BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

47
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial Loan Theory Commercial Loan Theory atau real bills doctrine atau productive theory of credit mulai dikenal sekitar abad 18. Kajian teori ini dilakukan oleh Adam Smith dalam bukunya yang terkenal The Wealth of Nation yang diterbitkan tahun 1776. teori ini beranggapan bahwa bank hanya boleh memberikan pinjaman dengan surat dagang jangka pendek yang dapat dicairkan dengan sendirinya (self liquiditing). Self Liquiditing berarti pemberian pinjaman mengandung makna untuk pembayaran kembali. Teori ini menyatakan secara spesifik bahwa bank- bank hanya akan memberikan kredit jangka pendek yang sangat mudah dicairkan atau likuid (“Short Term, Self Liquiditing”) melalui pembayaran kembali (angsuran) atas kredit tersebut sebagai sumber likuiditas. Esensi commercial loan theory dalam landasan penelitian ini adalah bank memberikan pembiayaan kepada masyarakat dengan perjanjian bagi hasil yang telah disepakati. Hal ini sesuai dengan fungsi dari perbankan syariah sebagai lembaga intermediasi, yaitu mengerahkan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Commercial Loan Theory

Commercial Loan Theory atau real bills doctrine atau productive theory of

credit mulai dikenal sekitar abad 18. Kajian teori ini dilakukan oleh Adam Smith

dalam bukunya yang terkenal The Wealth of Nation yang diterbitkan tahun 1776.

teori ini beranggapan bahwa bank hanya boleh memberikan pinjaman dengan

surat dagang jangka pendek yang dapat dicairkan dengan sendirinya (self

liquiditing). Self Liquiditing berarti pemberian pinjaman mengandung makna

untuk pembayaran kembali. Teori ini menyatakan secara spesifik bahwa bank-

bank hanya akan memberikan kredit jangka pendek yang sangat mudah dicairkan

atau likuid (“Short Term, Self Liquiditing”) melalui pembayaran kembali

(angsuran) atas kredit tersebut sebagai sumber likuiditas.

Esensi commercial loan theory dalam landasan penelitian ini adalah bank

memberikan pembiayaan kepada masyarakat dengan perjanjian bagi hasil yang

telah disepakati. Hal ini sesuai dengan fungsi dari perbankan syariah sebagai

lembaga intermediasi, yaitu mengerahkan dana dari masyarakat dan menyalurkan

kembali dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

11

fasilitas pembiayaan atau financing yang memang adalah salah satu kegiatan

utama dari bank tersebut untuk mendapatkan laba.

2.1.2 Teori Keagenan (Agency Theory)

Teori keagenan merupakan basis teori yang mendasari praktik bisnis

perusahaan yang dipakai selama ini. Teori ini dikembangkan oleh Jensen dan

Meckling (1976). Teori tersebut berakar dari sinergi teori ekonomi, teori

keputusan, sosiologi, dan teori organisasi. Prinsip utama teori ini menyatakan

adanya hubungan kerja antara pihak yang memberi wewenang yaitu investor

dengan pihak yang menerima wewenang (agensi) yaitu manajer. Pemisahan

pemilik dan manajemen di dalam literatur akuntansi disebut dengan Agency

Theory (teori keagenan).

Teori ini mencoba menjelaskan adanya konflik kepentingan antara

manajemen selaku agen dan pemilik selaku prinsipal. Prinsipal ingin mengetahui

segala informasi termasuk aktivitas manajemen, yang terkait dengan investasi atau

dananya dalam perusahaan. Hal ini dilakukan dengan meminta laporan

pertanggung jawaban dari agen (manajemen). Esensi teori keagenan dalam

menjadi landasan teori penelitian ini adalah adanya pemisahan fungsi antara

investor dan pihak manajemen bank. Dimana para investor atau pemegang saham

ingin mengetahui hal yang berkaitan dengan modal saham yang diinvestasikannya

yang dikelola oleh pihak manajemen untuk menilai prospek perusahaan di masa

datang dari pertumbuhan profitabilitas perusahaan tersebut.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

12

2.2 Bank Syariah

2.2.1 Pengertian Bank Syariah

Menurut Danupranata (25:2013) bank syariah dengan mengacu kepada

Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia No. 32/148/KEP/DIR tanggal 12

November 1998 pasal 12 ayat (3) menyatakan bahwa Bank berdasarkan Prinsip

Syariah adalah bank yang beroperasi dengan prinsip syariah, sedangkan lebih

lanjut dalam kamus Bank Indonesia di jelaskan bahwa bank syariah adalah bank

yang menggunakan sistem dan operasi perbankan berdasarkan prinsip syariah

Islam, yaitu mengikuti tata cara berusaha dan perjanjian berusaha yang dituntun

oleh Al-Quran dan Al-Hadist, dan mengikuti tata cara berusaha dan perjanjian

berusaha yang tidak dilarang oleh Al-Quran dan Al-Hadist (Islamic Banking).

Dijelaskan juga bahwa definisi bank dan bank umum menurut Undang-

Undang No 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah menyatakan bahwa:

“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana masyarakat dalam

bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat

banyak”.

“Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara

konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya

memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.”

Di dalam undang-undang ini juga memuat tentang bank yang menjelaskan

prinsip syariah dengan pengertian sebagai berikut:

“Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan

berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan

dalam penetapan fatwa di bidang syariah”.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

13

Sedangkan menurut Muhammad (13:2005) menjelaskan bahwa:

Bank Islam adalah (1) bank yang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah Islam; (2) bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada ketentuan Al-Quran dan Hadist; sementara bank yang beroperasi sesuai ketentuan prinsip syariah Islam adalah bank yang dalam beroperasinya mengikuti ketentuan-ketentuan Syariah Islam. Khususnya yang menyangkut tata cara bermuamalat itu dijauhi praktek-praktek yang dikhawatirkan mengandung unsur-unsur riba.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa bank syariah adalah badan

usaha yang melakukan kegiatan usahanya yaitu menghimpun dana dari

masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat

dalam bentuk pembiayaan dan atau bentuk lainnya berdasarkan prinsip syariah

dan berasaskan pada kemitraan, keadilan, transparansi dan universal.

2.2.2 Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional

Dalam beberapa hal, bank syariah dan bank konvensional memiliki

persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer,

teknologi komputer yang digunakan, syarat-syarat untuk memperoleh

pembiayaan, dan sebagainya.

Namun, perbedaaan utama antara perbankan syariah dengan perbankan

konvensional adalah larangan riba (bunga) dalam perbankan syariah. Dalam islam

riba apapun jenisnya diharamkan, sedangkan jual-beli (murabahah) dan

kemitraan/kerjasama (mudharabah, musyarakah) dengan prinsip bagi hasil

dihalalkan. Menurut Antonio (34:2001), perbandingan antara bank syariah dan

bank konvensional dapat digambarkan pada tabel sebagai berikut:

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

14

Tabel 2.1

Perbedaan antara Bank Syariah dan Bank Konvensional

Bank Syariah Bank Konvensional

1. Melakukan investasi-investasi yang

halal saja.

2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual

beli, atau sewa.

3. Profit dan falaah (kemakmuran

dunia akhirat) oriented.

4. Hubungan dengan nasabah dalam

bentuk kemitraan.

5. Penghimpunan dan penyaluran dana

harus sesuai dengan fatwa Dewan

Pengawas Syariah.

1. Investasi yang halal dan haram.

2. Memakai perangkat bunga.

3. Profit oriented.

4. Hubungan dengan nasabah

dalam bentuk hubungan debitur-

kreditur.

5. Tidak terdapat dewan sejenis.

Sumber : Antonio (34:2001)

Adapun perbedaan bunga dan bagi hasil antara bank syariah dan bank

konvensional menurut Antonio (60:2001) adalah sebagai berikut:

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

15

Tabel 2.2

Perbedaan antara Bunga dan Bagi Hasil

Uraian Bank Konvensional Bank Syariah

Penentuan

Keuntungan

Bunga dibuat pada

waktu perjanjian

dengan asumsi harus

selalu untung.

