BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi -...
-
Upload
truongminh -
Category
Documents
-
view
233 -
download
1
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ergonomi -...
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Ergonomi
Nurmianto : (2008) istilah "ergonomi" berasal dari bahasa Latin yaitu
ERGON (KERJA) dan NOMOS (HUKUM ALAM) dan dapat didefinisikan sebagai
studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau
secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan
desain/perancangan. Ergonomi berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi,
kesehatan, keselamatan dan kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah,
dan tempat rekreasi. Di dalam ergonomi dibutuhkan studi tentang sistem dimana
manusia, fasilitaskerja dan lingkungannya saling berinteraksi dengan tujuan
utama yaitu menyesuaikan suasana kerja dengan manusianya. Ergonomi disebut
juga sebagai "Human Factors". Ergonomi juga digunakan oleh berbagai macam
ahli/profesional pada bidangnya misalnya : ahli anatomi, arsitektur, perancangan
produk idustri, fisika, fisioterapi, terapi pekerjaan, psikologi, dan teknik industri.
(Definisi diatas adalah berdasar pada Internasional Ergonomics Association).
Selain itu ergonomi juga dapat diterapkan untuk bidang fisiologi, psikologi,
perancangan, analisis, sintesis, evaluasi proses kerja dan produk bagi
wiraswastawan, manajer, pemerintah, militer, dosen dan mahasiswa.
Human Factors Engineering atau Human Engineering. Wignjosoebroto :
(2008), ergonomi atau ergonomics sebenarnya berasal dari kata Yunani yaitu
Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Dengan demikian
ergonomi dimaksudkan sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari rnanusia
dalam kaitannya dengan pekerjaannya. Istilah ergonomi lebih populer digunakan
oleh beberapa negara Eropa Barat. Di Amerika istilah ini lebih dikenal sebagai.
Nurmianto : (2008), penerapan ergonomi pada umumnya merupakan
aktivitas rancang bangun (desain) ataupun rancang ulang (re-desain). Hal ini
7
dapat meliputi perangkat keras seperti misalnya perkakas kerja (tools), bangku
kerja (benches), platform, kursi, pegangan alat kerja (workholders), sistem
pengendali (controls), alat peraga (display), jalan/lorong (access ways), pintu
(doors), jendela (windows), dan lain-lain.
Nurmianto : (2008), ergonomi dapat berperan pula sebagai desain pekerjaan
pada suatu organisasi, misalnya : penentuan jumlah jam istirahat, pemilihan
jadwal pergantian waktu kerja (shift kerja), meningkatkan variasi pekerjaan, dan
lain-lain.
Wignjosoebroto : (2008), disiplin ergonomi secara khusus akan mempelajari
keterbatasan dari kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi dan
produk-produk buatannya. Disiplin ini berangkat dari kenyataan bahwa manusia
rnemiliki batas-batas kemampuan baik jangka pendek maupun jangka panjang
pada saat berhadapan dengan keadaan lingkungan sistem kerjanya yang berupa
perangkat keras/hardware (mesin, peralalan kerja dll) dan/atau perangkat
lunak/software (metode kerja, sistem dan prosedur, dll).
Nurmianto : (2008), disamping itu ergonomi juga memberikan peranan
penting dalam meningkatkan faktor keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya :
desain suatu sistem kerja untuk mengurangi rasa nyeri dan ngitu pada sistem
kerangka dan otot manusia, desain stasiun kerja untuk alat peraga visual (visual
display unit station).
Nurmianto : (2008), penerapan faktor ergonomi lainnya yang tidak kalah
pentingnya adalah untuk desain dan evaluasi produk. Produk-produk ini haruslah
dapat dengan mudah diterapkan (dimengerti dan digunakan) pada sejumlah
populasi masyarakat tertentu tanpa mengakibatkan bahaya/resiko dalam
penggunaannya.
Wignjosoebroto : (2008), disiplin human engineering atau ergonomi banyak
diaplikasikan dalam berbagai proses perancangan produk (man-made objects)
8
ataupun operasi kerja sehari-harinya. Disiplin ergonomi - khususnya yang
berkaitan dengan pengukuran dimensi tubuh manusia (anthropometri) - telah
menganalisa, mengevaluasi dan membakukan jarak jangkau yang
memungkinkan rata manusia untuk melaksanakan kegiatannya dengan mudah
dan gerakan-gerakan yang sederhana.
Wignjosoebroto : (2008), beberapa pokok-pokok kesimpulan mengenai
disiplin ergonomi, yaitu sebagai berikut :
a. Fokus perhatian dari ergonomi ialah berkaitan erat dengan aspek- aspek
manusia di dalam perencanaan "man-made objects" dan lingkungan
kerja. Pendekatan ergonomi akan ditekankan pada penelitian
kemampuan keterbatasan manusia - baik secara fisik maupun mental
psikologis - dan interaksinya dalam sistem manusia-mesin yang integral.
Secara sistematis pendekatan ergonomi kemudian akan memanfaatkan
informasi tersebut untuk tujuan rancang bangun, sehingga akan tercipta
produk, sistem atau lingkungan kerja yang lebih sesuai dengan manusia.
