BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf ·...

46
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1.1 Definisi Anak Usia Toddler Anak usia toddler merupakan anak dengan usia 1-3 tahun, dimana pada usia tersebut dapat dilihat pertumbuhan fisik dan perkembangan motorik berlangsung cepat (Potter & Perry, 2010). Pada periode ini anak akan mulai berjalan dan mengekplorasi rumah dan sekelilingnya, menyusun 6 balok, mulai cemburu pada ayahnya, belajar makan sendiri, mulai belajar dalam mengontrol buang air kecil, mulai mengikuti apa yang dilakukan orang dewasa, dapat menunjuk mata dan hidung, memperlihatkan minat dengan anak lain dan bermain dengan teman-temannya (Soetjiningsih, 2013). Tindakan yang dapat dilakukan pada periode ini dengan menganjurkan anak untuk melakukan perawatan diri sendiri, memberi stimulasi untuk berbicara, memberi kesempatan anak untuk bermain dengan teman sebaya, dan berperan aktif dalam perawatan anak (Hidayat, 2009). 2.1.2 Perkembangan Anak Usia Toddler 1. Perkembangan motorik kasar Perkembangan motorik kasar utama pada toddler ialah perkembangan lokomosi. Toddler mampu berjalan sendiri dengan jarak kaki yang melebar pada jarak tertentu. Selanjutnya toddler mulai berlari akan tetapi masih mudah jatuh pada usia 18 bulan (Wong, 2009). Di usia dua tahun, koordinasi dan keseimbangan meningkat ditunjukkan dengan mampu berdiri dengan sempurna. Pada usia ini anak mampu menaiki dan menuruni tangga. Kemudian

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf ·...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Anak Usia Toddler

2.1.1 Definisi Anak Usia Toddler

Anak usia toddler merupakan anak dengan usia 1-3 tahun, dimana pada usia

tersebut dapat dilihat pertumbuhan fisik dan perkembangan motorik berlangsung

cepat (Potter & Perry, 2010). Pada periode ini anak akan mulai berjalan dan

mengekplorasi rumah dan sekelilingnya, menyusun 6 balok, mulai cemburu pada

ayahnya, belajar makan sendiri, mulai belajar dalam mengontrol buang air kecil, mulai

mengikuti apa yang dilakukan orang dewasa, dapat menunjuk mata dan hidung,

memperlihatkan minat dengan anak lain dan bermain dengan teman-temannya

(Soetjiningsih, 2013). Tindakan yang dapat dilakukan pada periode ini dengan

menganjurkan anak untuk melakukan perawatan diri sendiri, memberi stimulasi untuk

berbicara, memberi kesempatan anak untuk bermain dengan teman sebaya, dan

berperan aktif dalam perawatan anak (Hidayat, 2009).

2.1.2 Perkembangan Anak Usia Toddler

1. Perkembangan motorik kasar

Perkembangan motorik kasar utama pada toddler ialah perkembangan

lokomosi. Toddler mampu berjalan sendiri dengan jarak kaki yang melebar pada

jarak tertentu. Selanjutnya toddler mulai berlari akan tetapi masih mudah jatuh

pada usia 18 bulan (Wong, 2009). Di usia dua tahun, koordinasi dan

keseimbangan meningkat ditunjukkan dengan mampu berdiri dengan

sempurna. Pada usia ini anak mampu menaiki dan menuruni tangga. Kemudian

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

10

pada usia 30 bulan toddler mampu melompat dengan dua kaki, berdiri dengan

satu kaki selama satu hingga dua detik, dan berjalan jinjit beberapa langkah.

Memasuki akhir tahun kedua, toddler mampu berdiri dengan satu kaki, berjalan

jinjit, dan menaiki tangga dengan kaki kanan dan kiri bergantian (Sembiring,

2017).

2. Perkembangan motorik halus

Perkembangan motorik halus toddler pun berkembang. Hal ini dilihat dari

meningkatnya kemampuan pada usia 12 bulan mampu menggenggam benda

yang sangat kecil tapi tidak mampu melepas sesuai keinginannya. Memasuki

usia 15 bulan, toddler dapat menjatuhkan benda kecil ke dalam botol berleher

sempit dan melempar serta menangkap bola. Selanjutnya, di usia 18 bulan

toddler mampu melempar bola tanpa kehilangan keseimbangan (Wong, 2009).

Perkembangan motorik halus anak pada usia ini dapat ditunjukan dengan

adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus.

Anak usia toddler juga dapat menggambar dua atau tiga bagian, melambaikan

tangan, minum dengan cangkir dengan bantuan dan mampu menggunakan

sendok dengan bantuan (Sembiring, 2017).

3. Perkembangan Kognitif

Piaget dalam Wong (2009) membagi perkembangan dalam rentang usia.

Ketika anak memasuki usia 2-7 tahun, anak akan berada di tahap

praoperasional. Anak yang berada pada tahap ini egosentrisnya telah

berkembang. Pada tahap ini anak belum mampu untuk menempatkan diri pada

kondisi orang lain. Anak pun baru bisa memandang suatu hal dari sudut

pandang mereka sendiri. Pola berpikir intuitif dan transduktif berkembang

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

11

pada tahap ini dan imaginative thinking juga merupakan ciri khas dari

perkembangan ini.

2.1.3 Pola Oral Hygiene Anak Usia Toddler

Anak pada usia toddler masih belum mengerti pentingnya untuk merawat

kebersihan gigi dan mulut (Astuti, 2018). Gigi dan mulut harus di jaga kebersihannya

karena kuman dapat masuk ke dalam tubuh melalui organ ini. Kelainan yang sering

terjadi didalam mulut adalah kerusakan jaringan keras dari gigi yang sering disebut

karies gigi (Siswanto, 2010). Dalam melakukan oral hygiene anak usia toddler/

prasekolah masih bergantung pada orangtua, sehingga disini orangtua yang dibutuhkan

dalam melakukan oral hygiene pada anaknya (Mubeen & Nida, 2015). Peranan

orangtua hendaknya ditingkatkan dalam membiasakan menyikat gigi anak secara

teratur guna menghindarkan kerusakan gigi anak. Kegiatan membersihkan gigi

dilakukan sebelum anak tidur malam dan setelah makan pagi maupun siang

(Sariningsih, 2012).

2.2 Konsep Karies Gigi Pada Anak

2.2.1 Definisi Keries Gigi Pada Anak

Karies Gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

jaringan, yang dimulai dari permukaan gigi (ceruk, fisura, dan daerah interproksimal)

dan akan meluas kedaerah pulpa (Tarigan, 2013). Karies gigi merupakan penyakit

mulifaktorial yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu agen, host, substrat dan

waktu (Anil & Anand, 2017). Karies gigi adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yang

diakibatkan oleh aktivitas mikrooorganisme, pada karbohidrat sukrosa dan laktosa

yang terdapat dalam makanan seperti susu, permen dan coklat yang membantu

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

12

metabolisme bakteri yang dapat difermentasi sehingga terbentuk asam dan

menurunkan pH dibawah pH kritis akibatnya terjadi demineralisasi jaringan keras gigi

(Sumawinata, 2013).

Karies gigi adalah suatu keadaan gigi tidak normal yang ditandai dengan adanya

perubahan warna pada gigi, gigi menghitam, dan terkadang berlubang atau keropos

(Nurafifah, 2013). Karies gigi merupakan kelainan gigi yang bersifat progresif

(Cahyaningrum, 2017). Karies gigi terbentuk karena ada sisa makanan yang menempel

pada gigi, yang pada akhirnya menyebabkan pengapuran gigi. Dampaknya, gigi menjadi

keropos, berlubang, bahkan patah. Karies gigi membuat anak mengalami kehilangan

daya kunyah dan terganggunya pencernaan, yang mengakibatkan pertumbuhan gigi

kurang maksimal (Sinaga, 2013).

2.2.2 Etiologi Karies Gigi Pada Anak

2.2.2.1 Agen (Mikroorganisme)

Karies Gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

jaringan, yang dimulai dari permukaan gigi (ceruk, fisura, dan daerah interproksimal)

dan akan meluas kedaerah pulpa (Tarigan, 2013). Karies gigi merupakan penyakit

mulifaktorial yang disebabkan oleh beberapa faktor yaitu agen, host, substrat dan

waktu (Anil & Anand, 2017). Karies gigi adalah suatu penyakit jaringan keras gigi yang

diakibatkan oleh aktivitas mikrooorganisme, pada karbohidrat sukrosa dan laktosa

yang terdapat dalam makanan seperti susu, permen dan coklat yang membantu

metabolisme bakteri yang dapat difermentasi sehingga terbentuk asam dan

menurunkan pH dibawah pH kritis akibatnya terjadi demineralisasi jaringan keras gigi

(Sumawinata, 2013).

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

13

Karies gigi adalah suatu keadaan gigi tidak normal yang ditandai dengan adanya

perubahan warna pada gigi, gigi menghitam, dan terkadang berlubang atau keropos

(Nurafifah, 2013). Karies gigi merupakan kelainan gigi yang bersifat progresif

(Cahyaningrum, 2017). Karies gigi terbentuk karena ada sisa makanan yang menempel

pada gigi, yang pada akhirnya menyebabkan pengapuran gigi. Dampaknya, gigi menjadi

keropos, berlubang, bahkan patah. Karies gigi membuat anak mengalami kehilangan

daya kunyah dan terganggunya pencernaan, yang mengakibatkan pertumbuhan gigi

kurang maksimal (Sinaga, 2013).

2.2.2.2 Host (Gigi & Saliva)

Gigi merupakan struktur yang keras yang berada di dalam rongga mulut. Gigi

memiliki fungsi untuk menghancurkan atau mengunyah makanan. Permukaan gigi

yang dilapisi oleh pelikel hasil pengendapan glikoprotein saliva, enzim, dan

immunoglobulin, menjadi tempat ideal perlekatan bakteri Streptococcus Mutans. Jika

terdapat masalah pada permukaan gigi, maka plak akan segera terbentuk sampai

ketebalan tertentu untuk menghasilkan lingkungan yang bersifat anaerob. Daerah pits

dan fissures, permukaan email antara gingiva dan kontak proksimal, sepertiga servikal

permukaan labial/bukal dan lingual mahkota gigi, permukaan akar gigi dekat garis

servikal, daerah subgingiva, dan kelainan gigi seperti hipoplasi, merupakan lokasi yang

mudah untuk pembentukan plak. Pada lokasi tersebut sering ditemukan karies (Divaris,

2017).

