BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 ...Menurut Rahardja (2004) suatu perekonomian...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1 ...Menurut Rahardja (2004) suatu perekonomian...
6 Universitas Muhammadiyah Riau
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang sangat
pentingdalam melakukan analisis pembangunan ekonomi pada suatu negara.
Pertumbuhanekonomi dapat didefinisikan sebagai perkembangan kegiatan dalam
perekonomianyang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam
masyarakatbertambah. Menurut Rahardja (2004) suatu perekonomian
dikatakanmengalami pertumbuhan ekonomi jika jumlah produksi barang dan
jasanyameningkat.
Pertumbuhan ekonomi secara singkatmerupakan kenaikan output perkapita
dalam jangka panjang, pengertian inimenekankan pada tiga hal yaitu, proses, output
perkapita, dan jangka panjang.Proses menggambarkan perkembangan perekonomian
dari waktu ke waktu yanglebih bersifat dinamis, output perkapita mengaitkan aspek
output total (GDP) danaspek jumlah penduduk, sedangkan jangka panjang
menunjukkan kecenderunganperubahan perekonomian dalam jangka tertentu yang
didorong oleh proses internpeekonomian (self generating). Anggraeni (2012)
Menurut Nanga dalam wahyuni (2013) memberikan pengertianpertumbuhan
ekonomi sebagai peningkatan dalam kemampuan memproduksibarang-barang dan
jasa-jasa. Dengan kata lain pertumbuhan ekonomi lebihmenunjuk pada perubahan
yang bersifat kuantitatif dan biasanya diukur denganmenggunakan data Gross
National Product (GNP).
Gross National Product adalah total nilai pasar dari barang-barang akhir dan
jasa-jasa yang dihasilkan dalam suatu perekonomian selama kurun waktu tertentu
biasanya satu tahun (Wahyuni,2013).
……2.1
Keterangan:
Tahunt = Tahun yang dihitung pertumbuhannya
GNPt = Gross National Proudct tahun t
GNPt-1 = Gross National Product tahun sebelumnya
7
Universitas Muhammadiyah Riau
Perumbuhan ekonomi lebih menunjuk kepada perubahan yang bersifat
kuantitatif dan biasanya diukur menggunakan data Produk Domestik Bruto (PDB)
atau nilai akhir pasar dari barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan dari suatu
perekonomian selama kurun waktu tertentu.
Menurut Gustiana (2014) Penyajian angka-angka dalam PDRB dibedakan
menjadi dua, yaitu PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga
konstan. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah dari barang
dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga yang berlaku pada tahun berjalan
setiap tahun, sedangkan PDRB atas harga konstan menunjukkan nilai tambah barang
dan jasa yang dihitung dengan memakai harga yang berlaku pada satu tahun tertentu
sebagai tahun dasar. PDRB atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat
pergeseran dan struktur ekonomi, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan
digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun.
Proses pertumbuhan dipengaruhi oleh dua macam faktor, faktor ekonomi dan
faktor non ekonomi. Pertumbuhan ekonomi suatu negara tergantung tergantung pada
faktor ekonominya seperti sumber adaya alam, sumber daya manusia, modal usaha
teknologi dan sebagainya. Tetapi pertumbuhan ekonomi tidak mungkin terjadi
selama lembaga sosial, kondisi politik, dan nilai-nilai moral dalam suatu bangsa tidak
menunjang. (Jhingan, 2013)
2.1.2. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Penerimaan Pendapatan Asli Daerah merupakan akumulasi dari Pos
Penerimaan Pajak yang berisi Pajak Daerah dan Pos Retribusi Daerah, Pos
Penerimaan Non Pajak yang berisi hasil perusahaan milik daerah, Pos Penerimaan
Investasi serta Pengelolaan Sumber Daya Alam (Bastian, 2002).
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua penerimaan daerah yang
berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Identifikasi sumber Pendapatan Asli
Daerah adalah meneliti, menentukan dan menetapkan mana sesungguhnya yang
menjadi sumber Pendapatan Asli Daerah dengan cara meneliti dan mengusahakan
serta mengelola sumber pendapatan tersebut dengan benar sehingga memberikan
hasil yang maksimal (Elita dalam Pratiwi, 2007).
