BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bonus Demografirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/58613/4/Chapter...

22
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bonus Demografi Bonus demografi adalah keuntungan ekonomis yang disebabkan oleh penurunan proporsi penduduk muda yang mengurangi besarnya biaya investasi untuk pemenuhan kebutuhannya, sehingga sumber daya dapat dialihkan kegunaannya untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan keluarga. Para ekonom telah lama berteori bahwa tabungan menyumbang meningkatakan pendapatan per kapita, karena investasi yang lebih besar akan memicu output per kapita yang lebih tinggi. Ini dibuktikan oleh Lee, Mason, dan Miller (2001) dalam penelitiannya yang menggunakan data survei rumah tangga dari Taiwan tentang pendapatan, estimasi tabungan, fertilitas dan mortalitas. Lee, Mason, dan Miller (2001) lalu mensimulasikan peningkatan tingkat tabungan dan peningkatan akumulasi kekayaan berdasarkan life cycle model of saving behaviour.Life cycle modelini dipicu oleh perubahan rasio ketergantungan penduduk muda ( 15 tahun ke bawah) dan peningkatan pesat usia kerja yang diakibatkan oleh penurunan fertilitas yang pesat. Simulasi ini menghasilkan peningkatan yang cukup berarti dalam tingkat tabungan dan dalam akumulasi kekayaan selama periode transisi demografi (dengan asumsi bahwa tingkat suku bunga, return to capital dan tingkat produktifitas konstan). Simulasi ini juga menghasilkan tingkat tabungan dan rasio kekayaan dan pendapatan yang lebih tinggi pada akhir masa transisi demografi dibandingkan pada awal masa Universitas Sumatera Utara

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bonus Demografirepository.usu.ac.id/bitstream/123456789/58613/4/Chapter...

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bonus Demografi

Bonus demografi adalah keuntungan ekonomis yang disebabkan oleh

penurunan proporsi penduduk muda yang mengurangi besarnya biaya investasi

untuk pemenuhan kebutuhannya, sehingga sumber daya dapat dialihkan

kegunaannya untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan peningkatan

kesejahteraan keluarga. Para ekonom telah lama berteori bahwa tabungan

menyumbang meningkatakan pendapatan per kapita, karena investasi yang lebih

besar akan memicu output per kapita yang lebih tinggi. Ini dibuktikan oleh Lee,

Mason, dan Miller (2001) dalam penelitiannya yang menggunakan data survei

rumah tangga dari Taiwan tentang pendapatan, estimasi tabungan, fertilitas dan

mortalitas. Lee, Mason, dan Miller (2001) lalu mensimulasikan peningkatan

tingkat tabungan dan peningkatan akumulasi kekayaan berdasarkan life cycle

model of saving behaviour.Life cycle modelini dipicu oleh perubahan rasio

ketergantungan penduduk muda ( 15 tahun ke bawah) dan peningkatan pesat usia

kerja yang diakibatkan oleh penurunan fertilitas yang pesat. Simulasi ini

menghasilkan peningkatan yang cukup berarti dalam tingkat tabungan dan dalam

akumulasi kekayaan selama periode transisi demografi (dengan asumsi bahwa

tingkat suku bunga, return to capital dan tingkat produktifitas konstan). Simulasi