Saliva mempunyai peran yang sangat penting dalam menjaga kesehatan

jaringan lunak dan keras pada rongga mulut. Saliva yang diproduksi antara 0,5-1 liter

per 24 jam. Produksi saliva bangun tidur dan sebelum tidur tidaklah sama. Saat bangun

tidur rongga mulut hanya menghasilkan 0,25 milileter per menit (Djamil, 2011). Saliva

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

14

berperan penting melindungi gigi dan mukosa mulut dari pengaruh asam, dehidrasi

atau iritasi. Saliva memberikan perlindungan dengan mempertahankan mikro-

organisme normal dalam mulut dan mempertahankan keutuhan permukaan gigi,

termasuk menghilangkan bakteri, aktivitas anti bakteri, dan proses remineralisasi

(Haryani, Siregar, & Ratnaningtyas, 2016). Selain itu saliva mempunyai efek

membersihkan, melarutkan makanan, membantu pembentukan bolus makanan,

membersihkan makanan dan bakteri, lubrikasi mukosa rongga mulut, membantu

pengunyahan, penelanan dan bicara (Nadia, 2012). Kemampuan saliva melawan karies

gigi, dibuktikan pada penderita serostomia yang mengalami kerusakan gigi yang cepat

dan hebat karena kelenjar air liur tidak memproduksi saliva. Hal itu terjadi akibat

berbagai penyakit, penggunaan obat-obatan, terapi radiasi, dan lain-lain (Cruz, 2013).

2.2.2.3 Substrat (Makanan)

Substrat adalalah molekul organik yang akan bereaksi secara kimia untuk

menghasilkan sebuah produk. Kaitanya pada karies gigi pada anak adalah makanan

yang dikonsumsi anak dapat beresiko menyebabkan karies gigi. Menurut (Wahyono,

2012) menyebutkan bahwa anak-anak pada dasarnya sangat menyukai jajanan yang

manis-manis seperti coklat, susu, ice cream, biskuit dan permen, dengan demikian

keadaan ini akan mempengaruhi struktur gigi dan ditambah lagi anak-anak kurang

menjaga kebersihan gigi dan mulut dalam hal membersihkan giginya.

Bakteri Streptococcus Mutans merupakan bakteri yang berperan terhadap kejadian

karies gigi, untuk berkembangbiak bakteri Streptococcus Mutans memetabolisme

karbohidrat yang menggandung gula seperti sukrosa, laktosa, fruktosa dan glukosa

(Anil & Anand, 2017). Karbohidrat yang paling memiliki sifat karciogenik adalah

sukrosa, karena sukrosa merupakan energy yang digunakan untuk metabolisme bakteri

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

15

Streptococcus Mutans dan kemudian akan menghasilkan asam yang dapat mempengaruhi

pH didalam rongga mulut.. Walaupun demikian tidak semua jenis karbohidrat sama

derajat kariogeniknya.

Karbohidrat yang kompleks misalnya pati, relatif tidak berbahaya karena tidak

dicerna secara sempurna di dalam mulut sedangkan karbohidrat dengan berat molekul

yang rendah seperti gula akan segera meresap ke dalam plak dan dimetabolisme dengan

cepat oleh bakteri. Dengan demikian, makanan dan minuman yang mengandung gula

akan menurunkan pH plak dengan cepat sampai pada level yang dapat menyebabkan

demineralisasi email. Sintesa polisakarida ekstra seluler dari sukrosa lebih cepat dari

pada glukosa, fruktosa dan laktosa (Kidd&Bachel, 2013). Penelitian Roberts pada anak

pra-sekolah dengan penyakit kronis yang sering diberi obat sirup dengan kandungan

sukrosa yang tinggi, telah ditemukan peningkatan empat kali lipat pada jumlah karies

mereka dibandingkan dengan anak-anak sehat (Vadiakas, 2008).

2.2.2.4 Waktu

Interaksi antara ketiga faktor tersebut selama suatu periode akan merangsang

pembentukan karies, yang dimulai dengan munculnya white spot pada permukaan gigi

tanpa adanya kavitas akibat proses demineralisasi pada bagian enamel. Faktor waktu

yang dimaksudkan adalah pemaparan yang lama dan berulang kepada karbohidrat

dapat meningkatkan resiko karies (Putri, 2011).Streptococcus mutans akan meragi semua

jenis karbohidrat, tetapi mikroorganisme tersebut paling efisien dalam menghasilkan

asam dari gula jenis sukrosa (Zenit, 2014).

Gula dapat membantu perlekatan plak dan merupakan sumber energi yang

dibutuhkan untuk pertumbuhan dan reproduksi bakteri-bakteri tersebut. Sukrosa,

glukosa dan fruktosa dapat dijumpai di kebanyakan makanan dan minuman seperti

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

16

minuman manis serta susu formula. Laktosa yang terkandung di dalam susu sapi

merupakan salah satu gula yang kurang kariogenik (Kidd & becha, 2013). Secara

umum, lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu

kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan. Dengan demikian sebenarnya

terdapat kesempatan yang baik untuk menghentikan penyakit ini (Pinkham et al 2005)

2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Karies Gigi Pada Anak

2.2.3.1 Penggunaan Flour

Fluor merupakan unsur kimiawi yang berfungsi terhadap ketahanan gigi dari

terbentuknya karies. Fluor tidak menyebabkan enamel menjadi lebih keras daripada

biasanya, tetapi ion fluor menggantikan ion- ion hidroksil yang ada di dalam kristal

hidroksiapatit, yang menyebabkan enamel kurang dapat larut. Fluor dapat menjadikan

gigi tiga kali lebih tahan terhadap timbulnya karies dari pada gigi tanpa fluor (Guyton & Hall,

2008). Pemberian fluor dilakukan setiap enam bulan sekali atau dua kali dalam setahun

(Putri, 2015).

2.2.3.2 Kebersihan mulut

Pembersihan plak secara rutin dengan menggunakan benang gigi (flossing), menyikat

gigi, dan penggunaan obat kumur merupakan usaha terbaik dalam pencegahan karies dan

penyakit periodental. Akan tetapi kadangkala ada bagian gigi yang sulit dibersihkan atau

dijangkau hanya dengan menggunakan sikat gigi karena diameternya kecil; misalnya pada

gigi lubang atau retak, sedangkan area ini sangat berpotensi karies. Hal ini dapat diatasi

dengan obsturasi lubang dan retakan dengan sealent sebagai metode yang paling efektif

untuk mencegah karies (Putri, 2015). Mulut yang sehat merupakan kontibutor penting

dalam mengembangkan diri yang positif yang mana akan membantu anak dalam mencapai

potensi hidup mereka (Best Practice Approach, 2011).

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

17

2.2.3.3 Kontrol Rutin Ke dokter Gigi

Pertumbuhan gigi awal pada anak sebaiknya anak diperkenalkan pada dokter gigi,

bahkan sebelum dia berusia satu tahun. Kunjungan ini sangat berarti bagi ibu dan anak.

Setelah gigi graham muncul, dokter akan melakukan pencegahan yaitu dengan

pemberian fluor. Kunjungan ke dokter gigi sangat dianjurkan meskipun gigi anak dalam

keadaan sehat atau tidak teerjadi gangguan dengan tujuan untuk konsultasi dan memberikan

efek psikologis yang baik pada anak terhadap dokter gigi sebelum anak-anak memerlukan

perawatan gigi. Kontrol yang baik tersebut dapat dilakukan secara rutin (Maulani, 2005).

American Academy of Pediatric Dentistry (AAPD) merekomendasikan kontrol gigi setidaknya

dua kali dalam setahun atau enam bulan sekali..

2.2.3.4 Jenis Kelamin

Prevalensi karies gigi pada anak perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan anak

laki-laki. Hal ini juga ditunjang dalam sebuah refrensi bahwa wanita berisiko sedikit lebih tinggi

daripada laki-laki (Putri, 2015). Namun, hal ini bertentangan dengan penelitian Kiswaluyo

(2010) yang menyatakan bahwa karies gigi siswa berdasarkan jenis kelamin menunjukkan

adanya persentase yang hampir sama, yaitu sebesar 48,45% pada laki-laki dan sebesar

43,45% pada perempuan. Hal ini disebabkan antara lain karena erupsi gigi anak

perempuan lebih cepat dibandingkan anak laki-laki sehingga gigi anak perempuan lebih lama

berhubungan dengan faktor-faktor langsung terjadinya karies (Kiswaluyo, 2010)

2.2.3.5 Perilaku Ibu

Faktor penentu untuk perkembangan anak baik fisik maupun mental adalah

peran orang tua, terutama peran seorang ibu, karena ibu adalah pendidik pertama dan

utama bagi anak-anak yang dilahirkan sampai dia dewasa. Dalam proses pembentukan

pengetahuan, melalui berbagai pola asuh yang disampaikan oleh seorang ibu sebagai

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

18

pendidik pertama sangatlah penting (Permono, 2013). Ikatan Dokter Anak Indonesia

menyebutkan bahwa ibu merupakan penentu bagi pola asuh bayi/anak termasuk dalam

pemberian air susu ibu. Pada hakekatnya seorang ibu mempunyai tugas utama yaitu

mengatur rumah tangga termasuk mengawasi, mengatur dan membimbing anak-anak

(Anonimity, 2011).