Pada gilirannya rancangan yang ergonomis akan dapat meningkatkan
efisiensi, efektifitas dan produktivitas kerja, serta dapat menciptakan
sistem serta lingkungan kerja yang cocok, aman, nyaman dan sehat.
b. Ergonomi didefinisikan sebagai "a discipline concerned with designing
man-made objects (equipments) so that people can use them effectively
and savely and creating environments suitable for human living and
work". Dengan demikian jelas bahwa pendekatan ergonomi akan mampu
menimbulkan "functional effectiveness" dan kenikmatan-kenikmatan
pemakaian dari peralatan fasilitas maupun lingkungan kerja yang
dirancang.
c. Maksud dan tujuan utama dari pendekatan disiplin ergonomi diarahkan
pada upaya memperbaiki performans kerja manusia seperti menambah
9
kecepatan kerja, accuracy, keselamatan kerja disamping untuk
mengurangi enersi kerja yang berlebihan serta mengurangi datangnya
kelelahan yang terlalu cepat. Disamping itu disiplin ergonomi diharapkan
pula mampu memperbaiki pendaya gunaan sumber daya manusia serta
meminimalkan kerusakan peralatan yang disebabkan kesalahan manusia
(human errors).
d. Pendekatan khusus yang ada dalam disiplin ergonomi ialah aplikasi yang
sistematis dari segala informasi yang relevan yang berkaitan dengan
karakteristik dan perilaku manusia di dalam perancangan peralatan,
fasilitas dan lingkungan kerja yang dipakai. Untuk ini analisis dan
penelitian ergonomi akan meliputi hal-hal yang berkaitan dengan :
1. Anatomi (struktur), fisiologi (bekerjanya) dan anthropometri (ukuran)
tubuh manusia.
2. Psikologi yang fisiologis mengenai berfungsinya otak dan sistem syaraf
yang berperan dalam tingkah laku manusia.
3. Kondisi-kondisi kerja yang dapat mencederai baik dalam waku yang
pendek maupun panjang ataupun membuat celaka manusia; dan
sebaliknya ialah kondisi-kondisi kerja yang dapat membuat nyaman
kerja manusia.
2.2. Anthropometri dan Aplikasinya dalam Perancangan Fasilitas Kerja
Nurmianto : (2008), anthropometri menurut Stevenson (1989) dan Nurmianto
(1991) adalah satu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan
karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan
dari data tersebut untuk penanganan masalah desain. Penerapan data
anthropometri ini akan dapat dilakukan jika tersedia nilai mean (rata-rata) dan SD
(standar deviasi) nya dari suatu distribusi normal.
10
Wignjosoebroto : (2008), istilah Anthropometri berasal dari "anthro" yang
berarti manusia dan "metri" yang berarti ukuran. Secara definitif anthropometri
dapat dinyatakan sebagai satu studi yang berkaitan dengan pengukuran dimensi
tubuh manusia. Manusia pada dasarnya akan memiliki bentuk, ukuran (tinggi,
lebar, dsb) berat dan lain-lain yang berbeda satu dengan yang lainnya.
Anthropometri secara luas akan digunakan sebagai pertimbangan-pertimbangan
ergonomis dalam memerlukan interaksi manusia. Data anthropometri yang
berhasil diperoleh akan diaplikasikan secara luas antara lain dalam hal :
1. Perancangan areal kerja (work station, interior mobil, dll)
2. Ferancangan peralatan kerja seperti mesin, equipment, perkakas (tools) dan
sebagainya.
3. Perancangan produk-produk konsumtif seperti pakaian, kursi/ meja
komputer, dll.
4. Perancangan lingkungan kerja fisik.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data anthropometri akan
menentukan bentuk, ukuran dan dimensi yang tepat yang berkaitan dengan
produk yang dirancang dan manusia yang akan mengoperasikan/menggunakan
produk tersebut. Dalam kaitan ini maka perancang produk harus mampu
rnengakomodasikan dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan
menggunakan produk hasil rancangannya tersebut. Secara umum sekurang-
kurangnya 90 % : 95% dari populasi yang menjadi target dalam kelompok
pemakai suatu produk haruslah mampu menggunakannya dengan selayaknya.
2.3. Anthropometri dan Dimensi Ruang Kerja
Wignjosoebroto : (2008), anthropometri pada dasarnya akan menyangkut
ukuran fisik atau fungsi dari tubuh manusia termasuk di sini ukuran linier, berat,
volume, ruang gerak, dan lain-lain. Data antropometri ini akan sangat bermanfaat
11
di dalam perencanaan peralatan kerja atau fasilitas-fasilitas kerja (terrnasuk disini
perencanaan ruang kerja). Persyaratan ergonomis mensyaratkan agar supaya
peralatan dan fasilitas kerja sesuai dengan orang yang menggunakannya
khususnya yang menyangkut dimensi ukuran tubuh. Dalam menentukan ukuran
maksimum atau minimum biasanya digunakan data anthropornetri antara 5-th
dan 95-th percentile. Untuk perencanaan stasiun kerja data anthropometri akan
bermanfaat baik di dalam memilih fasilitas-fasilitas kerja yang sesuai dimensinya
dengan ukuran tubuh operator, maupun di dalam merencanakan dimensi ruang
kerja itu sendiri.
