BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja 2.1.1 Pengertian Kinerja ...

23
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja 2.1.1 Pengertian Kinerja Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mankunegara, 2009). Kinerja (performance) adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral maupun etika (Prawirosentono, 1999). 2.1.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kinerja Menurut Mangkunegara (2009) yang mengutip pendapat Keith Davis (1964) faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation). 1. Faktor kemampuan (ability) Kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (Knowledge + skill). Artinya pegawai yang memiliki IQ di atas rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari. Maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. 11 Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja 2.1.1 Pengertian Kinerja ...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja 2.1.1 Pengertian Kinerja ...

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kinerja

2.1.1 Pengertian Kinerja

Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan

kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai

dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mankunegara, 2009). Kinerja

(performance) adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau

sekelompok orang dalam suatu organisasi, sesuai dengan wewenang dan tanggung

jawab masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisasi

bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral

maupun etika (Prawirosentono, 1999).

2.1.2 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kinerja

Menurut Mangkunegara (2009) yang mengutip pendapat Keith Davis

(1964) faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan

(ability) dan faktor motivasi (motivation).

1. Faktor kemampuan (ability)

Kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan

kemampuan reality (Knowledge + skill). Artinya pegawai yang memiliki IQ di

atas rata-rata (IQ 110-120) dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya

dan terampil dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari. Maka ia akan lebih mudah

mencapai kinerja yang diharapkan.

11

Universitas Sumatera Utara

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja 2.1.1 Pengertian Kinerja ...

12

2. Faktor motivasi (motivation)

Motivasi terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam

menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri

pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi (tujuan kerja).

Menurut Gibson dkk (1996) ada tiga kelompok variabel yang

mempengaruhi kinerja dan perilaku, yaitu :

1. Variabel individu

Variabel individu yang meliputi kemampuan dan keterampilan, fisik

maupun mental, latar belakang, pengalaman dan demografi, umur, dan jenis

kelamin, asal-usul.

2. Variabel organisasi

Variabel organisasi terdiri dari sumber daya, kepemimpinan,

penghargaan/imbalan, struktur organisasi, pembagian tugas yang jelas, beban

kerja, komitmen organisasi, struktur dan desain pekerjaan.

3. Variabel psikologis

Variabel psikologis meliputi persepsi, sikap, kepribadian, belajar,

kepuasan kerja, dan motivasi. Persepsi, sikap, kepribadian, dan belajar merupakan

hal yang komplek dan sulit diukur serta kesempatan tentang pengertiannya sukar

dicapai, karena seseorang individu masuk dan bergabung dalam suatu organisasi

kerja pada usia, etnis, budaya, latar belakang dan keterampilan yang berbeda-

beda.

Universitas Sumatera Utara

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja 2.1.1 Pengertian Kinerja ...

13

2.1.3 Indikator Kinerja

Menurut Mankunegara (2009), indikator kinerja ada 4 yaitu kualitas,

kuantitas, pelaksanaan tugas dan tanggung jawab :

1. Kualitas

Kualitas kerja adalah seberapa baik seseorang mengerjakan apa yang

seharusnya dikerjakan.

2. Kuantitas

Kuantitas kerja yaitu seberapa lama seseorang bekerja dalam satu hari.

3. Pelaksanaan tugas

Pelaksanaan tugas yaitu seberapa jauh seseorang mampu melakukan

pekerjaan yang akurat atau tidak ada kesalahan yang dilakukan.

4. Tanggung jawab

Tanggung jawab merupakan kesadaran akan kewajiban untuk

melaksanakan pekerjaan yang diberikan.

2.1.4 Penilaian kinerja

Penilaian kinerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan

manajemen/penyelia penilai untuk menilai kinerja tenaga kerja dengan cara

membandingkan kinerja atas kinerja dengan uraian/deskripsi pekerjaan dalam

suatu periode tertentu biasanya setiap akhir tahun (Siswanto, 2003).

Menurut Sulistiyani T dan Rosidah (2009), fokus dalam pengukuran

kinerja diantaranya :

1. Penilaian Berdasarkan Hasil ( Result-based performance)

Universitas Sumatera Utara

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja 2.1.1 Pengertian Kinerja ...

