BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Mendengar Pada … II.pdf · sistem pendengaran lansia paling...

30
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Mendengar Pada Lansia Dengan Presbikusis 2.1.1 Pengertian Menurut kamus besar bahasa Indonesia mendengar memiliki makna dapat menangkap suara dengan telinga, secara sadar atau tidak, tanpa unsur kesengajaan. Proses mendengar terjadi tanpa perencanaan tetapi datang secara kebetulan. Sedangkan kemampuan memiliki makna kesanggupan, kecakapan, kekuatan atau kapasitas seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan. Menurut pengertian di atas dapat disimpulkan kemampuan mendengar adalah kapasitas seseorang untuk menangkap suara dengan telinga secara sadar atau tidak, tanpa unsur kesengajaan. Apabila kemampuan seseorang dalam mendengar kurang, dapat dipastikan dia tidak dapat mengungkapkan topik yang didengar dengan baik. Telinga adalah organ untuk mendengar. Saraf yang melayani indera ini adalah saraf kranial kedelapan atau nervus auditorius. Telinga terdiri dari tiga bagian, yaitu telinga luar, telinga tengah dan rongga telinga dalam (Pearce, 2000). Telinga luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas luar membran timpani, batas depan tuba eustachius, batas bawah vena jugularis, batas belakang auditus ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis, batas atas segmen timpani (meningen/otak), batas dalam berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis horizontal, kanalis fasialis, 9

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Mendengar Pada … II.pdf · sistem pendengaran lansia paling...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Mendengar Pada … II.pdf · sistem pendengaran lansia paling sering terjadi presbikusis. Presbikusis dikenal sebagai kehilangan pendengaran

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kemampuan Mendengar Pada Lansia Dengan Presbikusis

2.1.1 Pengertian

Menurut kamus besar bahasa Indonesia mendengar memiliki makna dapat

menangkap suara dengan telinga, secara sadar atau tidak, tanpa unsur

kesengajaan. Proses mendengar terjadi tanpa perencanaan tetapi datang secara

kebetulan. Sedangkan kemampuan memiliki makna kesanggupan, kecakapan,

kekuatan atau kapasitas seseorang untuk melakukan suatu tugas atau pekerjaan.

Menurut pengertian di atas dapat disimpulkan kemampuan mendengar adalah

kapasitas seseorang untuk menangkap suara dengan telinga secara sadar atau

tidak, tanpa unsur kesengajaan. Apabila kemampuan seseorang dalam mendengar

kurang, dapat dipastikan dia tidak dapat mengungkapkan topik yang didengar

dengan baik.

Telinga adalah organ untuk mendengar. Saraf yang melayani indera ini adalah

saraf kranial kedelapan atau nervus auditorius. Telinga terdiri dari tiga bagian,

yaitu telinga luar, telinga tengah dan rongga telinga dalam (Pearce, 2000). Telinga

luar terdiri dari daun telinga dan liang telinga sampai membran timpani. Telinga

tengah berbentuk kubus dengan batas luar membran timpani, batas depan tuba

eustachius, batas bawah vena jugularis, batas belakang auditus ad antrum, kanalis

fasialis pars vertikalis, batas atas segmen timpani (meningen/otak), batas dalam

berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semi sirkularis horizontal, kanalis fasialis,

9

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Mendengar Pada … II.pdf · sistem pendengaran lansia paling sering terjadi presbikusis. Presbikusis dikenal sebagai kehilangan pendengaran

10

tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round window) dan

promontorium. Telinga dalam terdiri dari koklea (rumah siput) yang berupa dua

setengah lingkaran dan vestibular yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis

(Soepardi dan Iskandar, 2000).

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi dalam kehidupan

manusia. Memasuki usia tua berarti mengalami kemunduran, misalnya

kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih,

gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, pengelihatan semakin memburuk,

gerakan lambat, dan figur tubuh yang tidak proporsional (Nugroho,2008). Pada

sistem pendengaran lansia paling sering terjadi presbikusis. Presbikusis dikenal

sebagai kehilangan pendengaran neurosensori, senil, atau progresif, yang ditandai

dengan disfungsi unsur sensorik telinga simetris (sel-sel rambut) atau struktur

telinga serat saraf koklear (Subekti, 2007). Menurut Potter dan Perry (2006)

“presbikusis adalah kehilangan ketajaman pendengaran yang progresif yang

terjadi dengan bertambahnya usia, kehilangan pendengaran yang terjadi sensori-

neural”.

Proses degenerasi pada sistem pendengaran menyebabkan perubahan struktur

koklea dan nervus auditorius. Pada koklea perubahan yang mencolok ialah atrofi

dan degenerasi sel-sel rambut penunjang pada organ Corti. Proses atrofi disertai

dengan perubahan vaskuler pada stria vaskularis, berkurangnya jumlah dan

ukuran sel-sel ganglion saraf (Soepardi dan Iskandar, 2000). Gangguan

sensorineural yang berkaitan dengan penuaan, atau presbikusis, adalah penyebab

paling umum dari gangguan pendengaran, biasanya terjadi bertahap, bilateral, dan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Mendengar Pada … II.pdf · sistem pendengaran lansia paling sering terjadi presbikusis. Presbikusis dikenal sebagai kehilangan pendengaran

11

ditandai dengan gangguan pendengaran frekuensi tinggi. Rentang frekuensi

biasanya menurun menjadi 50 sampai 8.000 Hz, progresif terjadi pada frekuensi 2-

4 kHz (Guyton dan Hall, 2007).

Presbikusis adalah tuli saraf sensorineural frekuensi tinggi, terjadi pada usia

lanjut lebih dari 60 tahun (Soepardi dan Iskandar, 2000). Sedangkan menurut

Ganong (2002) presbikusis adalah “penurunan pendengaran yang terjadi bertahap

yang berkaitan dengan penuaan, mengenai lebih dari sepertiga orang yang berusia

di atas 75 tahun dan mungkin disebabkan oleh hilangnya sel rambut dan neuron

secara bertahap dan kumulatif”. Presbikusis terjadi simetris kiri dan kanan, dapat

dimulai pada frekuensi 100 Hz atau lebih (Soepardi dan Iskandar, 2000).

Keluhan utama lansia dengan presbikusis berupa berkurangnya pendengaran

secara perlahan-lahan dan progresif, simetris pada kedua telinga. Kapan

berkurangnya pendengaran tidak diketahui pasti. Keluhan lainnya adalah telinga

berdenging (tinitus nada tinggi). Penderita dapat mendengar suara percakapan,

tetapi sulit untuk memahaminya, terutama bila diucapkan dengan cepat di tempat

dengan latar belakang yang riuh (coctail party deafness). Bila intensitas suara

ditinggikan akan timbul rasa nyeri di telinga, hal ini disebabkan oleh faktor

kelelahan saraf. Dari uraian di atas dapat disimpulkan kemampuan mendengar

lansia dengan presbikusis adalah kapasitas lansia untuk menangkap suara dengan

telinga yang mengalami penurunan secara sensori neural pada usia 60 tahun atau

lebih, terjadi secara bertahap, bilateral dan kumulatif yang ditandai dengan

gangguan mendengar frekuensi tinggi, dengan rentang frekuensi menurun menjadi

50-8.000 Hz.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Mendengar Pada … II.pdf · sistem pendengaran lansia paling sering terjadi presbikusis. Presbikusis dikenal sebagai kehilangan pendengaran

12

Berdasarkan perubahan patologik yang terjadi, presbikusis digolongkan menjadi 4

jenis yaitu :

a. Presbikusis sensorik

Lesi terbatas pada koklea, atrofi pada organ Corti, jumlah sel-sel rambut

dan sel-sel penunjang berkurang.

b. Presbikusis neural

Sel-sel neuron pada koklea dan jaras auditorik berkurang.

c. Presbikusis metabolik (Strial presbycusis)

Atrofi stria vaskularis, potensial microphonic menurun. Fungsi sel dan

keseimbangan biokimia/bioelektrik koklea berkurang.

d. Presbikusis mekanik (Cohlear presbycusis)

Terjadi perubahan gerakan mekanik duktus koklearis. Atrofi ligamentum

spiralis. Membran basilaris lebih kaku.

