BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan Jiwa 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/49358/2/BAB...

21
9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan Jiwa 2.1.1 Pengertian Gangguan Jiwa Gangguan jiwa menurut PPDGJ III adalah sindrom pada pola berprilaku seseorang secara khas berkaitan dengan suatu geajala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment) didalam satu atau lebih fungsi yang berperan penting di dalam tubuh manusia, yaitu fungsi psikologik, perilaku biologik dan gangguan ini tidak hanya terletak didalam hubungan antara individu tersebut tetapi juga dengan masyarakat sekitar (Maramis, 2010). Kesehatan Jiwa adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri pada lingkungan, berintegrasi dan berinteraksi dengan baik, tepat, dan bahagia pada lingkungan sekitarnya. Selain itu kesehatan jiwa merupakan orang yang memiliki pengetahuan tentang bagaimana cara melakukan perawatan diri yang benar (AH. Yusuf, 2015). Gangguan jiwa adalah Suatu konsep perilaku seseorang yang berhubungan dengan adanya nyeri atau cacat yang disebabkan karena adanya penurunan satu atau lebih suatu fungsi yang penting atau resiko peningkatan kematian, nyeri, kecacatan, atau kerugian pada seseorang (Prabowo, 2014). Sedangkan menurut Undang-undang Kesehatan Jiwa Tahun 2014 kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi dimana seorang individu dapat berkembang baik secara fisik, mental, spiritual dan sosial individu tersebut dapat menyadari kemampuannya sehingga dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikaan kontribusi untuk komunitasnya.

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gangguan Jiwa 2.1.1 Pengertian ...eprints.umm.ac.id/49358/2/BAB...

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gangguan Jiwa

2.1.1 Pengertian Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa menurut PPDGJ III adalah sindrom pada pola berprilaku

seseorang secara khas berkaitan dengan suatu geajala penderitaan (distress) atau

hendaya (impairment) didalam satu atau lebih fungsi yang berperan penting di dalam

tubuh manusia, yaitu fungsi psikologik, perilaku biologik dan gangguan ini tidak

hanya terletak didalam hubungan antara individu tersebut tetapi juga dengan

masyarakat sekitar (Maramis, 2010).

Kesehatan Jiwa adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk

menyesuaikan diri pada lingkungan, berintegrasi dan berinteraksi dengan baik, tepat,

dan bahagia pada lingkungan sekitarnya. Selain itu kesehatan jiwa merupakan orang

yang memiliki pengetahuan tentang bagaimana cara melakukan perawatan diri yang

benar (AH. Yusuf, 2015).

Gangguan jiwa adalah Suatu konsep perilaku seseorang yang berhubungan

dengan adanya nyeri atau cacat yang disebabkan karena adanya penurunan satu atau

lebih suatu fungsi yang penting atau resiko peningkatan kematian, nyeri, kecacatan,

atau kerugian pada seseorang (Prabowo, 2014). Sedangkan menurut Undang-undang

Kesehatan Jiwa Tahun 2014 kesehatan jiwa merupakan suatu kondisi dimana seorang

individu dapat berkembang baik secara fisik, mental, spiritual dan sosial individu

tersebut dapat menyadari kemampuannya sehingga dapat mengatasi tekanan, dapat

bekerja secara produktif, dan mampu memberikaan kontribusi untuk komunitasnya.

10

World Health Organization tahun 2008 menjelaskan kriteria orang yang sehat

jiwanya adalah orang yang dapat melakukan delapan kegiatan ini diantaranya yaitu

orang yang mampu menyesuaikan diri secara konstruktif pada kenyataan, meskipun

kenyataan itu kurang baik, orang yang merasa bebas secara relatif dari kecemasan dan

ketegangan, orang yang memperoleh kepuasan dari usahanya atau perjuangan

hidupnya, orang merasa lebih puas untuk memberi dari pada menerima, orang yang

mampu berhubungan dengan orang lain secara tolong-menolong dan mampu

memuaskan, orang yang mempunya rasa kasih sayang yang besar, orang yang mampu

menerima kekecewaan untuk digunakan sebagai pelajaran di kemudian hari, dan

orang yang mengarahkan rasa permusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan

konstruktif.

