

kelembapan diatas 75 persen. Hal tersebut berarti tanaman ini membutuhkan

kondisi iklim yang sejuk dengan curah hujan yang tinggi karena dalam

pertumbuhannya tanaman ini membutuhkan banyak air.

Lahan di Desa Ciburuy Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung yang

akan digunakan sebagai lokasi budidaya nilam merupakan lahan tidur yang telah

lama tidak dimanfaatkan. Daerah tersebut berada pada ketinggian 686 m diatas

permukaan laut, dengan suhu rata-rata 26°C. Curah hujan yang dimiliki daerah ini

berada antara 1.500-4.000 mm per tahun. Tanaman nilam adalah tanaman yang

dapat beradaptasi secara luas. Bahkan tanaman ini termasuk tanaman yang mudah

tumbuh dan mampu menciptakan iklim mikro lingkungan dari daerah kering dan

tandus menjadi suatu lahan yang produktif. Curah hujan yang tinggi

mengakibatkan persediaan air di daerah ini tercukupi, sehingga sangat baik untuk

mendukung pertumbuhan tanaman nilam terutama pada saat periode awal

budidaya nilam yang sangat membutuhkan air.

53

Jenis tanah di Desa Ciburuy adalah jenis tanah vulkanik latosol dengan

solum laksolid merah. Jenis tanah tersebut merupakan jenis tanah yang sesuai

untuk ditanami tanaman nilam. Selain itu, tanah di desa ini juga memiliki kadar

kadar keasaman tanah yang tinggi hingga mencapai pH 4. Kondisi tersebut tidak

dikehendaki oleh tanaman nilam karena tanaman ini rentan terhadap tanah yang

masam. Sedangkan keasaman lahan yang dikehendaki tanaman ini adalah 5,5 - 6,5

(Mangun 2005). Oleh karena itu untuk mengurangi kadar keasaman tanah

tersebut, maka dalam penggarapan lahan dilakukan pemberian kapur pertanian

agar tanaman nilam dapat tumbuh dengan baik pada lahan tersebut.

6.2.2 Ketersediaan Sarana Produksi

Sarana produksi yang akan diperlukan dalam kegiatan budidaya tanaman

nilam seperti bibit dibeli perusahaan dari daerah Subang, dengan pertimbangan

nilam yang berasal dari petani tersebut memiliki kualitas yang baik dan rendemen

yang tinggi untuk menghasilkan minyak nilam. Sedangkan persediaan pupuk,

kapur, pestisida dan alat pertanian lainnya dibeli perusahaan dari toko pertanian

yang berada di Padalarang.

Sarana lain yang juga sangat dibutuhkan dalam usaha budidaya tanaman

nilam adalah tenaga air dan listrik. Pada Lokasi budidaya tanaman nilam terdapat

tiga titik mata air yang kemudian dibuat saluran untuk digunakan sebagai irigasi

kebun, dan lokasi budidaya juga memiliki curah hujan yang cukup tinggi sehingga

ketersediaan air cukup banyak, namun untuk mencegah terjadinya kekeringan

pada waktu musim kemarau perusahaan membuat sumur bor untuk persediaan air

dan instalasi air untuk mempermudah dalam melakukan penyiraman. Hal tersebut

dilakukan untuk mengantisipasi kondisi curah hujan yang tidak mencukupi.

Instalasi air yang dibuat perusahaan adalah berupa sumur buatan dengan

menggunakan pompa listrik, sehingga biaya air digabung biaya listrik. Sedangkan

untuk sumber listrik diperoleh dari PLN, perusahaan melakukan pemasangan

listrik untuk keperluan kantor serta instalasi listrik juga digunakan untuk

penerangan kebun.

54

6.2.3 Ketersediaan Tenaga Kerja

Desa Ciburuy merupakan desa dengan mata pencaharian penduduk

terbesar sebagai buruh tani, yaitu sebesar 40 persen. Hal tersebut didasari karena

kondisi iklim desa yang sangat sesuai sebagai lahan budidaya dan tingkat

pendidikan penduduk yang sebagian besar tidak tamat SD. Berdasarkan

keterangan tersedianya tenaga kerja sebagai buruh tani dan pengalaman yang

mereka miliki, maka dari segi ketersediaan tenaga kerja untuk tenaga lapangan

desa ini memiliki daya dukung untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja untuk

usaha budidaya tanaman nilam. Sedangkan tenaga kerja pada bagian kepala kebun

memiliki pendidikan sarjana yang berasal dari daerah Bogor, tenaga administrasi

dan keamanan berpendidikan SMA yang masih berasal dari daerah sekitar.

6.2.4 Skala Operasi

Skala operasi usaha budidaya tanaman nilam yang sedang direncanakan

perusahaan adalah seluas 18 ha. Hal tersebut disesuaikan dengan kebutuhan bahan

baku yang dibutuhkan untuk kegiatan penyulingan minyak nilam perusahaan.

Kebutuhan bahan baku nilam tersebut dilihat dari kapasitas alat suling yang

dimiliki perusahaan yaitu berkapasitas total sebanyak 800 kg nilam kering atau

sebanyak 3,2 ton nilam basah per hari. Dan dalam satu bulan nilam basah yang

diperlukan perusahaan adalah sebanyak 76,8 ton.

Perkiraan volume panen nilam basah dari usaha budidaya nilam yang

direncanakan ini dalam satu hektar adalah sebanyak 13 ton. Maka dalam satu

bulan dengan hari kerja usaha penyulingan sebanyak 24 hari dibutuhkan luasan

lahan sebanyak 6 ha. Selang waktu panen nilam setelah panen pertama adalah

selama tiga bulan maka untuk dapat memenuhi kebutuhan bahan baku setiap

bulannya maka lahan yang dibutuhkan adalah sebanyak 18 ha dengan penanaman

secara bertahap sebanyak tiga tahap.

6.2.5 Layout Lahan

Pada lahan yang akan direncanakan untuk menjadi lokasi budidaya nilam,

akan terdapat bangunan untuk kantor dan gudang alat pertanian dengan luas 42

m². Lahan yang direncanakan untuk budidaya nilam tersebut tidak berbatasan

55

dengan kebun lainnya, tetapi lebih berbatasan dengan lahan permukiman warga

Desa Ciburuy dan jalan, sehingga akan lebih mudah dalam mendistribusikan

bahan baku yang dibutuhkan dalam budidaya nilam dan hasil nilam basah menuju

gudang bahan baku PT Panafil Essential Oil. Selain itu di area lahan tersebut juga

terdapat tiga titik mata air yang dapat menjadi sumber air untuk irigasi lahan

budidaya nilam yang akan dijalankan.

6.2.6 Hasil Analisis Aspek Teknis

Berdasarkan analisis aspek teknis yang dilakukan, dapat disimpulkan

bahwa usaha budidaya tanaman nilam layak dilakukan di Desa Ciburuy

Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung. Hal tersebut dikarenakan iklim di

Desa tersebut sesuai untuk ditanami nilam. Ketersediaan sarana produksi, tenaga

listrik, air dan tenaga kerja sebagai penunjung kegiatan budidaya dapat dengan

mudah diperoleh, serta skala operasi yang sesuai dengan kebutuhan produksi

perusahaan dan layout lahan yang dapat mendukung kelangsungan kegiatan

budidaya nilam.

6.3 Aspek Manajemen

Proyek pengembangan usaha budidaya tanaman nilam akan dilakukan

sendiri oleh PT Panafil Essential Oil. Perusahaan dalam melakukan kegiatan

budidaya nilam telah menetapkan rencana kerja, sehingga budidaya nilam yang

akan dilakukan sesuai dengan standar prosedur perusahaan dan dapat dengan

mudah dikontrol. Selain itu, usaha budidaya nilam ini juga akan menerapkan

sistem pola tanam. Pola tanam yang dilakukan ialah penanaman secara bertahap,

dimana penanaman nilam seluas 18 ha akan dibagi menjadi tiga tahap penanaman.

Masing-masing tahap penanaman dilakukan dengan rentan waktu selama satu

bulan. Hal ini bertujuan agar panen nilam dapat dilakukan secara bergilir sehingga

kebutuhan bahan baku nilam setiap bulannya dapat tercukupi secara kontinyu.

