BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Interpersonaleprints.umm.ac.id/53202/3/BAB II.pdf · 2.1.2...

39
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Interpersonal 2.1.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal Komunikasi berasal dari kata Communicare yang mempunyai arti berpartisipasi, atau kata communnes yang berarti sama. Sehingga komunikasi berlangsung apabila antara orang-orang yang memiliki kesamaan makna mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Dengan kata lain komunikasi tersebut akan berhasil apabila seseorang atau komunikan mengerti tentang sesuatu yang diungkapkan komunikator. (Effendy, 2015:4). Everett M. Roger seorang pakar Sosiologi Pedesaan Amerika mendefinisikan komunikasi adalah proses suatu ide dialihkan dari sumber kepada penerima dengan tujuan untuk mengubah persepsi atau tingkah laku mereka. Kemudian definisi ini dikembangkan oleh Rogers dan D. Lawrance Kincaid (1981) yang menyaatakan komunikasi ialah suatu proses di mana dua orang atau lebih berkumpul dalam satu tempat melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang akan menimbulkan saling pengertian yang mendalam. (Cangara. 2006:19) Tubbs dab Moss mendefinisikan komunikasi sebagai “proses penciptaan makna antara dua orang yaitu komunikator dan komunikan, menurut mereka terdapat dua bentuk umum yang terjadi dalam tindakan komunikasi yaitu penciptaan pesan dan penafisran pesan. (Mulyana, 2007:65).

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Interpersonaleprints.umm.ac.id/53202/3/BAB II.pdf · 2.1.2...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Interpersonaleprints.umm.ac.id/53202/3/BAB II.pdf · 2.1.2 Konteks – konteks Komunikasi Interpersonal . Dalam komunikasi terdapat beberapa

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Komunikasi Interpersonal

2.1.1 Pengertian Komunikasi Interpersonal

Komunikasi berasal dari kata Communicare yang mempunyai arti

berpartisipasi, atau kata communnes yang berarti sama. Sehingga komunikasi

berlangsung apabila antara orang-orang yang memiliki kesamaan makna

mengenai suatu hal yang dikomunikasikan. Dengan kata lain komunikasi

tersebut akan berhasil apabila seseorang atau komunikan mengerti tentang

sesuatu yang diungkapkan komunikator. (Effendy, 2015:4).

Everett M. Roger seorang pakar Sosiologi Pedesaan Amerika

mendefinisikan komunikasi adalah proses suatu ide dialihkan dari sumber

kepada penerima dengan tujuan untuk mengubah persepsi atau tingkah laku

mereka. Kemudian definisi ini dikembangkan oleh Rogers dan D. Lawrance

Kincaid (1981) yang menyaatakan komunikasi ialah suatu proses di mana dua

orang atau lebih berkumpul dalam satu tempat melakukan pertukaran

informasi dengan satu sama lainnya, yang akan menimbulkan saling

pengertian yang mendalam. (Cangara. 2006:19)

Tubbs dab Moss mendefinisikan komunikasi sebagai “proses

penciptaan makna antara dua orang yaitu komunikator dan komunikan,

menurut mereka terdapat dua bentuk umum yang terjadi dalam tindakan

komunikasi yaitu penciptaan pesan dan penafisran pesan. (Mulyana,

2007:65).

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Interpersonaleprints.umm.ac.id/53202/3/BAB II.pdf · 2.1.2 Konteks – konteks Komunikasi Interpersonal . Dalam komunikasi terdapat beberapa

9

Jadi komunikasi merupakan proses interaksi satu dengan yang lain,

komunikator dengan komunikan (audiens) yang memiliki kesamaan dan

tujuan yang sama sehingga menimbulkan efek atau timbal balik entah itu

secara langsung atau tidak yang terjadi di berbagai situasi. Komunikasi

interpersonal bertujuan untuk membangun atau membentuk hubungan yang

saling berlanjut dan interaktif, membentuk dan mengubah pola pikir, serta

merefleksikan identitas komunikator.

2.1.2 Konteks – konteks Komunikasi Interpersonal

Dalam komunikasi terdapat beberapa tipe atau konteks komunikasi

yang menjadi bagian yang sangat penting dalam komunikasi, karena

komunikasi merupakan aktivitas yang sangat luas, melibatkan elemen-elemen

yang penting seperti ruang, waktu, iklim, fisik, emosi jiwa, prasangka, sosial

budaya, jumlah peserta dan sebagainya. Indikator yang paling umum dalam

mengklasifikasikan konteks komunikasi adalah jumlah peserta yang terlibat

di dalam proses komunikasi, sehingga dikenal beberapa konteks komunikasi

antara lain yaitu:

a. Komunikasi Intrapribadi

Komunikasi intrapribadi (intrapersonal communication)

merupakan komunikasi dengan diri sendiri. Sebelum kita berbicara dengan

orang lain biasanya kita sering berbicara dengan diri sendiri (di dalam hati),

baik itu bertanya pada diri sendiri, kesal terhadap seseorang yang tidak bisa

dilimpahkan atau dibalas secara langsung, suka atau senang terhadap

seseorang yang malu untuk diungkapkan secara langsung yang kemudian kita

limpahkan semuanya atau berbicara di dalam hati kita masing – masing.

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Interpersonaleprints.umm.ac.id/53202/3/BAB II.pdf · 2.1.2 Konteks – konteks Komunikasi Interpersonal . Dalam komunikasi terdapat beberapa

10

Keberhasilan komunikasi komunikasi kita dengan orang lain bergantung pada

keefektifan komunikasi kita dengan diri sendiri.

b. Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi (Interpersonal communication) yaitu

komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih secara tatap muka yang

memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi secara langsung. Di lihat

dari sifatnya komunikasi antarpribadi dibagi menjadi dua yaitu komunikasi

diadik dan komunikasi kelompok kecil. Komunikasi diadik adalah

komunikasi yang hanya melibatkan dua orang dalam situasi tatap muka

seperti suami istri, guru – murid, dua sahabat dekat dan sebagainya. Ciri – ciri

dari komunikasi diadik ini adalah pihak – pihak yang berkomunikasi

mengirim dan menerima pesan secara spontan dan simultan baik secara

verbal dan non verbal. Sedangkan komunikasi kelompok kecil adalah proses

komunikasi yang berlangsung antara tiga orang atau lebih secara tatap muka

yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama (adanya

saling bergantungan), mengenal satu sama lainnya dan menggaanggap

mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut (Mulyana, 2012: 81-82).

c. Komunikasi Publik

Komunikasi publik (public communication) adalah komunikasi

anatra pembicara dengan sejumlah besar orang yang biasa disebut dengan

komunikasi pidato, ceramah atau kuliah umum. Komunikasi publik ini

biasanya berlangsung lebih formal dibandingkan dengan komunikasi

intrapribadi dan komunikasi antapribadi, karena komunikasi publik ini

melibatkan sejumlah pihak-pihak yang penting atau berpengaruh di kalangan

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Interpersonaleprints.umm.ac.id/53202/3/BAB II.pdf · 2.1.2 Konteks – konteks Komunikasi Interpersonal . Dalam komunikasi terdapat beberapa

11

masyarakat luas sehingga komunikasi publik ini dituntut untuk menampilkan

komunikasi secara sempurna (perfect) dengan persiapan yang sempurna tak

lupa juga daya tarik dari pembicara merupakan faktor yang penting dalam

menyampaikan pesan – pesan (Mulyana, 2012:82).

d. Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisasi merupakan komunikasi yang terjadi di

dalam organisasi yang bisa bersifat formal dan informal, yang berlangsung

dalam skala yang lebih besar dari komunikasi kelompok. Komunikasi

organisasi ini juga melibatkan komunikasi diadik, antarpribadi dan

komunikasi publik. Dalam organisasi komunikasi formal adalah komunikasi

yang menggunakan struktur organisasi yakni komunikasi ke bawah,

komunikasi ke atas, komunikasi horizontal sedangkan komunikasi infromal

adalah komunikasi yang tidak bergantung dengan struktur organisasi seperti

komunikasi yang terjadi antar teman di dalam organisasi (Mulyana, 2012:

83).

e. Komunikasi Massa

Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang

menggunakan media massa, seperti cetak (surat kabar, majalah), elektronik

(radio, televisi) dan online yang ditujukan kepada massa atau khalayak yang

sangat banyak yang tersebar di belahan bumi ini. Menurut Black dan Witney

(1988) dalam (Nurudin, 2017: 93) mengatakan komunikasi adalah sebuah

proses di mana pesan – pesan yang diperoduksi secara massal (banyak)

disebarkan kepada massa yang luas, anonim dan heterogen. Berikut ini adalah

ciri-ciri dari komunikasi massa, yaitu:

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Interpersonaleprints.umm.ac.id/53202/3/BAB II.pdf · 2.1.2 Konteks – konteks Komunikasi Interpersonal . Dalam komunikasi terdapat beberapa

12

1. Komunikator dalam komunikasi berlembaga

2. Komunikan dalam komunikasi massa heterogen

3. Pesannya bersifat umum

4. Komunikasi brlangsung satu arah

5. Pesannya disebarkan secara serentak

6. Mengandalkan peralatan teknis

7. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper

Dalam penelitian ini mengacu kepada komunikasi antarpribadi atau

komunikasi interpersonal, karena penelitian yang berjudul kredibilitas

konselor sebagai komunikator dalam proses komunikasi konseling

rehabilitasi pengguna narkoba ini meneliti atau mendeskripsikan kredibilitasi

konselor dari sudut pandang KPN atau pengguna narkoba.