14

Penilaian ini dimulai dengan merumuskan kinerja pegawai yang didasarkan pada

pencapaian tujuan organisasi, atau dapat dikatakan dengan mengukur hasil-hasil

akhir (end result)

2. Penilaian Berdasarkan Perilaku (behavior based performance appraisal)

Penilaian kinerja akan difokuskan pada sarana (means) dan sasaran (goals) dan

bukan hasil akhir. Dengan demikian perilaku pegawai yang sesuai dengan

sarana yang tersedia dan sasaran yang ingin dicapai.

3. Penilaian Dengan Berdasarkan Kualitas Pekerjaan (judgment based

performance appraisal)

Penilaian dengan kualitas pekerjaan merupakan bagian substansi yang tidak

dapat diabaikan. Konsentrasi dari penilaian yang dilakukan tentunya akan

mengidentifikasikan bagaimana pencapaian kualitas pekerjaan yang dilakukan.

2.1.5 Tujuan Penilaian Kinerja

Menurut Siswanto (2003) Penilaian kinerja dilakukan dengan tujuan

sebagai berikut :

1. Sumber data untuk perencanaan ketenagakerjaan dan kegiatan pengembangan

jangka panjang.

2. Nasihat yang perlu disampaikan kepada para tenaga kerja.

3. Alat untuk memberikan umpan balik (feed back) yang mendorong ke arah

kemajuan dan kemungkinan memperbaiki/meningkatkan kualitas kerja para

tenaga kerja.

4. Salah satu cara untuk menetapkan kinerja yang diharapkan dari seorang

pemegang tugas dan pekerjaan.

Universitas Sumatera Utara

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja 2.1.1 Pengertian Kinerja ...

15

5. Landasan/bahan informasi dalam pengambilan keputusan pada bidang

ketenagakerjaan, promosi, mutasi, maupun kegiatan ketenagakerjaan lainnya.

2.2 Beban kerja

2.2.1 Pengertian Beban Kerja

Beban kerja (workload) merupakan stressor hubungan peran atau tugas

lain yang terjadi karena para pegawai merasa beban kerjanya terlalu banyak. Hal

ini dapat disebabkan karena perusahaan mengurangi tenaga kerja dan melakukan

retruksisasi pekerjaan, meninggalkan sisa pegawai dengan lebih banyak tugas dan

sedikit waktu serta sumberdaya untuk menyelesaikannya (Sopiah,2008).

Beban kerja adalah banyaknya jenis pekerjaan yang harus diselesaikan

oleh tenaga kesehatan profesional dalam satu tahun dalam satu sarana pelayanan

kesehatan. Standar beban kerja adalah banyaknya jenis pekerjaan yang dapat

dilaksanakan oleh seseorang tenaga kesehatan profesional dalam satu tahun kerja

sesuai dengan standar profesional dan telah memperhitungkan waktu libur, sakit,

dan lain-lain (Depkes RI, 2004).

2.2.2 Bentuk Beban Kerja

Menurut Munandar (2001) mengklasifikasikan beban kerja ke dalam

faktor-faktor intrinsik dalam pekerjaan sebagai berikut :

1. Tuntutan Fisik

Kondisi kerja tertentu dapat menghasilkan prestasi kerja yang optimal

disamping dampaknya terhadap kinerja pegawai, kondisi fisik berdampak pula

terhadap kesehatan mental seorang tenaga kerja. Kondisi fisik pekerja mempunyai

pengaruh terhadap kondisi faal tubuh dan psikologi seseorang. dalam hal ini

Universitas Sumatera Utara

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja 2.1.1 Pengertian Kinerja ...

16

bahwa kondisi kesehatan pegawai harus tetap dalam keadaan sehat saat

melakukan pekerjaan, selain istirahat yang cukup juga dengan dukungan sarana

tempat kerja yang nyaman dan memadai.

2. Tuntutan Tugas

Kerja shift/kerja malam sering kali menyebabkan kelelahan bagi para

pegawai akibat dari beban kerja yang berlebihan. beban kerja berlebihan dan

beban kerja terlalu sedikit dapat berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Beban

kerja dapat dibedakan sebagai berikut.