Tenaga kerja yang diperlukan PT Panafil Essential Oil dalam usaha

budidaya tanaman nilam hanya menggunakan tenaga kerja tetap. Tenaga kerja

tetap terdiri dari kepala kebun, tenaga administrasi, tenaga keamanan dan tenaga

lapangan. Tenaga kerja lapangan sengaja dipilih sebagai tenaga kerja tetap karena

56

pertimbangan luasan lahan budidaya yang akan dijalankan yang relatir luas, serta

pelaksanaan panen nilam yang akan dilakukan setiap bulan. Gaji tenaga kerja

tetap nilainya berbeda-beda, tergantung pada jabatan dari tenaga kerja tersebut.

Usaha budidaya tanaman nilam ini dijalankan dengan tujuan untuk dapat

memenuhi kebutuhan bahan baku produksi minyak nilam perusahaan, sehingga

agar produksi minyak nilam dapat berjalan dengan baik diperlukan bahan baku

nilam yang tersedia sepanjang tahun. Maka untuk mewujudkannya manajemen

budidaya nilam perusahaan yang telah menetapkan rencana kerja budidaya dan

sistem budidaya, agar pengembangan usaha budidaya nilam dapat berjalan lancar,

diperlukan juga koordinasi yang baik antar karyawan.

PT Panafil Essential Oil memiliki struktur organisasi yang pada setiap

bagian memiliki tanggung jawab masing-masing antara lain bagian keuangan,

bagian produksi, bagian pemasaran, dan bagian pengadaan bahan baku yang

terdiri dari bagian pergudangan dan akan dilengkapi dengan unit usaha budidaya

tanaman nilam. Struktur organisasi tersebut merupakan struktur organisasi

fungsional yang pembagian tugasnya dilakukan berdasarkan spesialisasi

fungsional, sehingga memungkinkan setiap bagian yang ada untuk fokus terhadap

tanggung jawab dari tugas yang ditetapkan. Struktur organisasi tersebut dapat

dilihat pada lampiran 1.

6.3.1 Hasil Analisis Aspek Manajemen

Berdasarkan analisis kelayakan pada aspek manajemen dapat disimpulkan

bahwa perencanaan usaha budidaya tanaman nilam ini layak untuk dijalankan. Hal

tersebut dikarenakan PT Panafil Essential Oil telah membangun daya dukung

manajemen dengan menentukan kegiatan budidaya tanaman nilam yaitu berupa

rencana kerja budidaya nilam dan merencana pelaksanaan budidaya nilam dengan

menerapkan sistem pola tanam. Selain itu perusahaan juga telah memiliki struktur

organisasi yang terkoordinasi dengan baik, sehingga pelaksanaan pengembangan

budidaya tanaman nilam dapat berjalan lancar.

57

6.4 Aspek Sosial

Rencana pengembangan budidaya tanaman nilam yang akan dilaksanakan

oleh PT Panafil Essential Oil sangat didukung oleh masyarakat sekitar karena

usaha tersebut dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat dan lingkungan

sekitar. Dampak positif tersebut antara lain lahan yang pada mulanya merupakan

lahan tidur, dengan adanya usaha budidaya nilam ini akan dapat menjadi lahan

produktif yang dapat memperbaiki kondisi lingkungan daerah tersebut, dan usaha

ini juga akan dapat menciptakan lapangan pekerjaan dan meningkatkan

kesejahteraan bagi masyarakat sekitar. Selain itu, usaha budidaya nilam ini juga

memberikan kontribusi bagi negara, dalam penyediaan bahan baku produksi

minyak nilam guna meningkatkan kegiatan ekspor minyak nilam secara nasional

yang dapat memberikan kontribusi berupa devisa bagi negara. Berdasarkan hal

tersebut, maka pengembangan usaha budidaya tanaman nilam yang akan

dilaksanakan oleh PT Panafil Essential Oil dapat dikatakan layak untuk

dijalankan.

6.4.1 Hasil Analisis Aspek Sosial

Berdasarkan analisis aspek sosial dapat disimpulkan bahwa perencanaan

usaha budidaya nilam ini layak untuk dijalankan, karena dapat memberikan

dampak positif kepada masyarakat sekitar berupa perbaikan kondisi lingkungan,

menciptakan lahan pekerjaan dan dapat memberikan kontribusi terhadap negara

dalam memenuhi kebutuhan bahan baku nilam guna memperoleh devisa bagi

negara.

57

VII. KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

Kelayakan aspek finansial merupakan analisis yang mengkaji kelayakan

dari sisi keuangan suatu usaha. Aspek ini sangat diperlukan untuk mengetahui

apakah usaha budidaya nilam yang akan dijalankan PT Panafil Essential Oil

dapat memberikan keuntungan bagi perusahaan sehingga layak untuk dijalankan.

Kelayakan pada aspek finansial diukur dengan perhitungan beberapa kriteria

kelayakan investasi, antara lain NPV, IRR, Net B/C, dan payback period.

Perhitungan tersebut berdasarkan dari cashflow yang dibuat atas dasar informasi

yang diperoleh dari usaha budidaya tanaman nilam yang akan dilakukan

perusahaan, dan menggunakan perhitungan pajak yang didapatkan dari laporan

rugi laba.

7.1 Arus Masuk

Penerimaan dari usaha budidaya tanaman nilam dalam penelitian ini

berasal dari hasil penjualan jagung, penjualan nilam basah dan nilai sisa. Nilai

sisa didapatkan dari aset yang belum habis nilainya pada saat proyek berakhir.

Sedangkan nilai penjualan jagung dan nilam basah didapat dari hasil perkalian

antara harga jual jagung dan nilam basah per kilogram dengan volume nilam

basah yang dihasilkan. Volume produksi nilam basah yang diperhitungkan

dalam penelitian ini menggunakan jumlah yang tetap pada setiap panennya yaitu

sebanyak 13 ton. Hal tersebut bertujuan untuk menghindari terjadinya

kekurangan bahan baku dalam kegiatan produksi minyak nilam.

Penanaman tanaman nilam pada usaha budidaya yang akan dijalankan

oleh PT Panafil Essential Oil menerapkan sistem pola tanam, dimana penanaman

dilakukan secara bertahap, yaitu sebanyak tiga tahap dengan masing-masing

tahapan seluas enam hektar. Pemanenan nilam dilakukan secara bergilir untuk

masing-masing tahap Jarak dari panen satu ke panen lainnya adalah satu bulan.

Waktu panen nilam basah dapat dilakukan pertama kali pada saat usia tanaman

berusia enam bulan. Dan setelah panen pertama tanaman nilam dapat dipanen

setiap bulan.

Nilai penjualan jagung didapatkan hanya satu kali selama umur proyek,

karena tanaman ini hanya berfungsi sebagai tanaman pelindung pada saat

58

tanaman nilam baru ditanam hingga usia tiga bulan, agar intensitas cahaya

matahari yang diterima tanaman nilam tidak berlebih. Tanaman jagung dapat

dipanen saat tanaman berusia 100 hari atau pada triwulan ke-2. Volume produksi

jagung dalam satu hektar dapat menghasilkan 6 ton dengan harga per kilogram

Rp 1.500,00. Sehingga nilai penjualan dari jagung untuk lahan ini didapat pada

triwulan ke-2 adalah sebesar Rp 162.000.000,00.

Panen nilam baru dapat dilakukan pada triwulan ke-3, sehingga pada

triwulan ke-1 dan ke-2 belum ada nilam basah yang dapat dijual. Pada triwulan

ke-3 tanaman nilam dapat dipanen dua kali, sedangkan pada panen ke-4 dan

seterusnya tanaman nilam dapat dipanen tiga kali dalam satu triwulan, dengan

volume panen per hektar sebanyak 13 ton nilam basah per hektar. Hasil panen

pada setiap tahapan penanaman adalah sebanyak 78 ton nilam basah, dengan

harga per kilogram nilam basah sebesar Rp 900,00. Sehingga hasil panen nilam

basah pada triwulan ke-3 adalah sebanyak 117 ton dengan nilai penjualan

sebesar Rp 105.300.000,00, sedangkan pada triwulan ke-4 dan seterusnya

didapatkan hasil panen sebanyak 234 ton nilam basah dengan nilai penjualan

sebanyak Rp 210.600.000,00.