2.1.2 Penyebab Gangguan Jiwa

Menurut (Maramis, 2010) penyebab gangguan jiwa ada tiga yaitu :

1. Faktor Somatik (somatogenik), faktor ini diakibatkan karena gangguan pada

neuroanatomi, neurofisiologi, dan neurokimia, yaitu termasuk tinkat

kematangan

2. pada perkembangan organik, serta faktor prenatal dan perinatal.

3. Faktor psikologik (psikogenik), faktor ini terkait dengan interaksi ibu dan

anak, peranan ayah, persaingan antar saudara kandung, hubungan dalam

keluarga, pekerjaan permintaan masyarakat. Selain itu, faktor intelengensi,

tingkat perkembangan emosi, konsep diri, dan pola adaptasijuga akan

mempengaruhi kemampuan untuk menghadapi masalah. Apabila keadaan ini

kurang baik, maka akan menyebabkan seseorang tersebut mengalami

kecemasan, depresi, rasa malu, serta rasa bersalah yang berlebihan.

11

4. Faktor sosial budaya, faktor ini meliputi kestabilan keluarga, pola mengasuh

anak, tingkat ekonomi, perumahan, dan masalah kelompok minoritas yang

meliputi prasangka, fasilitas kesehatan, dan kesejahteraan yang tidak

memadai, serta pengaruh rasial dan keagamaan.

2.1.3 Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa

Tanda dan gejala gangguan jiwa secara umum ada lima yaitu pertama, adanya

rasa tegang (tension), rasa putus asa dan murung, gelisah, cemas, rasa lemah, takut,

berfikir buruk. Kedua, adanya gangguan kognisi pada persepsi merasa mendengar

(mempersepsikan) sesuatu bisikan yang menyuruh membunuh, melempar, naik

genting, membakar rumah, padahal orang disekitarnya tidak mendengarnya dan suara

tersebut sebenarnya hanya muncul dari dalam individu sebagai bentuk kecemasan

yang sangat berat dia rasakan. Hal ini sering disebut halusinasi, klien bisa mendengar

sesuatu, melihat sesuatu atau merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak ada menurut

orang lain. Ketiga, adanya gangguan kemauan klien memiliki kemauan yang lemah

(abulia), susah membuat keputusan atau memulai tingkah laku, susah sekali bangun

pagi, mandi, merawat diri sendiri sehingga terlihat kotor, bau, dan acak-acakan.

Keempat, adanya ganggaun emosi klien merasa senang, gembira yang berlebihan

(Waham kebesaran). Klien merasa sebagai orang penting, sebagai raja, pengusaha,

orang kaya, titisan Bung Karno tetapi dilain waktuia bisa merasa sangat sedih,

menangis, tak berdaya (depresi) sampai ada ide ingin mengakhiri hidupnya. Kelima,

adanya gangguan psikomotor Hiperaktivitas, klien melakukan pergerakan yang

berlebihan naik keatas genting berlari, berjalan maju mundur, meloncat-loncat,

melakukan apa-apa yang tidak disuruh atau menentang apa yang disuruh, diam lama

tidak bergerak atau melakukan gerakan aneh (Yosep, 2009).

12

Menurut (Yosep, 2009) Tanda dan Gejala Gangguan jiwa juga bisa dilihat dari

kedaan fisiknya yaitu meliputi suhu badan pasien yang berubah, pada orang normal

yaitu orang mempunyai suhu badan sekitar 37 derajat celcius. Sedangkan pada orang

yang sedang mengalami gangguan mental meskipun tidak sakit kadangkala mengalami

perubahan suhu. Kedua, bisa dilihat dari denyut nadi pasien, karena biasanya pada

orang gangguan jiwa nadinya akan berirama lebih cepat dari pada orang yang normal.

Ketiga yaitu nafsu makan yang berkurang, karena biasanya seseorang yang sedang

terganggu kesehatan mentalnya nafsu makannya juga akan berkurang.

