BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk...

47
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Laporan Keuangan Daerah Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan. Tujuan umum laporan keuangan adalah menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran, saldo anggaran lebih, arus kas, hasil operasi, dan perubahan ekuitas suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya. Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya, dengan: a) menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas pemerintah; b) menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya ekonomi, kewajiban, dan ekuitas pemerintah; c) menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan sumber daya ekonomi;

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Laporan Keuangan Daerah

Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur

mengenai posisi keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh

suatu entitas pelaporan. Tujuan umum laporan keuangan adalah

menyajikan informasi mengenai posisi keuangan, realisasi anggaran,

saldo anggaran lebih, arus kas, hasil operasi, dan perubahan ekuitas

suatu entitas pelaporan yang bermanfaat bagi para pengguna dalam

membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber daya.

Secara spesifik, tujuan pelaporan keuangan pemerintah adalah untuk

menyajikan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan

dan untuk menunjukkan akuntabilitas entitas pelaporan atas sumber

daya yang dipercayakan kepadanya, dengan:

a) menyediakan informasi mengenai posisi sumber daya ekonomi,

kewajiban, dan ekuitas pemerintah;

b) menyediakan informasi mengenai perubahan posisi sumber daya

ekonomi, kewajiban, dan ekuitas pemerintah;

c) menyediakan informasi mengenai sumber, alokasi, dan penggunaan

sumber daya ekonomi;

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

11

d) menyediakan informasi mengenai ketaatan realisasi terhadap

anggarannya;

e) menyediakan informasi mengenai cara entitas pelaporan mendanai

aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya;

f) menyediakan informasi mengenai potensi pemerintah untuk

membiayai penyelenggaraan kegiatan pemerintahan;

g) menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi

kemampuan entitas pelaporan dalam mendanai aktivitasnya

Laporan keuangan untuk tujuan umum juga mempunyai

peranan prediktif dan prospektif, menyediakan informasi yang

berguna untuk memprediksi besarnya sumber daya yang dibutuhkan

untuk operasi yang berkelanjutan, sumberdaya yang dihasilkan dari

operasi yang berkelanjutan, serta risiko dan ketidakpastian yang

terkait. Pelaporan keuangan juga menyajikan informasi bagi pengguna

mengenai:

a) indikasi apakah sumber daya telah diperoleh dan digunakan sesuai

dengan anggaran; dan

b) indikasi apakah sumber daya diperoleh dan digunakan sesuai

dengan ketentuan, termasuk batas anggaran yang ditetapkan oleh

DPR/DPRD.

Untuk memenuhi tujuan umum ini, laporan keuangan

menyediakan informasi mengenai entitas pelaporan dalam hal:

a. aset;

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

12

b. kewajiban;

c. ekuitas;

d. pendapatan-LRA;

e. belanja;

f. transfer;

g. pembiayaan;

h. saldo anggaran lebih

i. pendapatan-LO;

j. beban; dan

k. arus kas.

Komponen-komponen yang terdapat dalam satu set laporan

keuangan terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran (budgetary

reports) dan laporan finansial, sehingga seluruh komponen menjadi

sebagai berikut:

a) Laporan Realisasi Anggaran;

b) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih;

c) Neraca;

d) Laporan Operasional;

e) Laporan Arus Kas;

f) Laporan Perubahan Ekuitas;

g) Catatan atas Laporan Keuangan.

Komponen-komponen laporan keuangan tersebut disajikan

oleh setiap entitas pelaporan, kecuali:

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

13

(a) Laporan Arus Kas yang hanya disajikan oleh entitas yang

mempunyai fungsi perbendaharaan umum;

(b) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih yang hanya disajikan

oleh Bendahara Umum Negara dan entitas pelaporan yang

menyusun laporan keuangan konsolidasiannya. Unit yang

mempunyai fungsi perbendaharaan umum adalah unit yang

ditetapkan sebagai bendahara umum negara/daerah dan/atau

sebagai kuasa bendahara umum negara/daerah.

Kegiatan keuangan pemerintah dibatasi dengan anggaran

dalam bentuk apropriasi atau otorisasi anggaran. Laporan keuangan

menyediakan informasi mengenai apakah sumber daya ekonomi telah

diperoleh dan digunakan sesuai dengan anggaran yang telah

ditetapkan. Laporan Realisasi Anggaran memuat anggaran dan

realisasi. Entitas pelaporan pemerintah pusat juga menyajikan Saldo

Anggaran Lebih pemerintah yang mencakup Saldo Anggaran Lebih

tahun sebelumnya, penggunaan Saldo Anggaran Lebih, Sisa

Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA) tahun berjalan,

dan penyesuaian lain yang diperkenankan.

Laporan keuangan memberikan informasi tentang sumber

daya ekonomi dan kewajiban entitas pelaporan pada tanggal pelaporan

dan arus sumber daya ekonomi selama periode berjalan. Informasi ini

diperlukan pengguna untuk melakukan penilaian terhadap kemampuan

entitas pelaporan dalam menyelenggarakan kegiatan pemerintahan di

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

14

masa mendatang. Entitas pelaporan menyajikan informasi untuk

membantu para pengguna dalam memperkirakan hasil operasi entitas

dan pengelolaan aset, seperti halnya dalam pembuatan dan evaluasi

keputusan mengenai alokasi sumber daya ekonomi.

Entitas yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum

menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan, perubahan kas

dan setara kas selama suatu periode akuntansi dan saldo kas dan setara

kas pada tanggal pelaporan. Entitas pelaporan menyajikan kekayaan

bersih pemerintah yang mencakup ekuitas awal, surplus/defisit

periode bersangkutan, dan dampak kumulatif akibat perubahan

kebijakan dan kesalahan mendasar. Untuk menghindari

kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan

harus mengungkapkan semua informasi penting baik yang telah tersaji

maupun yang tidak tersaji dalam lembar muka laporan keuangan.

Entitas pelaporan mengungkapkan informasi tentang ketaatan

terhadap anggaran.

2.1.2. Penyajian Laporan Keuangan

Standar Akuntansi Pemerintahan mengatur penyajian

laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial

statements) dalam rangka meningkatkan keterbandingan laporan

keuangan baik terhadap anggaran, antar periode, maupun antar entitas.

Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan

keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

15

sebagian besar pengguna laporan. Untuk mencapai tujuan tersebut,

standar ini menetapkan seluruh pertimbangan dalam rangka penyajian

laporan keuangan, pedoman struktur laporan keuangan, dan

persyaratan minimum isi laporan keuangan.

Laporan keuangan disusun dengan menerapkan basis kas

untuk pengakuan pos-pos pendapatan, belanja, dan pembiayaan, serta

basis akrual untuk pengakuan pos-pos aset, kewajiban, dan ekuitas

dana. Pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan transaksi-transaksi

spesifik dan peristiwa-peristiwa yang lain, diatur dalam standar

akuntansi pemerintahan lainnya.

Ruang Lingkup

Laporan keuangan untuk tujuan umum yang disusun dan

disajikan dengan basis kas untuk pengakuan pos-pos pendapatan,

belanja, transfer, dan pembiayaan, serta basis akrual untuk pengakuan

pos-pos aset, kewajiban, dan ekuitas dana.

Laporan keuangan untuk tujuan umum adalah laporan yang

dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pengguna. Yang dimaksud

dengan pengguna adalah masyarakat, legislatif, lembaga

pemeriksa/pengawas, fihak yang memberi atau berperan dalam proses

donasi, investasi, dan pinjaman, serta pemerintah. Laporan keuangan

meliputi laporan keuangan yang disajikan terpisah atau bagian dari

laporan keuangan yang disajikan dalam dokumen publik lainnya

seperti laporan tahunan

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

16

Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan berlaku untuk

entitas pelaporan dalam menyusun laporan keuangan suatu entitas

pemerintah pusat, PSAP 01 – 2 pemerintah daerah, dan laporan

keuangan konsolidasian, tidak termasuk perusahaan negara/daerah.