Selain dari berdasarkan nilai panen nilam, penerimaan usaha budidaya

nilam ini juga berasal dari nilai sisa. Nilai sisa merupakan nilai dari investasi

usaha yang dilakukan oleh perusahaan yang pada akhir proyek masih memiliki

umur ekonomis. Nilai ini diperoleh dari perhitungan penyusutan investasi per

tahun dengan menggunakan metode garis lurus yang dikalikan dengan sisa umur

ekonomis investasi tersebut. Nilai sisa dari investasi usaha budidaya nilam yang

akan dilakukan PT Panafil Essential Oil dapat dilihat di Tabel 8.

Selain itu, nilai sisa yang diperoleh perusahaan berasal dari nilai sisa

tanaman nilam yang masih dapat dipanen sebanyak empat kali setelah umur

proyek habis. Jumlah nilam basah tersebut adalah 312 ton, dengan nilai sisa

sebesar Rp 280.800.000,00.

59

Tabel 8. Nilai Sisa Investasi Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil

No UraianUmur

Ekonomis (tahun)

Total (Rp)Penyusutan per

tahun (Rp)Nilai Sisa

(Rp)

1 Instalasi Air 5 10.000.000 2.000.000 4.000.000

2 Timbangan duduk 5 1.100.000 220.000 1.100.000

3 Kereta sorong 4 1.050.000 262.500 262.500

4 Komputer 5 5.000.000 1.000.000 2.000.000

5 Bangunan 10 63.000.000 6.300.000 44.100.000

6 Instalasi Listrik 10 1.500.000 150,000 1.050.000

Total 52.512.500

7.2 Arus keluar

Outflow atau arus keluar merupakan biaya yang dikeluarkan oleh

perusahaan untuk kegiatan usaha budidaya yang dijalankan. Biaya yang

dikeluarkan perusahaan terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional. Biaya

investasi merupakan biaya yang dikeluarkan di awal usaha. Sedangkan biaya

opersional adalah biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan operasional

perusahaan. Biaya ini terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel.

7.2.1 Biaya Investasi

Biaya investasi dikeluarkan perusahaan pada periode awal usaha yaitu

triwulan pertama. Biaya investasi tersebut dapat dilihat pada Tabel 9. Biaya yang

dikeluarkan perusahaan pada triwulan pertama usaha budidaya nilam ialah untuk

mempersiapkan fasilitas yang diperlukan dalam usaha budidaya nilam, antara

lain:

1. Bibit nilam yang digunakan adalah bibit nilam jenis Nilam Aceh dalam

bentuk polibag yang dibeli dari daerah Subang. Bibit yang dibutuhkan untuk

penanaman seluas 18 ha yaitu sebanyak 198.000 polibag, dimana jumlah

tersebut sudah termasuk bibit untuk penyulaman. Biaya bibit hanya

dilakukan pada tahun pertama karena umur proyek ini adalah tiga tahun yang

didasarkan pada umur ekonomis dari tanaman nilam, sehingga tidak

dilakukan reinvestasi untuk bibit nilam.

60

2. Instalasi air yang dibuat berupa saluran pengairan untuk mengalirkan air

yang berasal dari beberapa titik mata air ke lahan budidaya nilam. serta

dibuat pula sumur bor untuk persediaan air pada musim kemarau.

3. Peralatan pertanian yang terdiri dari cangkul, linggis, sabit, alat semprot,

sepatu boot yang digunakan untuk pengolahan lahan dan pemeliharaan

tanaman. Serta timbangan duduk yang digunakan untuk menimbang hasil

panen dan kereta sorong yang digunakan mengangkut bibit dan pupuk ke

lahan serta hasil panen nilam basah ke kendaraan.

4. Bangunan yang terdiri dari kantor dan gudang untuk menyimpan peralatan

pertanian dan pupuk serta pestisida. Luas bangunan tersebut adalah 42 m².

5. Instalasi listrik yang digunakan untuk penerangan kantor dan lahan, serta

kegiatan kantor lainnya.

6. Komputer dan perlengkapan kantor yang digunakan untuk keperluan kantor.

Tabel 9. Biaya Investasi Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil

No UraianUmur

Ekonomis (tahun)

Satuan Jumlah Harga(Rp)

Total (Rp)

1 Bibit 3 Polibag 198.000 500 99.000.000

2 Instalasi Air 5 - - 10.000.000 10.000.000

3 Cangkul 3 Unit 9 25.000 225.000

4 Golok 3 Unit 9 15.000 135.000

5 Linggis 3 Unit 9 20.000 180.000

6 Sabit 3 Unit 9 15.000 135.000

7 Alat semprot 3 Unit 9 80.000 720.000

8 Timbangan duduk 5 Unit 1 1.100.000 1.100.000

9 Sepatu Boot 1 pasang 36 35.000 1.260.000

10 Kereta sorong 4 Unit 3 350.000 1.050.000

11Komputer dan printer 5 Unit 1 5.000.000 5.000.000

12 Bangunan 10 Meter² 42 1.500.000 63.000.000

13 Instalasi Listrik 10 Unit 1 1.500.000 1.500.000

14Perlengkapan Kantor 3 - - 1.000.000 1.000.000

Total 184.305.000

61

Selain biaya investasi, perusahaan juga harus mengeluarkan biaya

reinvestasi untuk beberapa fasilitas yang umur ekonomisnya kurang dari umur

proyek usaha tersebut. Reinvestasi yang dilakukan perusahaan untuk budidaya

nilam ini hanya dilakukan untuk mengganti sepatu boot yang umur ekonomisnya

hanya satu tahun, sehingga dilakukan setiap tahun reinvestasi sebesar Rp

1.260.000,00 yaitu pada triwulan ke-5 dan ke-9.

7.2.2 Biaya Operasional

Biaya operasional dikeluarkan perusahaan untuk kelangsungan usaha

budidaya nilam yang akan dijalankan. Biaya operasional ini terdiri dari biaya

tetap dan biaya variabel. Biaya tetap yaitu biaya yang jumlahnya tidak

dipengaruhi oleh volume produksi. Biaya tersebut diantaranya adalah biaya sewa

lahan sebesar Rp 2.000.000,00 per ha per tahun, sehingga biaya sewa lahan

untuk lahan seluas 18 ha dalam sebulan adalah Rp 3.000.000,00. Biaya sewa

lahan ini dikeluarkan oleh perusahaan bertujuan untuk mempertegas batasan

usaha antara PT Panfil Essential Oil dan PT Panasia Indosyntec. Selain itu, biaya

tetap ini terdiri dari biaya listrik, gaji tenaga kerja tetap dan tenaga kerja harian

tetap, biaya komunikasi, biaya administrasi dan umum, serta biaya transportasi.

Dan rincian biaya tetap yang dikeluarkan untuk usaha budidaya nilam ini dapat

dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Biaya Tetap Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil.

Selain biaya tetap, dalam kegiatan usaha budidaya nilam juga terdapat

biaya variabel. Biaya variabel merupakan biaya yang jumlahnya dipengaruhi

oleh volume produksi. Biaya-biaya tersebut meliputi bahan-bahan yang

No Uraian Satuan VolumeBiaya Per

Bulan (Rp)Biaya Per

Triwulan (Rp) 1 Sewa Lahan Ha 18 3.000.000 9.000.000 2 Listrik - - 100.000 300.000 3 Gaji Tenaga Kerja

a. Kepala Kebun Orang 1 4.000.000 12.000.000 b. T.K Administrasi Orang 1 900.000 2.700.000 c. Tenaga Kerja Lapang Orang 36 22.500.000 67.500.000 d. T.K Keamanan Orang 3 3.000.000 9.000.000

4 Administrasi dan umum - - 500.000 1.500.000 5 Komunikasi - - 500.000 1.500.000 6 Transportasi - - 1,000.000 3.000.000

Total 106.500.000

62

dibutuhkan dalam kegiatan budidaya yaitu pupuk kandang, pupuk pendukung,

pestisida, kapur pertanian dan bibit jagung manis. Biaya pupuk kandang dan

pupuk pendukung pada setiap triwulan jumlahnya berbeda. Hal tersebut

dikarenakan budidaya yang dilakukan perusahaan menerapkan sistem pola

tanam.

