BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Citra Tubuh 2.1.1 ... II.pdf · memiliki rasa kepemilikan...

26
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Citra Tubuh 2.1.1 Pengertian Citra Tubuh Citra tubuh (Body image) didefinisikan dan dihubungkan dalam dua cara. Definisi citra tubuh secara psikologis yaitu gambaran psikis terhadap keadaan fisik seseorang, yang menyangkut tingkah laku dan persepsi terhadap penampilan fisiknya, kondisi kesehatan, kemampuan, serta seksualitas. Citra tubuh adalah persepsi seseorang terhadap tubuhnya dan interaksinya dengan orang lain, serta memiliki rasa kepemilikan dan batasan-batasan tubuhnya, sebuah citra yang yang terbangun secara psikologis dan melalui sistem neurologis otak, melalui propiosepsi, penglihatan, dan sistem vestibular. Citra tubuh juga dapat diasumsikan sebagai proses maupun hasil, dan citra tubuh seseorang mempengaruhi fungsi fisik dan psikologisnya (Larsen & Lubkin, 2009). Grogan (1999) dalam Faircloth (2003), mengemukakan definisi citra tubuh sebagai persepsi seseorang, pikiran, dan perasaan terhadap tubuhnya. Citra tubuh seseorang juga dapat mempengaruhi kemampuannya dalam berhubungan dengan orang lain dan akan berpengaruh pula terhadap bagaimana orang lain berespon terhadapnya. Menurut Honigman dan Castle (2007), citra tubuh adalah gambaran mental seseorang terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya, bagaimana seseorang mempersepsi dan memberikan penilaian atas apa yang dipikirkan dan rasakan terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya, dan atas penilaian orang lain terhadap

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Citra Tubuh 2.1.1 ... II.pdf · memiliki rasa kepemilikan...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Citra Tubuh 2.1.1 ... II.pdf · memiliki rasa kepemilikan dan batasan-batasan tubuhnya, ... Menurut Honigman dan Castle ... yang mengungkapkan

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Citra Tubuh

2.1.1 Pengertian Citra Tubuh

Citra tubuh (Body image) didefinisikan dan dihubungkan dalam dua cara.

Definisi citra tubuh secara psikologis yaitu gambaran psikis terhadap keadaan

fisik seseorang, yang menyangkut tingkah laku dan persepsi terhadap penampilan

fisiknya, kondisi kesehatan, kemampuan, serta seksualitas. Citra tubuh adalah

persepsi seseorang terhadap tubuhnya dan interaksinya dengan orang lain, serta

memiliki rasa kepemilikan dan batasan-batasan tubuhnya, sebuah citra yang yang

terbangun secara psikologis dan melalui sistem neurologis otak, melalui

propiosepsi, penglihatan, dan sistem vestibular. Citra tubuh juga dapat

diasumsikan sebagai proses maupun hasil, dan citra tubuh seseorang

mempengaruhi fungsi fisik dan psikologisnya (Larsen & Lubkin, 2009). Grogan

(1999) dalam Faircloth (2003), mengemukakan definisi citra tubuh sebagai

persepsi seseorang, pikiran, dan perasaan terhadap tubuhnya. Citra tubuh

seseorang juga dapat mempengaruhi kemampuannya dalam berhubungan dengan

orang lain dan akan berpengaruh pula terhadap bagaimana orang lain berespon

terhadapnya.

Menurut Honigman dan Castle (2007), citra tubuh adalah gambaran

mental seseorang terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya, bagaimana seseorang

mempersepsi dan memberikan penilaian atas apa yang dipikirkan dan rasakan

terhadap ukuran dan bentuk tubuhnya, dan atas penilaian orang lain terhadap

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Citra Tubuh 2.1.1 ... II.pdf · memiliki rasa kepemilikan dan batasan-batasan tubuhnya, ... Menurut Honigman dan Castle ... yang mengungkapkan

12

dirinya. Citra tubuh adalah gagasan kompleks dan meliputi kesadaran, emosi, dan

tindakan seseorang yang berkenaan dengan tubuhnya (Cash & Pruzinsky, 1990).

Menurut Fallon (1990) dalam Kim & Lennon (2007), Citra tubuh adalah

gambaran mental yang dimiliki pada tubuhnya sendiri. Citra tubuh tidak hanya

tentang bagaimana seseorang menilai dirinya, namun juga mengenai bagaimana

perasaan mereka terhadap persepsi tersebut (Kim & Lennon, 2007). Citra tubuh

merupakan suatu pencitraan dari tubuh seseorang yang dilihat melalui pikiran

yang membebaskan seseorang untuk mengetahui emosi, sensasi, kebutuhan tubuh,

dan selera, serta untuk berkompromi dengan lingkungan fisik. Citra tubuh juga

digambarkan sebagai sebuah area psikologis dimana tubuh, pikiran, dan

kebudayaan bergabung menjadi satu. Area ini mencakup pemikiran-pemikiran,

perasan, persepsi, tingkah laku, nilai-nilai, dan anggapan seseorang mengenai

tubuhnya (Hutchinson, 1994 dalam Juntunen & Atkinson, 2002).

Menurut Davidson & McCabe (2005) istilah citra tubuh didefinisikan

sebagai persepsi dan sikap seseorang terhadap tubuhnya sendiri. Hal yang serupa

dikemukakan oleh Schilder yang mendefinisikan citra tubuh sebagai gambaran

tentang tubuh individu yang terbentuk dalam pikirannya, atau gambaran tubuh

individu menurut dirinya sendiri (Frith & Glesson, 2006). Rudd dan Lennon

(2001) mengemukakan bahwa citra tubuh adalah gambaran mental yang dimiliki

individu tentang tubuhnya meliputi dua komponen, yaitu komponen perseptual

(ukuran, bentuk, berat, karakteristik, gerakan, dan performa tubuh) dan komponen

sikap (apa yang kita rasakan tentang tubuh kita dan bagaimana perasaan ini

mengarahkan pada tingkah laku).