2.1.2 Proses terjadi penurunan kemampuan mendengar pada lansia

presbikusis

Getaran suara dihantarkan lewat liang telinga dan telinga tengah ke telinga dalam

melalui stapes, menimbulkan suatu gelombang berjalan di sepanjang membrana

basilaris dan organ Corti. Puncak gelombang berjalan di sepanjang membrana

basilaris yang panjangnya 35 mm tersebut, ditentukan oleh frekuensi gelombang

suara. Hal ini berakibat membengkoknya stereosilia oleh kerja pemberat

membrana tektoria, dengan demikian menimbulkan depolarisasi sel rambut dan

menciptakan potensial aksi pada serabut-serabut saraf pendengaran yang melekat

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Mendengar Pada … II.pdf · sistem pendengaran lansia paling sering terjadi presbikusis. Presbikusis dikenal sebagai kehilangan pendengaran

13

padanya. Disinilah gelombang suara mekanis diubah menjadi energi elektrokimia

agar dapat ditransmisikan melalui saraf kranialis ke-8 (vestibulokoklearis)

(Adams et al,1994).

Ligamentum spiralis terletak di lateral dinding tulang dari duktus koklearis.

Ligamentum merupakan jangkar lateral dari membrana basilaris dan mengandung

stria vaskularisasi, satu-satunya lapisan epitel bervaskularisasi dalam tubuh. Dua

dari tiga jenis sel pada stria vaskularisasi kaya mitokondria dan memiliki luas

permukaan yang sangat besar dibandingkan dengan volume sel. Stria merupakan

suatu sistem transport cairan dan elektrolit yang dirancang secara unik. Stria

diduga memainkan peranan penting dalam pemeliharaan komposisi elektrolit

cairan endolimfe (tinggi kalium, rendah natrium) dan sebagai baterai kedua untuk

organ Corti. Stria juga merupakan sumber potensi arus searah (80 milivolt) dari

skala media (Adams et al, 1994).

Stria vaskularisasi merupakan suatu adaptasi yang unik dimana dapat menyuplai

organ Corti dari jarak tertentu, dengan demikian memperbaiki rasio sinyal-bising

pada organ Corti. Terdapat sekitar 30.000 neuron aferen yang mensyarafi 15.000

sel rambut pada tiap koklea. Masing-masing sel rambut dalam disarafi oleh

banyak neuron. Hanya persentase kecil (skitar 10 persen) neuron aferen yang

mensyarafi sel rambut luar, akan tetapi terdapat percabangan-percabangan

sedemikian rupa sehingga tiap neuron aferen berasal dari banyak sel rambut luar

dan tiap sel rambut luar dipersyarafi oleh banyak neuron aferen.

Sekitar 500 serabut saraf eferen yang mencapai tiap koklea. Serabut-serabut ini

bercabang pula secara ekstensif sehingga tiap sel rambut luar memiliki banyak

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Mendengar Pada … II.pdf · sistem pendengaran lansia paling sering terjadi presbikusis. Presbikusis dikenal sebagai kehilangan pendengaran

14

ujung saraf eferen. Ujung-ujung saraf eferen dari sel rambut luar tidak seluruhnya

berasal dari satu serabut saraf eferen. Serabut-serabut saraf koklearis berjalan

menuju inti koklearis dorsalis dan ventralis. Sebagian besar serabut dari inti

melintasi garis tengah dan berjalan naik menuju kolikulus inferior kontralateral,

namun sebagian serabut tetap berjalan ipsilateral (Adams et al, 1994).

Penyilangan selanjutnya terjadi pada inti lemniskus lateralis dan kolikulus

inferior. Dari kolikulus inferior, jaras pendengaran berlanjut ke korpus

genikulatum dan kemudian ke korteks pendengaran pada lobus temporalis.

Penyilangan serabut-serabut saraf tersebut, menyebabkan lesi sentral jaras

pendengaran hampir tidak pernah menyebabkan ketulian unilateral. Serabut-

serabut saraf vestibularis berjalan menuju salah satu dari keempat inti

vestibularis, dan dari sana disebarkan secara luas dengan jaras-jaras menuju

medula spinalis, serebelum dan bagian-bagian susunan saraf pusat lainnya

(Adams et al, 1994).

Proses degenarasi menyebabkan perubahan struktur koklea dan saraf

vestibuloklearis. Pada koklea perubahan yang mencolok adalah atrofi dan

degenerasi sel-sel rambut penunjang pada organ Corti. Proses atrofi disertai

dengan perubahan vaskular juga terjadi pada stria vaskularis. Selain itu terdapat

pula perubahan, berupa berkurangnya jumlah dan ukuran sel-sel ganglion dan

saraf. Hal yang sama juga terjadi pada myelin akson saraf (Soepardi dan Iskandar,

2000).

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Mendengar Pada … II.pdf · sistem pendengaran lansia paling sering terjadi presbikusis. Presbikusis dikenal sebagai kehilangan pendengaran

15

2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan mendengar pada

lansia dengan presbikusis

Umumnya diketahui bahwa presbikusis merupakan akibat dari proses degenerasi.

Diduga kejadian presbikusis mempunyai hubungan dengan faktor-faktor herediter,

pola makanan, metabolisme, arteriosklerosis, infeksi, bising, gaya hidup atau

bersifat multifaktor. Menurunnya fungsi pendengaran secara berangsur

merupakan efek kumulatif dari pengaruh faktor-faktor tersebut di atas. Biasanya

terjadi pada usia lebih dari 60 tahun. Progresifitas penurunan pendengaran

dipengaruhi juga oleh usia dan jenis kelamin, pada laki-laki lebih cepat

dibandingkan dengan perempuan (Soepardi dan Iskandar, 2000). Sedangkan

menurut Subekti (2007) “insiden pendengaran sensorineural meningkat seiring

dengan pertambahan usia, terpajan suara bising, diet tinggi kolesterol, hipertensi,

faktor-faktor metabolik dan herediter adalah penyebab presbikusis”. Lesi vaskuler

yang mengakibatkan hipoperfusi dapat memperburuk perubahan yang terkait

dengan usia pada telinga dan sistem saraf pusat.

2.1.4 Rehabilitasi pada pasien presbikusis

Rehabilitasi kemampuan mendengar bertujuan memperbaiki efektivitas pasien

dalam komunikasi sehari-hari. Pembentukan suatu program rehabilitasi

tergantung pada penilaian menyeluruh terhadap gangguan komunikasi pasien

secara individual serta kebutuhan komunikasi sosial dan pekerjaan. Partisipasi

pasien ditentukan oleh motivasinya, karena itu adalah penting bila pasien

memahami gangguan komunikasinya dan mendapat keterangan bagaimanan terapi

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Mendengar Pada … II.pdf · sistem pendengaran lansia paling sering terjadi presbikusis. Presbikusis dikenal sebagai kehilangan pendengaran

16

dapat membantunya dalam mengatasi dan meringankan masalah tersebut.

