Makalah Komnksi Pd Bayi Toddler

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi pada anak merupakan suatu proses penyampaian dan transfer informasi yang melibatkan anak, baik sebagai pengirim pesan maupun penerima pesan. Dalam proses ini melibatkan usaha-usaha untuk mengelompokkan, memilih dan mengirimkan lambang- lambang sedemikian rupa yang dapat membantu seorang pendengar atau penerima berita mengamati dan menyusun kembali dalam pikirannya arti dan makna yang terkandung dalam pikiran komunikator. Pada anak, komunikasi yang terjadi mempunyai perbedaan bila dibandingkan dengan yang terjadi pada usia bayi, balita, remaja, maupun orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh karakteristik khusus yang dimiliki anak tersebut sesuai dengan usia dan perkembangannya. Komunikasi pada anak sangat penting karena pada proses tersebut mereka dapat saling mengekspresikan perasaan dan pikiran, sehingga dapat diketahui oleh orang lain. Disamping itu dengan berkomunikasi anak - anak dapat bersosialisasi dengan lingkungannya . Pada anak -anak yang dirawat dirumah sakit karena banyaknya permasalahan yang dialaminya baik yang berhubungan dengan sakitnya maupun karena ketakutan dan kecemasannya terhadap situasi maupun prosedur tindakan, sering komunikasi menjadi terganggu. Anak menjadi lebih pendiam ataupun tidak berkomunikasi. Keadaan ini apabila dibiarkan akan dapat

description

file

Transcript of Makalah Komnksi Pd Bayi Toddler

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi pada anak merupakan suatu proses penyampaian dan transfer informasi yang melibatkan anak, baik sebagai pengirim pesan maupun penerima pesan. Dalam proses ini melibatkan usaha-usaha untuk mengelompokkan, memilih dan mengirimkan lambang- lambang sedemikian rupa yang dapat membantu seorang pendengar atau penerima berita mengamati dan menyusun kembali dalam pikirannya arti dan makna yang terkandung dalam pikiran komunikator.Pada anak, komunikasi yang terjadi mempunyai perbedaan bila dibandingkan dengan yang terjadi pada usia bayi, balita, remaja, maupun orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh karakteristik khusus yang dimiliki anak tersebut sesuai dengan usia dan perkembangannya. Komunikasi pada anak sangat penting karena pada proses tersebut mereka dapat saling mengekspresikan perasaan dan pikiran, sehingga dapat diketahui oleh orang lain. Disamping itu dengan berkomunikasi anak - anak dapat bersosialisasi dengan lingkungannya .Pada anak -anak yang dirawat dirumah sakit karena banyaknya permasalahan yang dialaminya baik yang berhubungan dengan sakitnya maupun karena ketakutan dan kecemasannya terhadap situasi maupun prosedur tindakan, sering komunikasi menjadi terganggu. Anak menjadi lebih pendiam ataupun tidak berkomunikasi. Keadaan ini apabila dibiarkan akan dapat memberikan efek yang kurang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan disamping proses penyembuhan penyakitnya. Perawat yang mempunyai banyak waktu dengan pasien , diharapkan dapat memulai menciptakan komunikasi yang efektif. Keterlibatan perawat dalam berkomunikasi sangat penting karena dengan demikian perawat mendapat informasi dan dapat membina rasa percaya anak pada perawat serta membantu anak agar dapat mengekspresikan perasaannya sehingga dapat dicari solusinya. Sehubungan dengan itu perawat dituntut untuk memiliki kemampuan komunikasi dalam memberikan askep pada anak, menguasai teknik-teknik komunikasi yang cocok bagi anak sesuai dengan perkembangannya.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, penulis dapat merumuskan masalah sebgai berikut :

1. Apakah pengertian komunikasi terapeutik pada anak?2. Apakah tujuan komunikasi terapeutik pada anak?3. Apakah prinsip dasar komunikasi terapeutik pada anak?4. Bagaimanakah teknik komunikasi terapeutik pada anak?5. Bagaimanakah teknik yang kurang tepat dilakukan dalam komunikasi terapeutik pada anak?