ini juga menghasilkan tingkat tabungan dan rasio kekayaan dan pendapatan yang

lebih tinggi pada akhir masa transisi demografi dibandingkan pada awal masa

Universitas Sumatera Utara

transisi yang panjang ini. Ini berakibat pada peningkatan pertumbuhan ekonomi

yang stabil dengan tingkat fertilitas dan mortalitas yang rendah. Williamson

menyimpulkan bahwa perubahan demografis, terutama peningkatan penduduk

usia kerja dan peningkatan tabungan yang dipicu oleh penurunan rasio

ketergantungan (dependency ratio), diasosiasikan sebagai telah menyumbang

‘sepertiga’dari rata-rata pertumbuhan per kapita per tahun yang sebesar 6 persen

di Asia Timur pada waktu itu. Penemuan ini para peneliti menyimpulkan bahwa

tingkat fertilitas yang tinggi di negara-negara berkembang telah menjadi salah

satu sebab kemiskinan terus menerus, baik itu terjadi pada tingkat rumah tangga

maupun pada tingkat makro. Jadi keberhasilan para ekonom demografer yang

revisionis dalam membuktikan bahwa penduduk memang mempunyai peranan

terhadap pertumbuhan ekonomi adalah sebagai berikut.

1. Negara berkembang, terutama Asia Timur dan Asia lainnya mengalami

transisi demografi yaitu penurunan fertilitas dan mortalitas yang dalam

tiga dekade menyebakan perubahan struktur umur yang menguntungkan

bagi peningkatan produktivitas.

2. Kemajuan di bidang pembangunan lain yang mengiringi transisi

demografi telah menghasilkan peningkatan kuantitas maupun kualitas

data empiris jangka panjang yang tersedi untuk keperluan penelitian,

memunculkan berkembangnya hipotesis yang dapat diuji kebenarannya.

3. Pendekatan untuk mencari arah dan bentuk hubungan antara pertumbuhan

penduduk dan pertumbuhan ekonomi tidak lagi hanya berfokus pada

jumlah penduduk dan pertumbuhan penduduk secara agregat, melainkan

Universitas Sumatera Utara

juga dampak perubahan struktur penduduk terhadap lapangan kerja

danpertumbuhan GDP per kapita.

Transisi demografi dalam jangka panjang berdampak pada:

1. peninkatan jumlah tenaga kerja yang apabila mendapatkan kesempatan

kerja yang produktif akan meningkatkan total output.

2. akumulasi kekayaan yang lebih besar apabila ada tabungan masyarakat

yang diinvestasikan secara produktif, dan

3. tersedianya modal manusia yang jumlahnya lebih besar apabila ada

kebijakan investasi yang khusus diarahkan untuk meningkatkan kapasitas

sumber daya manusia (Bongaarts,2001; Birdsall dan Sinding eds., 2001)

2.2 Beban Ketergantungan

Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) adalah perbandingan antara

jumlah penduduk umur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun

ke atas (keduanya disebut dengan bukan angkatan kerja) dibandingkan dengan

jumlah pendduk usia 15-64 tahun (angkatan kerja).

Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai

indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara

apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang. Dependency

ratio merupakan salah satu indikator demografi yang penting. Semakin tingginya

persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus

Universitas Sumatera Utara

ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang

belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio

yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung

penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan

tidak produktif lagi.

Pertumbuhan penduduk usia kerja yang lebih pesat dibanding dengan

pertumbuhan penduduk muda memberikan peluang untuk mendapatkan bonus

demografi. Hal ini terwujud apabila ada respons kebijakan pemerintah yang

positif pada saat bonus demografi dengan menyediakan tenaga kerja cukup besar

untuk meningkatkan produktivitas.

Transisi demografi menurunkan proporsi penduduk umur muda dan

meningkatkan proporsi penduduk usia kerja, dan ini menjelaskan hubungan

pertumbuhan penduduk dengan pertumbuhan ekonomi. Penurunan proporsi

penduduk muda mengurangi besarnya investasi untuk pemenuhan kebutuhan

mereka, sehingga sumber daya dapat dialihkan kegunaannya untuk memacu

pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan keluarga (Mason, 2001;

Ross, 2004)

Bagaimana proses mencapai tahap bonus demografi dan bagaimana suatu

negara dapat memanfaatkannya untuk peningkatan kesejahteraan rakyat?