8
Universitas Muhammadiyah Riau
Menurut Halim (2013) Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan semua
penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Pendapatan Asli
Daerah dipisahkan menjadi 4 jenis pendapatan, yaitu sebagai berikut:
a. Pajak Daerah
Menurut UU No 28 tahun 2009 Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan
oleh orang atau badan kepala tanpa imbalan langsung yang seimbang yang dapat
dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Retribusi Daerah
Menurut UU Nomor 34 Tahun 2000, Retribusi Daerah adalah pungutan daerah
sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus
disediakan ataudiberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang
pribadi atau badan.
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan
Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004, Pendapatan Asli Daerah yang sah,
disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam
jenis pajak dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan.
d. Lain-lain pendapatan daerah yang sah
Menurut UU No 33 tahun 2004 menjelaskan tentang Pendapatan asli Daerah
yang sah, disediakan untuk menganggarkan penerimaan daerah yang tidak
termasuk dalam jenis pajak daerah, dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan
Menurut Nurcholis (2007) pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang
diperoleh daerah dari penerimaan pajak daerah, retribusi daerah, laba perusahaan
daerah dan lain-lain yang sah. Pendapatan Daerah adalah semua hak daerah yang
diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tertentu (UU No. 32
Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah), pendapatan daerah berasal dari dana
perimbangan pusat dan daerah juga berasal dari daerah itu sendiri yakni pendapatan
asli daerah serta lain-lain pendapatan yang sah.
2.1.3. Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran pemerintah merupakan alokasi anggaran yang disusun dalam
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) setiap tahunnya ke berbagai
sektor atau bidang dengan tujuan untuk mensejahterakan rakyat melalui bermacam –
9
Universitas Muhammadiyah Riau
macam program. Pengeluaran pemerintah merupakan komponen paling kecil
dibandingkan pengeluaran yang lain, namun efek yang dihasilkan cukup besar, baik
sebagai fungsi alokasi, distribusi, maupun stabilitas pengeluaran pemerintah yang
bersifat otonom, karena dalam menentukan anggaran pemerintah lebih pada pajak
yang dihasilkan akan diterima, pertimbangan politik, dan permasalahan yang
dihadapi (Samuelson dan Nordhaus, 2001).
Pengeluaranpemerintah mempunyai dasar teori yang dapat dilihat dari
identitaskeseimbangan pendapatan nasional yaitu Y = C + I + G + (X-M) yang
merupakansumber legitimasi pandangan kaum Keynesian akan relevansi campur
tanganpemerintah dalam perekonomian. Dari persamaan tersebut dapat ditelaah
bahwakenaikan atau penurunan pengeluaran pemerintah akan menaikan
ataumenurunkan pendapatan nasional.Banyak pertimbangan yang mendasari
pengambilan keputusan pemerintah dalammengatur pengeluarannya. Pemerintah
tidak cukuphanya meraih tujuan akhir darisetiap kebijaksanaan pengeluarannya,
tetapi juga harus memperhitungkan sasaranantara yang akan menikmati
kebijaksanaan tersebut. Memperbesar pengeluarandengan tujuan semata-mata untuk
meningkatkan pendapatan nasional ataumemperluas kesempatan kerja adalah tidak
memadai, melainkan harusdiperhitungkan siapa yang akan trpekerjakan atau
meningkat pendapatannya.Pemerintah pun perlu menghindari agar peningkatan
perannya dalamperekonomian tidak melemahkan kegiatan pihak swasta (Dumairy,
2007).
2.1.3.1.Teori Pengeluaran Pemerintah
Pengeluaran pemerintah mencerminkan kebijakan pemerintah. Apabila
pemerintah telah menetapkan suatu kebijakan untuk membeli barang dan jasa,
pengeluaran pemerintah mencerminkan biaya yang harus dikeluarkan oleh
pemerintah untuk melaksanakan kebijakan tersebut (Mangkoesoebroto, 1993).
Hubungan antara pengeluaran pemerintah dan pertumbuhan ekonomi secara teori
diterangkan dalam Keynesian Cross (Mankiw, 2003).