2.1.4 Jenis-jenis Gangguan Jiwa

Menurut (Kusumawati, 2010) gangguan jiwa secara umum dibagi menjadi

dua, yaitu sebagai berikut :

1. Psikotik adalah suatu gangguan jiwa yang djtandai dengan kehilangan rasa

kenyataan yaitu meliputi (1) Delirium yaitu suatu kegagalan otak secara akut

yang berhubungan dengan disfungsi otonom, disfungsi motorik, dan

kegagalan homeostasis kompleks dan multifaktorial (Wass S, 2008); (2)

Epilepsi yaitu gangguan neurologis umum secara kronis yang biasanya

ditandai dengan adanya kejang secara berulang tanpa alasan, kejang sementara

dan gejala dari aktivitas neuronal yang abnormal (Maryanti, 2016); (3)

Dementia yaitu sindrom klinis yang meliputi hilangnya fungsi intelektual dan

memori yang berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup sehari –hari

(Nugroho, 2008); (4) Skizofrenia yaitu gangguan pada otak sehingga persepsi,

pikiran, emosi, tingkah laku dan perilakunya terganggu (Videbeck, 2008); (5)

Waham yaitu suatu keyakinan klienyang tidak sesuai dengan kenyataan, tetapi

dipertahankan dan tidak dapat diubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan

ini berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan control (Direja, 2011);

13

(6) Gangguan mood yaitu suatu masalah psikiatri yang muncul dari adanya

gangguan depresi (Shannon S, 2009); (7) Halusinasi yaitu hilangnya

kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan internal (fikiran) dan

rangsangan eksternal (dunia luar) (Kusumawati, 2010).

2. Non-psikotik (neurotik) yaitu gangguan yang masih ringan sehingga orang

tersebut masih bisa menjalankan kebutuhan sosialnya dengan wajar tetapi

tidak bisa berfungsi secara optimal yaitu meliputi : (1) Gangguan cemas yaitu

suatu perasaan tidak santai yang samar-samar karena ketidaknyamanan atau

rasa takut yang disertai suatu respon (penyebab tidak spesifik atau tidak

diketahui oleh individu) (AH. Yusuf et al., 2015); (2) Gangguan psikoseksual

yang meliputi Disfungsi psikoseksual, Parafilia dan Gangguan identitas

gender; (4) Alkoholisme yaitu peminum berat yang menyebabkan

terganggunya mental dan kesehatan fisiknya (Kusumawati, 2010); (5) Menarik

diri/isolasi sosial yaitu keadaan dimana seorang individu mengalami

penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang

lain disekitarnya (AH. Yusuf et al., 2015).

2.2 Pengetahuan

2.2.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah suatu hasil dari “tahu” Dan hal ini terjadi setelah orang

melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

panca indra manusia. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan

telinga. Pengetahuan diperoleh dari pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun

pengalaman orang lain, media masa maupun lingkungan. Pengetahuan atau kognitif

merupakan domain terpenting bagi terbentuknya tindakan pada seseorang

14

(Notoatmodjo, 2003). Pengetahuan atau kognitif merupakan domain terpenting bagi

terbentuknya suatu tindakan pada seseorang. Pengetahuan diperlukan sebagai

dorongan psikis dalam menumbuhkan sikap dan Perilaku dalam kehidupan sehari-

hari, sehingga dapat dikatakan bahwa pengetahuan merupakan stimulasi terhadap

tindakan seorang individu (Kholid, 2012:23)

2.2.2 TingkatanPengetahuan

Tingkatan pengetahuan menurut (Kholid, 2012:25) yaitu meliputi:

1. Tahu (Know)

Tahu adalah mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya

termasuk mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari

seluruh bahan yang sudah dipelajari atau ransangan yang sudah diterima.

Tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami (Comprehension)

Memahani adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan secara bener Tentang

suatu objek yang duketahui dan dapat menginterpresentasikan materi secara

benar. Orang telah paham terhadap objek atau materi yang harus dapat

dijelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan , dan

sebagiannya terhadap suatu objek yang telah dipelajari.

3. Aplikasi (Application)

Suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada

situasi dan kondisi real (sebenarnya) ialah dapat menggunakan rumus-rumus,

metode, prinsip, dan sebagainya dalam situasi lain, misalnya dapat

menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah kesehatan dari

dalamkasus yang telah diberikan.

15

4. Analisis (Analysis)

Merupakan suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek di

dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitan satu dengan yang lain.