Penentuan

besarnya rasio/

nisbah bagi hasil

dibuat pada waktu

akad dengan

berpedoman pada

kemungkinan

untung rugi.

Besarnya Persentase Berdasarkan pada

jumlah uang/modal

yang dipinjamkan.

Besarnya rasio

bagi hasil

berdasarkan pada

jumlah keuntungan

yang diperoleh.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

16

Sumber: Antonio (60:2001)

Pembiayaan Pembayaran bunga

tetap seperti yang

dijanjikan tanpa

pertimbangan apakah

proyek yang dijalankan

oleh pihak nasabah

untung atau rugi.

Bagi hasil

tergantung pada

keuntungan proyek

yang dijalankan,

bila usaha merugi,

kerugian akan

ditanggung

bersama oleh

kedua belah pihak.

Jumlah Pembiayaan Jumlah pembayaran

bunga tidak meningkat

sekalipun jumlah

keuntungan berlipat

atau keadaan ekonomi

sedang “booming”

Jumlah pembagian

laba meningkat

sesuai dengan

peningkatan

jumlah

pendapatan.

Eksistensi Eksistensi bunga

diragukan (kalau tidak

dikecam) oleh semua

agama, termasuk

agama Islam.

Tidak ada yang

merugikan

keabsahan bagi

hasil.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

17

2.2.3 Prinsip Dasar Perbankan Syariah

Secara garis besar, hubungan ekonomi berdasarkan syariah islam tersebut

ditentukan oleh akad hubungan akad yang terdiri dari lima konsep dasar akad.

Bersumber dari kelima konsep dasar inilah dapat ditemukan produk-produk

lembaga keuangan bank syariah dan lembaga keuangan bukan bank syariah untuk

dioperasionalkan. Kelima konsep tersebut adalah: (1) sistem simpanan, (2) bagi

hasil, (3) margin keuntungan, (4) sewa, (5) fee/jasa. (Muhammad, 85:2005)

1. Prinsip Simpanan Murni (al-Wadi’ah)

Prinsip simpanan murni merupakan fasilitas yang diberikan oleh bank

Islam untuk memberikan kesempatan kepada pihak yang kelebihan dana

untuk menyimpan dananya dalam bentuk al-wadi’ah. Fasilitas al-wadi’ah

biasa diberikan untuk tujuan investasi guna mendapatkan keuntungan

seperti halnya tabungan dan deposito. Dalam dunia perbankan

konvensional al-wadi’ah identik dengan giro.

2. Bagi Hasil (Syirkah)

Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tatacara pembagian hasil

usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Pembagian hasil usaha

ini dapat terjadi antara bank dengan penyimpan dana, maupun antara bank

dengan nasabah penerima dana. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip

ini adalah mudharabah dan musyarakah. Lebih jauh prinsip mudharabah

dapat dipergunakan sebagai dasar baik untuk produk pendanaan (tabungan

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

18

dan deposito) maupun pembiayaan, sedangkan musyarakah lebih banyak

untuk pembiayaan.

3. Prinsip Jual beli (at-Tijarah)

Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tatacara jual beli,

dimana bank yang akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan

atau mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang

atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah

dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan (margin).

4. Prinsip Sewa (al-Ijarah)

Prinsip ini secara garis besar terbagi kepada dua jenis: (1) Ijarah, sewa

murni, seperti halnya penyewaan traktor dan alat-alat produk lainnya

(operating lease). Dalam teknis perbankan, bank dapat membeli dahulu

equipment yang dibutuhkan nasabah kemudian menyewakan dalam waktu

dan hanya yang telah disepakati kepada nasabah. (2) Bai al takjiri atau

ijarah al muntahiyah merupakan penggabung sewa dan beli, dimana

penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa

(financial lease).

5. Prinsip fee/jasa (al-Ajr Wal Umulah)

Prinsip ini meliputi seluruh layanan non pembiayaan yang diberikan bank.

Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain Bank Garansi,

Kliring, Inkaso, Jasa Transfer, dan lain-lain. Secara syariah prinsip ini

didasarkan pada konsep al-ajr wal umulah.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

19

2.2.4 Fungsi dan Peran Bank Syariah

Bank syariah mempunyai fungsi yang berbeda dengan bank konvensional

dimana fungsi bank syariah merupakan karakteristik bank syariah. Dengan

mengetahui fungsi bank syariah secara jelas akan membawa dampak dalam

pelaksanaan kegiatan usaha bank syariah.

Menurut Muhammad (15:2005), fungsi bank syariah antara lain adalah

sebagai berikut:

1. Memurnikan operasional perbankan syariah sehingga dapat lebih

meningkatkan kepercayaan masyarakat.

2. Meningkatkan kesadaran syariah umat Islam sehingga dapat

memperluas segmen dan pangsa pasar perbankan syariah.

3. Menjalin kerjasama dengan para ulama, sebab bagaimanapun juga

peran ulama di Indonesia sangat dominan bagi kehidupan umat Islam.

Lebih lanjut, Muhammad (16:2005) mengemukakan secara luas peran

bank syariah dapat terwujud dari aspek-aspek sebagai berikut:

1. Memberdayakan ekonomi umat dan beroperasi secara transparan.

Artinya, bank syariah harus didasarkan pada visi ekonomi kerakyatan

dan upaya ini akan terwujud jika ada mekanisme operasi yang

transparan.

2. Memberikan return yang lebih baik. Artinya, investasi di bank syariah

tidak memberikan janji yang pasti mengenai return yang diberikan

kepada investor. Oleh karena itu, bank syariah harus mampu

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

20

memberikan return yang lebih baik dibandingkan dengan bank

konvensional. Dengan kata lain, nasabah akan memberikan bagi hasil

sesuai dengan keuntungan yang diperolehnya.

3. Mendorong penurunan spekulasi di pasar keuangan. Artinya, bank

syariah mendorong terjadinya transaksi produktif dari dana

masyarakat. Dengan demikian spekulasi dapat ditekan.

4. Mendorong pemerataan pendapatan. Artinya, bank syariah bukan

hanya mengumpulkan dana pihak ketiga, namun dapat mengumpulkan

dana zakat, infak, dan shaddaqah.

5. Peningkatan efisiensi mobilisasi dana. Artinya, adanya produk al-

mudharabah al-muqayyadah, berarti terjadi kebebasan bank untuk

melakukan investasi atas dana yang diserahkan oleh investor, maka

bank syariah sebagai financial arranger bank memperoleh komisi atau

bagi hasil bukan karena spread bunga.

6. Uswan hasanah, implementasi moral dalam penyelenggaraan usaha

bank.

2.3 Pembiayaan

2.3.1 Pengertian Pembiayaan

Bank syariah sebagai lembaga intermediasi memiliki fungsi untuk

menghimpun dana masyarakat dari pihak yang kelebihan dana ke pihak yang

membutuhkan dana, penyaluran dana kepada pihak yang membutuhkan dana ini

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

21

salah satunya dengan memberikan pembiayaan (financing) atau yang di bank

konvensional disebut dengan istilah kredit atau pinjaman.

Menurut Kasmir (96:2008), pembiayaan adalah penyedia uang atau

tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan

antar bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk

mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan

imbalan atau bagi hasil.

Pembiayaan dalam Undang-Undang No. 21 tahun 2008 tentang perbankan

syariah mempunyai pengertian sebagai berikut :

“Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan

dengan itu berupa:

a. Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;

b. Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam

bentuk ijarah muntahiya bitamlik;

c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan

istishna;

d. Transaksi pinjam-meminjam dalam bentuk piutang qardh, dan

e. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi

multijasa”.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

22

2.3.2 Unsur-unsur Pembiayaan

Unsur-unsur yang terkandung dalam pemberian suatu fasilitas kredit atau

pembiayaan menurut Kasmir (98:2008) adalah:

1. Kepercayaan

Merupakan suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang

diberikan (berupa uang, barang atau jasa) akan benar-benar diterima

kembali di masa tertentu yang akan datang, setelah sebelumnya pihak

bank melakukan penelitian terhadap nasabah.