Wignjosoebroto : (2008), dimensi ruang kerja akan dipengaruhi oleh dua hal
pokok yaitu situasi fisik dan situasi kerja yang ada. Di dalam menentukan dimensi
ruang kerja perlu diperhatikan antara lain jarak jangkau yang bisa dilakukan oleh
operator, batasan-batasan ruang yang enak dan cukup memberikan keleluasaan
gerak operator dan kebutuhan area minimum yang harus dipenuhi untuk
kegiatan-kegiatan tertentu.
2.4. Kalibrasi Dimensi Tubuh Manusia
Nurmianto : (2008), aspek-aspek ergonomi dalam suatu roses rancang
bangun fasilitas kerja adalah merupakan suatu faktor penting dalam menunjang
peningkatan pelayanan jasa produksi. Terutama dalam hal perancangan ruang
dan fasilitas akomodasi.
Perbedaan antara satu populasi dengan populasi yang lain adalah
dikarenakan oleh faktor-faktor sebagai berikut :
a. Keacakan/Random
Walaupun telah terdapat dalam satu kelompok populasi yang sudah jelas
sama jenis kelamin, suku/bangsa, kelompok usia dan pekerjaannya, namun
masih akan ada perbedaan yang cukup signifikan antara berbagai macam
12
masyarakat. Distribusi frekuensi secara statistik dari dimensi kelompok
anggota masyarakat jelas dapat diaproksimasikan dengan menggunakan
Distribusi Normal, yaitu dengan menggunakan data percentil yang telah
diduga, jika mean (rata-rata) dan SD (standar deviasi) nya telah dapat
diestimasi.
b. Jenis Kelamin
Secara distribusi statistik ada perbedaan yang signifikan antara dimensi
tubuh pria dan wanita. Untuk kebanyakan dimensi pria dan wanita ada
perbedaan yang signifikan di antara mean (rata-rata) dan nilai perbedaan ini
tidak dapat diabaikan begitu saja. Pria dianggap lebih panjang dimensi
segmen badannya daripada wanita. Oleh karenanya data antropometri untuk
kedua jenis kelamin tersebut selalu disajikan secara terpisah.
c. Suku Bangsa (Ethnic Variability)
Variasi di antara beberapa kelompok suku bangsa telah menjadi hal yang
tidak kalah pentingnya terutama karena meningkatnya jumlah angka migrasi
dari satu negara ke negara yang lain, suatu contoh sederhana bahwa yaitu
dengan meningkatnya jumlah penduduk yang migrasi dari negara Vietnam
ke Australia, untuk mengisi jumlah satuan angkatan kerja (industrial
workforce), maka akan mempengaruhi antropometri secara nasional.
d. Usia
Digolongkan atas beberapa kelompok usia yaitu :
- Balita
- Anak-anak
- Remaja
- Dewasa dan
- Lanjut usia
13
Hal ini jelas berpengaruh terutama jika desain diaplikasikan untuk
antropometri anak-anak. Antropometrinya akan cenderung terus meningkat
sampai batas usia dewasa. Namun setelah menginjak usia dewasa, tinggi
badan manusia mempunyai kecenderungan untuk menurun yang antara lain
disebabkan oleh berkurangnya elastisitas tulang belakang (intervertebral
discs). Selain itu juga berkurangnya dinamika gerakan tangan dan kaki.
e. Jenis Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam
seleksi karyawan stafnya. Seperti misalnya : buruh dermaga/pelabuhan
adalah harus mempunyai postur tubuh yang relatif lebih besar dibandingkan
dengan karyawan perkantoran pada umumnya. Apalagi jika dibandingkan
dengan jenis pekerjaan militer.
f. Pakaian
Hal ini juga merupakan sumber variabilitas yang disebabkan oleh
bervariasinya iklim/musim yang berbeda dari satu tempat ke tempat yang
lainnya terutama untuk daerah dengan empat musim. Misalnya pada waktu
musim dingin manusia akan memakai pakaian yang relatif lebih tebal dan
ukuran yang relatif lebih besar. Ataupun untuk para pekerja di
pertambangan, pengeboran lepas pantai, pengecoran logam. Bahkan para
penerbang dan astronot pun harus mempunyai pakaian khusus.
g. Faktor Kehamilan pada Wanita
Faktor ini sudah jelas akan mempunyai pengaruh perbedaan yang berarti
kalau dibandingkan dengan wanita yang tidak hamil, terutama yang
berkaitan dengan Analisis Perancangan Produk (APP) dan Analisis
Perancangan Kerja (APK).
14
h. Cacat Tubuh Secara Fisik
Suatu perkembangan yang menggembirakan pada dekade terakhir yaitu
dengan diberikannya skala prioritas pada rancang bangun fasilitas
akomodasi untuk para penderita cacat tubuh secara fisik sehingga mereka
dapat ikut serta merasakan "kesamaan" dalam penggunaan jasa dari hasil
ilmu ergonomi didalam pelayanan untuk masyarakat. Masalah yang sering
timbul misalnya: keterbatasan jarak jangkauan dibutuhkan ruang kaki (knee
space) untuk desain meja kerja, lorong/jalur khusus untuk kursi roda, ruang
khusus di dalam lavatory, jalur khusus untuk keluar masuk perkantoran,
kampus, hotel, restoran, super market dan lain-lain.