Indonesia merupakan salah satu negara yang mayoritas penduduknya

menganut budaya patriarki, dimana peran laki-laki lebih banyak pada aspek publik,

sementara perempuan pada aspek domestik (Kamila, 2013). Persatuan Dokter Gigi

Indonesia (PDGI) menyebutkan bahwa dalam pemeliharaan kesehatan gigi anak

melibatkan interaksi antara anak, orang tua dan dokter gigi. Perilaku orang tua,

terutama ibu, dalam pemeliharaan kesehatan gigi memberikan pengaruh yang cukup

signifikan terhadap perilaku anak. Pertumbuhan gigi permanen anak ditentukan oleh

kondisi gigi sulung anak. Namun, masih banyak orang tua atau ibu yang beranggapan

bahwa gigi sulung hanya sementara dan akan digantikan oleh gigi permanen, sehingga

mereka sering menganggap bahwa kerusakan pada gigi sulung bukan merupakan suatu

masalah (Annisa, 2015).

2.2.3.6 Usia

Pada penelitian yang dilakukan oleh Hidayati, Utami & Amperawati (2014) dari

100 murid yang diperiksa didapatkan 7 murid usia empat tahun (7%) mengalami karies,

terbanyak pada usia lima tahun yaitu sebanyak 78 murid (78%) dan yang berumur enam

tahun sebanyak 15 murId 15%. Menurut American Academy Pediatric Dentistry

(AAPD) 70% anak usia 2-5 tahun mengalami karies dan hingga saat ini prevalensi dan

keparahan karies gigi pada anak terus meningkat.

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

19

2.2.4 Tanda Gejala Karies Gigi Pada Anak

Karies gigi pada anak-anak biasanya ditandai dengan beberapa tanda awal

pembusukan seperti adanya bintik putih kapur, seiring kondisi berjalan, bintik putih

kapur akan berubah menjadi coklat atau hitam dan pada akhirnya berubah menjadi

rongga atau lubang pada gigi (Bebe, 2018). Infeksi yang terjadi pada gigi anak dapat

menimbulkan rasa sakit dan pembengkakan yang dapat membatasi kemampuan anak

untuk makan, berbicara, kegiatan terbatas termasuk anak akan absen dari sekolah.

Kerusakan gigi anak yang sudah parah dan tidak dapat lagi dipertahankan hanya dapat

diberikan satu solusi terakhir, yaitu pencabutan. Pencabutan gigi anak di usia dini dapat

mempengaruhi struktur pertumbuhan gigi selanjutnya (gigi permanen) (Maulani, 2015). Gigi

sulung pada anak usia prasekolah jika tidak segera ditangani sampai karies lanjut, maka akan

mengakibatkan terganggunya fungsi pengunyahan dan tanggalnya gigi secara dini yang

menyebabkan erupsi gigi permanen tidak normal (Supariani, 2013).

2.2.5 Patofisiologi Karies Gigi Pada Anak

Karies dapat menyebabkan kerusakan gigi melalui proses demineralisasi dan

pelarutan dari struktur gigi (Tarigan, 2013). Pada anak usia prasekolah proses karies

gigi terjadi karena beberapa faktor seperti, faktor dari makanan, faktor kebersihan

mulut, mikroorganisme, struktur gigi dan saliva (Widayati, 2014).

Seberapa flora normal sudah terdapat di rongga mulut seperti Streptococcus

mutans, Strepcoccus sanguini dan Lactobacilus. Bakteri yang sangat berperan terhadap

kejadian karies adalah streptococcus mutans. Menurut (Kidd&Bechal,2013), Streptococcus

mutans hidup dengan karbohidrat yang mengandung sukrosa, laktosa, glukosa dan

fruktosa. Anak-anak prasekolah sangat sering untuk mengkonsumsi susu formula, ice

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

20

cream, coklat, permen dan biskuit dimana makanan tersebut merupakan makanan yang

cukup tinggi kadar sukrosanya (Salikun, 2016).

Sukrosa merupakan sumber energi terbesar bagi streptococcus mutans. Streptococcus

mutans memetabolisme sukrosa untuk berkembangbiak namun hasil akhir dari

metabolisme tersebut adalah asam laktat. Dimana asam ini dapat mengganggu

kestabilan pH yang menyebabkan penurunan pH di rongga mulut yang dapat

menyebabkan demineralisai pada struktur gigi. Walaupun pada dasarnya proses

demineralisasi ini tidak belangsung cepat namun jika terus terpapar dengan situasi yang

sama maka akan muncul karies (Zenit, 2014).

2.2.6 Klasifikasi Karies Gigi Pada Anak

Menurut (Widya, 2008) karies gigi di bedakan menjadi 4 diantaranya:

1. Karies insipies

Merupakan karies yang terjadi pada permukaan enamel gigi (lapisan

terluar dan terkeras pada gigi), ciri - ciri karies insipies adalah ada pewarnaan

hitam atau coklat pada enamel yang terjadi pada permukaan enamel gigi dan

belum sakit.

2. Karies Superfisialis

Karies superfisialis merupakan karies yang sudah mencapai bagian dalam

enamel, ciri-ciri karies superfisialis adalah terbentuknya rongga pada

permukaan gigi yang mencapai dentin dan ada pewarnaan hitam dan kadang-

kadang terasa sakit ketika ketika diminumi air dingin. Menurut Kemenkes RI

(2012) Karies ini baru menyerang bagian email sampai perbatasan email dan

dentin. Karies ini kadangkadang tidak terlihat, tapi bila diraba dengan alat

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

21

sonde sudah ada yang menyangkut. Keluhan pasien bervariasi dari tidak

merasakan keluhan apa-apa hingga terasa linu bila ada rangsangan terutama

rangsangan dingin. Pengobatan di dokter gigi lebih mudah dan murah biasanya

hanya 1 kali kunjungan pasien sudah ditambal karena lubangnya masih kecil.

3. Karies Media

Karies media merupakan karies yang sudah mencapai bagian dentin

(tulang gigi ) atau bagian pertengahan antara permukaan gigi dan pulpa, ciri-ciri

karies media adalah adanya rongga yang semakin besar dan dalam mencapai

pulpa gigi terasa sakit apabila terkena rangsangan dingin, makanan masam dan

manis. Menurut Kemenkes RI (2012) Karies ini sudah meliputi dentin kalau

tidak tertutup makanan, kita dapat melihat lubangnya. Bila tertutup makanan

dapat dibersihkan dulu dengan sonde, baru terlihat lubangnya. Pasien biasanya

mengeluh bila kemasukkan makanan sakit/linu apalagi dengan rangsangan

dingin/manis, akan terasa lebih linu lagi. Pengobatannya masih mudah

biasanya 2 kali kunjungan baru ditambal.

4. Karies Profunda

Karies profunda merupakan karies yang telah mendekati atau telah

mencapai pulpa sehingga terjadi peradangan pada pulpa. ciri-ciri karies

profunda adalah biasanya terasa sakit waktu makan dan sakit secara tiba-tiba,

dapat pula terbentuk abes/nanah disekitar ujung gigi, dan biasanya sampai

pecah dan hilang karena gigi sudah mengalami pengeroposan. Menurut

Kemenkes RI (2012) Karies ini sudah mencapai dentin yang dalam sampai

perbatasan dengan pulpa atau sampai ke pulpa. Lubang gigi akan terlihat tanpa

alat. Bila pulpanya masih hidup, pasien akan mengeluh sakit senut-senut sampai

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

22

tidak bisa tidur. Bila pulpanya sudah mati pasien tidak mengeluh sakit tapi bila

dipakai mengunyah akan terasa sakit karena biasanya jaringan di sekitar akar

gigi sudah terinfeksi. Bila tetap didiamkan lama kelamaan gusi menjadi bengkak

dan bernanah. Pengobatan pada gigi dengan profunda ini lebih sulit dan

kunjungannya harus beberapa kali. Bila sudah bengkak dan bernanah sudah

tidak dapat ditolong lagi sehingga harus dicabut.

2.2.7 Manajemen Karies Gigi Pada Anak

Peran orang tua dalam memanajemen kesehatan gigi dan mulut sangat

diperlukan (Riyanti, 2012). Salikun, 2016 menyebutkan beberapa hal yang bisa

dilakukan orang tua pada anaknya adalah mengajarkan tentang cara menyikat gigi yang

baik dan benar untuk meningkatkan pengetahuan serta keterampilan dalam merubah

perilaku menyikat gigi, waktu menyikat gigi, penggunaan sikat dan pasta gigi yang

benar. Perawatan gigi pada anak untuk mengurangi risiko karies gigi dapat melakukan

beberapa tindakan diantaranya; membersihkan mulut anak setelah makan terutama

pada daerah gusi menggunakan kain lembut atau sikat gigi berbulu lembut, mengawasi

anak saat menyikat gigi dan menggunakan pasta gigi seukuran kacang hijau, tidak

membiarkan anak tidur dengan dot yang berisi minuman yang manis, tidak

menggunakan sikat gigi secara bergantian dengan anggota keluarga, tidak membiasakan

menggunakan dot, membawa anak kefasilitas kesehatan gigi dan mulut kurang lebih 3-

6 bulan sekali dalam setahun (Kemenkes RI, 2012).

Makanan sangat berperan penting pada pembentukan karies yaitu sukrosa dimana

makanan bersukrosa memilki dua efek yang sangat merugikan. Pertama, seringnya

memakan makanan yang mengandung sukrosa sangat berpotensi menimbulkan kolonisasi

stretococcus mutans, meningkatkan potensi karies pada plak. Kedua, plak yang sudah lama

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

23

mengendap pada gigi dan sering terkena sukrosa dengan cepat teremetabolisme menjadi

asam organik, menimbulkan penurunan pH plak yang drastic, selain itu anak-anak harus

dianjurkan menghndari makanan kecil atau makanan ringan yang mengandung

karbohidrat diantara waktu makan.