1. Beban Berlebih Kuantitatif

Beban berlebih secara fisik ataupun mental akibat terlalu banyak

melakukan kegiatan merupakan kemungkinan sumber stress pekerjaan untuk yang

menimbulkan beban berlebih kuantitatif ialah desakan waktu dalam

menyelesaikan tuntutan pekerjaan, yaitu setiap tugas diharapkan dapat

diselesaikan secepat mungkin secara cepat dan cermat.

2. Beban Terlalu Sedikit Kuantitatif

Beban kerja terlalu sedikit kuantitatif yang dapat memengaruhi

kesejahteraan psikologis seseorang pada pekerjaan yang sederhana, dimana

banyak terjadi pengulangan gerak akan timbul rasa bosan dan rasa monoton.

3. Beban Berlebih Kualitatif

Kemajuan teknologi mengakibatkan sebagian besar pekerjaan yang selama

ini dikerjakan secara manual oleh manusia/tenaga kerja diambil alih oleh mesin-

mesin atau robot, sehingga pekerjaan manusia beralih titik beratnya pada

pekerjaan otak.

Universitas Sumatera Utara

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja 2.1.1 Pengertian Kinerja ...

17

4. Beban Terlalu Sedikit Kualitatif

Beban terlalu sedikit kualitatif merupakan keadaan dimana tenaga kerja

tidak diberi peluang untuk menggunakan keterampilan yang diperolehnya, atau

untuk mengembangkan kecakapan potensialnya secara penuh.

2.2.3 Pengukuran Beban Kerja

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI NO. 81/Menkes/SK/I/2004

tentang pedoman penyusunan perencanaan sumber daya kesehatan di tingkat

Provinsi, Kabupaten, Kota, serta Rumah Sakit yang salah satu prosedur

penghitungan kebutuhan SDM Kesehatan dengan menggunakan metode beban

kerja. Beban kerja merupakan tanggungan kerja yang meliputi fisik maupun

mental, akibat beban kerja yang berlebihan maka dapat mengakibatkan seorang

tenaga kesehatan mengalami gangguan kesehatan dan menghambat pekerjaan

yang menjadi tanggung jawabnya. Standar beban kerja adalah volume/kuantitas

beban kerja selama 1 tahun perkategori SDM. Standar beban kerja untuk suatu

kegiatan pokok disusun berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk

menyelesaiakannya (rata-rata waktu) dan waktu yangtersedia per-tahun yang

dimiliki oleh masing-masing kategori tenaga. Standar beban kerja adalah

volume/kuantitas beban kerja selama 1 tahun per kategori SDM. Standar beban

kerja untuk suatu kegiatan pokok disusun berdasarkan waktu yang dibutuhkan

untuk menyelesaiakannya (waktu rata-rata) dan waktu kerja tersedia yang dimiliki

oleh masing-masing kategori SDM.

Universitas Sumatera Utara

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja 2.1.1 Pengertian Kinerja ...

18

2.3 Komitmen Kerja

2.3.1 Pengertian Komitmen Kerja

Menurut Mathis dan Jackson (2002) komitmen kerja adalah derajat yang

mana karyawan percaya dan menerima tujuan-tujuan organisasi dan akan tetap

tinggal atau tidak akan meninggalkan organisasi.

2.3.2 Bentuk Komitmen Kerja

Menurut Meyer, Allen, dan Smith (1998) dalam Sopiah (2008) ada tiga

komponen komitmen kerja, yaitu :

1. Affective commitment, terjadi apabila karyawan ingin menjadi bagian dari

organisasi karena adanya ikatan emosional.

2. Continuance commitment, muncul apabila karyawan tetap bertahan pada suatu

organisasi karena membutuhkan gaji dan keuntungan-keuntungan lain, atau

karena karyawan tersebut tidak menemukan pekerjaan lain.

3. Normative commitment, timbul dari nilai-nilai dalam diri karyawan. Karyawan

yang bertahan menjadi anggota organisasi karena adanya kesadaran bahwa

komitmen terhadap organisasi merupakan hal yang seharusnya dilakukan.