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Citra Tubuh 2.1.1 ... II.pdf · memiliki rasa kepemilikan dan batasan-batasan tubuhnya, ... Menurut Honigman dan Castle ... yang mengungkapkan

13

2.1.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Citra Tubuh

Menurut Close dan Giles (2008), citra tubuh pada remaja mulai terbentuk

seiring dengan pertumbuhan fisik dan kematangan mentalnya. Cara pandang

remaja terhadap tubuhnya sendiri dipengaruhi antara lain pertumbuhan fisiknya

yang masih tengah berubah dan berkembang, tayangan dan tampilan media massa

yang menampilkan bentuk tubuh model yang ideal, juga kecenderungan untuk

membandingkan bentuk tubuhnya dengan bentuk tubuh orang lain seusianya. Hal

ini menyebabkan terjadinya fenomena hypercare, yaitu suatu gejala upaya

perawatan dan penyempurnaan daya kerja serta penampilan tubuh secara

berlebihan, lewat bantuan kemajuan teknologi kosmetik dan medis (Kasiyan,

2008).

Dalam perkembangannya, terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi

perkembangan citra tubuh, antara lain:

a. Jenis Kelamin

Chase (2001) menyatakan bahwa jenis kelamin adalah faktor paling

penting dalam perkembangan citra tubuh seseorang. Dacey & Kenny (2001)

mengemukakan bahwa jenis kelamin mempengaruhi citra tubuh. Beberapa

penelitian yang sudah pernah dilakukan menyatakan bahwa wanita lebih negatif

memandang citra tubuh daripada pria (Cash & Brown, 1989; Davison & McCabe,

2005; Demarest & Allen, 2000; Furnham & Greaves,1994; Janelli,1993; Rozin &

Fallon, 1988 dalam Hubley & Quinlan, 2005). Thompson dalam Sucita (2008)

yang mengungkapkan bahwa semua perempuan memperhatikan berat badannya

dan takut mengalami kelebihan berat badan. Wanita ingin memiliki tubuh kurus

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Citra Tubuh 2.1.1 ... II.pdf · memiliki rasa kepemilikan dan batasan-batasan tubuhnya, ... Menurut Honigman dan Castle ... yang mengungkapkan

14

menyerupai ideal yang digunakan untuk menarik perhatian pasangannya dan

memiliki kecenderungan untuk menurunkan berat badan disebabkan oleh media

massa yang mempromosikan penurunan berat badan (Andersen & Didomenico,

1992).

b. Usia

Pada usia remaja, citra tubuh menjadi aspek yang penting untuk

diperhatikan. Hal ini berdampak pada usaha berlebihan untuk mengontrol berat

badan. Umumnya hal ini terjadi pada remaja putri daripada remaja putra. Remaja

putri mengalami kenaikan berat badan yang normal pada masa pubertas dan

menjadi tidak bahagia tentang penampilan dan citra tubuh negatif ini dapat

menyebabkan gangguan perilaku makan. Ketidakpuasan remaja putri pada

tubuhnya meningkat pada awal hingga pertengahan usia remaja (Papalia & Olds,

2003). Ketakutan untuk menjadi gemuk sangat umum terjadi pada remaja putri

sehingga hal ini disebut sebagai ketidakpuasan normatif bagi kelompok usia dan

gender ini (Gibney, Margetts, Kearney, & Arab, 2004).

c. Media Massa

Media massa berperan di masyarakat (Cash & Pruzinsky, 2002). Majalah

wanita terutama majalah fashion, film dan televisi (termasuk tayangan khusus

anak-anak) menyajikan gambar model-model yang kurus sebagai figur yang ideal

sehingga menyebabkan banyak wanita merasa tidak puas dengan dirinya. Media

massa mempengaruhi citra tubuh manusia melalui tiga proses, yaitu persepsi,

kognitif dan tingkah laku yang dikaitkan dengan pembandingan sosial dimana

wanita cenderung membandingkan diri dengan model-model kurus yang

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Citra Tubuh 2.1.1 ... II.pdf · memiliki rasa kepemilikan dan batasan-batasan tubuhnya, ... Menurut Honigman dan Castle ... yang mengungkapkan

15

dikategorikan menarik. Akibat pembandingan sosial ini, terjadi distorsi persepsi

pada wanita dimana mereka merasa tubuh mereka gemuk padahal sebenarnya

mereka tidak gemuk. Pada kognitif mereka telah tergambar bagaimana wanita

yang dianggap menarik sehingga menjadikannya landasan untuk melakukan

evaluasi diri terhadap penampilan. Dari segi tingkah laku dimana wanita ingin

memiliki tubuh yang kurus seperti para model di media, mereka rela melakukan

diet atau cara lain yang dapat mengurangi berat tubuh.

d. Keluarga

Menurut teori pembelajaran sosial, orang tua merupakan model yang

penting dalam proses sosialisasi sehingga mempengaruhi citra tubuh anak-

anaknya melalui umpan balik, dan instruksi (Cash & Pruzinsky, 2002).

e. Hubungan Interpersonal

Seseorang cenderung membandingkan dirinya dengan orang lain dan

umpan balik yang diterima mempengaruhi konsep diri termasuk bagaimana

perasaannya terhadap penampilan fisik. Hal inilah yang sering membuat

seseorang cemas terhadap penampilan dan gugup ketika orang lain melakukan

evaluasi terhadap dirinya. Rosen menyatakan bahwa umpan balik terhadap

penampilan dan kompetisi teman sebaya dan keluarga dalam hubungan

interpersonal mempengaruhi bagaimana pandangan dan perasaan seseorang

terhadap tubuhnya (Cash & Pruzinsky, 2002). Budaya kesan pertama di

masyarakat menunjukkan bahwa lingkungan sering kali menilai seseorang

berdasarkan kriteria luar, seperti tampilan fisik, karena tampilan fisik yang baik

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Citra Tubuh 2.1.1 ... II.pdf · memiliki rasa kepemilikan dan batasan-batasan tubuhnya, ... Menurut Honigman dan Castle ... yang mengungkapkan

16

sering diasosiasikan dengan status yang lebih tinggi, kesempatan yang lebih luas

untuk dapat menarik pasangan, dan kualitas positif lainnya (Melliana, 2006).