2. Kesepakatan

Di samping unsur percaya, dalam pembiayaan juga mengandung unsur

kesepakatan antara pemberi kredit dalam hal ini bank, dengan

penerima kredit (nasabah) yang dituangkan dalam suatu perjanjian

dimana masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajiban

masing-masing.

3. Jangka waktu

Setiap pembiayaan yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu,

jangka waktu itu mencakup masa pengembalian pembiayaan yang

telah disepakati.

4. Risiko

Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu

risiko tidak tertagihnya atau macetnya pemberian pembiayaan.

Semakin panjang jangka waktunya semakin besar risikonya, demikian

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

23

pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank, baik itu yang

disengaja oleh nasabah yang jail, maupun yang tidak disengaja akibat

bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa ada unsur

kesengajaan lainnya.

5. Balas Jasa

Merupakan keuntungan dari pemberian pembiayaan yang telah

dilakukan pihak bank yang dikenal dengan istilah bagi hasil.

2.3.3 Tujuan dan Fungsi Pembiayaan

Pemberian suatu fasilitas kredit (pembiayaan) mempunyai tujuan tertentu

yang tidak terlepas dari misi bank tersebut didirikan, adapun tujuan utama

pemberian suatu pembiayaan (Kasmir,100:2008) antara lain:

1. Mencari keuntungan

Keuntungan yang dalam hal ini berupa bagi hasil sangat penting bagi

kelangsungan hidup bank, terlebih lagi pada umumnya sebagian besar

dana bank biasanya dialokasikan untuk pembiayaan sehingga

menyumbangkan pendapatan besar.

2. Membantu usaha nasabah

Dengan adanya fasilitas pembiayaan dapat membantu para nasabah

yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana modal kerja

untuk pengembangan dan perluasan usahanya.

3. Membantu pemerintah

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

24

Bagi pemerintah semakin banyak kredit (pembiayaan) yang disalurkan

oleh pihak perbankan maka akan semakin baik. Karena semakin

banyak kredit berarti akan semakin meningkatkan pembangunan di

berbagai sektor. Dengan menyebarnya pemberian kredit atau

pembiayaan pemerintah memperoleh keuntungan berupa:

a. Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan

bank.

b. Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk pembiayaan

pembangunan usaha baru atau perluasan usaha yang akan

membutuhkan tenaga kerja baru sehingga dapat menyerap tenaga

kerja yang masih menganggur.

c. Meningkatkan jumlah barang dan jasa.

d. Menghemat devisa negara, terutama untuk produk-produk yang

sebelumnya di impor jika sudah dapat diproduksi di dalam negeri

dengan fasilitas pembiayaan yang ada maka jelas akan dapat

menghemat devisa negara.

Disamping tujuan di atas suatu fasilitas pembiayaan juga memiliki fungsi

untuk meningkatkan daya guna uang. Maksudnya jika uang hanya disimpan saja,

tidak akan menghasilkan sesuatu yang berguna. Lain halnya jika uang tersebut

disalurkan melalui pembiayaan maka uang tersebut menjadi berguna untuk

menghasilkan barang atau jasa oleh pihak penerima kredit. Selain dari itu

pembiayaan juga meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang, meningkatkan

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

25

kegairahan berusaha bagi nasabah yang memiliki modal terbatas dan yang penting

pembiayaan juga sebagai alat stabilitas ekonomi karena melalui pembiayaan yang

diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat juga

dapat membantu dalam mengekspor barang ke luar negeri sehingga meningkatkan

devisa negara.

Bagi masyarakat luas pemberian pembiayaan juga sebagai alat

peningkatan dan pemerataan pendapatan, karena pemberian pembiayaan yang

tepat berarti akan menciptakan lapangan kegiatan usaha, dengan adanya lapangan

kegiatan usaha berarti pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut akan

menerima suatu pendapatan.

2.3.4 Kualitas Pembiayaan

Pembiayaan menurut kualitasnya pada hakikatnya didasarkan atas risiko

kemungkinan terhadap kondisi dan kepatuhan nasabah pembiayaan dalam

memenuhi kewajiban-kewajibannya untuk membayar bagi hasil, serta melunasi

pembiayaannya. Jadi unsur utama dalam menetukan kualitas tersebut adalah

waktu pembayaran bagi hasil, pembayaran angsuran maupun pelunasan pokok

pembiayaan dan diperinci atas:

Tabel 2.3

Indikator Kualitas Pembiayaan

No Kualitas Pembiayaan Kriteria 1. Pembiayaan Lancar a. Pembayaran angsuran pokok dan/

atau bagi hasil tepat waktu; dan b. Memiliki rekening yang aktif; atau

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

26

c. Bagian dari pembiayaan yang dijamin dengan agunan tunai (cash colateral).

2. Perhatian Khusus a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/ atau bagi hasil yang belum melampaui sembilan puluh hari, atau

b. Kadang-kadang terjadi cerukan; atau c. Mutasi rekening relative aktif; atau d. Jarang terjadi pelanggaran terhadap

kontrak yang diperjanjikan; atau e. Didukung oleh pinjaman baru

3. Kurang lancar a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/atau bagi hasil; atau

b. Sering terjadi cerukan; atau c. Frekuensi mutasi rekening relatif

rendah d. Terjadi pelanggaran terhadap kontrak

yang diperjanjikan lebih dari sembilan puluh hari, atau

e. Terdapat indikasi masalah keuangan yang dihadapi debitur, atau

f. Dokumentasi pinjaman yang lemah 4. Diragukan a. Terdapat tunggakan angsuran pokok

dan/ atau bagi hasil, atau b. Terdapat cerukan yang bersifat

permanen, atau c. Terdapat wanprestasi lebih dari 180

hari atau d. Terdapat kapitalisasi bunga, atau e. Dokumentasi hukum yang lemah

baik untuk perjanjian pembiayaan maupun pengikatan jaminan.

5. Macet a. Terdapat tunggakan angsuran pokok dan/ atau bagi hasil, atau

b. Kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru, atau

c. Dari segi hukumannya kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

27

nilai wajar.

2.4 Financing to Deposit Ratio (FDR)

Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah rasio antara jumlah pembiayaan

yang diberikan bank dengan dana pihak ketiga yang diterima oleh bank.

Financing to deposit Ratio (FDR) ditentukan oleh perbandingan antara jumlah

pembiayaan yang diberikan dengan dana masyarakat yang dihimpun yaitu

mencakup giro, simpanan berjangka (deposito), dan tabungan.

Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio yang mengukur

kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera

dipenuhi. Kewajiban tersebut berupa call money yang harus dipenuhi pada saat

adanya kewajiban kliring, dimana pemenuhannya dilakukan dari aktiva lancar

yang dimiliki perusahaan.

Menurut Dendawijaya (116:2005), Financing to Deposit Ratio (FDR)

menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan

dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan

sebagai sumber likuiditasnya. Financing to deposit Ratio (FDR) dirumuskan

sebagai berikut:

Pembiayaan FDR = x 100 % Total dana pihak ketiga + Modal Inti

Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 12/11/DPNP/2010,

Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan perbandingan antara pembiayaan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

28

dengan dana pihak ketiga ditambah modal sendiri. Besarnya nilai Financing to

Deposit Ratio (FDR) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Pembiayaan FDR = x 100 % Total dana pihak ketiga + Modal Sendiri

Adapun dana pihak ketiga dalam bank syariah berupa (Muhammad, 266:2005):

1. Titipan (wadi’ah) simpanan yang dijamin keamanan dan

pengembaliannya tapi tanpa memperoleh imbalan atau keuntungan.