Biaya pupuk kandang pada usaha budidaya nilam PT Panafil Essential

Oil pada triwulan pertama adalah sebanyak Rp 21.600.000,00, pada triwulan ke-

2 dan ke-3 adalah sebanyak Rp 7.200.000,00, sedangkan pada triwulan ke-4 dan

seterusnnya yaitu sebanyak Rp 10.800.000,00. Biaya pupuk kandang merupakan

biaya variabel yang jumlahnya paling besar. Hal tersebut dikarenakan pupuk

kandang ini sangat diperlukan untuk meningkatkan unsur hara tanah sehingga

tanaman yang ditanam pada lahan tersebut dapat tumbuh dengan optimal. Selain

itu pemupukan ini juga diharapkan dapat meningkatkan rendemen minyak nilam

yang dihasilkan dari daun nilam hasil budidaya. Kebutuhan pupuk kandang per

hektar pada triwulan pertama adalah 5 ton per hektar. Hal tersebut dikarenakan

pada triwulan pertama pemupukan tidak hanya dilakukan untuk tanaman nilam

saja, tetapi juga untuk kebutuhan tanaman jagung sebagai tanaman pelindung

dari nilam. Sedangkan pada triwulan ke-2 kebutuhan pupuk kandang adalah

sebesar 2,5 ton per hektar. Harga pupuk kandang per karung adalah Rp 6.000,00

dengan jumlah per karung sebanyak 25 kg.

Selain pupuk kandang, digunakan juga pupuk perangsang atau penyubur

yang terdiri dari tiga jenis N, P, dan K. Biaya pupuk penyubur yang dibutuhkan

untuk masing-masing jenis sebanyak dua kilogram per hektar per satu kali

pemupukan, sehingga untuk lahan seluas enam hektar dibutuhkan sebanyak 12

kg pupuk pendukung, dengan harga satuan sebesar Rp 40.000,00. Biaya pupuk

penyubur pada tiap triwulan berbeda tergantung pada jadwal kerja budidaya

yang telah ditetapkan perusahaan (Lampiran 2).

Biaya variabel lain yang dibutuhkan untuk budidaya nilam antara lain

pestisida, kapur pertanian dan benih jagung manis yang hanya dilakukan pada

triwulan pertama saja. Biaya pestisida dibutuhkan dalam budidaya nilam ini

sebanyak satu liter per hektar lahan. Penyemprotan pestisida dilakukan setiap

tiga bulan sekali untuk mencegah tanaman terkena hama dan penyakit. Kapur

63

pertanian yang dibutuhkan untuk menetralkan kadar keasaman tanah yaitu

sebanyak 1 ton per hektar. Benih jagung manis yang dibutuhkan per hektar

adalah 4 kilogram. tanaman pelindung hanya dilakukan pada triwulan pertama.

Rincian biaya variabel tersebut dapat dilakukan pada Lampiran 4.

7.2.3 Analisis Rugi Laba

Laporan rugi laba merupakan laporan yang berisi tentang penerimaan dan

pengeluaran atau kondisi keuntungan yang diperoleh perusahaan dalam satu

periode akuntansi (triwulan). Laporan ini digunakan perusahaan untuk

menentukan besarnya aliran kas triwulan yang diperoleh perusahaan. Komponen

laporan rugi laba antara lain penerimaan dari penjualan nilam basah dan jagung

hasil panen, biaya operasional yang dikeluarkan dalam kegiatan usaha budidaya

nilam, serta beban keuangan dalam menjalankan usaha yaitu berupa pajak

penghasilan, penyusutan dan lainnya.

Berdasarkan laporan rugi laba (Lampiran 4), usaha budidaya nilam yang

akan dijalankan PT Panafil Essential Oil pada triwulan belum mendapatkan

keuntungan. Hal tersebut dikarenakan usaha ini pada triwulan pertama belum

melakukan kegiatan pemanenan dan penjualan hasil panen sehingga penerimaan

perusahaan belum ada. Penerimaan baru ada pada triwulan ke-2 yaitu dari hasil

penjualan hasil panen jagung sebesar Rp 162.000.000,00 yang hanya dihasilkan

pada triwulan ke-2 saja. Sedangkan pada triwulan ke-3 dan seterusnya

penerimaan perusahaan hanya berasal dari penjualan hasil panen nilam basah.

Besarnya penerimaan perusahaan pada triwulan ke-3 adalah Rp 105.300.000,00,

dan pada triwulan ke-4 dan seterusnya adalah sebesar Rp 210.000.000,00.

Rugi laba yang diperoleh perusahaan setiap triwulannya berbeda, dan

usaha ini hanya dikenakan biaya pajak saja sedangkan biaya bunga dikenakan

karena modal yang digunakan perusahaan merupakan modal sendiri. Dan

besarnya pajak yang diperhitungkan dalam usaha ini adalah sebesar 25 persen.

Pada triwulan pertama dan ke-3 perusahaan mengalami kerugian sebesar Rp

147.030.000,00 dan Rp 12.390.000,00 yang dikarenakan belum adanya

penerimaan perusahaan (pada triwulan 1) dan produksi nilam yang hanya baru

mencapai 117 ton nilam basah (triwulan 3). Sedangkan untuk triwulan ke-2 laba

64

yang diperoleh perusahaan sebesar Rp 32.512.500,00, dan laba pada triwulan ke-

4 dan seterusnya adalah sebesar Rp 66.262.500,00.

7.3 Kelayakan Finansial Proyek

Kriteria yang digunakan untuk mengukur kelayakan usaha budidaya

tanaman nilam yang akan dijalankan PT Panafil Essential Oil antara lain dilihat

dari NPV, IRR, Net B/C, dan payback period. Parameter tersebut diukur pada

tingkat suku bunga kredit sebesar 4,25 persen per triwulan.

Tabel 11. Analisis Finansial Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil

No Kriteria Investasi Satuan Nilai Kriteria Investasi

1 NPV Rp 293.338.0472 Net B/C - 1,893 IRR Persen 144 Payback Period Triwulan 7,71

Berdasarkan hasil analisis finansial usaha budidaya nilam yang

direncanakan oleh PT Panafil Essential Oil layak untuk dijalankan. Hal tersebut

dilihat dari tingkat NPV yang diperoleh dari perhitungan kelayakan usaha

budidaya ini lebih dari nol, yang berarti jika usaha ini dijalankan dapat

menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. NPV yang diperoleh adalah sebesar

Rp 293.338.047,00 yang menunjukkan bahwa selama umur proyek usaha

budidaya nilam akan memberikan manfaat bagi perusahaan sebesar Rp

293.338.047,00.

Kriteria kedua dari analisis kelayakan usaha ini adalah Net B/C. Net B/C

yang dihasilkan dari rencana usaha budidaya nilam ini adalah 1,89. Berdasarkan

hal tersebut usaha ini dapat dinyatakan layak, karena nilai Net B/C yang didapat

lebih besar dari satu. Nilai Net B/C sebesar 1,89 berarti bahwa setiap satu satuan

biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk usaha budidaya nilam ini maka

perusahaan akan memperoleh manfaat sebanyak 1,89 kali.

Selanjutnya kriteria kelayakan investasi yang digunakan adalah IRR.

Besarnya IRR yang diperoleh dari perhitungan kriteria investasi yang dilakukan

perusahaan dari rencana usaha budidaya nilam yaitu 14 persen per triwulan. Hal

tersebut menunjukkan bahwa usaha ini layak dijalankan, karena nilai IRR yang

dihasilkan lebih besar dari tingkat suku bunga deposito triwulan yang sedang

65

berjalan yaitu 4,25 persen. Nilai IRR ini juga menunjukkan bahwa usaha ini

mampu mengembalikan modal pada tingkat suku bunga sebesar 14 persen,

dengan kata lain perusahaan lebih baik mengalokasikan modal yang dimiliki

pada usaha budidaya nilam dibandingkan menyimpan uangnya dalam bentuk

deposito di bank.

Kriteria investasi terakhir yang digunakan dalam penelitian ini adalah

payback period. Payback period yang dihasilkan dalam perhitungan adalah

selama 7,71 triwulan, yang berarti modal yang digunakan perusahaan untuk

usaha budidaya nilam yang sedang direncanakan oleh PT Panafil Essential Oil

akan kembali dalam waktu 7,71 triwulan atau satu tahun 11 bulan 17 hari.