2.1.3 Pengukuran Citra Tubuh

Terdapat beberapa jenis pengukuran citra tubuh, antara lain The Body

Image States Scale (BISS), The Body-Image Ideals Questionnaire (BIQ), The

Situational Inventory of Body-Image Dysphoria (SIBID), The Body Image

Disturbance Questionnaire (BIDQ), The Body Image Quality of Life Inventory

(BIQLI), The Appearance Schemas Inventory-Revised (ASI-R), The Body Image

Coping Strategies Inventory (BICSI), The Multidimensional Body-Self Relations

Questionnaire-Appearance Scale (MBSRQ-AS), dan The Body Exposure during

Sexual Activities Questionnaire (BESAQ) (Cash & Pruzinsky, 2002). Pengukuran

mengenai citra tubuh pada umumnya menggunakan Multidimensional Body Self

Relation Questionnaire-Appearance Scales (MBSRQ-AS) yang dikemukakan

oleh Cash dalam Seawell dan Danorf-Burg (2005). Alat ukur ini umum diguakan

karena dianggap lebih mudah dimengerti dan lebih mudah digunakan pada

kelompok berisiko maupun remaja pada umumnya. Citra tubuh dalam MBSRQ-

AS dibagi menjadi lima dimensi, yaitu:

a. Appearance Evaluation (Evaluasi Penampilan)

Dimensi yang diukur berhubungan dengan evaluasi penampilan dan

keseluruhan tubuh, apakah menarik atau tidak menarik serta memuaskan atau

tidak memuaskan.

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Citra Tubuh 2.1.1 ... II.pdf · memiliki rasa kepemilikan dan batasan-batasan tubuhnya, ... Menurut Honigman dan Castle ... yang mengungkapkan

17

b. Appearance Orientation (Orientasi Penampilan)

Dimensi yang diukur adalah tingkat perhatian individu terhadap

penampilan dirinya dan usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan

meningkatkan penampilan dirinya

c. Body Area Satisfaction (Kepuasan Terhadap Bagian Tubuh)

Mengukur tingkat kepuasan terhadap bagian tubuh secara spesifik seperti

wajah, rambut, tubuh bagian bawah (pantat, pinggul, kaki), tubuh bagian tengah

(pinggang, perut), tubuh bagian atas (dada, bahu, lengan), dan penampilan secara

keseluruhan.

d. Overweight Preoccupation (Kecemasan Menjadi Gemuk)

Mengukur kecemasan terhadap kegemukan, kewaspadaan individu

terhadap berat badan, kecenderungan melakukan diet untuk menurunkan berat

badan dan membatasi pola makan.

e. Self-Classified Weight (Pengkategorian Ukuran Tubuh)

Mengukur bagaimana individu mempersepsikan dan menilai berat

badannya, dari sangat kurus sampai sangat gemuk.

Chairiah (2012) dalam penelitian yang berjudul “Hubungan Gambaran

Body Image dan Pola Makan Remaja Putri” memodifikasi kuesioner ini untuk

dapat digunakan di Indonesia. Kuesioner ini terdiri dari sebelas pertanyaan

berbentuk skala likert.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Citra Tubuh 2.1.1 ... II.pdf · memiliki rasa kepemilikan dan batasan-batasan tubuhnya, ... Menurut Honigman dan Castle ... yang mengungkapkan

18

2.2 Konsep Dasar Perilaku Makan pada Remaja Putri

2.2.1 Definisi Perilaku Makan

Definisi perilaku makan adalah tanggapan atau reaksi individu yang

terwujud di gerakan atau aktivitas dalam kehidupan sehari-hari yang ditunjukkan

individu untuk bertahan hidup dimana aktivitas tersebut untuk menyediakan

kebutuhan nutrisi terutama untuk energi dam pertumbuhan yang dipengaruhi oleh

adat, sikap, emosi, nilai, etika, kekuasaan, persuasi, dan genetika (Ie, 2013). Tan

dalam Fradjia (2008) menyebutkan bahwa perilaku makan adalah suatu istilah

untuk menggambarkan perilaku yang berhubungan dengan tata karma makan,

frekuensi makan, pola makan, kesukaan makan, dan pemilihan makanan. Perilaku

makan pada remaja dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

a. Faktor Biologis

Model biologis dari perilaku makan berfokus pada pusat regulasi nafsu

makan di hipotalamus yang mengontrol mekanisme neurokimiawi untuk makan

dan perasaan kenyang. Penurunan kadar dopamine yang menyebabkan terjadinya

perubahan dalam perilaku makan seseorang diduga sebagai suatu cara untuk

mengkompesasi penurunan aktivasi area penghargaan yang di rangsang oleh

dopamin (Wang, et al, 2001 dalam Stuart & Laraia, 2005). Leptin, sebuah protein

yang meningkatkan asupan makanan, dan gliserin, juga mempengaruhi perilaku

makan seseorang (Jimerson, D, 2002; Tanaka et al., 2002 dalam Stuart & Laraia,

2005).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Citra Tubuh 2.1.1 ... II.pdf · memiliki rasa kepemilikan dan batasan-batasan tubuhnya, ... Menurut Honigman dan Castle ... yang mengungkapkan

19

b. Faktor Psikologis

Perpisahan dini, konflik individu, perasaan ketidakbergunaan,

ketidakberdayaan, kesulitan menginterpretasikan perasaan dan bertoleransi

terhadap fase emosional dan ketakutan terhadap kedewasaan dapat mempengaruhi

peilaku makan pada remaja. (Greeno, Wing, dan Shiffman, 2000; Stein dan Core,

2003 dalam Stuart & Laraia, 2005)

c. Faktor Lingkungan

Berbagai faktor lingkungan dapat mempengaruhi perilaku makan

seseorang. Keluarga dengan penyalahgunaan obat, bunuh diri, pembolosan, dan

masalah emosional lainnya, dapat mempengaruhi perilaku makan anggota

keluarga tersebut. Orang tua yang menunjukkan penolakan tehadap orang-orang

dengan kelebihan berat badan dapat mempengaruhi perilaku makan anak-anaknya

(Brink, Ferguson, & Sharma, 1999, dalam Stuart & Laraia, 2005). Orang tua yang

terus-menerus menghindari makanan apabila mengalami stress dan menunjukkan

perilaku makan buruk, serta tidak mengajarkan anak-anak tentang nilai yang

pantas mengenai makanan, juga dapat berpengaruh dalam perilaku makannya

sehari-hari. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan termasuk mengedukasi

orang tua dari anak-anak tentang perilaku makan yang sehat (White, 2000 dalam

Stuart & Laraia, 2005).

d. Faktor Sosiokultural

Pengaruh teman sebaya cukup besar di kalangan remaja. Menurut

Newman dan Shichor dalam Hurlock (1994), remaja lebih banyak berada di luar

rumah bersama dengan teman sebayanya sebagai kelompok sehingga berpengaruh

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Citra Tubuh 2.1.1 ... II.pdf · memiliki rasa kepemilikan dan batasan-batasan tubuhnya, ... Menurut Honigman dan Castle ... yang mengungkapkan

20

besar pada sikap, minat, penampilan, dan perilakunya, termasuk perilaku makan

remaja.