6. Bagaimana komunikasi terapeutik pada kelompok khusus (bayi dan toddler)?

1.3 TujuanAdapun tujuan yang penulisan makalah ini, antara lain :

1. Mahasiswa dapat mengetahui pengertian komunikasi terapeutik pada anak.2. Mahasiswa dapat mengetahui tujuan komunikasi terapeutik pada anak.3. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip dasar komunikasi terapeutik pada anak.4. Mahasiswa dapat menerapkan teknik komunikasi terapeutik pada anak.5. Mahasiswa dapat mengetahui dan menghindari teknik yang kurang tepat dilakukan dalam komunikasi terapeutik pada anak.

6. Mahasiswa dapat mengetahui cara komunikasi terapeutik pada kelompok khusus (bayi dan toddler)

BAB IIPEMBAHASAN2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik pada AnakKomunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dank lien, dalam hal ini perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien.(Stuart, 1998)Komunikasi terapeutik pada anak adalah komunikasi yang dilakukan antara perawat dan klien (anak), yang direncanakan secara sadar , bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan anak.(Mundakir, 2006) Secara umum pengertian komunikasi terapeutik pada anak merupakan proses pertukaran informasi yang disampaikan oleh anak kepada orang lain dengan harapan orang yang diajak dalam bertukar informasi tersebut mampu memenuhi kebutuhannya. 2.2Tujuan Komunikasi Terapeutik pada AnakAdapun tujuan yang diharapkan dalam melakukan komunikasi terapeutik pada anak adalah :

1. Membantu anak untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila klien percaya pada hal- hal yang diperlukan.2. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan mempertahankan kekuatan egonya.3. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan dirinya sendiri.2.3 Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik pada AnakDalam komunikasi pada anak membutuhkan pertimbangan khusus sehingga perawat dapat mengembangkan hubungan kerja yang baik dengan anak maupun dengan keluarga. Perawat banyak menerima informasi dari orang tua, karena kontak antara orang tua dengan anak umumnya akrab, informasi yang diberikan orang tua dapat diasumsikan dan diandalkan dengan baik.Perawat memberikan perhatian periodic kepada bayi dan anak ketika mereka bermain untuk membuat mereka berpartisipasi. Anak yang lebih besar dapat secara aktif terlibat dalam komunikasi. Anak-anak umumnya responsif terhadap pesan non verbal, gerakan tiba-tiba atau mengancam akan membuat mereka takut. Perawat memasuki ruang dengan senyum yang lebar dan gerakan tangan tertentu akan menghalangi terbentuknya hubungan. Perawat harus tetap anggun, tenang, membiarkan anak terlebih dahulu bertindak dalam hubungan interpersonal. Nada suara yang tenang, bersahabat dan yakin adalah yang terbaik.Anak tidak suka dipandangi,. Ketika berkomunikasi, perawat harus melakukan kontak mata. Anak kecil sering kali merasa tidak dapat berbuat apa-apa terutama dalam situasi yang meliputi interaksi dengan personal perawatan kesehatan.

Ketika diperlukan penjelasan atau petunjuk, perawat menggunakan bahasa langsung dan sederhana, harus jujur, membohongi anak dengan mengatakan bahwa prosedur yang meyakitkan tidak menyakitkan hanya akan membuat mereka marah. Untuk meminimalkan ketakutan dan kecemasan perawat harus selalku dengan segera mengatakan pada mereka apa yang akan terjadi. Menggambar dan bermain adalah cara yang efektif untuk berkomunikasi dengan anak. Hal ini memberikan kesempatan bagi anak untuk berkomunikasi secara non verbal (membuat gambar) dan secara verbal (menjelaskan gambar). Perawat dapat menggunakan gambar tersebut sebagai dasar untuk memulai komunikasi.

Perawat dan anak saling berbagi pikiran, perasaan dan perilaku untuk membentuk keintiman yang terapeutik dan berorientasi pada masa sekarang (here and now) serta berfokus pada klien dalam hal memenuhi kebutuhan.

2.4 Perbedaan Komunikasi Pada Bayi dan Todller dengan Orang Dewasa

Dalam melakukan komunikasi dengan anak diperlukan pendekatan dengan teknik khusus agar hubungan yang dijalankan dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan tumbuh kembang anak. Oleh karena itu anak disebut sebagai individu yang unik, bukan miniatur orang dewasa.