Perubahan struktur umur penduduk ini dapat terjadi karena adanya proses transisi

demografi secara berkelanjutan dan berjangka panjang. Teori transisi demografi

berpendapat, bahwa mula-mula tingkat mortalitas menurun karena kemajuan

teknologi di bidang kesehatan dan penemuan obat-obatan antibiotik.

Universitas Sumatera Utara

Peningkatan teknologi kesehatan ini berhasil menurunkan angka kematian

bayi sehingga laju pertumbuhan penduduk meningkat pesat dan seetelah beberapa

lama tingkat fertilitas juga menurun. Lima belas tahun kemudian kohor ini

memasuki usia produktif, sehingga menyebabkan terjadi pergeseran distribusi

penduduk menurut umur dan menyebabkan penurunan rasio ketergantungan usia

non-produktif terhadap usia produktif.

Bonus demografi sering dikaitkan dengan suatu kesempatan yang hanya

akan terjadi satu kali saja bagi semua penduduk negara, yakni the window of

opportunity. Kesempatan yang ada berkaitan dengan bonus demografi ini berupa

tersedianya kondisi atau ukuran yang sangat ideal pada perbandingan antara

jumlah penduduk yang produktif dan penduduk non produktif. Thewindow of

opportunity ini tidak terjadi selamanya melainkan melainkan hanya terjadi dalam

waktu yang sangat singkat, satu atau dua dekade saja. Ini disebabkan karena

dalam perjalanan transisi demografi, harapan hidup yang terus meningkat akan

meningkatkan jumlah lansia di atas 65 tahun sedemikian rupa, sehingga rasio

ketergantungan akan meningkat lagi. Jadi terbukanya the window of opportunity

yang menyediakan kondisi ideal untuk meningkatkan produktivitas harus

dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh pemerintah suatu negara apabila ingin

meningkatkan kesejahteraan penduduknya. Bongaarts (2001) dan Bloom dkk.

(2003) menekankan bahwa ada beberapa faktor yang penting dalam menjelaskan

hubungannya dengan pertumbuhan ekonomi, yakni penawaran tenaga kerja,

peranan perempuan, tabungan (savings) dan modal manusia (human capital).

Universitas Sumatera Utara

2.3 Ketenagakerjaan Sumber daya manusia atau sering disebut dengan human resources

merupakan penduduk secara keseluruhan. Dari segi penduduk sebagai faktor

produksi, maka tidak semua penduduk dapat bertindak sebagai faktor produksi,

hanya penduduk yang berupa tenaga kerja (man power) yang dapat dianggap

sebagai faktor produksi

Sumber daya manusia menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk

memberikan jasa atau usaha kerja tersebut. Mampu bekerja, berarti mampu

melakukan kegiatan yang mempunyai nilai ekonomis, yaitu bahwa kegiatan

tersebut menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Secara fisik, kemampuan kerja diukur dengan usia. Dengan kata lain orang dalam

usia kerja dianggap mampu bekerja. Kelompok dalam usia tersebut dinamakan

tenaga kerja atau man power. Secara singkat, tenaga kerja didefinisikan sebagai

penduduk dalam usia kerja (Simanjuntak, 2005).

2.3.1 Teori-teori Ekonomi Sumber Daya Manusia

1. Teori Klasik Adam Smith

Adam Smith (1729-1790) mengemukakan, bahwa manusia sebagai faktor

produksi utama yang menentukan kemakmuran bangsa-bangsa. Smith melihat

bahwa alokasi sumber daya mamusia yang efektif adalah pemula pertumbuhan

ekonomi.

2. Teori Malthus

Universitas Sumatera Utara

Thomas Robert Malthus (1766-1834) mengatakan bahwa manusia

berkembang jauh lebih cepat dibandingkan dengan produksi hasil-hasil pertanian

untuk memenuhi kebutuhan manusia. Karena perkembangan jumlah manusia

jauh lebih cepat dibandingkan dengan petumbuhan hasil-hasil pertanian, maka

Malthus meramalkan bahwa suatu ketika akan terjadi malapetaka yang akan

menimpa umat manusia. Dalam Essays on the Principles of population, ia

menguraikan bahwa satu-satunya cara untuk menghindar dari malapetaka itu

adalah dengan melakukan kontrol dan pengawasan atas pertumbuhan penduduk.