2.5. Data Antropometri dan Cara Pengukurannya.
Wignjosoebroto : (2008), manusia pada umumnya akan berbeda-beda dalam
hal bentuk dan dimensi ukuran tubuhnya. Di sini ada beberapa faktor yang akan
mempengaruhi ukuran tubuh manusia, sehingga sudah semestinya seorang
perancang produk harus memperhatikan faktor-faktor tersebut yang antara lain
adalah :
a. Umur,
secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar –
seiring dengan bertambahnya umur – yaitu sejak awal kelahirannya sampai
dengan umur sekitar 20 tahunan. Dari suatu penelitian yang dilakukan oleh
A.F. Roche dan G.H. Davila (1972) di USA diperoleh kesimpulan bahwa laki-
laki akan tumbuh dan berkembang naik sampai dengan usia 21,2 tahun,
sedangkan wanita 17,3 tahun; meskipun ada sekitar 10% yang masih terus
bertambah tinggi sampai usia 23,5 tahun (laki-laki) dan 21,1 tahun (wanita).
Setelah itu, tidak lagi akan terjadi pertumbuhan bahkan justru akan
15
cenderung berubah menjadi penurunan ataupun penyusutan yang dimulai
sekitar umur 40 tahunan.
b. Jenis Kelamin (Sex)
Dimensi ukuran tubuh laki-laki umumnya akan lebih besar dibandingkan
dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti
pinggul, dan sebagainya.
c. Suku/Bangsa (Ethnic)
Setiap suku, bangsa ataupun kelompok etnik akan memiliki karakteristik fisik
yang akan berbeda satu dengan yang lainnya. Gambar 0.1. berikut
menunjukkan perbedaan dimensi ukuran (tinggi) dari berbagai macam suku
bangsa (5-th dan 95-th percentiles) tertentu.
Gambar 2. Perbedaan Tinggi Tubuh Manusia dalam Posisi Berdiri
Tegak untuk Berbagai Suku Bangsa
Sumber : Wignjosoebroto, 2008
Catatan : 1. Amerika 6. Italia (militer)
2. Inggris 7. Perancis (militer)
3. Swedia 8. Jepang (militer)
4. Jepang 9. Turki (militer)
5. Amerika (pilot)
16
d. Posisi Tubuh (Posture)
Sikap (posture) ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran
tubuh oleh sebab itu, posisi tubuh standard harus diterapkan untuk survei
pengukuran. Dalam kaitan dengan posisi tubuh dikenal 2 cara pengukuran
yaitu :
Pengukuran Dimensi Struktur Tubuh (Structural Body Dimension)
Di sini tubuh diukur dalam berbagai posisi standard dan tidak bergerak
(tetap tegak sempurna). Istilah lain dari pengukuran tubuh dengan cara ini
dikenal dengan "Static Anthropometry". Dimensi tubuh yang diukur
dengan posisi tetap antara lain meliputi berat badan, tinggi tubuh dalam
posisi berdiri, maupun duduk, ukuran kepala, tinggi/panjang lutut pada
saat berdiri/duduk, panjang lengan dan sebagainya. Ukuran dalam hal ini
diambil dengan percentile tertentu seperti 5-th dan 95 th percentile.
Gambar 3. Pengukuran Struktur Dimensi Tubuh dalam Posisi
Berdiri dan Duduk Tegap
Sumber : Wignjosoebroto, 2008
17
Pengukuran Dimensi Fungsional Tubuh (Functional Body
Dimensions)
Di sini pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat berfungsi
melakukan gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan
yang harus diselesaikan. Hal pokok yang ditekankan dalam pengukuran
dimensi fungsional tubuh ini adalah mendapatkan ukuran tubuh yang
nantinya akan berkaitan erat dengan gerakan-gerakan nyata yang
diperlukan tubuh untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu. Cara
pengukuran ini dilakukan pada saat tubuh melakukan gerakan-gerakan
kerja atau dalam posisi yang "dinamis". Cara pengukuran semacam ini
akan menghasilkan data "dynamic anthropometry". Gambar 3.4. berikut
ini menunjukkan beberapa contoh pengukuran fungsi tubuh dalam
melakukan beberapa gerakan kerja yang dinamis. Anthropometri dalam
posisi tubuh melaksanakan fungsinya yang dinarnis akan banyak
diaplikasikan dalam proses perancangan fasilitas ataupun ruang kerja.