10
Universitas Muhammadiyah Riau
Gambar 2.1
Pengeluaran Pemerintahan Pada Keynesian Cross
Pada gambar 2.1 dapat dilihat peningkatan pengeluaran pemerintah
berdampak pada kenaikan pertumbuhan ekonomi yang diukur melalui pendapatan
dan tingkat output. Peningkatan besarnya pengeluaran pemerintah berhasil merubah
keseimbangan dari titik A ke titik B, yang berarti peningkatan pertumbuhan (Y).
Bailey (1995) membagi teori mengenai perkembangan pengeluaran
pemerintah menjadi dua, yaitu teori makro dan teori mikro. Model makro dapat
menjelaskan perhitungan jangka panjang pertumbuhan pengeluaran pemerintah,
sedangkan model mikro menjelaskan perubahan secara particular komponen-
komponen pengeluaran pemerintah. Teori makro mengenai perkembangan
pengeluaran pemerintah dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu
(Mangkoesoebroto, 1993):
1. Model pembangunan tentang perkembangan pengeluaran pemerintah.
2. Hukum Wagner mengenai perkembangan aktivitas pemerintah.
3. Teori Peacock & Wiseman.
1. Model pembangunan tentang perkembangan pengeluaran pemerintah
(Teori Rostow dan Musgrave)
Model ini dikembangkan oleh Rostow dan Musgrave yang menghubungkan
perkembangan pengeluaran pemerintah dengan tahap-tahap pembangunan ekonomi
yang dibedakan antara tahap awal, tahap menengah, dan tahap lanjut. Pada tahap
awal perkembangan ekonomi, prosentase investasi pemerintah terhadap total
11
Universitas Muhammadiyah Riau
investasi besar, sebab pada tahap ini pemerintah harus menyediakan prasarana,
seperti pendidikan, kesehatan, prasarana transportasi, dan sebagainya.
Pada tahap menengah pembangunan ekonomi, investasi pemerintah tetap
diperlukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar dapat tinggal landas,
namun pada tahap ini peranan investasi swasta sudah semakin membesar. Pada
tingkat ekonomi yang lebih lanjut, Rostow mengatakan dalam Mangkoesoebroto
(1993), bahwa pembangunan ekonomi aktivitas pemerintah beralih dari penyediaan
prasarana ke pengeluaran-pengeluaran untuk aktivitas sosial seperti halnya program
kesejahteraan hari tua, program pelayanan kesehatan masyarakat, dan sebagainya.
Teori Rostow dan Musgrave adalah pandangan yang timbul dari pengamatan
atas pengalaman pembangunan ekonomi yang dialami banyak negara tetapi tidak
disadari oleh suatu teori tertentu. Selain tidak jelas apakah tahap pertumbuhan
ekonomi terjadi dalam tahap demi tahap atau beberapa tahap dapat terjadi secara
simultan. (Mangkoesoebroto, 1993)
2. Teori Adolf Wagner (Hukum Wagner)
Teori Wagner tentang perkembangan pengeluaran pemerintah disebut sebagai
Wagner law of increased government activity. Teori ini mengemukakan
perkembangan pengeluaran pemerintah yang semakin besar dalam prosentase
terhadap GNP, dimana teori ini didasarkan pada pengamatan di negara-negara Eropa,
US, dan Jepang pada abad ke-19 (Mangkoesoebroto, 1993). Wagner mengemukakan
pendapatnya dalam bentuk suatu hukum Wagner, sebagai berikut Dalam suatu
perekonomian, apabila pendapatan perkapita meningkat, secara relatif pengeluaran
pemerintah pun akan meningkat.
Hukum Wagner dapat diformulasikan sebagai berikut :
…………2.2
Dimana :
: Pengeluaran pemerintah per kapita
: Pendapatan per kapita, yaitu GDP/jumlah penduduk
1, 2, ... n : jangka waktu (tahun)
12
Universitas Muhammadiyah Riau
Gambar 2.2 Pertumbuhan Pengeluaran Pemerintah menurut Wagner
Sumber: Mangkoesoebroto, 1993
Teori Wagner mendasarkan pandangannya pada suatu teoriyang disebut
organic theory of state yaitu teori organis yang menganggap pemerintah sebagai
individu yang bebas bertindak terlepas dengan masyarakat lain. Kurva diatas
menunjukkan secara relatif peranan pemerintah semakin meningkat.