2.2.2 Gangguan Perilaku Makan

Gangguan perilaku makan adalah suatu permasalahan yang serius, kadang

sulit untuk disembuhkan dengan terapi, disertai banyak komplikasi medis dan

angka mortalitas yang tinggi sejalan dengan tingkat komorbiditas psikiatri yang

tinggi pula (Striegel-Moore, Wonderlich, Walsh, & Mitchell, 2011). Gangguan

perilaku makan diartikan suatu sindrom psikiatrik yang ditandai oleh pola makan

yang menyimpang terkait dengan karakteristik psikologik yang berhubungan

dengan makan, bentuk tubuh, dan berat badan (Lisal, 2008). Thompson dalam

Sucita (2008) yang mengungkapkan bahwa semua perempuan memperhatikan

berat badannya dan takut mengalami kelebihan berat badan sehingga cenderung

untuk mengalami gangguan dalam perilaku makan. Remaja putri merupakan

kelompok masyarakat yang paling berisiko, dan diestimasikan hingga 70% remaja

putri terkena permasalahan ini (Gibney, Margetts, Kearney, & Arab, 2004).

2.2.3 Klasifikasi Gangguan Perilaku Makan

Klasifikasi dari gangguan perilaku makan sebagai suatu gangguan mental

dimulai dengan anorexia nervosa pada sekitar tahun 1970, diikuti dengan bulimia

nervosa pada sekitar tahun 1980, dan klasifikasi untuk gangguan perilaku makan

yang berbeda dari dua klasifikasi tersebut (Levin & Becker, 2010). Berdasarkan

panduan diagnostik dan statistik untuk gangguan mental edisi keempat (DSM-IV),

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Citra Tubuh 2.1.1 ... II.pdf · memiliki rasa kepemilikan dan batasan-batasan tubuhnya, ... Menurut Honigman dan Castle ... yang mengungkapkan

21

gangguan perilaku makan dibagi menjadi tiga, yaitu AN, BN, dan EDNOS

(Lemberg, 1991).

a. Anorexia Nervosa (AN)

Anorexia Nervosa adalah sebuah gangguan perilaku makan yang ditandai

dengan adanya penurunan berat badan, jauh dari rentang normal, yang dilakukan

dengan sengaja (Lemberg, 1991). Menurut diagnosis DSM-IV, AN didefinisikan

sebagai ketakutan yang berlebihan terhadap pertambahan berat badan, meskipun

telah mengalami kekurangan berat badan. Terdapat gangguan dengan cara

seseorang memandang tubuhnya dan terdapat suatu penolakan untuk

mempertahankan bentuk tubuh diatas berat badan normal minimal. Pada wanita,

siklus menstruasi dapat terhambat sekurangnya tiga siklus berturut-turut. Terdapat

dua jenis AN, tipe restricting type dan tipe binge/purging type (American

Psychiatric Association, 2000 dalam Stuart & Laraia, 2005). AN jenis restricting-

type anorexia terlihat individu menurunkan berat badan dengan melakukan diet

tanpa disertai perilaku makan berlebihan atau memuntahkan kembali

makanannya. Sedangkan pada tipe binge-eating/purging, individu tersebut makan

secara berlebihan kemudian memuntahkannya kembali secara sengaja (APA,

2005).

Sebagian besar individu dengan AN melihat diri mereka sebagai orang

dengan kelebihan berat badan, walaupun sebenarnya mereka menderita kelaparan

atau malnutrisi. Seseorang dengan AN akan sentiasa mengukur berat badannya

berulang kali, menjaga porsi makanan dengan berhati-hati, dan makan dengan

jumlah yang sangat kecil (Wonderlich, et al, 2005).

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Citra Tubuh 2.1.1 ... II.pdf · memiliki rasa kepemilikan dan batasan-batasan tubuhnya, ... Menurut Honigman dan Castle ... yang mengungkapkan

22

Kebanyakan pasien dengan AN juga akan memiliki masalah psikiatri dan

berbagai penyakit fisik, termasuk depresi, ansietas, penyalahgunaan zat,

komplikasi kardiovaskular dan neurologis, dan perkembangan fisik yang

terhambat (Becker, et al, 2002). Gejala lain yang mungkin terlihat antara lain

penipisan tulang (osteopenia atau osteoporosis), rambut dan kuku yang rapuh,

kulit yang kering dan kekuningan, pertumbuhan rambut halus pada tubuh

(misalnya, lanugo), anemia ringan, kelemahan dan kehilangan otot, konstipasi

berat, tekanan darah rendah, penurunan suhu tubuh, dan kelemahan (Wonderlich,

2005).

Pada anak-anak yang prapubertas, pubertasnya lambat dan perkembangan

dan pertumbuhan fisiknya terhambat (Chavez & Insel, 2007). Gejala metabolik

lainnya, seperti lelah dan intoleransi terhadap kedinginan juga disebabkan oleh

gangguan aksis hipotalamus-pituitari-gonad (Kiyohara, et al, 1987). Pengurangan

densitas tulang diobservasi pada pasien dengan AN meningkatkan risiko untuk

mengalami fraktur dan berkaitan dengan defisiensi berbagai nutrisi, penurunan

steroid gonad dan peningkatan kortisol (Karlsson, et al, 2000).

b. Bulimia Nervosa (BN)

Menurut diagnosa DSM-IV, bulimia nervosa adalah episode berulang dari

BED dengan kurangnya control terhadap perilaku makan dan perhatian berlebihan

terhadap bentuk tubuh dan berat badan. Seseorang yang dikatakan

mengalamibulimia nervosa juga memuntahkan kembali makanannya secara

regular, menggunakan obat-obatan pencahar tanpa indikasi, berpuasa, maupun

melakukan olahraga secara berlebihan (American Psychiatric Association, 2000

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Citra Tubuh 2.1.1 ... II.pdf · memiliki rasa kepemilikan dan batasan-batasan tubuhnya, ... Menurut Honigman dan Castle ... yang mengungkapkan

23

dalam Stuart & Laraia, 2005). DSM-IV membagi BN kepada dua bentuk yaitu

purging dan nonpurging. Pada tipe purging, individu tersebut memuntahkan

kembali makanan secara sengaja atau menyalahgunakan obat pencahar, diuretik

atau enema. Pada tipe nonpurging, individu tersebut menggunakan cara lain selain

cara yang digunakan pada tipe purging, seperti berpuasa secara berlebihan.