Pengurangan frekuensi karbohidrat dapat mencegah karies gigi, termasuk dalam hal

ini konsumsi permen karet, gula-gula, dan minuman ringan yang mengandung gula (manitol,

sarbitol, aspartam). Ahli gigi telah menganjurkan agar lebih banyak makan buah-buahan serta

sayur-sayuran. (Sodikin, 2011). Kebiasaan anak untuk menghindari penyebab gigi

berlubang belum bisa maksimal seperti mengkonsumsi makanan yang manis

contohnya permen, coklat dan biskuit. Tindakan yang buruk dapat mempengaruhi

kesehatan gigi dan mulut seperti karies gigi (Rachmawati, 2010). Karies gigi dapat

dicegah dengan menurunkan jumlah gula (Brunner & Suddarth, 2013)

2.3 Konsep Oral Hygiene

2.3.1 Definisi Oral Hygiene

Oral Hygiene adalah tindakan untuk membersihkan dan menyegarkan mulut, gigi

dan gusi (Shocker, 2008). Pengetahuan tentang pentingnya kebersihan mulut

mempunyai peranan dalam upaya pencegahan terhadap terjadinya karies karena

kebersihan gigi dan mulut merupakan salah satu faktor penting penyebab terjadinya

karies (Chandra S, dkk., 2007). Hal ini diperparah dengan kebiasaan anak yang sering

mengkonsumsi makanan dan minuman yang menyebabkan karies (Utami, 2013).

Masyarakat perlu memperhatikan pentingnya menjaga kebersihan mulut, karena

masyarakat saat ini termasuk anak-anak banyak yang mengeluhkan masalah seperti

sakit pada gigi yang disebabkan oleh kurangnya menjaga kebersihan mulut (Nurhidayat

dan Wahyono, 2012).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

24

2.3.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Oral Hygiene

Menurut (Perry & Potter, 2005) ada beberapa faktor yang mempengaruhi oral

hygiene seseorang diantaranya:

1. Status Sosial Ekonomi

Sumber daya ekonomi sesorang sangat mempengaruhi jenis dan tingkat

kebersihan yang diterapkan. Hal tersebut akan berpengaruhi terhadap

pengetahuan klien dalam menyediakan fasilitas dalam memenuhi kebutuhan

untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut. Seperti menyediakan air bersih, pasta

gigi dan sikat gigi. Menurut Ghani, (2010) Perilaku kesehatan gigi dan mulut

sangat berhubungan dengan status ekonomi masyarakat dari penelitian status

ekonomi kebawah kebanyakkan mengalami kerusakan gigi dan perlunya

Pencabuatn gigi. Penyebab perbedaan status ekonomi pada orang di atas rata-

rata lebih bisa merawat keadaan gigi dan mulut dan menjaga oral hygiene baik

di bandingan status ekonomi dibawah rata-rata karena membutuhkan biaya

besar untuk perawatan gigi dan mulut.

2. Praktik Sosial

Kelompok-kelompok sosial merupakan tempat seseorang bisa

memperbaharui praktik hygiene yang dilakukan. Pada masa kanak-kanak, anak-

anak mendapatkan sebuah informasi dan pengetahuan terkait kebersihan gigi

dan mulut dari lingkungan terdekat seperti lingkungan keluaraga yaitu orangtua

dan lingkungan sekolah yaitu guru. Menurut Arianti, (2013) orang tua

merupakan guru bagi anak sejak lahir, orangtua dapat menjalankan peranannya

dalam meningkatkan kesehtan anak seperti kebiasaan baik dalam menggosok

gigi untuk mencegah karies gigi yang tinggi pada anak. Orang tua berperan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

25

selain mengawasi juga mengajarkan kebiasaan baik dan memberikan kekuatan

atau umpan balik yang positif ketika anak melaksanakan kebiasaan baik dalam

merawat gigi.

3. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi yang menentukan

perilaku kesehatan seseorang. Pengetahuan tersebut dapat diperoleh melalui

pendidikan formal, penyuluhan dan informasi dari media massa. Pengetahuan

adalah hasil dari tahu yang terjadi setelah penginderaan terhadap suatu objek

tertentu, perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih lama daripada yang

tidak didasari pengetahuan. Pengetahuan juga diperoleh dari pengalaman

sendiri atau orang lain. Kurangnya pengetahuan seseorang terhadap pentingnya

kesehatan gigi, merupakan salah satu faktor pendukung berkembangnya karies

gigi. Sebagian besar masyarakat Indonesia mengaggap bahwa kebersihan gigi

dan mulut tidak terlalu penting, mereka baru merasakan penting setelah

penyuluhan, dengan tujuan dapat mengubah pandangan mereka tentang

pentingnya kesehatan gigi dan mulut (Arikhman, 2018)

4. Status Kesehatan

Status kesehatan individu berpengaruh pada kesehatan gigi dan mulut.

seperti Klien paralisis atau memiliki restriksi fisik pada tangan mengalami

penurunan kekuatan tangan atau keterampilan yang diperlukan untuk

melakukan hygiene mulut. Kondisi cacat dan gangguan mental juga dapat

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

26

menghambat kemampuan individu untuk melakukan perawatan diri secara

mandiri. Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh

yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya sebab kesehatan gigi dan

mulut akan mempengaruhi kesehatan tubuh. Pemeliharaan kebersihan gigi dan

mulut merupakan salah satu upaya di dalam meningkatkan kesehatan gigi dan

mulut. Peranan rongga mulut sangat besar bagi kesehatan dan kesejahteraan

manusia. Secara umum, seseorang dikatakan sehat bukan hanya tubuhnya yang

sehat melainkan juga sehat rongga mulut dan giginya. Oleh kerena itu,

kesehatan gigi dan mulut sangat berperan dalam menunjang kesehatan tubuh

seseorang (Nurhamidah, 2016).

2.3.3 Metode Menggosok Gigi

Menurut Tjiptowidjojo, (2018) ada beberapa metode yang bisa digunakan,

metode di bedakan berdasarkan gerakan yang digunakan untuk menyikat gigi:

1. Metode Roll

Pada metode roll ini cara menyikat gigi dilakukan dengan keadaan gigi

terbuka, tidak dalam keadaan menggit. Sikat gigi diletakan di vestibulum, ujung

bulu sikat diarah keakar gigi dengan sisi bulu sikat menyentuh gusi. Individu

melakukan tekanan ke arah sisi bulu sikat dan diarahkan ke mahkota gigi. Bulu

dari sikat kemudian diletakan lagi di vestibulum kemudian lakukan pada sisi

yang sama. Sisi lidah dan langit-langit dibersihkan dengan cara yang sama

(Tjiptowidjojo, 2018).

2. Metode Horisontal

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

27

Pada metode ini permukaan oklusal, bukal, dan lingual digosok dengan

sikat yang digerakan maju-mundur/ kedepan ke belakang dengan bulu-bulunya

tegak lurus pada permukaan yang di bersihkan. Metode ini juga disebut dengan

metode menggosok. Metode ini dianjurkan untuk anak-anak hingga usia 12

tahun (Djamil, 2011).

3. Metode Charters

Pada metode Charters bulu-bulu sikat ditempatkan pada sudut 45 derajat

terhadap poros elemen-elemen pada arah permukaan oklusal dan agak ditekan

pada ruang aproksimal. Kemudian dibuat tiga sampai empat gerakan bergetar.

Setelah itu sikat diangkat dari permukaan gigi untuk mengulangi tiga sampai

empat kali gerakan yang sama bagi tiap daerah yang dapat dicapai ujung sikat.

Dengan metode ini dimaksudkan memberikan pijitan pada gingiva marginal

dan memberikan ruang interproksimal. Permukaan oklusal dibersihkan dengan

gerakan berputar (Hidayat, 2016).

4. Metode Stilman

Pada metode inibulu-bulu sikat ditempatkan pada sudut kecil terhadap

elemen gigi pada arah apeks. Hal ini dilakukan sedemikian sehingga ujung bulu-

bulu sikat terletak baik pada gingiva marginalmaupun bagian servikal mahkota.

Kemudian dibuat gerakan gerakan bergetar dengan sedikit tekanan. Pada

metode ini bulu sikat dimodifikasi diletakan jauh kearah mukobukal (Haryanti,

2014).

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

28

2.3.4 Frekuensi Menggosok Gigi

Ketepatan adalah sesuatu yang di lakukan sesuai dengan prosedur untuk

menghasilkan sesuatu yang maksimal. Ketepatan oral hygiene sangat penting untuk

diperhatikan karena dengan oral hygiene yang baik dan benar akan menyebabkan

kebersihan gigi dan mulut terjaga (Yuniastuti, 2018). Kegiatan menyikat gigi adalah

tindakan preventif yang paling mudah dan murah dilakukan.

Houwink meyatakan bahwa selain cara menyikat gigi, frekuensi dan waktu

membersihkan gigi sangat bepengaruh. Waktu kegiatan menyikat gigi yang selama ini

sering dilakukan adalah adanya anjuran menyikat gigi setelah makan dan sebelum tidur

(Cahyaningrum, 2017). Kebanyakan awal penyakit di rongga mulut diakibatkan karena

keberadaan plak yang mengalami perkembangan lebih lanjut. Menurut (Tarigan, 2013)

menyatakan plak adalah suatu lapisan yang setidaknya terdiri dari 70% bakteri dengan

sedikit bahan antara dalam bentuk heksosapolimer dan glikoprotein dan selebihnya

adalah beberapa persen sisa makanan yang larut. Beberapa menit setelah gigi

dibersihkan akan terbentuk selaput lendir di permukaan gigi dan selanjutnya bakteri

yang melekat akan menjalin ikatan dengan media cairan di rongga mulut yang berakhir

dengan adanya plak yang makin menebal.

Kondisi rongga mulut setelah makan akan berubah menjadi asam dan hal ini

berlangsung selama lima menit pertama. Sehingga dianjurkan untuk menyikat gigi pada

waktu suasana rongga mulut tidak dalam keadaan asam atau menyikat gigi segera

setelah makan, yaitu kurang dari 5 menit atau menunggu setelah 15 menit setelah

makan (Praptiningsih, 2010).