3. Teori Peacock dan Wiseman
Peacock dan Wiseman adalah dua orang yang mengemukakan teori mengenai
perkembangan pengeluaran pemerintah yang terbaik. Peacock dan Wiseman
mengemukakan pendapat lain dalam menerangkan perilaku perkembangan
pemerintah. Mereka mendasarkannya pada suatu analisis penerimaan pengeluaran
pemerintah. Pemerintah selalu berusaha memperbesar pengeluarannya dengan
mengandalkan memperbesar penerimaan dari pajak. Padahal masyarakat tidak
menyukai pembayaran pajak yang besar. (Mangkoesoebroto, 1994)
Peacock dan Wiseman mendasarkan teori mereka pada suatu teori bahwa
masyarakat mempunyai suatu tingkat toleransi pajak, yaitu suatu tingkat dimana
masyarakat dapat memahami besarnya pungutan pajak yang dibutuhkan oleh pe
merintah untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Jadi masyarakat menyadari
bahwa pemerintah membutuhkan dana untuk membiayai aktivitas pemerintah
sehingga mereka mempunyai tingkat kesediaan masyarakat untuk membayar pajak.
Tingkat toleransi inimerupakan kendala bagi pemerintah untuk menaikkan
pemungutan pajak secara semena-mena. Menurut Peacock dan Wiseman adalah
pertumbuhan ekonomi menyebabkan pemungutan pajak semakin meningkat
13
Universitas Muhammadiyah Riau
walaupun tarif pajak tidak berubah dan meningkatnya penerimaan pajak
menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat. (Basri, 2005)
Teori Peacock dan Wiseman adalah sebagai berikut (Mangkoesoebroto, 1993):
“Perkembangan ekonomi menyebabkan pemungutan pajak yang semakin
meningkat walaupun tarif pajak tidak berubah; dan meningkatnya penerimaan
pajak menyebabkan pengeluaran pemerintah juga semakin meningkat, oleh
karena itu dalam keadaan normal, meningkatnya GNP menyebabkan
penerimaan pemerintah yang semakin besar, begitu juga dengan pengeluaran
pemerintah menjadi semakin besar.”
Berbeda dengan pandangan Wagner, perkembangan pengeluaran pemerintah
versi Peacock dan Wiseman tidaklah berbentuk suatu garis, seperti kurva di bawah,
tetapi berbentuk seperti tangga.
Gambar 2.3Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Berdasarkan Pendapat
RostowMugrave dan Peacock Wiseman
Pengeluaran pemerintah menurut teori Wagner, Sollow, dan Musgrave
digambarkan dalam bentuk kurva yang eksponensial, sedangkan teori Peacock dan
Wiseman mengatakan bahwa pengeluaran pemerintah jika digambarkan dalam kurva
seperti bentuk tangga. Hal ini dikarenakan adanya kendala toleransi pajak. Ketika
masyarakat tidak ingin membayar pajak yang tinggi yang ditetapkan pemerintah,
maka pemerintah tidak bisa meningkatkan pengeluarannya, walaupunpemerintah
ingin senantiasa menaikkan pengeluarannya
2.1.4. Pengeluaran Pemerintah Daerah atas Belanja Modal
Menurut Halim (2007), belanjamodal merupakan belanja yangmanfaatnya
melebihi satu tahun anggarandan akan menambah aset atau kekayaandaerah serta
14
Universitas Muhammadiyah Riau
akan menambah belanja yangbersifat rutin seperti biaya pemeliharaan.Belanja modal
memiliki karakteristikspesifik dan menunjukkan adanyaberbagai pertimbangan
dalampengalokasiannya. Salah satu pengeluaran pemerintah adalah belanja modal
yang memiliki pengertian pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan aset
lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Belanja modal
termasuk: belanja tanah,belanja peralatan dan mesin, belanja modal gedung dan
bangunan, belanja modal jalan, irigasi, dan jaringan, belanja aset tetap lainnya, dan
belanja aset lainnya.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, belanja modal
merupakan belanja Pemerintah Daerah yang manfaatnya melebihi satu tahun
anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan
menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan pada kelompok
belanja administrasi umum. Belanja modal digunakan untuk memperoleh aset tetap
pemerintah seperti peralatan, infrastruktur, dan harta tetap lainnya.
