Pengaruh Kebijakan Fiskal Dan Kebijakan Moneter Dalam Perekonomian Indonesia Dalam Analisa Jangka...

download Pengaruh Kebijakan Fiskal Dan Kebijakan Moneter Dalam Perekonomian Indonesia Dalam Analisa Jangka Pendek Dan Jangka Menengah Dari Tahun 2004 Hingga Tahun 2011

of 17

description

Pengaruh Kebijakan Fiskal Dan Kebijakan Moneter Dalam Perekonomian Indonesia Dalam Analisa Jangka Pendek Dan Jangka Menengah Dari Tahun 2004 Hingga Tahun 2011

Transcript of Pengaruh Kebijakan Fiskal Dan Kebijakan Moneter Dalam Perekonomian Indonesia Dalam Analisa Jangka...

UNIVERSITAS INDONESIA

PENGARUH KEBIJAKAN FISKAL DAN KEBIJAKAN MONETER DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA DALAM ANALISA JANGKA PENDEK DAN JANGKA MENENGAH DARI TAHUN 2004 HINGGA TAHUN 2011

TUGAS INDIVIDUAL EKONOMI MAKRO

GARY LINGGAR1206297296

FAKULTAS EKONOMIMAGISTER AKUNTANSI PPAk.SALEMBA

APRIL 20131

STATEMENT OF AUTHORSHIP

Saya/kami yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas terlampir adalah murni hasil pekerjaan saya/kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang lain yang saya/kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk makalah/tugas pada mata ajaran lain kecuali saya/kami menyatakan dengan jelas bahwa saya/kami menyatakan menggunakannya.Saya/kami memahami bahwa tugas yang saya/kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.

Nama: Gary Linggar NPM: 1206297296Tanda tangan:

Mata Ajaran: Ekonomi MakroJudul Makalah/Tugas:Pengaruh Kebijakan Fiskal Dan Kebijakan Moneter Dalam Perekonomian Indonesia Dalam Analisa Jangka Pendek Dan Jangka Menengah Dari Tahun 2004 Hingga Tahun 2011Tanggal: 1 April 2013Dosen: Prof. Susijati B. Hirawan S.E., M.Sc., Ph.DABSTRAK

Nama: Gary LinggarNPM:1206297296Program Studi: Magister AkuntansiJudul: Pengaruh Kebijakan Fiskal Dan Kebijakan Moneter Dalam Perekonomian Indonesia Dalam Analisa Jangka Pendek Dan Jangka Menengah Dari Tahun 2004 Hingga Tahun 2011

Makalah ini membahas mengenai peran kebijakan fiskal dan kebijakan moneter di perekonomian Indonesia. Dilihat dari kebijakan, terlihat secara nyata bahwa pada tahun 2005 hingga tahun 2009, Bank Indonesia menjalankan kebijakan moneter ekspansif, dengan menurunkan interest rate dari 12.75% menjadi 6.5%. Kebijakan moneter ekspansif tersebut akan menggeser kurva IS-LM dan kurva AD-AS, baik jangka pendek maupun jangka menengah. Dengan pergeseran kurva tersebut, mahasiswa mencoba untuk memperhatikan perubahan-perubahan dalam output level, price level dan interest rate di kurva-kurva tersebut di jangka pendek dan menengah. Selain itu, mahasiswa juga mencoba untuk menganalisis lebih lanjut dengan menggunakan Phillips Curve dan Okuns Law.

BAB IPENDAHULUAN

Menurut Blanchard, kebijakan fiskal dan kebijakan moneter dapat berpengaruh terhadap keadaan perekonomian, mulai dari interest rate, output, unemployment rate hingga inflasi. Dalam makalah ini, mahasiswa mencoba untuk membuktikan pengaruh-pengaruh kebijakan tersebut terhadap keadaan perekonomian Indonesia yang sebenarnya pada tahun 2004 hingga 2011. Pembahasan akan dimulai dengan kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah Indonesia dan Bank Indonesia.Secara umum, indikator perekonomian dapat dilihat pada pergerakan di kurva IS-LM, kurva AS-AD, Phillips Curve dan Okuns Law. Oleh karena itu, setelah membahas kebijakan-kebijakan yang diambil, mahasiswa akan mencoba untuk mempresentasikan hasil akhir dari indikator-indikator tersebut, dan kemudian akan menghubungkan antara kebijakan fiskal dan kebijakan moneter dengan hasil akhir dari indikator tersebut.