3. Teori Coale-Hoover

Coale-Hoover tidak melihat menduduk semata sebagai input dalam proses

produksi, tapi terutama sebagai konsumen hasil produksi. Coale-Hoover

berpendapat, bahwa perubahan penduduk baru terasa pada penduduk sebagai

input produksi setelah tiga puluh tahun. Dengan pertumbuhan penduduk yang

tinggi,

angkatan kerja angkatan kerja akan menjadi lebih besar setelah tiga puluh tahun.

Hal ini dapat mendorong dihasilkannya jumlah out put yang lebih besar. Tetapai,

jumlah angkatan kerja yang besar juga berarti harus disediakan modal fisik yang

lebih besar agar mereka dapat berproduksi. Oleh sebab itu, dalam jangka panjang,

pertumbuhan penduduk menaikkan jumlah angkatan kerja, tetapi memperlambat

kenaikan out put pekerja.

4. Teori Rational Expectation (Ratex)

Universitas Sumatera Utara

Teori Ratex mengemukakan bahwa, perubahan permintaan, apakah

melalui ekspansi moneter atau rangsangan fiskal akan menaikkan out put nyata

atau employment, bila masyarakat tidak menduga adanya permintaan itu. Tetapi,

masyarakat kemudian akan belajar dari pengalaman tentang perubahan

permintaan yang tidak diduga tersebut. Akhirnya, permintaan akan kembali

seperti semula. Out put nyata dan employment kembali ke titik keseimbangan

semula.

2.3.2 Struktur Tenaga Kerja

Berdasarkan UU No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, yang

dimaksud dengan tenaga kerja adalah setiap orang yang mampu melakukan

pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa, baik untuk memenuhi kebutuhan

sendiri maupun untuk masyarakat.Penduduk usia kerja menurut Badan Pusat

Statistik (2008) dan sesuai dengan yang disarankan oleh International Labor

Organization (ILO) adalah penduduk usia 15 tahun ke atas yang dikelompokkan

ke dalam angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.

Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat

atau berusaha dalam kegiatan produksi.

1. Angkatan kerja yang di golongkan bekerja adalah :

a) Mereka yang dalam seminggu sebelum pencacahan melakukan

pekerjaandengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh

penghasilan atau yang lamanya bekerja paling sedikit selama satu jam

dalam seminggu yang lalu.

Universitas Sumatera Utara

b) Mereka yang selama seminggu sebelum pencacahan tidak melakukan

pekerjaan atau bekerja kurang dari satu jam tetapi mereka adalah :

• Pekerja tetap, pegawai pemerintah / swasta yang saling tidak

masuk kerja karena cuti, sakit, mogok, mangkir ataupun

perusahaan menghentikan kegiatan sementara.

• Petani yang mengusahakan tanah pertanian yang tidak bekerja

karena menunggu hujan untuk menggarap sawah.

• Orang yang bekerja di bidang keahlian seperti dokter, dalang dan

lain lain.

2. Angkatan kerja yang digolongkan menganggur dan sedang mencari pekerjaan,

yaitu:

a) Mereka yang belum pernah bekerja, tetapi saat ini sedang berusaha

mencari pekerjaaan.

b) Mereka yang sudah pernah bekerja, tetapi pada saat pencacahan

menganggur dan berusaha mendapatkan pekerjaan.

c) Mereka yang dibebas tugaskan dan sedang berusaha mendapatkan

pekerjaaan.