Berdasarkan kriteria tersebut maka usaha ini dinyatakan layak untuk dijalankan

karena waktu pengembalian investasi yang dilakukan perusahaan kurang dari

umur proyek yang akan dijalankan.

7.4 Analisis Sensitivitas

Menurut Gittinger (1986) analisis sensitivitas merupakan salah satu

perlakuan terhadap ketidakpastian. Analisis sensitivitas ini perlu dilakukan

karena dalam analisis kelayakan suatu usaha atau bisnis, perhitungan umumnya

didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung ketidakpastian tentang apa

yang akan terjadi di waktu yang akan datang (Kadariah 1986). Analisis ini

digunakan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisa usaha atau

bisnis jika terjadi perubahan atau ketidaktepatan dalam perhitungan biaya atau

manfaat. Perubahan-perubahan yang terjadi dalam menjalankan usaha menurut

Nurmalina R. et al. (2009) umumnya disebabkan oleh harga, keterlambatan

pelaksanaan, kenaikan biaya dan hasil produksi.

Analisis sensitivitas usaha budidaya nilam ini menggunakan metode nilai

pengganti (switching value), karena usaha ini baru dalam tahap perencanaan

sehingga perubahan pada komponen pendukungnya belum dapat diketahui

secara empiris. Analisis switching value dilakukan untuk mengukur perubahan

maksimum dari komponen arus masuk dan arus keluar yang masih dapat

ditoleransi agar usaha budidaya nilam tetap layak. Variabel-variabel yang

digunakan untuk melakukan uji switching value adalah kenaikan harga pupuk

66

kandang, penurunan volume penjualan, dan harga jual nilam basah. Hasil

analisis switching value dapat dilihat pada tabel 12.

Tabel 12. Analisis Switching Value Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil

Uraian PersentaseNilai

Aktual (Rp)

Nilai Switching Value (Rp)

Kenaikan Harga Pupuk Kandang (Rp/kg) 342,262191 240 1.061

Penurunan Volume Produksi (kg/ha) 23,2431157 13.000 9.978

Penurunan Harga Nilam Basah (kg) 23,2431157 900 691

Berdasarkan analisis switching value usaha budidaya nilam tersebut,

usaha ini akan tetap layak dijalankan hingga terjadi kenaikan harga pupuk

kandang sebesar 342,262191 persen. Harga pupuk kandang yang telah naik dari

Rp 240 per kg menjadi Rp 1.061,00 per kg. Variabel lain yang dilakukan uji

switching value adalah terjadinya penurunan volume produksi. Hasil uji

menunjukkan bahwa usaha budidaya nilam direncanakan PT Panafil Essenetial

Oil ini akan tetap layak apabila terjadi penurunan volume produksi sebesar

23,2431157 persen. Penurunan volume produksi tersebut yaitu dari 13.000,00 kg

per hektar menjadi 9.978 kg nilam basah per per hektar.

Selain penurunan volume produksi, penurunan harga nilam basah dari

hasil analisis switching value yang dilakukan, didapatkan bahwa penurunan

harga jual nilam basah hasil panen sebesar 23,2431157 persen tidak akan

mengubah kelayakan dari usaha tersebut. Besarnya harga berdasarkan persentase

tersebut yaitu apabila terjadi penurunan harga nilam basah dari Rp 900,00 per kg

menjadi Rp 691,00 per kg.

7.5 Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP)

Harga pokok produksi (HPP) merupakan biaya yang dikeluarkan untuk

menghasilkan suatu produk. Hasil perhitungan dari usaha budidaya nilam yang

akan dijalankan PT Panafil Essential Oil didapatkan Harga Pokok Produksi

sebesar Rp 667,40 per kg nilam basah. Berdasarkan hal tersebut maka dapat

disimpulkan bahwa perusahaan lebih baik membudidayakan tanaman nilam

untuk memenuhi kebutuhan sendiri, dibandingkan membeli nilam basah dengan

harga pasaran sebesar Rp 900,00 per kg.

67

VIII KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan

1. Berdasarkan hasil analisis penelitian dari aspek pasar, teknis, manajemen,

dan sosial proyek pengembangan usaha budidaya nilam yang akan

dijalankan PT Panafil Essential Oil layak untuk dijalankan. Hal tersebut

dapat dilihat dari aspek pasar yang menunjukkan adanya

ketidakseimbangan antara permintaan minyak nilam terus meningkat dan

suplainya yang menurun yang salah satunya disebabkan oleh keterbatasan

bahan baku nilam, sehingga hal tersebut menjadi peluang untuk usaha ini.

Dan bauran pemasaran yang akan digunakan perusahaan mampu

mendukung kelangsungan proyek tersebut. Daya dukung aspek teknis

seperti kesesuaian kondisi iklim dan tanah di Desa Ciburuy dengan yang

dibutuhkan oleh tanaman nilam, ketersediaan sarana produksi, tenaga

kerja, dan skala operasi. Serta daya dukung aspek manajemen yang dapat

dilihat dengan adanya rencana kerja budidaya dan penerapan sistem pola

tanaman yang akan memperlancar persediaan bahan baku nilam dan

koordinasi yang baik yang dimiliki perusahaan. selain itu, dari aspek sosial

daya dukungnya dapat dilihat dari adanya manfaat yang dapat secara

langsung dan tidak langsung dirasakan oleh masyarakat diantaranya

perbaikan kondisi lingkungan serta terbukanya lapangan pekerjaan baru

bagi masyarakat sekitar.

2. Kelayakan aspek finansial berdasarkan hasil analisis kriteria kelayakan

yaitu NPV sebesar Rp 293.338.047,00, IRR sebesar 1,89, Net B/C 14

persen dan payback period selama 7,71 triwulan, proyek pengembangan

usaha budidaya nilam ini layak untuk dijalankan.

3. Proyek pengembangan usaha budidaya nilam yang direncanakan PT

Panafi Essential Oil berdasarkan analisis sensitivitas dengan menggunakan

metode switching value akan tetap layak dijalankan sampai terjadi

kenaikan harga pupuk kandang sebesar 342,262191 persen. Serta

penurunan produksi nilam basah sebesar 23,2431157 persen dan harga jual

nilam basah sebesar 23,2431157 persen. Berdasarkan hasil analisis

switching value tersebut dapat disimpulkan bahwa penurunan harga jual

68

nilam basah dan volume produksi nilam basah merupakan komponen yang

paling sensitif terhadap perubahan.

8.2 Saran

Berdasarkan hasil analisis penelitian yang dilakukan, maka saran yang

dapat diajukan pada proyek pengembangan usaha budidaya nilam PT Panafil

Essential Oil antara lain:

1. Budidaya nilam akan lebih sebaik jika sistem pola tanam yang diterapkan

membagi satu tahap menjadi empat blok dengan jarak waktu tanam satu

minggu, sehingga panen nilam basah dapat dilakukan setiap minggu, agar

biaya penyimpanan nilam lebih efisien dan kebutuhan bahan baku nilam

dapat terpenuhi sepanjang tahun, serta produksi minyak nilam dapat

dilakukan secara optimal.

2. Pemeliharaan budidaya nilam sebaiknya dilakukan secara intensif dengan

menerapkan jadwal kerja budidaya agar tanaman nilam dapat berproduksi

secara optimal.