2.1.2.1. Basis Akuntansi

Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan

keuangan pemerintah yaitu basis kas untuk pengakuan

pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dan basis

akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana.

Entitas pelaporan diperkenankan untuk

menyelenggarakan akuntansi dan penyajian laporan keuangan

dengan menggunakan sepenuhnya basis akrual, baik dalam

pengakuan pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan,

maupun dalam pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana.

Entitas pelaporan yang menyelenggarakan akuntansi

dan menyajikan laporan keuangan dengan menggunakan

basis akrual tetap menyajikan Laporan Realisasi Anggaran

berdasarkan basis kas.

2.1.2.2. Tanggung Jawab Pelaporan Keuangan

Tanggung jawab penyusunan dan penyajian laporan

keuangan berada pada pimpinan entitas.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

17

2.1.2.3. Komponen-Komponen Laporan Keuangan

Komponen-komponen yang terdapat dalam suatu set

laporan keuangan pokok adalah:

a) Laporan Realisasi Anggaran;

b) Neraca;

c) Laporan Arus Kas; dan

d) Catatan atas Laporan Keuangan.

Komponen-komponen laporan keuangan tersebut

disajikan oleh setiap entitas pelaporan, kecuali Laporan Arus

Kas yang hanya disajikan oleh unit yang mempunyai fungsi

perbendaharaan.

Unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan adalah

unit yang ditetapkan sebagai bendaharawan umum

negara/daerah dan/atau sebagai kuasa bendaharawan umum

negara/daerah.

Laporan keuangan memberikan informasi tentang

sumberdaya ekonomi dan kewajiban entitas pelaporan pada

tanggal pelaporan dan arus sumber daya ekonomi selama

periode berjalan. Informasi ini diperlukan pengguna untuk

melakukan penilaian terhadap kemampuan entitas pelaporan

dalam menyelenggarakan kegiatan pemerintahan di masa

mendatang.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

18

Kegiatan keuangan pemerintah dibatasi dengan

anggaran dalam bentuk apropriasi atau otorisasi anggaran.

Laporan keuangan menyediakan informasi mengenai apakah

sumber daya ekonomi telah diperoleh dan digunakan sesuai

dengan anggaran yang telah ditetapkan. Laporan Realisasi

Anggaran memuat anggaran dan realisasi.

Entitas pelaporan menyajikan informasi tambahan

untuk membantu para pengguna dalam memperkirakan

kinerja keuangan entitas dan pengelolaan aset, seperti halnya

dalam pembuatan dan evaluasi keputusan mengenai alokasi

sumber daya ekonomi. Informasi tambahan ini termasuk

rincian mengenai output entitas dan outcomes dalam bentuk

indikator kinerja keuangan, laporan kinerja keuangan,

tinjauan program dan laporan lain mengenai pencapaian

kinerja keuangan entitas selama periode pelaporan. entitas

pelaporan diperkenankan menyajikan Laporan Kinerja

Keuangan berbasis akrual dan Laporan Perubahan Ekuitas.

Entitas pelaporan mengungkapkan informasi tentang ketaatan

terhadap anggaran.

Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan

mensyaratkan adanya pengungkapan tertentu pada lembar

muka (on the face) laporan keuangan, mensyaratkan

pengungkapan pos-pos lainnya dalam lembar muka laporan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

19

keuangan atau dalam Catatan atas Laporan Keuangan, dan

merekomendasikan format sebagai lampiran standar ini yang

dapat diikuti oleh suatu entitas pelaporan sesuai dengan

situasi masing-masing.

Pernyataan SAP menggunakan istilah pengungkapan

dalam arti yang seluas-luasnya, meliputi pos-pos yang

disajikan dalam setiap lembar muka laporan keuangan

maupun dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Pengungkapan yang disyaratkan dalam Pernyataan Standar

Akuntansi Pemerintahan lainnya disajikan sesuai dengan

ketentuan dalam standar tersebut. Kecuali ada standar yang

mengatur sebaliknya, pengungkapan yang demikian dibuat

pada lembar muka laporan keuangan yang relevan atau dalam

Catatan atas Laporan Keuangan.

2.1.2.4. Identifikasi Laporan Keuangan

Laporan keuangan diidentifikasi dan dibedakan secara

jelas dari informasi lainnya dalam dokumen terbitan yang

sama. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan hanya

berlaku untuk laporan keuangan dan tidak untuk informasi

lain yang disajikan dalam suatu laporan tahunan atau

dokumen lainnya. Oleh karena itu, penting bagi pengguna

untuk dapat membedakan informasi yang disajikan menurut

Standar Akuntansi Pemerintahan dari informasi lain, namun

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

20

bukan merupakan subyek yang diatur dalam Pernyataan

Standar ini.

Setiap komponen laporan keuangan harus diidentifikasi

secara jelas. Di samping itu, informasi berikut harus

dikemukakan secara jelas dan diulang pada setiap halaman

laporan bilamana perlu untuk memperoleh pemahaman yang

memadai atas informasi yang disajikan:

a. Nama entitas pelaporan atau sarana identifikasi lainnya;

b. Cakupan laporan keuangan, apakah satu entitas tunggal

atau konsolidasian dari beberapa entitas pelaporan;

c. Tanggal pelaporan atau periode yang dicakup oleh laporan

keuangan, yang sesuai dengan komponen-komponen

laporan keuangan;

d. Mata uang pelaporan; dan

e. Tingkat ketepatan yang digunakan dalam penyajian angka-

angka pada laporan keuangan.

Persyaratan di atas dapat dipenuhi dengan penyajian

judul dan judul kolom yang singkat pada setiap halaman

laporan keuangan. Berbagai pertimbangan digunakan untuk

pengaturan tentang penomoran halaman, referensi, dan

susunan lampiran sehingga dapat mempermudah pengguna

dalam memahami laporan keuangan.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

21

Laporan keuangan seringkali lebih mudah dimengerti

bilamana informasi disajikan dalam ribuan atau jutaan rupiah.

Penyajian demikian ini dapat diterima sepanjang tingkat

ketepatan dalam penyajian angka-angka diungkapkan dan

informasi yang relevan tidak hilang.

2.1.2.5. Periode Pelaporan

Laporan keuangan disajikan sekurang-kurangnya sekali

dalam setahun. Dalam situasi tertentu, tanggal laporan suatu

entitas berubah dan laporan keuangan tahunan disajikan

dengan suatu periode yang lebih panjang atau lebih pendek

dari satu tahun, entitas pelaporan mengungkapkan informasi

berikut:

a) alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun,

b) fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif untuk laporan

tertentu seperti arus kas.

Dalam situasi tertentu suatu entitas pelaporan harus

mengubah tanggal pelaporannya, misalnya sehubungan

dengan adanya perubahan tahun anggaran. Pengungkapan

atas perubahan tanggal pelaporan adalah penting agar

pengguna yang disajikan untuk periode sekarang dan jumlah-

jumlah komparatif tidak dapat diperbandingkan. Contoh

selanjutnya adalah dalam masa transisi dari akuntansi

berbasis kas ke akrual, suatu entitas pelaporan mengubah

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

22

tanggal pelaporan entitas-entitas akuntansi yang berada

dalam entitas pelaporan untuk memungkinkan penyusunan

laporan keuangan konsolidasian.