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

29

2.3.5 Sikat Gigi

Sikat gigi merupakan alat untuk membersihkan rongga mulut. Pemilihan sikat

gigi ada beberapa kriteria sikat gigi diantaranya; a) Kepala sikat gigi hendaknya jangan

terlalu besar. Untuk ukuran orang dewasa 29 x 10 mm, kemudian untuk anak-anak 24

x 8 mm. bila gigi molar kedua telah erupsi , untuk ukuran 20 x 7 mm saat gigi molar

pertama muncul dan ukura 18 x 7 mm khusus untuk gigi sulung, b) Panjang bulu-bulu

sikat untuk orang dewasa maksimal 10 x 12 mm, sikat anak-anak 8 x 10 mm, dan untuk

balita 7 x 8 mm, c) tangkai sikat harus panjang dan kuat, d) Pada anak-anak tangkai

sikat gigi harus lebih panjang , sehingga orang tua/ perawat juga dapat nerpegangan

dengan baik saat mengajari minimal 14 cm (Djamil, 2011).

2.3.6 Pasta Gigi

Pasta gigi merupakan penunjang yang penting walaupun menggosok gigi tidak

selalu harus menggunakan pasta gigi. Fungsi pasta gigi yang digunakan pada saat

menggosok gigi adalah untuk membantu menghilangkan plak, memoles permukaan

gigi, memperkuat gigi, menghilangkan atau mengurangi bau mulut, memberikan rasa

segar pada mulut serta memelihara kesehatan gusi (Maldupa, 2012).

Penggunaan pasta gigi yang mengandung fluoride sangat dianjurkam karena

mempunyai fungsi untuk mengatasi atau mencegah terjadinya karies gigi (Djamil,

2011). Fluor akan terus menerus mengadakan proses remineralisasi email didalam

rongga mulut, sehingga lesi karies yang ada tidak akan membentuk karies karena proses

karies dihambat. Hal ini dapat dilihat secara mikroskopis, pada pemberian fluor topikal

di permukaan gigi, akan terlihat globulus kalsium fluor pada permukaan gigi yang

merupakan sumber mineral yang akan terus melepaskan kalsium, fosfat dan fluor pada

permukaan gigi (Tenuta, 2010).

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

30

Fluor juga memiliki sifat antibakteri. Fluor dapat menghambat aktivitas enzim

bakteri plak antara lain enolase, fosfatase, protonekstruding ATPase, dan pirofosfatase,

aktivitas ini akan menghambat proses glikotransferase yang membentuk polisakarida

ekstraseluler plak dan menggangu perlekatan plak (Putri, 2008).

2.3.7 Cara Menyikat Gigi Yang Benar

Menyikat gigi merupakan hal yang penting untuk membiasakan anak

menggosok gigi sejak dini. Orang tua dapat mulai menggosok gigi anaknya ketika gigi

tumbuh. Gigi seri yang tumbuh pertama kali dapat digosok dengan mudah. Pada awal

menggosok gigi sebaiknya tanpa menggunakan pasta karena khawatir tertelan. Cara

menggosok gigi anak adalah dengan memangku anak kemudian menghadap ibunya

dengan posisi kepala terletak pada lutut sehingga keadaan anak dapat terlihat. Pada saat

anak sudah dapat berjalan , orang tua dapat menggosok gigi anak dengan posisi berdiri

di belakangknya sambil satu tangan menyangga kepala dan tangan lain menggosok gigi.

Gerakan menggosok gigi secara horisobtal merupakan metode yang tepat untuk usia

anak-anak (Kemenkes, 2012). Berikut adalah cara menyikat gigi dengan benar:

1. Menyiapkan sikat gigi dan pasta gigi yang mengandung flour sebanyak

kurang lebih setengah kacang tanah,

2. Berkumur dengan air bersih sebelum menggosok gigi,

3. Seluruh permukaan gigi disikat maju mundur selama kurang lebih 2 menit

(sedikitnya 8 kali gerakan setiap 3 permukaan gigi),

4. Berikan perhatian khusus untuk pertemuan gigi dan gusi,

5. Lakukan hal yang sama untuk semua daerah gigi yang belum di gosok,

6. Untuk permukaan bagian dalam gigi rahang bawah depan, miringkan sikat

gigi,

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

31

7. Bersihkan permukaan kunyah secara maju mundur dan berulang,

8. Sikatlah bagaian lidah dan langit-langit dengan cara maju mundur,

9. Jangan menyikat terlalu keras bagian pertemuan gusi dan gigi karena dapat

menyebabakan permukaan email gigi rusak dan ngilu,

10. Setelah selesai menggosok gigi maka kumur cukup 1 kali agar flour masih

tersisa didalam mulut,

11. Sikat gigi dibersihkan kemudiah diletakan dengan posisi kepala di atas,

12. Waktu menyikat gigi sebaiknya setiap habis makan, atau menyikat gigi di

pagi hari sesudah makan dan malam hari sebelum tidur.

2.3.8 Mengenal Kebiasaan Baik dan Buruk Dalam Oral Hygiene

1. Kebiasaan baik, hal yang termasuk kebiasaan baik adalah menggosok gigi

2x sehari pagi sesudah makan dan malam sebelum tidur, membersihkan

gigi dengan benang gigi (flossing), menggosok gigi dengan pasta gigi yang

mengandung floride, makan-makanan yang berserat dan bergizi,

mengurangi makanan yang dapat memicu terjadinya masalah pada

kesehatan gigi dan mulut (Kemenkes RI, 2012).

2. Kebiasan buruk, banyak hal yang mencakup kebiasaan buruk yang hampir

sering ddilakukan anak-anak diantaranya adalah menghisap jari, meletakan

benda-benda di dalam mulut, menggigit jari yang dapat menyebabkan gigi

berubah posisi/tidak beraturan (Kemenkes RI, 2012)

2.3.9 Pencegahan Terjadinya Masalah Oral Hygiene

Kita dapat terhindar dari masalah oral hygiene (kesehatan gigi dan mulut)

seperti karies gigi dan radang gusi dapat melakukan beberapa hal berikut:

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

32

1. Menyikat gigi dengan baik dan benar,

2. Menggunakan alat bantu pembersih gigi,

3. Menghindari makanan yang merusak gigi, seperti makanan yang manis-

manis permen, coklat cake dan gulali, kemudian makanan yang terlalu

asam seperti cuka, menghindari makanan yang terlalu dingin atau panas.

4. Makan makanan yang baik untuk kesehatan gigi, makanan yang harus di

berikan harus mengandung giuzi yang cuku 4 sehat 5 sempurna antara lain

terdiri dari: (1) karbohidrat (zat tenaga) misalnya nasi, jagung, umbi

umbian, (2) protein (zat pembangun) misalnya daging, telur, tahu dan

tempe, (3) mineral, (4) vitamin seperti sayur-sayuran dan buah buahan, (5)

segelas susu. Karena jika terjadi kekurangan gizi pada masa-masa tersebut

maka pertumbuhan dan perkembangan gigi dan rahang akan terganggu

5. Periksa gigi secara teratur, bila menemui kelainan-kelaianan pada gigi dan

mulut segera berobat ke poli gigi. Lakukan pemeriksaan gigisecara teratur,

untuk anak 3 bulan sekali dan dewas 6 bulan sekali.

2.4 Konsep Perilaku

2.4.1 Definisi Perilaku

Perilaku diartikan sebagai suatau aksi organisme terhadap lingkungannya,

sehingga perilaku akan terjadi jika ada sesuatu yang dapat menimbulkan reaksi yaitu

rangsangan, sehingga rangsangan tersebut akan menghasilkan reaski atau perilaku

(Walgito, 2010). Berdasarkan prespektif biologis, perilaku manusia adalah aktivitas atau

kegiatan tertentu dengan individu yang bersangkutan, sedangkan pandangan

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

33

behavioristik menyatakan perilaku adalah resposn terhadap stimulus yang mengenainya

(Candara, 2017).

Perilaku adalah kegiatan atau aktivitas organisme (mahluk hidup) yang

bersangkutan. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia pada hakikatnya

adalah tindakan atau aktifitas dari manusia sendiri yang mempunyai bentangan yang

sangat luas antara lain, berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis,

membaca dan sebagainya (Notoadmojo, 2010). Perilaku adalah faktor kedua terbesar

setelah factor lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok dan

masyarakat. Oleh sebab itu untuk membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat,

intervensi atau upaya harus ditunjukan kepada faktor perilaku sangat penting dan

strategis mengingat pengaruh yang ditimbulkannya (Maulana, 2009).

Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan

yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari

maupun tidak (Wawan & Dewi, 2011). Perilaku dapat terjadi karena proses adanya

stimulus terhadap organisme terhadap merespon, Skinner menyebutkan teori ini

sebagai teori stimulus organisme respon atau S-O-R (Maulana, 2009).

Pieter & Lubis (2010 ) mengatakan bahwa, perilaku adalah akibat interelasi

stimulus eksternal dengan internal yang akan memberikan respons-respons eksternal.

Stimulus internal merupakan stimulus-stimulus yang berkaitan dengan kebutuhan

fisiologis atau psikologis seseorang.

2.4.2 Pembentukan Perilaku

Aliran Holistik (Humanisme), Holistik atau humanisme memandang bahwa

perilaku tersebut bertujuan, yang berarti aspek-aspek intrinsik (niat, motif, tekad) dari

dalam diri individu merupakan faktor penentu untuk melahirkan suatu perilaku,

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

34

meskipun tanpa ada stimulus yang datang dari lingkungan. Holistik menjelaskan

mekanisme perilaku individu dalam konteks what (apa), how (bagaimana), dan why

(mengapa). What (apa) menunjukkan kepada tujuan (goals/incentives/purpose) apa yang

hendak dicapai dengan perilaku tersebut. How (bagaimana) menunjukkan kepada jenis

dan bentuk cara mencapai tujuan, yakni perilakunya sendiri. Why (mengapa)

menunjukkan kepada motivasi yang menggerakkan terjadinya dan berlangsungnya

perilaku (how), baik bersumber dari individu sendiri maupun yang bersumber dari luar

individu (Kholid, 2012).