Kemampuan analisis dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat

menggunakan dan menggambarkan, memisahkan, membedakan,

mengelompokan, dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis)

Sesuatu yang menunjukkan kemampuan untuk meletakan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun suatu formasi

yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan pengetahuan untuk melakukan penilaian

terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu

kreteria yangada.

2.2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Mubarok (2007)

adalah sebagai berikut :

1. Pendidikan adalah proses menuntun terhadap orang lain mengenai suatu hal

agar mereka dapat memahami suatu hal, semakain tinggi tingkat pendidikan

seseorang makan semakin gampang mereka menerima dan memahami

informasi sehingga pengetahuan yang dihasilkan akan semakin meningkat

(Muteara, 2016).

16

2. Pekerjaan, dalam pekerjaan mereka mampu mendakan pengalaman atau

pengetahuan yang baik secara langsung maupun tidak langsung (Muteara,

2016).

3. Umur, adalah suatu kemampuan mengingat semua informasi yang diterima,

individu yang mengalami penuaan mengalami penurunan daya ingat sehingga

akan sulit menerima informasi (Muteara, 2016).

4. Minat, keinginan seseorang untuk tahu dan mencoba sesuatu yang baru

(Muteara, 2016).

5. Pengalaman, suatu keadaan yang pernah dialami seseorang yang mengajarkan

atau mengingatkan suatu yang sangat diingat, seperti pengalaman baik akan

memberi ingatan yang baik, pengalaman buruk akan memberikan ingatan

yang buruk juga (Muteara, 2016).

6. Kebudayaan lingkungan sekitar, ketika sesorang dibesarkan di suatu

lingkungan dengan kebudayaan yang sangat kental, makan akan berpengaruh

besar terhadap sikap pribadi orang itu sendiri (Muteara, 2016).

7. Informasi, jalinan komunikasi yang dapat mempermudah seseorang dalam

memperoleh pengetahuan (Muteara, 2016).

2.2.4 Pengukuran pengetahuan

Pengukuran tingkat pengetahuan adalah dengan mengajukan pertanyaan-

pertanyaan secara langsung (wawancara) atau melalui pertanyaan-pertanyaan tertulis

atau Angket (Notoatmodjo, 2010:56). Disini peneliti menggunakan pengkuran

pengetahuan melalui kuesioner tentang Self Care Deficit.

17

2.3 Self Care Deficit

2.3.1 Pengertian Self Care Deficit

Self care deficit adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami kelainan

dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-

hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir

rambut, pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilannya tidak rapi. Self care

deficit merupakan salah satu masalah yang timbul pada pasien gangguan jiwa. Keadaan

ini merupakan gejala prilaku negatif dan menyebabkan penderita dikucilkan baik

dalam keluarga maupun masyarakat (AH. Yusuf et al., 2015).

Self care deficit adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi

kebutuhannya guna mempertahankan hidupannya, kesehatannya, dan

kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya. Klien dinyatakan terganggu

perawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan dirinya (Mukhripah, 2012).

Self care deficit adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan

kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara

mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian atau berhias, makan dan toileting (Fitria,

2010).

Self Care Deficit adalah situasi di mana seorang mengalami hambatan untuk

melakukan kegiatan perawatan diriseperti mandi, berganti pakaian, makan dan

eliminasi yang disebabkan gangguan kognitif atau gangguan persepsi (Wilkinson, J. M

& Ahern, 2013).

2.3.2 Self Care Deficit Menurut teori Orem

Menurut Orem Self Care Deficit muncul ketika hubungan antara efek

perawatan diri dan kebutuhan seseorang tidak tercukupi.Perawatan diperlukan saat

seorang individu tidak mampu melakukan perawatan diri secara optimal.

18

Ada 3 konsep perawatan diri menurut Orem yaitu meliputi :

1. Perawatan diri (Self Care)

Perawatan pribadi untuk keberadaan sehat yang dilakukan sehari-hari secara

mandiri. Hal ini tergantung pada usia, jenis kelamin, keadaan kesehatan,

lingkungan dan keluarga. Perawatan ini dihasilkan dari hubungan antara

persyaratan terapeutik dan efek perawatan diri.