Menurut (Wood, 2013: 205), komunikasi interpersonal adalah pusat

atau jantung dari hubungan personal. Keberlangsungan dan keberhasilan

suatu hubungan personal tergantung dari kemampuan kita dalam melakukan

komunikasi secara efektif.

Komunikasi interpersonal melibatkan semua aktivitas timbal balik

(mutual activity), interaksi (interaction) atau pertukaran (exchange). Bagi

Beebe et al (2002), Komunikasi interpersonal dilakukan atau terjadi dalam

hubungan yang akrab (close relationship); menurut Trenholm dan jensen

(2008), komunikasi interpersonal diantara sistem dua orang kemudian definisi

Guerrero et al (2007) lebih simpel yaitu komunikasi interpersonal adalah

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Interpersonaleprints.umm.ac.id/53202/3/BAB II.pdf · 2.1.2 Konteks – konteks Komunikasi Interpersonal . Dalam komunikasi terdapat beberapa

13

pertukaran pesan diantara orang dengan “pesan” menjadi feature dapat

diterima atau interpretasikan oleh penerima (Berger, et.al, 2014: 207)

Ada tiga perspektif definisi umum komunikasi interpersonal menurut

Berger dan kawan-kawannya dalam bukunya yaitu perspektif situasional,

perspektif perkembangan dan perspektif interaksional.

a. Perspektif Situasional

Miller (1990) menyatakan perspektif situasional adalah

perspekif subtantif pertama dalam komunikasi interpersonal.

Perspektif sotuasional ini membedakan tipe-tipe komunikasi

berdasarkan aspek-aspeknya seperti jumlah komunikator,

kedekatan fisik diantara komunikator, ketersediaan saluran

indrawi atau saluran komunikasi dan ketangkasan umpan balik

yang diterima oleh komunikator (Berger, et.al,, 2014: 208).

b. Perspektif perkembangan

Stewart (1973) dalam Handbook Ilmu Komunikasi,

perspektif komunikasi impersonal dan interpersonal merupakan

sebuah kontinum; saat pertama bertemu orang hanya melakukan

komunikasi impersonal, tetapi jika interaksi berlanjut dan saling

mengungkapkan bertukar informasi yang lebih mendalam akan

menjadikan interaksi ini semakin akrab dan hubungan mereka

menjadi lebih interpersonal secara progresif.

c. Perspektif Interaksional

Lain halnya dengan perspektif situasional dan perspektif

perkembangan, perspektif interksional lebih berfokus pada

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Interpersonaleprints.umm.ac.id/53202/3/BAB II.pdf · 2.1.2 Konteks – konteks Komunikasi Interpersonal . Dalam komunikasi terdapat beberapa

14

pengungkapan bentuk dan implikasi-implikasi interaksi sosial,

bukan berupaya mengidentifikasi hakikat yang membedakan

komunikasi interpersonal. Menurut Watzlawick, Beavin, dan

Jackson (1967) mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai

saling mempengaruhi dan saling menyesuaikan.

Komunikasi interpersonal dianggap komunikasi yang paling efektif

dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau prilaku seseorang. Dianggap

paling efektif karena bersifat dialogis yaitu berupa percakapan. Komunikasi

interpersonal ini adalah komunikasi yang terjadi antara komunikator dengan

komunkannya. Pada saat komunikasi berlangsung komunikator mengetahui

tanggapan atau reaksi dari komunikan pada saat itu juga. Komunikasi

interpersonal bagi komunikator juga dapat mengetahui identitas komunikan,

mengetahui apakah komunikannya memiliki energi positif atau negatif serta

komunikator dapat mengarahkan komunikasi sesuai yang diinginkannya

(Effendy,2015:8)

Aplplegate dan Delia (1980) dalam Handbook Ilmu Komunikasi

mengusulkan lima konteks komunikasi: latar fisik (ruang, lingkungan, dan

saluran yang digunakan, latar sosial (seperti teman, pasangan hidup, tetangga

dan rekan kerja), latar institusional (rumah, pekerjaan, sekolah dan tempat

beribadah), latar fungsional (tujuan utama yang dikerjar, misalnya

menyediakan informasi, membujuk dan mendukung) dan latar budaya (suku,

kebangsa, ras, golongan dan lainnya) (Berger, et.al, 2014:222)

Komunikasi interpersonal yang efektif meliputi banyak unsur. Setiap

komunikator melakukan komunikasi, bukan hanya menyampaikan isi pesan

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Interpersonaleprints.umm.ac.id/53202/3/BAB II.pdf · 2.1.2 Konteks – konteks Komunikasi Interpersonal . Dalam komunikasi terdapat beberapa

15

komunikator juga menentukan bagaimana kadar hubungan interpersonalnya

(relatioship) dengan komunikannya. Dalam hal ini komunikasi yang

dilakukan oleh konselor dapat menjadikan kelima konteks komunikasi

interpersonal ini sebagai acuan untuk proses rehabilitasi KPN agar berjalan

lancar (Rakhmat, 2002:119).

2.2. Fungsi Komunikasi Interpersonal

Fungsi atau kegunaan untuk memenuhi setiap kebutuhan. Dalam hal

ini fungsi komunikasi adalah kebutuhan yang kita butuhkan dalam proses

komunikasi. Fungsi komunikasi secara umum yaitu to inform, to educate, to

entertain dan to influence. Dalam komunikasi penyuluhan rehabilitasi

khususnya rehabilitasi pengguna narkoba, fungsi komunikasi sangat penting

untuk mengubah persepsi atau keyakinan korban (KPN) untuk merubah pola

pikir mereka menjadi lebih terbuka dan percaya diri, dalam arti mereka untuk

menjahui dan berhenti untuk mengkonsumsi narkoba, sehingga mereka

(KPN) bisa lebih percaya diri dan mengubah pola mereka tentang hidup dan

kesehatan mereka selanjutnya. Berikut ini adalah fungsi komunikasi:

a. Fungsi pengelolaan interaksi, yaitu fungsi yang diasosiakan dengan

membangun dan mempertahankan interaksi secara koheren (keserasian

atau ketetapan) yang meliputi:

1. Memulai dan mengakhiri interaksi percakapan dengan memfokuskan

pada topik percakapan dan membagi dengan sesi tanya jawab.

2. Memproduksi pesan-pesan yang dapat dipahami, terdapat informasi

yang memadai dan relavan yang sesuai dengan struktuk percakapan

secara bergiliran.

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Interpersonaleprints.umm.ac.id/53202/3/BAB II.pdf · 2.1.2 Konteks – konteks Komunikasi Interpersonal . Dalam komunikasi terdapat beberapa

16

3. Mendefinisikan diri dan kondisi sosial.

4. Mengelola kesan wajah yang baik

5. Memantau dan mengelola afeksi

b. Fungsi pengelolaan hubungan yaitu hubungan dengan memulai,

memelihara dan memperbaiki hubungan. Tujuan ini berfokus pada

membangun hubungan, mencapai tingkat keintiman yang diinginkan,

mengelola ketegangan atau ketakutan hubungan.

c. Fungsi instrumental adalah fungsi yang mendefinisikan fokus pada sebuah

interaksi dan membantu membedakan setiap moemen intraksi satu dengan

yang lain. Tujuan instrumental ini meliputi memperoleh kepatuhan atau

menolaknya, memberikan informasi meminta atay memberi dukungan dan

mencari atau memberi hiburan (Berger, et.al, 2014: 220-221).