1. Komunikasi pada anak bayi dan todller

Sebelum anak dapat aktif berbicara, komunikasi pada anak bersifat sementara. Dimana pada anak dengan perkembangan normal komunikasi pra bicara akan ditinggalkan apabila kegunaannya telah berakhir. Selama satu setengan tahun pertama, sebelum anak mempelajari kata-kata sebagai bentuk dalam berkomunikasi mereka menggunakan empat bentuk komunikasi pra bicara atau (prespeech) yakni berupa: tangisan, celotehan, isyarat dan ekspresi emosional.

a. Tangisan

Pada awal kehidupan pasca lahir, menangis merupakan salah satu cara pertama yang dapat dilakukan bayi untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Melalui tangisan dia memberi tahu kebutuhan seperti lapar, dingin, panas lelah, dan kebutuhan untuk diperhatikan. Frekwensi tangis menurun sejalan dengan meningkatnya kemampuan bicara.

b. Ocehan dan celotehan

Bentuk komunikasi ocehan (Cooing) timbul karena bunyi ekplosif awal yang disebabkan oleh perubahan gerakan mekanisme suara. Ocehan ini dimulai pada awal kehidupam bayi seperti merengek, menjerit, menguap, bersin, menangis dan mengeluh. Sebagian ocehan akan berkembang menjadi celoteh dan sebagian akan hilang. Celoteh (Babbling) merupakan mekanisme pada otot syaraf bayi yang berkembang. Celotehan ini dimulai dari awal bulan kedua pasca lahir, kemudian meningkat cepat antara bulan ke-6 dan ke-8.

c. Isyarat

Yaitu gerakan badan tertentu yang berfungsi sebagai pengganti atau pelengkap bicara. Isyarat umum antara lain: Tersenyum dan mengacungkan tangan artinya ingin digendong, mendorong putting susu dari mulut artinya kenyang atau tidak lapar, menggeliat, meronta, menangis selama berpakaian dan maandi artinya tidak suka akan pembatasan gerak.

d. Ungkapan emosional

Adalah ungkapan emosional melalui perubahan tubuh dan romah muka, seperti saat gembira akan mengendurkan badan, mengangkat tangan/kaki, tersenyum dan ramah. Saat marah akan menegangkan badan, gerakan menghentakkan tangan atau kaki, roman muka tegang dan menangis.

2. Komunikasi Pada Orang Dewasa

Sedangkan model komunikasi pada orang dewasa haruslah jelas dan tepat, ini bertujuan agar komunikasi dapat tercapai dengan efektif. Komunikasi pada orang dewasa dilihat dari segi psikologi memiliki sikap-sikap tertentu dimana komunikasi merupakan hasil kerjasama antara manusia yang saling memberi dan menerima, individu belajar banyak cara berkomunikasi karena adanya pertukaran pengalaman, tanggapan dan pengungkapan mengenai suatu masalah. Menurut Erikson 1985 pada orang dewasa terjadi tahap hidup intimasi versus isolasi, dimana pada tahap ini orang dewasa mampu belajar berkomunikasi dalam membagi perasaan cinta, kasih sayang, minat, serta masalah dengan orang lain.

2.5 Teknik-teknik Komunikasi Terapeutik pada AnakSeperti yang sudah dijelaskan pasien anak merupakan individu yang unik, dalam melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien anak dibutuhkan teknik khusus agar hubungan yang dijalankan dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan tumbuh kembang anak.1) Teknik VerbalDimana komunikasi yang diucapkan dengan kata-kata atau disampaikan secara tertulis.

a. Melalui orang lain atau pihak ketiga. Cara berkomunikasi ini pertama dilakukan oleh anak dalam menumbuhkan kepercayaan diri anak, dengan menghindari secara langsung berkomunikasi dengan melibatkan orang tua secara langsung yang sedang berada di samping anak. Selain itu dapat digunakan cara dengan memberikan komentar tentang mainan, baju yang sedang dipakainya serta hal lainnya, dengan catatan tidak langsung pada pokok pembicaraan.b. BerceritaMelalui cara ini pesan yang akan disampaikan kepada anak dapat mudah diterima, mengingat anak sangat suka sekali dengan cerita, tetapi cerita yang disampaikan hendaknya sesuai dengan pesan yang akan disampaikan, yang dapat diekspresikan melalui tulisan maupun gambar.c. MemfasilitasiMemfasilitasi anak adalah bagian cara berkomunikasi, melalui ini ekspresi anak atau respon anak terhadap pesan dapat diterima. Dalam memfasilitasi kita harus mampu mengekspresikan perasaan dan tidak boleh dominan, tetapi anak harus diberikan respons terhadap pesan yang disampaikan melalui mendengarkan dengan penuh perhatian dan jangan merefleksikan ungkapan negatif yang menunjukkan kesan yang jelek pada anak.d. BiblioterapiMelalui pemberian buku atau majalah dapat digunakan untuk mengekspresikan perasaan, dengan menceritakan isi buku atau majalah yang sesuai dengan pesan yang akan disampaikan kepada anak.