2.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Komitmen Kerja

Menurut Sopiah (2008) faktor yang mempengaruhi komitmen karyawan

pada organisasi yaitu :

1. Faktor personal, misalnya usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pengalaman

kerja, kepribadian, dan lain-lain.

Universitas Sumatera Utara

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja 2.1.1 Pengertian Kinerja ...

19

2. Karakteristik pekerjaan, misalnya lingkup jabatan, tantangan dalam pekerjaan,

konflik peran dalam pekerjaan, tingkat kesulitan dalam pekerjaan, dan lain-

lain.

3. Karakteristik struktur, misalnya besar/kecilnya organisasi, bentuk organisasi

seperti sentralisai atau desentralisasi, kehadiran serikat pekerja dan tingkat

pengendalian yang dilakukan organisasi terhadap karyawan.

4. Pengalaman kerja, karyawan yang baru beberapa tahun bekerja dan karyawan

yang sudah puluhan tahun bekerja dalam organisasi memiliki komitmen yang

berbeda.

2.3.4 Pengukuran Komitmen Kerja

Menurut Sopiah (2008) yang mengutip pendapat Mowday et.al (1998)

mengembangkan suatu skala yang disebut self report scales untuk mengukur

komitmen karyawan terhadap organisasi, yang merupakan penjabaran dari ketiga

aspek komitmen yaitu :

1. Penerimaan terhadap tujuan organisasi

2. Keinginan untuk bekerja keras

3. Hasrat untuk bertahan menjadi bagian dari organisasi

2.3.5 Dampak Komitmen Kerja

Menurut Sopiah (2008) komitmen karyawan, baik yang tinggi maupun

yang rendah, akan berdampak pada:

1. Karyawan itu sendiri

Universitas Sumatera Utara

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja 2.1.1 Pengertian Kinerja ...

20

2. Organisasi, karyawan yang berkomitmen tinggi pada organisasi akan

menimbulkan kinerja organisasi yang tinggi, tingkat absensi berkurang,

loyalitas pegawai, dan lain-lain.

2.4 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

2.4.1 Pengertian Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Pelayanan Kesehatan adalah upaya yang diberikan oleh Puskesmas kepada

masyarakat, mencakup perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, pencatatan, pelaporan,

dan dituangkan dalam suatu sistem. Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama

meliputi upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat

pengembangan. Yang termasuk dalam upaya kesehatan masyarakat esensial

meliputi:

a. Pelayanan promosi kesehatan

b. Pelayanan kesehatan lingkungan

c. Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana

d. Pelayanan gizi

e. Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit (Kemenkes RI, 2014).

Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah upaya dibidang kesehatan

yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin, ibu

meneteki, bayi dan anak balita serta anak prasekolah. Tujuan pelayanan KIA

adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan

yang optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil

Bahagia Sejahtera (NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk

Universitas Sumatera Utara

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja 2.1.1 Pengertian Kinerja ...

21

menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi

peningkatan kualitas manusia seutuhnya (Depkes RI, 2008).

2.4.2 Bentuk Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

A. Pelayanan Antenatal

Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang diberikan oleh

tenaga kesehatan untuk ibu selama masa kehamilannya, dilaksanakan sesuai

dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan

Kebidanan (SPK). Pelayanan antenatal sesuai standar meliputi anamnesis,

pemeriksaan fisik (umum dan kebidanan), pemeriksaan laboratorium rutin dan

khusus, serta intervensi umum dan khusus (sesuai risiko yang ditemukan dalam

pemeriksaan). Dalam penerapannya terdiri atas:

1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

2. Ukur tekanan darah

3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)

4. Ukur tinggi fundus uteri

5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)

6. Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi tetanus toksoid (TT)

bila diperlukan

7. Pemberian tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan

8. Test laboratorium (rutin dan khusus)

9. Tatalaksana kasus

10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

Komplikasi (P4K) serta KB pasca persalinan.

Universitas Sumatera Utara

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja 2.1.1 Pengertian Kinerja ...