2.3. Proses Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal adalah proses yang berkelanjutan, ini berarti

komunikasi akan terus berkembang dan menjadi lebih kompleks dengan

perkembangan zaman. Hubungan interpersonal bukan suatu yang statis

melainkan selalu berkembang dan berubah-ubah sesuai dengan apa yang kita

pikirkan dan yang kita lakukan. Seperti hubungan dalam pertemanan yang

akan berkembang dari masa ke masa. Ketika kita baru berkenalan dengan

seseorang lambat laun dengan serinya berinteraksi akan semakin dekan dan

menajadi seorang teman dekat atau sahabat. Proses yang berkelanjutan tidak

memiliki awal dan akhir yang pasti. Pola komunikasi yang berkelanjutan

membuat kita tidak dapat menghentikan prosesnya atau menarik perkataan

yang sudah terlanjur kita ucapkan (Wood, 2013: 25-26).

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Interpersonaleprints.umm.ac.id/53202/3/BAB II.pdf · 2.1.2 Konteks – konteks Komunikasi Interpersonal . Dalam komunikasi terdapat beberapa

17

Proses mendasar dalam komunikasi adalah penyampaian dan

penggunaan bersama infromasi. Penggunaan disini tidak mesti secara

langsung tetapi dapat melalui berbagai macam perantara atau media seperti

tulisan, isyarat maupun kode-kode yang berlaku dalam setiap kelompok

masyarakat. Biasanya proses komunikasi hanya melibatkan satu komunikator

dan komunikan sebagai pendengar namun di era saat ini timbul bebrbagai

macam inovasi dalam melakukan proses komunikasi maupun menjadi pelaku

komunikasi seperti yang telah dijelaskan (Ilahi, 2010: 121-122).

Ditinjau dari sudut tahapannya, proses terbagi menjadi dua tahapannya,

yaitu proses komunikasi secara primer dan proseses komunikasi secara

sekunder. Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian

pemikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan

menggambarkan lambang sebagai medianya, seperti bahasa, isyarat, gambar,

warna dan lain sebagainya. Dari semua lambang tersebut mampu

menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada

komunikan.Sedangkan proses komunikasi secara sekunder adalah proses

penyampaian komunikasi oleh seseorang kepada orang lain menggunakan

alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai

media pertama (Ilahi, 2010:123).

Komunikasi interpersonal tersusun dari berbagai macam proses yang

saling terkait. Komunikasi interpersonal juga berpusat pada pesan yang

dikembangkan, yaitu memproduksi dan menginterpretasi pesan. Komunikasi

interpersonal dibentuk dalam hubungan komunikatif di antara komunikator

dan komunikan yang selanjutnya terbentuk struktur-struktur maksud

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Interpersonaleprints.umm.ac.id/53202/3/BAB II.pdf · 2.1.2 Konteks – konteks Komunikasi Interpersonal . Dalam komunikasi terdapat beberapa

18

interpretif dan maksud ekspresif yang saling berbalas-balasan satu sama

lainnya. Maksud ekspresif (expressive intention) adalah tujuan dari satu pihak

(sumber) untuk menyampaikan ide, pikiran, perasaan, keadaan dan lainnya

kepada pihak kedua (penerima), sedangkan maksud interpretif adalah tujuan

dari penerima untuk memahami segala bentuk ide, pikiran, perasaan dan

keadaan yang disampaikan oleh pihak sumber (Berger,et.al, 2014:213-217).

Komunikasi interpersonal memiliki unsur – unsur atau kompenen dan

model komunikasi yang merupakan bagian terpenting dalam proses

komunikasi. Keduanya menjadi bagian yang berfungsi sebagai penyambung

konsep dan teori dalam penelitian ini. Unsur atau komponen dalam proses

komunikasi adalah komunikator – komunikan, komunikator – media –

komunikan, komunikator – media – komunikan – umpan balik dan

sebagainya (Nurudin, 2017: 42-43).

(Wood, 2013: -21) Model komunikasi secara umum yaitu model linear,

model interaksional dan model transaksional. Ketiga model ini menjelaskan

proses – proses komunikasi dan penelitian ini lebih tepat model komunikasi

yang bagaimana. Selain menjelaskan proses komunikasi, model komunikasi

juga menjelaskan contoh – contoh proses komunikasi itu seperti apa. Model

komunikasi linear adalah proses komunikasi yang searah, yaitu komunikasi

yang hanya berasal dari komunikator seperti ketika seorang ayah memberikan

nasihat kepada anaknya dan ankanya tersebut hanya mengangguk dan

menerima nasihat dari ayahnya. Model komunikasi interaksinal adalah

komunikasi yang terjadi antara komunikator dan komunikan yang saling

memberikan umpan balik (Feedback) seperti contohnya seorang guru yang

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Interpersonaleprints.umm.ac.id/53202/3/BAB II.pdf · 2.1.2 Konteks – konteks Komunikasi Interpersonal . Dalam komunikasi terdapat beberapa

19

menjelaskan materi kepada muridnya kemudian muridnya bertanya kepada

gurunya, bertanya tentang materi tersebut baik berupa kritikan, saran atau

bahkan pertanyaan.

Model yang ketiga adalah model transaksional, model ini ada pola

komunikasi yang dinamis yang melihat komunikator dan komunikannya

berada dalam posisi yang setara, contohnya kita berkenalan dengan seseorang

di dunia maya yang dalam waktu lama melakukan interaksi yang sering

sehingga akan membuat hubungan kita menjadi lebih akrab. Dari semua

unsur – unsur dan model komunikasi di atas, berikut ini akan dijabarkan

mengenai unsur – unsur dan model komunikasi yang lebih mendalam.

2.3.1 Unsur – unsur Komunikasi Interpersonal

Untuk lebih jauhnya, proses komunikasi interpersonal memiliki unsur-

unsur atau komponen - komponen yang di mana pesan merupakan salah satu

diantaranya. Komunikasi dapat berlangsung dengan didukung oleh beberapa

unsur atau komponen seperti sumber atau komunikator, pesan, saluran,

komunikan dan efek. Banyak pandangan yang menyebutkan hanya

membutuhkan tiga unsur atau elemen yang mendukung terjadinya

komunikasi seperti Aristoteles menyebutkan ada tiga unsur yaitu siapa yang

berbicara, apa yang dibicarakan dan siapa yang mendengarkan.

a. Komunikator

Komunikator adalah sumber komunikasi yang akan menyampaikan

atau mengirim informasi. Dalam komunikasi antarmanusia sumber atau

komunikator bisa terdiri dari satu orang atau lebih yang membentuk

kelompok seperti dalam sebuah organisasi atau lembaga. Sumber disebut

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Interpersonaleprints.umm.ac.id/53202/3/BAB II.pdf · 2.1.2 Konteks – konteks Komunikasi Interpersonal . Dalam komunikasi terdapat beberapa

20

dengan pengirim dan komunikator biasanya disebut source, sender, atau

encoder.

b. Pesan

Pesan adalah sesuatu atau isi yang disampaikan oleh komunikator

kepada komunikannya yang berupa ilmu pengetahuan, informasi, nasihat,

hiburan, propaga3da dan sebagainya. Pesan disampaikan dengan secara tatap

muka atau memlalui media komunikasi.

c. Saluran

Saluran atau media adalah alat yang digunakan untuk meindahkan

pesan atau informasi dari sumber kepada penerima. Dalam komunikasi

antarpribadi pancaindra dianggap sebagai alat atau media komunikasi selain

pancaindra, telpon, surat, radio, televisi dan sebagainya merupakan saluran

atau media komunikasi.

d. Komunikan

Komunikan atau disebut juga penerima pesan atau sasaran dari

sumber atau komunikator. Sama halnya dengan komunikator, penerima juga

bisa terdiri dari satu orang lebih. Dalam proses komunikasi keberadaan

penerima adalah akibat karena adanya sumber, tidak ada penerima jika tidak

ada sumber.

