BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk membingkai masalah dalam...

38
8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk membingkai masalah dalam penelitian ini, digunakan beberapa kajian yang dapat membingkai permasalahan yang ada. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep pemberdayaan masyarakat, kerjasama pengelolaan pakir, kelembagaan, retribusi daerah serta beberapa penelitian yang dijadikan gambaran dalam penelitian. 2.1 Kajian Pustaka Penelitian tentang Pengelolaan Retribusi Parkir untuk Pemberdayaan Masyarakat (Studi pada Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Kuta Kecamatan Kuta Kabupaten Badung Provinsi Bali) belum pernah dikaji sebelumnya. Namun penulis mengambil beberapa contoh penelitian yang memiliki konsep yang sama. Berikut ini merupakan beberapa penelitian terkait dengan penelitian ini, yaitu: Pertama, penelitian yang dilakukan olehAbdul Qodir (2011) dalam tesis beliau di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia Depok dengan judul Analisis Kelembagaan Dalam Upaya Pembangunan Kesejahteraan Masyarakat (Studi Kasus Peranan Koperasi Jasa Keuangan Dalam Pelaksanaan Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan di Kelurahan Kebon Kosong Kecamatan Kemayoran Kotamadya Jakarta Utara) yang telah diselesaikan pada bulan Juli 2011 ini dimaksudkan untuk mempelajari peran lembaga lokal dalam upaya mewujudkan ketahanan ekonomi masyarakat sebagai bagian dari

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk membingkai masalah dalam...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk membingkai masalah dalam penelitian ini, digunakan beberapa kajian yang dapat membingkai permasalahan yang

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Untuk membingkai masalah dalam penelitian ini, digunakan beberapa

kajian yang dapat membingkai permasalahan yang ada. Konsep yang digunakan

dalam penelitian ini adalah konsep pemberdayaan masyarakat, kerjasama

pengelolaan pakir, kelembagaan, retribusi daerah serta beberapa penelitian yang

dijadikan gambaran dalam penelitian.

2.1 Kajian Pustaka

Penelitian tentang Pengelolaan Retribusi Parkir untuk Pemberdayaan

Masyarakat (Studi pada Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Kuta

Kecamatan Kuta Kabupaten Badung Provinsi Bali) belum pernah dikaji

sebelumnya. Namun penulis mengambil beberapa contoh penelitian yang

memiliki konsep yang sama. Berikut ini merupakan beberapa penelitian terkait

dengan penelitian ini, yaitu:

Pertama, penelitian yang dilakukan olehAbdul Qodir (2011) dalam tesis

beliau di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia Depok

dengan judul Analisis Kelembagaan Dalam Upaya Pembangunan Kesejahteraan

Masyarakat (Studi Kasus Peranan Koperasi Jasa Keuangan Dalam Pelaksanaan

Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan di Kelurahan Kebon

Kosong Kecamatan Kemayoran Kotamadya Jakarta Utara) yang telah diselesaikan

pada bulan Juli 2011 ini dimaksudkan untuk mempelajari peran lembaga lokal

dalam upaya mewujudkan ketahanan ekonomi masyarakat sebagai bagian dari

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk membingkai masalah dalam penelitian ini, digunakan beberapa kajian yang dapat membingkai permasalahan yang

9

pembangunan kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode

kualitatif yang menghasilkan data yang deskriptif dan diperoleh melalui

wawancara yang mendalam dengan para informan.

Penelitian ini menjelaskan tentang Koperasi Jasa Keuangan (KJK) PEMK

merupakan organisasi lokal yang dibentuk oleh masyarakat dan berada ditengah-

tengah komunitas masyarakat kelurahan, namun belum menjadi sebuah lembaga

lokal karena harus menempuh proses pelembagaan didalamnya. Kasus yang

dipilih adalah peranan Koperasi Jasa Keuangan (KJK) dalam pelaksanaan

program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (PEMK) di Kelurahan

Kebon Kosong Jakarta Pusat.