2. Partisipasi modal berbagi hasil dari berbagai risiko untuk investasi

umum.

3. Investasi khusus dimana bank hanya berlaku sebagai manajer investasi

untuk memperoleh fee dan investor sepenuhnya mengambil risiko atas

investasi tersebut.

Menurut Muhammad (265:2005), semakin tinggi rasio Financing to

Deposit Ratio (FDR) tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya

kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan karena jumlah

dana yang diperlukan untuk pembiayaan menjadi semakin besar. Semakin besar

kredit maka pendapatan yang diperoleh naik, karena pendapatan naik secara

otomatis laba juga akan mengalami kenaikan.

Menurut Dendawijaya (114:2005), batas maksimum untuk Financing to

deposit Ratio (FDR) adalah sebesar 110%, dimana apabila melebihi batas tersebut

berarti likuiditas bank sudah termasuk kategori buruk, sebagian praktisi perbankan

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

29

menyepakati batas aman dari Financing to deposit Ratio (FDR) adalah sebesar

80% dengan batas toleransi antara 85% dan 100%.

Jika angka rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) suatu bank berada pada

angka di bawah 80% (misalkan 60%), maka dapat disimpulkan bahwa bank

tersebut hanya dapat menyalurkan sebesar 60% dari seluruh dana yang dihimpun.

Karena fungsi utama dari bank adalah sebagai intermediasi (perantara) antara

pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana, maka dengan

rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) 60% berarti 40% dari seluruh dana yang

dihimpun tidak disalurkan kepada pihak yang membutuhkan, sehingga dapat

dikatakan bahwa bank tersebut tidak menjalankan fungsinya dengan baik.

Kemudian jika rasio Financing to Deposit Ratio (FDR) bank mencapai lebih dari

110%, berarti total pembiayaan yang diberikan bank tersebut melebihi dana yang

dihimpun. Oleh karena dana yang dihimpun dari masyarakat sedikit, maka bank

dalam hal ini juga dapat dikatakan tidak menjalankan fungsinya sebagai pihak

intermediasi (perantara) dengan baik. Semakin tinggi Financing to Deposit Ratio

(FDR) menunjukkan semakin riskan kondisi menunjukkan kurangnya efektivitas

bank dalam menyalurkan pembiayaan. Jika rasio Financing to deposit Ratio

(FDR) bank berada pada standar yang ditetapkan oleh Bank Indonesia, maka laba

yang diperoleh bank tersebut akan meningkat (dengan asumsi bank tersebut

mampu menyalurkan pembiayaannya dengan efektif).

Dan berdasarkan ketentuan yang tertuang dalam Surat Edaran Bank

Indonesia No.12/11/DPNP/2010, besarnya Financing to Deposit Ratio (FDR)

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

30

yang mencerminkan likuiditas suatu bank yang sehat adalah 85% - 110%. Apabila

Financing to Deposit Ratio (FDR) suatu bank berada di atas atau di bawah 85%-

110%, maka bank dalam hal ini dapat dikatakan tidak menjalankan fungsinya

sebagai pihak intermediasi (perantara) dengan baik.

2.5 Pembiayaan Bermasalah (Non Performing Financing)

2.5.1 Pengertian Pembiayaan Bermasalah (Non Performing Financing)

Suatu kenyataan bahwa pembiayaan bermasalah merupakan bagian dari

financing portofolio dari sebuah bank syariah, namun pemberian pembiayaan

yang sukses adalah bank yang mampu mengelola pembiayaan bermasalah pada

suatu tingkat wajar yang tidak menimbulkan kerugian bank yang bersangkutan.

Menurut Siamat (175:2005), Non Performing Financing (NPF) adalah:

“Pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor-faktor internal yaitu adanya kesengajaan dan faktor eksternal yaitu suatu kejadian diluar kemampuan kendali kreditur”.

Menurut Dendawijaya (68:2005), Non Performing Financing (NPF) adalah:

“Pembiayaan-pembiayaan yang kategori kolektabilitasnya masuk dalam kriteria pembiayaan kurang lancar, pembiayaan diragukan, dan pembiayaan macet”

Dendawijaya (82:2009) pun mengemukakan dampak dari keberadaan

Non Performing Financing (NPF) yang tidak wajar salah satunya adalah

hilangnya kesempatan memperoleh income (pendapatan) dari kredit yang

diberikan, sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi

profitabilitas.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

31

Menurut Rahmawulan (2008), suatu kredit dinyatakan bermasalah jika

bank benar-benar tidak mampu menghadapi risiko yang ditimbulkan oleh kredit

tersebut. Risiko kredit didefinisikan sebagai risiko kerugian sehubungan dengan

pihak peminjam tidak dapat dan tidak mau memenuhi kewajiban untuk membayar

kembali dana yang dipinjamnya secara penuh pada saat jatuh tempo.

Menurut Firdaus dan Ariyanti (43:2009), menjelaskan bahwa:

“Kegiatan menyalurkan kredit oleh bank mengandung resiko (credit risk) yang dapat mempengaruhi kesehatan dan keberlangsungan usaha bank, likuiditas, rentabilitas (profitabilitas), serta solvabilitas bank sangat dipengaruhi oleh keberhasilan atau kegagalan dalam pengelolaan kredit bank yang juga secara langsung dan tidak langsung akan mempengaruhi perekonomian suatu negara”

Menurut Mahmoeddin (3:2010), Non Performing Financing pada dasarnya

disebabkan oleh faktor intern dan ekstern. Kedua faktor tersebut tidak dapat dihindari

mengingat adanya kepentingan yang saling berkaitan sehingga mempengaruhi

kegiatan usaha bank.

Pembiayaan bermasalah dalam jumlah besar akan menurunkan tingkat operasi

bank tersebut. Apabila penurunan pembiayaan dan profitabilitas sudah sangat parah

sehingga mempengaruhi likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas bank, maka

kepercayaan para penitip dana terhadap bank akan menurun.

Non Performing Financing (NPF) semakin tinggi maka profitabilitas akan

semakin rendah dan sebaliknya, jika Non Performing Financing (NPF) semakin

rendah maka profitabilitas akan semakin tinggi. Seperti yang diungkapkan

Abdullah (114:2005), “Jika kredit bermasalah sangat besar dan cadangan yang

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

32

dibentuk juga besar berakibat modal bank kemungkinan menjadi negatif sehingga

laba yang diperoleh menjadi terganggu”.

Perhitungan Non Performing Financing (NPF) yang diinstruksikan Bank

Indonesia dirumuskan sebagai berikut:

Total Pembiayaan Bermasalah NPF = x 100% Total Pembiayaan

Menurut Muhammad (265:2005), menjelaskan bahwa:

“…komponen penilaian suatu aktiva produktif sebagai indikator penilaian

kinerja dan kesehatan bank terdiri dari total kredit/pembiayaan bermasalah dan

total kredit/pembiayaan yang diberikan”.

Berdasarkan pengertian di atas maka tingkat risiko pembiayaan

bermasalah dapat dirumuskan sebagai berikut:

Total Pembiayaan Bermasalah NPF = x 100% Total Pembiayaan

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Non

Performing Financing (NPF) adalah pembiayaan atau kredit yang mengalami

kesulitan dalam memenuhi kewajibannya kepada bank yang disebabkan oleh

faktor internal dan eksternal bank syariah.