e. Meminta untuk menyebutkan keinginanUngkapan ini penting dalam berkomunikasi dengan anak, dengan meminta anak untuk menyebutkan keinginan dapat diketahui berbagai keluhan yang dirasakan anak dan keinginan tersebut dapat menunjukkan perasaan dan pikiran anak pada saat itu.f. Pilihan pro dan kontraPenggunaan teknik komunikasi ini sangat penting dalam menentukan atau mengetahui perasaan dan pikiran anak, dengan mengajukan pasa situasi yang menunjukkan pilihan yang positif dan negatif sesuai dengan pendapat anak.g. Penggunaan skalaPenggunaan skala atau peringkat ini digunakan dalam mengungkapkan perasaan sakit pada anak seperti penggunaan perasaan nyeri, cemas, sedih dan lain-lain, dengan menganjurkan anak untuk mengekspresikan perasaan sakitnya.2) Teknik Non Verbal Suatu pernyataan perasaan yang sebenarnya yang ditampilkan melalui body language

seperti ekspresi wajah, pandangan mata, cara berjalan, duduk, gerakan tubuh, penam-pilan, Pendekatan fisik antara lain jarak, sentuhan dan suara yaitu kecepatan berbi-cara, rendah tingginya nada, intonasi dan volume suara.

Teknik komunikasi non verbal dapat digunakan pada anak- anak seperti :a) MenulisMenulis adalah suatu alternatif pendekatan komunikasi bagi anak, remaja muda dan pra remaja. Untuk memulai suatu percakapan perawat dapat memeriksa/ menyelidiki tentang tulisan dan mungkin juga meminta untuk membaca beberapa bagian. Dengan menulis anak-anak lebih riil dan nyata.b) MenggambarMenggambar adalah salah satu bentuk komunikasi yang berharga melalui pengamatan gambar. Dasar asumsi dalam menginterpretasi gambar adalah bahwa anak- anak mengungkapakan tentang dirinya. Untuk mengevaluasi sebuah gambar utamakan/fokuskan pada unsur-unsur sebagai berikut :1. Ukuran dari bentuk badan individu, ini mengekspresikan orang penting2. Urutan bentuk gambar, mengekspresikan prioritas kepentingan.3. Posisi anak terhadap anggota keluarga lainnya, mengekspresikan perasaan anak terhadap status dalam keluaraga atau ikatan keluarga4. Bagian adanya hapusan, bayangan atau gambar silang, mengekspresikan ambivalen/ pertentangan, keprihatinan atau kecemasan pada hal- hal tertentu.c) Gerakan gambar keluargaMenggambarkan suatu kelompok, berpengaruh pada perasaan anak-anak dan respon emosi, dia akan menggambarkan pikirannya tentang dirinya dan anggota keluarga yang lainnya. Gambar kelompok yang paling berharga bagi anak adalah gambar keluarga.d) SosiogramMenggambar tak perlu dibatasi bagi anak- anak, dan jenis gambar yang berguna bagi anak- anak seusia 5 tahun adalah sosiogram (gambar ruang kehidupan) atau lingkungan keluarga. Menggambar suatu lingkaran adalah untuk melambangkan orang-orang yang hampir mirip dalam kehidupan anak, dan gambar bundaran- bundaran didekat lingkaran menunjukkan keakraban/ kedekatan.e) Menggambar bersama dalam keluargaSalah satu teknik yang berguna dan dapat diterapkan pada anak- anak adalah menggambar bersama dalam keluarga. Menggambar bersama dalam keluarga merupakan satu alat yang berguna untuk mengungkapkan dinamika dan hubungan keluarga.f) BermainBermain merupakan salah satu cara yang paling efektif untuk berhubungan dengan anak. Dengan bermain dapat dikumpulkan petunjuk mengenai tumbuh kembang fisik, intelektual dan sosial. Terapeutik play sering digunakan untuk mengurangi trauma akibat sakit atau masuk rumah sakit atau untuk mempersiapkan anak sebelum dilakukan prosedur medis/ perawatan.Diatas telah dijelaskan beberapa teknik komunikasi terapeutik pada umumnya, sedangkan cara yang perlu diterapkan saat melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien anak, antara lain : (Mundakir, 2005 : 153-154)1. Nada suara, diharapkan perawat dapat berbicara dengan nada suara yang rendah dan lambat. Agar pasien anak jauh lebih mengerti apa yang ditanyakan oleh perawat. 2. Mengalihkan aktivitas, pasien anak yang terkadang hiperaktif lebih menyukai aktivitas yang ia sukai, sehingga perawat perlu membuat jadwal yang bergantian antara aktivitas yang pasien anak sukai dengan aktivitas terapi atau medis.3. Jarak interaksi, diharapkan perawat dapat mempertahankan jarak yang aman saat berinteraksi dengan pasien anak.4. Kontak mata, diharapkan perawat dapat mengurangi kontak mata saat mendapat respon dari pasien anak yang kurang baik, dan kembali melakukan kontak mata saat kira-kira pasien anak sudah dapat mengontrol perilakunya.5. Sentuhan, jangan pernah menyentuh anak tanpa izin dari si anak.2.6 Hal yang Perlu Diperhatikan dalam Berkomunikasi Terapeutik Pada AnakHal- hal yang kurang berkenan dilakukan sebaiknya dihindari dalam komunikasi terapeutik pada anak, seperti :A. Mengabaikan keterangan anak Saat melakukan komunikasi pada anak perawat hendaknya selalu mendengarkan segala keluh kesah yang disampaikan anak, hindari sikap acuh tak acuh. Dengan demikian diharapkan seorang perawat mampu mengetahui permasalahan yang sebenarnya dialami oleh anak.