BAB IIKEBIJAKAN FISKAL DAN KEBIJAKAN MONETER DI INDONESIADalam mengelola perekonomian Indonesia, Pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Bank Indonesia. Pemerintah Indonesia mempunyai peran di kebijakan fiskal melalui Government Spending dan Tax, dan Bank Indonesia mempunyai peran di kebijakan moneter melalui pengelolaan money supply. Kerja sama tersebut bertujuan untuk mencapai tujuan akhir dengan pasti.Pada sosialisasi Inflation Targeting Framework (ITF), BI menjelaskan tujuan dan peran pada masing-masing kebijakan-kebijakan dan tujuan akhirnya. Tujuan kebijakan moneter adalah mencapai stabilitas nilai uang dan menjaga likuiditas perekonomian. Sedangkan tujuan kebijakan fiskal adalah mencapai perkembangan GDP stabil, unemployment turun, penghasilan yang terdistribusikan. Peran-peran tersebut mempunyai tujuan akhir, yaitu kesejahteraan masyarakat.2.1Kebijakan MoneterBerdasarkan UU No.3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia, BI memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Pada website BI, dikatakan bahwa BI mengatur kebijakan moneter dengan menjaga stabilitas nilai tukar, sehingga tercapai stabilitas harga dan sistem keuangan. Selain itu, BI juga melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter, seperti uang beredar dan suku bunga, untuk menjaga sasaran laju inflasi.Pada sosialisasi ITF, untuk mencapai tujuan akhir yang dijelaskan di atas, BI menggunakan sasaran inflasi dengan mengatur BI rate, kebijakan perbankan, stabilitas nilai tukar uang dan kebijakan moneter lainnya.

Gambar 2.1Inflation TargetingSumber: Sosialisasi Inflation Targeting Framework (2005)

Dalam pembahasan ini, lebih diutamakan kebijakan moneter BI yang menjaga uang beredar yang dicapai dengan pengaturan BI rate, karena sesuai dengan pembahasan di buku Blanchard. BI dapat menjaga uang beredar dengan melakukan pengendalian terhadap suku bunga BI Rate. Sedangkan kebijakan-kebijakan moneter lainnya tidak dibahas, untuk mempersempit pembahasan dan agar pembahasan lebih terfokus. Oleh karena itu, akan terdapat sejumlah error yang timbul sebagai akibat defisiensinya kebijakan moneter lainnya. PeriodeBI Rate

July 2005 Desember 20058.5% - 12.75%

Desember 2005 April 200612.75%

April 2006 Januari 200812.75% - 8.0%

Januari 2008 Oktober 20088.0% - 9.5%

Oktober 2008 September 20099.5% - 6.5%

Oktober 2009 Desember 20116.25%

Tabel 2.1 BI Rate Indonesia Secara Umum Tahun 2005 2011Sumber: http://www.bi.go.id/Dengan menaikkan BI rate, BI berharap bahwa money supply yang beredar akan berkurang. Sedangkan, dengan menurunkan BI rate, BI berharap bahwa money supply yang beredar akan bertambah. Secara umum, terlihat bahwa BI mencoba untuk menurunkan BI rate dari 12.75% menjadi 6.5% yang mengindikasikan bahwa BI mengaplikasikan kebijakan moneter ekspansif. Pada sub bab selanjutnya, akan dibahas dampak dari perubahan BI rate ini.

2.2Kebijakan FiskalKebijakan Fiskal dilakukan oleh Pemerintah Indonesia. Kebijakan fiskal yang dilakukan Indonesia adalah penentuan Government Spending dan pajak di APBN. Berikut adalah kebijakan fiskal yang diambil oleh Pemerintah Indonesia:

Tabel 2.2 Kebijakan Fiskal Pemerintah Indonesia (Billion IDR)Sumber: Data Pokok APBN 2005-2011Dari data pokok APBN tersebut, mahasiswa mencoba untuk melihat prosentasi belanja negara dan pendapatan negara didasarkan pada GDP. Dari data tersebut, terlihat bahwa Pemerintah Indonesia ingin menjaga defisit anggaran pada sekitar -1%. Defisit anggaran sangat bergantung pada pembelanjaan negara yang dapat dikendalikan oleh Pemerintah Indonesia, dan pendapatan negara yang tidak diatur secara langsung. Pendapatan negara diatur secara tidak langsung melalui penetapan peraturan pajak. Namun, peraturan pajak selama tahun 2005-2011 hanya mengalami satu kali perubahan. Perubahan terjadi pada tahun 2010 dimana pajak terhadap perusahaan diturunkan dari 28% menjadi 25%. Perubahan peraturan pajak pada tahun 2010 tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap pendapatan negara, dimana pendapatan negara stabil di sekitar angka 15% dari GDP.