Tidak seperti AN, penderita BN masih dapat memiliki berat badan yang

normal sesuai dengan umur mereka. Akan tetapi, seperti AN, mereka juga

mempunyai ketakutan akan pertambahan berat badan, dan menjalani tindakan

ekstrim untuk mengurangi berat badan, serta merasa sangat tidak puas atas ukuran

dan bentuk tubuh (APA, 2005).

Mirip dengan AN, orang yang menderita BN juga mempunyai penyakit

psikologis seperti depresi, ansietas, maupun permasalahan penyalahgunaan zat.

Akibat fisik dari BN antara lain, ketidakseimbangan elektrolit, masalah

gastrointestinal, dan masalah yang berkaitan dengan rongga mulut dan gigi (APA,

2005).

c. Eating Disorder Not Otherwise Specified (EDNOS)

1) Binge Eating Disorder (BED)

Individu yang mengalami BED mengonsumsi kalori dalam jumlah yang

besar namun tidak memiliki keinginan untuk mencegah kenaikan berat badan.

Penyakit ini memiliki prevalensi rata-rata 2-4% dari populasi yang ada. Terdapat

sekitar 19%-40% dari penderita obesitas yang mencari terapi untuk mengontrol

berat badan memiliki riwayat BED. Hal ini menunjukkan bahwa mengkaji tentang

gangguan perilaku makan seharusnya menjadi bagian yang penting pada program

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Citra Tubuh 2.1.1 ... II.pdf · memiliki rasa kepemilikan dan batasan-batasan tubuhnya, ... Menurut Honigman dan Castle ... yang mengungkapkan

24

manajemen berat badan (Grilo, 1998 dalam Stuart & Laraia, 2005). Obesitas

semasa kecil dan orang tua yang mengalami obesitas merupakan faktor risiko

spesifik untuk terjadinya BED (Abraham & Stafford, 2007).

Binge Eating Disorder digolongkan pada orang dengan episode binge-

eating yang rekuren sewaktu seseorang merasakan hilangnya penguasaan terhadap

perilaku makannya. Tidak seperti BN, episode binge-eating ini tidak diikuti

dengan proses pengontrolan, olahraga yang berlebihan, atau puasa. Mereka juga

merasa bersalah, malu, maupun distress dengan binge-eating yang dapat

menyebabkan terjadinya lebih banyak episode binge-eating. Mereka juga sering

mempunyai penyakit psikologis termasuk ansietas, depresi, dan kekacauan

kepribadian (APA, 2005).

2) Night Eating Syndrome (NES)

Sindrom makan di malam hari adalah gangguan makan berat yang sedang

dipertimbangkan untuk dimasukkan ke dalam DSM-IV-TR sebagai gangguan

perilaku makan yang terpisah. Individu yang memiliki sindrom makan di malam

hari memiliki gejala anoreksia di pagi hari dan mengalami kesulitan dalam

mempertahankan tidur serta mengalami depresi sebagian besar di malam hari.

Individu biasanya akan terbangun dua kali setiap malam dan hal ini berkaitan

dengan pengonsumsian makanan. Prevalensi dari sindrom ini diperkirakan 1,5%

pada populasi umum, 8,3% pada populasi obesitas, dan 27% diantara populasi

obesitas berat yang mencari penanganan bedah (Strunkard & Allison, 2003 dalam

Stuart & Laraia, 2005).

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Citra Tubuh 2.1.1 ... II.pdf · memiliki rasa kepemilikan dan batasan-batasan tubuhnya, ... Menurut Honigman dan Castle ... yang mengungkapkan

25

2.2.4 Pengukuran Perilaku Makan

Mengukur perilaku makan seeorang dapat dilakukan dengan berbagai cara,

antara lain dengan Eating Disorder Inventory 3 (EDI-3), Eating Disorders Quality

of Life Scale (EDQLS), Quality of Life Enjoyment and Satisfaction Quetionnaire

(Q-LES-Q), serta State Trait Anxiety Inventory (STAI) (Maine, McGilley, &

Bunnel, 2010). Identifikasi kecenderungan terjadinya gangguan perilaku makan

pada umumnya menggunakan instrumen Eating Attitudes Test (EAT-26). EAT-26

tidak digunakan untuk mendiagnosis gangguan makan, namun untuk

mengidentifikasi individu-individu yang memiliki kecenderungan gangguan

dalam berperilaku makan dan membutuhkan penanganan lebih lanjut (Anderson,

2004). Menurut Garner et al. (1998) dalam Anderson (2004), EAT-26 telah

digunakan sebagai alat skrining untuk menilai risiko gangguan perilaku makan di

sekolah, kampus, hingga sampel berisiko seperti atlet dan sebagainya. Kuesioner

EAT-26 disusun oleh Garner & Garfinkel (1982) dan terdiri atas 26 pertanyaan

yang mencakup tiga aspek, yaitu :

a. Dieting (Perilaku Diet)

Komponen ini terdiri dari aspek menghindari makanan berlemak dan

keinginan kuat untuk memiliki tubuh kurus

b. Bulimia and Food Preoccupation (Bulimia dan Makna Makanan)

Komponen ini terdiri dari aspek pemikiran dan pemaknaan terhadap

makanan.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Citra Tubuh 2.1.1 ... II.pdf · memiliki rasa kepemilikan dan batasan-batasan tubuhnya, ... Menurut Honigman dan Castle ... yang mengungkapkan

26

c. Oral Control (Kontrol Oral)

Komponen ini terdiri dari aspek control diri dalam perilaku makan serta

aspek tekananan yang diterima oleh orang lain atas kelebihan berat badan.

Devi (2010) dalam penelitian yang berjudul “Hubungan Sikap terhadap

Thin Ideal dan Kecenderungan Gangguan Makan pada Mahasiswi”,

memodifikasi kuesioner ini untuk penggunaan di Indonesia. Kuesioner ini terdiri

dari 16 pertanyaan berbentuk skala likert.