Komunikasi adalah masalah proses dinamik antara dua orang atau lebih, maka

mengikutsertakan keluarga atau teman dekat pasien dalam bagian-bagian tertentu

dari terapi dapat terbukti bermanfaat. Membaca gerak bibir dan latihan

mendengarkan merupakan komponen tradisional dari rehabilitasi kemampuan

mendengar. Seluruh aspek rehabilitasi kemampuan mendengar harus membantu

pasien untuk dapat berinteraksi lebih efektif dengan lingkungannya (Adams et al,

1994).

Penanganan untuk kehilangan kemampuan mendengar pada pasien presbikusis

biasanya dilakukan dengan pemasangan alat bantu dengar (hearing aid) dan

implan koklear. Alat bantu dengar dapat meningkatkan volume suara yang

dihantarkan ke organ pendengaran. Pemasangan alat bantu dengar hasilnya akan

lebih memuaskan bila dikombinasikan dengan rehabilitasi. Rehabilitasi dapat

dilakukan dengan latihan membaca ujaran (speech reading) dan latihan

mendengar (auditory training), prosedur pelatihan tersebut dilakukan bersama

ahli terapi wicara (speech therapist).

Pada penderita tuli berat dilakukan pemasangan implan koklear. Alat ini dipasang

melalui pembedahan, yang merangsang saraf auditorius, yang terdiri atas satu

buah mikrofon eksternal, satu buah transmiter, dan satu penerima yang diimplan.

Transmiter tersebut menerima sinyal dari mikrofon dan mengirim sinyal tersebut

ke penerima yang terletak dekat saraf auditorius. Sinyal tersebut berjalan di

sepanjang kabel yang diimplan ke saraf (Adams et al, 1994). Namun, tidak semua

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Mendengar Pada … II.pdf · sistem pendengaran lansia paling sering terjadi presbikusis. Presbikusis dikenal sebagai kehilangan pendengaran

17

pasien mampu membeli alat bantu dengar dan melakukan implan koklear karena

biaya yang mahal.

Perlu adanya upaya untuk mengatasi penurunan fungsi atau degenerasi pada

serabut-serabut saraf pendengaran, organ corti dan stria vaskularis. Proses

regenerasi serabut-serabut saraf pendengaran ini dapat dilakukan dengan

pemberian rangsangan elektris berupa terapi musik. Fisikawan memandang telinga

bagian dalam berperan sebagai transduser, yaitu suatu alat yang dapat mengubah

suatu bentuk energi ke dalam bentuk lain. Telinga bagian dalam dapat mengubah

energi mekanik (suara) menjadi lonjakan listrik pada serat saraf (Ackerman dkk,

1988).

Getaran suara musik mengakibatkan membengkoknya stereosilia oleh kerja

pemberat membrana tektoria dan menimbulkan depolarisasi sel rambut, sehingga

menciptakan potensial aksi pada serabut-serabut saraf pendengaran. Disinilah

rangsangan elektris gelombang suara musik diubah menjadi energi elektrokimia

agar dapat ditransmisikan melalui saraf vestibulokoklearis (N.VIII) menuju korteks

pendengaran pada lobus temporalis. Rangsangan elektris ini juga dapat

menciptakan potensial aksi pada serabut-serabut saraf pendengaran untuk

meningkatkan aliran darah pada stria vaskularis (baterai kedua organ korti) untuk

mengerakkan cairan endolimfe sehingga fungsinya kembali optimal (Adams et al,

1994). Terapi musik ini diharapkan dapat membangkitkan stimulus serabut-serabut

saraf pendengaran sehingga dapat berfungsi optimal guna menekan progresifitas

hilangnya kemampuan mendengar pada lansia yang mengalami presbikusis.

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Mendengar Pada … II.pdf · sistem pendengaran lansia paling sering terjadi presbikusis. Presbikusis dikenal sebagai kehilangan pendengaran

18

Untuk memaksimalkan fungsi kemampuan mendengar residual pada lansia,

perawat juga menyarankan cara memodifikasi lingkungan. Suara telepon dan

televisi dapat diperbesar, jam alarm yang menggoyangkan tempat tidur, atau

mengaktifkan cahaya kilat adalah alat-alat adaftif yang berguna. Cara inovatif lain

untuk kerusakan kemampuan mendengar pada lansia yang dapat meningkatkan

hidup adalah rekaman musik. Rekaman musik dengan frekuensi rendah putaran

suaranya dapat didengar oleh pasien yang mengalami kehilangan kemampuan

mendengar (Potter dan Perry, 2006).

Terapi musik adalah sebuah aktivitas terapeutik yang menggunakan musik sebagai

media untuk memperbaiki, memelihara, mengembangkan mental, fisik, dan

kesehatan emosi.Terapi musik bekerja dengan memberikan rangsangan mekanik

dan elektris pada serabut-serabut saraf pendengaran.Teori model (Trion dalam

Djohan, 2009) mengatakan bahwa aktivitas musik dapat memperkuat pola-pola

cetusan neural yang terorganisir dari kode-kode spasial temporal dalam wilayah

korteks. Pada fungsi otak, ditemukan bahwa belajar tentang nada pada dasarnya

adalah mengembalikan sel-sel korteks auditori.

Hasil penelitian Alfred Tomatis, yang menggunakan musik sebagai salah satu

media untuk menyembuhkan disfungsi audiologis dan neurologis serta

memfasilitasi fungsi tertinggi (Higher Brain Function) dari otak (Djohan, 2009).

Hal ini didukung pula oleh teori plastisitas pendengaran dimana sistem

pendengaran dimodifikasi oleh pengalaman dan faktor lain. Peningkatan luas

daerah korteks pendengaran juga dihasilkkan oleh penggabungan rangsang

pendengaran. Contoh teori plastisitas korteks yaitu pada pemain musik , dimana

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Mendengar Pada … II.pdf · sistem pendengaran lansia paling sering terjadi presbikusis. Presbikusis dikenal sebagai kehilangan pendengaran

19

pada mereka terdapat peningkatan luas area auditorik yang terangsang oleh nada-

nada musik. Pemain musik juga memiliki serebelum yang lebih besar dari pada

mereka yang bukan pemain musik (Ganong, 2002).

2.1.5 Pemeriksaan kemampuan mendengar pada pasien presbikusis

Kemampuan pasien untuk mendengar dapat ditentukan dengan berbagai cara

mulai dari prosedur informasi hingga pengukuran tepat berstandar tinggi yang

memerlukan peralatan khusus. Dengan semakin sering atau menjadi rutinnya

pemeriksaan pendengaran dilakukan di ruang praktek, maka semakin besar

keahlian yang dapat dikembangkan pemeriksa dalam aplikasi praktis dan

penggunaanya. Untuk memeriksa pendengaran diperlukan pemeriksaan hantaran

melalui udara dan melalui tulang dengan memakai garpu tala atau audiometer

nada murni. Pemeriksaan pendengaran dilakukan secara kualitatif dengan

mempergunakan garpu tala dan kuantitatif dengan mempergunakan audiometer.

a. Tes Penala

Pemeriksaan ini merupakan tes kualitatif. Terdapat berbagai macam tes

penala, seperti tes rinne, tes weber, tes schwabach, tes bing dan tes stenger.