Tabel 2.3 Kebijakan Fiskal Pemerintah Indonesia (% GDP)Sumber: Data Pokok APBN 2005-2011

Gambar 2.2Belanja dan Pendapatan Negara (% GDP)Sumber: Dioleh sendiri oleh Penulis

BAB IIIINDIKATOR-INDIKATOR PEREKONOMIAN INDONESIADalam bab ini, akan dibahas mengenai hasil dari indikator-indikator, yang terdiri dari kurva IS-LM, kurva AS-AD, Phillips Curve dan Okuns Law.3.1Kurva IS-LMSecara umum, Pemerintah Indonesia tidak menjalankan kebijakan fiskal yang radikal, sehingga seharusnya tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kurva IS-LM pada jangka panjang. Defisit anggaran dari tahun 2005 hingga tahun 2011 tetap terjaga disekitar angka 0% hingga 2%. Namun, terlihat bahwa BI rate yang diatur oleh BI mengalami fluktuasi yang cukup radikal. Terlihat pada tabel di bawah ini, pergerakan BI rate dan akibatnya terhadap LM. Dapat dilihat bahwa BI mencoba untuk menurunkan BI rate dari 12.75% ke 6.5% dan stabil di angka 6.25%. Kebijakan ini merupakan monetary expansion.Dengan monetary expansion, kurva LM akan bergerak ke kanan pada jangka pendek. Namun, pada jangka menengah kurva LM akan bergerak kembali ke tempat semula.PeriodeBI RateShift of LM

July 2005 Desember 20058.5% - 12.75%Up

Desember 2005 April 200612.75%None

April 2006 Januari 200812.75% - 8.0%Down

Januari 2008 Oktober 20088.0% - 9.5%Up

Oktober 2008 September 20099.5% - 6.5%Down

Oktober 2009 Desember 20116.25%None

Tabel 3.1 BI Rate Dan DampaknyaSumber: http://www.bi.go.id/Sebagai realisasi pada kurva ISLM, ditemukan data-data pada tabel di bawah ini. Dari data-data ini, dibuatlah ekuilibrium ISLM. Namun, ekuilibrium ISLM tidak dapat benar-benar menggambarkan pengaruh dari kebijakan moneter dan fiskal dengan tepat. Mahasiswa memperkirakan bahwa ketidaktepatan dampak kebijakan tersebut, karena terdapat berbagai kebijakan-kebijakan moneter dan pengaruh-pengaruh lainnya selain kebijakan fiskal dan BI rate. Selain itu, Blanchard mengatakan bahwa penggambaran kurva ISLM berdasarkan price level yang sama. Sedangkan pada realisasinya, price level di pasar terus berubah.Seperti pada contohnya, apabila terdapat kenaikan BI rate yang mengakibatkan money supply berkurang, seharusnya GDP mengalami penurunan. Namun, pada realisasinya, GDP di Indonesia tidak pernah mengalami penurunan, dimana pertumbuhan GDP Indonesia mencapai 25% pada tahun 2008.

Tabel 3.2 GDP dan BI Rate 2005-2011Sumber: Data Pokok APBN 2005-2001

Gambar 3.1Ekuilibrium IS-LM Tahun 2005-2011Sumber: Dioleh sendiri oleh PenulisSebagai kesimpulan, dengan diterapkannya kebijakan monetary expansion, dapat dilihat bahwa secara kasar kurva LM bergeser secara signifikan ke kanan. Namun, karena kebijakan periode dilakukan selama bertahap, dari tahun 2005 hingga tahun 2009, maka pengaruh terhadap jangka menengah belum benar-benar terlihat. Namun, terlihat bahwa monetary expansion berpengaruh terhadap jangka pendek, dimana kurva LM bergeser ke kanan secara signifikan, sedangkan kurva IS bergeser dengan kurang signifikan ke kanan. Kurva IS, mahasiswa perkirakan, bergeser sebagai akibat dari pengaruh dari price level dan pertumbuhan GDP.