Sedangkan yang termasuk dalam kelompok bukan angkatan kerja adalah

tenaga kerja atau penduduk usia kerja yang tidak bekerja dan tidak mempunyai

pekerjaan, yaitu orang-orang yang kegiatannya bersekolah (pelajar/ mahasiswa),

mengurus rumah tangga maksudnya ibu-ibu yang bukan merupakan wanita karier

Universitas Sumatera Utara

atau bekerja, serta penerima pendapatan tapi bukan merupakan imbalan langsung

dari jasa kerjanya (pensiun/ penderita cacat).

Universitas Sumatera Utara

Sumber: Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi UI

Gambar 2.1

Komposisi Penduduk dan Tenaga Kerj

PENDUDUK ( Total Population)

Penduduk dalam usia kerja (Working age population) Tenaga Kerja (Manpower)

Penduduk diluar usia kerja

Di bawah usia kerja

Di atas Usia Kerja

Lain-lain

Setengah Penganggur

Menurut Pendidikan dan

Setengah Penganggur

Menururoduktivitas

Setengah Penganggur

Menurut Pendapatan

Setengah Penganggur Tidak Kentara (Invisible or Disguised

Underemployed)

Setengah Penganggur Kentara (Visible Underemployed)

Setengah Menganggur (Underemployed)

Bekerja Penuh (Fully Employed)

Mencari Pekerjaan/Menganggur (Unemployed)

Bekerja (Employed)

Lain-lain

Ibu Rumah Tangga

Sekolah

Bukan Angkatan Kerja (Notin the Labor Force)

Angkatan Kerja (Labor Force)

Universitas Sumatera Utara

2.3.2 Pasar Tenaga Kerja

Pasar tenaga kerja, seperti pasar lainnya dalam perekonomian,

dikendalikan oleh kekuatan permintaan dan penawaran (Mankiw, 2002). Pasar

tenaga kerja berbeda dengan sebagian pasar lainnya, karena permintaan tenaga

kerja merupakan permintaan turunan. Sebagian besar jasa tenaga kerja, bila

dibandingkan dengan barang-barang jadi yang siap dinikmati oleh konsumen,

merupakan input untuk memproduksi barang-barang lainnya. Permintaan tenaga

kerja berasal dari pihak dunia usaha. Orang berusaha sendiri atau ada orang lain

yang membutuhkan dan mempekerjakan. Misalnya, perusahaan tekstil

memerlukan tenaga kerja untuk mengawasi mesin-mesin tenun, pengusaha toko

memerlukan pramuniaga, dan sebagainya. Untuk memahami permintaan tanaga

kerja, kita perlu berfokus pada perusahaan yang mempekerjakan tenaga kerja dan

menggunakannya untuk memproduksi barang-barang untuk dijual.

2.3.2.1 Permintaan Tenaga Kerja

Gambar 2.1 menunjukkan kurva permintaan tenaga kerja, di mana

permintaan tenaga kerja ditentukan oleh produktivitas marginalnya dalam

memproduksi output nasional. Gambar 2.1 memiliki kemiringan (slope) yang

negatif. Kurva permintaan tenaga kerja tersebut menjelaskan mengenai besarnya

tingkat upah dengan jumlah tenaga kerja. Kurva tersebut memiliki hubungan

yang negatif, hal ini ditunjukkan dengan upah mula-mula sebesar W dan tenaga

kerja sebesar L. Saat upah turun sebesar W1 maka permintaan tenaga kerja akan

naik sebesar L1. Artinya semakintinggi tingkat upah yang diminta, maka akan

Universitas Sumatera Utara

berpengaruh pada penurunan jumlah tenaga kerja yang diminta. Sebaliknya jika

tingkat upah yang diminta semaikin rendah, maka jumlah permintaan akan tenaga

kerja juga meningkat.

