BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bambu -...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bambu -...
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bambu
Bambu adalah jenis tanaman yang termasuk dalam rumput-rumputan dengan
rongga dan ruas di batangnya. Bambu memiliki banyak jenis. Nama lain dari bambu
adalah buluh, aur dan eru. Bambu adalah salah satu tanaman dengan pertumbuhan
paling cepat karena memiliki sistem rhizome-dependem unik, dalam sehari bambu
dapat tumbuh dengan sepanjang 60 cm tergantung pada kondisi tanah dan
lingkungan. (Ginoga, 1977)
Bambu adalah tanaman dengan laju pertumbuhan tertinggi di dunia
dilaporkan dapat tumbuh 100 cm dalam 24 jam. Namun laju pertumbuhan ini amat
ditentukan dari kondisi tanah. Laju pertumbuhan yang paling umum adalah sekitar 3-
10 cm per hari. Bambu pernah tumbuh secara besar-besaran pada periode Cretaceous
di wilayah yang kini disebut dengan Asia. Beberapa dari spesies bambu terbesar
dapat tumbuh hingga melebihi 30 m tingginya dan bisa mencapai diameter batang 15-
20 cm. Namun spesies tertentu hanya bisa tumbuh hingga ketinggian beberapa inci
saja. (Ginoga, 1977)
Bambu termasuk dalam keluarga rumput-rumputan yang dapat menjadi
penjelasan mengapa bambu memiliki laju pertumbuhan yang tinggi. Hal ini berarti
bahwa ketika bambu dipanen maka bambu akan tumbuh kembali dengan cepat tanpa
mengganggu ekosistem. Tidak seperti pohon, batang bambu muncul dari permukaan
dengan diameter penuh dan tumbuh hingga mencapai tinggi maksimum dalam satu
musim tumbuh (sekitar 3 sampai 4 bulan). Selama beberapa bulan tersebut setiap
tunas yang muncul akan tumbuh vertikal tanpa menumbuhkan cabang hingga usia
kematangan dicapai. Kemudian cabang tumbuh dari node dan daun muncul. Pada
tahun berikutnya dinding batang yang mengandung pulp akan mengeras. Pada tahun
ketiga batang semakin mengeras. Hingga tahun ke lima jamur dapat tumbuh di
bagian luar batang dan menembus hingga ke dalam dan membusukkan batang.
4
Hingga tahun ke delapan (tergantung pada spesies) pertumbuhan jamur akan
menyebabkan batang bambu membusuk dan runtuh. Hal ini menunjukkan bahwa
bambu paling tepat dipanen ketika berusia antara tiga hingga tujuh tahun. Bambu
tidak akan bertambah tinggi atau membesar batangnya setelah tahun pertama dan
bambu yang telah runtuh atau dipanen tidak akan digantikan oleh tunas bambu baru
di tempat ia pernah tumbuh. (Ginoga, 1977)
Banyak spesies bambu tropis akan mati pada temperatur mendekati titik beku,
sementara beberapa bambu di iklim sedang mampu bertahan hingga temperatur
−29 °C (−20 °F). Beberapa bambu yang tahan dingin tersebut mampu bertahan
hingga zona 5-6 dalam kategori USDA Plant Hardiness Zones, meski pada akhirnya
mereka akan meruntuhkan daun-daunnya dan menghentikan pertumbuhan, namun
rizomanya akan selamat dan menumbuhkan tunas bambu baru di musim semi
berikutnya. (Ginoga, 1977)
2.1.1 Morfologi Akar Bambu
Akar bambu terdapat di bawah permukaan tanah membentuk sistem
percabangan yang memiliki ciri sehingga dapat menentukan kelompok
bambu. Bagian pangkal akar rimpang bambu lebih sempit daripada bagian
ujungnya dan setiap ruas memiliki kuncup dan akar. Kuncup pada akar
rimpang ini akan berkembang menjadi rebung yang kemudian memanjatdan
akhirnya menghasilkan buluh.
2.1.2 Morfologi Batang Bambu
Batang-batang bambu muncul dari akar-akar rimpang dan ketika sudah
tua batang mengeras dan biasanya berongga. Batang bambu ini mempunyai
bentuk silinder memanjang dan terbagi dalam ruas-ruas. Tinggi tanaman
bambu sekitar 0,3m sampai 30 m dan diameter batangnya 0,25 cm sampai 25
cm dengan ketebalan dinding 25 mm. Batang bambu ini diselimuti oleh daun-
daun yang disebut dengan pelepah batang.