Komunikan atau penerima adalah elemen penting dalam proses

komunikasi, jika suatu pesan tidak diterima oleh komunikan akan

menimbulkan berbagai macam masalah yang akan menghambat proses

komunikasi, maka dari itu komunikator atau sumber sangat perlu untuk

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Interpersonaleprints.umm.ac.id/53202/3/BAB II.pdf · 2.1.2 Konteks – konteks Komunikasi Interpersonal . Dalam komunikasi terdapat beberapa

21

mengetahui karakter dari komunikannya seperti apa agar mencapai

keberhasilan komunikasi.

e. Efek

Efek atau pengaruh adalah reaksi yang terjadi kepada komunikan dan

komunikator setelah pesan disampaikan dan diterima. Reaksi komunikator

dan komunikan bisa saja sama atau berbeda, reaksi komunikator akan sangat

puas apabila komunikan mampu menerima dengan baik pesan yang

disampaikannya begitu pula sebaliknya komunikan akan sangat puas dengan

pesan yang diterimanya.

f. Noise (Gangguan)

Gangguan atau halangan adalah suatu hal yang dapat menghambat

atau memperlambat proses interaksi komunikasi, sehingga pesan atau

informasi yang diterima tidak jelas. Gangguan dalam proses komunikasi ada

yang bersifat internal maupun eksternal. Gangguan internal adalah gangguan

yang bersifat semantic yang berasal dari persepsi atau pengalaman partisipan

yang berbeda-beda. Sedangkan gangguan eksternal adalah gangguang yang

datang dari luar. Seperti suara atau bunyi yang “menutup” atau menghalangi

pesan atau informasi yang sedang disampaikan, sehingga pesan atau

informasi tersebut tidak terdengar atau terlihat.

g. Encoding

Encoding adalah proses mengubah ide-ide atau perasaan menjadi

sebuah simbol atau kode untuk disalurkan kepada orang lain (komunikan).

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Interpersonaleprints.umm.ac.id/53202/3/BAB II.pdf · 2.1.2 Konteks – konteks Komunikasi Interpersonal . Dalam komunikasi terdapat beberapa

22

h. Decoding

Proses mengubah simbol atau kode yang diterima menjadi makna

melalui penafsiran.

i. Field of exprience

Komunikan mempunyai pengalaman, pengetahuan, ide, nilai,

perasaan, ideologi, dan lainnya yang selalu terlibat atau berkaitan dengan

pesan-pesan yang disampaikan komunikator, sehingga terdapat pengaruh bagi

komunikan tersebut.

j. Fram of Reference

Seseorang yang dijadikan contoh atau rujukan yang dianggap

penting atau berjasa seperti misalnya tokoh agama, tokoh masyarakat dan

orang yang memiliki pengaruh besar yang dihormati, yang bisa menjadi dasar

persepsi makna pada komunikan untuk menerima pesan (Hamidi, 2010:3-6).

(Mulyana, 2012: 143), Dalam proses komunikasi interpersonal akan

dijumpai model. Model komunikasi mengidentifikasi proses dan unsur-unsur

komunikasi secara ideal yang dibutuhkan dalam komunikasi dan terus

berhubungan. Berikut ini ada tiga model dalam komunikasi interpersonal

yaitu:

a. Model Linear

Model linear atau model komunikasi satu arah. Kekurangan dari

model ini adalah komunikasi satu arah dari pengirim ke penerima pasif.

Pendengar hanya menerima dan menyerapnya secara pasif pesan dari

pembicara. Pendengar biasanya hanya menggangguk, tersenyum,

mengerutkan dahi, terlihat bosan atau tertarik dengan pesan tersebut.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Interpersonaleprints.umm.ac.id/53202/3/BAB II.pdf · 2.1.2 Konteks – konteks Komunikasi Interpersonal . Dalam komunikasi terdapat beberapa

23

Model ini hanya menampilkan pengirim yang lebih aktif dari pada

penerima sehingga Shannon dan Weaver dalam (Mulyana, 2012: 149-

150) menyoroti adanya gangguan dalam penyampain pesan.

2.1 Bagan Model Shannon dan Weaver

Pengirim menyampaikan pesan untuk dikomunikasikan, pemancar

(Transmitter) mengubah mengubah pesan menjadi sinyal yang sesuai

dengan saluran yang digunakan. Saluran adalah alat yang digunakan

untuk mengirim sinyal. Dalam percakapan pengirim atau sumber adalah

otak, Pemancar adalah mekanisme yang menghasilkan sinyal melalui

udara, penerima (receiver) yaitu penerima melakukan operasi sebaliknya

yang dilakukan pemancar dengan mengontruksikan pesan dari sinyal.

Sasaran adalah yang menjadi tujuan dari pesan. Gangguan sendiri adalah

rangsangan tambahan yang tidak dikehendakiyang dapat mengganggu

keefektifan pesan.

b. Model interaksional

Model interaksional ini merujuk kepada komunikasi sebagai proses

di mana pendengar atau peserta memberikan umpan balik yang terjadi

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Interpersonaleprints.umm.ac.id/53202/3/BAB II.pdf · 2.1.2 Konteks – konteks Komunikasi Interpersonal . Dalam komunikasi terdapat beberapa

24

atau berlangsung secara dua arah. Model interaksional ini pengembangan

dari model linear. Dalam model ini pendengar atau peserta berhak

mengirim dan menerima pesan (Wood, 2013: 20). Model interaksional ini

adalah individu atau orang-orang yang mengembangkan potensi

berfikirnya dan manusiawinya melalui interaksi sosialnya, yaitu dengan

pengambilan peran orang lain (role-taking). Diri (self) berkembang

melalui interaksi dengan orang lain.

.

1.2 Bagan Model Interaksional

c. Model transaksional

Model ini menerapkan pola komunikasi yang dinamis. Salah satu

ciri dari model ini adalah penjelasan tentang pesan, pengetahuan,

pengalaman dan gangguan dalam sewaktu-waktu. Model transaksional ini

menganggap gangguan muncul di seluruh proses komunikasi

interpersonal, model ini juga menjelaskan bahwa komunikasi terjadi

dalam system yang memperngaruhi apa dan bagaimana seseorang dapat

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Interpersonaleprints.umm.ac.id/53202/3/BAB II.pdf · 2.1.2 Konteks – konteks Komunikasi Interpersonal . Dalam komunikasi terdapat beberapa

25

berkomunikasi serta apa makna yang terdapat atau tercipta dari proses

tersebut. Sistem ini termasuk dalam lingkaran atau lingkungan bersama

(shared system) antara komunikator dengan lingkungannya.

Model komunikasi transaksional ini melihat kedua pihak dalam

posisi yang setara, yang memiliki peran sama yang artinya komunikator

dan komunikan bisa menajadi pihak yang mengirimkan pesan, menerima

pesan atau keduanya dalam waktu yang bersamaan.

2.3 Bagan Model Transaksional

Dari tiga model komunikasi di atas, konsep penelitian peneliti

lebih tepat kepada model komunikasi interaksional. Pada penelitian

kedibilitas komunikator dalam proses rehabilitasi pengguna narkoba ini,

proses komunikasi lebih dominan ke komunikator dan komunikan

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Interpersonaleprints.umm.ac.id/53202/3/BAB II.pdf · 2.1.2 Konteks – konteks Komunikasi Interpersonal . Dalam komunikasi terdapat beberapa

26

memberikan feedback dari pesan-pesan yang telah disampaikan oleh

komunikator.

2.4 Komunikasi dalam Proses Konseling

2.4.1 Pengertian Konseling

Konseling adalah proses atau usaha memberikan bantuan atau penyuluhan

kepada seseorang atau klien yang memiliki masalah dengan interaksi yang bersifat

privasi antara konselor dengan seseorang atau klien dalam rangka membantu

memperbaiki atau menyelesaikan masalah dari klien.

Komunikasi dalam proses konseling adalah komunikasi penyampaian

pesan, ide dan informasi yang dilakukan oleh seorang ahli di dalam bidangnya

seperti seorang yang ahli dalam memberikan konsultasi kepada kliennya seperti

konselor. Konselor atau pembimbing adalah seorang yang ahli dalam memberikan

penyuluhan atau memantau kliennya yang dalam keadaan atau mempunyai

masalah. Dalam melakukan komunikasi konsuling, konselor berhadapan atau

bertatap muka secara langsung dengan klien dalam hal ini konselor memberikan

penyuluhan kepada pecandu atau KPN yang sedang rehabilitasi dengan

memberikan penyuluhan – penyuluhan mengenai obat – obatan terlarang atau

anrkoba.