Tahapan perilaku manusia terbesar adalah perilaku yang dibentuk, dengan

perilaku yang dipelajari. Maka bagaimana cara untuk membentuk perilaku yang sesuai

dengan harapan, yaitu: 1) Cara pembentukan perilaku dengan conditioning/kebiasaan,

dengan cara membiasakan diri untuk berperilaku sesuai dengan harapan maka akan

terbentuklah suatu perilaku tersebut. 2) Pembentukan perilaku dengan pengertian

(insight), dalam teori ini belajar secara kognitif disertai dengan adanya pengertian atau

insight menurut Kohler, sedangkan menurut Thoendike dalam belajar yang

dipentingkan adalah latihan. 3) Pembentukan perilaku dengan menggunakan model,

pembentukan perilaku juga dapat ditempuh dengan cara menggunakan model atau

contoh. Teori pembentukan perilaku ini berdasarkan pada teori belajar sosial atau

obsevational learning theory yang dikemukakan oleh Bandura (Fitriani, 2011)

2.4.3 Bentuk Perilaku

Seorang ahli psikologi Skinner dalam Wawan & Dewi (2011) merumuskan

bahwa perilaku adalah respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari

luar). Skinner mengungkapkan teori SOR (Stimulus-Organisme-Respon) dimana

stimulus terhadap organisme kemudian organisme merespon. Skinner membedakan 2

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

35

respon yaitu: 1) Respondent respons atau reflexive adalah respon yang ditimbulkan oleh

rangsangan tertentu, atau disebut dengan elicting stimulation atau stimulasi yang

menimbulkan respon tetap seperti: makanan lezat merangsang makan, cahaya terang

menyebabkan mata tertutup menarik bila jari terkena api, juga cakupan emosional

seperti menangis bila sedih, luapan kegembiraan bila bahagia. 2) Operant respon atau

instrumental respon, respon yang timbul dan berkembang oleh stimulus tertentu,

perangsang ini disebut dengan reinforcer artinya penguat, seperti karyawan yang telah

bekerja dengan baik diberikan reward (penghargaan) atau hadiah dengan harapan bisa

lebih meningkakan kinerjanya lagi.

Perilaku manusia dibedakan mejadi menjadi dua bentuk, yaitu: 1) Perilaku

tertutup (covert behavior), perilaku tertutup terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut

masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respons seseorang masih

terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap

stimulus yang bersangkutan. Bentuk unobservable behavior atau covert behavior yang dapat

diukur adalah pengetahuan dan sikap. 2) Perilaku terbuka (overt behavior), perilaku

terbuka ini terjadi bila respons terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau

praktik ini dapat diamati orang lain dari luar atau observable behavior (Notoadmojo, 2010).

Perilaku dapat diartikan suatu respons organisme atau seseorang terhadap

rangsangan (stimulus) dari luar subjek tersebut. Respon terbentuk 2 macam, yaitu : 1)

Bentuk pasif adalah respons internal yaitu yang terjadi di dalam diri manusia dan tidak

secara langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir, tanggapan atau sikap

batin dan pengetahuan. 2) Bentuk aktif yaitu apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi

secara langsung. Perilaku mereka ini sudah tampak dalam bentuk tindakan nyata maka

disebut overt behavior (Wawan & Dewi, 2011).

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

36

2.4.4 Domain Perilaku

Perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan

dari luar organisme(orang), namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada

karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Dengan perkataan

lain perilaku manusia sangatlah komplek dan mempunyai bentengan yang sangat luas.

Menurut Notoadmodjo (2010) seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku

manusia kedalam tiga domain, sesuai dengan tujuan pendidikan yaitu :

1. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan adalah hasil dari suatu proses pembelajaran seseorang

terhadap sesuatu baik itu yang didengar maupun yang dilihat (Fitriani, 2011).

Menurut Notoatmodjo 2010, pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia,

atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata,

hidung, telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan

sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas

perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang

diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata).

Pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang

berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yaitu

:

a. Tahu (know)

Tahu hanya diartikan sebagai recall (memanggil) memori yang telah

ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya: tahu bahwa buah

tomat banyak mengandung vitamin C, jamban adalah tempat membuang

air besar, penyakit demam berdarah ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes

Agepti, dan sebagainya. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

37

tahu sesuatu dapat menggunakan pertanyaan-pertanyaan, misalnya: apa

tanda-tanda anak yang kurang gizi, apa penyebab sakit TBC, bagaimana

cara melakukan PSN (pemberantasan sarang nyamuk), dan sebagainya.

Sedangkan menurut Fitriani 2011 tahu berarti seseorang tersebut dapat

mengingat kembali materi yang pernah dipelajari sebelumnya dengan cara

menyebutkan, menguraikan dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami yaitu mampu untuk dapat menjelaskan sesuatu yang telah

dipelajari sebelumnya dengan jelas serta dapat membuat suatu kesimpulan

dari suatu materi. Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap

objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut

harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang

diketahui tersebut. Misalnya, orang yang memahami cara pemberantasan

penyakit demam berdarah, bukan hanya sekedar menyebutkan 3 M

(mengubur, menutup, dan menguras), tetapi harus dapat menjelaskan

mengapa harus menutup, menguras, dan sebagainya tempat-tempat

penampungan air tersebut.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi berarti seseorang mampu untuk dapat menerapkan materi

yang telah dipelajari ke dalam sebuah tindakan yang nyata. Aplikasi

diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat

menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada

situasi yang lain. Misalnya, seseorang yang telah paham tentang proses

perencanaan, ia harus dapat membuat perencanaan program kesehatan di

tempat ia bekerja atau dimana saja. Orang yang telah paham metodologi

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

38

penelitian, ia akan mudah membuat proposal penelitian dimana saja, dan

seterusnya.

d. Analisis (analysis)

Analisis merupakan tahap dimana seseorang telah dapat menjabarkan

masing-masing materi, tetapi masih memiliki kaitan satu sama lain. Dalam

menganalisis, seseorang bias membedakan atau mengelompokkan materi

berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan. Analisis adalah kemampuan

seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudia mencari

hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu

masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang

itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah

dapat membedakan, atau memisahkan, mengelompokkan, membuat

diagram (flow chart) siklus hidup cacing kremi dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis adalah kemampuan seseorang dalam membuat temuan ilmu

yang baru berdasarkan ilmu lama yang sudah dipelajari sebelumnya.

Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum

atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-

komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain, sintesis adalah

suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-

formulasi yang telah ada. Misalnya, dapat membuat atau meringkas dengan

kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau

didengar, dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca.

f. Evaluasi (evaluation)

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

39

Tingkatan pengetahuan yang paling tinggi adalah evaluasi. Dari hasil

pembelajaran yang sudah dilakukan, seseorang dapat mengevaluasi

seberapa efektifnya pembelajaran yang sudah ia lakukan. Dari hasil

evaluasi inni dapat dinilai dan dijadikan acuan untuk meningkatkan strategi

pembelajaran baru yang lebih efektif lagi. Evaluasi berkaitan dengan

kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap

suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya atau norma-norma

yang berlaku di masyarakat. Misalnya, seseorang ibu dapat menilai atau

menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau tidak, seseorang

dapat menilai manfaat ikut keluarga berencana, dan sebagainya.

Faktor-faktor pengetahuan yang mempengaruhi pengetahuan menurut

Wawan & Dewi (2011) dibedakan menjadi faktor internal dan faktor eksternal,

antara lain :

a. Faktor Internal

1) Pendidikan

Pendidikan dapat mempengaruhi perilaku seseorang terhadap

pola hidup mereka terutama dalam motivasi sikap. Semakin tinggi

pendidikan seseorang, maka semakin mudah untuk penerimaan

informasi. Menurut Afiat (2017) tingkat pendidikan sangat

berpengaruh terhadap pengetahuan, sikap dan perilaku hidup sehat.

Seseorang dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memiliki

pengetahuan dan perilaku yang baik tentang kesehatan yang akan

mempengaruhi perilakunya untuk hidup sehat. Dalam penelitiannya

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

40

juga dijelaskan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua

maka semakin rendah indeks karies gigi anak.

2) Pekerjaan

Pekerjaan merupakan suatu cara mencari nafkah yang

membosankan, berulang dan tantangan yang begitu banyak. Pekerjaan

dilakukan untuk menunjang kehidupan pribadi maupun keluarga.

Bekerja dianggap kegiatan yang banyak menyita waktu. Dalam

penelitian Kusumaningrum (2014) orang tua terlalu sibuk dengan

pekerjaannya yang memungkinkan tidak begitu memperhatikan

kesehatan anak, tidak merawat anak secara maksimal dan juga tidak

rutin mengontrolkan kesehatan gigi anak ke klinik atau dokter gigi.

3) Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai dari dilahirkan

sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan

dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir. Menurut

Noreba (2015) rentang usia orang tua 20-35 tahun termasuk usia yang

matang dalam menjalankan perannya sebagai orang tua dan sudah

banyak menerima informasi yang diperoleh dari manapun. Semakin

bertambah usia seseorang maka semakin bertambah pula informasi

(pengetahuan) yang didapat.

4) Sosial Ekonomi

Menurut Afiati (2017) status ekonomi atau status social

mempengaruhi perilaku hidup sehat pada seseorang. Hal tersebut

terjadi disebabkan karena kurangnya pendapatan orang tua untuk

menghidupi kehidupan sehari-hari, sehingga untuk hal pemeliharaan

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

41

kesehatan menjadi hal yang kurang diperhatikan. Pendapatan

menpunyai pengaruh langsung pada perawatan medis, jika

pendapatan meningkat biaya untuk perawatan kesehatan pun ikut

meningkat. Orang dengan status ekonomi yang rendah cenderung

mengabaikan perilaku hidup sehat. Pendapatan yang menunjang maka

akan baik dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut anak.

b. Faktor Eksternal

1) Faktor Lingkungan

Lingkungan sekitar dapat mempengaruhi perkembangan dan

perilaku seorang individu maupun kelompok. Jika lingkungan

mendukung kea rah positif, maka individu maupun kelompok akan

berperilaku kurang baik.