2. Manajemen dan efek Self Care

Kegiatan ini dimulai dengan perilaku self caring pada individu. Seseorang

tersebut harus mengetahui alasan mengapa harus melakukan aktivitas tertentu

dan mereka harus mengetahui bagaimana cara melakukan perawatan diri dan

memilih urutan aktivitas.

3. Kebutuhan perawatan diri (Self-care requisites)

Kebutuhan perawatan diri ini menurut Orem dibagi menjadi 3 yaitu

kebutuhan universal, perkembangan dan deviasi kesehatan; (a) kebutuhan

perawatan diri universal (universal self care requisites) merupakan kebutuhan yang

ada pada setiap individu yang berkaitan dengan fungsi kemanusiaan dan

proses kehidupan. Biasanya mengacu pada kebutuhan dasar manusia seperti :

pemeliharaan kecukupan udara, intake cairan dan makanan, pemeliharaan

keseimbangan antara aktivitas dan istirahat seseorang, pemeliharaam

keseimbangan antara berdiam diri dan interaksi seseorang, persediaan asuhan

yang berkaitan dengan proses eliminasi, dan meningkatkan keterbatasan

seseorang untuk menjadi normal; (b) kebutuhan perawatan diri

perkembangan (developmental self care requisites) merupakan kebutuhan yang

berkaitan dengan pertumbuhan dan kemajuan individu seperti kebutuhan

nutrisi dan istirahat; (c) kebutuhan deviasi kesehatan (therapeutic requisites)

19

merupakan kebutuhan yang berkaitan dengan penyimpangan status kesehatan

seperti sakit, luka atau kecelakaan sehingga dapat menurunkan kemampuan

seorang individu dalam memenuhi kebutuhan self care nya. Seperti mencari

pengobatan yang tepat pada saat sakit (Tomey & Alligood, 2006).

2.3.3 Tanda dan Gejala Self Care Deficit

Tanda dan gejala self care deficit menurut (Fitria, 2010)yaitu :

1. Mandi/hygiene

Pasien akan mengalami ketidakmampuan dalam membersihkan badan,

memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air

mandi, mendapatkan perlengakapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk

dan keluar kamar mandi.

2. Berpakaian/berhias

Pasien mengalami kelemahan dalam meletakkan atau mengambil potongan

pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh atau menukar pakaian.

Pasien juga mengalami ketidakmampuan dalam mengenakan pakaian dalam,

memilih pakaian, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarik,

melepas pakaian, menggunakan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada

tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian dan mengenakan sepatu.

3. Makan

Pasien mengalami ketidakmampuan dalam menelan makanan,

mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunyah makanan,

menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka container,

memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dari wadah lalu

memasukkannya ke mulut, melengkapi makanan, mencerna makanan

20

menurut cara yang diterima oleh masyarakat, mengambil gelas atau cangkir,

serta cukup mencerna cukup makanan dengan aman.

4. Eliminasi

Pasien memiliki keterbatasan dalam mendapatkan jamban atau kamar kecil,

duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk toileting,

membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram toilet atau

kamar kecil.

Menurut Depkes (2000) dalam Markhiyah (2012), tanda dan gejala pada

pasien Self Care Deficit adalah :

1. Fisik

1) Badan bau, pakaian kotor

2) Rambut dan kulit kotor

3) Kuku panjang dan kotor

4) Gigi kotor disertai mulut bau

5) penampilan

2. Psikologis

1) Malas, tidak ada inisiatif

2) Menarik diri, isolasi diri

3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina

3. Sosial

1) Interaksi kurang

2) Kegiatan kurang

3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma

Keterbatasan perawatan diri diatas biasanya diakibatkan karena stressor yang

cukup berat dan sulit ditangani oleh pasien (pasien bisa mengalami harga diri rendah),

21

sehingga dirinya tidak mampu mengurus atau merawat dirinya sendiri baik dalam hal

mandi, berpakian, berhias, makan, maupun BAB dan BAK.

2.3.4 Penyebab Self Care Deficit

Menurut (Tarwoto, 2009) penyebab Self Care Deficit yaitu :

1. Faktor Predisposisi

1) Perkembangan

Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan pasien sehingga

perkembangan inisiatif pasien terganggu.