5
2.1.3 Karakteristik Bambu
Bambu memiliki ruas dan buku. Pada setiap ruuas tumbuh cabang –
cabang yang berukuran jauh lebih kecil dibandingkan dengan buluhnya
sendiri. Pada ruas-ruas ini pula tumbuh akar sehingga pada bambu
dimungkinkan untuk memperbanyak tanaman dari potongan-potongan setiap
ruasnya disamping tunas-tunas rimpangnya.
Sifat fisik dan mekanis bambu merupakan informasi penting untuk memberi
petunjuk cara pengerjaan maupun sifat barang yang dihasilkan. Pengujian
dilakukan pada bambu apus dan bambu petung. Beberapa hal yang
mempengaruhi sifat fisis dan mekanis bambu adalah umur, posisi ketinggian,
diameter, tebal daging bambu, posisi beban, posisi radial dari luas sampai ke
dalam kadar air bambu. ( Ginoga , 1977 )
Tabel 21. Hasil pengujian sifat fisik mekanis bambu
No. Sifat Bambu petung Bambu apus
1. Kekuatanan lentur static
a. Tegangan pada batas proporsi (kg/cm2) 447 327
b. Tegangan pada batas patah (kg/cm2) 663 546
c. modulus elastisitas (kg/cm2) 99000 10100
d. usaha pada batas patah (kg/cm2) 1.2 0.8
e. usaha pada batas patah (kg/cm2) 3.6 3.3
2. Kekuatan tekan sejajar serat (tegangan
maksimum ,kg/cm2)
489 504
3. Kekuatan geser (kg/cm2) 61.4 39.5
4. Kekuatan tarik tegak lurus (kg/cm2) 28.7 28.3
5. Kekuatan belah (kg/cm2) 41.4 58.2
6
2.2 Perkembangan mesin
Sebagai dasar pembuatan mesin pengrajin bambu maka perlu melihat patent
dari sebuah mesin pengrajin bambu. Dikarenakan mesin tersebut belum ada di patent
maka sebagai dasarnya perlu adanya kajian dari mesin yang hampir mirip dengan
mesin pengrajin bambu untuk mendukung perancangan dan pembuatan mesin.
A. Dari patent mesin pembelah bambu dua arah
Penemuan ini menggemukakan dua arah mesin membelah bambu yang terdiri
dari bingkai dimana frame dilengkapi dengan cutter membelah bambu yang
terhubung dengan mekanisme transmisi cutter dan dua sisi yang keduanya dilengkapi
dengan pisau. Ujung depan sisi pemotong membelah bambu keduanya dilengkapi
dengan berpusat lembar elastis dan dua ujung frame keduanya dilengkapi dengan
nampan untuk ekstrusi bambu keluar dari cutter membelah bambu. Mesin pembelah
bambu dua arah memiliki keunggulan efisiensi produksi yang tinggi, mengurangi
limbah bambu dan biaya pengolahan rendah.
Nomor publikasi : CN 101966714 B
Tanggal aplikasi : 25 januari 2012
Pemohon : Zheijang University of Technology
Gambar 2.1 Patent mesin pembelah bambu dua arah
7
B. Dari Patent mesin pemotong bambu multi potong
Model mesin pemotong bambu multi potong ini memiliki bagian beberapa
cutter,rangka,motor listrik,pemotong bilah dan silinder atas. Mesin ini memiliki
motor listrik yang mengatur transmisi maju mundur.mesin ini memiliki keunggulann
dapat memotong ukuran yang berbeda menjadi lembaran bambu dengan lebar yang
sama. Mesin ini sangat mendukung untuk pengolahan bambu dengan jumlah kecil.
Nomor publikasi : CN 203527594 U
Tanggal Publikasi : 9 April 2014
Penemu : Wang Huimiao
Gambar 2.2 Patent mesin pemotong bambu multi potong
8
2.3 Proses Pemesinan
Proses pemesinan merupakan proses pembentukan produk dengan
pemotongan dan menggunakan mesin perkakas. Umumnya benda kerja yang
digunakan berasal dari proses sebelumnya. Proses pemesinan berdasarkan bentuk alat
potong dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1. Bermata potong tunggal
2. Bermata potong jamak
Secara umum gerakan pahat pada proses pemesinan terdapat dua tipe yaitu
gerak makan dan gerak potong. Sehingga berdasarkan proses gerak potong dan gerak
makannya proses pemesinan dapat dibagi menjadi beberapa tipe yaitu :
1. Proses bubut (Turning)
2. Proses kartel (Knurling)
3. Proses frais (Milling)
4. Proses gurdi (Drilling)
5. Proses Bor
6. Proses Sekrap
7. Proses pembuatan kantung
8. Proses gergaji atau parut
9. Proses hobbing
10. Proses Gerinda
2.4 Mekanisme Gerak Pemotongan
Proses pemesinan yang menggunakan mesin perkakas konvensional terdapat
beberapa macam gerak pemakanan alat potong terhadap benda kerja. Mesin perkakas
yang dimaksud adalah mesin bubut, mesin frais, mesin skrap dan mesin bor.