Kegunaan laporan keuangan berkurang bilamana

laporan tidak tersedia bagi pengguna dalam suatu periode

tertentu setelah tanggal pelaporan. Faktor-faktor yang

dihadapi seperti kompleksitas operasi suatu entitas pelaporan

bukan merupakan alasan yang cukup atas kegagalan

pelaporan yang tepat waktu. Batas waktu penyampaian

laporan selambat lambatnya 6 (enam) bulan setelah

berakhirnya tahun anggaran.

2.1.2.6. Laporan Realisasi Anggaran

Laporan Realisasi Anggaran mengungkapkan kegiatan

keuangan pemerintah pusat/daerah yang menunjukkan

ketaatan terhadap APBN/APBD. Laporan Realisasi Anggaran

menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan penggunaan sumber

daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah

dalam satu periode pelaporan.

Laporan Realisasi Anggaran menyajikan sekurang

kurangnya unsur-unsur sebagai berikut:

a) pendapatan;

b) belanja;

c) transfer;

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

23

d) surplus/defisit;

e) pembiayaan;

f) sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran.

Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan

perbandingan antara anggaran dengan realisasinya dalam satu

periode pelaporan. Laporan Realisasi Anggaran dijelaskan

lebih lanjut dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Penjelasan tersebut memuat hal-hal yang mempengaruhi

pelaksanaan anggaran seperti kebijakan fiskal dan moneter,

sebab-sebab terjadinya perbedaan yang material antara

anggaran dan realisasinya, serta daftar-daftar yang merinci

lebih lanjut angka-angka yang dianggap perlu untuk

dijelaskan. PSAP No. 02 mengatur persyaratan-persyaratan

untuk penyajian Laporan Realisasi Anggaran dan

pengungkapan informasi terkait.

2.1.2.7. Neraca

Menurut PP no. 71 tahun 2010 neraca adalah salah satu

komponen laporan keuangan yang menggambarkan posisi

keuangan suatu entitas pelaporan pada tanggal tertentu. Yang

dimaksud dengan posisi keuangan adalah posisi aset,

kewajiban, dan ekuitas dana.

Penyajian laporan keuangan berupa neraca adalah

penting, sebab pemerintah umumnya mempunyai jumlah aset

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

24

yang signifikan, utang, dan ekuitas dana. Pengungkapan atas

informasi ini merupakan suatu elemen dasar dari transparansi

fiskal dan akuntabilitas (Diamond, 2002). Di samping itu,

seiring dengan tuntutan yang dikehendaki dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 11 Tahun 2001 tentang Sistem Informasi

Keuangan Daerah, neraca pembukaan (neraca yang pertama

kali dibuat) menjadi sesuatu yang harus dimiliki oleh setiap

pemerintah daerah. Sebab, bila Sistem Informasi Keuangan

Daerah (SIKD) ingin menghasilkan laporan keuangan secara

lengkap pada akhir tahun, maka perlu terlebih dahulu disusun

neraca pembukaan (opening balance). Apabila hal ini tidak

segera diantisipasi oleh pemerintah daerah, maka bukan tidak

mungkin reformasi dalam keuangan daerah menjadi terkesan

lamban dan mandul (Halim, 2002).

Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan

(PSAP) No. 1, alinea 49, (Peraturan Pemerintah Nomor 71

Tahun 2010) dinyatakan bahwa neraca mencantumkan

sekurang-kurangnya pos-pos berikut: kas dan setara kas;

investasi jangka pendek; piutang pajak dan bukan pajak;

persediaan; investasi jangka panjang; aset tetap; kewajiban

jangka pendek; kewajiban jangka panjang; dan ekuitas dana.

Informasi keuangan di dalam neraca dapat memberikan

manfaat sebagai berikut:

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

25

a. Meningkatkan akuntabilitas untuk para manajer (kepala

daerah dan para pejabat pemda) ketika mereka menjadi

bertanggung jawab tidak hanya pada kas masuk dan kas

keluar, tetapi juga pada aset dan utang yang mereka kelola;

b. Meningkatkan transparansi dari aktivitas pemerintah.

Pemerintah umumnya mempunyai jumlah aset yang

signifikan dan utang, pengungkapan atas informasi ini

merupakan suatu elemen dasar dari transparansi fiskal dan

akuntabilitas.

c. Memfasilitasi penilaian posisi keuangan dengan

menunjukkan semua sumber daya dan kewajiban.

d. Memberikan informasi yang lebih luas yang dibutuhkan

untuk pengambilan keputusan (Diamond, 2002).

Sebaliknya, dengan tidak adanya informasi seperti yang

dilaporan dalam neraca akan mengakibatkan hal-hal sebagai

berikut:

a. Pengaruh dari transaksi keuangan pada pemerintah daerah

dalam suatu periode tidak tercermin secara penuh,

misalnya tidak ada pelaporan mengenai piutang pajak,

saldo aktiva persediaan, aktiva dalam konstruksi,

kewajiban saat ini untuk menyerahkan (membayar)

sejumlah uang atau barang di masa yang akan datang, dsb.

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

26

b. Akuntabilitas terbatas pada penerimaan dan penggunaan

kas dan mengabaikan transparansi dan akuntabilitas untuk

pengelolaan aset dan utang;

c. Tidak memfasilitasi penilaian posisi keuangan karena tidak

menunjukkan semua sumber daya dan kewajiban.

d. Informasi yang dibutuhkan tidak memadai untuk

pengambilan keputusan yang lebih baik.

2.1.2.8. Klasifikasi

Setiap entitas pelaporan mengklasifikasikan asetnya

dalam aset lancar dan nonlancar serta mengklasifikasikan

kewajibannya menjadi kewajiban jangka pendek dan jangka

panjang dalam neraca. Setiap entitas pelaporan

mengungkapkan setiap pos aset dan kewajiban yang

mencakup jumlah-jumlah yang diharapkan akan diterima atau

dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal

pelaporan dan jumlah-jumlah yang diharapkan akan diterima

atau dibayar dalam waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan.

Apabila suatu entitas pelaporan menyediakan barang-

barang yang akan digunakan dalam menjalankan kegiatan

pemerintahan, perlu adanya klasifikasi terpisah antara aset

lancar dan nonlancar dalam neraca untuk memberikan

informasi mengenai barang-barang yang akan digunakan

dalam periode akuntansi berikutnya dan yang akan digunakan

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

27

untuk keperluan jangka panjang. Informasi tentang tanggal

jatuh tempo aset dan kewajiban keuangan bermanfaat untuk

menilai likuiditas dan solvabilitas suatu entitas pelaporan.

Informasi tentang tanggal penyelesaian aset nonkeuangan dan

kewajiban seperti persediaan dan cadangan juga bermanfaat

untuk mengetahui apakah aset diklasifikasikan sebagai aset

lancar dan nonlancar dan kewajiban diklasifikasikan sebagai

kewajiban jangka pendek dan jangka panjang.

Neraca mencantumkan sekurang-kurangnya pos-pos

berikut:

a) kas dan setara kas;

b) investasi jangka pendek;

c) piutang pajak dan bukan pajak;

d) persediaan;

e) investasi jangka panjang;

f) aset tetap;

g) kewajiban jangka pendek;

h) kewajiban jangka panjang;

i) ekuitas dana.

Pos-pos selain yang disebutkan di atas disajikan dalam

Neraca jika Standar Akuntansi Pemerintahan mensyaratkan,

atau jika penyajian demikian perlu untuk menyajikan secara

wajar posisi keuangan suatu entitas pelaporan.

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

28

Pertimbangan disajikannya pos-pos tambahan secara

terpisah didasarkan pada faktor-faktor berikut ini:

a) Sifat, likuiditas, dan materialitas aset;

b) Fungsi pos-pos tersebut dalam entitas pelaporan;

c) Jumlah, sifat, dan jangka waktu kewajiban.