Gambar 0.4. Pengukuran Dimensi Fungsional Tubuh dalam
Berbagai Posisi Gerakan Kerja
Sumber : Wignjosoebroto, 2008
18
2.6. Aplikasi Distribusi Normal Dalam Penetapan Data Antropometri
Nurmianto : (2008), adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai
mean (rata-rata) dan SD (standar deviasi). sedangkan percentile adalah suatu
nilai yang menyatakan bahwa percentase tertentu dari sekelompok, orang yang
dimensinya sama dengan atau lebih rendah darl nilai tersebut. Misalnya : 95%
populasi adalah sama dengan atau lebih rendah dari 95 percentil; 5% dari
populasi berada sama dengan atau lebih rendah dari 5 percentil. Besarnya nilai
percentil dapat ditentukan dari tabel probabilitas distribusi normal.
Gambar 5. Distribusi Normal dengan Data Antropometri 95-
th Percentile
Sumber: Wignjosoebroto, 2008
Nurmianto : (2008), dalam pokok bahasan antropometri, 95 percentil
menunjukkan tubuh berukuran besar, sedangkan 5 percentil menunjukkan tubuh
berukuran kecil. Jika diinginkan dimensi untuk mengakomodasi 95% populasi
maka 2,5 dan 97,5 percentil adalah batas ruang yang dapat dipakai dan
ditunjukkan pada gambar di atas.
Wignjosoebroto : (2008), untuk penetapan data anthropometri ini, pemakaian
distribusi normal akan umum diterapkan. Dalam statistik, distribusi normal dapat
diformulasikan berdasarkan harga tata-rata (mean, X) dan simpangan
standardnya (standard deviation, σx) dari data yang ada. Dari nilai yang ada
18
2.6. Aplikasi Distribusi Normal Dalam Penetapan Data Antropometri
Nurmianto : (2008), adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai
mean (rata-rata) dan SD (standar deviasi). sedangkan percentile adalah suatu
nilai yang menyatakan bahwa percentase tertentu dari sekelompok, orang yang
dimensinya sama dengan atau lebih rendah darl nilai tersebut. Misalnya : 95%
populasi adalah sama dengan atau lebih rendah dari 95 percentil; 5% dari
populasi berada sama dengan atau lebih rendah dari 5 percentil. Besarnya nilai
percentil dapat ditentukan dari tabel probabilitas distribusi normal.
Gambar 5. Distribusi Normal dengan Data Antropometri 95-
th Percentile
Sumber: Wignjosoebroto, 2008
Nurmianto : (2008), dalam pokok bahasan antropometri, 95 percentil
menunjukkan tubuh berukuran besar, sedangkan 5 percentil menunjukkan tubuh
berukuran kecil. Jika diinginkan dimensi untuk mengakomodasi 95% populasi
maka 2,5 dan 97,5 percentil adalah batas ruang yang dapat dipakai dan
ditunjukkan pada gambar di atas.
Wignjosoebroto : (2008), untuk penetapan data anthropometri ini, pemakaian
distribusi normal akan umum diterapkan. Dalam statistik, distribusi normal dapat
diformulasikan berdasarkan harga tata-rata (mean, X) dan simpangan
standardnya (standard deviation, σx) dari data yang ada. Dari nilai yang ada
18
2.6. Aplikasi Distribusi Normal Dalam Penetapan Data Antropometri
Nurmianto : (2008), adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai
mean (rata-rata) dan SD (standar deviasi). sedangkan percentile adalah suatu
nilai yang menyatakan bahwa percentase tertentu dari sekelompok, orang yang
dimensinya sama dengan atau lebih rendah darl nilai tersebut. Misalnya : 95%
populasi adalah sama dengan atau lebih rendah dari 95 percentil; 5% dari
populasi berada sama dengan atau lebih rendah dari 5 percentil. Besarnya nilai
percentil dapat ditentukan dari tabel probabilitas distribusi normal.
Gambar 5. Distribusi Normal dengan Data Antropometri 95-
th Percentile
Sumber: Wignjosoebroto, 2008
Nurmianto : (2008), dalam pokok bahasan antropometri, 95 percentil
menunjukkan tubuh berukuran besar, sedangkan 5 percentil menunjukkan tubuh
berukuran kecil. Jika diinginkan dimensi untuk mengakomodasi 95% populasi
maka 2,5 dan 97,5 percentil adalah batas ruang yang dapat dipakai dan
ditunjukkan pada gambar di atas.
Wignjosoebroto : (2008), untuk penetapan data anthropometri ini, pemakaian
distribusi normal akan umum diterapkan. Dalam statistik, distribusi normal dapat
diformulasikan berdasarkan harga tata-rata (mean, X) dan simpangan
standardnya (standard deviation, σx) dari data yang ada. Dari nilai yang ada
19
tersebut, maka "percentiles" dapat ditetapkan sesuai dengan tabel probabilitas
distribusi normal. Dengan percentile, maka yang dimaksudkan di sini adalah
suatu nilai yang menunjukkan prosentase tertentu dari orang yang memiliki
ukuran pada atau di bawah nilai tersebut. Sebagai contoh 95-th percentile akan
menunjukkan 95% populasi akan berada pada atau di bawah ukuran tersebut;
sedangkan 5-th percentile akan menunjukkan 5% populasi akan berada pada
atau di bawah ukuran itu. Dalam antropometri, angka 95-th akan
menggambarkan ukuran manusia yang "terbesar" dan 5-th percentile sebaliknya
akan menunjukkan ukuran "terkecil". Bilamana diharapkan ukuran yang mampu
mengakomodasikan 95% dari populasi yang ada, maka di sini diambil rentang
2,5-th dan 97,5-th percentile sebagai batas-batasnya, seperti yang ditunjukkan
dalam gambar di atas.