Lampiran 1. Struktur Organisasi PT Panafil Essential Oil

Keterangan:

: garis komando

: garis koordinasi

Pimpinan Perusahaan

Bagian PemasaranBagian KeuanganBagian Pengadaan Bahan Baku

Bagian Produksi

Bagian Budidaya NilamBagian Gudang

Lampiran

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

1 Persiapan Lahan2 Penanaman Jagung 3 Penanaman Nilam4 Pemupukan Pendukung - P5 Pemupukan Pendukung - N6 Pemupukan Pendukung - K7 Pemupukan dasar tahap II / Paska Panen8 Pemeliharaan Tanaman9 Panen Jagung10 Panen nilam

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3

1 Persiapan Lahan2 Penanaman Jagung 3 Penanaman Nilam4 Pemupukan Pendukung - P5 Pemupukan Pendukung - N6 Pemupukan Pendukung - K7 Pemupukan dasar tahap II / Paska Panen8 Pemeliharaan Tanaman9 Panen Jagung10 Panen Nilam

Keterangan : : Tahap 1 : Tahap 3: Tahap 2 : Semua Tahap

19 20 21 22

5 6 74

Lampiran 2. Jadwal Kerja Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil

No KEGIATAN

No 1 2 3KEGIATAN

23 24 25

4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

16 1711

28

8 9 10 1812 13

Bulan

Bulan

34 35 36

14 15

27 29 30 31 32 3326

No UraianUmur

Ekonomis (tahun)

Satuan Jumlah Harga Total

1 Bibit 3 Polybag 198.000 500 99.000.000 2 Instalasi Air 5 - - 10.000.000 10.000.000 3 Cangkul 3 Unit 9 25.000 225.000 4 Golok 3 Unit 9 15.000 135.000 5 Garpu 3 Unit 9 20.000 180.000 6 Sabit 3 Unit 9 15.000 135.000 7 Alat semprot 3 Unit 9 80.000 720.000 8 Timbangan duduk 5 Unit 1 1.100.000 1.100.000 9 Sepatu Boot 1 pasang 36 35.000 1.260.000 10 Kereta sorong 4 unit 3 350.000 1.050.000 11 Komputer&printer 5 Unit 1 5.000.000 5.000.000 12 Bangunan 10 Meter² 42 1.500.000 63.000.000 13 Instalasi Listrik 10 Unit 1 1.500.000 1.500.000 14 Perlengkapan Kantor 3 - - 1.000.000 1.000.000

184.305.000

Keterangan:Nilai penyusutan dihitung dengan menggunakan rumus sabagai berikut:

Lampiran 3 . Biaya Investasi Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil

Total

Penyusutan per tahun

Penyusutan per triwulan

Nilai Sisa

33.000.000 8.250.000 2.000.000 500.000 4.000.000

75.000 18.750 45.000 11.250 60.000 15.000 45.000 11.250

240.000 60.000 220.000 55.000 1.100.000

1.260.000 315.000 262.500 65.625 262.500

1.000.000 250.000 2.000.000 6.300.000 1.575.000 44.100.000

150.000 37.500 1.050.000 333.333 83.333

44.990.833 11.247.708 52.512.500

Lampiran 3 . Biaya Investasi Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil

No Uraian Satuan Jumlah Biaya Per Unit (Rp)

1 Sewa Lahan (18 Ha) Tahun 3 2.000.000

2 Listrik Bulan - 100.000

3 Tenaga Kerja

a. Kepala Kebun (1 Orang) Orang 1 4.000.000

b. T.K Administrasi (1 orang) Orang 1 900.000

c. Tenaga Kerja Lapang (36 orang) Orang 36 625.000

d. Tenaga Kerja Keamanan (3 orang) Orang 3 1.000.000

Total Biaya Tenaga Kerja

4 Administrasi dan umum Bulan 500.000

5 Komunikasi Bulan 500.000

6 Transportasi Bulan 1.000.000

III. Biaya Variabel

No Uraian Satuan Jumlah Harga satuan (Rp)1 Pupuk Kandang 240

Triwulan 1 Kg 90.000Triwulan 2, 3 Kg 30.000Triwulan 4dst Kg 45.000

2 Pupuk Pendukung Organik (tiga jenis) 40.000 Triwulan 1 Kg 12 Triwulan 2 Kg 108 Triwulan 3 Kg 84 Triwulan 4 dst Kg 108

3 Pestisida Liter 18 35.000 4 Kapur Pertanian Kg 18.000 750 5 Bibit jagung Kg 72 60.000

Keterangan:1. Kebutuhan pupuk kandang per ha adalah sebanyak 2.500 kg2. Kebutuhan pupuk pendukung organik per ha adalah 2 kg/ha3. Kebutuhan pestisida adalah 1 liter/ha4. Kebutuhan kapur pertanian per ha adalah 1 ton, dan hanya dilakukan sekali saja pada saat pengolahan tanah5. Tanaman pelindung berupa jagung manis, dengan jarak tanam 100x50cm dalam 2 ha lahan dibutuhkan 11 kg bibit

II. Biaya Tetap

Total

Biaya Per Triwulan (Rp) 9.000.000

300.000

-

12.000.000

2.700.000

67.500.000

9.000.000

1.500.000

1.500.000

3.000.000

106.500.000

Total (Rp)

21.600.000 7.200.000

10.800.000

480.000 4.320.000 3.360.000 4.320.000

630.000 13.500.000

4.320.000

4. Kebutuhan kapur pertanian per ha adalah 1 ton, dan hanya dilakukan sekali saja pada saat pengolahan tanah5. Tanaman pelindung berupa jagung manis, dengan jarak tanam 100x50cm dalam 2 ha lahan dibutuhkan 11 kg bibit

Lampiran 4. Biaya Variabel Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil Per Triwulan

1 21 Pupuk Kandang 10.800.000,00 7.200.000,00 2 Pupuk penyubur ( (tiga jenis) 480.000,00 4.320.000,00 3 Pestisida (Triwulan 1) 630.000,00 630.000,00 4 Kapur Pertanian (triwulan 1) 13.500.000,00 5 Bibit jagung (Triwulan 1) 4.320.000,00

Total 29.730.000,00 12.150.000,00

No Uraian

Lampiran 4. Biaya Variabel Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil Per Triwulan

3 4 5 6 77.200.000,00 10.800.000,00 10.800.000,00 10.800.000,00 10.800.000,00 3.360.000,00 4.320.000,00 4.320.000,00 4.320.000,00 4.320.000,00

630.000,00 630.000,00 630.000,00 630.000,00 630.000,00

11.190.000,00 15.750.000,00 15.750.000,00 15.750.000,00 15.750.000,00

Triwulan (Rp)

8 9 10 11 1210.800.000,00 10.800.000,00 10.800.000,00 10.800.000,00 10.800.000,00 4.320.000,00 4.320.000,00 4.320.000,00 4.320.000,00 4.320.000,00

630.000,00 630.000,00 630.000,00 630.000,00 630.000,00

15.750.000,00 15.750.000,00 15.750.000,00 15.750.000,00 15.750.000,00

IV Penerimaan Proyek Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil

No Uraian Satuan Jumlah Harga Satuan

(Rp)1 Jagung manis Kg 108.000 1.500 2 Nilam (T-4 dst) Kg 234.000 900

T-3 Kg 117.000 900 3 Nilai Sisa Panen Nilam Basah Kg 312.000 900

Keterangan:1. Panen jagung hanya dilakukan satu kali yaitu pada saat tanaman ini berumur 100 hari atau pada triwulan ke 2.2. Panen nilam mulai dilakukan pada triwulan ke-3 dengan jml yang sama sepanjang tahun.

Total Penerimaan Per Triwulan (Rp)

162.000.000 210.600.000 105.300.000 280.800.000

1. Panen jagung hanya dilakukan satu kali yaitu pada saat tanaman ini berumur 100 hari atau pada triwulan ke 2.2. Panen nilam mulai dilakukan pada triwulan ke-3 dengan jml yang sama sepanjang tahun.

1 2 3 4A. INFLOW

1. Penjualan:a. Jagung Manis 162.000.000 b. Nilam basah 105.300.000 210.600.000

2. Nilai SisaTotal Inflow - 162.000.000 105.300.000 210.600.000 B. OUTFLOW2. Biaya Operasional

a. Biaya Tetap 106.500.000 106.500.000 106.500.000 106.500.000 b. Biaya Variabel

1. Pupuk Kandang 21.600.000 7.200.000 7.200.000 10.800.000 2. Pupuk Pendukung 480.000 4.320.000 3.360.000 4.320.000 3. Pestisida 630.000 630.000 630.000 630.000 4. Kapur Pertanian 13.500.000 5. Tanaman Pelindung 4.320.000 6. Penyusutan investasi 11.247.708 11.247.708 11.247.708 11.247.708

Total Outflow 147.030.000 118.650.000 117.690.000 122.250.000 EBIT (147.030.000) 43.350.000 (12.390.000) 88.350.000 Biaya Bunga - - - - EBT (147.030.000) 43.350.000 (12.390.000) 88.350.000

Pajak Penghasilan - 10.837.500 - 22.087.500 Rugi/Laba (147.030.000) 32.512.500 (12.390.000) 66.262.500

Lampiran 5. Rugi Laba Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil Bandung