Dalam proses komunikasi konsuling klien mengharapkan adanya respon

dari konselor dalam memberikannya suatu solusi dari masalah yang dihadapinya

begitupun dengan konselor juga mengharapkan umpan balik dari klien yaitu dari

masalah yang diceritakan atau diungkapkan setelah menerima solusi yang

selanjutnya memberikan perubahan yang lebih baik bagi klien untuk kedepannya.

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Interpersonaleprints.umm.ac.id/53202/3/BAB II.pdf · 2.1.2 Konteks – konteks Komunikasi Interpersonal . Dalam komunikasi terdapat beberapa

27

2.5 Kredibilitas Komunikator

2.5.1 Pengertian Kredibilitas

Kredibiltas adalah seperangkat persepsi komunikan tentang sifat-sifat

komunikator. Dalam definisi tersebut terkandung dua hal, yaitu: (1)

kredibilitas adalah persepsi komunikan, (2) kredibilitas berkenaan dengan

sifat-sifat komunikator yang selanjutnya disebut sebagai komponen-

komponen kredibilitas. (Rakhmat, 2000:257).

(Cangara, 2006:87) menyebutkan kredibilitas merupakan seperangkat

persepsi tentang kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh komunikator yang

selanjutnya dapat diterima dan diikuti oleh khalayak. Kredibilitas yang paling

pokok (utama) dilihat seseorang yaitu dari dua segi yaitu kepercayaan:

kejujuran dan keahlian (kemampuannya) dalam bidang tertentu, seperti guru

dalam keahliannya mengajar, dokter dalam mengobati pasiennya dan

sebagainya.

Kredibilitas komunikator dalam penelitian ini dinilai dari sisi

komunikan kepada komunikator, seberapa tinggi tingkat kredibilitas yang

dimiliki oleh komunikator melalui materi – materi penyuluhan rehabilitasi

yang disampaikan oleh komunikator yang bisa dinilai oleh komunikator dari

dua aspek unsur yang paling umum yaitu kejujuran dan keahlian

komunikator. Kejujuran yaitu seberapa jujur, lengkap dan tanpa ada rakayasa

dari komunikator dalam menyampaikan materi begitupun dengan keahlian,

komunikator benar – benar ahli atau kompeten dalam bidangnya. Menguasai

dan berwawasan luas dalam menyampaikan materi. Seberapa tinggi tingkat

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Interpersonaleprints.umm.ac.id/53202/3/BAB II.pdf · 2.1.2 Konteks – konteks Komunikasi Interpersonal . Dalam komunikasi terdapat beberapa

28

kejujuran yang di miliki komunikator dalam menyampaikan materi dan

seberapa tinggi tingkat kealiannya dalam menyampaikan materi.

Pentingnya kredibilitas bagi seorang komunikator adalah sebagai citra

baik kepada khalayaknya. Seorang komunikator yang memiliki kredibilitas

yang tinggi dan jejak rekam yang baik di mata khalayaknya dengan keahlian

– keahlian yang dimilikinya, akan lebih mudah dalam mempersuasi pesan –

pesan yang ingin disampaikan atau berikan kepada khalayaknya. Dengan

kredibilitas seorang komunikator juga akan lebih percaya diri dalam

melakukan komunikasi dengan khalayaknya dan membuat proses komunikasi

semakin mudah.

2.5.2 Teori Kredibilitas

Hovlan dan Weiss dalam (Rakmat, 2000:256) menyebut kredibilitas

komunikator harus memiliki dua unsur yaitu Expertise (keahlian) dan

trustworthiness (dapat dipercaya). Seorang komunikator dapat dipercaya

apabila komunikator tersebut memiliki keahlian dibidangnya. Contoh

sederhana dari kredibilitas komunikator dari aspek kepercayaan dan keahlian

yaitu dalam lingkungan terdekat kita yaitu seorang guru yang mengajar

memberikan materi di kelas, murid – murid pasti sangat percaya dengan

kemampuan gurunya dalam memberikan materi. Mereka para murid akan

yakin dengan apa yang disampaikan oleh gurunya benar adanya. Unsur –

unsur dan model komunikasi lainnya akan di bahas selanjutnya. Komunikan

atau khalayak juga dapat menilai kredibilitas komuniaktor dari pakaian yang

dipakai, kedekatan khalayak dengan komunikator dan pengalaman.

Menurut bentuknya kredibilitas dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu:

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Interpersonaleprints.umm.ac.id/53202/3/BAB II.pdf · 2.1.2 Konteks – konteks Komunikasi Interpersonal . Dalam komunikasi terdapat beberapa

29

a. Initial Credibility

Yakni kredibilitas yang diperoleh komunikator sebelum proses

komunikasi berlangsung. Misalnya seorang komunikator yang

sudah terkenal atau memiliki nama seperti mentri, publik figur

atau sebagainya akan mudah mendapatkan khalayak dan

bahkan dimuat di surat kabar.

b. Derived Credibility

Kredibilitas yang diperoleh komunikator pada saat komunikasi

berlangsung, misalnya pembicara yang sedang memberikan

pidatonya mendapatkan respon berupa tepuk tangan dari

khalayaknya karena pidatonya sangat menarik dan masuk

diakalnya atau bahkan memberikan semangat baru dalam

hidupnya.

c. Terminal Credibility

Kredibilitas yang diperoleh seorang komunikator setelah

khlayak atau pendengar mengikuti pidato atau ulasannya.

Seorang komunikator yang ingin memperoleh kredibilitas dari

khalayak atau pendengarnya harus memiliki pengalaman yang

luas, pengetahuan yang dalam dan status sosial yang dihargai.

Gobbel, Mentri propaganda Jerman (dalam Cangara, 2006:87) juga

mengatakan seorang komunikator yang efektif adalah harus memiliki

kredibilitas yang sangat tinggi. Menurut Aristoteles, kredibilitas diperoleh

jika komunikator tersebut memiliki sifat ethos, pathos dan logos, yaitu:

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Interpersonaleprints.umm.ac.id/53202/3/BAB II.pdf · 2.1.2 Konteks – konteks Komunikasi Interpersonal . Dalam komunikasi terdapat beberapa

30

a. Ethos (Source Credibility) menunjukkan bahwa seorang komunikator

tersebut ahli di dalam bidangnya, menguasai segala isi pesan yang

akan disampaikan, sehingga ia benar-benar menjadi sumber

kepercayaan.

b. Pathos (emotional appeals) menunjukkan imbauan emosional yang

berarti bahwa seorang komunikator harus membangun semangat dan

menggerakkan emosi-emosi komunikator sehingga komunikator

termotivasi.

c. Logos (logical appeals) seorang komunikator menjelaskan pidatonya

sesuai dengan fakta dan hasil pemikiran yang mantap. (Efendy,

Onong, 1990: 59).

Faktor-faktor pendukung etos komunikator antara lain yaitu:

a. Kesiapan (preparedness)

Seorang komunikator yang akan muncul di depan khalayak akan

menunjukkan kesiapannya yang benar-benar matang, begitupula dalam

hal ini, komunikator dalam rehabilitasi Korban Pengguna Narkoba

baik itu dokter, psikiater, pembimbing, pihak BNN dan sebagainya

harus menunjukkan kesiapan yang matang agar KPN percaya dan

terdorong untuk sering mengikuti rehabilitasi.

b. Kesungguhan (Seriousness)

Komunikan akan percaya dengan sungguh-sungguh apabila seorang

komunikator menunjukkan kesugguhannya dalam memberikan pesan

atau materi.

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Interpersonaleprints.umm.ac.id/53202/3/BAB II.pdf · 2.1.2 Konteks – konteks Komunikasi Interpersonal . Dalam komunikasi terdapat beberapa

31

c. Ketulusan (sincerity)

Seorang komunikator dalam menyampaikan pesan kepada komunikan

harus dengan hati yang tulus dan niat yang baik

d. Kepercayaan (confidence)

Seorang komunikator harus menunjukkan kepastian baik dalam segi

materi pesan maupun segala mimik wajah yang pasti

e. Ketenangan (poise)

Komunikan senantiasa akan percaya kepada komunikator yang mampu

menyampaikan pesan dengan penampilan yang tenang dan kata-kata

yang tepat.

f. Keramahan (Frienship)

Komunikator yang memiliki sifat ramah akan menimbulkan simpati

yang lebih terhadap komunikan, seperti sering tersenyum, mau

berjabat tangan dengan audiens dan sebagainya.

g. Kesederhanaan (moderation)

Tak hanya keramahan, kesederhaan juga harus dimiliki komunikator

agar mampu dianggap kredibiltas oleh komunikan dengan dari segi

penampilan, prilaku, gesture tubuh semuanya menunjukkan

kesederhanaan. Onong Uchjana (2015: 17-19).