Wignjosoebroto : (2008), pemakaian nilai-nilai percentile yang umum
diaplikasikan dalam perhitungan data antropometri dapat dijelaskan dalam tabel
berikut ini :
Tabel 2. Macam Precentile dan Cara Perhitungan dalam Distribusi
Normal
Wignjosoebroto : (2008), untuk memperjelas mengenai data antropometri
untuk bisa diaplikasikan dalam berbagai rancangan produk ataupun fasilitas
20
kerja; maka gambar berikut akan memberikan infrmasi tentang berbagai macam
anggota tubuh yang perlu diukur :
Gambar 6. Antropometri Tubuh Manusia yang Diukur Dimensinya
Keterangan :
1 = dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai s/d ujung
kepala).
2 = tinggi mata dalam posisi berdiri tegak.
3 = tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.
4 = tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).
5 = tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri
tegak (dalam gambar tidak ditunjukkan).
6 = tinggi tubuh dalam posisi duduk (diukur dari alas tempat
duduk/pantat sampai dengan kepala.
7 = tinggi mata dalam posisi duduk.
8 = tinggi bahu dalam posisi duduk.
9 = tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus).
20
kerja; maka gambar berikut akan memberikan infrmasi tentang berbagai macam
anggota tubuh yang perlu diukur :
Gambar 6. Antropometri Tubuh Manusia yang Diukur Dimensinya
Keterangan :
1 = dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai s/d ujung
kepala).
2 = tinggi mata dalam posisi berdiri tegak.
3 = tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.
4 = tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).
5 = tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri
tegak (dalam gambar tidak ditunjukkan).
6 = tinggi tubuh dalam posisi duduk (diukur dari alas tempat
duduk/pantat sampai dengan kepala.
7 = tinggi mata dalam posisi duduk.
8 = tinggi bahu dalam posisi duduk.
9 = tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus).
20
kerja; maka gambar berikut akan memberikan infrmasi tentang berbagai macam
anggota tubuh yang perlu diukur :
Gambar 6. Antropometri Tubuh Manusia yang Diukur Dimensinya
Keterangan :
1 = dimensi tinggi tubuh dalam posisi tegak (dari lantai s/d ujung
kepala).
2 = tinggi mata dalam posisi berdiri tegak.
3 = tinggi bahu dalam posisi berdiri tegak.
4 = tinggi siku dalam posisi berdiri tegak (siku tegak lurus).
5 = tinggi kepalan tangan yang terjulur lepas dalam posisi berdiri
tegak (dalam gambar tidak ditunjukkan).
6 = tinggi tubuh dalam posisi duduk (diukur dari alas tempat
duduk/pantat sampai dengan kepala.
7 = tinggi mata dalam posisi duduk.
8 = tinggi bahu dalam posisi duduk.
9 = tinggi siku dalam posisi duduk (siku tegak lurus).
21
10 = tebal atau lebar paha.
11 = panjang paha yang diukur dari pantat s/d ujung lutut.
12 = panjang paha yang diukur dari pantat s/d bagian belakang dari
lutut/betis.
13 = tinggi lutut yang bisa diukur baik dalam posisi berdiri ataupun
duduk.
14 = tinggi tubuh dalam posisi duduk yang diukur dari lantai sampai
dengan paha.
15 = lebar dari bahu (bisa diukur dalam posisi berdiri ataupun duduk).
16 = lebar pinggul/pantat.
17 = lebar dari dada dalam keadaan membusung (tidak tampak
ditunjukkan dalarn gambar).
18 = lebar perut.
19 = panjang siku yang diukur dari siku sampai dengan ujung jari-jari
dalam posisi siku tegak lurus.
20 = lebar kepala.
21 = panjang tangan diukur dari pergelangan sampai dengan ujung
jari.
22 = lebar telapak tangan.
23 = lebar tangan dalam posisi tangan terbentang lebar-lebar
kesamping kiri-kanan (tidak ditunjukkan dalam gambar).
24 = tinggi jangkauan tangan dalam posisi berdiri tegak, diukur dari
lantai sampai dengan telapak tangan yang terjangkau lurus ke
atas (vertikal).
25 = tinggi jangkauan tangan dalam posisi duduk tegak, diukur seperti
halnya no 24 tetapi dalam posisi duduk (tidak ditunjukkan dalam
gambar).
22
26 = jarak jangkauan tangan yang terjulur ke depan diukur dari bahu
sampai ujung jari tangan.
Data antropometri dibuat sesuai dengan ukuran tubuh laki-laki dan
perempuan, harga rata-rata (X), standard deviasi (σx) serta percentile tertentu (5-
th, 95-th, dan sebagainya).
Harga Rata-rata X = ∑Standar Deviasi σ = ∑( )
Koefisien Variansi, v, didefinisikan sebagai berikut :v = σX x 100%Nurmianto : (2008), adapun nilai v yang direkomendasikan oleh J.A.