B. Besikap emosionalDalam melakukan komunikasi terapeutik pada anak bersikaplah tenang dan sabar emosional karena seorang anak akan enggan untuk menyampaikan masalahnya.C. Pembicaraan satu arahHindari pembicaraan satu arah saat melakukan komunikasi terapeutik pada anak karena hal itu akan menyebabkan anak menjadi pendiam, mintalah umpan balik atas apa yang dibicarakan. Dengan memberikan kesempatan pada anak untuk ikut berbicara, itu akan membuat anak menjadi lebih terbuka kepada kita.D. Hindari pertanyaan yang bertubi-tubiSaat berkomunikasi pada anak hindarilah pertanyaan yang bertubi- tubi karena hal itu akan membuat anak menjadi bosan dan enggan untuk diajak berkomunikasi pada tahap selanjutnya. Bila anak tidak menjawab pertanyaan yang diajukan, ulangilah dengan pertanyaan lain sehingga mendapatkan respon.E. Menyudutkan anakHindarilah sikap yang dapat menyudutkan anak karena hal itu akan membuat anak kurang mendapatkan kepercayaan. Terimalah kondisi anak apa adanya. Apapun yang terjadi berusalah terus ada di pihak anak dengan selalu mendengarkan segala keluh kesah anak sehingga ia menganggap kita sebagai temannya.2.7 Komunikasi Terapeutik Sesuai Tingkat Perkembangan pada Bayi dan ToddlerKomunikasi merupakan salah satu bentuk kegiatan yang melibatkan banyak indra tubuh, sehingga perkembangan indra tubuh merupakan hal yang pokok dalam kegiatan komunikasi pada berbagai tingkat usia.