Adapun kriteria kesehatan bank syariah yang ditetapkan oleh Bank

Indonesia adalah sebagai berikut:

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

33

Tabel 2.4

Kriteria Penilaian Peringkat Non Performing Financing

Peringkat Nilai NPF Predikat

1 NPF < 2% Sangat Baik

2 2% ≤ NPF ≤ 5% Baik

3 5% ≤ NPF ≤ 8% Cukup Baik

4 8% ≤NPF ≤ 12% Kurang Baik

5 NPF ≥ 12% Tidak Baik

Sumber: SE BI No. 9/24/DPbs tanggal 30 Oktober 2007

2.5.2 Penyebab Pembiayaan Bermasalah ( Non Performing Financing)

Pembiayaan bermasalah merupakan sumber kerugian yang sangat

potensial bagi bank jika tidak ditangani dengan baik, karena itu diperlukan

penanganan yang sistematis dan berkelanjutan. Pembiayaan bermasalah

menimbulkan biaya yang menjadi beban dan kerugian bagi bank. Peranan sektor

perbankan adalah menjembatani dua kelompok kepentingan masyarakat, yaitu

antara kepentingan masyarakat pemilik dana (surplus spending units) dengan

masyarakat yang membutuhkan dana (deficit spending units). Bank syariah adalah

selaku lembaga yang bermodalkan kepercayaan semata dari masyarakat dalam

menjalankan fungsinya sebagai penerima amanah masyarakat. Bank syariah

sebagai lembaga perkreditan dalam menjalankan fungsinya sebagai penyalur dana

kepada masyarakat, harus melakukan analisis melalui prinsip 5C, guna

meminimalkan risiko bermasalahnya atau tidak kembalinya pembiayaan. Banyak

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

34

faktor yang menyebabkan pembiayaan tersebut menjadi bermasalah. Menurut

Mahmoeddin (51:2010) faktor-faktor penyebab terjadinya pembiayaan

bermasalah, yaitu:

1. Faktor Internal

Faktor Internal perbankan yang menyebabkan pembiayaan bermasalah

ialah adanya kelemahan atau kesalahan dalam bank itu sendiri, yang

terdiri dari:

a. Kebijakan pemberian pembiayaan yang terlalu ekspansif

Peningkatan penghimpunan dana dari pihak ketiga yang cukup

pesat menyebabkan beberapa bank melakukan pertumbuhan

pembiayaan yang melebihi tingkat wajar. Hal ini disebabkan untuk

menghindari terjadinya pengumpulan dana, seharusnya bank tetap

melakukan kebijakan pemberian pembiayaan dengan prosedur

berhati-hati untuk menghindari terjadinya risiko Non Performing

Financing (NPF).

b. Penyimpangan pemberian pembiayaan

Bank pada umumnya telah memiliki pedoman dan tata cara

pemberian pembiayaan, namun dalam pelaksanaanya seringkali

tidak dilakukan dengan patuh dan taat asas. Penyimpangan

pemberian pembiayaan terhadap prosedur atau kebijakan ada pada

umumnya disebabkan oleh kurangnya kuantitas maupun kualitas

pejabat-pejabat pemberi pembiayaan selain disebabkan oleh adanya

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

35

dominasi pemutuan pembiayaan oleh pejabat tertentu pada bank

yang bersangkutan.

c. Itikad kurang baik pemilik atau pengurus dan pegawai bank

Seringkali terjadi pemilik atau pengurus dan pegawai bank

memberikan pembiayaan kepada debitur yang sebenarnya tidak

bankable. Kegiatan usaha yang tidak bankable tersebut antara lain

kegiatan-kegiatan yang kurang jelas tujuannya selain tidak jelas

debiturnya (debitur fiktif) yaitu penggunaan dan yang sebenarnya

berbeda dengan yang tercantum pada bukti-bukti yang ada.

d. Lemahnya sistem administrasi dan pengawasan pembiayaan

Sistem administrasi dan pengawasan pembiayaan yang lemah

menyebabkan pemantauan terhadap performance pembiayaan tidak

dapat dilakukan sebagaimana mestinya, dengan demikian

permasalahan yang dapat menimbulkan pembiayaan bermasalah

tidak dapat terdeteksi secara dini dan hal ini dapat menimbulkan

kerugian.

e. Lemahnya sistem informasi pembiayaan

Bank cenderung melaporkan gambaran pembiayaan yang lebih

baik dari keadaan yang sebenarnya kepada Bank Indonesia dengan

tujuan mendapatkan penilaian kesehatan yang lebih baik. Bank

perlu mengadministrasikan dan memiliki informasi pembiayaan

bermasalah yang sama dengan yang dilaporkan kepada Bank

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

36

Indonesia, apabila hal ini tidak dilakukan maka bank tidak

memiliki gambaran yang akurat mengenai keadaan pembiayaan

bermasalah yang sebenarnya sehingga tidak dapat mengambil

langkah-langkah pencegahan lebih dini.

2. Faktor eksternal

Non Performing Financing (NPF) dapat pula disebabkan oleh faktor

eksternal, yaitu:

a. Kegagalan usaha debitur

Kegagalan usaha debitur dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor

yang terdapat dalam lingkungan usaha debitur. Faktor-faktor

tersebut dapat berupa kegagalan produksi, distribusi, pemasaran

maupun regulasi terhadap suatu industri.

b. Menurunnya kegiatan ekonomi

Menurunnya kegiatan ekonomi terutama pada sektor-sektor usaha

tertentu akibat adanya kebijakan pemerintah telah menjadi salah

satu penyebab kesulitan debitur untuk memenuhi kewajibannya

kepada bank.

c. Pemanfaatan iklim persaingan perbankan yang tidak sehat oleh

debitur

Persaingan perbankan yang ketat sering dimanfaatkan oleh

beberapa calon debitur dengan cara tertentu yang mendorong bank

menawarkan persyaratan pembiayaan yang lebih ringan dan

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

37

jumlah pembiayaan yang lebih besar. Pada akhirnya pemberian

yang berlebihan dapat mendorong debitur yang bersangkutan

menggunakan kelebihan dana tersebut untuk tujuan spekulatif.

d. Musibah yang terjadi pada usaha debitur atau kegiatan usahanya

Beberapa pembiayaan bermasalah yang terjadi karena musibah

yang dialami debitur seperti sarana usaha mengalami kebakaran,

sementara debitur atau bank tidak melakukan pengamanan

penutupan asuransi.

2.5.3 Dampak Pembiayaan Bermasalah (Non Performing Financing)

Pembiayaan bermasalah dalam jumlah besar dapat mendatangkan dampak

yang kurang menguntungkan baik bagi pemberi pembiayaan, dunia perbankan

maupun terhadap kegiatan ekonomi dan moneter negara. Menurut Mahmoeddin

(111:2004), dampak yang akan diakibatkan oleh pembiayaan bermasalah, yaitu:

1. Dampak terhadap kelancaran operasi bank pemberi pembiayaan

Bank yang dirongrong masalah pembiayaan bermasalah dalam jumlah

besar akan mengalami kesulitan operasional. Pembiayaan dengan

kualitas buruk memerlukan cadangan penghapusan yang semakin besar

sehingga menyebabkan biaya yang harus ditanggung untuk

mengadakan cadangan tersebut semakin besar, hal ini jelas

mempengaruhi profitabilitas bank syariah. Profitabilitas yang semakin

menurun akan mengurangi modal sendiri kemudian CAR akan

menurun, sehingga bank memerlukan modal dana segar, apabila bank

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

38

syariah tidak dapat menambah modal sendiri maka nilai kesehatan

operasi akan menurun. Hal ini akan mempengaruhi kepercayaan

masyarakat terhadap bank tersebut.

2. Dampak terhadap dunia perbankan

Pembiayaan bermasalah dalam jumlah besar akan menurunkan tingkat

operasi bank tersebut. Penurunan pembiayaan dan profitabilitas yang

sudah sangat parah akan mempengaruhi likuiditas, solvabilitas, dan

rentabilitas bank, maka kepercayaan para penitip dana terhadap bank

akan menurun.

3. Dampak terhadap ekonomi dan moneter negara

Sistem perbankan yang terganggu karena pembiayaan bermasalah akan

menghilangkan kesempatan bank untuk membiayai kegiatan

operasinya dan perluasan debitur lain karena terhentinya perputaran

dana yang akan dipinjamkan. Hal ini akan memperkecil kesempatan

pengusaha lain untuk memanfaatkan peluang bisnis dan investasi yang

ada.