22

Secara operasional, pelayanan antenatal dikategorikan lengkap apabila

dilakukan oleh tenaga kesehatan serta memenuhi standar yang telah ditetapkan

yaitu bahwa frekuensi pelayanan antenatal adalah minimal 4 kali selama

kehamilan, dengan ketentuan waktu pemberian pelayanan yang dianjurkan

sebagai berikut :

a. Minimal 1 kali pada triwulan pertama.

b. Minimal 1 kali pada triwulan kedua.

c. Minimal 2 kali pada triwulan ketiga.

B. Pertolongan Persalinan

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan persalinan

yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten. Pada kenyataan

di lapangan, masih terdapat penolong persalinan yang bukan tenaga kesehatan dan

dilakukan di luar fasilitas pelayanan kesehatan. Oleh karena itu secara bertahap

seluruh persalinan akan ditolong oleh tenaga kesehatan kompeten dan diarahkan

ke fasilitas pelayanan kesehatan. Pada prinsipnya, penolong persalinan harus

memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1. Pencegahan infeksi

2. Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar

3. Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang lebih

tinggi.

4. Melaksanakan inisiasi menyusu dini (IMD).

5. Memberikan injeksi vitamin K-1 dan salep mata pada bayi baru lahir.

Universitas Sumatera Utara

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja 2.1.1 Pengertian Kinerja ...

23

C. Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas

Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan sesuai standar

pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca bersalin oleh tenaga kesehatan. Untuk

deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan

terhadap ibu nifas dan meningkatkan cakupan KB pasca persalinan dengan

melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan ketentuan waktu :

1. Kunjungan nifas pertama pada masa 6 jam sampai dengan 3 hari setelah

persalinan.

2. Kunjungan nifas ke dua dalam waktu hari ke-4 sampai dengan hari ke-28

setelah persalinan.

3. Kunjungan nifas ke tiga dalam waktu hari ke-29 sampai dengan hari ke-42

setelah persalinan.

Pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan adalah :

a. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu.

b. Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus).

c. Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya.

d. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan.

e. Pemberian kapsul vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali, pertama segera

setelah melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian kapsul vitamin

A pertama.

f. Perawatan tali pusat.

g. Melaksanakan ASI Eksklusif.

h. Memastikan bayi telah diberi injeksi vitamin K-1.

Universitas Sumatera Utara

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja 2.1.1 Pengertian Kinerja ...

24

i. Memastikan bayi telah diberi salep mata antibiotik.

j. Pemberian imunisasi hepatitis B-0

k. Pelayanan KB pascasalin

Pelayanan KB pascasalin adalah pelayanan yang diberikan kepada Ibu

yang mulai menggunakan alat kontrasepsi langsung sesudah melahirkan (sampai

dengan 42 hari sesudah melahirkan).

D. Pelayanan Kesehatan Neonatus

Pelayanan kesehatan neonatus adalah pelayanan kesehatan sesuai standar

yang diberikan oleh tenaga kesehatan yang kompeten kepada neonatus sedikitnya

3 kali, selama periode 0 sampai dengan 28 hari setelah lahir, baik di fasilitas

kesehatan maupun melalui kunjungan rumah. Pelaksanaan pelayanan kesehatan

neonatus terdiri dari :

1. Kunjungan neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan pada kurun waktu 6 sampai 48 Jam

setelah lahir.

2. Kunjungan neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke 3 sampai

dengan hari ke 7 setelah lahir.

3. Kunjungan neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8 sampai

dengan hari ke 28 setelah lahir.

Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus

terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat

kelainan/masalah kesehatan pada neonatus. Risiko terbesar kematian neonatus

terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama dan bulan pertama

Universitas Sumatera Utara

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja 2.1.1 Pengertian Kinerja ...

25

kehidupannya. Sehingga jika bayi lahir di fasilitas kesehatan sangat dianjurkan

untuk tetap tinggal di fasilitas kesehatan selama 24 jam pertama.

E. Deteksi Dini Faktor Risiko dan Komplikasi Kebidanan dan Neonatus

oleh Tenaga Kesehatan Maupun Masyarakat.