Selain faktor-faktor pendukung ethos, penentuan komunikan dalam

menilai komunikatornya layak, mempunyai integritas dan dapat dipercaya

didukung dengan beberapa komponen, yaitu:

a. Kompeten (kemampuan/kewenangan)

b. Integritas (kejujuran)

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Interpersonaleprints.umm.ac.id/53202/3/BAB II.pdf · 2.1.2 Konteks – konteks Komunikasi Interpersonal . Dalam komunikasi terdapat beberapa

32

c. Good will (tenggang rasa) (Effendy, Uchjana, 2003:353)

Kredibilitas komunikator juga dilihat dari bagaimana dan seberapa

besar komunikan mampu membuka dirinya di depan komunikator.

Membuka diri dalam penelitian ini adalah KPN mampu atau mau

mengungkapkan dan menceritakan segala masalah baik tentang penyebab

mereka mengkonsumsi obat – obatan terlrang maupun masalah

pribadinya. Joseph Luft dan Harry Ingham dalam bukunya Komunikasi

Interpersonal dari Wood mengklasifikasikan informasi yang

memperngaruhi perkembangan konsep diri dalam model yang diberi

nama Johari Window yang terdapat empat area informasi sebagai berikut

Diketahui Tidak Diketahui

Diri Sendiri Diri Sendiri

Diketahui

Orang Lain

Tidak Diketahui

Orang Lain

Gambar 2.4 Jauhari Window

Teori Johari Window ini membantu sesorang dalam memahami

hubungan, perasaan, kesadaran maupun tingkah laku antara dirinya

Area

Terbuka

Area

Buta

Area

Tersembunyi

Area

Gelap

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Interpersonaleprints.umm.ac.id/53202/3/BAB II.pdf · 2.1.2 Konteks – konteks Komunikasi Interpersonal . Dalam komunikasi terdapat beberapa

33

sendiri dengan orang lain juga. Teori ini juga disebut sebagai teori tentang

kesadaran diri mengenai pikiran dan prilaku seseorang yang ada di dalam

dirinya maupun pikiran atau prilaku orang lain.

1. Area Terbuka

Area terbuka ini merupakan area atau wilayah di mana

seseorang mampu saling memahami atau terbuka dengan

dirinya maupun dengan orang lain. Terbuka mengenai

perasaan, sifat, prilaku, kesadaran. Dalam area ini seseorang

lebih mudah dalam terbuka dan memahami atau menerima

bahkan berkomunikasi dengan orang lain, seperti contohnya

seseorang yang baru pertama kali bertemu atau berkenalan

akan mudah memberikan reaksi seperti tersenyum,

melambaikan tangan atau bahkan berjabat tangan. Dalam area

ini juga dapat terciptanya komunikasi yang lebih efektif baik

individu maupun kelompok karena lebih mudah memahami

satu sama lain.

2. Area Buta

Area Buta atau Blind area merupakan wilayah di mana

seseorang tidak dapat mengerti atau memahami sifat, perasan

dan prilaku dirinya sendiri tapi mampu memehami dan

mengerti orang lain. Area ini sering menimbulkan

kesalahpaham dalam interaksi komunikasi, area ini juga tidak

dapat mencipatkan komunikasi yang efektif seperti contohnya

seperti yang sudah dijelaskan seseorang yang tidak dapat

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Interpersonaleprints.umm.ac.id/53202/3/BAB II.pdf · 2.1.2 Konteks – konteks Komunikasi Interpersonal . Dalam komunikasi terdapat beberapa

34

memahami sifat dirinya sendiri cenderung tidak bisa menilai

dirinya sendiri tetapi orang lain bisa memahaminya.

3. Area Tersembunyi

Hidden Area ini adalah wilayah atau kemampuan yang dimiliki

seseorang tetapi disembunyikan atau dirahasiakan dari

seseorang seperti perasaan, sifat dan prilaku. Seseorang

tersebut mempunya alasan tersendiri mengapa ia

menyembunyikan atau tidak mempublikasikannya kepada

orang lain. Seperti contohnya seseorang yang sudah saling

mengenal lama atau menjalin persahabatan yang lama belum

tentu dapat menceritakan atau terbuka dalam semua hal tentang

cerita kehidupannya masing – masing seperti masalah privasi

berupa masalah keluarga dan sebagainya.

4. Area Gelap

Area gelap merupakan area atau wilayah yang seseorang tidak

dapat mengerti dan memahami perasaan, sifat dan prilaku

dirinya sendiri bahkan orang lain tidak bisa memahaminya.

Area ini tidak dapat menciptakan komunikasi yang efektif

karena kedua belah pihak merasa sama – sama saling tidak ada

kecocokan dan pemahaman. Area gelap ini juga disebut konsep

diri yang tertutup atau introvert. Contohnya adalah seseorang

tidak mau menerima atau mendengar saran dan kritik dari

orang lain tentang dirinya.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Interpersonaleprints.umm.ac.id/53202/3/BAB II.pdf · 2.1.2 Konteks – konteks Komunikasi Interpersonal . Dalam komunikasi terdapat beberapa

35

Untuk mendapatkan atau menggali informasi, prilaku ataupun persaan diri

kita maupun orang lain, kita harus mencoba hal – hal yang baru dalam

berkomunikasi, lebih mendekatkan diri, lebih membuka diri satu sama lain.

Dengan melakukan hal – hal yang baru bersama orang lain seperti teman kita

dapat mengetahui persepsi seseorang terhadap diri kita dan begitupun kita dapat

mengetahui wawasan tentang diri kita (Wood, 2010: 60-61).

2.5.3 Unsur-unsur Kredibilitas Komunikator

Menurut Jalaluddin Rakhmat (1992:129) kredibilitas komunikator

mencakup tiga unsur, yaitu:

1. Percaya (trust)

Dalam komunikasi interpersonal unsur faktor sangat penting.

Faktor percaya sangat menetukan elektabilitas dan efektifitas komunikasi

seorang komunikator di mata audiens atau komunikan. Menurut Griffin

(dalam Jalaluddin Rakhmat, 1992:130) percaya didefinisikan sebagai

mengandalkan prilaku seseorang untuk mencapai tujuan yang

dikehendaki, yang pencapaiannya tidak pasti dan dalam situasi yang penuh

dengan resiko. Griffin juga menyebutkan ada tiga unsur dalam definisi ini

yaitu; (1) situasi yang menimbulkan resiko, bila seorang percaya kepada

seseorang, ia akan menghadapi segala resiko. Resiko itu dapat berupa

keuntungan atau kerugian; (2) orang yang menaruh kepercayaan kepada

orang lain menyadari segala akibatnya bergantung pada prilaku orang lain;

(3) orang yang yakin bahwa prilaku orang lain akan berakibat baik

baginya.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Interpersonaleprints.umm.ac.id/53202/3/BAB II.pdf · 2.1.2 Konteks – konteks Komunikasi Interpersonal . Dalam komunikasi terdapat beberapa

36

Dengan adanya sikap percaya yang dimiliki masing-masing

komunikator dan komunikator dapat meningkatkan saluran komunikasi,

memperjelas dan mempermudah pengiriman dan peneriman segala

informasi yang disampaikan, komunikor lebih mudah mengerti,

meningkatkan feedback yang baik antara komunikator dan komunikan.

Sehingga apabila hilangnya kepecayaan terhadap orang lain akan

menghambat proses komunikasi.

Menurut Deutsh dalam (Rakhmat, 1992:130) menyatakan faktor

personal dan situasional mempengaruhi sejauh mana kita percaya kepada

orang lain, harga diri dan otoritarisme juga mempengaruhi percaya, orang

yang harga dirinya positif cenderung akan mudah mempercayai orang lain,

sebaliknya orang yang mempunyai kepribadian otoriter cenderung sulit

mempercayai orang lain.

2. Sikap Suportif

Sikap suportif adalah sikap yang mengurangi sikap defensive

dalam komunikasi. Sikap defensif adalah sikap yang bertahan dengan

pendapatnya sendiri, tidak mau mendengarkan pendapat orang lain.

Komunikasi defensive terjadi karena faktor-faktor personal seperti

ketakutan, kecemasan, harga diri yang rendah, pengalaman defensive dan

sebagainya atau faktor situasional. Dengan sikap defensive dapat

menyebabkan kegagalan dalam komunikasi interpersonal.