Menurut Darise (2008) belanja modal digunakan untuk pengeluaran yang
dilakukan dalam rangka pembelian/pengadaan atau pembangunan aset berwujud
yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan utuk digunakan dalam
kegiatan pemerintahan, seperti dalam bentuk tanah, peralatan dan mesin, gedung dan
bangunan, jalan irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainya. Nilai
pembelian/pengadaan atau pembangunan aset tetap terwujud yang dianggarkan
dalam belanja modal hanya sebesar harga beli bangunan/aset.
2.1.5. Pengeluaran Pemerintah Daerah atas Belanja Bantuan Keuangan
Bantuan Keuangan merupakan Belanja Tidak Langsung yang dialokasikan
oleh Pemerintah Provinsi kepada Kabupaten/Kota maupun Pemerintahan Desa di
wilayahnya yang bertujuan untuk mengurangi kesenjangan antara Kabupaten/Kota
yang ada di wilayahnya, sebagai wujud dalam proses mendukung desentralisasi
fiskal yang sedang terjadi (Jaeni dan Greg. Anggana L, 2016).
Pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten dapat
memberikan bantuan keuangan yang bersumber dari anggaran pendapatan dan
belanja daerah provinsi dan anggaran pendapatan dan belanja daerah. bantuan
keuangan dapat bersifat umum dan bersifat khusus, dengan mempertimbangkan
prioritas pembangunan dan kemampuan keuangan Provinsi (johan dan Lilik, 2018).
15
Universitas Muhammadiyah Riau
Berdasarkan Peraturan Gubernur Riau Nomor 18 tahun 2017, bantuan
Keuangan adalah belanja yang digunakan untuk menganggarkan bantuan keuangan
dari Provinsi kepada Kabupaten/Kota dalam rangka pemerataan dan/atau
peningkatan kemampuan keuangan.Pemerintah daerah dapat memberikan bantuan
keuangan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota yang bertujuan untuk mengatasi
kesenjangan fiskal dan atau membantu capaian kinerja program prioritas Pemerintah
Kabupaten/Kota.
Menurut Badan Pusat Statistik Provinsi Riau (Statistik Keuangan
Pemerintah Daerah se-Provinsi Riau, 2015-2016) belanja bantuan keuangan adalah
pemberian bantuan yang bersifat umum atau khusus dari pemerintah provinsi kepada
pemerintah kabupaten/kota, kepada pemerintah desa,atau pemerintah daerah lainnya
dalam rangka pemerataan dan atau peningkatan kemampuan keuangan. Bantuan
keuangan yang bersifat umum, peruntukan dan penggunaanya diserahkan
sepenuhnya kepada pemerintah daerah/pemerintah desa penerima bantuan. Bantuan
keuangan yang bersifat khusus peruntukan dan pengelolaannya diarahkan/ditetapkan
oleh pemerintah daerah pemberi bantuan. Bantuan keuangan ini terdiri dari :
1. Bantuan keuangan kepada pemerintah provinsi
2. Bantuan keuangan kepada pemerintah kabupaten/kota
3. Bantuan keuangan kepada pemerintah desa
4. Bantuan keuangan kepada pemerintah daerah/pemerintah desa lainnya
2.2. Penelitian Terdahulu
Untuk memberikan gambaran dan kerangka pemikiran dalam penelitian,
maka perlu membahas hasil penelitian terdahulu sebagai acuan dalam
membandingkan penelitian ini dengan penelitian terdahulu sehingga akan
menghasilkan analisa yang sesuai dengan teori dan penelitian terdahulu. Adapun
penelitian terdahulu dijelaskan dibawah ini :
16
Universitas Muhammadiyah Riau
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti
Judul
Penelitian
Metode
Analisis Kesimpulan
1 Febrian Dwi
Prakarsa
jurnal ilmiah,
Volume 2,
Nomor 2. Juli
2014
Analisis
pengaruh
pendapatan asli
daerah dan
pengeluaran
pemerintah
daerah terhadap
pertumbuhan
ekonomi
(Studi Kasus Di
Kabupaten Kota
Jawa Timur
Regresi
Data
Panel
Dari hasil analsisis data panel
Random Effect Model
diperoleh bahwa PAD
berpengaruh secara kurang
signifikan dan berpengaruh
negatif, sementara Belanja
barang dan jasa berpengaruh
secara positif dan signifikan,
lalu belanja modal
berpengaruh secara signifikan
dan negatif terhadap
pertumbuhan ekonomi.