Deteksi dini kehamilan dengan faktor risiko adalah kegiatan yang

dilakukan untuk menemukan ibu hamil yang mempunyai faktor risiko dan

komplikasi kebidanan. Kehamilan merupakan proses reproduksi yang normal,

tetapi tetap mempunyai risiko untuk terjadinya komplikasi. Oleh karenanya

deteksi dini oleh tenaga kesehatan dan masyarakat tentang adanya faktor risiko

dan komplikasi, serta penanganan yang adekuat sedini mungkin, merupakan kunci

keberhasilan dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi yang dilahirkannya.

Faktor risiko pada ibu hamil adalah :

1. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.

2. Anak lebih dari 4.

3. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun.

4. Kurang energi kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5

cm, atau penambahan berat badan < 9 kg selama masa kehamilan.

5. Anemia dengan dari hemoglobin < 11 g/dl.

6. Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul

dan tulang belakang.

7. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan

ini.

Universitas Sumatera Utara

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja 2.1.1 Pengertian Kinerja ...

26

8. Sedang atau pernah menderita penyakit kronis, antara lain : tuberkulosis,

kelainan jantung-ginjal-hati, psikosis, kelainan endokrin (Diabetes

mellitus, sistemik lupus eritematosus, dll), tumor dan keganasan.

9. Riwayat kehamilan buruk : keguguran berulang, kehamilan ektopik

terganggu, mola hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat

kongenital.

10. Riwayat persalinan dengan komplikasi : persalinan dengan seksio sesarea,

ekstraksivakum / forseps.

11. Riwayat nifas dengan komplikasi : perdarahan paska persalinan, Infeksi

masa nifas, psikosis post partum (post partum blues).

12. Riwayat keluarga menderita penyakit kencing manis, hipertensi dan

riwayat cacat kongenital.

13. Kelainan jumlah janin : kehamilan ganda, janin dampit, monster.

14. Kelainan besar janin : pertumbuhan janin terhambat, Janin besar.

15. Kelainan letak dan posisi janin: lintang / oblique, sungsang pada usia

kehamilan lebih dari 32 minggu.

F. Penanganan Komplikasi Kebidanan

Penanganan komplikasi kebidanan adalah pelayanan kepada ibu dengan

komplikasi kebidanan untuk mendapat penanganan definitive sesuai standar oleh

tenaga kesehatan kompeten pada tingkat pelayanan dasar dan rujukan.

Diperkirakan sekitar 15-20 % ibu hamil akan mengalami komplikasi kebidanan.

Komplikasi dalam kehamilan dan persalinan tidak selalu dapat diduga

sebelumnya, oleh karenanya semua persalinan harus ditolong oleh tenaga

Universitas Sumatera Utara

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja 2.1.1 Pengertian Kinerja ...

27

kesehatan agar komplikasi kebidanan dapat segera dideteksi dan ditangani. Untuk

meningkatkan cakupan dan kualitas penanganan komplikasi kebidanan maka

diperlukan adanya fasilitas pelayanan kesehatan yang mampu memberikan

pelayanan obstetri dan neonatal emergensi secara berjenjang mulai dari

polindes/poskesdes, puskesmas mampu PONED sampai rumah sakit PONEK 24

jam.

G. Pelayanan Neonatus dengan Komplikasi

Pelayanan Neonatus dengan komplikasi adalah penanganan neonatus

dengan penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan dan

kematian oleh dokter/bidan/perawat terlatih di polindes, puskesmas, puskesmas

PONED, rumah bersalin dan rumah sakit pemerintah/swasta. Diperkirakan sekitar

15% dari bayi lahir hidup akan mengalami komplikasi neonatal. Hari pertama

kelahiran bayi sangat penting, oleh karena banyak perubahan yang terjadi pada

bayi dalam menyesuaikan diri dari kehidupan di dalam rahim kepada kehidupan

di luar rahim. Bayi baru lahir yang mengalami gejala sakit dapat cepat memburuk,

sehingga bila tidak ditangani dengan adekuat dapat terjadi kematian. Kematian

bayi sebagian besar terjadi pada hari pertama, minggu pertama kemudian bulan

pertama kehidupannya.