Uraian

5 6 7 8 9 10

210.600.000 210.600.000 210.600.000 210.600.000 210.600.000 210.600.000

210.600.000 210.600.000 210.600.000 210.600.000 210.600.000 210.600.000

106.500.000 106.500.000 106.500.000 106.500.000 106.500.000 106.500.000

10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000

630.000 630.000 630.000 630.000 630.000 630.000

11.247.708 11.247.708 11.247.708 11.247.708 11.247.708 11.247.708 122.250.000 122.250.000 122.250.000 122.250.000 122.250.000 122.250.000 88.350.000 88.350.000 88.350.000 88.350.000 88.350.000 88.350.000

- - - - - - 88.350.000 88.350.000 88.350.000 88.350.000 88.350.000 88.350.000 22.087.500 22.087.500 22.087.500 22.087.500 22.087.500 22.087.500 66.262.500 66.262.500 66.262.500 66.262.500 66.262.500 66.262.500

Lampiran 5. Rugi Laba Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil Bandung

Triwulan

11 12

210.600.000 210.600.000 52.512.500

210.600.000 263.112.500

106.500.000 106.500.000

10.800.000 10.800.000 4.320.000 4.320.000

630.000 630.000

11.247.708 11.247.708 122.250.000 122.250.000 88.350.000 140.862.500

- - 88.350.000 140.862.500 22.087.500 35.215.625 66.262.500 105.646.875

Lampiran 6. Cashflow Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil Bandung

1 2 3 4A. INFLOW1. Penjualan

a. Jagung Manis 162.000.000 b. Nilam basah 105.300.000 210.600.000

2. Nilai SisaTotal Inflow - 162.000.000 105.300.000 210.600.000 B. OUTFLOW1. Biaya Investasi/reinvestasi 184.305.000 2. Biaya Operasional

a. Biaya Tetap1. Sewa Lahan 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 2. Biaya Listrik 300.000 300.000 300.000 300.000 3. Biaya Tenaga Kerja 91.200.000 91.200.000 91.200.000 91.200.000 4. Administrasi dan Umum 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 5. Komunikasi 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 6. Transportasi 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 Total Biaya Tetap 106.500.000 106.500.000 106.500.000 106.500.000 b. Biaya Variabel1. Pupuk Kandang 21.600.000 7.200.000 7.200.000 10.800.000 2. Pupuk Pendukung 480.000 4.320.000 3.360.000 4.320.000 3. Pestisida 630.000 630.000 630.000 630.000 4. Kapur Pertanian 13.500.000 5. Bibit jagung 4.320.000

Total Biaya Variabel 40.530.000 12.150.000 11.190.000 15.750.000 Total Biaya Operasional 147.030.000 118.650.000 117.690.000 122.250.000 Total Outflow 331.335.000 118.650.000 117.690.000 122.250.000 Net Benefit Before Tax -331.335.000 43.350.000 (12.390.000) 88.350.000 Tax (25%) 0 10.837.500 - 22.087.500

Net Benefit After Tax -331.335.000 32.512.500 (12.390.000) 66.262.500 Discount Factor (i = 4,250%) #REF! #REF! #REF! #REF!PV #REF! #REF! #REF! #REF!PV Positif #REF!PV Negatif #REF!NPV #REF!

Net B/C #REF!IRR 14%PP 7,71

Uraian

Lampiran 6. Cashflow Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil Bandung

5 6 7 8 9 10

210.600.000 210.600.000 210.600.000 210.600.000 210.600.000 210.600.000

210.600.000 210.600.000 210.600.000 210.600.000 210.600.000 210.600.000

1.260.000 1.260.000

9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000

91.200.000 91.200.000 91.200.000 91.200.000 91.200.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000

106.500.000 106.500.000 106.500.000 106.500.000 106.500.000 106.500.000

10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000

630.000 630.000 630.000 630.000 630.000 630.000

15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 122.250.000 122.250.000 122.250.000 122.250.000 122.250.000 122.250.000 123.510.000 122.250.000 122.250.000 122.250.000 123.510.000 122.250.000 87.090.000 88.350.000 88.350.000 88.350.000 87.090.000 88.350.000 21.772.500 22.087.500 22.087.500 22.087.500 21.772.500 22.087.500 65.317.500 66.262.500 66.262.500 66.262.500 65.317.500 66.262.500 #REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF!#REF! #REF! #REF! #REF! #REF! #REF!

Triwulan

11 12

210.600.000 210.600.000 333.312.500

210.600.000 543.912.500

9.000.000 9.000.000 300.000 300.000

91.200.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 3.000.000

106.500.000 106.500.000

10.800.000 10.800.000 4.320.000 4.320.000

630.000 630.000

15.750.000 15.750.000 122.250.000 122.250.000 122.250.000 122.250.000 88.350.000 421.662.500 22.087.500 105.415.625 66.262.500 316.246.875 #REF! #REF!#REF! #REF!

1 2 3 4A. INFLOW

1. Penjualana. Jagung Manis 162.000.000 b. Nilam basah 105.300.000 210.600.000

2. Nilai SisaTotal Inflow - 162.000.000 105.300.000 210.600.000

B. OUTFLOW1. Biaya Investasi/reinvestasi 184.305.000 2. Biaya Operasional

a. Biaya Tetap1. Sewa Lahan 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 2. Biaya Listrik 300.000 300.000 300.000 300.000 3. Biaya Tenaga Kerja 91.200.000 91.200.000 91.200.000 91.200.000 4. Administrasi dan Umum 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 5. Komunikasi 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 6. Transportasi 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000

Total Biaya Tetap 106.500.000 106.500.000 106.500.000 106.500.000 b. Biaya Variabel

1. Pupuk Kandang 95.528.633 31.842.878 31.842.878 47.764.317 2. Pupuk Pendukung Organik 480.000 4.320.000 3.360.000 4.320.000 3. Pestisida 630.000 630.000 630.000 630.000 4. Kapur Pertanian 13.500.000 5. Tanaman Pelindung 4.320.000

Total Biaya Variabel 114.458.633 36.792.878 35.832.878 52.714.317 Total Outflow 405.263.633 143.292.878 142.332.878 159.214.317 Net Benefit Before Tax -405.263.633 18.707.122 (37.032.878) 51.385.683 Tax (25%) 0 4.676.781 (9.258.219) 12.846.421

Net Benefit After Tax -405.263.633 14.030.342 (27.774.658) 38.539.263 Discount Factor (i =4,250%) 0,95923 0,92013 0,88262 0,84663PV -388.742.094 12.909.699 (24.514.359) 32.628.653 PV Positif 388.742.094PV Negatif -413.256.453NPV 0

IRR 4,250%Net B/C 1,00

Lampiran 7.A1 Analisis Switching Value Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil Bandung Terhadap Kenaikan Harga Pupuk Kandang Sebesar 342,262191 persen.

Uraian

5 6 7 8 9 10

210.600.000 210.600.000 210.600.000 210.600.000 210.600.000 210.600.000

210.600.000 210.600.000 210.600.000 210.600.000 210.600.000 210.600.000

1.260.000 1.260.000

9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000

91.200.000 91.200.000 91.200.000 91.200.000 91.200.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000

106.500.000 106.500.000 106.500.000 106.500.000 106.500.000 106.500.000

47.764.317 47.764.317 47.764.317 47.764.317 47.764.317 47.764.317 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000

630.000 630.000 630.000 630.000 630.000 630.000

52.714.317 52.714.317 52.714.317 52.714.317 52.714.317 52.714.317 160.474.317 159.214.317 159.214.317 159.214.317 160.474.317 159.214.317

50.125.683 51.385.683 51.385.683 51.385.683 50.125.683 51.385.683 12.531.421 12.846.421 12.846.421 12.846.421 12.531.421 12.846.421 37.594.263 38.539.263 38.539.263 38.539.263 37.594.263 38.539.263

0,81212 0,77901 0,74725 0,71679 0,68757 0,6595430.531.016 30.022.511 28.798.572 27.624.530 25.848.598 25.418.081

Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil Bandung Terhadap Kenaikan Harga Pupuk Kandang Sebesar 342,262191 persen.