2.3 Remaja

Remaja (adolescent) merupakan individu yang berkembang dari masa

kanak-kanak menuju kedewasaan (Neufeldt & Guralnik, 1996 dalam Valentini &

Nisfiannoor, 2006). Masa remaja adalah masa perkembangan transisi antara masa

anak dan dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial. Menurut

WHO (1974), disebutkan bahwa remaja adalah individu yang berkembang dari

saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat

mencapai kematangan seksual, individu yang mengalami perkembangan

psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menuju dewasa, dan individu

yang mengalami peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi menjadi suatu

kemandirian.

Menurut Turner & Helms (1995), masa remaja (adolescence) berasal dari

bahasa latin adolescere yang berarti berkembang menuju kedewasaan. Masa

remaja berarti tahap kehidupan yang berlangsung antara masa kanak-kanak

(childhood) dan masa dewasa (adulthood) (Valentini & Nisfiannoor, 2006).

Menurut Konopka (1973) dalam Gunarsa & Gunarsa (2008), masa remaja

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Citra Tubuh 2.1.1 ... II.pdf · memiliki rasa kepemilikan dan batasan-batasan tubuhnya, ... Menurut Honigman dan Castle ... yang mengungkapkan

27

merupakan fase yang paling penting dalam pembentukan nilai. Rentang usia

individu yang tergolong remaja berbeda-beda. Dalam mayoritas budaya, remaja

dimulai pada sekitar umur 10-13 tahun dan berakhir sekitar usia 18-22 tahun

(Santrock, 2003). Menurut Soetjiningsih (2004), masa remaja dimulai antara usia

11 atau 12 tahun sampai dengan 20 tahun, yaitu menjelang masa dewasa muda.

Salah satu dimensi dari perkembangan psikologis remaja adalah citra

tubuh. Remaja menunjukkan perhatian yang lebih besar dan kurang puas terhadap

gambaran tubuh yang mereka miliki (Santrock, 1996). Menurut Harrison (1997),

tahap perkembangan psikologis remaja dibagi menjadi tiga bagian, yaitu usia

remaja dini (usia 10-13 tahun), usia remaja pertengahan (usia 14-16 tahun), serta

usia remaja lanjut (usia 17 – 21 tahun).

Pada usia remaja dini, remaja cenderung lebih memperhatikan perubahan

fisik pada tubuhnya dan menunjukkan perhatian pada proses maturasi. Usia

remaja pertengahan merupakan periode pertumbuhan kognitif yang cepat pada

saat proses berpikir operasional formal muncul. Remaja dalam usia ini mulai

memahami konsep yang bersifat abstrak dan dapat mempertanyakan cara orang

dewasa melakukan penilaian (judgement). Individu tersebut kemudian beralih dari

dunia egosentris yang terdapat dalam dunia remaja dini kepada dunia sosiosentris

dalam usia remaja pertengahan serta remaja lanjut dan mulai mengontrol

perilakunya yang impulsif. Usia remaja lanjut merupakan periode terbentuknya

identitas personal, dengan hubungan yang akrab dan suatu fungsi dalam

masyarakat. Remaja dalam usia remaja lanjut akan memandang kehidupan dengan

sudut pandang yang lebih sosiosentris, karakteristik masa dewasa, serta dapat

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Citra Tubuh 2.1.1 ... II.pdf · memiliki rasa kepemilikan dan batasan-batasan tubuhnya, ... Menurut Honigman dan Castle ... yang mengungkapkan

28

bersifat altruistik, sehingga konflik dengan keluarga dan masyarakat dapat

berpusat pada masalah moral dibandingkan pertimbangan egosentris.

Santrock (1996) menyebutkan beberapa teori perkembangan remaja, antara

lain:

a. Teori Psikoanalisis

Dua teori psikoanalisis penting antara lain dari Freud dan dari Erikson.

Freud mengatakan bahwa kepribadian terdiri dari tiga struktur, id, ego, dan

superego, dan bahwa kebanyakan pikiran remaja bersifat tidak disadari. Tuntutan

yang saling bertentangan dari struktur kepribadian remaja menimbulkan rasa

cemas. Freud yakin bahwa masalah berkembang karena pengalaman di masa

kecil. Erikson mengembangkan teori yang menekankan delapan tahap

perkembangan psikososial; percaya versus tidak percaya, otonomi versus rasa

malu dan ragu-ragu, inisiatif versus rasa salah, industry versus inferioritas,

identitas versus kekacauan identitas, intimasi versus isolasi, generativitas versus

stagnasi, dan integritas versus rasa putus asa (Santrock, 1996).

b. Teori Kognitif

Dua teori kognitif yang penting adalah teori perkembangan kognitif Piaget

dan teori pemrosesan informasi. Piaget mengatakan bahwa remaja termotivasi

untuk memahami dunia dan menyesuaikan berpikirnya untuk mendapatkan

informasi baru. Piaget mengatakan bahwa kita melalui empat tahap perkembangan

kognitif: sensorimotorik, pra-operasional, operasional konkrit, operasional formal.

Teori pemrosesan informasi berkaitan dengan bagaimana individu memproses

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Citra Tubuh 2.1.1 ... II.pdf · memiliki rasa kepemilikan dan batasan-batasan tubuhnya, ... Menurut Honigman dan Castle ... yang mengungkapkan

29

informasi, dan bagaimana informasi dikeluarkan kembali untuk memungkinkan

berpikir dan pemecahan masalah (Santrock, 1996).

c. Teori Tingkah Laku dan Belajar Sosial

Behaviorisme menekankan bahwa kognisi tidaklah penting dalam

memahami tingkah laku remaja. Perkembangan adalah tingkah laku yang

diobservasi, yang ditentukan oleh ganjaran dan hukuman dalam lingkungan,

menurut B.F. Skinner. Teori belajar sosial, dikembangkan oleh Albert Bandura

dan lainnya, menyatakan bahwa lingkungan merupakan determinan tingkah laku

yang penting. Tetapi begitu pula proses kognitif. Remaja mempunyai kemampuan

untuk mengontrol tingkah laku mereka sendiri, menurut pandangan teori belajar

sosial (Santrock, 1996).

d. Teori Ekologis

Dalam teori ekologis Bronfenbenner, lima sistem lingkungan merupakan

faktor penting dalam perkembangan remaja, yaitu mikrosistem, mesosistem,

ekosistem, makrosistem, dan kronosistem (Santrock, 1996).