H. Pelayanan Kesehatan Bayi

Pelayanan kesehatan bayi adalah pelayanan kesehatan sesuai standar yang

diberikan oleh tenaga kesehatan kepada bayi sedikitnya 4 kali, selama periode 29

hari sampai dengan 11 bulan setelah lahir. Pelaksanaan pelayanan kesehatan bayi :

1. Kunjungan bayi satu kali pada umur 29 hari 2 bulan.

Universitas Sumatera Utara

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja 2.1.1 Pengertian Kinerja ...

28

2. Kunjungan bayi satu kali pada umur 5 bulan.

3. Kunjungan bayi satu kali pada umur 8 bulan.

4. Kunjungan bayi satu kali pada umur 11 bulan.

Kunjungan bayi bertujuan untuk meningkatkan akses bayi terhadap

pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat kelainan

pada bayi sehingga cepat mendapat pertolongan, pemeliharaan kesehatan dan

pencegahan penyakit melalui pemantauan pertumbuhan, imunisasi, serta

peningkatan kualitas hidup bayi dengan stimulasi tumbuh kembang. Dengan

demikian hak anak mendapatkan pelayanan kesehatan terpenuhi. Pelayanan

kesehatan tersebut meliputi :

a. Pemberian imunisasi dasar lengkap (BCG, polio 1,2,3,4, DPT/HB 1,2,3,

campak) sebelum bayi berusia 1 tahun.

b. Stimulasi deteksi intervensi dini tumbuh kembang bayi (SDIDTK).

c. Pemberian vitamin A 100.000 IU (6 - 11 bulan).

d. Konseling ASI eksklusif, pemberian makanan pendamping ASI, tanda

tanda sakit dan perawatan kesehatan bayi di rumah menggunakan Buku

KIA.

I. Pelayanan Kesehatan Anak Balita

Lima tahun pertama kehidupan, pertumbuhan mental dan intelektual

berkembang pesat. Masa ini merupakan masa keemasan atau golden period

dimana terbentuk dasar-dasar kemampuan keindraan, berfikir, berbicara serta

pertumbuhan mental intelektual yang intensif dan awal pertumbuhan moral. Pada

masa ini stimulasi sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi-fungsi organ

Universitas Sumatera Utara

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja 2.1.1 Pengertian Kinerja ...

29

tubuh dan rangsangan pengembangan otak. Upaya deteksi dini gangguan

pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia dini menjadi sangat penting agar

dapat dikoreksi sedini mungkin dan atau mencegah gangguan ke arah yang lebih

berat .

J. Pelayanan KB Berkualitas

Pelayanan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar dengan

menghormati hak individu dalam merencanakan kehamilan sehingga diharapkan

dapat berkontribusi dalam menurunkan angka kematian Ibu dan menurunkan

tingkat fertilitas (kesuburan) bagi pasangan yang telah cukup memiliki anak (2

anak lebih baik) serta meningkatkan fertilisasi bagi pasangan yang ingin

mempunyai anak. Pelayanan KB bertujuan untuk menunda (merencanakan)

kehamilan. Bagi Pasangan Usia Subur yang ingin menjarangkan dan/atau

menghentikan kehamilan, dapat menggunakan metode kontrasepsi yang meliputi:

1. KB alamiah (sistem kalender, metode amenore laktasi, coitusinteruptus).

2. Metode KB hormonal (pil, suntik, susuk).

3. Metode KB non-hormonal (kondom, AKDR/IUD, vasektomi dan tubektomi).

2.5 Bidan

2.5.1 Pengertian Bidan

Menurut Ikatan Bidan Indonesia (IBI) dalam Permenkes

369/Menkes/SKIII/2007 tentang standar profesi bidan Bidan Indonesia adalah

seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang diakui pemerintah dan

organisasi profesi di wilayah Negara Republik Indonesia serta memiliki

Universitas Sumatera Utara

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja 2.1.1 Pengertian Kinerja ...

30

kompetensi dan kualifikasi untuk diregister, sertifikasi dan atau secara sah

mendapat lisensi untuk menjalankan praktik kebidanan.

Bidan di desa adalah bidan yang ditempatkan, diwajibkan tinggal serta

bertugas melayani masyarakat dalam pencapaian target derajat kesehatan di

wilayah kerjanya yang meliputi satu sampai dua desa, dalam melaksanakan

tugasnya bidan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Puskesmas setempat

dan bekerja sama dengan perangkat desa (Depkes RI, 2007).