1) Tes Rinne ialah tes untuk membandingkan hantaran melalui udara dan

hantaran melalui tulang pada telinga yang diperiksa. Cara pemeriksaan :

penala digetarkan, tangkainya diletakkan di prosesus mastoid, setelah tidak

terdengar penala di pegang di depan telinga kira-kira 2 ½ cm. Bila masih

terdengar disebut Rinne positif , bila tidak terdengar disebut Rinne negatif.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Mendengar Pada … II.pdf · sistem pendengaran lansia paling sering terjadi presbikusis. Presbikusis dikenal sebagai kehilangan pendengaran

20

2) Tes weber ialah tes pendengaran untuk membandingkan hantaran tulang

telinga kiri dengan telinga kanan. Cara pemeriksaan : penala digetarkan

dan tangkai penala diletakkan di garis tengah kepala (di vertex, dahi,

pangkal hidung, di tengah-tengah gigi seri atau dagu). Apabila bunyi

penala terdengar lebih keras pada salah satu telinga disebut Weber

lateralisasi ke telinga tersebut. Bila tidak dapat dibedakan ke arah telinga

mana bunyi terdengar lebih keras disebut Weber tidak ada lateralisasi.

3) Tes Schwabach ialah membandingkan hantaran tulang orang yang

diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya normal. Cara

pemeriksaan : penala digetarkan, tangkai penala diletakkan pada prosesus

mastoideus sampai tidak terdengar bunyi. Kemudian tengkai penala segera

dipindahkan pada prosesus mastoideus telinga pemeriksa yang

pendengarannya normal. Bila pemeriksa masih dapat mendengar disebut

Schwabach memendek, bila pemeriksa tidak dapat mendengar,

pemeriksaan diulang dengan cara sebaliknya yaitu penala diletakkan pada

prosesus mastoideus pemeriksa lebih dulu. Bila pasien masih dapat

mendengar bunyi disebut Schwabach memanjang dan bila pasien dan

pemeriksa kira-kira sama-sama mendengarkannya disebut dengan

Schawbach sama dengan pemeriksa.

4) Tes Bing (tes Oklusi). Cara pemeriksaan : tragus telinga yang diperiksa

ditekan sampai menutup liang telinga, sehingga terdapat tuli kondusif kira-

kira 30 dB. Penala digetarkan dan diletakkan pada pertengahan kepala

(seperti pada tes Weber). Penilaian : bila terdapat lateralisasi ke telinga

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Mendengar Pada … II.pdf · sistem pendengaran lansia paling sering terjadi presbikusis. Presbikusis dikenal sebagai kehilangan pendengaran

21

yang ditutup, berarti telinga tersebut normal atau tuli saraf. Bila bunyi

pada telinga yang ditutup tidak bertambah keras, berarti telinga tersebut

menderita tuli kondusif.

5) Tes Stenger : digunakan pada pemeriksaan tuli anorganik (simulasi atau

pura-pura tuli). Cara pemeriksaan : menggunakan prinsip masking.

Misalnya pada seseorang yang berpura-pura tuli pada telinga kiri. Dua

buah penala yang identik digetarkan dan masing-masing diletakkan di

depan telinga kiri dan kanan, dengan cara yang tidak kelihatan oleh yang

diperiksa. Penala pertama digetarkan dan diletakkan di depan telinga

kanan (yang normal) sehingga jelas terdengar. Kemudian penala yang

kedua digetarkan lebih keras dan diletakkan di depan telinga kiri (yang

pura-pura tuli). Apabila kedua telinga normal karena efek masking, hanya

telinga kiri yang mendengar bunyi, jadi telinga kanan tidak akan

mendengar bunyi. Tetapi bila telinga kiri tuli, telinga kanan tetap

mendengar bunyi.

b. Audiometri Nada Murni

Untuk membuat audiogram diperlukan alat audiometer. Bagian dari

audiometer yaitu : tombol pengatur intensitas bunyi, tombol pengatur

frekuensi, headphone untuk memeriksa AC (hantaran udara), bone conductor

untuk memeriksa BC (hantaran tulang). Pada pemeriksaan audiometri nada

murni perlu dipahami hal-hal sperti ini, nada murni, bising NB (narrow band)

dan WN (white noise), frekuensi, intensitas bunyi, ambang dengar, nilai nol

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Mendengar Pada … II.pdf · sistem pendengaran lansia paling sering terjadi presbikusis. Presbikusis dikenal sebagai kehilangan pendengaran

22

audiometrik, standar ISO dan ASA, notasi pada audiogram, jenis dan derajat

ketulian serta gap dan masking.

1) Nada murni adalah bunyi yang hanya mempunyai satu frekuensi,

dinyatakan dalam jumlah getaran per detik.

2) Bising adalah bunyi yang mempunyai banyak frekuensi, terdiri dari

(narrow band) : spektrum terbatas dan (white noise) : spektrum luas.

3) Frekuensi adalah nada murni yang dihasilkan oleh getaran suatu benda

yang sifatnya harmonis sederhana (simple harmonic motion). Jumlah

getaran per detik dinyatakan dalam hertz. Bunyi suara yang dapat

didengar oleh telinga manusia mempunyai frekuensi antara 20-18.000

Hertz. Bunyi yang mempunyai frekuensi di bawah 20 Hertz disebut

infrasonik, sedangkan bunyi yang frekuensinya di atas 18.000 Hertz

disebut suprasonik/ultra sonik (Soepardi dan Iskandar, 2000).

4) Intensitas bunyi dinyatakan dalam dB (decibel). Dikenal : dB HL (hearing

level), dB SL (sensation level), db SPL (sound pressure level). dB HL

dan dB SL dasarnya adalah subyektif, dan inilah yang biasanya

digunakan pada audiometer, sedangkan dB SPL digunakan apabila ingin

mengetahui intensitas bunyi yang sesungguhnya secara fisika (ilmu

alam). Contoh : pada 0 dB HL atau 0 dB SL ada bunyi, sedangkan pada 0

dB SPL tidak ada bunyi, sehingga untuk nilai dB yang sama

intensitasnya dalam HL/SL lebih besar dari pada SPL.

5) Ambang dengar adalah bunyi nada murni yang terlemah pada frekuensi

tertentu yang masih dapat didengar oleh telinga seseorang. Terdapat

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Mendengar Pada … II.pdf · sistem pendengaran lansia paling sering terjadi presbikusis. Presbikusis dikenal sebagai kehilangan pendengaran

23

ambang dengar menurut konduksi udara (AC) dan menurut konduksi

tulang (BC). Bila ambang dengar ini dihubungkan dengan garis, baik AC

maupun BC, maka akan didapatkan audiogram. Dari audiogram akan

dapat diketahui jenis dan derajat ketulian.

6) Nilai Nol Audiometrik (audiometric zero) dalam dB HL dan dB SL, yaitu

intensitas nada murni yang terkecil pada suatu frekuensi tertentu yang

masih dapat didengar oleh telinga rata-rata orang dewasa muda yang

normal (18-30 tahun). Pada tiap frekuensi intensitas nol audiometrik

tidak sama. Telinga manusia paling sensitif terhadap bunyi dengan

frekuensi 1.000 Hz yang besar nilai nol audiometriknya kira-kira 0,0002

dyne/cm2. Ditambah 2 standar yang dipakai yaitu standar ISO dan ASA.