2) Biologis

Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan

perawatan diri.

3) Kemampuan realitas turun

Pasien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang

dan menyebabkan ketidakpedulian dirinya san lingkungan termasuk

perawatan diri.

4) Sosial

Gangguan ini diakibatkan karena kurangnya dukungan dan latihan

kemampuan perawatan diri pada lingkungannya. Situasi lingkungan

mempengaruhi latian kemampuan dalam perawatan diri.

2. Faktor Presipitasi

Yang merupakan faktor presipitasi self care deficit adalah kurang penurunan

motivasi, kerusakan kognisi, afektif dan psikomotor sehingga menyebabkan

individu kurang mampu dalam melakukan perawatan diri.

22

2.3.5 Jenis-jenis Self Care Deficit

Menurut (Nanda-I, 2012) dalam Markhiyah (2014), jenis Self Care Deficit dibagi

menjadi :

1. Self Care Deficit, Mandi

Adanya hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan

mandi/berattivitas perawatan diri untuk diri sendiri.

2. Self Care Deficit, Berpakaian

Adanya hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas

berpakaian dan berias untuk diri sendiri.

3. Self Care Deficit, Makan

Adanya hambatan kemampuan untuk melakukan dan menyelesaikan aktivitas

sendiri.

4. Self Care Deficit, Eliminasi

Adanya hambatan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas eliminasi

sendiri.

Jenis-jenis Self Care Deficit menurut AH. Yusuf (2015) yaitu meliputi :

1. Kebersihan Diri

Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, pakaian kotor, bau badan,

bau napas, dan penampilan tidak rapi.

2. Berdandan atau berhias

Kurangnya minat dalam memilih pakaian yang sesuai, tidak menyisir rambut,

atau mencukur kumis.

23

3. Makan

Mengalami kesukaran dalam mengambil, ketidakmampuan membawa

makanan dari piring ke mulut, dan makan hanya beberapa suap makanan dari

piring.

4. Toileting

Ketidakmampuan atau tidak adanya keinginan untuk melakukan defekasi atau

berkemih tanpa bantuan.

2.3.6 Dampak dari Self Care Deficit

Menurut (Mukhripah, 2012) dampak dari Self Care Deficit yaitu meliputi :

1. Dampak Fisik

Dampak yang sering dialami seseorang yang tidak melakukan perawatan diri

secara benar salah satunya adalah terjadinya gangguan fisik seperti : gangguan

integritas kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan

telinga, gangguan fisik pada kuku.

2. Dampak Psikososial

Adanya masalah yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan

rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mecintai, kebutuhan harga diri,

akutualisasi diri dan gangguan infeksi sosial.

2.3.7 Penilaian Self Care Deficit

Penilaian pada self care deficit peneliti menggunakan alat ukur berupa kuisioner

dengan berskala Guttman. Skala Guttman yaitu merupakan skala yang menginginkan

tipe jawaban tegas terhadap masalah yang sedang diteliti, dan hanya ada dua interval,

yaitu setuju dan tidak setuju. Skala ini dibuat dalam bentuk pilihan ganda maupun

checklist. Jawaban dari responden dibuat dengan skor tertinggi “satu” dan skor

terendah yaitu “nol”.

24

Kelebihan penilaian dengan menggunakan Skala Guttman ini yaitu baik untuk

meyakinkan hasil penelitian mengenai kesatuan dimensi sikap atau sifat yang sedang

di teliti (Usman, 2011). Pada penelitian ini peneliti mengkategorikan pada Skor 0-6

yaitu dikategorikan sebagai Self Care Deficit buruk, Skor 7-13, dikategorikan sebagai

Self Care Deficit sedang dan Skor 14-21, dikategorikan sebagai Self Care Deficit baik.

2.3.8 Teori Perubahan Perilaku

Menurut (Maulana, 2009) agar sesuai harapan perilaku seseorang dapat

dirubah dengan berbagai tahap yaitu sebagai berikut :

1. Conditioning (pembiasaan)

Berdasarkan teori belajar conditioning yang dikemukakan oleh beberapa ahli

seperti skinner dan pavion, bahwa untuk pembentukan perilaku perlu

dilakukan dengan cara :

1) Langkah pertama yaitu dengan cara melakukan pengenalan terhadap

sesuatu sebagai penguat, diantaranya hadiah atau reward.