Pada proses pemesinan yang menggunakan mesin perkakas pasti akan terjadi
penyayatan atau pemakanan benda kerja oleh alat potong yang digunakan. Hal ini
9
untuk memperoleh bentuk profil benda kerja sesuai gambar kerja. Proses penyayatan
atau pemakanan tersebut baik benda kerja maupun alat potong saling bergerak relatif
tergantung jenis mesin dan jenis pekerjaan yang dilakukan. Macam-macam gerak
penyayatan tersebut ada berbagai macam yaitu :
1. Ada mesin perkakas dimana benda kerjanya tidak bergerak namun perkakas
potongnya bergerak seperti mesin sekrap, mesin bor dan mesin gerinda
2. Ada mesin dimana benda kerjanya berputar pada posisi tetap namun perkakas
potongnya bergerak relatif terhadap benda kerja seperti mesin bubut
3. Ada mesin dimana alat potong berputar pada posisi tetap namun benda kerja
bergerak terhadap alat potongnya seperti mesin frais horizontal maupun
vertical dan mesin bor.
2.5 Momen Gaya
2.5.1 Kecepatan
Kecepatan adalah besaran dalam fisika yang mempunyai satuan
meter/sekon, kecepatan dapat diperoleh dari perkalian antara jarak yang
ditempuh dengan waktu tempuh, kecepatan dapat dirumuskan sebagai berikut:
ϑ = 𝑠𝑠 𝑡𝑡�
Dengan ketentuan.
s = Jarak yang ditempuh (km,m)
ϑ = Kecepatan (km/jam, m/s)
t = Waktu tempuh (jam, sekon)
Catatan :
1. Untuk mencari jarak yang ditempuh, rumusnya adalah s = ϑ × t
2. Untuk mencari waktu tempuh, rumusnya adalah t = 𝑠𝑠ϑ
10
3. Untuk mencari kecepatan, rumusnya adalah ϑ = 𝑠𝑠𝑡𝑡
2.5.2 Torsi
Penyebab gerak suatu benda adalah gaya. Pada gerak rotasi, sesuatu
yang menyebabkan benda untuk berotasi atau berputar disebut momen gaya
atau torsi. Konsep torsi dapat dilihat pada saat kita membuka pintu. Cobalah
membuka pintu dari bagian yang dekat dengan engsel. Bagaimanakah gaya
yang kalian keluarkan? Sekarang, cobalah kembali membuka pintu dari
bagian paling jauh dari engsel. Bandingkan gaya yang diperlukan antara dua
perlakuan tersebut. Tentu saja membuka pintu dengan cara mendorong bagian
yang jauh dari engsel lebih mudah dibandingkan dengan mendorong bagian
yang dekat dari engsel.
Gambar 2.3 Momen gaya menyebabkan gerak pada engsel pintu
Gambar diatas menunjukkan sebuah pintu yang tampak dari atas. Gaya
dorong F diberikan pada pintu dengan membentuk sudut α terhadap arah
mendatar. Semakin besar gaya yang diberikan, semakin cepat pintu terbuka.
Semakin besar jarak engsel dari tempat gaya bekerja, maka semakin besar
momen gaya sehingga pintu lebih mudah terbuka.
Momen gaya didefinisikan sebagai hasil kali antara gaya dan jarak titik
ke garis kerja gaya pada arah tegak lurus. Dari gambar diatas, maka besarnya
momen gaya adalah:
11
τ = F.d = F.r sin α (1)
dengan:
τ = momen gaya (Nm)
F = gaya yang bekerja (N)
r = jarak atau lengan (m)
Momen gaya merupakan besaran vektor, sehingga persamaan (1) dapat
dinyatakan dalam bentuk:
τ = r x F
Momen gaya total pada suatu benda yang disebabkan oleh dua buah
gaya atau lebih yang bekerja terhadap suatu proses dirumuskan:
Στ = τ1 + τ2 + τ3 + ... + τn
Arah momen gaya ( τ ) tegak lurus terhadap r dan F. Jika r dan F
terletak pada bidang yang tegak lurus sumbu putar, maka vektor τ arahnya
sepanjang sumbu putar menuruh kaidah tangan kanan seperti ditunjukkan
pada gambar berikut.