2.5.4 Upaya Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah (Non Performing

Financing)

Risiko yang terjadi dari pembiayaan adalah pembiayaan yang bermasalah

atau ketidakmampuan peminjam untuk membayar kewajiban yang telah

dibebankan, untuk mengantisipasi hal tersebut maka bank syariah harus mampu

menganalisis metode penyelesaiannya. Menurut Kasmir (126:2008), bahwa

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

39

penyelesaian pembiayaan bermasalah adalah upaya bank untuk menjaga kualitas

pembiayaan dan menghindari risiko kerugian yang mungkin akan diderita bank

dengan sasaran utama dari pendekatan sisi aktiva dan pasiva bank yaitu:

1. Memperbaiki dan meningkatkan kualitas aktiva produktif.

2. Menekan penghapusan penyisihan aktiva produktif yang dibentuk.

3. Meningkatkan penerimaan bunga pinjaman dan operasional

perkreditan bank.

4. Upaya memperoleh dana murah dari hasil penagihan pembiayaan

bermasalah yang telah dihapus buku (write off) sehingga dapat

memberi sumbangan bagi peningkatan likuiditas maupun ekuitas bank.

5. Memudahkan penyusunan business plan bank tersebut dalam

memprediksi target-target perusahaan yang bermuara pada tingkat

kesehatan suatu bank.

6. Memperbaiki reputasi dan citra bank tersebut.

Tindakan penyelesaian pembiayaan bermasalah dapat dilakukan dengan

beberapa cara sebagai berikut:

1. Rescheduling, yaitu perubahan syarat pembiayaan berupa jadwal atau

jangka waktu pembiayaan baik pokok, tunggakan margin maupun

masa tenggang, sehingga debitur akan mampu memenuhi

kewajibannya pada bank.

2. Reconditioning , yaitu perubahan syarat pembiayaan berupa perubahan

sebagian atau seluruh syarat-syarat pembiayaan yang tidak terbatas

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

40

pada perubahan jadwal pembayaran, jangka waktu dan atau

persyaratan lainnya sepanjang tidak menyangkut perubahan maksimal

saldo pembiayaan, sehingga debitur akan mampu memenuhi

kewajibannya pada bank.

3. Restructuring, yaitu debitur akan mampu memenuhi kewajibannya

pada bank dengan perubahan syarat-syarat yang menyangkut:

a. Penurunan margin pembiayaan.

b. Penurunan tunggakan pokok pembiayaan.

c. Perpanjangan jangka waktu pembiayaan.

d. Penambahan fasilitas pembiayaan.

e. Pengambilan aset debitur sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

f. Konversi pembiayaan menjadi penyertaan modal sementara pada

perusahaan debitur.

2.6 Profitabilitas

2.6.1 Pengertian Profitabilitas

Sebagaimana bank umum lainnya (bank konvensional), tugas utama bank

syariah adalah mengoptimalkan laba, meminimalkan risiko, dan menjamin

tersedianya likuiditas yang cukup.

Pengertian profitabilitas menurut Mahmoeddin (20:2004), adalah:

“Kemampuan bank untuk memperoleh keuntungan”

Munawir (33:2004) mengemukakan bahwa :

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

41

”Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

laba selama periode tertentu”.

Tingkat keuntungan yang dihasilkan oleh bank atau yang lebih dikenal

dengan istilah profitabilitas merupakan pengukuran mengenai kemampuan bank

dalam menghasilkan laba dan aset yang digunakan, dengan demikian profitabilitas

dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk mengukur dan mengevaluasi kinerja

bank.

Menurut Kasmir (196:2012) mendefinisikan profitabilitas yaitu:

“Rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan

perusahaan dalam mencari keuntungan.”

Triyuwono dan As’Udi (87:2001), menyatakan bahwa tujuan keuntungan

dalam akuntansi syariah adalah untuk memenuhi salah satu rukun Islam yaitu

kewajiban menunaikan zakat. Oleh karena itu, keuntungan dalam akuntansi

syariah diperlukan untuk menilai jalannya operasional usaha, apakah sudah

dilakukan secara efisien atau belum. Hal ini sangat penting untuk melakukan

pertanggungjawaban, baik pertanggungjawaban kepada Allah SWT yang

dimanifestasikan dalam bentuk penentuan pembayaran zakat.

Segala aktivitas penghimpunan dana dan penyaluran dana bank tercermin

dalam laporan keuangan dimana proses pencatatan sampai tercerminnya laporan

keuangan harus dilakukan dengan benar, sehingga informasi yang dihasilkan

dapat digunakan oleh pihak umum. Hal ini menunjukkan bahwa sistem

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

42

akuntansinya harus menjaga output yang dihasilkan tetap dalam kebenaran,

keadilan, dan kejujuran sebagaimana halnya hakikat dalam ajaran agama Islam.

Laporan keuangan yang diterbitkan bank syariah secara lengkap

diisyaratkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan 101 (Revisi 2011)

yang terdiri dari:

1. Laporan Posisi Keuangan

2. Laporan Laba Rugi

3. Laporan Perubahan Ekuitas

4. Laporan Arus Kas

5. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Zakat

6. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan , dan

7. Catatan atas Laporan Keuangan

Mengoptimalkan keuntungan dalam akuntansi syariah tidak berarti bahwa

bentuk hanya melakukan usaha peningkatan keuntungan, lebih dari itu bank juga

harus memperhitungkan tingkat investasi modal untuk menjaga agar pendapatan

terutama keuntungan terus dapat ditingkatkan. Bank syariah harus mempersiapkan

strategi penggunaan dana-dana yang dihimpunnya sesuai dengan rencana alokasi

berdasarkan kebijakan yang telah digariskan agar mencapai tingkat keuntungan

yang cukup dan tingkat risiko yang rendah.

Tingkat keuntungan yang dihasilkan bank dikenal dengan istilah

profitabilitas, yang merupakan pengukuran mengenai kemampuan bank untuk

menghasilkan keuntungan dari aset yang digunakan.

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

43

Mahmoeddin (20:2004) menjelaskan bahwa:

“Analisa profitabilitas akan dicari hubungan timbal balik antara pos-pos yang ada dalam income statement itu sendiri maupun hubungan timbal balik dengan pos-pos yang ada dalam neraca bank untuk mendapatkan berbagai indikasi yang berguna dalam mengukur efisiensi dan profitabilitas bank yang bersangkutan.”

Kasmir (297:2008) menyatakan bahwa:

“Rasio rentabilitas sering disebut profitabilitas usaha. Rasio rentabilitas

digunakan untuk mengukur tingkat efisien usaha dan profitabilitas yang dicapai

oleh bank yang bersangkutan.”

Tjoekam (270:2000) menyatakan bahwa:

“Kinerja bank umumnya diukur dengan profitabilitas itu sendiri

menggunakan ukuran ROE dan ROA”.

Menurut Arifin (64:2003) bahwa ada dua rasio yang biasanya dipakai

untuk mengukur kinerja bank, yaitu:

1. Return On Assets (ROA), adalah perbandingan antara pendapatan

bersih (net income) dengan rata-rata aktiva (average assets) atau

perbandingan dari laba sebelum pajak dan zakat terhadap total aset.

Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, kondisi ideal Return on

Assets (ROA) yang harus dicapai minimal 1.25%.

2. Return On Equity (ROE), didefinisikan sebagai perbandingan antara

pendapatan bersih (net income) dengan rata-rata modal (average

equity) atau investasi para pemilik bank. Dilihat dari pandangan para

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

44

pemilik, Return on Equity (ROE) adalah ukuran yang lebih penting

karena mereflesikan kepentingan kepemilikan mereka.

Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia. Perusahaan unggulan

biasanya memiliki nilai Return on Equity (ROE) yang berada

diatas level 25%.