1. Komunikasi Terapeutik pada Bayi Pada masa bayi, tingkat perkembangan indra dijelaskan sebagai berikut.a. Penglihatan: pada waktu lahir, mata bayi belum berkembang sempurna sehingga penglihatannya masih kabur. Dalam usia satu minggu, anak telah mampu merespon cahaya. Pada usia ini, kemampuan koordinasi otot mata bayi mulai tampak sehingga ia mampu menagkap gerak benda yang digerakan di sekitar matanya dan mengedipkan matanya terhadap sinar yang terang dan suara. Pada usia tiga bulan, kemampuan koordinasi otot mata bayi meningkat sehingga ia mampu melihat objek dengan jelas dalam jarak relatif jauh. Pada usia empat bulan, bayi telah mampu mengenali objek tertentu dan mengikuti gerakan obyek tersebut. Pada usia enam bulan, bayi telah mampu mengidentifikasi warna. Sebelumnya bayi hanya dapat melihat warna hitam putih dan terang gelap dan visus penglihatannya kurang.

b. Pendengaran: Indra pendengaran merupakan fungsi dengan tingkat kematangan paling rendah di antara fungsi indra bayi baru lahir. Pada saat lahir, bayi dapat dikatakan masih tuli. Namun, mulai hari ketiga sampai ke tujuh bayi sudah mampu bereaksi terhadap suara dan lingkunganya. Ini terlihat pada reflex kedip bayi, yang terbentuk sebagai reaksi terhadap suara keras yang tiba-tiba. Refleks ini disebut refleks Morro. Dalam beberapa hari, bayi telah mampu membedakan berbagai suara. Pada sekitar usia lima bulan, bayi dapat menghentikan kegiatan menyusunya hanya untuk mendengar suara ibunya. Pada usia Sembilan bulan, bayi telah mampu melokalisasi suara, yang dimulai dengan membedakan kata-kata dan merespon perintah sederhana.

c. Penciuman dan Pengecap: Hidung dan lidah merupakan indra yang sudah cukup peka pada masa bayi, sehingga adakalanya bayi menolak makanan karena merasa makanan tersebut terlalu asam, pedas, dan sebagainya. Bayi lebih menyukai rasa yang manis dan ia akan mengurangi respons mengisap terhadap rasa asin. Mereka dapat menentukan bau susu ibunya dan berespon terhadap bau tersebut dengan menoleh kea rah ibunya.

d. Perabaan: Kulit bayi cukup peka sehingga sangat sensitif terhadap segala sentuhan, tekanan, dan suhu.

e. Wicara: Kemampuan bicara pada tahun pertama muncul dalam tiga bentuk, yang lebih dikenal sebagai bentuk prawicara (prespeech forms), yaitu : menangis, merengek, gerak-gerik. Tangisan merupakan bentuk komunikasi yang paling banyak digunakan bayi, yang bertujuan menunjukan rasa lapar, rasa sakit (tidak nyaman), kesendirian, atau kondisi sakit. Sebelum berusia tiga bulan, bayi telah belajar dari pengalaman bahwa menangis merupakan cara paling berhasil untuk menarik perhatian. Keterampilan komunikasi dengan menggunakan kata yang tidak jelas dimulai pada usia dua hingga tiga bulan. Gerak-gerik merupakan bentuk pengganti bahasa (nonverbal) untuk melengkapi ungkapan yang ingin disampaikan bayi.

Komunikasi dengan bayi dilakukan dengan menggunakan teknik komunikasi verbal dan non verbal seperti suara celotehan, menangis, sentuhan, belaiam, ciuman (taktil) ataupun gerakan. Rangsang taktil sangat kuat maknanya bagi bayi untuk meningkatkan rasa aman dan melindungi bayi serta untuk kedekatan hubungan. Seiring peningkatan usia, kemampuan penerimaan rangsang suara juga berkembang sehingga sejak usia tiga bulan, komunikasi dengan bayi mulai dapat dilakukan dengan menggunakan bahasa. Penggunaan suara yang didengarkan oleh bayi juga member rasa aman walaupun bayi belum mampu mengartikan suara dari ucapan orang lain.