Roebuck J.A. et.al. untuk berbagai macam kelompok dimensi tubuh tersebut
ditabulasikan sebagai berikut :
Tabel 3. Nilai v yang direkomendasikan oleh J.A. Roebuck J.A. et.al.
Nurmianto : 2008, berikut adalah data antropometri masyarakat Indonesia
yang di dapat dari Interpolasi masyarakat British dan Hongkong :
22
26 = jarak jangkauan tangan yang terjulur ke depan diukur dari bahu
sampai ujung jari tangan.
Data antropometri dibuat sesuai dengan ukuran tubuh laki-laki dan
perempuan, harga rata-rata (X), standard deviasi (σx) serta percentile tertentu (5-
th, 95-th, dan sebagainya).
Harga Rata-rata X = ∑Standar Deviasi σ = ∑( )
Koefisien Variansi, v, didefinisikan sebagai berikut :v = σX x 100%Nurmianto : (2008), adapun nilai v yang direkomendasikan oleh J.A.
Roebuck J.A. et.al. untuk berbagai macam kelompok dimensi tubuh tersebut
ditabulasikan sebagai berikut :
Tabel 3. Nilai v yang direkomendasikan oleh J.A. Roebuck J.A. et.al.
Nurmianto : 2008, berikut adalah data antropometri masyarakat Indonesia
yang di dapat dari Interpolasi masyarakat British dan Hongkong :
22
26 = jarak jangkauan tangan yang terjulur ke depan diukur dari bahu
sampai ujung jari tangan.
Data antropometri dibuat sesuai dengan ukuran tubuh laki-laki dan
perempuan, harga rata-rata (X), standard deviasi (σx) serta percentile tertentu (5-
th, 95-th, dan sebagainya).
Harga Rata-rata X = ∑Standar Deviasi σ = ∑( )
Koefisien Variansi, v, didefinisikan sebagai berikut :v = σX x 100%Nurmianto : (2008), adapun nilai v yang direkomendasikan oleh J.A.
Roebuck J.A. et.al. untuk berbagai macam kelompok dimensi tubuh tersebut
ditabulasikan sebagai berikut :
Tabel 3. Nilai v yang direkomendasikan oleh J.A. Roebuck J.A. et.al.
Nurmianto : 2008, berikut adalah data antropometri masyarakat Indonesia
yang di dapat dari Interpolasi masyarakat British dan Hongkong :
23
Tabel 4. Data antropometri masyarakat Indonesia yang di dapat dari
Interpolasi masyarakat British dan Hongkong (Pheasant,
1986) terhadap masyarakat Indonesia (Suma’mur, 1989)
serta istilah dimensionalnya (Nurmianto, 1991a ;
Nurmianto, 1991b)
24
2.7. Pengukuran Jumlah Sampel untuk Tingkat Ketelitian yang Diinginkan
Nurmianto : (2008), dalam perancangan survey antropometri jumlah sampel
dapat diperkirakan untuk setiap dimensi. Dengan diketahuinya nilai Standar
Deviasi, Tingkat Ketelitian yang diinginkan dengan berasumsi bahwa dimensinya
ber Distribusi Normal.
Pada umumnya kita menginginkan derajat ketelitian 1% dari nilai yang akan
ditentukan, dengan 95% tingkat kepercayaan yaitu 95% percaya bahwa nilai
yang sebenarnya adalah lebih kurang 1% dari nilai yang diukur.
Katakan nilai yang bersesuaian adalah merupakan dimensi rata-ratanya.
Kemudian Standard Error (kesalahan standar) dari rata-rata dirumuskan sebagai
berikut :
S = σ√NDimana :S = Standard Error dari rata-rata (σ )σ = Standar Deviasi
N = ukuran sampel yang nilai rata-ratanya ditentukan.
Untuk 95% tingkat kepercayaan (Confidence Level), nilai rata-rata sebenarnya
adalah :X ± 1,96 SJika nilai rata-rata yang akan diukur adalah dengan derajat ketelitian 1% maka :
1,96 S = 1100 XSubtitusi dengan rumus di atas menjadi :
1,96 S = 1100 X
25
= 1,96 √ =Jadi N = 38400= 38400 vdimana v adalah koefisien variansi.
Misalkan dimensi yang bersesuaian adalah panjang anggota tubuh yang
lebih pendek (shorter body length), kita dapat memllih koefisien variasi sebesar
4,6% dari tabel untuk gambar 5.10., jadi :
N = 38400 x (0,046)2
N = 81 sampel
Ukuran sampel pada umumnya dibutuhkan lebih besar dari nilai diatas
agar didapat nilai persentil pada perkiraan dengan ketelitian yang baik.