2.6.2 Return On Assets (ROA)

ROA berguna untuk menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam

menghasilkan laba dari pengelolaan asset yang dimiliki. Dalam perhitungan ROA,

besarnya nilai Return On Assets dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut

(Arifin, 64:2003):

Laba Sebelum Pajak dan Zakat

ROA = x 100%

Total Aset

ROA digunakan untuk mengukur profitabilitas bank karena Bank

Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai

profitabilitas suatu bank, diukur dengan assets yang dananya sebagian besar dari

dana simpanan masyarakat (Dendawijaya, 118:2009).

Keunggulan menggunakan rasio ROA (Van Horne dan Wachowicz,

163:2011) :

ROA mudah dihitung, dipahami dan sangat berarti dalam nilai

absolute.

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

45

ROA sebagai tolok ukur prestasi manajemen dalam memanfaatkan

aktiva yang dimiliki perusahaan untuk memperoleh laba.

ROA sebagai alat mengevaluasi atas penerapan kebijakan-

kebijakan manajemen.

Nilai ROA yang semakin mendekati 1, berarti semakin baik profitabilitas

perusahaan karena setiap aktiva yang ada dapat menghasilkan laba. Dengan

demikian dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi ROA berarti kinerja

perusahaan semakin efektif, sehingga struktur modal perusahaan dapat

mencerminkan aktivitas pembiayaan dengan tingkat pengembalian atau laba yang

didapat (Kasmir, 197:2012).

2.6.3 Return On Equity (ROE)

Menurut Reeve, Warren dan Dunhac (346:2009), menyatakan bahwa:

“Return On Equity mengukur tingkat pendapatan yang diterima

sehubungan dengan jumlah yang diinvestasikan oleh para pemegang saham”.

Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut (Arifin, 64:2003):

Laba Sebelum Pajak dan Zakat

ROE = x 100% Total Equity

Tingkat Return On Equity (ROE) yang cukup tinggi menunjukkan

perusahaan mampu menggunakan ekuitasnya dengan efisien dan efektif, sehingga

para investor percaya bahwa perusahaan akan dapat memberikan pendapatan yang

lebih besar. Apabila suatu perusahaan memiliki tingkat ROE yang rendah maka

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

46

minat investor terhadap saham menjadi rendah pula (Reeve, Warren dan

Dunhac, 345:2009).

Berdasarkan teori-teori di atas maka penulis menggunakan Return On

Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE) untuk dijadikan sebagai ukuran

profitabilitas pada penelitian ini. Dan alasan yang dapat disimpulkan adalah

karena ROA dalam analisis keuangan mempunyai arti yang sangat penting yaitu

merupakan salah satu teknis analisis yang lazim digunakan untuk mengukur

tingkat efektifitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Selain itu penulis juga

menggunakan ROE karena penulis ingin melihat profitabilitas dari sudut pandang

calon investor, dimana ROE ini memiliki arti penting untuk menilai prospek

perusahaan di masa datang dan dalam memenuhi harapan pemegang saham.

2.7 Peneliti Terdahulu

Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan Financing to Deposit Ratio

(FDR), Non Performing Financing (NPF), dan Profitabilitas adalah sebagai

berikut :

1) Susilawati (2011), penelitian yang dilakukan adalah meneliti pembiayaan

mudharabah terhadap Non Performing Financing (NPF). Dalam

penelitian ini objek yang diteliti adalah Bank BPR Syariah Baiturridha

Pusaka. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh

pembiayaan mudharabah terhadap Non Performing Financing (NPF).

2) Kharisma (2011), pada penelitian ini peneliti meneliti dana pihak ketiga

dan Non Performing Financing terhadap profitabilitas. Penelitian ini

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

47

menghasilkan kesimpulan bahwa secara simultan dana pihak ketiga dan

Non Performing Financing secara bersama-sama berpengaruh signifikan

terhadap profitabilitas. Dan Secara Parsial terdapat pengaruh yang

signifikan antara dana pihak ketiga terhadap profitabilitas dan terdapat

pengaruh yang tidak signifikan antara Non Performing Financing

terhadap profitabilitas.

3) Priyono (2009), penelitian ini dilakukan untuk meneliti Financing To

Deposit Ratio , Debt to Equity Ratio, Total Dana Pihak Ketiga dan

Perputaran aktiva terhadap Profititabilitas. Secara garis besar ditarik

kesimpulan bahwa terdapat pengaruh simultan dan parsial antara

Financing To Deposit Ratio , Debt to Equity Ratio, Total Dana Pihak

Ketiga dan Perputaran aktiva terhadap Profititabilitas.

4) Arifa (2008), penelitian ini meneliti apakah ada pengaruh Non

Performing Financing dan Financing To deposit Ratio Terhadap

Presentase Return Bagi Hasil Deposito Mudharabah Mutlaqah. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa Financing To Deposit Ratio (FDR) dan

Non Performing Financing (NPF) secara simultan atau bersama-sama

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return Bagi Hasil

Deposito Mudharabah Mutlaqah.

5) Mutaminah dan Chasanah (2012), penelitian ini meneliti analisis

eksternal dan internal dalam menentukan Non Performing Financing

Bank Umum Syariah di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

48

GDP (Gross Domestic Product) berpengaruh positif tidak signifikan

terhadap NPF bank umum syariah, inflasi berpengaruh egatif signifikan

terhadap NPF bank umum syariah, kurs atau nilai tukar berpengaruh

positif namun tidak signifikan terhadap tingkat rasio NPF bank umum

syariah, rasio return pembiayaan profit loss sharing terhadap return total

pembiayaan (RR) berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap NPF

bank umum syariah, rasio alokasi pembiayaan murabahah terhadap

alokasi pembiayaan profit loss sharing (RR) berpengaruh negatif

signifikan terhadap tingkat rasio NPF bank umum syariah.

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

49

Tabel 2.5

Tabel Perbandingan Skripsi dengan Penelitian Terdahulu

No Penulis / Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan

1. Susi Susilawati (2011)

Pengaruh pembiayaan mudharabah terhadap Non Performing Financing (NPF) Pada Bank BPR Syariah Baitturidha Pusaka Periode 2010-2011

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh pembiayaan mudharabah terhadap Non Performing Financing (NPF).

Persamaan penelitian penulis dengan penelitian Susi Susilawati (2011) adalah pada variabel Non Performing Financing (NPF) sama sama dihitung dengan perbandingan antara pembiayaan bermasalah terhadap total pembiayaan.

- Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian oleh Susi Susilawati (2011) adalah Non Performing Financing (NPF)pada penelitian Susi Susilawati digunakan sebagai variabel dependen , sedangkan penulis menggunakan Non Performing Financing (NPF) sebagai variabel independen.

- Pada hal pembiayaan penelitian Susi Susilawati lebih berfokus pada pembiayaan mudharabah sedangkan penulis pembiayaan menyeluruh baik murabahah maupun mudharabah

2. Dea Naufal Kharisma (2011)

Pengaruh dana pihak ketiga dan non performing financing terhadap profitabilitas perbankan syariah pada periode 2008-

- Secara simultan dana pihak ketiga dan non performing financingsecara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.

Persamaan penelitian penulis dengan penelitian Dea Naufal Kharisma adalah variabel independen yang digunakan adalah non performing financing, dan variabel dependen yang digunakan

Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian Dea Naufal Kharisma adalah pada variabel independen penulis menggunakan Financing to Deposit Ratio sebagai X1 sedangkan Dea Naufal Kharisma menggunakan

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

50

2011 - Secara Parsial terdapat pengaruh yang signifikan antara dana pihak ketiga terhadap profitabilitas dan terdapat pengaruh yang tidak signifikan antara non performing financing terhadap profitabilitas.

adalah profitabilitas . Dalam penelitian ini, profitabilitas sama dihitung menggunakan rasio ROA (Return On Investment)

Dana Pihak Ketiga.