2) Social budaya

System social budaya yang ada dalam masyarakat dapat

mempengaruhi sikap dalam penerimaan infromasi.

3) Sikap (Attitude)

Sikap adalah reaksi atau respon tertutup dari seseorang terhadap

stimulus atau objek tertentu yang melibatkan faktor pendapat dan

emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju,

baik-tidak baik dan sebagainya). Sikap belum merupakan suatu

tindakan yang nyata,tetapi masih berupa persepsi dan kesiapan

seseorang untuk bereaksi terhadap stimulus disekitarnya. Sikap dapat

diukur secara langsung dan tidak langsung, pengukuran tersebut

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

42

merupakan pendapat yang diungkapkan oleh responden terhadap

objek (Notoatmodjo, 2010).

Komponen pokok sikap menurut Notoatmodjo (2010) dibagi

menjadi tiga komponen pokok sikap, diantaranya :

a) Kepercayaan atau keyakinan, ide, dan konsep terhadap objek.

Artinya, bagaimana keyakinan dan pendapat/ pemikiran

seseorang terhadap objek. Sikap orang terhadap penyakit kusta

misalnya, yang berarti bagaimana pendapat atau keyakinan orang

tersebut terhadap penyakit kusta.

b) Kehidupan emosional atau evaluasi seseorang terhadap objek,

artinya bagaimana penilaian (terkandung dalam faktor emosi)

orang tersebut terhadap objek tertentu. Seperti contoh pada

point satu, berarti bagaimana orang menilai penyakit kusta

tersebut, apakah penyakit yang biasa atau membahayakan.

c) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap

adalah komponen yang mendahului tindakan atau perilaku

terbuka. Sikap merupakan ancang-ancang untuk bertindak atau

berperilaku terbuka (tindakan). Misalnya contoh sikap terhadap

penyakit kusta pada point sebelumnya, adalah apa yang dilakukan

seseorang bila ia menderita penyakit kusta.

Ketiga komponen tersebut secara bersamaan membentuk sikap

yang utuh (total attitude). Dalam menentukan sikap yang utuh,

pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peran yang

sangat penting. Seperti halnya pengetahuan, sikap juga mempunyai

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

43

tingkatan berdasarkan intensitasnya, menurut Fitriani (2011) &

Notoatmodjo (2010) sebagai berikut :

a) Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa seseorang atau subjek mau menerima

dan memperhatikan rangsangan atau stimulus yang diberikan.

Misalnya sikap seseorang terhadap pemeriksaan kehamilan (ante natal

care) dapat diketahui atau diukur dari setiap kehadiran si ibu untuk

mendengarkan penyuluhan tentang ante natal care dilingkungannya.

b) Menanggapi (responding)

Menanggapi diartikan memberikan jawaban atau tanggapan

terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi, menyelesaikan tugas

yang diberikan sebagai tanda bahwa seseorang tersebut menerima ide.

Misalnya seorang ibu yang mengikuti penyuluhan ante natal care di

berikan pertanyaan atau diminta untuk memberikan tanggapan oleh

penyuluh kemudian ibu tersebut memberikan jawaban atau

menanggapinya.

c) Menghargai (valuing)

Menghargai berarti seseorang dapat menerima suatu ide dari

orang lain yang kemungkinan berbeda dengan idenya sendiri,

kemudian dari dua ide tersebut didiskusikan bersama antara kedua

orang yang saling mengajukan ide. Dalam arti membahas suatu ide

atau masalah dengan orang lain dan bahkan mengajak atau

mempengaruhi atau menganjurkan orang lain untuk merespon.

d) Bertanggung jawab (responsible)

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

44

Bertanggung jawab adalah sikap yang paling tinggi tingkatannya,

dalam arti mampu bersikap konsisten terhadap sesuatu yang telah

dipilih atau diyakininya. Seseorang yang telah mengambil sikap

berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko apabila

ada orang lain mencemooh atau resiko lain yang juga akan timbul.

Sebagai contoh, ibu yang sudah mengikuti penyuluhan ante natal care

harus berani untuk mengorbankan waktunya atau mungkin

kehilangan pekerjaannya, atau bahkan dicemooh oleh keluarganya

karena meninggalkan rumah.

Sikap memiliki beberapa fungsi, menurut Wawan & Dewi (2011)

fungsi sikap tersebut meliputi :

a) Fungsi Instrumental

Fungsi instrumental disebut juga fungsi manfaat atau fungsi

penyesuaian. Hal ini dikarenakan sikap dapat membantu seseorang

mengetahui sejauh mana manfaat sikap dalam pencapaian tujuan.

Dengan sikap yang diambil oleh seseorang, orang dapat

menyesuaikan diri terhadap lingkungan sekitar dengan baik. Sehingga

sikap dapat memiliki fungsi sebagai penyesuaian.

b) Fungsi Pertahanan Ego

Dalam bersikap, seseorang akan mengambil sikap tertentu ketika

berada dengan keadaan diri atau ego merasa terancam. Karena

seseorang akan mengambil sikap tertentu untuk mempertahankan

egonya.

c) Fungsi Ekspresi Nilai

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

45

Pengambilan sikap tertentu terhadap penilaian tertentu pula akan

menunjukkan system nilai yang ada pada seorang individu tersebut

yang bersangkutan.

d) Fungsi Pengetahuan

Apabila seseorang mempeunyai sikap tertentu terhadap suatu

objek, hal tersebut berarti menunjukkan bahwa orang tersebut

mempunyai pengetahuan tersendiri terhadap objek sikap yang

bersangkutan.

Selain fungsi sikap, adapula faktor-faktor bersangkutan yang

mempengaruhi sikap seseorang. Faktor-faktor yang mempengaruhi

sikap menurut Wawan dan Dewi (2011) adalah sebagai berikut :

a) Pengalaman pribadi

Pengalaman pribadi seseorang harus meninggalkan kesan

tersendiri yang kuat agar dapat dijadikan sebagai dasar pembentukan

sikap seseorang yang baik. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila

pengalaman pribadi yang terjadi pada seseorang melibatkan faktor

emosional.

b) Pengaruh orang lain yang dianggap penting

Seorang individu cenderung mempunyai sikap yang searah

dengan orang lain yang dianggapnya penting karena domotivasi oleh

keinginan untuk menghindari konflik dengan seseorang tersebut yang

dianggapnya penting.

c) Pengaruh kebudayaan

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

46

Kebudayaan memberikan corak pengalaman tersendiri bagi

individu masyarakat, sehingga kebudayaan yang dianut menjadi salah

satu faktor yang menentukan pembentukan sikap pada seseorang.

d) Media massa

Media massa yang seharusnya disampaikan secara objektif

cenderung akan dipengaruhi oleh sikap penulis sehingga media massa

tersebut akan berpengaruh juga terhadap sikap konsumennya.

e) Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran yang diperoleh dari lembaga

pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan system

kepercayaan seseorang, sehingga konsep tersebut juga akan ikut

memperngaruhi proses pembentukan sikap.

f) Faktor emosional

Sikap merupakan suatu pernyataan yang didasari oleh emosi

sebagai bentuk pertahanan ego seseorang tersebut.

2. Praktek atau Tindakan (Practice)

Seseorang Tindakan atau praktik nyata dari adanya suatu respon. Sikap

dapat terwujud dalam suatu tindakan yang nyata apabila telah tersedia fasilitas

atau sarana dan prasarana. Tanpa adanya fasilitas, suatu sikap seseorang tidak

dapat terwujud dalam tindakan yang nyata. Seorang ibu hamil sudah

mengetahui bahwa memeriksakan kehamilan itu penting untuk kesehatan diri

dan janinnya, dan sudah ada niat (sikap) untuk memeriksakan kehamilannya.

Agar sikap tersebut meningkat menjadi suatu tindakan, maka diperlukan

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

47

adanya bidan, posyandu, atau puskesmas yang dekat dengan rumahnya, atau

fasilitas lainnya tersebut mudah dicapai. Apabila tidak, maka kemungkinan

besar ibu tersebut tidak akan memeriksakan kehamilannya. Praktik atau

tindakan seseorang dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan menurut

kualitasnya, diantaranya adalah (Notoatmodjo, 2010) :

a. Praktik terpimpin (guided responses)

Praktik terpimpin merupakan suatu tindakan yang dilakukan sesuai

dengan urutan secara benar. Sesorang mampu melakukan suatu hal

tindakan dengan sistematis mulai dari awal hingga akhir. Apabila seseorang

telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntutan atau

mengharuskan untuk menggunakan panduan, maka hal tersebut disebut

juga dengan praktik terpimpin. Misalnya, seorang anak kecil yang

menggosok gigi namun masih saja selalu diingatkan oleh ibunya, hal

tersebut masih disebut praktik atau tindakan terpimpin.

b. Praktik secara mekanisme (mechanism)

Praktik secara mekanisme adalah apabila seseorang telah melakukan

atau mempraktikan suatu hal secara otomatis, atau seseorang yang telah

melakukan tindakan secara benar urutannya maka akan menjadi suatu

kebiasaan bagi seseorang untuk melakukan tindakan atau praktik yang

sama. Misalnya, seorang anak secara otomatis menggosok gigi setelah

makan tanpa disuruh oleh ibunya. Hal tersebut dilakukan oleh anak karena

sudah menjadi suatu kebiasaan bagi dirinya.

c. Adopsi (adoption)

Suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang atau

termodifikasi dengan baik. Dalam arti hal apapun yang dilakukan oleh

Page 40: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

48

seseorang tidak hanya sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah

dilakukan modifikasi atau tindakan atau perilaku yang berkualitas.

Misalnya, seorang anak yang menggosok gigi bukan hanya sekedar

menggosok gigi saja, melainkan melakukannya dengan teknik-teknik yang

benar.