Tujuan penempatan bidan di desa adalah sebagai berikut :

a. Meningkatnya cakupan mutu dan pemerataan jangkauan pelayanan kesehatan

ibu hamil, pertolongan persalinan, perawatan nifas, kesehatan bayi dan anak

balita serta pelayanan dan konseling pemakaian kontrasepsi serta keluarga

berencana melalui upaya strategis antara lain melalui Posyandu dan Polindes.

b. Terjaringnya seluruh kasus resiko tinggi ibu hamil, bersalin, nifas dan bayi

baru lahir untuk mendapatkan penanganan yang memadai sesuai kasus dan

rujukannya.

c. Meningkatnya peran serta masyarakat dalam pembinaan kesehatan ibu dan

anak di wilayah kerjanya.

2.5.2 Tugas Pokok dan Fungsi Bidan

Menurut Depkes (2007) Tugas pokok bidan yaitu :

a. Melaksanakan kegiatan puskesmas di desa wilayah kerjanya berdasarkan urutan

prioritas masalah kesehatan yang dihadapi sesuai dengan kewenangan yang

dimiliki dan diberikan.

Universitas Sumatera Utara

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja 2.1.1 Pengertian Kinerja ...

31

b. Menggerakan dan membina masyarakat desa di wilayah kerjanya agar tumbuh

kesadaran untuk berperilaku sehat.

Sedangkan Fungsi bidan adalah :

a. Memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di rumah-rumah,

menangani persalinan, pelayanan keluarga berencana dan pengayoman medis

kontrasepsi.

b. Menggerakan dan membina peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan

sesuai permasalahan di tempat.

c. Membina dan memberikan bimbingan teknis kepada kader dan dukun bayi.

d. Membina kelompok dasawisma di bidang kesehatan.

e. Membina kerja sama lintas program, lintas sektoral dan lembaga swadaya

masyarakat.

f. Melakukan rujukan medis maupun rujukan kesehatan ke Puskesmas kecuali

dalam keadaan darurat harus dirujuk ke fasilitas kesehatan lainnya.

g. Mendeteksi secara dini adanya efek samping dan komplikasi pemakaian

kontrasepsi serta adanya penyakit-penyakit lain dan berusaha mengatasi sesuai

dengan kemampuan.

Universitas Sumatera Utara

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja 2.1.1 Pengertian Kinerja ...

32

2.6 Kerangka Konsep

Menurut Gibson dkk (1996) ada tiga kelompok variabel yang

mempengaruhi kinerja dan perilaku, yaitu :

a. Variabel individu

Variabel individu yang meliputi kemampuan dan keterampilan, fisik

maupun mental, latar belakang, pengalaman dan demografi, umur, dan jenis

kelamin, asal-usul.

b. Variabel organisasi

Variabel organisasi terdiri dari sumber daya, kepemimpinan,

penghargaan/imbalan, struktur organisasi, pembagian tugas yang jelas, beban

kerja, komitmen organisasi, struktur dan desain pekerjaan.

c. Variabel psikologis

Variabel psikologis meliputi persepsi, sikap, kepribadian, belajar,

kepuasan kerja, dan motivasi.

Adapun kerangka konsep penelitian adalah hubungan beban kerja dan

komitmen kerja dengan kinerja bidan desa dalam pelayanan KIA.

Variabel Independen Variabel Dependen

Beban Kerja

Bidan Desa

Kinerja Bidan

Desa dalam

pelayanan KIA

Komitmen kerja

Bidan Desa

Universitas Sumatera Utara

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kinerja 2.1.1 Pengertian Kinerja ...

33

2.7 Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan beban kerja dengan kinerja bidan di desa dalam pelayanan KIA

di wilayah kerja Puskesmas Buhit Kabupaten Samosir Tahun 2016.

2. Ada hubungan komitmen kerja dengan kinerja bidan di desa dalam pelayanan

KIA di wilayah kerja Puskesmas Buhit Kabupaten Samosir Tahun 2016.

Universitas Sumatera Utara