3. Priyono (2009)

Pengaruh Financing to deposit Ratio , Debt to Equity Ratio, Total Dana Pihak Ketiga dan Perputaran aktiva terhadap Profitabilitas (studi pada Bank Syariah Mandiri, Tbk tahun 2004 -2007)

Terdapat pengaruh simultan dan parsial antara Financing To Deposit Ratio , Debt to Equity Ratio, Total Dana Pihak Ketiga dan Perputaran aktiva terhadap Profitabilitas.

Persamaan penelitian penulis dengan penelitian Priyono adalah variabel independen yang digunakan adalah financing to deposit ratio, dan variabel dependen yang digunakan adalah profitabilitas. Dalam penelitian ini, profitabilitas sama dihitung menggunakan rasio ROA.

Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian Priyono adalah Penulis tidak menggunakan Debt To Equity Ratio, Total Dana Pihak Ketiga dan Perputaran Aktiva sebagai variabel independen.

4. Umaira Arifa (2008)

Pengaruh Non Performing Financingdan Financing To deposit RatioTerhadap Presentase Return Bagi Hasil Deposito Mudharabah Mutlaqah pada Bank Muamalat Indonesia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Financing To Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF)secara simultan atau bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return Bagi Hasil Deposito Mudharabah Mutlaqah.

Persamaan penelitian penulis dengan penelitian Umaira Arifaadalah variabel independen yang digunakan adalah non performing financing dan financing to deposit ratio.

Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian Umaira Arifa adalah pada variabel dependennya. Penelitian Umaira Arifa menggunakan Presentase Return Bagi Hasil Deposito Mudharabah Mutlaqahsebagai variabel dependen sedangkan penulis menggunakan variabel dependen profitabilitas.

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

51

5. Mutaminah dan Siti Nur Zaidah Chasanah (2012)

Analisis eksternal dan internal dalam menentukan Non Performing Financing Bank Umum Syariah di Indonesia.

- GDP (Gross Domestic Product) berpengaruh positif tidak signifikan terhadap NPF bank umum syariah.

- Inflasi berpengaruh egatif signifikan terhadap NPF bank umum syariah.

- Kurs atau nilai tukar berpengaruh positif namun tidak signifikan terhadap tingkat rasio NPF bank umum syariah.

- Rasio return pembiayaan profit loss sharing terhadap returntotal pembiayaan (RR) berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap NPF bank umum syariah

- rasio alokasi pembiayaan murabahah terhadap alokasi

Persamaan penelitian penulis dengan penelitian Mutaminah dan Siti Nur Zaidah adalah sama-sama meneliti Non Performing Financing pada Bank Umum Syariah di Indonesia.

Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian Mutaminah dan Siti Nur Zaidah adalah peneliti menggunakan Financing to Deposit Ratio dan Non Performing Financingsebagai variabel independen dan profitabilitas sebagai variabel dependen yang diukur menggunakan ROA dan ROE.

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

52

pembiayaan profit loss sharing (RR) berpengaruh negatif signifikan terhadap tingkat rasio NPF bank umum syariah.

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

53

2.8 Kerangka Pemikiran

2.8.1 Pengaruh Financing To Deposit Ratio (FDR) Terhadap Profitabilitas

Sesuai dengan usaha bank yang utama adalah penyaluran kredit dan jika

dilihat dari struktur asset bank maka kredit/pembiayaan merupakan earning asset

terbesar dibandingkan dengan asset lainnya. Hal ini seperti yang diungkapkan

Abdullah (32:2005) bahwa:

“Uang tunai yang dimiliki bank bisa bersumber dari modal sendiri, maupun

sumber-sumber lain dan sewaktu-waktu dapat ditarik kembali baik secara

keseluruhan maupun secara berangsur-angsur, selanjutnya berdasarkan peran bank

sebagai perantara keuangan (Financial Intermediary) dana tersebut disalurkan

kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dalam bentuk kredit atau alternative

lainnya. Berdasarkan uraian tersebut maka operasional bank bertujuan mendapatkan

keuntungan dari selisih bunga pinjaman kepada debitur dengan suku bunga simpanan

yang dibayarkan kepada masyarakat sebagai nasabah yang menyimpan dananya

kepada bank. Selisih bunga yang diterima sebagai keuntungan bank itu disebut

spread”.

Dari definisi tersebut dapat disimpulkan semakin besar Financing to

Deposit Ratio (FDR) berarti semakin besar tingkat profitabilitas. Dengan semakin

besar (FDR) berarti semakin besar ekspansi pembiayaan yang disalurkan oleh

bank. Dengan semakin besar ekspansi pembiayaan maka akan semakin besar pula

profitabilitas bank karena pendapatan yang berasal dari pembiayaan yaitu

pendapatan bagi hasil akan semakin besar pula.

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

54

2.8.2 Pengaruh Non Performing Financing (NPF) Terhadap Profitabilitas

Bank Syariah dituntut untuk selalu menjaga pembiayaan agar tidak berada

dalam kategori pembiayaan bermasalah, risiko yang dihadapi bank adalah risiko

tidak terbayarnya pembiayaan atau bagi hasil yang sering disebut default risk atau

risiko pembiayaan. Risiko pembiayaan timbul dari berbagai pembiayaan yang

masuk dalam kategori bermasalah yang dapat mengganggu tingkat kesehatan

bank bila berada dalam tingkat yang tinggi. Meskipun risiko pembiayaan

bermasalah tidak dapat terhindarkan, maka harus diusahakan dalam tingkat wajar.

Menurut Firdaus dan Ariyanti (4:2009) menyatakan bahwa:

“Kegiatan menyalurkan kredit oleh bank mengandung resiko (credit risk) yang dapat mempengaruhi kesehatan dan keberlangsungan usaha bank, likuiditas, rentabilitas (profitabilitas), serta solvabilitas bank sangat dipengaruhi oleh keberhasilan atau kegagalan dalam pengelolaan kredit bank yang juga secara langsung dan tidak langsung akan mempengaruhi perekonomian suatu negara.”

Dari pengertian di atas dapat diidentifikasi bahwa dalam rangka kegiatan

penyaluran kredit/pembiayaan oleh bank yang bertujuan memperoleh laba

terkandung risiko-risiko yang harus dihadapi, ada dua hal yang dipikirkan oleh

manajemen bank dalam pengelolaan kredit atau pembiayaan yakni besaran total

yang diambil untuk menaikkan laba dan berapa banyak risiko yang harus diambil

bank.

Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa tingkat Financing

to Deposit Ratio (FDR) dan Non Performing Financing (NPF) memiliki hubungan

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

55

dengan tingkat profitabilitas bank syariah. Hubungan tersebut dapat dituangkan

dalam bagan kerangka pemikiran sebagai berikut :

Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran

2.9 Hipotesis Penelitian

Penggunaan hipotesis dalam penelitian karena hipotesis sesungguhnya baru

sekedar jawaban sementara terhadap hasil penelitian yang akan dilakukan. Dengan

hipotesis, penelitian menjadi jelas terarah pegujiannya. Dengan kata lain hipotesis

membimbing peneliti dalam melaksanakan penelitian dilapangan baik sebagai objek

maupun dalam pengumpulan data. Menurut Sekaran (135:2007), menerangkan

bahwa: “Hipotesis didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis di

antara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat

diuji”. Penggunaan hipotesis dalam penelitian karena hipotesis sesungguhnya baru

sekedar jawaban sementara terhadap hasil penelitian yang akan dilakukan.

Berdasarkan uraian kerangka pemikiran di atas, maka yang dapat disajikan oleh

penulis berhipotesis :

H1 : Financing To Deposit Ratio berpengaruh terhadap profitabilitas bank

Financing To Deposit Ratio

(X1)

Non Performing Financing

(X2)

Profitabilitas (Y)

Page 47: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Commercial ...

56

syariah.

H2 : Non Performing Financing berpengaruh terhadap profitabilitas bank

syariah.

H3 : Financing To Deposit Ratio dan Non Performing Financing berpengaruh

simultan terhadap profitabilitas bank syariah.