Komunikasi pada bayi yang umumnya dapat dilakukan adalah dengan melalui gerakan-gerakan bayi, gerakan tersebut sebagai alat komunikasi yang efektif, di samping itu komunikasi pada bayi dapat dilakukan secara non verbal. Perkembangan komunikasi pada bayi dapat dimulai dengan kemampuan bayi untuk melihat sesuatu yang menarik, ketika bayi digerakkan maka bayi akan berespons untuk mengeluarkan suara-suara bayi. Perkembangan komunikasi pada bayi tersebut dapat dimulai pada usia minggu ke delapan dimana bayi sudah mampu untuk melihat objek atau cahaya, kemudian pada minggu kedua belas sudah mulai melakukan tersenyum. Pada usia ke enam belas bayi sudah mulai menolehkan kepala pada suara yang asing bagi dirinya. Pada pertengahan tahun pertama bayi sudah mulai mengucapkan kata-kata awal seperti ba-ba, da-da, dan lain-lain. Pada bulan ke sepuluh bayi sudah bereaksi terhadap panggilan terhadap namanya, mampu melihat beberapa gambar yang terdapat dalam buku. Pada akhir tahun pertama bayi sudah mampu mengucapkan kata-kata yang spesifik antara dua atau tiga kata.Selain melakukan komunikasi seperti di atas terdapat cara komunikasiyang efektif pada bayi yakni dengan cara menggunakan komunikasi non verbal dengan tehnik sentuhan seperti mengusap, menggendong, memangku, dan lain-lain.2. Komunikasi Terapeutik pada Usia Toddler

Anak usia toddler adalah anak usia 12-36 bulan (1-3 tahun), pada periode ini hampir semua anak egosentris, mereka melihat segala sesuatu hanya berhubungan dengan dirinya sendiri dan hanya dari sudut pandang mereka sendiri. Anak tidak dapat membedakan antara fantasia tau kenyataan serta cendrung berusaha mencari tahu bagaimana sesuatu bekerja dan bagaimana mengontrol orang lain melalui kemarahan, penolakan, dan tindakan keras kepala. Hal ini merupakan periode yang sangat penting untuk mencapai pertumbuhan dan perkembangan intelektual secara optimal.

Perkembangan komunikasi pada usia ini dapat ditunjukkan dengan perkembangan bahasa anak dengan kemampuan anak sudah mampu memahami kurang lebih sepuluh kata, pada tahun ke dua sudah mampu 200-300 kata dan masih terdengan kata-kata ulangan.

Pada anak usia ini khususnya usia 3 tahun anak sudah mampu menguasai sembilan ratus kata dan banyak kata-kata yang digunakan seperti mengapa, apa, kapan dan sebagainya. Komunikasi pada usia tersebut sifatnya sangat egosentris, rasa ingin tahunya sangat tinggi, inisiatifnya tinggi, kemampuan bahasanya mulai meningkat, mudah merasa kecewa dan rasa bersalah karena tuntutan tinggi, setiap komunikasi harus berpusat pada dirinya, takut terhadap ketidaktahuan dan perlu diingat bahwa pada usia ini anak masih belum fasih dalam berbicara (Behrman, 1996).

Pada usia ini cara berkomunikasi yang dapat dilakukan adalah dengan memberi tahu apa yang terjadi pada dirinya, memberi kesempatan pada mereka untuk menyentuh alat pemeriksaan yang akan digunakan, menggunakan nada suara, bicara lambat, jika tidak dijawab harus diulang lebih jelas dengan pengarahan yang sederhana, hindarkan sikap mendesak untuk dijawab seperti kata-kata jawab dong, mengalihkan aktivitas saat komunikasi, memberikan mainan saat komunikasi dengan maksud anak mudah diajak komunikasi dimana kita dalam berkomunikasi dengan anak sebaiknya mengatur jarak, adanya kesadaran diri dimana kita harus menghindari konfrontasi langsung, duduk yang terlalu dekat dan berhadapan. Secara non verbal kita selalu memberi dorongan penerimaan dan persetujuan jika diperlukan, jangan sentuh anak tanpa disetujui dari anak, bersalaman dengan anak merupakan cara untuk menghilangkan perasaan cemas, menggambar, menulis atau bercerita dalam menggali perasaan dan fikiran anak si saat melakukan komunikasi.

2.8 Tahapan dalam Berkomunikasi Dengan AnakDalam melakukan komunikasi dengan anak terdapat beberapa tahap yang harus dilakukan sebelum mengadakan komunikasi secrara langsung, tahapan ini dapat meliputi tahap awal (Pra Interaksi), tahap perkenalan atau orientesi, tahap kerja dan tahap terakhir yaitu tahap terminasi.