3.2Kurva AS-ADDari pembahasan-pembahasan di atas, diketahui bahwa secara umum BI melakukan monetary expansion, dengan menurunkan BI rate mulai pada tahun 2006 hingga tahun 2011 dan Pemerintah Indonesia tidak melakukan kebijakan fiskal secara radikal. Oleh karena itu, pembahasan hanya akan membahas kebijakan moneter BI, yaitu monetary expansion. Kebijakan monetary expansion dilihat dari BI rate yang turun dari 12.75% menjadi stabil di angka 6.25%. Penurunan BI rate akan mengakibatkan niat masyarakat untuk menabung menjadi berkurang, sehingga peredaran uang menjadi lebih banyak. Apabila menilik dari pembahasan Blanchard, diketahui bahwa dengan melakukan monetary expansion akan berpengaruh terhadap indikator-indikator sebagai berikut di jangka pendek dan jangka menengah:1) Jangka Pendeka) Output Level: bertambahb) Interest Rate: berkurangc) Price Level: bertambah2) Jangka Menengaha) Output Level: tidak mengalami perubahanb) Interest Rate: tidak mengalami perubahanc) Price Level: bertambahOutput level dan interest rate dapat dilihat dari data-data di atas. Sedangkan, untuk price level, mahasiswa mencoba untuk mencari data. Namun, mahasiswa tidak menemukan angka yang pasti terhadap price level. Mahasiswa hanya mendapatkan grafik dari price level, yang menunjukkan bahwa price level di Indonesia, untuk kurun waktu 2004 hingga 2010, adalah bertambah.

Gambar 3.2Price Level of Consumption 2004 - 2010Sumber: FRED http://research.stiouisfed.org/

3.2.1Kurva AS-AD Jangka PendekPada kurva ASAD, terdapat aggregate supply dan aggregate demand. Kebijakan monetary expansion akan menggeser kurva LM ke kanan, sehingga juga akan menggeser kurva AD ke kanan. Dengan begitu, output seharusnya bertambah, price level bertambah dan interest rate berkurang.Seperti yang sudah dibahas di sub bab ISLM, kebijakan monetary expansion dilakukan secara bertahap dari tahun 2005 hingga 2009. Sehingga pada tahun 2005 dan tahun 2009 dapat terlihat pengaruh kebijakan pada jangka pendek. Sedangkan pada tahun 2009 hingga 2011 merupakan akibat dari dampak kebijakan jangka menengah. Dari tahun 2005 hingga 2009, terlihat bahwa output level (GDP) terus bertambah. Mulai dari Rp2.770Trilliun sampai Rp5.613Trilliun. Dengan tingkat pertumbuhan GDP di sekitar angka 20%. Hal ini memperlihatkan bahwa pengaruh kebijakan moneter mempunyai dampak langsung terhadap GDP. Dengan semakin banyaknya uang yang beredar di masyarakat, masyarakat lebih konsumtif, sehingga produktivitas bertambah dan GDP bertambah.Untuk interest rate, BI melakukan kebijakan moneter dengan mengendalikan BI rate. Oleh karena itu, jelas bahwa pada jangka pendek tahun 2005-2009, interest rate turun dari 12.75% hingga 6.5%.Dari tahun 2005 hingga 2009, terlihat pada gambar di atas bahwa price level di Indonesia mengalami kenaikan. Dengan GDP yang bertambah dan demand agregat yang bertambah, masyarakat akan mencoba untuk menjual barang dengan harga yang lebih mahal. Kenaikan harga tersebut akan membuat price level menjadi naik.Dari pembahasan singkat di atas, diketahui bahwa dampak dari kebijakan moneter mempunyai dampak langsung terhadap GDP, interest rate dan price level. Dampak kebijakan terbukti dari realisasi data di Indonesia pada tahun 2005-2009, yang merupakan analisis jangka pendek.3.2.2Kurva AS-AD Jangka MenengahJangka menengah merupakan kelanjutan dari jangka pendek. Seharusnya pada jangka menengah, kebijakan moneter ekspansif akan mengakibatkan GDP dan interest rate menjadi kembali ke angka semula, namun price level semakin bertambah.Pada kenyataannya, hal tersebut tidak tergambar secara jelas dan eksplisit karena berbagai faktor, seperti terdapatnya kebijakan-kebijakan moneter lainnya. Namun, terlihat secara implisit bahwa sebenarnya kebijakan moneter ekspansif tersebut berakibat secara nyata, walaupun secara implisit.Jangka menengah dari kebijakan dapat dilihat mulai dari tahun 2009 hingga tahun 2011. Pada tahun 2009, penurunan interest rate dihentikan dan stabil pada angka 6.5%. Namun, BI tidak melepas kendali atas interest rate, sehingga interest rate dijaga tetap disekitar angka 6.25% dari tahun 2009 hingga 2011. Oleh karena itu, sebenarnya jangka menengah dari kebijakan moneter ini belum benar-benar terlihat. Namun, sebagai sketsa awal dari dampak kebijakan tersebut, mahasiswa akan mencoba untuk menampilkan pengaruh kebijakan moneter tersebut.Pada tahun 2009 hingga tahun 2011, terlihat jelas bahwa pertumbuhan GDP Indonesia turun secara cukup drastis. Dari angka di sekitar 20%, turun menjadi sekitar 12%. Walaupun begitu, angka dari GDP terus bertambah, dari Rp5.613Trilliun menjadi Rp7.006Trilliun. Namun, hal yang perlu dilihat adalah turunnya pertumbuhan GDP. Hal ini diakibatkan karena kurva AS bergeser ke atas dan mengimplikasikan price level semakin bertambah. Hal ini dikarenakan pada jangka pendek, price level melebihi price level expectation, dan kemudian di jangka menengah ini, pemberi kerja mencoba untuk menyesuaikan price level expectation terhadap price level. Dengan kenaikan price level expectation, akan menambah kenaikan price level. Sehingga pada akhirnya price level menjadi naik secara drastis dan GDP akan turun.