ISO : Internasional standard organization dan ASA : American standard

Association.

0 dB ISO = -10 dB ASA atau

10 dB ISO = 0 dB ASA

Pada audiogram angka-angka intensitas dalam dB bukan menyatakan

kenaikan linier, tetapi merupakan kenaikan logaritma secara perbandingan.

Contoh : 20 dB bukan dua kali lebih keras daripada 10 dB, tetapi : 20/10 =

2, jadi 10 kuadrat = 100 kali lebih keras.

7) Notasi pada audiogram. Untuk pemeriksaan audiogram, dipakai grafik AC,

yaitu dibuat dengan garis lurus penuh (intensitas yang diperiksa antara

125-8000 Hz) dan grafik BC yaitu dibuat dengan garis terputus-putus

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Mendengar Pada … II.pdf · sistem pendengaran lansia paling sering terjadi presbikusis. Presbikusis dikenal sebagai kehilangan pendengaran

24

(intensitas yang diperiksa : 250-4000 Hz). Untuk telinga kiri dipakai warna

biru, sedangkan untuk telinga kanan, warna merah.

8) Jenis dan derajat ketulian serta gap. Dari audiogram dapat dilihat apakah

pendengaran normal (N) atau tuli. Derajat ketulian dihitung dengan

menggunakan indeks fletcher yaitu :

Ambang dengar (AD) = AD 500 Hz + AD 1000 Hz + AD 2000 Hz

3

Dapat dihitung ambang dengar hantaran udara (AC) atau hantaran tulang

(BC). Pada interprestasi audiogram harus ditulis : telinga yang mana, apa

jenis ketuliannya, bagaimana derajat ketuliannya, misalnya : telinga kiri

tuli campuran sedang. Dalam menentukan derajat ketulian, yang dihitung

hanya ambang dengar hantaran udaranya (AC) saja. Derajat ketulian

menurut ISO :

0-25 dB : normal

26-40 dB : tuli ringan

41-60 dB : tuli sedang

61-90 dB : tuli berat

> 90 dB : tuli sangat berat

Dari hasil pemeriksaan audiogram disebut ada gap apabila antara AC dan

BC terdapat perbedaan lebih atau sama dengan 10 dB, minimal pada 2

frekuensi yang berdekatan. Pada pemeriksaan audiogram, kadang-kadang

perlu diberi masking. Untuk memberi masking pada pemeriksaan

audiometri, pada head phone telinga yang tidak diperiksa diberi suara

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Mendengar Pada … II.pdf · sistem pendengaran lansia paling sering terjadi presbikusis. Presbikusis dikenal sebagai kehilangan pendengaran

25

seperti angin (bising), supaya telinga yang tidak diperiksa tidak dapat

mendengar bunyi yang diberikan pada telinga yang diperiksa. Pemeriksaan

dengan masking dilakukan apabila telinga yang diperiksa mempunyai

pendengaran yang mencolok bedanya dari telinga yang satu lagi. Oleh

karena AC pada 45 dB atau lebih dapat diteruskan melalui tengkorak ke

telinga kontralateral, maka pada telinga kontralateral (yang tidak

diperiksa) diberi bising supaya tidak dapat mendengar bunyi yang

diberikan pada telinga yang diperiksa. Masking ada 2 yaitu : narrow

bandnoise (NB) = masking audiometri nada murni dan white noise (WN) =

masking audiometri tutur (speech).

2.2 Terapi Musik Klasik Rindik

2.2.1 Pengertian

Musik bersumber dari kata muse, kata muse yang kemudian diambil alih ke dalam

bahasa Inggris jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dapat diartikan

sebagai bentuk renungan. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, musik adalah

seni menyusun nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan

temporal,untuk menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan

kesinambungan. Lebih jelas lagi Campbell (2001) mendefenisikan, musik sebagai

“bahasa yang mengandung unsur universal, bahasa yang melintasi batas usia, jenis

kelamin, ras, agama dan kebangsaan”.

Terapi musik terdiri dari dua kata yaitu “terapi” dan “musik”. Kata “terapi”

berkaitan dengan serangkaian upaya yang dirancang untuk membantu atau

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Mendengar Pada … II.pdf · sistem pendengaran lansia paling sering terjadi presbikusis. Presbikusis dikenal sebagai kehilangan pendengaran

26

menolong orang. Biasanya kata tersebut digunakan dalam konteks masalah fisik

dan mental. Kata “musik” dalam “terapi musik” digunakan untuk menjelaskan

media yang digunakan secara khusus dalam rangkaian terapi. Djohan (2009)

dalam bukunya psikologi musik, mendefenisikan terapi musik sebagai “sebuah

aktivitas terapeutik yang menggunakan musik sebagai media untuk memperbaiki,

memelihara, mengembangkan mental, fisik, dan kesehatan emosi”. Sedangkan

menurut Bassano (2009) menyatakan musik adalah “bentuk seni yang paling

berpengaruh terhadap pusat fisik dan jaringan saraf”. Musik juga mempengaruhi

sistem saraf parasimpatis atau sistem saraf otonom, baik secara langsung maupun

tidak langsung.

Terapi musik terdiri dari kegiatan mencipta dan mengolah musik, menggunakan

berbagai instrument dan suara manusia, sebagai cara untuk membantu seseorang

pasien mengkomunikasikan perasaan dan pemikiran mereka yang terdalam,

termasuk kekuatiran, ketakutan, maupun ganjalan-ganjalan yang lain.

Mendengarkan musik tidak hanya meningkatkan inteligensi, namun juga

membantu penyembuhan penyakit.

Dr. Raynond Bahr, pemimpin lembaga jantung di rumah sakit St. Agnes,

Baltimore, Amerika, mengemukakan bahwa “setengah jam mendengarkan musik

klasik memiliki efek psikis yang sama dengan minum 10 miligram valium”.

Kedengerannya memang dramatis, namun yang penting adalah pengakuannya

bahwa musik klasik bisa menenangkan kondisi psikis seseorang. Terapi musik

merupakan jenis terapi psikofisika yang berdampak langsung pada psikis maupun

fisik, dua aspek yang tak terpisahkan satu sama lain, sebab badan dan jiwa

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Mendengar Pada … II.pdf · sistem pendengaran lansia paling sering terjadi presbikusis. Presbikusis dikenal sebagai kehilangan pendengaran

27

merupakan satu kesatuan. Musik sejak lama sudah dianggap sebagai perangkat

misterius yang dapat menyeimbangkan kerjasama antara tubuh dan jiwa

(Mangoenprasodjo dan Hidayati, 2005).

Getaran udara (vibrasi) yang dihasilkan oleh alat musik mempengaruhi getaran

udara yang ada di sekeliling kita. Harmonisasi nada dan irama musik

mempengaruhi kesan harmoni di dalam diri. Jika harmoni musik setara dengan

irama internal tubuh, maka musik memberikan kesan yang menyenangkan,

sebaliknya jika harmoni musik tidak setara dengan irama internal tubuh, maka

musik memberikan kesan yang kurang menyenangkan.

Bunyi musik mengalir dalam gelombang elektromagnetik melalui udara dan dapat

diukur berdasarkan frekuensi dan intensitas bunyi. Frekuensi musik mengacu pada

tinggi rendahnya nada dan tinggi rendahnya kualitas suara yang diukur dalam

Hertz yaitu jumlah daur perdetik dimana gelombang bergetar. Frekuensi suara

yang dapat didengar oleh telinga normal manusia antara 20-20.000 Hertz (Guyton

dan Hall, 2007 ; Ganong, 2002).