Jack R. Gibb dalam Jalaluddin Rakhman (1992:134) menyebutkan

perbedaan antara prilaku defensive dan suportif seperti tabel di bawah ini:

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Interpersonaleprints.umm.ac.id/53202/3/BAB II.pdf · 2.1.2 Konteks – konteks Komunikasi Interpersonal . Dalam komunikasi terdapat beberapa

37

Iklim Defensif Iklim Suportif

1. Evaluasi

Artinya penilaian terhadap orang

lain; memuji atau mengecam

1. Deskripsi

Rtinya penyampaian perasaan dan

persepsi tanpa adanya penilaian.

2. Kontrol

Artinya berusaha untuk

mengendalikan prilakunya,

berusaha untuk mengubah orang

lain, mengendalikan prilaku,

mengubah sikap, pendapat dan

tindakannya.

2. Orientasi Masalah

Artinya sebaliknya dengan control

yaitu berusaha mengkomunikasikan

keinginannya untuk bekerjasama

mencari jalan keluar dalam

masalanya.

3. Strategi

Strategi adalah memanipulasi

untuk mempengaruhi lawan

dengan menggunak berbagai

macam cara atau trik.

3. Spontanitas

Spontanitas artinya bersikap jujur

apa adanya dan tidak menyelimuti

motif terpendam.

4. Netralitas

Sikap netralitas berarti tidak

membanding-banding orang lain,

tidak, menunjukkan sikap tak acuh

dan tidak menghiraukan perasaan

orang lain.

4. Empati

Lawan dari netralitas yaitu empati.

Sikap empati yaitu mudah perhatian

dan tersentuh hatinya melihat

sesuatu atau seseorang yang menurut

ia patut di kasihi. Tanpa empati

orang seakan-akan “mesin” yang

hampa perasaan dan tanpa perhatian.

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Interpersonaleprints.umm.ac.id/53202/3/BAB II.pdf · 2.1.2 Konteks – konteks Komunikasi Interpersonal . Dalam komunikasi terdapat beberapa

38

5. Superioritas

Artinya sikap yang menunjukkan

anda lebih tinggi dan lebih baik

daripada orang lain karena status,

kekuasaan, kemapuan intelektual,

kecantikan, kekayaan atau biasa

disebut takabur.

5. Parsamaan

Persamaan artinya memperlakukan

orang lain secara horizontal dan

dekmokratis. Sikap persamaan tidak

mempermasalahkan status,

persamaan, keyakinan dan tidak

menggurui.

6. Kepastian

Orang yang memiliki sifat

kepastian adalah orang yang ingin

menang sendiri, dogmatis dan

menganggap mendapatnya adalah

mutlak tidak dapat diganggu gugat.

6. Provisionalisme

Provisionalisme adalah sebaliknya

dari kepastian yaitu meninjau

kembali mendapat kita, mengakui

pendapat manusia ada yang salah

atau benar.

Tabel 2.5 Prilaku Defensif dan Suportif dari Jack Gibb

3. Sikap Terbuka

Sikap terbuka (open mindedsess) sangat besar pengaruhnya

menumbukan komunikasi interpersonal secara efektif. Lawan dari sikap

terbuka adalah dogmatisme, untuk memahami sikap terbuka kita harus

memahami dulu dogmatisme. Milton Roeach dalam (Jalaluddin Rakhmat,

1992:136) mendefiniskan dogmatisme sebagai (a) a relatively closed

cognitive organization of beliefs and disbeliefs bout reality, (b) organized

around a central set of beliefs about absolute authority which, in turn, (c)

provides a frame-work for patterns of intolerance toward others. Rokeach

kemudian memperjelas pemikirannya dalam buku The Open and Closed

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Interpersonaleprints.umm.ac.id/53202/3/BAB II.pdf · 2.1.2 Konteks – konteks Komunikasi Interpersonal . Dalam komunikasi terdapat beberapa

39

Mind (1960) menegaskan pengaruh dogmatisme terhadap proses

penerimaan dan pengolahan informasi. Dengan menggunakan Books dan

Emmert (1977) karakteristis orang yang bersikap terbuka sikap tertutup

dijelaskan dalam tabel berikut ini.

Sikap Terbuka Sikap Tertutup

1. Menilai pesan secara objektif,

dengan menggunakan data dan

logika

2. Menilai pesan berdasarkan motif-

motif tersendiri.

2. Membedakan dengan mudah,

melihat nuansa dan sebgainya.

2. Berpikir simplistic, artinya

berpikir hitam-putih (tanpa nuansa)

3. Berorientasi pada isi 3. Bersandar lebih banyak pada

sumber pesan daripada isi pesan

4. Mencari informasi dari berbagai

sumber

4. Mencari informasi tentang

kepercayaan orang lain dari sumber

kepercayaan orang lain.

5. Lebih bersifat provisional dan

bersedia mengubah

kepercayaannya.

5. Mempertahankan dan

memengang teguh system

kepercayaannya.

6. Mencari pengertian pesan yang

tidak sesuai dengan

kepercayaannya.

6. Mengabaikan, mendistorsi dan

menolak isi pesan yang tidak sesuai

dengan system kepercayaannya.

Tabel 2.6 Sifat Terbuka dan Sifat Tertutup

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Interpersonaleprints.umm.ac.id/53202/3/BAB II.pdf · 2.1.2 Konteks – konteks Komunikasi Interpersonal . Dalam komunikasi terdapat beberapa

40

2.6 Obat-obatan Terlarang

2.6.1 Pengertian Obat-obatan terlarang

Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, narkoba atau narkotika adalah obat

yang dapat menghilangkan rasa sakit, menenangkan syaraf, menimbulkan rasa

mengantuk, merangsang dan menimbulkan rasa ketergantungan yang sangat

tinggi.

Menurut Hukum Pidana Nasional, secara etimologis narkoba atau

narkotika berasal dari bahasa inggris atau narcosis yang berarti menidurkan dan

pembiusan. Narkotika berasal dari bahasa Yunani yaitu narke atau narkam yang

berarti terbius sehingga tidak merasakan apa-apa, Narkotika juga berasal dari

perkataan narcotic yang artinya dapat menghilangkan rasa nyeri dan menimbulkan

rasa atau efek stupor (bengong), bingung dan seperti tidak terkendali (Mardani,

2008:78).

Pada umumnya narkoba adalah adalah zat yang baik, dapat digunakan

sebagai obat dan memiliki banyak manfaat untuk menyembuhkan berbagai

macam penyakit. Narkoba mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi

kehidupan di masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang. Seperti contohnya

dalam operasi (pembedahan), seorang dokter harus menyuntikkan oabat bius

terlebih dahulu yang di mana obat bius tersebut tergolong narkotika. Namun

kebanyakan dari kita telah salah kaprah dalam menilai narkoba, kebanyakan dari

kita menganggap narkoba sebagai sesuatu yang sangat membahayakan dan

terlarang, padahal narkoba adalah zat yang sangat banyak manfaatnya jika

dimanfaatkan dengan tepat dan sesuai dosisnya (Partodiharjo, Subagyo, 2007:10).

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Interpersonaleprints.umm.ac.id/53202/3/BAB II.pdf · 2.1.2 Konteks – konteks Komunikasi Interpersonal . Dalam komunikasi terdapat beberapa

41

2.7 Korban Penyalahgunaan Narkoba

Penyalahgunaan narkoba merupakah masalah internasional yang

sudah lama terjadi yang berlangsung hingga saat ini. Pada masa kolonialisme

Belanda jumlah pengguna narkoba mencapai 3000 sampai 10.000. Hal ini

dikarenakan letak Indonesia berdekeatan dengan wilayah yang penghasil

narkoba yaitu daerah Segitiga Emas dan Indonesia merupakan Negara yang

luas berdekatan dengan benua Australia dan benua Eropa. Dengan begitu

Indonesia menjadi lalu lintas perdagangan gelap dan pemakai narkoba

(Mardani, 2008:95-96)

Korban Penyalahgunaan Narkoba (KPN) menurut pasal 1 angka 15

UU nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika adalah orang yang menggunakan

narkoba tanpa hak atau melawan hukum (www.kompasiana.com, diakses

pada tanggal 21 Agustus 2018).