3.3Phillips CurvePhillips Curve mencoba untuk memperlihatkan hubungan antara perubahan antara inflation rate dengan unemployment rate. Mahasiswa mencoba untuk meregresikan data-data perubahan inflasi dan unemployment rate dari tahun 2004 hingga 2011, namun hasil regresi menunjukkan angka statistik yang dianggap bias. Namun, mahasiswa tetap mencoba untuk memperlihatkan hasil regresi tersebut.Hasil regresi menunjukkan bahwa rumus Phillips curve adalah sebagai berikut:

Rumus tersebut memperlihatkan bahwa tingkat unemployment berpengaruh terhadap perubahan inflasi sebesar 0.77. Apabila unemployment dikali dengan 0.77 dibawah 6.98%, maka inflasi akan bertambah, dan apabila diatas 6.98, inflasi akan berkurang. Namun, dengan R Square yang hanya sebesar 10.12%, maka angka di atas merupakan angka yang bias dan tidak dapat dipercaya kebenarannya.Selain itu, Phillips curve menunjukkan bahwa semakin tinggi unemployment, maka perubahan inflasi akan semakin berkurang. Dengan hasil regresi yang mahasiswa dapat, menunjukkan bahwa phillips curve Indonesia, dari tahun 2004 hingga 2011 adalah misleading. Kemungkinan besar, phillips curve ini menjadi bias dan misleading karena kurangnya data. Data yang diregresikan hanyalah 8 data. Dimana, menurut penerapan regresi statistika, seharusnya minimal diperlukan 20 data untuk membuat hasil regresi menjadi valid.

Gambar 3.3Phillips Curve Indonesia 2004-2011Sumber: Diolah oleh Penulis

3.4Okuns LawOkuns Law menjelaskan bahwa semakin tinggi angka employment, maka semakin tinggi pula GDP. Mahasiswa juga mencoba untuk meregresikan okuns law dari tahun 2005 hingga tahun 2010. Kembali lagi, hasil regresi adalah bias dan misleading, dimana R Square yang didapat hanyalah sebesar 19.2% saja. R Square mengartikan bahwa hanya sebesar 19.2% saja GDP growth berpengaruh terhadap change unemployment rate.Namun, mahasiswa mencoba untuk mempresentasikan hasil regresi okuns law. Dari hasil regresi, ditemukan rumus sebagai berikut:

Dari rumus yang muncul tersebut, dapat terlihat bahwa hasil regresi Okuns Law adalah salah, dimana seharusnya tidak terdapat simbol tanda tambah di rumus tersebut. Sekali lagi, mungkin hasil regresi tersebut tidak menunjukkan angka yang sebenarnya, karena data yang diregresikan hanyalah enam data. Dimana seharusnya data minimal yang diperlukan adalah 20 data.

Gambar 3.4Okuns Law 2005-2010Sumber: Diolah oleh Penulis

BAB IVKESIMPULAN

Sebagai kesimpulan, dari dampak kebijakan moneter ekspansif, terlihat bahwa kebijakan moneter ekspansif berdampak secara langsung terhadap jangka pendek di Indonesia, yaitu diindikasikannya dengan GDP meningkat secara signifikan, interest rate turun dan price level naik. Sedangkan kebijakan moneter ekspansif berdampak secara implisit terhadap jangka menengah di Indonesia, dengan diindikasikannya pertumbuhan GDP yang turun drastis, interest rate yang tetap dan price level yang kian bertambah.Untuk menganalisis lebih lanjut, mahasiswa mencoba untuk meregresikan Phillips Curve dan Okuns Law. Namun, hasil regresi menunjukkan bahwa data-data yang dihasilkan adalah bias, sehingga tidak dapat digunakan.