Upah (W)

W

W1 Demand Tenaga Kerja (D)

L L1 Jumlah Tenaga Kerja (L)

Gambar 2.2 Kurva Permintaan Tenaga Kerja

2.3.2.2 Penawaran Tenaga kerja

Penawaran tenaga kerja merupakan hubungan antara tingkat upah dan

jumlah satuan tenaga kerja yang bersedia ditawarkan oleh supplier (Ananta,

2000). Penawaran tenaga kerja menunjukkan jumlah jam yang digunakan pada

kegiatan untuk menghasilkan sesuatu di pabrik-pabrik, pertanian, bisnis lain,

pemerintah, atau usaha nirlaba. Dalam penawaran tenaga kerja supplier

dihadapkan kepada tradeoff antara pekerjaan dan waktu luang. Semakin banyak

waktu yang digunakan untuk bekerja maka semakin sedikit waktu yang dimiliki

untuk melakukan kegiatan diluar pekerjaan (Mankiw, 2002).

Universitas Sumatera Utara

Gambar 2.2 mengilustrasikan mengenai kurva penawaran tenaga kerja.

Kurva tersebut menggambarkan mengenai hubungan antara besarnya tingkat upah

dengan jumlah tenaga kerja. Kurva penawaran kerja memiliki kemiringan (slope)

yang positif, hal ini ditunjukkan dengan upah mula-mula yang ditetapkan sebesar

W dan tenaga kerja yang ditawarkan sebesar L. Kemudian ada kenaikan upah

sebesar W1, sehingga terjadi kenaikan penawaran tenaga kerja sebesar L1.

Artinya semakin tinggi tingkat upah yang ditawarkan maka akan terjadi

peningkatan jumlah tenaga kerja yang ditawarkan. Sebaliknya, jika tingkat upah

turun maka penurunan pada jumlah tenaga kerja yang ditawarkan pun akan

terjadi.

Upah(W) Supply Tenaga Kerja (S)

W1

W

L L1 Jumlah Tenaga Kerja (L)

Gambar 2.3

Kurva Penawaran Tenaga Kerja

Universitas Sumatera Utara

2.3.2.3 Keseimbangan Pasar Tenaga Kerja

Menurut Gregory Mankiw (2002), dalam pasar tenaga kerja yang

kompetitif ada dua hal yang mempengaruhi tingkat upah yaitu :

1. Upah menyesuaikan diri untuk menyeimbangkan penawaran dan

permintaan tenaga kerja.

2. Upah sama dengan nilai produk marginal tenaga kerja.

Gambar 2.3 memperlihatkan pasar tenaga kerja yang berada dalam kondisi

seimbang. Upah dan jumlah tenaga kerja telah menyesuaikan diri dengan

keseimbangan penawaran dan permintaan. Ketika pasar berada dalam kondisi

seimbang, maka permintaan terhadap tenaga kerja akan sangat besar untuk

memaksimalkan produksi. Maka dari itu, upah harus sama dengan nilai produk

marignal tenaga kerja ketika upah telah menyeimbangkan penawaran dan

permintaan.

Upah(W)

Penawaran

Upah Keseimbangan

Permintaan

Keseimbangan Jumlah Tenaga Kerja

Gambar 2.4 Kurva Keseimbangan Tenaga Kerja

Universitas Sumatera Utara

Salah satu masalah yang biasa yang timbul dalam bidang angkatan kerja

adalah ketidakseimbangan antara permintaan akan tenaga kerja dengan (demand

of labor) dan penawaran tenaga kerja (supply of labor), pada suatu tingkat upah

tertentu. Ketidakseimbangan ini dapat berupa:

1. Lebih besarnya penawaran dibanding permintaan terhadap tenaga kerja

(excess supply of labor).

2. Lebih besarnya permintaan dibanding penawaran tenaga kerja (excess

demand for labor).

Keadaan yang umumnya terjadi adanya kelebihan penawaran tenaga kerja

(excess supply of labor). Artinya, pada suatu tingkat upah tertentu, di suatu

lapangan pekerjaan, maka jumlah orang yang menawarkan tenaganya untuk

dipekerjakan lebih banyak dibanding dengan jumlah orang yang diminta untuk

bekerja. Meskipun demikian, pada beberapa lapangan pekerjaan tertentu dapat

terjadi kelebihan permintaan terhadap pekerjaan (excess demand for labor).