Gambar 2.4 Arah momen gaya memenuhi kaidah tangan kanan.
12
Genggaman jari bertindak sebagai arah rotasi, dan ibu jari sebagai momen
gaya.
2.6 Pengolahan Bambu
Sudah sejak zaman dahulu masyarakat Indonesia sudah memanfaatkan bambu
sebagai bahan anyaman. Berbagai barang rumah tangga dibuat dengan anyaman
bambu seperti dinding gubuk,tampah, kap lampu, piring, loka penyajian makanan,
meja, dipan, dan juga topi caping. Berbagai benda dari anyaman bambu ini ternyata
memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat. Oleh karena itu tidak heran bila
banyak berkembang usaha rumahan membuat usaha kerajinan tangan dengan
memanfaatkan bambu.
Secara garis besar pemanfaatan bambu dapat dibedakan kedalam dua
golongan
1. Berdasarkan bentuk bahan baku yaitu bambu yang masih dalam keadaan
masih bulat, bambu yang dibelah, gabungan bambu masih bulat dan bambu
sudah terbelah serta serat bambu.
2. Berdasrkan penggunaan akhir yaitu konstruksi dan konstruksi
Batang bambu yang masih dalam keadaan bulat dapat dimanfaatkan untuk
komponen bangunan rumah, seperti dinding, atap rumah, lantai, pintu, jendela dan
tiang juga sebagai konstruksi jembatan, pipa saluran air dan sebagainya. Batang
bambu yang sudah dibelah banyak dimanfaatkan untuk industry kerajinan dalam
bentuk anyaman atau ukiran dan perabot rumah tangga.
Batang bambu bulat dan yang sudah terbelah banyak dimanfaatkan untuk
industry furniture, seperti meja, lemari dan tempat tidur. Bambu dalam bentuk serat
dapat dimanfaatkan dalam bentuk pulp dan kertas. ( Rahayu , 1995)
13
Pembagian berdasarkan penggunaan akhir ke dalam konstruksi dan non
konstruksi disebabkan oleh banyaknya penggunaan bambu dibidang konstruksi.
Indonesia sekitar 80 persen dapat dimanfaatkan dalam bentuk lain seperti kerajinan,
furniture, industry pulp dan kertas. Estu Rahayu (1995)
2.6.1 Kerajinan Anyaman Bambu
Bambu dapat dijadikan berbagai produk kerajinan yang bernilai ekonomis
tinggi. Di Indonesia bambu dimanfaatkan sebagai bahan kerajianan dari yang
sederhana hingga yang bernilai seni tinggi. Saat ini kerajinan bambu sudah menjadi
komoditi pasar internasional. Berikut beberapa model kerajinan anyam bambu :
1. Anyaman bambu tipis
Anyaman bambu tipis merupakan bahan dasar untuk membuat kerajinan
seperti gedeg,atap rumah dan pembatas dinding. Prosesnya yaitu dengan
menjadikan bambu menjadi lembaran tipis.
Gambar 2.5 Bentuk anyaman tipis
2. Anyaman luntir
Anyaman luntir berbahan bambu dengan dibentuk seperti kawatan atau
silinder biasanya digunakan untuk membuat tirai dan taplak meja.
14
Gambar 2.6 bentuk anyaman luntir
3. Anyaman Tunggal
Ayaman tunggal yaitu ayaman yang dibuat secara tungal/satu-satu di
anyamnya.Nah, yang menggunakan ayaman tunggal ini bisa di gunakan untuk
membuat kerajinan Saringan, Tampan/Cetakan pembuata Tahu, Carangka /
Cerangka.
Gambar 2.7 kerangka anyaman bambu model anyaman tunggal
15
4. Anyaman bilik atau anyaman dua - dua
Anyaman bilik yaitu anyaman yang di buat secara disilang secara berurutan
dengan melewati/langkah dua-dua. Anyaman ini bisa di gunakan untuk
membuat Bilik, Nyiru/tampan alat napi.
Gambar 2.8 Nyiru menggunakan anyaman dua - dua