Menurut Stanley Hall dalam Gunarsa & Gunarsa (2008), perkembangan

psikis remaja banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor fisiologis yang ditentukan

oleh genetika, disamping proses pematangan yang mengarahkan pertumbuhan dan

perkembangan. Terdapat beberapa tugas perkembangan remaja menurut Hurlock

(2001), antara lain :

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Citra Tubuh 2.1.1 ... II.pdf · memiliki rasa kepemilikan dan batasan-batasan tubuhnya, ... Menurut Honigman dan Castle ... yang mengungkapkan

30

a. Mencapai Hubungan Baru dan yang Lebih Matang dengan Teman Sebaya

baik Pria maupun Wanita

Tugas perkembangan pada masa remaja menuntut perubahan besar dalam

sikap dan perilaku anak. Akibatnya, hanya sedikit anak laki-laki dan anak

perempuan yang dapat diharapkan untuk menguasai tugas-tugas tersebut selama

awal masa remaja, apalagi mereka yang matangnya terlambat (Hurlock, 2001).

b. Mencapai Peran Sosial Pria, dan Wanita

Perkembangan masa remaja yang penting akan menggambarkan seberapa

jauh perubahan yang harus dilakukan dan masalah yang timbul dari perubahan itu

sendiri. Pada dasarnya, pentingnya menguasai tugas-tugas perkembangan dalam

waktu yang relatif singkat sebagai akibat perubahan usia kematangan sehingga

menyebabkan banyak tekanan yang menganggu para remaja (Hurlock, 2001).

c. Menerima Keadaan Fisiknya dan Menggunakan Tubuhnya Secara Efektif

Seringkali sulit bagi para remaja untuk menerima keadaan fisiknya bila

sejak kanak-kanak mereka telah mengagungkan konsep mereka tentang

penampilan diri pada waktu dewasa nantinya. Diperlukan waktu untuk

memperbaiki konsep ini dan untuk mempelajari cara-cara memperbaiki

penampilan diri sehingga lebih sesuai dengan apa yang dicita-citakan (Hurlock,

2001).

d. Mengharapkan dan Mencapai Perilaku Sosial yang Bertanggung Jawab

Menerima peran sebagai orang dewasa yang diakui masyarakat tidaklah

menjadi masalah bagi laki-laki yang telah didorong dan diarahkan sejak awal

masa kanak-kanak, tetapi berbeda bagi anak perempuan. Karena adanya

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Citra Tubuh 2.1.1 ... II.pdf · memiliki rasa kepemilikan dan batasan-batasan tubuhnya, ... Menurut Honigman dan Castle ... yang mengungkapkan

31

pertentangan dengan lawan jenis yang sering berkembang selama akhir masa

kanak-kanak dan masa pubertas, maka mempelajari hubungan baru dengan lawan

jenis berarti harus mulai dari awal dengan tujuan untuk mengetahui lawan jenis

dan bagaimana harus bergaul dengan mereka. Sedangkan pengembangan

hubungan baru yang lebih matang dengan teman sebaya sesama jenis juga tidak

mudah (Hurlock, 2001).

e. Mencapai Kemandirian Emosional dari Orang Tua dan Orang-Orang

Dewasa Lainnya

Bagi remaja yang sangat mendambakan kemandirian, usaha untuk mandiri

secara emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lain merupakan tugas

perkembangan yang mudah. Namun, kemandirian emosi tidaklah sama dengan

kemandirian perilaku. Banyak remaja yang ingin mandiri, namun juga ingin dan

membutuhkan rasa aman yang diperoleh dari ketergantungan emosi pada orang

tua atau orang-orang dewasa lain. Hal ini menonjol pada remaja yang kurang

diterima dalam kelompok sebayanya (Hurlock, 2001).

f. Mempersiapkan Karier Ekonomi

Kemandirian ekonomi tidak dapat dicapai sebelum remaja memilih

pekerjaan dan mempersiapkan diri untuk bekerja. Meskipun remaja memilih

pekerjaan yang memerlukan periode pelatihan yang lama, tidak ada jaminan untuk

memperoleh kemandirian ekonomi bilamana mereka secara resmi menjadi dewasa

nantinya. Secara ekonomi mereka masih harus tergantung selama beberapa tahun

sampai pelatihan yang diperlukan untuk bekerja selesai dijalani (Hurlock, 2001).

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Citra Tubuh 2.1.1 ... II.pdf · memiliki rasa kepemilikan dan batasan-batasan tubuhnya, ... Menurut Honigman dan Castle ... yang mengungkapkan

32

g. Mempersiapkan Perkawinan dan Keluarga

Kecenderungan perkawinan muda menyebabkan persiapan perkawinan

merupakan tugas perkembangan yang paling penting dalam tahun-tahun remaja.

Meskipun tabu sosial mengenai perilaku seksual yang berangsur-ansur mengendur

dapat mempermudah persiapan perkawinan dalam aspek seksual, tetapi aspek

perkawinan yang lain hanya sedikit yang dipersiapkan. Kurangnya persiapan ini

merupakan salah satu penyebab dari masalah yang tidak terselesaikan, yang oleh

remaja dibawa ke masa dewasa (Hurlock, 2001).

h. Memperoleh Perangkat Nilai dan Sistem Etis sebagai Pegangan untuk

Berperilaku Mengembangkan Ideologi

Sekolah dan pendidikan tinggi mencoba untuk membentuk nilai-nilai yang

sesuai dengan nilai dewasa, dimana orang tua berperan banyak dalam

perkembangan ini. Remaja biasanya memilih untuk melakukan hal-hal yang

dianggap tidak bertanggung jawab bagi orang dewasa demi dapat diterima oleh

kelompok sebayanya (Hurlock, 2001).

Selain perkembangan psikologis, remaja juga mengalami pertumbuhan

fisik. Pertumbuhan fisik remaja memiliki tiga aspek yang menonjol, yaitu

perubahan berat dan tinggi badan, kematangan seksual, serta keragaman

individual (Santrock, 1996). Pertumbuhan fisik menyebabkan remaja

membutuhkan asupan nutrisi yang lebih besar dari pada masa anak-anak. Pada

saat remaja mengalami peningkatan berat badan dan penyimpanan lemak sebagai

bagian dari pertumbuhan yang normal, remaja putri sering memaksakan diri untuk

menjadi ramping dan mulai melakukan tindakan menurunkan asupan nutrisi yang

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Citra Tubuh 2.1.1 ... II.pdf · memiliki rasa kepemilikan dan batasan-batasan tubuhnya, ... Menurut Honigman dan Castle ... yang mengungkapkan

33

mengakibatkan terjadinya defisiensi nutrisi yang esensial bagi pertumbuhan

remaja tersebut. Remaja harus menjaga status gizinya dalam rentang normal agar

pertumbuhannya tersebut tidak terganggu karena kelebihan maupun kekurangan

makanan selama masa remaja menimbulkan masalah khusus (Dedeh, dkk, 2010).