2.4.5 Faktor Yang Mempengaruhi Perubahan Perilaku

1. Faktor Predisposisi

Faktor ini mencangkup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap

kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan

dengan kesehatan sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan,

tingkat sosial ekonomi dan sebagainya (Notoadmojo, 2010). Menurut Sunaryo

(2004) persepsi merupakan proses yang menyatu dalam diri individu terhadap

stimulus yang diterimanya. Persepsi merupakan proses pengorganisasian,

penginterpretasian terhadap rangsang yang diterima oleh organisme atau

individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan respon yang

menyeluruh dalam diri individu, oleh karena itu dalam penginderaan orang

akan mengaitkan dengan stimulus, sedangkan dalam persepsi orang akan

mengaitkan dengan obyek (Pieter, 2011).

2. Faktor Pendukung

Faktor yang memungkinkan individu beri perilaku karena tersedianya

sumber daya, keterjangkauan, rujukan dan ketrampilan. Selain itu yang

memungkinkan atau yang memfasilitasi perilaku atau tindakan antara lain

umur, status sosial ekonomi, pendidikan, prasarana dan sarana serta sumber

daya. Faktor pemungkin atau faktor pendukung adalah faktor ini bisa sekaligus

menjadi penghambat atau mempermudah niat suatu perubahan perilaku dan

Page 41: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

49

perubahan lingkungan yang baik (Green, 2000). Faktor pendukung (enabling

factor) mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas. Sarana dan

fasilitas ini pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya

suatu perilaku, sehingga disebut sebagai faktor pendukung atau faktor

pemungkin.

3. Faktor Penguat

Faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh

agama, sikap dan perilaku petugas kesehatan. Termasuk undang-undang,

peraturan baik dari pusat maupun dari pemerintah daerah, yang terkait dengan

kesehatan. Faktor-faktor pendorong merupakan penguat terhadap timbulnya

sikap dan niat untuk melakukan sesuatu atau berperilaku. Suatu pujian,

sanjungan dan penilaian yang baik akan memotivasi, sebaliknya hukuman dan

pandangan negatif seseorang akan menjadi hambatan proses terbentuknya

perilaku.

Notoatmodjo, (2010) mengatakan bahwa terdapat faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku, yaitu:

1. Faktor personal (internal) perilaku manusia

Stimulus atau rangsangan dari luar tidak akan langsung menimbulkan

respons dari orang yang bersangkutan. Stimulus tersebut memerlukan proses

pengolahan terlebih dahulu dari orang yang menerima stimulus. Pengolahan

stimulus ini terjadi dalam diri orang yang bersangkutan. Pengelolahan stimulus

dalam diri orang tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor dalam diri orang

tersebut (persepsi, emosi, perasaan, pemikiran, kondisi fisik dan sebagainya).

Page 42: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

50

Faktor internal yang berpengaruh dalam pembentukan perilaku

dikelompokkan kedalam faktor biologis dan psikologis.

a. Faktor biologis

DNA seseorang menyimpan seluruh memori warisan biologis yang

diterima dari kedua orang tuanya. Menurut hasil pengalaman empiris

bahwa DNA tidak hanya membawa warisan fisiologis dari pada generasi

sebelumnya, tetapi juga membawa warisan perilaku dan kegiatan manusia.

Wilson ia berpendapat bahwa perilaku social manusia dibimbing oleh

aturan-aturan yang sudah diprogram secara genetic dalam jiwa manusia.

Program ini disebut dengan istilah “epigenetic rule” mengatur perilaku

manusia sejak kecenderungan menghindari incest, kemampuan

memahami ekpresi wajah (Badrus, 2013)

b. Faktor sosio-psikologis

Faktor psikologis ini adalah faktor internal yang sangat besar

pengaruhnya terhadap terjadinya perilaku. Faktor-faktor psikologis adalah

sebagai berikut:

1) Sikap

Sikap merupakan konsep yang sangat penting dalam komponen

sosio-psikologis, karena merupakan kecenderungan bertindak dan

berpersepsi. Sikap merupakan kesiapan tatanan saraf (neural setting)

sebelum memberikan respons konkret (Notoadmodjo, 2010). Sikap

Page 43: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

51

dalam arti yang sempit adalah pandangan atau kecenderungan mental.

Sikap adalah suatu kecenderungan untuk mereaksi suatu hal, orang

atau benda dengan suka, tidak suka atau acuh tak acuh. Dengan

demikian, pada prinsipnya sikap itu dapat kita anggap suatu

kecenderungan seseorang untuk bertindak dengan cara tertentu.

Kecenderungan mereaksi atau sikap seseorang terhadap sesuatu hal,

orang atau benda dengan demikian bisa tiga kemungkinan, yaitu suka

(menerima atau senang),tidak suka (menolak atau tidak senang) dan

sikap acuh tak acuh (Sabri, 2010).

2) Kepercayaan

Kepercayaan adalah komponen kognitif dari faktor sosio-

psikologis. Kepercayaan tersebut tidak ada hubungannya dengan hal-

hal yang gaib, tetapi hanyalah keyakinan bahwa seseuatu itu benar atau

salah. Kepercayaan dibentuk oleh pengetahuan, kebutuhan, dan

kepentingan. Pada orang yang berpengalaman dalam bidang

kesehatan tidak percaya pada dukun, tetapi orang awam, karena ada

kepentingan untuk sembuh percaya saja pada apapun yang diucapkan

seorang dukun (Ritzer, 2011).

3) Kebiasaan

Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang menetap,

berlangsung secara otomatis, dan tidak direncanakan. Kebiasaan

merupakan hasil pelaziman yang berlangsung dalam waktu yang lama

atau sebagai reaksi khas yang diulang berkali-kali. Menurut KBBI

kebiasaan berarti pola untuk melakukan tanggapan terhadap situasi

Page 44: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

52

tertentu yang di pelajari oleh seorang individu dan yang dilakukan

secara berulang dengan hal yang sama.

4) Kemauan

Kemauan sebagai dorongan tindakan yang merupakan usaha

orang untuk mencapai tujuan. Kemauan meruapakn hasil keinginan

untuk mencapai tujuan tertentu yang begitu kuat sehingga mendorong

orang untuk mengorbankan nilai-nilai yang lain. Kemaua dipengaruhi

oleh kecerdasan, energi yang diperlukan, dan pengalaman (Kusuma,

2012). Kemauan adalah timbulnya rasa ketertarikan pada suatu hal,

tanpa ada faktor yang memepengaruhi. Minat pada dasarnya adalah

penerimaan akan suatu hubungan antara seorang individudengan

sesuatu dari luar diri. Semakin besar kemauan, semakin besar

hubungan tersebut ( Djaali, 2011).

2. Faktor situasional (eksternal) perilaku manusia

Faktor situasional adalah mencakup faktor lingkungan di mana manusia

itu berada atau bertempat tinggal, baik lingkungan fisik, sosial, budaya,

ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor-faktor tersebut merupakan faktor

eksternal yang mempengaruhi respons manusia dalam bentuk perilaku. Faktor-

faktor situasional mencakup: a) Faktor ekologis, Keadaan alam, geografis,

iklim, cuaca dan sebagainya mempengaruhi perilaku orang. b) Faktor desain

dan arsitektur, struktur dan bentuk bangunan, pola pemukiman dapat

mempengaruhi pola perilaku manusia yang tinggal di dalamnya. c) Faktor

temporal, telah terbukti adanya pengaruh waktu terhadap bioritme manusia,

yang akhirnya mempengaruhi perilakunya. d) Suasana perilaku (behavior setting),

Page 45: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

53

tempat keramaian, pasar, ma;, tempat ibadah, sekolah/kampus, kerumunan

massa akan membawa pola perilaku orang. e) Faktor teknologi, perkembangan

teknologi terutama teknologi informasi akan berpengaruh pada pola perilaku

orang. f) Faktor sosial, peranan faktor sosial yang terdiri dari struktur umur,

pendidikan, status sosial, agama dan sebagainya akan berpengaruh kepada

perilaku seseorang.

2.5 Hubungan Perilaku Oral Hygiene dengan Kejadian Karies Gigi Pada

Anak

Kesehatan gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan secara umum,

karena mulut merupakan suatu tempat yang amat ideal bagi perkembangan bakteri.

Dengan demikian kesehatan gigi dan mulut perlu disosialisasikan kepada seluruh

lapisan masarakat agar dapat menjaga kesehatan gigi dan mulutnya dengan baik melalui

pelayanan preventif dan promotif, terutama ditujukan kepada kelompok yang rentan

terhadap penyakit gigi dan mulut, hal ini dapat dibangun pola kebiasaan memelihara

kesehatan mulut diri, dengan cara deteksi dini penyakit gigi dan mulut serta

perlindungan spesifik lainnya (Departemen Kesehatan RI, 2009). Perilaku memelihara

kesehatan gigi dan mulut meliputi pengetahuan, sikap, dan tindakan yang berkaitan

dengan konsep sehat dan sakit gigi serta upaya pencegahannya. Ada empat faktor

utama agar seseorang mau melakukan pemeliharaan kesehatan gigi, yaitu merasa

mudah terserang penyakit gigi, percaya bahwa penyakit gigi dapat dicegah, pandangan

bahwa penyakit gigi dapat berakibat fatal dan mampu menjangkau dan memamfaatkan

fasilitas kesehatan (Ramadan, 2010) Pemeliharaan kesehatan gigi yang baik akan dapat

mencegah terjadinya penyakit gigi dan mulut. Tindakan yang dilakukan yaitu,

Page 46: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Anak Usia Toddler 2.1eprints.umm.ac.id/54055/3/BAB II.pdf · adanya kememapuan dalam mencoba, menyusun dan membuat menara kubus. Anak usia toddler

54

membiasakan menggosok gigi setiap hari pada saat setelah sarapan dan malam sebelum

tidur, kemudian mengurangi konsumsi makanan yang manis dan mudah lengket pada

gigi karena dapat menyebabkan karies gigi dan mempercepat terjadinya lubang gigi

(Sukanti, 2017).