2.8 Pengertian Rehabilitasi

Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) rehabilitasi merupakan

pemulihan kepada kedudukan (keadaan, nama baik) yang dahulu, perbaikan

anggota tubuh yang cacat dan sebagainya atas individu menjadi manusia yang

berguna dan memiliki tempat dalam masyarakat.

Rehabilitasi merupakan usaha pemulihan terhadap korban pengguna

narkotika untuk mengembalikan fungsi sosial dan kehidupannya secara

normal dan wajar. Program rehabilitasi terdiri dari serangkaian upaya yang

terkoordinasi dan terpadu, upaya-upaya medis, bimbingan mental,

psikososial, keagamaan dan pendidikan untuk meningkatkan kemampuan

penyesuain diri serta mencapai kemampuan fungsional sesuai dengan potensi

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Interpersonaleprints.umm.ac.id/53202/3/BAB II.pdf · 2.1.2 Konteks – konteks Komunikasi Interpersonal . Dalam komunikasi terdapat beberapa

42

ynag dimiliki korban. Pelaksanaan rehabilitasi telah berlandaskan beberapa

peraturan oleh Departemen Sosial, yaitu:

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 tahun 1997 Pasal 45,

Pasal 46 ayat (1), (2), (3), Pasal 47 ayat (1) dan (2), Pasal 48 ayat (1)

dan (2) dan Pasal 49 ayati (1), (2), (3) serta Pasal 50.

b. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2002

Tentang Badan Narkotika Nasional.

2.8.1 Metode Rehabilitasi Pemakai Narkotika

Rehabilitasi Korban Pengguna Narkoba (KPN) memerlukan waktu yang

panjang, fasilitas, obat yang memadai serta tenaga yang profesional, karena KPN

tersebut memiliki empat tingkat intensitas pengguna, yaitu:

a. coba pakai, coba pakai ini pemakai hanya memakai narkoba kurang

dari lima kali dalam setahun,

b. teratur pakai, tingkat ini memakai narkoba 5-50 kali dalam setahun,

c. kecanduan, pemakai mengkomsumsi narkoba lebih dari 50 kali

dalam setahun

d. jarum suntik, jarum suntik sama dosisnya dengan kecanduan. Satu

jarum suntik sama dengan 50 kali jarum suntik. Rehabilitasi ini

melibatkan berbagai macam profesi seperti: dokter, perawat,

psikologi, pebimbing keagamaan, psikiater dan pembina panti

rehabilitasi sosial. Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 Tentang

Narkotika mewajibkan KPN narkotika untuk mengikuti program

rehabilitasi.

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Interpersonaleprints.umm.ac.id/53202/3/BAB II.pdf · 2.1.2 Konteks – konteks Komunikasi Interpersonal . Dalam komunikasi terdapat beberapa

43

Proses rehabilitasi khususnya dalam pengguna narkoba, adanya ahli

dibidangnya masing – masing yang saling membutuhkan satu sama lain seperti

dokter, psikiater, konselor dan lainnya. Proses atau tahapan rehabilitasi pengguna

narkoba dibagi dalam tiga tahap yaitu:

1. Tahap rehabilitasi medis (detoksifikasi)

Adalah tahap di mana dokter memeriksa kesehatan fisik dan

mental dari pecandu atau pengguna narkoba untuk memutus gejala

kekambuhan dan sakau. Dokter akan menentukan apakah pengguna harus

diberikan obat atau tidak, tergantung dari tingkat penggunaan pecandu.

Dalam tahap ini memiliki beberapa variasi atau tindakan seperti:

a. Rawat inap dan rawat jalan

b. Cold Turkey, yaitu untuk menghentikan pecandu dari kecanduan

penggunaan obat terlarang dilakukan dengan lansung mengurung

pecandu di dalam ruangan tertentu atau ruangan kosong sampai tingkat

kecanduanya berhasil dihilangkan dan kemudian dilakukan konseling

agar tingkat kecanduan pecandu benar benar hilang

2. Tahap rehabilitasi nonmedis

Tahap rehabilitasi pada tahap ini dilakukan di tempat rehabilitasi

yang telah disediakan oleh BNN dan lembaga – lembaga yang lainnya

yang bekerjasama dengan BNN yang tersebar di seluruh Indonesia. Pada

tahap ini pecandu atau pengguna akan diberikan berbagai program

Therapeutic Communities (TC) yaitu metode untuk mengembalikan

pengguna ke dalam lingkungan masyarakat sekitarnya, dapat diterima dan

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Interpersonaleprints.umm.ac.id/53202/3/BAB II.pdf · 2.1.2 Konteks – konteks Komunikasi Interpersonal . Dalam komunikasi terdapat beberapa

44

pengguna dapat berbaur kembali dengan masyarakat sekitar dan juga 12

langkah pendekatan keagamaan.

3. Tahap Lanjutan

Merupakan layanan pascarehabilitasi yang bersifat regular (rawat

jalan), di mana pecandu atau pengguna yang telah selesai mengikuti semua

tahapan rehabilitasi dapat kembali ke lingkungannya dengan tetap berada

bawah pengawasan pihak BNN dan melanjutkan program TC dan kegiatan

– kegiatan yang lain seperti minat bakat yang dimiliki pengguna.

(Sumber: www.bnn.go.id)

BNN kabupaten Lumajang hanya ada program rehabilitasi rawat jalan

dengan konseling. Rehabilitasi dengan konseling selama delapan kali pertemuan

dalam seminggu sekali selama dua bulan. Rehabilitasi dengan metode konseling

dilakukan tahap pertama yaitu asesmen guna untuk mendalami status pasien

seperti riwayat penggunaan narkoba yang selanjutnya konseling dengan

pendekatan analisa sebab masalah, wawancara motivasi dan terapi prilaku

kognitif.

Konteks dalam proses rehabilitasi pengguna narkoba ini melibatkan

komunikasi yang bersifat persuasi, memberikan informasi dan mengubah pola

pikir korban dalam memandang narkoba. Koselor menggunakan komunikasi yang

tepat agar sasarannya juga tepat yaitu proses rehabilitasi berjalan lancar.

Lancarnya proses rehabilitasi akan membuat pecandu, pengguna atau KPN merasa

sangat terbantu atau komunikan bisa menilai bahwa komunikator tersebut

memiliki kredibilitas (percaya atau keahlian) paling mendasar dalam diri

komunikator atau bahkan dalam segi aspkek atau unsur yang lainnya.

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Interpersonaleprints.umm.ac.id/53202/3/BAB II.pdf · 2.1.2 Konteks – konteks Komunikasi Interpersonal . Dalam komunikasi terdapat beberapa

45

2.10 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan bahan pertimbangan peneliti dalam

melakukan penelitian. Penelitian terdahulu berfungsi sebagai referensi dan

pendukung peneliti dalam mengkaji lebih dalam penelitian, sehingga peneliti

dapat memperkaya atau memperluas teori – teori yang akan digunakan di dalam

penelitian. Berikut ini adalah penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian

yang dilakukan peneliti.

No Judul Peneliti Relevansi

1. Kredibilitas

komunikator dalam

komunikasi pemasaran

jasa asuransi jiwa (studi

pada nasabah AJB

Bumiputera 1912

cabang Kepanjen

Malang).

Ayu Seto Julaika (Skripsi

2010)

Fakultas Ilmu Sosial dan

Politik Universitas

Muhammadiyah Malang.

Hubungan dari

penelitian ini sama –

sama meneliti

kredibilitas

komunikator sebagai

keberhasilan

komunikasi menurut

pandangan komunikan

dalam proses

komunikasi dalam

perusahaan, isntansi,

lembaga dan organisasi.

2. Kredibilitas

komunikator dakwah

menurut mahasiswa non

muslim (studi pada

dosen Al islma

kemuhammadiyahan di

mata mahasiswa non

muslim Universitas

Muhammadiyah

Malang).

Nurhadi (Skripsi 2015)

Fakultas Ilmu Sosial dan

Politik Universitas

Muhammadiyah Malang.

Hubungan dari

penelitian ini sama –

sama meneliti

kredibilitas

komunikator sebagai

keberhasilan

komunikasi menurut

pandangan komunikan

dalam proses

komunikasi dalam

Page 39: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Komunikasi Interpersonaleprints.umm.ac.id/53202/3/BAB II.pdf · 2.1.2 Konteks – konteks Komunikasi Interpersonal . Dalam komunikasi terdapat beberapa

46

perusahaan, isntansi,

lembaga dan organisasi

Tabel 2.7 Penelitian Terdahulu