Artinya pada suatu tingkat upah tertentu, jumlah orang yang diminta untuk

bekerja dalam suatu lapangan pekerjaan tertentu lebih banyak dibandingkan

dengan jumlah orang yang menawarkan tenaganya untuk bekerja.

Pada gambar 2.4 terlihat adanya excess supply of labor. Pada tingkat upah

W1 penawaran tenaga kerja SL lebih besar daripada permintaan tenaga kerja DL.

Jumlah tenaga kerja yang menawarkan dirinya bekerja adalah sebanyak N2,

sedangkan yang diminta hanya N1. Dengan demikian ada orang yang

menganggur pada tingkat upah W1 ini sebanyak N1N2. Pada gambar 2.5 terlihat

Universitas Sumatera Utara

adanya excess for labor. Pada tingkat upah W2 permintaan akan tenaga kerja

(DL) lebih besar dibanding penawaran tenaga kerja (SL). Jumlah orang yang

menawarkan dirinbya unntuk bekerja pada tingkat upah W2 adalah sebanyak N3

orang, sedangkan yang diminta adalah sebanyak N4 orang.

W Excess supply SL W SL of labor W1 W2 Excess Demand

DL DL

N1 N2 NN3 N4 N

Gambar 2.5 Gambar 2.6 Excess supply of labor Excess demand for labor

Dari gambar di atas terlihat bahwa ada ketidakseimbangan antara

permintaan dan penawaran tenaga kerja yang menimbulkan masalah dalam

ketenagakerjaan. Di Indonesia sendiri yang terjadi adalah kelebihan tenaga kerja,

hal ini terjadi karena jumlah penduduk yang sangat besar jika dibandingkan

dengan ketersediaan modal, akibatnya produktivitas sangat kecil.

Kelebihan tenaga kerja tersebut merupakan pengangguran terselubung

yang dapat dialihkan dan digunakan sektor lain tanpa mengurangi di sektor di

mana pada mulanya para penganggur tersebut berada. Selain masih terdapat

beberapa sumber lain untuk tambahan tenaga kerja yang diperlukan oleh sektor

berkembang, yaitu: kaum wanita yang bekerja dalam keluarga atau rumah

Universitas Sumatera Utara

tangganya sendiri, pertambahan penduduk dari masa ke masa, dan pengangguran

baru yang diciptakan oleh pertambahan efisiensi. Sumber-sumber tenaga kerja ini

memungkinkan negara yang menghadapi masalah kelebihan penduduk

mengembangkan industri-industri baru dan kegiatan-kegiatan ekonomi baru

lainnya tanpa mengalami kekurangan tenaga kerja yang tidak terdidik. Dengan

demikian, dapat dikatakan bahwa penawaran kerja tidak terbatas. Pada mulanya

dihadapi masalah kekurangan tenaga kerja terampil dan tredidik, tetapi dalm

jangka panjang hal ini dapat di atasi dengan dengan memperluas pendidikan.

Dengan demikian hambatan pembangunan yanag terutama adalah kekurangan

modal.

2.4 Lapangan Kerja

Struktur perekonomian suatu negara dapat dicerminkan dengan, antara lain

struktur lapangan kerja utama, struktur jenis pekerjaan utama, dan status

pekerjaan utama dari para pekerjanya

Lapangan pekerjaan utama adalah bidang kegiatan utama dari para tenaga

kerja tersebut. Lapangan pekerjaan utama digolongkan atas:

1. Pertanian, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan

2. Pertambangan dan Penggalian

3. Industri Pengolahan

4. Listrik, Gas dan Air

Universitas Sumatera Utara

5. Bangunan

6. Perdagangan Besar, Eceran, Rumah Makan dan Hotel

7. Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi

8. Keuangan, Asuransi, Usaha Persewaan Bangunan, Tanah dan Jasa Perusahaan

9. Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Pribadi

10.Kegiatan yang belum jelas/lain-lain

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan Dominica Devi B (2014) dalam skripsinya

berjudul “Pengaruh Bonus Demografi Terhadap Pengangguran Terdidik Dan

Pengangguran Usia Muda Di Indonesia”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh bonus demografi terhadap pengangguran terdidik

berdasarkan jenjang pendidikan dasar ke bawah, pendidikan menengah, dan

pendidikan tinggi serta pengangguran usia muda di perkotaan dan perdesaan.

Hasil regresi sederhana dari penelitian ini menunjukkan, bahwa bonus demografi

berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengangguran terdidik jenjang

pendidikan tinggi, pengangguran usia muda di perkotaan dan di persedaan di

Indonesia. Bonus demografi berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap

pengangguran terdidik jenjang pendidikan dasar ke bawah. Bonus demografi

berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pengangguran terdidik jenjang

pendidikan menengah di Indonesia.

Universitas Sumatera Utara

Penelitian yang dilakukan oleh Jeffrey G Williamson (2001) dalam jurnal

yang berjudul “Demographic Change, Economic Growth, and Inequally.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bonus demografi terhadap

peningkatan tabungan dan pertumbuhan ekonomi negara-negara di Asia. Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa bonus demografi berpengaruh signifikan

terhadap peningkatan pendapatan perkapita dan pertumbuhan ekonomi negara-

negara di Asia.

Penelitian yang dilakukan oleh Allen C Kelley dan Robert M Schmidt

(2001) dalam jurnal yang berjudul “Economic and Demographic Change”

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh transisi demografi yang

meliputi rasio ketergantungan penduduk, jumlah penduduk, Crude Birth

Rate(CBR) terhadap pendapatan perkapita dan pertumbuhan ekonomi. Penelitian

dilakukan di 86 negara yang tersebar di seluruh belahan dunia. Hasil dari

penelitian ini menunjukkan bahwa transisi demografi yang meliputi rasio

ketergantungan penduduk, jumlah penduduk, Crude Birth Rate (CBR)

berpengaruh negatif terhadap peningkatan pendapatan per kapita dan

pertumbuhan ekonomi di 86 negara yang diteliti.

2.6 Kerangka Konseptual

Bonus demografi akan memberikan dampak pada perekonomian, di mana

proporsi penduduk usia non produktif yang sedikit. Beban ketergantungan yang

rendah akan mengurangi besarnya investasi untuk memenuhi kebutuhan penduduk

usia non produktif tersebut, sehingga sumber daya dapat dialihkan untuk

Universitas Sumatera Utara

memperluas lapangan kerja dan memacu pertumbuhan ekonomi. Selain itu bonus

demografi juga menyediakan tenaga kerja yang besar untuk memacu pertumbuhan

ekonomi di kota Medan. Keadaan ini dilihat sebagai peluang atau the window of

opportunity, atau malah menjadi bencana karena ketidaksiapan dalam

menyongsong bonus demografi ini. Konsep kerangka konseptual yang dibahas

dalam penelitian tentang dampak bonus demografi terhadap ketersedian lapangan

kerja di kota Medan adalah sebagai berikut:

Gambar 2.7

Kerangka Konseptual Dampak Bonus Demografi Terhadap Ketersediaan Lapangan Kerja di Kota Meda

Bonus Demografi Lapangan

Kerja

Tenaga Kerja yang Besar

Rasio Ketergantungan

yang Rendah

Universitas Sumatera Utara

2.7 Hipotesis

1. Beban ketergantungan berpengaruh negatif terhadap ketersediaan

lapangan kerja di kota Medan

2. Tenaga kerja berpengaruh positif terhadap ketersediaan lapangan kerja di

kota Medan

Universitas Sumatera Utara