Kesalahan standard (standard Error) untuk persentil yang umum dipakai
diekspresikan sebagai standard error rata-rata sebagai berikut :
- Untuk 10 dan 90 persentil dipakai 1,7 Sx
- Untuk 05 dan 95 persentil dipakai 2,1 Sx
- Untuk 01 dan 99 persentil dipakai 3,7 Sx
Jadi untuk tingkat ketelitian 1% pada 01 dan 99 persentil, maka ukuran
sampel diperkirakan dari :
N' = (3,7)2 N
= (3,7)2 x 81
= 1109 sampel
2.8. Aplikasi Data Antropometri dalam Perancangan Produk/Fasilitas Kerja
Wignjosoebroto : (2008), data antropometri yang menyajikan data ukuran
dari berbagai macam anggota tubuh manusia dalam percentiler tertentu akan
sangat besar manfaatnya pada saat suatu rancangan produk ataupun fasilitas
26
kerja akan dibuat. Agar rancangan suatu produk nantinya bisa sesuai dengan
ukuran tubuh manusia yang akan mengoperasikannya, maka prinsip-prinsip apa
yang harus diambil di dalam aplikasi data antropometri tersebut harus ditetapkan
terlebih dahulu seperti diuraikan berikut ini :
a. Prinsip Perancangan Produk bagi Individu dengan Ukuran yang
Ekstrim
Di sini rancangan produk dibuat agar bisa memenuhi 2 (dua)
sasaran produk. yaitu :
- Bisa sesuai untuk ukuran tubuh manusia yang mengikuti
klasifikasi ekstrim dalam arti terlalu besar atau kecil bila
dibandingkan dengan rata-ratanya.
- Tetap bisa digunakan untuk memenuhi ukuran tubuh yang lain
(mayoritas dari populasi yang ada).
Agar bisa memenuhi sasaran pokok tersebut maka ukuran yang
diaplikasikan ditetapkan dengan cara :
- Untuk dimensi minimum yang harus ditetapkan dari suatu
rancangan produk umumnya didasarkan pada nilai percentile
yang terbesar seperti 90-th, 95-th atau 99-th percentile.
- Untuk dimensi maksimum yang harus ditetapkan diambil
berdasarkan nilai percentile yang paling rendah (1-th, 5-th, 10-th
percentile) dari distribusi data antropometri yang ada.
Secara umum aplikasi data anthropometri untuk perancangan
produk ataupun fasilitas kerja akan menetapkan nilai 5-th percentile
untuk dimensi maksimum dan 95-th untuk dimensi minimumnya.
27
b. Prinsip Perancangan Produk yang Bisa Dioperasikan di antara
Rentang Ukuran Tertentu.
Di sini rancangan bisa dirubah-rubah ukurannya sehingga cukup
fleksible dioperasikan oleh setiap orang yang memiliki berbagai
macam ukuran tubuh. Contoh yang paling umum dijumpai adalah
perancangan kursi mobil yang mana dalam hal ini letaknya bisa
digeser maju/mundur dan sudut sandarannyapun bisa berubah-ubah
sesuai dengan yang diinginkan. Dalam kaitannya untuk mendapatkan
rancangan yang fleksibel, semacam ini maka data anthropometri yang
umum diaplikasikan adalah dalam rentang nilai 5-th – 95-th percentile.
c. Prinsip Perancangan Produk dengan Ukuran Rata-Rata.
Dalam hal ini rancangan produk didasarkan terhadap rata-rata
ukuran manusia. Problem pokok yang dihadapi dalam hal ini justru
sedikit sekali mereka yang berbeda dalarn ukuran rata-rata. Di sini
produk dirancang dan dibuat untuk mereka yang berukuran sekitar
rata-rata, sedangkan bagi mereka yang memiliki ukuran ekstrim akan
dibuatkan rancangan tersendiri.
Berkaitan dengan aplikasi data antropometri yang diperlukan
dalam proses perancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka ada
beberapa saran/rekomendasi yang bisa diberikan sesuai dengan
langkah-langkah seperti berikut :
- Pertama kali terlebih dahulu harus ditetapkan anggota tubuh yang
mana yang nantinya akan difungsikan untuk mengoperasikan
rancangan tersebut.
- Tentukan dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan
tersebut; dalam hal ini juga perlu diperhatikan apakah harus
28
menggunakan data structural body dimension ataukah functional
body dimension.
- Selanjutnya tentukan populasi terbesar yang harus diantisipasi,
diakomodasikan dan menjadi target utama pemakai rancangan
produk tersebut. Hal ini lazim dikenal sebagai "market
segmentation" seperti produk mainan untuk anak-anak, peralatan
rumah tangga untuk wanita, dll.
- Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti semisal apakah
rancangan tersebut untuk ukuran individual yang ekstrirn. Rentang
ukuran yang fleksibel (adjustable) ataukah ukuran rata-rata.
- Pilih prosentase populasi yang harus diikuti; 90-th, 95-th, 99-th
ataukah nilai percentile yang lain yang dikehendaki.
- Untuk setiap dimensi tubuh yang telah diidentifikasikan selanjutnya
pilih/tetapkan nilai ukurannya dari tabel data antropometri yang
sesuai. Aplikasikan data tersebut dan tambahkan faktor
kelonggaran (allowance) bila diperlukan seperti halnya tambahan
ukuran akibat faktor tebalnya pakaian yang harus dikenakan oleh
operator, pemakaian sarung tangan (gloves), dan lain-lain.