Aset dan kewajiban yang berbeda dalam sifat dan

fungsi kadang-kadang diukur dengan dasar pengukuran yang

berbeda. Sebagai contoh, sekelompok aset tetap tertentu

dicatat atas dasar biaya perolehan dan kelompok lainnya

dicatat atas dasar nilai wajar yang diestimasikan.

Informasi yang Disajikan dalam Neraca atau dalam

Catatan atas Laporan Keuangan suatu entitas pelaporan

mengungkapkan, baik dalam Neraca maupun dalam Catatan

atas Laporan Keuangan subklasifikasi pos-pos yang

disajikan, diklasifikasikan dengan cara yang sesuai dengan

operasi entitas yang bersangkutan. Suatu pos

disubklasifikasikan lebih lanjut, bilamana perlu, sesuai

dengan sifatnya.

Rincian yang tercakup dalam subklasifikasi di Neraca

atau di Catatan atas Laporan Keuangan tergantung pada

persyaratan dari Standar Akuntansi Pemerintahan dan

materialitas jumlah pos yang bersangkutan. Faktor-faktor

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

29

yang disebutkan dalam paragraf 84 dapat digunakan dalam

menentukan dasar bagi subklasifikasi.

Pengungkapan akan bervariasi untuk setiap pos,

misalnya:

(a) piutang dirinci menurut jumlah piutang pajak, retribusi,

penjualan, fihak terkait, uang muka, dan jumlah lainnya;

piutang transfer dirinci menurut sumbernya;

(b) persediaan dirinci lebih lanjut sesuai dengan standar yang

mengatur akuntansi untuk persediaan;

(c) aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kelompok sesuai

dengan standar yang mengatur tentang aset tetap;

(d) utang transfer dianalisis menurut entitas penerimanya;

(e) dana cadangan diklasifikasikan sesuai dengan

peruntukannya;

(f) komponen ekuitas dana diklasifikasikan menjadi ekuitas

dana lancar, ekuitas dana investasi, dan ekuitas dana

cadangan;

(g) pengungkapan kepentingan pemerintah dalam

perusahaan negara/daerah/lainnya adalah jumlah

penyertaan yang diberikan, tingkat pengendalian dan

metode penilaian.

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

30

2.1.2.9. Laporan Arus Kas

Laporan Arus Kas menyajikan informasi mengenai

sumber, penggunaaan, perubahan kas dan setara kas selama

satu periode akuntansi, dan saldo kas dan setara kas pada

tanggal pelaporan. Arus masuk dan keluar kas

diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi aset

nonkeuangan, pembiayaan, dan nonanggaran. Penyajian

Laporan Arus Kas dan pengungkapan yang berhubungan

dengan arus kas diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi

Pemerintahan Nomor 03 tentang Laporan Arus Kas.

2.1.2.10. Laporan Kinerja Keuangan

Suatu entitas pelaporan yang menyajikan laporan

berbasis akrual sebagaimana dimaksud pada paragraf 20

maka laporan keuangan pokok dilengkapi dengan Laporan

Kinerja Keuangan. Laporan Kinerja Keuangan sekurang-

kurangnya menyajikan pos-pos sebagai berikut:

a) Pendapatan dari kegiatan operasional;

b) Beban berdasarkan klasifikasi fungsional dan

klasifikasi ekonomi;

c) Surplus atau defisit.

Penambahan pos-pos, judul dan subtotal disajikan

dalam Laporan Kinerja Keuangan jika standar ini

mensyaratkannya, atau jika diperlukan untuk menyajikan

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

31

dengan wajar kinerja keuangan suatu entitas pelaporan.

Dalam hubungannya dengan Laporan Kinerja Keuangan,

kegiatan operasional suatu entitas pelaporan dapat dianalisis

menurut klasifikasi ekonomi atau klasifikasi fungsi/program

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Penambahan

pos-pos pada Laporan Kinerja Keuangan dan deskripsi yang

digunakan serta susunan pos-pos dapat diubah apabila

diperlukan untuk menjelaskan kinerja. Faktor-faktor yang

perlu dipertimbangkan meliputi materialitas dan sifat serta

fungsi komponen pendapatan dan beban.

Dalam Laporan Kinerja Keuangan yang dianalisis

menurut suatu klasifikasi beban, beban-beban dikelompokkan

menurut klasifikasi ekonomi (sebagai contoh beban

penyusutan/amortisasi, beban alat tulis kantor, beban

transportasi, dan beban gaji dan tunjangan pegawai), dan

tidak direalokasikan pada berbagai fungsi dalam suatu entitas

pelaporan. Metode ini sederhana untuk diaplikasikan dalam

kebanyakan entitas kecil karena tidak memerlukan alokasi

beban operasional pada berbagai fungsi.

Dalam Laporan Kinerja Keuangan yang dianalisis

menurut klasifikasi fungsi, beban-beban dikelompokkan

menurut program atau yang dimaksudkannya. Penyajian

laporan ini memberikan informasi yang lebih relevan bagi

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

32

pemakai dibandingkan dengan laporan menurut klasifikasi

ekonomi, walau dalam hal ini pengalokasian beban ke fungsi-

fungsi adakalanya bersifat arbitrer dan atas dasar

pertimbangan tertentu. Entitas pelaporan yang

mengelompokkan beban menurut klasifikasi fungsi

mengungkapkan pula tambahan informasi beban menurut

klasifikasi ekonomi, antara lain meliputi beban

penyusutan/amortisasi, beban gaji dan tunjangan pegawai,

dan beban bunga pinjaman.

Untuk memilih metode klasifikasi ekonomi atau

klasifikasi fungsi tergantung pada faktor historis dan

peraturan perundang-undangan, serta hakikat organisasi.

Kedua metode ini dapat memberikan indikasi beban yang

mungkin, baik langsung maupun tidak langsung, berbeda

dengan output entitas pelaporan bersangkutan. Karena

penerapan masing-masing metode pada entitas yang berbeda

mempunyai kelebihan tersendiri, maka Standar Akuntansi

Pemerintahan memperbolehkan entitas pelaporan memilih

salah satu metode yang dipandang dapat menyajikan unsur

kinerja secara layak.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

33

2.1.2.11. Laporan Perubahan Ekuitas

Suatu entitas pelaporan yang menyajikan Laporan

Perubahan Ekuitas sebagaimana dimaksud pada paragraf 20

maka menyajikan sekurang-kurangnya pos-pos:

a) Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran;

b) Setiap pos pendapatan dan belanja beserta totalnya seperti

diisyaratkan dalam standar-standar lainnya, yang diakui

secara langsung dalam ekuitas;

c) Efek kumulatif atas perubahan kebijakan akuntansi dan

koreksi kesalahan yang mendasar diatur dalam suatu

standar terpisah.

Di samping itu, suatu entitas pelaporan menyajikan dalam

lembar muka laporan atau dalam Catatan atas Laporan

Keuangan:

a) Saldo ekuitas pada awal periode dan pada tanggal

pelaporan, serta perubahannya selama periode berjalan.

b) Apabila komponen ekuitas diungkapkan secara terpisah,

rekonsiliasi antara nilai tiap komponen ekuitas dana pada

awal dan akhir periode mengungkapkan masing-masing

perubahannya secara terpisah.