Dalam penelitian ini didapatkan kesimpulan berdasarkan pembahasan

yang didasarkan pada kebijakan, temuan lapangan dan pendapat para ahli adalah:

Koperasi Jasa Keuangan (KJK) Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan

(PEMK) adalah lembaga keuangan mikro non bank berbadan hukum koperasi

yang dibentuk oleh masyarakat kelurahan setempat yang menjadi mitra Unit

Pengelola Dana Bergulir (UPDB) PEMK dalam pengelolaan dan bergulir,

pelaksanaan Program Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan (PEMK) di

Kelurahan Kebon Kosong merupakan sebuah proses untuk meningkatkan derajat

kehidupan (ekonomi) masyarakat Kelurahan Kebon Kosong dan diperuntukan

bagi masyarakat yang memiliki kelompok usaha bersama (kube) dan berskala

usaha mikro, perubahan tata kelola kelembagaan dari Dewan Kelurahan (Dekel)

pada masa Program Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK) menjadi

Koperasi Jasa Keuangan (KJK) Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Kelurahan

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk membingkai masalah dalam penelitian ini, digunakan beberapa kajian yang dapat membingkai permasalahan yang

10

(PEMK), dilatar belakangi oleh beberapa hal yaitu aspek yuridis, aspek filosofis,

dan aspek lembaga.

Persamaan dengan penelitian ini adalah pemberdayaan masyarakat melalui

kelembagaan. Dimana kelembagaan yang terdapat di penelitian Abdul Qodir

merupakan lembaga yang dibentuk oleh masyarakat Kelurahan Kebon Kosong

yaitu Koperasi Jasa Keuangan (KJK), sedangkan penelitian yang akan penulis

teliti adalah kelembagaan yang dibentuk oleh negara yaitu Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat tetapi anggota dari lembaga tersebut dipilih langsung

oleh masyarakat. Perbedaannya adalah penelitian Abdul Qodir memberdayakan

masyarakat kelurahannya dengan memberikan pinjaman kepada masyarakat usaha

mikro, sedangkan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Kuta

memberdayakan masyarakat kelurahannya dengan memberikan bantuan dan

kegiatan dari hasil pengelolaan retribusi parkir.

Penelitian kedua yang terkait dengan penelitian ini adalah penelitian dari

Sheila Ratna Dewi (2013) dalam E-jurnal Skripsi Mahasiswa Fakultas Hukum

Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang berjudul Peranan Retribusi Parkir Dalam

Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kota Magelang. Rumusan Masalah dari

penelitian ini adalah bagaimana peran retribusi parkir terhadap Pendapatan Asli

Daerah Kota Magelang dan upaya apa yang dilakukan Pemerintah Daerah untuk

mengoptimalkan penerimaan retribusi parkir.Tujuan penelitian ini untuk

mengetahui kontribusi retribusi parkir terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota

Magelang dan untuk mengetahui upaya yang dilakukan Pemerintah Kota

Magelang dalam mengoptimalkan penerimaan dari retribusi parkir. Dalam

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk membingkai masalah dalam penelitian ini, digunakan beberapa kajian yang dapat membingkai permasalahan yang

11

peranannya retribusi parkir memiliki peran yang tidak terlalu besar dibandingkan

dengan retribusi daerah dan pajak daerah lainnya di Kota Magelang. Walaupun

peranannya tidak terlalu besar, retribusi parkir juga memiliki pengaruh bagi

Pendapatan Asli Daerah Kota Magelang. Retribusi parkir mampu mencapai

bahkan melebihi target yang telah ditetapkan tiap tahunnya. Apabila retribusi

parkir tidak memberikan kontribusi sesuai target atau kurang dari yang

ditargetkan maka Pendapatan Asli Daerah Kota Magelang juga akan berkurang

nilai penghasilannya. Dalam upaya mengoptimalkan penerimaan retribusi parkir

Pemerintah Daerah Kota Magelang sudah melakukan upaya, salah satunya yaitu

menaikan target Pendapatan Asli Daerah dan menaikan target retribusi parkir tiap

tahunnya.

Penelitian ini mengambil beberapa kesimpulan yaitu ditinjau dari

peranannya, retribusi parkir memiliki peran yang tidak terlalu besar bagi

Pendapatan Asli Daerah Kota Magelang dibandingkan dengan pajak daerah atau

retribusi daerah lainnya. Tetapi, walaupun peranannya kecil, retribusi parkir

mampu melebihi target setiap tahunnya. Hal tersebut dapat membantu

peningkatan Pendapatan Asli Daerah di Kota Magelang. Dengan adanya retribusi

parkir sendiri, pendapatan daerah di Kota Magelang dapat meningkat. Retribusi

parkir juga memiliki pengaruh bagi Pendapatan Asli Daerah Kota Magelang,

kerena apabila retribusi parkir tidak memberikan kontribusi sesuai target atau

kurang dari yang ditargetkan maka Pendapatan Daerah Kota Magelang juga akan

berkurang nilainya.