Menurut Proverawati (2010), nutrisi yang penting untuk remaja antara lain:

a. Energi

Faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan kebutuhan energi

remaja adalah aktivitas fisik, seperti olahraga yang diikuti, baik dalam kegiatan di

sekolah maupun diluar sekolah. Widyakarya Nasional Pangan Gizi VI (WKNPG

VI) menganjurkan angka kecukupan gizi (AKG) energi untuk remaja dan dewasa

muda perempuan 2000-2200 kkal, sedangkan untuk laki-laki antara 2400-2800

kkal setiap hari. AKG energi ini dianjurkan sekitar 60% berasal dari sumber

karbohidrat (Proverawati, 2010).

b. Protein

Kecukupan protein bagi remaja adalah1,5-2,0 gr/kg BB/hari. AKG protein

remaja dan dewasa muda adalah 48-62 gr per hari untuk perempuan dan 55-66 gr

per hari untuk laki-laki (Proverawati, 2010).

c. Kalsium

AKG kalsium untuk remaja dan dewasa muda adalah 600-700 mg per hari

untuk perempuan dan 500-700 mg untuk laki-laki. Sumber kalsium yang paling

baik adalah susu dan hasil olahannya. Sumber kalsium lainnya ikan, kacang-

kacangan, sayuran hijau, dan lain-lain (Proverawati, 2010).

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Citra Tubuh 2.1.1 ... II.pdf · memiliki rasa kepemilikan dan batasan-batasan tubuhnya, ... Menurut Honigman dan Castle ... yang mengungkapkan

34

d. Besi

Kebutuhan zat besi pada remaja laki-laki meningkat karena ekspansi

volume darah dan peningkatan konsentrasi hemoglobin (Hb). Setelah dewasa,

kebutuhan besi menurun. Pada perempuan, kebutuhan yang tinggi akan besi

terutama disebabkan kehilangan zat besi selama menstruasi. Hal ini

mengakibatkan perempuan lebih rawan terhadap anemia besi dibandingkan laki-

laki. Perempuan dengan konsumsi besi yang kurang atau mereka dengan

kehilangan besi yang meningkatkan, akan mengalami anemia gizi besi.

Sebaliknya defisiensi besi mungkin merupakan faktor pembatas untuk

pertumbuhan pada masa remaja, mengakibatkan tingginya kebutuhan mereka

akan zat besi (Proverawati, 2010).

e. Seng (Zinc)

Seng diperlukan untuk pertumbuhan serta kematangan seksual remaja,

terutama untuk remaja laki-laki. AKG seng adalah 15 mg per hari untuk remaja

dan dewasa muda perempuan dan laki-laki (Proverawati, 2010).

2.4 Hubungan antara Citra Tubuh dengan Perilaku Makan pada Remaja

Putri

Remaja memiliki beberapa tugas perkembangan, salah satunya adalah

menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif (Hurlock,

2001). Remaja putri biasanya ingin memiliki tubuh kurus yang digunakan untuk

menarik perhatian pasangannya dan memiliki kecenderungan untuk menurunkan

berat badan disebabkan oleh media massa yang mempromosikan penurunan berat

badan (Anderson & Didomenico, 1992). Konten-konten pada media massa

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Citra Tubuh 2.1.1 ... II.pdf · memiliki rasa kepemilikan dan batasan-batasan tubuhnya, ... Menurut Honigman dan Castle ... yang mengungkapkan

35

menyebabkan remaja membandingkan tubuhnya dengan tubuh model sehingga

dapat menyebabkan terjadinya depresi, kemarahan, gangguan citra tubuh

(Heinberg & Thompson, 1995), dan rendahnya kepercayaan diri (Martin &

Kennedy, 1993).

Penelitian yang dilakukan oleh Yuliana (2013), menunjukkan bahwa

sebanyak 42 subyek penelitian (46,2%) mengalami ketidakpuasan citra tubuh,

dimana masih merasa dirinya gemuk atau kelebihan berat badan, padahal

sebanyak 27 subyek yang mengalami ketidakpuasan citra tubuh tersebut sudah

berstatus gizi normal. Penelitian yang dilakukan oleh Setijowati, Karunia, dan

Magdalena (2010) menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara

citra tubuh dengan status gizi remaja putri. Status gizi adalah suatu ukuran

mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang

dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh (Almatsier, 2005).

Berdasarkan penelitian tersebut, apabila citra tubuh seseorang rendah, maka status

gizi remaja tersebut juga rendah, begitupun sebaliknya. Namun, sebuah penelitian

yang dilakukan di Jakarta menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna

antara status gizi dengan perilaku makan yang berupa asupan energi maupun

protein dari remaja putri (Sari, Jus’at, & Priyo, 2010).

Penelitian yang dilakukan oleh Nisa dan Uyun (2007), membuktikan

bahwa terdapat hubungan signifikan antara harga diri dengan perilaku makan

tidak sehat pada remaja putri. Harga diri adalah penilaian secara global terhadap

diri sendiri yang bersifat khas mengenai kemampuan, keberhasilan, serta

penerimaan yang dipertahankan oleh individu yang berasal dari interaksi individu

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Dasar Citra Tubuh 2.1.1 ... II.pdf · memiliki rasa kepemilikan dan batasan-batasan tubuhnya, ... Menurut Honigman dan Castle ... yang mengungkapkan

36

dengan orang lain. Semakin tinggi harga diri maka semakin rendah perilaku

makan tidak sehat, dan sebaliknya, semakin rendah harga diri maka semakin

tinggi perilaku makan tidak sehat. Namun, pada penelitian tersebut dibuktikan

pula bahwa tidak terdapat hubungan antara citra tubuh dengan asupan makanan

pada remaja. Terlihat bahwa citra tubuh positif maupun negatif tidak berpengaruh

pada asupan makan sehari-hari pada remaja, khususnya asupan energi dan protein.