2 Jamzani
Sodik jurnal
ekonomi
pembangunan
Vol. 12 . No.
1, April 2007
engeluaran
Pemerintah dan
Pertumbuhan
Ekonomi
Regional : Studi
Kasus Data
Panel di
Indonesia
Analisis
Regresi
Data
Panel
Berdasarkan Hasil penelitian
bahwa semua variabel
memiliki pengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi
regional kecuali untuk variabel
investasi swasta yang tidak
memiliki pengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi.
3 Ranti
Darwin, Wan
Laura
Hardilawati
(2018)
jurnal
akuntansi dan
ekonomika
vol. 8 No.2,
Desember
2018
Analisis
Pertumbuhan
Ekonomi dan
Pengeluaran
Pemerintah
Terhadap
Pegerakan
Investasi
Provinsi Riau
Regresi
Linier
Berganda
Hasil penelitian menunjukan
(1) Pertumbuhan ekonomi
memiliki pengaruh yang
signifikan dan negatif terhadap
investasi Provinsi Riau. (2)
Selanjutnya pengeluaran
pemerintah tidak memiliki
pengaruh yang signifikan dan
ngatif terhadap investasi di
Provinsi Riau. (3) Secara
berasama sama pertumbuhan
ekonomi dan pengeluaran
pemerintah memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap
investasi di Provinsi Riau.
17
Universitas Muhammadiyah Riau
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu (Lanjutan)
No Nama Peneliti Judul
Penelitian
Metode
Analisis Kesimpulan
4 Latifa Insaf
Maulida, Idah
Zuhroh (2017)
Jurnal Ilmu
Ekonomi Vol 1
Jilid 3/Tahun
2017 Hal. 365
– 373
Pengaruh
pengeluaran
pemerintah
terhadap produk
domestik
regional bruto
pada koridor
utara selatan di
provinsi jawa
timur
Regresi
Data
Panel
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa
pengeluaran pemerintah
menurut belanja operasional
dan belanja modal
berpengaruh positif terhadap
Produk Domestik Regional
Bruto
5 Wardhiah
(2018) jurnal
visioner &
strategis Vol.
7, No. 1, Maret
2018
Pengaruh
Pendapatan Asli
Daerah dan
Belanja
Modal terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi di
Provinsi Aceh
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
Berdasarkan hasil penelitian
diperoleh bahwa
1. Pendapatan Asli Daerah
(PAD) berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
pertumbuhan ekonomi
(PDRB)
2.belanja modal tidak
berpengaruh terhadap
pertumbuhan ekonomi. 6 Yuliana (2014)
Jurnal
Akuntansi &
Keuangan
Vol.5, No. 1,
Maret 2014
Hal 33 - 48
Pengaruh
Pendapatan Asli
Daerah dan
Belanja Modal
Terhadap
Pertumbuhan
Ekonomi (Studi
Kasus
Kabupaten/Kota
di Pulau
Sumatera)
Analisis
Regresi
Linier
Berganda
Berdasarkan hasil penelitian,
disimpulkan bahwa 1)
Pendapatan berpengaruh
positif terhadap
Pertumbuhan Ekonomi 2)
Pengeluaran Belanja Modal
berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan ekonomi.