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk membingkai masalah dalam penelitian ini, digunakan beberapa kajian yang dapat membingkai permasalahan yang

12

Telah ditemukan berbagai masalah dalam penyelenggaraan perparkiran di

Kota Magelang antara lain masih banyak juru parkir yang tidak memberikan

karcis parkir kepada pengguna jasa parkir di Kota Magelang. Masih sering

pengguna jasa parkir yang tidak dapat memarkirkan kendaraannya disaat lokasi

perpakiran ramai, sehingga hal tersebut menyebabkan kemacetan di sekitar

jalanan Kota Magelang. Faktor tersebut disebabkan karena area parkir yang

kurang, sehingga pengguna jasa parkir membutuhkan waktu 5 sampai 20 menit

untuk memarkirkan kendaraannya. Pada umumnya petugas parkir di Kota

Magelang telah menjalankan tugasnya dengan baik, tetapi dalam menjalankan

tugas juru parkir masih kurang mengetahui tentang peraturan yang mengatur

perparkiran di Kota Magelang. Juru parkir hanya menjalankan tugasnya dengan

menata kendaraan dan menyetorkan hasil pekerjaannya kepada pengelola parkir.

Untuk mengoptimalkan penerimaan retribusi parkir, Pemerintah telah

melakukan berbagai upaya diantaranya membuat kesepakatan bersama untuk

meningkatkan penerimaan retribusi, baik eksekutif, legislatif, maupun masyarakat.

Menyediakan seragam/identitas juru parkir untuk meminimalkan munculnya juru

parkir liar serta melengkapi dan memelihara fasilitas parkir. Membentuk asosiasi

pengelola parkir yang terdiri dari para pengelola /pemilik gedung komersial

membuat kesepakatan bersama untuk meningkatkan penerimaan retribusi, baik

dan para perusahaan jasa pengelola parkir. Menyerahkan kepada pihak ketiga

untuk jasa pengembilan uang retribusi parkir tiap hari dan menyetorkan ke

Pemerintah Daerah setiap hari untuk mengurangi tingkat kebocoran uang setoran

parkir. Melakukan pengawasan rutin dan audit rutin kepada pengelola parkir oleh

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk membingkai masalah dalam penelitian ini, digunakan beberapa kajian yang dapat membingkai permasalahan yang

13

Pemerintah Daerah. Melakukan pembinaan terhadap petugas parkir. Mengadakan

evaluasi kepada seluruh juru parkir dan pengelola parkir. Mengadakan

pengawasan dan pengendalian di lapangan dan menaikan target retribusi.

Dari hasil penelitian tersebut ditemukan persamaan berupa meneliti

pengelolaan retribusi parkir dan masalah pengelolaan parkir yang terjadi di

wilayah masing-masing. Selain itu hasil dari retribusi tersebut diberikan untuk

meningkatkan pendapatan asli daerahnya. Perbedaannya adalah dimana penelitian

dari Sheila tersebut pengelolaan parkir dikelola oleh Perusahaan Daerah Parkir

sehingga hasil retribusi parkir seluruhnya diberikan kepada Pemerintah Daerah

Kota Magelang untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerahnya, sedangkan

penelitian peneliti saat ini pengelolaan parkir dikelola oleh Kelembagaan yaitu

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) dimana anggotanya dipilih langsung

oleh warga setempat dan hasil dari retribusi parkir tersebut dibagi 60 persen untuk

pengelola dan 40 persen untuk Pemerintah Daerah Kabupaten Badung.

2.2 Kerangka Teori

2.2.1 Teori Administrasi Publik

Dalam teori administrasi dijelaskan upaya-upaya untuk mendefinisikan

fungsi universal yang dilakukan para pimpinan dan asas-asas yang menyusun

praktik kepemimpinan yang baik. Tokoh utama dalam perkembangan teori

administrasi adalah seorang industrial berkebangsaan Perancis yang bernama

Hendry Fayol.

Dengan demikian, banyak pemikiran-pemikiran tentang dan manajemen

dipengaruhi oleh pemikiran Hendry Fayol (1841-1925) dan Frederick Winslow

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk membingkai masalah dalam penelitian ini, digunakan beberapa kajian yang dapat membingkai permasalahan yang

14

Taylor (1856-1916). Keduanya kemudian dijuluki sebagai bapak administrasi

(father of modern operational management theory) dan bapak manajemen ilmiah

(father of scientific management).