2) Langkah kedua yaitu melakukan analisis untuk mengidentifikasi bagian-

bagian kecil dalam pembentukan suatu perilaku sesuai apa yang

diinginkan, kemudian disusun dalam urutan yang tepat agar sesuai

dengan apa yang diharapkan.

3) Langkah ketiga yaitu menggunakan bagian-bagian kecil dari perilaku,

yaitu :

a. Menyusun secara urut bagian dari perilaku sesuai tujuan utama.

b. Memberikan hadiah untuk masing-masing bagian.

c. Membentuk perilaku sesuai dengan apa yang telah disusun.

d. Jika bagian perilaku pertama telah dilakukan, hadiah akan diberikan

sehingga tindakan akan sering dilakukan dan akhirnya perilaku kedua

25

dan seterusnya akan terbentuk sesuai dengan perilaku yang

diharapkan.

2. Insight (pengertian)

Menurut Kohler tokoh psikologi Gestalt hal yang terpenting dalam belajar

adalah Insight atau pengertian. Sebagai contoh “pasien gangguan jiwa

diberikan pengertian bahwa pasien setiap hari harus mandi agar badan bersih,

nyaman, sehat dan tidak mengganggu kenyamanan orang lain”.

3. Role Model

Menurut Bandura berdasarkan Teori Belajar Social (Social Learning Theory)

pada dasarnya pembentukan perilaku dapat dilakukan dengan menggunakan

contoh atau model. Disini perawat sebagai contoh bagaimana cara melakukan

ADL yang benar.

2.4 Activity Daily Living

2.4.1 Pengertian Activity Daily Living

Activity Daily Living (ADL) adalah aktivitas sehari-hari yang dilakukan

seseorang dalam setiap harinya. Aktivitas ini mencakup makan, berpakaian, eliminasi,

mandi, menyikat gigi dan berdandan/berhias dengan tujuan untuk memenuhi

perannya sebagai pribadi dalam keluarga dan masyarakat (Potter & Perry, 2005).

Activity Daily Living adalah kemampuan seseorang dalam mengurus atau

merawat dirinya sendiri (Self Care) yang dimulai dari bangun tidur, berpakaian, ke

kamar mandi, dan seterusnya (Mubarak, 2009).

2.4.2 Macam-macam Activity Daily Living

Macam-macam Activity Daily Living menurut (Tamher, 2009) dibagi dalam tiga

kategori yaitu:

26

1. Aktivitas Dasar Sehari-hari (ADL/Basic Activity of Daily Living)

ADL merupakan ketrampilan dasar yang harus dimiliki seseorang untuk

merawat dirinya sendiri. Aktivitas sehari-hari terdiri dari Beberapa kegiatan,

yaitu:

1) Mandi

Mandi meliputi kemampuan untuk menggosok atau membersihkan

sendiri seluruh bagian tubuhnya baik mandi dengan pancuran (shower)

atau masuk dan keluar bath tub.

2) Berpakaian

Berpakaian meliputi kemampuan klien untuk mengambil pakaian sendiri

dari dalam lemari atau laci, mengenakan baju sendiri, dan memasang

kancing atau resleting

3) Toileting

Toileting meliputi keluar masuk toilet, beranjak dari kloset, merapikan

pakaian sendiri, dan membersihkan organ ekskresi.

4) Makan

Makan meliputi menyuap makanan, dan mengambil makanan dari piring.

Kegiatan mengiris daging, dan menyiapkan hidangan tidak termasuk

dalam kemampuan makan ini.

2. Aktivitas Instrumental (IADL/Instrumental Activity of Daily Living)

IADL yaitu aktivitas yang lebih kompleks yang mendasar bagi situasi

kehidupan dalam bersosialisasi, yaitu meliputi seperti belanja, memasak,

pekerjaan rumah tangga, mencuci, telepon, menggunakan transportasi,

mampu menggunakan obat dengan benar, serta manajemen keuangan.

27

3. Aktivitas Tingkat Tinggi (AADL/Advanced Activity of Daily Living)

AADL terdiri dari aktivitas yang menggambarkan peran seseorang dalam

kehidupan sosial, keluarga, dan masyarakat termasuk kegiatan okupasional

dan rekreasional.