2.1.2.12. Catatan atas Laporan Keuangan

Agar dapat digunakan oleh pengguna dalam memahami

dan membandingkannya dengan laporan keuangan entitas

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

34

lainnya, Catatan atas Laporan Keuangan sekurang-kurangnya

disajikan dengan susunan sebagai berikut:

a. informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan, ekonomi

makro, pencapaian target Undang-undang APBN/Perda

APBD, berikut kendala dan hambatan yang dihadapi

dalam pencapaian target;

b. ikhtisar pencapaian kinerja keuangan selama tahun

pelaporan;

c. informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan

kebijakan-kebijakan akuntansi yang dipilih untuk

diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian

penting lainnya;

d. pengungkapan informasi yang diharuskan oleh Pernyataan

Standar Akuntansi Pemerintahan yang belum disajikan

dalam lembar muka laporan keuangan;

e. pengungkapan informasi untuk pos-pos aset dan kewajiban

yang timbul sehubungan dengan penerapan basis akrual

atas pendapatan dan belanja dan rekonsiliasinya dengan

penerapan basis kas;

f. informasi tambahan yang diperlukan untuk penyajian yang

wajar, yang tidak disajikan dalam lembar muka laporan

keuangan.

g. daftar dan skedul.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

35

Catatan atas Laporan Keuangan disajikan secara

sistematis. Setiap pos dalam Laporan Realisasi Anggaran,

Neraca, dan Laporan Arus Kas harus mempunyai referensi

silang dengan informasi terkait dalam Catatan atas Laporan

Keuangan. Catatan atas Laporan Keuangan meliputi

penjelasan atau daftar terinci atau analisis atas nilai suatu pos

yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca,

dan Laporan Arus Kas. Termasuk pula dalam Catatan atas

Laporan Keuangan adalah penyajian informasi yang

diharuskan dan dianjurkan oleh Standar Akuntansi

Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya

yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan

keuangan, seperti kewajiban kontinjensi dan komitmen-

komitmen lainnya.

Dalam keadaan tertentu masih dimungkinkan untuk

mengubah susunan penyajian atas pos-pos tertentu dalam

Catatan atas Laporan Keuangan. Misalnya informasi tingkat

bunga dan penyesuaian nilai wajar dapat digabungkan dengan

informasi jatuh tempo surat-surat berharga.

2.1.2.13. Penyajian Kebijakan-kebijakan Akuntansi

Bagian kebijakan akuntansi pada Catatan atas Laporan

Keuangan menjelaskan hal-hal berikut ini:

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

36

(a) basis pengukuran yang digunakan dalam penyusunan

laporan keuangan;

(b) sampai sejauh mana kebijakan-kebijakan akuntansi yang

berkaitan dengan ketentuan-ketentuan masa transisi

Standar Akuntansi Pemerintahan diterapkan oleh suatu

entitas pelaporan; dan

(c) setiap kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan untuk

memahami laporan keuangan.

Pengguna laporan keuangan perlu mengetahui basis–

basis pengukuran yang digunakan sebagai landasan dalam

penyajian laporan keuangan. Apabila lebih dari satu basis

pengukuran digunakan dalam penyusunan laporan keuangan,

maka informasi yang disajikan harus cukup memadai untuk

dapat mengindikasikan aset dan kewajiban yang

menggunakan basis pengukuran tersebut. Dalam menentukan

apakah suatu kebijakan akuntansi perlu diungkapkan,

manajemen harus mempertimbangkan apakah pengungkapan

tersebut dapat membantu pengguna untuk memahami setiap

transaksi yang tercermin dalam laporan keuangan. Kebijakan-

kebijakan akuntansi yang perlu dipertimbangkan untuk

disajikan meliputi, tetapi tidak terbatas pada, hal-hal sebagai

berikut:

(a) Pengakuan pendapatan;

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

37

(b) Pengakuan belanja;

(c) Prinsip-prinsip penyusunan laporan konsolidasian;

(d) Investasi;

(e) Pengakuan dan penghentian/penghapusan aset berwujud

dan tidak berwujud;

(f) Kontrak-kontrak konstruksi;

(g) Kebijakan kapitalisasi pengeluaran;

(h) Kemitraan dengan fihak ketiga;

(i) Biaya penelitian dan pengembangan;

(j) Persediaan, baik yang untuk dijual maupun untuk dipakai

sendiri;

(k) Dana cadangan;

(l) Penjabaran mata uang asing dan lindung nilai.

Setiap entitas pelaporan perlu mempertimbangkan sifat

kegiatan-kegiatan dan kebijakan-kebijakan yang perlu

diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Sebagai

contoh, pengungkapan informasi untuk pengakuan pajak,

retribusi dan bentuk-bentuk lainnya dari iuran wajib

(nonreciprocal revenue), penjabaran mata uang asing, dan

perlakuan akuntansi terhadap selisih kurs. Kebijakan

akuntansi bisa menjadi signifikan walaupun nilai pos-pos

yang disajikan dalam periode berjalan dan sebelumnya tidak

material. Selain itu, perlu pula diungkapkan kebijakan

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

38

akuntansi yang dipilih dan diterapkan yang tidak diatur dalam

Pernyataan SAP.

2.1.2.14. Pengungkapan-Pengungkapan Lainnya

Suatu entitas pelaporan mengungkapkan hal-hal berikut

ini apabila belum diinformasikan dalam bagian manapun dari

laporan keuangan, yaitu:

1. Domisili dan bentuk hukum suatu entitas serta jurisdiksi

dimana entitas tersebut beroperasi;

2. Penjelasan mengenai sifat operasi entitas dan kegiatan

pokoknya;

3. Ketentuan perundang-undangan yang menjadi landasan

2.1.3. Aksesibilitas Laporan Keuangan

Aksesibilitas adalah adalah derajat kemudahan dicapai oleh

orang, terhadap suatu objek, pelayanan ataupun lingkungan.

Aksesibilitas menurut perspektif tata ruang adalah keadaan atau

ketersediaan hubungan dari suatu tempat ke tempat lainnya atau

kemudahan seseorang atau kendaraan untuk bergerak dari suatu

tempat ke tempat lain dengan aman, nyaman, serta kecepatan yang

wajar (Rohman: 2009). Aksesibilitas dalam laporan keuangan sebagai

kemudahan seseorang untuk memperoleh informasi laporan keuangan

(Mulyana: 2006).

Penyajian adalah aspek yang penting dari aksesibilitas.

Dengan kata lain laporan keuangan minimalnya harus dapat

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

39

dimengerti dan tersedia bagi mereka yang tertarik dan mau berusaha

untuk memahaminya (Henley et al: 1990, dalam Rohman: 2009).

Dalam demokrasi yang terbuka, akses ini diberikan oleh media,

seperti surat kabar, majalah, radio, stasiun televisi, dan website

(internet); dan forum yang memberikan perhatian langsung atau

peranan yang mendorong akuntabilitas pemerintah terhadap

masyarakat (Shende dan Bennet:2004). Agar informasi yang

disampaikan dalam laporan keuangan pemerintah daerah dapat

memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas, perlu

diselenggarakan Sistem informasi Keuangan Daerah (SIKD).

Ketidakmampuan laporan keuangan dalam melaksanakan

akuntabilitas, tidak saja disebabkan karena laporan tahunan yang tidak

memuat semua informasi relevan yang dibutuhkan para pengguna,

tetapi juga karena laporan tersebut tidak dapat secara langsung

tersedia dan aksesibel pada para pengguna potensial (Jones et al.,

1985). Oleh karena itu, pemerintah daerah harus meningkatkan

aksesibilitas laporan keuangannya, tidak sekedar menyampaikannya

ke DPRD saja, tetapi juga memfasilitasi masyarakat luas agar dapat

mengetahui atau memperoleh laporan keuangan dengan mudah.