Terdapat sedikit perbedaan pemikiran antara kedua tokoh ini, Fayol

menggunakan pendekatan berdasarkan atas administrative management

(manajemen administrasi), sedangkan Taylor karena pengalamannya mendasari

analisisnya atas operative management (manajemen operatif). Manajemen

administrasi adalah suatu pendekatan dari pimpinan atas sampai tingkat pimpinan

paling bawah. Sedangakan manajemen operatif merupakan pendekatan dari bawah

ke atas. Titik beratnya adalah efisiensi dan produktivitas para pelaksananya yang

terdapat pada tingkat bawah (Pasolong, 2013:12).

Hendry Fayol memberikan tiga sumbangan besar bagi pemikiran

administrasi dan manajemen, yaitu (1) aktivitas organisasi, (2) fungsi atau tugas

pimpinan serta (3) prinsip-prinsip administrasi atau manajemen. Fayol juga

merumuskan fungsi-fungsi administrasi atau manajemen, antara lain Planning,

Organizing, Commanding, Coordinating, Controlling (POCCC). Sedangakan

Taylor, merumuskan fungsi-fungsi administrasi dan manajemen, antara lain

Planning, Organizing, Actuating, Controlling (POAC).

Dari pemikiran diatas, pemikiran manajemen dalam penelitian ini lebih

condong pada fungsi-fungsi manajemen yang diungkapkan Taylor, yaitu

Planning, Organizing, Actuating, Controlling (POAC). Pemikiran ini digunakan

karena lebih sederhana namun akan mengkaji objek penelitian secara mendalam.

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk membingkai masalah dalam penelitian ini, digunakan beberapa kajian yang dapat membingkai permasalahan yang

15

Hal ini mengingat kerjasama pengelolaan retribusi parkir untuk pemberdayaan

masyarakat oleh LPM Kelurahan Kuta.

2.3 Kerangka Konsep

2.3.1 Kerjasama Pengelolaan Parkir

Pengelolaan Parkir tidak hanya dikelola oleh Perusahaan Daerah (PD)

Parkir saja tetapi di Kabupaten Badung, Pemerintah Daerah bekerjasama dengan

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan yang diberikan wewenang untuk

mengelola parkir diwilayahnya masing-masing. Salah satunya di Kelurahan Kuta

yaitu studi kasus dari penelitian ini, surat perjanjian kerjasama Dinas Perhubungan

Komunikasi dan Informatika Kabupaten Badung dengan Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat Kelurahan Kuta tentang pengelolaan parkir tertulis dalam surat

perjanjian nomor: 050/5579/DISHUBKOMINFO dan nomor: 058/LPM-

KUTA/XII/2014. Sebelum diuraikan lebih jauh penulis akan menjelaskan tentang

konsep kerjasama pengelolaan parkir.

Kerjasama dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara

orangperorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau tujuan

bersama(Soekanto, 1990). Kerjasama (cooperation) adalah suatu usaha atau

bekerja untukmencapai suatu hasil (Baron & Byane, 2000).Kerjasama

(Cooperation) adalah adanya keterlibatan secara pribadidiantara kedua belah

pihak demi tercapainya penyelesaian masalah yang dihadapisecara optimal

(Sunarto, 2000).Berdasarkan uraian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa

kerjasama(Cooperation) adalah suatu usaha bersama antara orang perorangan

ataukelompok diantara kedua belah pihak manusia untuk tujuan bersama

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk membingkai masalah dalam penelitian ini, digunakan beberapa kajian yang dapat membingkai permasalahan yang

16

danmendapatkan hasil yang lebih cepat dan lebih baik. Secara umum pengelolaan

merupakan kegiatan merubah sesuatu hingga menjadi baik berat memiliki nilai-

nilai yang tinggi dari semula. Pengelolaan dapat juga diartikan sebagai untuk

melakukan sesuatu agar lebih sesuai serta cocok dengan kebutuhan sehingga lebih

bermanfaat.

Nugroho (2003:119) mengemukakan bahwa pengelolaan merupakan

istilah yang dipakai dalam ilmu manajemen. Secara etomologi istilah pengelolaan

berasal dari kata kelolah (to manage) dan biasanya merujuk pada proses mengurus

atau menangani sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi pengelolaan

merupakan ilmu manajemen yang berhubungan dengan proses mengurus dan

menangani sesuatu untuk mewujudkan tujuan tertentu yang ingin dicapai.