Triwulan

11 12

210.600.000 210.600.000 333.312.500

210.600.000 543.912.500

9.000.000 9.000.000 300.000 300.000

91.200.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 3.000.000

106.500.000 106.500.000

47.764.317 47.764.317 4.320.000 4.320.000

630.000 630.000

52.714.317 52.714.317 159.214.317 159.214.317 51.385.683 384.698.183 12.846.421 96.174.546 38.539.263 288.523.638

0,63265 0,6068624.381.853 175.092.940

Lampiran 8. Analisis Switching Value Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil Bandung Terhadap Penurunan Volume Produksi Nilam Basah Sebesar 23,2431157 Persen.

1 2 3 4A. INFLOW1. Penjualan

a. Jagung Manis 162.000.000 b. Nilam basah 80.824.999 161.649.998

2. Nilai Sisa - - Total Inflow - 162.000.000 80.824.999 161.649.998 B. OUTFLOW1. Biaya Investasi/reinvestasi 184.305.000 2. Biaya Operasional

a. Biaya Tetap1. Sewa Lahan 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 2. Biaya Listrik 300.000 300.000 300.000 300.000 3. Biaya Tenaga Kerja 91.200.000 91.200.000 91.200.000 91.200.000 4. Administrasi dan Umum 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 5. Komunikasi 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 6. Transportasi 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 Total Biaya Tetap 106.500.000 106.500.000 106.500.000 106.500.000 b. Biaya Variabel1. Pupuk Kandang 21.600.000 7.200.000 7.200.000 10.800.000 2. Pupuk Pendukung 480.000 4.320.000 3.360.000 4.320.000 3. Pestisida 630.000 630.000 630.000 630.000 4. Kapur Pertanian 13.500.000 5. Tanaman Pelindung 4.320.000

Total Biaya Variabel 40.530.000 12.150.000 11.190.000 15.750.000 Total Biaya Operasional 147.030.000 118.650.000 117.690.000 122.250.000 Total Outflow 331.335.000 118.650.000 117.690.000 122.250.000 Net Benefit Before Tax -331.335.000 43.350.000 (36.865.001) 39.399.998 Tax (25%) 0 10.837.500 (9.216.250) 9.850.000

Net Benefit After Tax -331.335.000 32.512.500 (27.648.751) 29.549.999 Discount Factor 0,95923 0,92013 0,88262 0,84663PV -317.827.338 29.915.636 (24.403.230) 25.018.036 PV Positif 317.827.338PV Negatif -342.230.569NPV 0

IRR 4,250%Net B/C 1,00

Uraian

Lampiran 8. Analisis Switching Value Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil Bandung Terhadap Penurunan Volume Produksi Nilam Basah Sebesar 23,2431157 Persen.

5 6 7 8 9 10

161.649.998 161.649.998 161.649.998 161.649.998 161.649.998 161.649.998 - - - - - -

161.649.998 161.649.998 161.649.998 161.649.998 161.649.998 161.649.998

1.260.000 1.260.000

9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000

91.200.000 91.200.000 91.200.000 91.200.000 91.200.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000

106.500.000 106.500.000 106.500.000 106.500.000 106.500.000 106.500.000

10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000

630.000 630.000 630.000 630.000 630.000 630.000

15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 122.250.000 122.250.000 122.250.000 122.250.000 122.250.000 122.250.000 123.510.000 122.250.000 122.250.000 122.250.000 123.510.000 122.250.000

38.139.998 39.399.998 39.399.998 39.399.998 38.139.998 39.399.998 9.535.000 9.850.000 9.850.000 9.850.000 9.535.000 9.850.000

28.604.999 29.549.999 29.549.999 29.549.999 28.604.999 29.549.999 0,81212 0,77901 0,74725 0,71679 0,68757 0,65954

23.230.664 23.019.776 22.081.319 21.181.122 19.667.871 19.489.326

Triwulan

Lampiran 8. Analisis Switching Value Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil Bandung Terhadap Penurunan Volume Produksi Nilam Basah Sebesar 23,2431157 Persen.

11 12

161.649.998 161.649.998 - 268.045.831

161.649.998 429.695.829

9.000.000 9.000.000 300.000 300.000

91.200.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 3.000.000

106.500.000 106.500.000

10.800.000 10.800.000 4.320.000 4.320.000

630.000 630.000

15.750.000 15.750.000 122.250.000 122.250.000 122.250.000 122.250.000 39.399.998 307.445.829 9.850.000 76.861.457

29.549.999 230.584.372 0,63265 0,60686

18.694.798 139.932.021

Lampiran 9. Analisis Switching Value Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil Bandung Terhadap Harga Jual Nilam Basah Sebesar 23.2431157 Persen.

1 2 3 4A. INFLOW1. Penjualan

a. Jagung Manis 162.000.000 b. Nilam basah 80.824.999 161.649.998

2. Nilai Sisa - - Total Inflow - 162.000.000 80.824.999 161.649.998 B. OUTFLOW1. Biaya Investasi/reinvestasi 184.305.000 2. Biaya Operasional

a. Biaya Tetap1. Sewa Lahan 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 2. Biaya Listrik 300.000 300.000 300.000 300.000 3. Biaya Tenaga Kerja 91.200.000 91.200.000 91.200.000 91.200.000 4. Administrasi dan Umum 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 5. Komunikasi 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 6. Transportasi 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 Total Biaya Tetap 106.500.000 106.500.000 106.500.000 106.500.000 b. Biaya Variabel1. Pupuk Kandang 21.600.000 7.200.000 7.200.000 10.800.000 2. Pupuk Pendukung 480.000 4.320.000 3.360.000 4.320.000 3. Pestisida 630.000 630.000 630.000 630.000 4. Kapur Pertanian 13.500.000 5. Tanaman Pelindung 4.320.000

Total Biaya Variabel 40.530.000 12.150.000 11.190.000 15.750.000 Total Biaya Operasional 147.030.000 118.650.000 117.690.000 122.250.000 Total Outflow 331.335.000 118.650.000 117.690.000 122.250.000 Net Benefit Before Tax -331.335.000 43.350.000 (36.865.001) 39.399.998 Tax (25%) 0 10.837.500 (9.216.250) 9.850.000

Net Benefit After Tax -331.335.000 32.512.500 (27.648.751) 29.549.999 Discount Factor 0,95923 0,92013 0,88262 0,84663PV -317.827.338 29.915.636 (24.403.230) 25.018.036 PV Positif 317.827.338PV Negatif -342.230.569NPV 0

IRR 4,250%Net B/C 1,00

Uraian

Lampiran 9. Analisis Switching Value Proyek Pengembangan Usaha Budidaya Nilam PT Panafil Essential Oil Bandung Terhadap Harga Jual Nilam Basah Sebesar 23.2431157 Persen.

5 6 7 8 9 10

161.649.998 161.649.998 161.649.998 161.649.998 161.649.998 161.649.998 - - - - - -

161.649.998 161.649.998 161.649.998 161.649.998 161.649.998 161.649.998

1.260.000 1.260.000

9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 9.000.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000

91.200.000 91.200.000 91.200.000 91.200.000 91.200.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000 3.000.000

106.500.000 106.500.000 106.500.000 106.500.000 106.500.000 106.500.000

10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 10.800.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000 4.320.000

630.000 630.000 630.000 630.000 630.000 630.000

15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 15.750.000 122.250.000 122.250.000 122.250.000 122.250.000 122.250.000 122.250.000 123.510.000 122.250.000 122.250.000 122.250.000 123.510.000 122.250.000

38.139.998 39.399.998 39.399.998 39.399.998 38.139.998 39.399.998 9.535.000 9.850.000 9.850.000 9.850.000 9.535.000 9.850.000

28.604.999 29.549.999 29.549.999 29.549.999 28.604.999 29.549.999 0,81212 0,77901 0,74725 0,71679 0,68757 0,65954

23.230.664 23.019.776 22.081.319 21.181.122 19.667.871 19.489.326

Triwulan

11 12

161.649.998 161.649.998 - 268.045.831

161.649.998 429.695.829

9.000.000 9.000.000 300.000 300.000

91.200.000 91.200.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 3.000.000 3.000.000

106.500.000 106.500.000

10.800.000 10.800.000 4.320.000 4.320.000

630.000 630.000

15.750.000 15.750.000 122.250.000 122.250.000 122.250.000 122.250.000 39.399.998 307.445.829 9.850.000 76.861.457

29.549.999 230.584.372 0,63265 0,60686

18.694.798 139.932.021