Bunyi-bunyian dalam frekuensi tinggi (3.000-8.000 Hz), lazimnya bergetar di

otak dan mempengaruhi fungsi-fungsi kognitif seperti berfikir, persepsi, dan

ingatan. Bunyi-bunyi dengan frekuensi sedang (750-3.000 Hz) cenderung

merangsang jantung, otak, dan emosi. Sedangkan bunyi yang keluar dengan

frekuensi rendah (125-750 Hz) akan mempengaruhi gerakan-gerakan fisik. Bunyi

yang keluar dari alat musik yang dimainkan oleh seseorang yang menguasai alat

musik, memiliki nada yang beraturan dan irama tertentu. Bunyi tersebut dikenal

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Mendengar Pada … II.pdf · sistem pendengaran lansia paling sering terjadi presbikusis. Presbikusis dikenal sebagai kehilangan pendengaran

28

dengan musik. Alunan suara yang terdengar oleh telinga manusia ternyata mampu

memberikan stimulus yang positif bagi manusia (Campbell, 2002)

Musik merupakan sebuah rangsangan pendengaran yang terorganisir yang terdiri

dari melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya. Musik memiliki kekuatan

untuk mengobati penyakit dan ketidakmampuan yang dialami oleh setiap orang.

Ketika musik diaplikasikan sebagai sebuah terapi, musik dapat meningkatkan,

memulihkan dan memelihara kesehatan fisik, mental, emosional, sosial, dan

spiritual dari setiap individu karena musik memiliki beberapa kelebihan seperti

bersifat universal, nyaman, menyenangkan, dan berstruktur. Intervensi dengan

terapi musik dapat mengubah secara efektif ambang otak kita yang dalam keadaan

stres menjadi fisiologis lebih adaptif (Djohan, 2009).

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan terapi musik merupakan salah

satu terapi non farmakologi dengan munggunakan musik dan aktivitas musik

untuk mengatasi masalah dalam aspek fisik, psikologis, emosi, kognitif, dan

kebutuhan sosial seseorang. Dalam hal ini musik sangat mempengaruhi sistem

saraf parasimpatis atau sistem saraf otonom, baik secara langsung maupun tidak

langsung untuk mengoptimalkan fungsi pendengaran. Namun perlu diperhatikan

juga bahwa kadang-kadang bermain musik justru bisa memicu gangguan

pendengaran. Di kalangan pemain musik, suara yang terlalu keras dan terus

menerus memang menjadi pemicu terbesar gangguan pendengaran terutama

tinnitus atau telinga berdenging. Karena itu jika ingin mendapat manfaat dari

bermain musik, pastikan suaranya tidak terlalu keras dan ada cukup waktu bagi

telinga untuk beristirahat (Zendel, 2011).

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Mendengar Pada … II.pdf · sistem pendengaran lansia paling sering terjadi presbikusis. Presbikusis dikenal sebagai kehilangan pendengaran

29

Terapi musik untuk pasien presbikusis sebaiknya diberikan dalam frekuensi 50-

8.000Hz, sesuai dengan frekuensi yang menurun pada lansia, dengan intensitas 55-

70 dB, karena intensitas percakapan normal 60-70 dB dan nilai ambang batas

intensitas kebisingan adalah 85 dB (Arnon dalam Sari, 2006). Hal ini didukung

pula oleh pernyataan Sherwood (2001) “beberapa otot halus telinga tengah akan

berkontraksi secara reflek sebagai respon terhadap suara keras lebih dari 70 dB,

yang menyebabkan membran timpani meregang dan pergerakan tulang-tulang

telinga dibatasi, untuk melindungi perangkat sensorik dari kerusakan”.Suara musik

didengarkan pada jarak 1-2 meter dari telinga pasien (Arnon dalam Sari, 2006).

Jenis musik yang tepat sebagai terapi sebaiknya yang sederhana, menenangkan,

dan mempunyai tempo yang teratur. Musik jazz yang rumit dan heavy rock bukan

merupakan pilihan yang cocok. Musik yang baik dan cocok untuk pendengaran

pasien presbikusis adalah jenis musik klasik. Menurut Sudargo, (2012) seorang

musisi dan pendidik mengatakan “dasar-dasar musik klasik secara umum berasal

dari ritme denyut nadi manusia, sehingga ia berperan besar dalam perkembangan

otak, pembentukan jiwa, karakter bahkan raga manusia”. Suatu jenis musik yaitu

jenis musik klasik mengandung komponen nada berfluktuasi antara nada tinggi

dan nada rendah yang akan merangsang otak.

Musik klasik merupakan istilah luas yang biasanya mengacu pada musik yang

dibuat atau berakar dari tradisi kesenian Barat, musik kristiani, dan musik

orkestra. Musik klasik memiliki perangkat musik yang beraneka ragam, sehingga

di dalamnya terangkum warna-warni suara yang rentang variasinya sangat luas.

Variasi bunyi pada musik klasik jauh lebih kaya daripada variasi bunyi musik

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Mendengar Pada … II.pdf · sistem pendengaran lansia paling sering terjadi presbikusis. Presbikusis dikenal sebagai kehilangan pendengaran

30

yang lainnya, karena musik klasik meyediakan variasi stimulasi yang sedemikian

luasnya bagi pendengar. Musik klasik memiliki keunggulan akan kemurnian dan

kesederhanan bunyi-bunyi yang dimunculkan, irama, melodi, dan frekuensi pada

musik klasik merangsang pendengaran dan memberi rasa nyaman tidak saja di

telinga tetapi juga pada jiwa yang mendengarnya. Ketukan untuk musik klasik

yang berirama lambat kurang lebih 60 ketukan / menit (Mutaqin, 2008).

Peneliti tertarik menggunakan jenis musik klasik tradisional Bali jenis rindik

dalam penelitian ini karena jenis musik ini sudah familiar bagi masyarakat Bali

dan memiliki alunan suara yang khas dan tidak menimbulkan kebisingan, sesuai

dengan yang dibutuhkan pasien lansia yang mengalami presbikusis. Bunyi yang

dihasilkan alat musik rindik adalah bunyi-bunyi alam. Apabila dimainkan secara

apik dan rapi musik rindik akan menghasilkan suara yang merdu, indah, dan

harmonis yang dapat membuat pecinta rindik menikmati ketenangan apabila benar-

benar dihayati (Evayadnya, 2013).

Musik rindik merupakan sebuah alat musik tradisional Bali yang terbuat dari

bambu yang berlaraskan slendro yang terdiri dari 5 nada (ndang, nding, ndong,

ndeng, ndung). Rindik terdiri dari sebuah badan (disebut dengan bumbung) dan

sumber bunyinya berasal dari don atau bilah bambu yang setengah berlubang

biasanya berjumlah 11 hingga 12 bilah dalam satu bumbung. Paling kiri pada

posisi kita memainkannya, bilah bambu terlihat sangat panjang dan lebar, namun

makin ke kanan, bilah bambu semakin pendek dan mungil. Bila dipukul dari kiri

ke kanan maka akan menghasilkan nada dari rendah semakin tinggi. Bagian musik

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Mendengar Pada … II.pdf · sistem pendengaran lansia paling sering terjadi presbikusis. Presbikusis dikenal sebagai kehilangan pendengaran

31

rindik ada satu yang dipasang sedikit lebih tinggi dari yang lainnya, inilah yang

menghasilkan karakteristik suara berdengung.