1. Tahap Pra interaksi

Pada tahap ini yang harus kita lakukan adalah mengumpulkan data tentang klien dengan mempelajari status atau bertanya keapda orang tua tentang masalah atau latar belakang yang ada, mengeksplorasi perasaan, proses ini akan mengurangi kekurangan dalam saat komunikasi dengan cara mengeksplorasikan perasaan aapa yang ada pada dirinya, membuat rencana pertemuan dengan klien, proses ini ditunjukkan dengan kapan komunikasi akan dilakukan, dimana dan rencana apa yang dikomunikasikan serta target dan sasaran yang ada.

2. Tahap Perkenalan atau Orientasi

Tahap ini yang dapat kita lakukan adalah memberikan salam dan senyum kepada klien, melakukan validasi (Kognitif, psikomotor, afektif), mencari kebenaran data yang ada dengan wawancara, mengobservasi atau pemeriksaan yang lain, memperkenalkan nama kita dengan tujuan agar selalu ada yang memperhatikan terhadap kebutuhannya, menanyakan nama kesukaan panggilan klien karena akan mempermudah dalam berkomunikasi dan lebih dekat, menjelaskan tanggung jawab perawat dan klien, menjelaskan peran kita dan klien, menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, menjelaskan tujuan, menjelaskan waktu yang dibutuhkan untuk kegiatan dan menjelaskan kerahasiahan.

3. Tahap Kerja

Pada tahap ini kegiatan yang dapat kita lakukan adalah member kesempatan pada klien untuk bertanya, karena akan memberitahu tentang hal-hal yang kurang dimengerti dalam komunikasi, menanyakan keluhan utama, memulai kegiatan dengan cara yang baik, dan melakukan kegiatan sesuai dengan rencana.

4. Tahap Terminasi

Pada tahap terminasi dalam komunikasi ini kegiatan yang dapat kita lakukan adalah menyimpulkan hasil wawancara meliputi evaluasi proses dan hasil, memberikan reinforcement yang positif, merencanakan tindak lanjut dengan klien, melakukan kontrak (waktu,tempat dan topic) dan mengakhiri wawancara dengan cara yang baik.

2.9 Hambatan Dalam Berkomunikasi Dengan Anak Usia Bayi Dan Toddler

Dalam berkomunikasi dengan anak, perawat akan menemui beberapa hambatan dalam proses komunikasi tersebut, hal ini meliputi :a)keterbatasan dalam perkembangan bahasa, konsep dan pengalaman.

b)keterbatasan dalam memahami konsep abstrak.

c)kadangkala kurang atau tidak tanggap dalam diajak bicara.

d)ucapan kata tidak jelas

Hal ini terjadi karena tenaga kesehatan kurang tanggap terhadap 4 aspek kemampuan dasar anak, yaitu gerak halus, bicara, bahasa, sosialisasi dan kemandirian. Prinsip dasar yang perlu diperhatikan oleh tenaga kesehatan dalam berkomunikasi dengan anak agar kepercayaan dirinya meningkat dan tidak mengalami hambatan adalah sebagai berikut:

1. Stimulasi dilakukan dengan dilandasi rasa cinta dan kasih sayang

2. Selalu tunjukkan sikap dan prilaku yang baik karena anak akan meniru tingkah laku orang-orang terdekat dengannya

3. Berikan stimulasi sesuai dengan kelompok umur anak

4. Lakukan stimulasi dengan cara mengajak anak bermain, bernyanyi, bervariasi, menyenangkan, tanpa paksaan dan tidak ada hukuman

5. Anak selalu diberi pujian, bila perlu diberi hadiah atas keberhasilannya

6. Gunakan alat bantu/ permainan yang sederhana, aman da nada disekitar anak

7. Lakukan stimulasi secara bertahap dan berkelanjutan sesuai umur dan tumbuh kembangnya

8. Beri kesempatan yang sama pada anak laki-laki dan perempuan

2.10 Dampak Komunikasi Terapeutik Pada Anak

Anak mampu mengungkapkan perasaan dan pikirannya, bersifat terbuka terhadap tenaga kesehatan dalam semua hal karena sudah terjalin trust, mampu mempertahankan kekuatan egonya, serta berkomunikasi dan merespon secara verbal maupun non-verbal, sehingga komunikasi dapat berkembang sesuai tingkat usia.