2.4.3 Faktor-Faktor Activity Daily Living

Faktor-faktor Activity Daily Living menurut (Mubarak, 2007) yaitu meliputi :

1. Pertumbuhan dan Perkembangan

Usia serta perkembangan sistem muskuloskeletal dan persarafan akan

berpengaruh terhadap postur, proporsi tubuh, massa tubuh, pergerakan, serta

refleks tubuh seseorang.

2. Kesehatan Fisik

Gangguan pada sistem musculoskeletal atau persarafan dapat menimbulkan

dampak negatif pada pergerakan tubuh. Adanya trauma, penyakit atau

kecacatan yang dapat menganggu pergerakan pada struktur tubuh.

3. Status Mental

Gangguan mental seperti depresi, perasaan tertekan, cemas, atau stress dapat

mempengaruhi seseorang dalam melakukan suatu kegiatan.Seseorang yang

mengalami depresi cenderung tidak antusias dalam mengikuti kegiatan

tertentu bahkan termasuk perawatan hygiene.

4. Gaya Hidup

Seseorang dengan pola hidup yang sehat atau kebiasaan makan yang baik

kemungkinan tidak akan mengalami hambatan dalam pergerakan.

5. Sikap dan Nilai Personal

28

Nilai-nilai yang tertanam dalam keluarga dapat mempengaruhi aktivitas yang

dilakukan oleh seseorang.

6. Nutrisi

Nutrisi berguna bagi organ tubuh untuk mempertahankan status kesehatan.

Konsumsi nutrisi yang kurang dapat menyebabkan kelemahan otot sehingga

terjadi penurunan aktivitas. Sedangkan konsumsi nutrisi yang berlebih dapat

menyebabkan terbatasnya pergerakan tubuh sehingga seseorang menjadi

mudah lelah.

7. Faktor Sosial

Seseorang dengan tingkat kesibukan yang tinggi secara tidak langsung akan

sering melakukan aktivitas, sebaliknya seseorang yang jarang berinteraksi

dengan lingkungan sekitar akan lebih sedikit aktivitas yang dilakukannya.

2.4.4 Metode Pelaksanaan Activity Daily Living

Asuhan keperawatan pada pasien Self Care Deficit dibagi 3 tahap yaitu : pada

tahap 1 yaitu dilakukan Conditioning (pembiasaan). Pada tahap ini akan dilakukan

selama 18 hari, pada hari pertama akan melakukan perkenalan diri, kontrak waktu,

edukasi, memberikan informed consent, memberikan pre test, memberikan dan

menjelaskan bagaimana cara menggunakan buku saku dan mengajari bagaimana

melakukan cara mandi secara benar. Pada hari kedua dan ketiga akan dilakukan

review bagaimana cara melakukan cara mandi secara benar. Pada hari keempat

sampai keenam akan dijelaskan bagaimana cara melakukan cara berdandan/berhias

secara benar. Pada hari ketujuh sampai kesembilanakan dijelaskan bagaimana cara

melakukan makan secara benar. Pada hari kesepuluh sampai keduabelas akan

dijelaskan bagaimana cara melakukan toileting secara benar. Pada tahap kedua

akandilakukan Insight (pengertian). Tahap ini pasien akan akan diberikan pengertian

29

tentang apa definisi, penyebab, tanda dan gejala, kerugian dari self care deficit, dan

manfaat dari melakukan activity daily living secara benar melalui penyuluhan. Pada

tahap ketiga yaitu Role Model, disini peneliti memberikan contoh bagaimana cara

melakukan Activity Daily Living secara benar. Pada hari ke limabelas penelitiakan

mencontohkan langsung cara melakukan mandi dan berdandan/berhias dengan

benar dan pada hari ke enambelas pasien akan mencoba cara melakukan mandi dan

berdandan/berhias dengan benar. Pada hari ketujuhbelas penelitiakan mencontohkan

langsung bagaimana cara melakukan makan dan toileting dengan benar. Pada hari ke

delapanbelas pasien akan mencoba bagaimana cara melakukan makan dan toileting

secara benar serta peneliti akan dilakukan post test.