Rindik dimainkan dengan dua atau tiga pemukul, satu dipegang di tangan kiri, dan

satu atau dua di tangan kanan. Biasanya tangan kiri membawa melodi dan tangan

kanan memainkan pola yang saling menciptakan konfigurasi antara dua bagian

kanan (Suryanatha, 2013). Permainan dari pada rindik lebih menekankan sistem

cecandetan/pukulan yang saling bersahut-sahutan (interlocking figuration).

Ketukan dalam alat musik rindik tergantung dari jenis musik yang dimainkan,

biasanya untuk rindik dari bambu dengan 11 bilah dengan iringan biasa

ketukannya dimulai dari 30 ketukan / menit (Triguna, 1994).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan terapi musik klasik rindik

merupakan salah satu terapi non farmakologi dengan menggunakan musik dan

aktivitas musik klasik rindik yang merupakan musik tradisional Bali yang terbuat

dari bambu berjumlah 11-12 bilah, yang berlaraskan slendro terdiri dari 5 nada

dengan ketukan dimulai dari 30 ketukan / menit, untuk mengatasi masalah aspek

fisik, psikologi, emosi, kognitif, dan kebutuhan sosial seseorang.

2.2.2 Pengaruh musik klasik rindik terhadap sistem tubuh

Musik sebagai gelombang suara diterima dan dikumpulkan oleh daun telinga

masuk ke dalam meatus akustikus eksternus hingga membrana timpani. Membran

timpani bersama rantai osikule dengan aksi hidrolik dan mengungkit, energi bunyi

diperbesar menjadi 25-30 kali (rata-rata 27 kali) untuk menggerakkan medium

cair perilimfe dan endolimfe, setelah itu getaran diteruskan hingga organ Corti

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Mendengar Pada … II.pdf · sistem pendengaran lansia paling sering terjadi presbikusis. Presbikusis dikenal sebagai kehilangan pendengaran

32

dalam koklea dimana getaran akan diubah dari sistem konduksi ke sistem saraf

melalui nervus auditorius (N.VIII) sebagai impuls elektris.

Impuls elektris musik masuk melalui saraf dari ganglion spiralis corti menuju ke

nukleus koklearis dorsalis dan ventralis yang terletak pada bagian atas medulla.

Pada titik ini semua sinaps serabut dan neuron tingkat dua diteruskan terutama ke

sisi yang berlawanan dari batang otak dan berakhir di nukleus olivarius superior.

Setelah melalui nukleus olivarius superior, penjalaran impuls pendengaran

berlanjut ke atas melalui lemniskus lateralis kemudian berlanjut ke kolikulus

inferior, tempat semua atau hampir semua serabut ini berakhir. Setelah itu impuls

berjalan ke nukleus genikulata medial, tempat semua serabut bersinaps, dan

akhirnya berlanjut melalui radiasio auditorius ke korteks auditorius yang

terutama terletak pada girus superior lobus temporalis (Adams et al, 1994).

Kehilangan kemampuan mendengar pada pasien presbikusis sama seperti bentuk

kehilangan pendengaran pada pasien lainnya, hal ini dapat menyebabkan masalah

fisik, emosional dan sosial, seperti : terganggunya hubungan perorangan dengan

keluarga, kompensasi tingkah laku akibat gangguan pendengaran, pemarah dan

mudah frustasi, depresi dan menarik diri dari lingkungan (introvert), merasa

kehilangan kontrol pada kehidupannya, waham curiga (paranoid), self-criticism,

berkurangnya aktivitas dengan kelompok sosial, dan berkurangnya stabilitas

emosi.

Musik merupakan sebuah rangsangan elektris pada organ pendengaran yang

terorganisir yang menghasilkan vibrasi dan harmoni. Vibrasi yang dihasilkan

mempengaruhi secara fisik, sedangkan harmoni yang dihasilkan mempengaruhi

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Mendengar Pada … II.pdf · sistem pendengaran lansia paling sering terjadi presbikusis. Presbikusis dikenal sebagai kehilangan pendengaran

33

secara psikis. Jika vibrasi dan harmoni musik yang digunakan tepat, pendengar

akan merasa nyaman. Jika pendengar merasa nyaman ia akan merasa tenang. Jika

metabolisme tubuhnya berfungsi maksimal ia akan merasa lebih bugar, sistem

pertahanan tubuhnya akan bekerja lebih sempurna, dan kemampuan kreatifitas

akan berkembang lebih baik (Djohan, 2009).

Musik dalam bidang kedokteran memiliki hubungan sejarah yang erat dan

panjang. Sejak zaman Yunani kuno musik digunakan sebagai sarana untuk

mengobati penyakit dan ketidakmampuan yang dialami oleh setiap orang. Ketika

musik diaplikasikan sebagai sebuah terapi, musik dapat meningkatkan,

memulihkan dan memelihara kesehatan fisik, mental, emosional, sosial, dan

spiritual dari setiap individu karena musik memiliki beberapa kelebihan seperti

bersifat universal, nyaman, menyenangkan, dan berstruktur. Intervensi dengan

terapi musik dapat mengubah secara efektif ambang otak kita yang dalam keadaan

stres menjadi fisiologis lebih adaptif. Musik memiliki sifat yang universal dan

sangat mudah diterima oleh organ pendengaran dan tidak dibatasi pula oleh fungsi

intelektual. Pada sistem saraf otonom yang berisi saraf simpatis dan parasimpatis,

musik dapat memberikan rangsangan pada kedua sistem saraf tersebut untuk

menghasilkan respon relaksasi (Djohan, 2009).

Dr. Baroody menyatakan bahwa ada musik “acid” (asam) dan “alkaline” (basa).

Musik yang menghasilkan “acid” di antaranya adalah hard rock dan rap, yang

membuat seseorang merasa marah, bingung, mudah terkejut atau tidak bisa

memusatkan pikiran. Musik yang menghasilkan “alkaline” diantaranya adalah

musik klasik yang lembut, musik instrumental, meditatif, apa yang membuat

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Mendengar Pada … II.pdf · sistem pendengaran lansia paling sering terjadi presbikusis. Presbikusis dikenal sebagai kehilangan pendengaran

34

seseorang merasa rileks, puas dan bahagia. Suara yang harmonis, termasuk musik

alkaline, mensinkronkan sistem saraf, organ tubuh dan kelenjar kita. Penelitian

awal yang dilakukan menunjukan bahwa musik menstimulasi sistem kekebalan

tubuh dengan menyerap pasang surutnya gelombang emosi tubuh kita. Musik

menguatkan kita secara fisik dan emosional. Musik memberi kita kedamaian dan

harapan serta cinta, dan lebih daripada yang lain, kita memerlukan sifat-sifat yang

sangat manusiawi itu untuk menjaga kesehatan sistem kekebalan tubuh kita

(Mucci dan Mucci, 2002).

Hasil penelitian Chunagi (1996) dan Siegel (1999) yang didasarkan atas teori

neuron (sel kondiktor pada sistem saraf), menjelaskan bahwa “neuron akan

menjadi sirkuit jika ada rangsangan musik, rangsangan yang berupa gerakan,

elusan, suara mengakibatkan neuron yang terpisah bertautan dan

mengintegrasikan diri dalam sirkuit otak”. Semakin banyak rangsangan musik

yang diberikan akan semakin kompleks jalinan antar neuron itu.