Akuntabilitas yang efektif tergantung kepada akses publik

terhadap laporan pertanggungjawaban maupun laporan temuan yang

dapat dibaca dan dipahami. Dalam demokrasi yang terbuka, akses ini

diberikan oleh media, seperti surat kabar, majalah, radio, stasiun

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

40

televisi, dan website (internet); dan forum yang memberikan perhatian

langsung atau peranan yang mendorong akuntabilitas pemerintah

terhadap masyarakat (Shende dan Bennet, 2004).

Dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan

Daerah, pasal 103, dinyatakan bahwa informasi yang dimuat dalam

Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) adalah data terbuka yang

dapat diketahui, diakses dan diperoleh oleh masyarakat. Ini berarti

bahwa pemerintah daerah harus membuka akses kepada stakeholder

secara luas atas laporan keuangan yang dihasilkannya, misalnya

dengan mempublikasikan laporan keuangan daerah melalui surat

kabar, internet, atau cara lainnya.

Informasi yang dimuat di dalam SIKD tersebut, sebagaimana

dinyatakan dalam pasal 102, Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004,

mencakup:

a. APBD dan laporan realisasi APBD provinsi, kabupaten, dan kota;

b. Neraca daerah;

c. Laporan Arus Kas;

d. Catatan atas Laporan Keuangan daerah;

e. Dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan;

f. Laporan Keuangan Badan Usaha Milik Daerah;

g. Data yang berkaitan dengan kebutuhan fiskal dan kapasitas fiskal

daerah.

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

41

2.1.4. Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah

Menurut Mardiasmo, transparansi berarti keterbukaan

(opennsess) pemerintah dalam memberikan informasi yang terkait

dengan aktivitas pengelolaan sumberdaya publik kepada pihak – pihak

yang membutuhkan informasi. Pemerintah berkewajiban memberikan

informasi keuangan dan informasi lainya yang akan digunakan untuk

pengambilan keputusan oleh pihak–pihak yang berkepentingan.

Transparansi pada akhirnya akan menciptakan horizontal

accountability antara pemerintah daerah dengan masyarakat sehingga

tercipta pemerintahan daerah yang bersih, efektif, efisien , akuntabel

dan responsive terhadap aspirasi dan kepentingan masyarakat.

Transparansi adalah prinsip yang menjamain akses atau kebebasan

bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang

penyelenggaraan pemerintahan , yakni informasi tentang kebijakan

proses pembuatan dan pelaksanaanya serta hasil – hasil yang dicapai.

Reformasi dalam pemerintahan di Indonesia tidak terlepas

dari semangat penegakan demokrasi. Istilah ‘demokrasi’

mengisyaratkan setidaknya tiga elemen esensial: Transparansi,

Akuntabilitas dan Keadilan (Shende dan Bennett, 2004). Transparansi

merupakan suatu kebebasan untuk mengakses aktivitas politik dan

ekonomi pemerintah dan keputusan-keputusannya. Transparansi

memungkin semua stakeholders dapat melihat struktur dan fungsi

pemerintahan, tujuan dari kebijakan dan proyeksi fiskalnya, serta

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

42

laporan pertanggungjawaban periode yang lalu. Akuntabilitas

mengandung arti pertanggungjawaban, baik oleh orang-orang maupun

badan-badan yang dipilih, atas pilihan-pilihan dan tindakan-

tindakannya. Konsep keadilan berarti bahwa masyarakat diperlakukan

secara sama di bawah hukum, dan mempunyai derajat yang sama

dalam partisipasi politik dalam pemerintahannya (Shende dan Bennett,

2004).

Transparansi, akuntabilitas dan keadilan merupakan atribut

yang terpisah. Akan tetapi, dua istilah yang pertama adalah tidak

independen, sebab pelaksanaan akuntabilitas memerlukan transparansi

(Shende dan Bennett, 2004). Sementara itu, Mohamad dkk. (2004)

menyatakan bahwa esensi dari demokrasi adalah akuntabilitas,

sedangkan esensi dari akuntabilitas adalah keterbukaan (transparansi).

Mohamad dkk. (2004) berpendapat bahwa akuntabilitas

muncul sebagai jawaban terhadap permasalahan information

asymmetry. Teori asimetri informasi beranggapan bahwa banyak

terjadi kesenjangan informasi antara pihak manajemen yang

mempunyai akses langsung terhadap informasi dengan pihak

konstituen atau masyarakat yang berada di luar manajemen. Scott

(1997) menjelaskan bahwa kelanggengan suatu organisasi ditentukan

oleh kemampuan untuk menciptakan informasi yang terbuka,

seimbangan dan merata bagi semua pihak yang berkepentingan

(stakeholders).

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

43

Akuntabilitas keuangan merupakan pertanggungjawaban

mengenai integritas keuangan, pengungkapan, dan ketaatan terhadap

peraturan perundangan-undangan. Sasaran pertanggungjawaban ini

adalah laporan keuangan dan peraturan perundang-undangan yang

berlaku mencakup penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran uang

oleh instansi pemerintah.

Transparansi dibangun atas dasar kebebasan memperoleh

informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat. Artinya, informasi yang

berkaitan dengan kepentingan publik secara langsung dapat diperoleh

oleh mereka yang membutuhkan. Transparansi mengisyaratkan bahwa

laporan tahunan tidak hanya dibuat tetapi juga terbuka dan dapat

diakses oleh masyarakat, karena aktivitas pemerintah adalah dalam

rangka menjalankan amanat rakyat. Sekarang ini, banyak negara

mengklasifikasikan catatan atau laporan sebagai Top Secret, Secret,

Confidential dan Restricted, dan Official Secrets Acts membuat

unauthorized disclosure terhadap suatu criminal offence. Kultur secara

umum di banyak negara, baik negara maju maupun negara

berkembang, adalah kerahasian (Shende dan Bennet, 2004).

Instrumen utama dari akuntabilitas keuangan adalah anggaran

pemerintah, data yang secara periodik dipublikasikan, laporan tahunan

dan hasil investigasi dan laporan umum lainnya yang disiapkan oleh

agen yang independen. Anggaran tahunan secara khusus mempunyai

otoritas legal untuk pengeluaran dana publik, sehingga proses

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

44

penganggaran secara keseluruhan menjadi relevan untuk manajemen

fiskal dan untuk melaksanakan akuntabilitas keuangan dan

pengendalian pada berbagai tingkat operasi (Shende dan Bennet,

2004).

Reformasi di bidang pengelolaan keuangan daerah terus

bergulir yang ditandai dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Nomor

58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah sebagai

pengganti dari Peraturan Pemerintah yang mendahuluinya (Peraturan

Pemerintah Nomor 105 Tahun 2000). Hal ini merupakan upaya

sinkronisasi menyusul keluarnya paket Undang-Undang pengelolaan

keuangan negara (Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003, Undang-

Undang Nomor 1 Tahun 2004, dan Undang-Undang Nomor 15 Tahun

2004) dan revisi paket Undang-Undang otonomi daerah (Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun

2004) serta Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang

Standar Akuntansi Pemerintahan.

Dalam Peraturan Pemerintah 58 Tahun 2005 (Pasal 1),

keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam

rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan

uang, termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang

berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah terebut. Bila dilihat

dari ruang lingkupnya, keuangan daerah meliputi kekayaan daerah

yang dikelola langsung oleh pemerintah daerah dan kekayaan daerah

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

45

yang dipisahkan pengurusannya. Kekayaan daerah yang dikelola

langsung oleh pemerintah daerah meliputi APBD dan barang-barang

inventaris milik daerah. Sedangkan kekayaan daerah yang dipisahkan

pengurusannya meliputi badan-badan usaha milik daerah (Halim,

2002).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa transparansi dan

akuntabilitas keuangan daerah adalah pertanggungjawaban pemerintah

daerah berkenaan dengan pengelolaan keuangan daerah kepada publik

secara terbuka dan jujur melalui media berupa penyajian laporan

keuangan yang dapat diakses oleh berbagai pihak yang

berkepentingan dengan anggapan bahwa publik berhak mengetahui

informasi tersebut. Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban

daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang

dapat dinilai dengan uang termasuk didalamya segala bentuk

kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah

tersebut.

Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan

yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,

pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Dalam

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 dijelaskan

bahwa azas umum pengelolaan keuangan daerah adalah sebagai

berikut:

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

46

1. Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan

perundang-undangan,efektif, efisien, ekonomis, transparan, dan

bertanggungjawab dengan memperhatikan azas keadilan,

kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.

2. Secara tertib sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah bahwa

keuangan daerah dikelola secara tepat waktu dan tepat guna yang

didukung dengan bukti-bukti administrasi yang dapat

dipertanggungjawabkan.

3. Taat pada peraturan perundang-undangan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) adalah bahwa pengelolaan keuangan daerah harus

berpedoman pada peraturan perundang-undangan.

4. Efektif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pencapaian

hasil program dengan target yang telah ditetapkan, yaitu dengan

cara membandingkan keluaran dengan hasil.

5. Efisien sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan pencapaian

keluaran yang maksimum dengan masukan tertentu atau

penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu.

6. Ekonomis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan

pemerolehan masukan dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada

tingkat harga yang terendah.

7. Transparan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan prinsip

keterbukaan yang memungkinkan masyarakat untuk mengetahui

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

47

dan mendapatkan akses informasi seluas-luasnya tentang keuangan

daerah.

8. Bertanggung jawab sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

merupakan perwujudan kewajiban seseorang untuk

mempertanggungjawabkan pengelolaan dan pengendalian sumber

daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan kepadanya

dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

9. Keadilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah

keseimbangan distribusi kewenangan dan pendanannya dan atau

keseimbangan distribusi hak dan kewajiban berdasarkan

pertimbangan yang obyektif.

10.Kepatutan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tindakan

atau suatu sikap yang dilakukan dengan wajar dan proporsional.

11.Manfaat untuk masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

adalah bahwa keuangan daerah diutamakan untuk pemenuhan

kebutuhan masyarakat.

2.1.5. Hubungan Penyajian Laporan Keuangan Daerah dengan

Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah

Pada sektor publik sebagian besar unit organisasinya dibiayai

dari pajak, transaksi-transaksi tertentu dan ada pula yang memperoleh

pendapatan dari penggunaan fasilitas dan pelayanan. Agar kegiatan

unit-unit pemerintah dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyatnya,

maka harus ditetapkan cara pemerintah mempertanggungjawabkan

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

48

kegiatannya. Cara untuk menunjukkan pertanggungjawaban antara

lain adalah dengan menerbitkan laporan keuangan secara periodik

kepada rakyat. Agar laporan dapat dimengerti dan disajikan sesuai

dengan ketentuan, diperlukan adanya standar akuntansi yang umum.

Tujuan pelaporan keuangan menurut GASB, dibagi dalam

dua konsep dasar yaitu : akuntabilitas (accountibility concept) dan

ekuitas antar periode (interperiod equity concept). Dalam konsep

akuntabilitas dinyatakan bahwa laporan keuangan pemerintah harus

memberikan informasi pemakai dalam hal :

a) Menetapkan akuntabilitas

b) Membuat keputusan ekonomi, sosial dan politik

Akuntabilitas digunakan secara dalam kebijakan publik,

tetapi seringkali dalam konteks akuntansi pemerintah, akuntabilitas

meliputi :

a. Penyedia informasi mengenai keputusan dan tindakan yang

telah diambil selama suatu periode ;

b. Adanya pihak luar yang mereview informasi yang disajikan ;

c. Pengambilan tindakan koreksi bila diperlukan.

Penyajian laporan keuangan daerah dapat memberikan

maanfaat sebagai berikut:

1) Meningkatkan akuntabilitas untuk para manajer (kepala daerah

dan para pejabat pemda) ketika mereka menjadi bertanggung

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

49

jawab tidak hanya pada kas masuk dan kas keluar, tetapi juga

pada aset dan utang yang mereka kelola;

2) Meningkatkan transparansi dari aktivitas pemerintah.

Pemerintah umumnya mempunyai jumlah aset yang signifikan

dan utang, pengungkapan atas informasi ini merupakan suatu

elemen dasar dari transparansi fiskal dan akuntabilitas.

3) Memfasilitasi penilaian posisi keuangan dengan menunjukkan

semua sumber daya dan kewajiban.

4) Memberikan informasi yang lebih luas yang dibutuhkan untuk

pengambilan keputusan (Diamond, 2002).

Jadi hubungan antara penyajian laporan keuangan

daerah dengan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan

daerah adalah dengan adanya penyajian laporan keuangan maka akan

tercipta transparansi dan akuntabilitas pemerintah daerah dalam

pengelolaan keuangan daerah.

2.1.6. Hubungan Aksesibilitas Laporan Keuangan dengan Transparansi

dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah

Aksesibilitas dalam laporan keuangan didefinisikan sebagai

kemudahan seseorang untuk memperoleh informasi laporan keuangan

(Mulyana, 2006). Dalam demokrasi yang terbuka, akses ini diberikan

oleh media, seperti surat kabar, majalah, radio, stasiun televisi, dan

website (internet); dan forum yang memberikan perhatian langsung

atau peranan yang mendorong akuntabilitas pemerintah terhadap

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

50

masyarakat (Shende dan Bennet, 2004). Agar informasi yang

disampaikan dalam laporan keuangan pemerintah daerah dapat

memenuhi prinsip transparansi dan akuntabilitas, perlu

diselenggarakan Sistem informasi Keuangan Daerah (SIKD)

Ketidakmampuan laporan keuangan dalam melaksanakan

akuntabilitas, tidak saja disebabkan karena laporan tahunan yang tidak

memuat semua informasi relevan yang dibutuhkan para pengguna,

tetapi juga karena laporan tersebut tidak dapat secara langsung

tersedia dan aksesibel pada para pengguna potensial (Jones et al.,

1985). Oleh karena itu, pemerintah daerah harus meningkatkan

aksesibilitas laporan keuangannya, tidak sekedar menyampai-kannya

ke DPRD saja, tetapi juga memfasilitasi masyarakat luas agar dapat

mengetahui atau memperoleh laporan keuangan dengan mudah.

Dalam Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan

Daerah, pasal 103, dinyatakan bahwa informasi yang dimuat dalam

Sistem Informasi Keuangan Daerah (SIKD) adalah data terbuka yang

dapat diketahui, diakses dan diperoleh oleh masyarakat. Ini berarti

bahwa pemerintah daerah harus membuka akses kepada stakeholder

secara luas atas laporan keuangan yang dihasilkannya dalam rangka

meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan

daerah, misalnya dengan mempublikasikan laporan keuangan daerah

melalui surat kabar, internet, atau cara lainnya.