Sumber : Febrian Dwi Prakarsa (2014), Jamzani Sodik (2007), Ranti Darwin, Wan Laura
Hardilawati (2018), Latifa Insaf Maulida1 dan Idah Zuhroh (2017), Wardhiah
(2018)Yuliana (2014), dan Yuliana(2014)
18
Universitas Muhammadiyah Riau
2.3. Kerangka Pemikiran
Kerangka konseptual atau kerangka pemikiran merupakan konsep untuk
menjelaskan serta menunjukkan keterkaitan antara Variabel yang akan di teliti,
berdasarkan permasalahan maupun antar variable yang di teliti. Berdasarkan teori
yang telah diuraikan pada bab sebelumnya yaitu latar belakang dan tinjauan pustaka,
maka dapat di buat kerangka konseptual untuk memudahkan alur dalam penelitian
mengenai masalah pertumbuhan ekonomi di kabupaten/kota Provinsi Riau.
Pertumbuhan ekonomi diukur dengan menggunakan PDRB Atas Dasar
Harga Konstan. Menurut Rori et al (2016) yang menyatakan Pertumbuhan PAD
secara berkelanjutan akan menyebabkan peningkatan Pertumbuhan Ekonomi
daerah.Pendapatan asli daerah sendiri memang sudah mengarah kepada tujuannya
sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi. Harianto dan Adi (2007) menyatakan
dimana PAD merupakan salah satu sumber pembelanjaan daerah, jika PAD
meningkat maka dana yang dimiliki oleh pemerintah daerah akan lebih tinggi dan
tingkat kemandirian daerah akan meningkat pula, sehingga pemerintah daerah akan
berinisiatif untuk lebih menggali potensi – potensi daerah dan meningkatkan
pertumbuhan ekonomi. Kenaikan PAD juga dapat mengoptimalkan dan
meningkatkan aktivitas sektorsektor yang terkait dengan pertumbuhan ekonomi,
seperti sektor industri dan perdagangan, sektor jasa, dan sektor-sektor lainnya.
Pertumbuhan ekonomi daerah akan merangsang meningkatnya pendapatan
penduduk di daerah yang bersangkutan, seiring dengan meningkatnya pendapatan
penduduk akan berdampak pada meningkatnya pandapatan per kapita, jika
pemerintah daerah menetapkan anggaran belanja pembangunan lebih besar dari
pengeluaran rutin, maka kebijakan ekspansianggaran daerah ini akan mendongkrak
per tumbuhan ekonomi daerah (Saragih, 2003).
Penelitian Adi (2006) membuktikan bahwa belanja modal mempunyai
pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Alokasi belanja modal untuk
pengembangan infrastruktur penunjang perekonomian, akan mendorong tingkat
produktifitas penduduk. Pada akhirnya hal ini dapat meningkatkan pendapatan
masyarakat secara umum yang tercermin dalam pendapatan per kapita.
Berdasarkan masalah pertumbuhan ekonomi yang terjadi maka peneliti
mencoba menganalisa permasalahan yang terjadi dengan menggunakan variable-
19
Universitas Muhammadiyah Riau
variabel bebas seperti pendapatan asli daerah, pengeluaran pemerintah atas dasar
belanja modal dan pengeluaran pemerintah atas dasar belanja bantuan keuangan
terhadaap pertumbuhan ekonomi di provinsi Riau.Untuk melihat hubungan
keseluruhan antar variabel dapat dilihat dari kerangka pemikiran dibawah ini :
Gambar 2.4. Kerangka Pemikiran
2.4. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran dan perumusan masalah serta tujuan dari
penelitian ini, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. Diduga terdapat pengaruh signifikan pendapatan asli daerah (PAD) terhadap
pertumbuhan ekonomi.
2. Diduga terdapat pengaruh signifikan Pengeluaran pemerintah daerah atas
belanja modal terhadap pertumbuhan ekonomi.
3. Diduga terdapat pengaruh signifikan Pengeluaran pemerintah daerah atas
belanja bantuan keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi.
4. Diduga terdapat pengaruh signifikan PendapatanAsli Daerah, Pengeluaran
Pemerintah atas Belanja modal, Pengeluaran pemerintah daerah atas belanja
bantuan keuangan terhadap pertumbuhan ekonomi.
Pendapatan Asli Daerah
(PAD) (X1)
Pertumbuhan
Ekonomi (Y)
Pengeluaran Pemerintah
(Bantuan Keuangan)
(X3)
Pengeluaran Pemerintah
(Belanja Modal) (X2)