Musik juga berperan dalam proses pematangan hemisfer otak kanan, walaupun

berpengarauh ke hemisfer kiri oleh karena adanya corpus collosum sebagai cross-

over dari kanan ke kiri dan sebaliknya yang sangat kompleks dari jaras-jaras

neural di otak. Hal inilah yang berpengaruh pada perkembangan linguistik

seseorang. Hal ini didukung pula oleh teori plastisitas pendengaran dimana sistem

pendengaran dimodifikasi oleh pengalaman dan faktor lain. Peningkatan luas

daerah korteks pendengaran juga dihasilkkan oleh penggabungan rangsang

pendengaran. Contoh teori plastisitas korteks yaitu pada pemain musik , dimana

pada mereka terdapat peningkatan luas area auditorik yang terangsang oleh nada-

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Mendengar Pada … II.pdf · sistem pendengaran lansia paling sering terjadi presbikusis. Presbikusis dikenal sebagai kehilangan pendengaran

35

nada musik. Pemain musik juga memiliki serebelum yang lebih besar dari pada

mereka yang bukan pemain musik (Ganong, 2002).

Penelitian lain mengatakan musik di kalangan tuna netra juga memiliki pengaruh

yang sangat ajaib, khususnya terhadap daya pendengaran mereka. Sehingga

banyak berpengaruh positif terhadap kualitas hidupnya. Musik dikatakan juga

mempengaruhi beberapa sistem tubuh seperti : sistem imun, sistem saraf, sistem

endokrin, sistem pernapasan, sistem metabolik, dan sistem kardiovaskuler

(Muhammadi, 2012).

Getaran suara musik yang merupakan rangsangan elektris dihantarkan lewat liang

telinga dan telinga tengah ke telinga dalam melalui stapes, menimbulkan suatu

gelombang berjalan di sepanjang membran basilaris dari organ corti. Puncak

gelombang berjalan disepanjang membran basilaris ditentukan oleh frekuensi

suara musik tersebut. Bila suara musik frekuensi tinggi mengaktivasi membran

basilaris di dekat basis koklea, dan bila frekuensi rendah akan mengaktivasi

membran basilaris di dekat apeks koklea. Hal ini akan mengakibatkan

membengkoknya stereosilia oleh kerja pemberat membrana tektoria dan

menimbulkan depolarisasi sel rambut, sehingga menciptakan potensial aksi pada

serabut-serabut saraf pendengaran yang melekat padanya (Adams et al, 1994).

Pembengkokan sel-sel rambut juga dapat merangsang ujung-ujung saraf yang

terdapat dalam organ corti (Ackerman, 1988). Disinilah rangsangan elektris

gelombang suara musik diubah menjadi energi elektrokimia agar dapat

ditransmisikan melalui saraf vestibulokoklearis (N.VIII) menuju korteks

pendengaran pada lobus temporalis (Adams et al, 1994). Pada sisi lain oleh

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Mendengar Pada … II.pdf · sistem pendengaran lansia paling sering terjadi presbikusis. Presbikusis dikenal sebagai kehilangan pendengaran

36

adanya rangsangan elektris tadi dapat menciptakan potensial aksi pada serabut-

serabut saraf pendengaran untuk meningkatkan aliran darah pada stria vaskularis

(baterai kedua organ corti) untuk mengerakkan cairan endolimfe, sehingga

fungsinya akan kembali optimal (Adams et al, 1994).

2.2.3 Teknik pemberian terapi musik

Penggunaan Terapi musik dapat dilakukan dalam berbagai cara, mulai dari

mendengarkan kaset pilihan hingga menyanyikan atau memainkan sebuah

instrumen. Sejumlah faktor harus diperhatikan seperti : jenis musik, lamanya

musik yang digunakan dan hasil yang diinginkan. Pada penentuan jenis musik

perlu perhatian yang cermat, musik yang digunakan dalam intervensi dicari musik

yang bersifat terapi yaitu memiliki irama yang teratur, pitch yang tidak ekstrim

atau dinamis serta bunyi melodi yang lembut dan mengalun-alun (Djohan, 2009).

Sebelum memberikan terapi musik, peneliti menyiapkan musik yang sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai yaitu peningkatan kemampuan mendengar,

kemudian menyiapkan alat yang digunakan untuk mendengarkan musik yaitu

kaset atau Compack Disk yang akan dibawa pulang oleh responden untuk

didengarkan di rumah. Semua jenis musik sebenarnya dapat digunakan sebagai

terapi musik seperti lagu-lagu relaksasi, lagu popular, maupun lagu atau musik

klasik. Musik dengan tempo konstan, melodi sederhana yang diulang secara

teratur, dan banyak ruang untuk masuknya frekuensi alami sangatlah penting.

Sebagai tambahan, musiknya sendiri harus sesuatu yang disukai, bersifat

menyenangkan karena jika tidak, hal itu tidak akan mendatangkan efek yang

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Mendengar Pada … II.pdf · sistem pendengaran lansia paling sering terjadi presbikusis. Presbikusis dikenal sebagai kehilangan pendengaran

37

menguntungkan bahkan bisa memperburuk kondisi seseorang (Mucci dan Mucci,

2000).

Peneliti tertarik menggunakan jenis musik klasik tradisional Bali jenis rindik

dalam penelitian ini karena jenis musik ini sudah familiar bagi masyarakat Bali

dan memiliki alunan suara yang khas dan tidak menimbulkan kebisingan, sesuai

dengan yang dibutuhkan pasien lansia yang mengalami prebikusis. Frekuensi

yang dianjurkan sekitar 50-8.000 Hz sesuai dengan frekuensi yang menurun pada

lansia yang mengalami prebikusis. Musik diperdengarkan selama 30 menit untuk

mendapatkan efek terapi yang diinginkan, karena seseorang merespon musik

dengan baik pada menit ke 30 sampai 60 (Schwartz, 2007).

Musik klasik rindik diberikan pada intensitas 55- 70 dB, karena intensitas

percakapan normal 60-70 dB dan nilai ambang batas intensitas kebisingan adalah

85 dB (Arnon dalam Sari, 2006). Hal ini didukung pula oleh pernyataan Sherwood

(2001) “beberapa otot halus telinga tengah akan berkontraksi secara reflek sebagai

respon terhadap suara keras lebih dari 70 dB, yang menyebabkan membran timpani

meregang dan pergerakan tulang-tulang telinga dibatasi, untuk melindungi

perangkat sensorik dari kerusakan”. Suara musik didengarkan pada jarak 1-2 meter

dari telinga pasien (Arnon dalam Sari, 2006).

Berikut adalah tehnik dalam penggunaan terapi musik :

a. Pastikan responden kooperatif dan bersedia mendengarkan musik sesuai

dengan petunjuk terapi.

b. Tentukan tujuan intervensi musik yang disepakati dengan responden, dan

libatkan anggota keluarga di rumah dalam pelaksanaanya.

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kemampuan Mendengar Pada … II.pdf · sistem pendengaran lansia paling sering terjadi presbikusis. Presbikusis dikenal sebagai kehilangan pendengaran

38

c. Siapkan peralatan yang akan digunakan dan pastikan semua dalam keadaan

baik.

d. Motivasi responden untuk melaksanakan terapi musik, setelah terapi musik

diberikan lakukan pengukuran kembali kemampuan mendengar pasien

presbikusis dengan pemeriksaan audiometri.