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

51

2.1.7. Hubungan Penyajian Laporan Keuangan Daerah, Aksesibilitas

Laporan Keuangan Daerah dengan Transparansi dan

Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Daerah

Mardiasmo (2002) menjelaskan terdapat empat dimensi

akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor publik, yaitu :

(1) Akuntabilitas kejujuran dan hukum (Accoutability for probity and

legality), (2) Akuntabilitas proses (process accountability), (3)

Akuntabilitas program (program accountability) (4) Akuntabilitas

kebijakan (policy accountability)

Menurut Sulistoni (2003) pemerintah yang akuntabel

memiliki ciri ciri sebagai berikut : (1) Mampu menyajikan informasi

penyelenggaraan secara terbuka, cepat, tepat kepada masyarakat, (2)

Mampu memberikan pelayanan yang memuaskan bagi publik, (3)

Mampu memberikan ruang bagi masyarakat untuk terlibat dalam

proses pembangunan dan pemerintahan, (4) Mampu menjelaskan dan

mempertanggungjawabkan setiap kebijakan publik secara

proporsional, dan (5) Adanya sarana bagi publik untuk menilai kinerja

pemerintah. Melalui pertanggung jawaban publik, masyarakat dapat

menilai derajat pencapaian pelaksanaan program dan kegiatan

pemerintah.

Akuntabililtas pengelolaan Keuangan daerah adalah

kewajiban Pemerintah Daerah untuk memberikan

pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

52

segala aktivitas dan kegiatan yang terkait dengan penerimaan dan

penggunaan uang publik kepada pihak yang memiliki hak dan

kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban tersebut (DPRD dan

masyarakat). Aspek penting yang harus dipertimbangkan ialah : (1)

Legalitas penerimaan dan pengeluaran daerah. Setiap transaksi yang

dilakukan harus dapat dilacak otoritas legalnya (2) Pengelolaan

(stewardship) keuangan daerah secara baik, perlindungan asset fisik

dan financial, mencegah terjadinya pemborosan dan salah urus.

Prinsip prinsip keuangan daerah meliputi : (1) Adanya suatu sistem

akuntansi dan system anggaran yang dapat menjamin bahwa

pengelolaan keuangan daerah dilakukan secara konsisten sesuai

dengan peraturan perundang undangan yang berlaku (2) Pengeluaran

daerah yang dilakukan berorientasi pada pencapaian visi, misi, tujuan

sasaran dan hasil (manfaat) yang akan dicapai.

Mardiasmo (2006). Transparansi dibangun atas dasar arus

informasi yang bebas, seluruh proses pemerintahan, lembaga-lembaga

dan informasi perlu dapat diakses oleh pihak-pihak yang

berkepentingan, dan informasi yang tersedia harus memadai agar

dapat di mengerti dan dipantau.

Transparansi bermakna tersedianya informasi yang cukup,

akurat dan tepat waktu tentang kebijakan publik, dan proses

pembentukannya. Informasi adalah suatu kebutuhan penting

masyarakat untuk berpartisipasi dalam pengelolaan daerah. Dengan

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

53

ketersediaan informasi, masyarakat dapat ikut sekaligus mengawasi

sehingga kebijakan publik yang muncul bisa memberikan hasil yang

optimal bagi masyarakat, serta mencegah terjadinya kecurangan dan

manipulasi yang hanya akan menguntungkan salah satu kelompok

masyarakat saja secara tidak proporsional.

Menurut Sopamah dan Mardiasmo (2003) anggaran yang

disusun oleh pihak eksekutip dikatakan transparansi jika memenuhi

kriteria berikut : (1) Terdapat pengumuman kebijakan anggaran, (2)

Tersedia dokumen anggaran dan mudah diakses, (3) Tersedia laporan

pertanggungjawaban yang tepat waktu (4) Terakomodasinya

suara/usulan rakyat (4) Terdapat system pemberian informasi kepada

publik.

Menurut Hadi Sumarsono (2003) Transparansi adalah

keterbukaan pemerintah dalam membuat kebijakan kebijakan

keuangan daerah, sehingga dapat diketahui dan diawasi oleh DPRD

dan masyarakat. Transparansi pengeloalan keuangan daerah pada

akhirnya akan menciptakan horizontal accountability antara

pemerintah daerah dengan masyarakatnya, sehingga tercipta

Pemerintah Daerah yang bersih, efektif, efisien, akuntabel dan

responsip terhadap aspirasi dan kepentingan masyarakat.

Menurut Mursyidi (2009) Transparansi. Memberikan

informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat

berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

54

mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban

pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan

kepadanya dan ketaatannya pada peraturan perundang undangan.

Dengan demikian dapat dikatakan transparansi dan akuntabilitas

merupakan yang tidak terpisah dalam pencapaian pengelolaan

keuangan pemerintah dan pemerintahan yang baik.

2.2. Hasil Penelitian Terdahulu

Adapun hasil penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 2.1

Hasil Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian

Budi

Mulyana

(2006)

Pengaruh Penyajian

Neraca Daerah dan

Aksesibilitas Laporan

Keuangan Daerah terhadap

Transparansi dan

Akuntabilitas Pengelolaan

Keuangan daerah

Hasil yang diperoleh dari

penelitian ini adalah bahwa

secara terpisah dan

bersama-sama penyajian

neraca daerah dan

aksesibilitas laporan

keuangan daerah

berpengaruh positif

terhadap transparansi dan

akuntabilitas pengelolaan

keuangan daerah

Marjuki

Sagala (2011)

Pengaruh Penyajian

Laporan Keuangan Daerah

dan Aksesibilitas Laporan

Keuangan Daerah terhadap

Transparansi dan

Akuntabilitas Pengelolaan

Keuangan daerah

Hasil yang diperoleh dari

penelitian ini adalah bahwa

penyajian laporan keuangan

daerah dan aksesibilitas

laporan keuangan daerah

berpengaruh positif dan

signifikan terhadap

transparansi dan

akuntabilitas pengelolaan

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

55

keuangan daerah baik

secara simultan maupun

parsial

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan

oleh Marjuki Sagala (2011). Namun ada beberapa hal yang membedakan

penelitian ini dengan penelitian sebelumnya, perbedaan penelitian ini dengan

penelitian sebelumnya (Marjuki Sagala: 2011) adalah:

(1) Pada penelitian sebelumya, objek yang digunakan sebagai tempat

penelitian adalah adalah Kabupaten Samosir, sedangkan pada penelitian

ini, wilayah yang menjadi objek penelitian adalah Kabupaten Jepara.

(2) Pada penelitian sebelumnya, populasi penelitian hanya penyaji dan

pemakai internal laporan keuangan daerah saja yang dalam hal ini adalah

Kepala SKPD, Kepala Bidang, Kepala Seksi dan staf yang terlibat dalam

proses pengelolaan keuangan daerah. Sedangkan pada penelitian ini,

populasi penelitian merupakan pemakai eksternal laporan keuangan

daerah yang dalam hal ini populasi yang dituju peneliti adalah anggota

DPRD dan LSM di kabupaten Jepara.

2.3. Kerangka Pemikiran Teoritis

Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis, dan tinjauan

penelitian terdahulu, maka peneliti membuat kerangka pemikiran teoritis

sebagai berikut:

Page 47: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teorieprints.unisnu.ac.id/683/3/BAB II.pdf · Untuk menghindari kesalahpahaman dalam membaca laporan keuangan, entitas pelaporan harus mengungkapkan

56

Gambar 2.1 : Kerangka Pemikiran Teoritis

Variabel Independen Variabel Dependen

H1

H2

H3

2.4. Perumusan Hipotesis

Hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara logis antara dua

variabel atau lebih dalam rumusan preposisi yang dapat diuji secara empiris.

Adapun hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1 : Penyajian laporan keuangan daerah berpengaruh positif terhadap

transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.

H2 : Aksesibilitas laporan keuangan daerah berpengaruh positif terhadap

transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.

H3 : Penyajian laporan keuangan daerah dan aksesibilitas laporan

keuangan daerah secara simultan berpengaruh positif terhadap

transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah.

Penyajian Laporan

Keuangan Daerah

Aksesibilitas Laporan

Keuangan Daerah

Transparansi dan

Akuntabilitas Pengelolaan

Keuangan Daerah