Sukanto (1986:20) mendefinisikan bahwa pengelolaan dalam administrasi

adalah merupakan suatu proses yang dimulai dari proses perencanaan,

pengawasan, penggerakan sampai dengan proses pencapaian tujuan. Jadi Sukanto

menitikberatkan pengelolaan sebagai fungsi manajemen yang meliputi

perencanaan, pengawasan, penggerakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Selanjutnya mengenai pengertian pengelolaan Pamudji (1985:7) berasal

dari kata kelola yang berarti sama dengan mengurus. Jadi pengelolaan diartikan

sebagai pengurusan yaitu merubah nilai-nilai yang lebih tinggi, dengan demikian

pengelolaan juga mengandung makna sebagai pembaharuan, yaitu melakukan

usaha-usaha untuk membuat sesuatu lebih sesuai atau cocok dengan kebutuhan

menjadi lebih baik dan lebih bermanfaat. Pendapat Pamudji tersebut mengenai

pengelolaan terlihat menitik beratkan pada dua faktor penting yaitu, pengelolaan

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk membingkai masalah dalam penelitian ini, digunakan beberapa kajian yang dapat membingkai permasalahan yang

17

sebagai pembangunan yang merubah sesuatu sehingga menjadi baru dan memiliki

nilai yang lebih tinggi. Dan pengelolaan sebagai pembaharuan yaitu usaha untuk

memelihara sesuatu agar lebih cocok dengan kebutuhan-kebutuhan

Selanjutnya menurut Admosudirjo (2005:160) pengelolaan adalah

pengendalian dan pemanfaatan semua faktor sumber daya yang menurut suatu

perencanaan diperlukan untuk menyelesaikan suatu tujuan tertentu. Admosudirjo

menitikberatkan pengelolaan pada proses mengendalikan dan memanfaatkan

semua faktor sumber daya untuk mencapai tujuan tertentu sesuai dengan

perencanaan yang telah dibuat.

Moekijat (2000:1) mengemukakan pengelolaan merupakan suatu proses

tertentu yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan

pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan tertentu

dengan cara menggunakan manusia dan sumber-sumber lain. Dengan demikian,

Moekijat menitikberatkan pengelolaan pada proses merencanakan,

mengorganisasi, menggerakkan, mengawasi untuk mencapai tujuan yang

diinginkan dengan menggunakan sumber daya manusia dan sumber-sumber lain.

Pengelolaan atau yang sering disebut manajemen pada umumnya sering

dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas dalam organisasi berupa perencanaan,

pengorganisasian, pengendalian, pengarahan, dan pengawasan. Istilah manajemen

berasal dari kata kerja to manageyang berarti menangani, memimpin,

membimbing, atau mengatur. Sejumlah ahli memberikan batasan bahwa

manajemen merupakan suatu proses, yang diartikan sebagai usaha yang sistematis

untuk menjalankan suatu pekerjaan. Proses ini merupakan serangkaian tindakan

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk membingkai masalah dalam penelitian ini, digunakan beberapa kajian yang dapat membingkai permasalahan yang

18

yang berjenjang, berlanjut dan berkaitan dilakukan untuk mencapai tujuan yang

telah ditetapkan.

Dari beberapa pendapat diatas bahwa pengelolaan sama dengan prinsip-

prinsip manajemen yang berkaitan dengan aspek perencanaan, penggerakan,

pengorganisasian, dan pengawasan serta pemanfaatan sumber daya termasuk

sumber daya manusia untuk mencapai tujuan suatu organisasi.

Jadi, kerjasama pengelolaan parkir merupakan suatu usaha bersama antara

dua pihak atau lebih dengan mengendalikan dan memanfaatkan sumber daya

untuk mencapai tujuan dari hasil kerjasama tersebut.Terlihat jelas bahwa untuk

mencapai peningkatan efektivitas kegiatan pengelolaan dalam penelitian ini

adalah pengelolaan retribusi parkir di Kelurahan Kuta memegang peranan penting

karena dengan pengelolaan yang baik akan diperoleh hasil yang baik pula.

2.3.2 Kelembagaan (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan)

Berbagai lembaga baru yang bertujuan menguatkan partisipasi masyarakat

pun bermunculan, baik di tingkat nasional maupun di tingkat desa. Salah satu

lembaga produk era reformasi yang dirancang sebagai ruang partisipatif publik

dalam kegiatan pembangunan dan pemberdayaan yakni, Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat (LPM). Berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 49 Tahun 2001

tentang Penataan Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa/Kelurahan yang saat ini

diganti dengan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Desa/Kelurahan merupakan

lembaga yang dibentuk untuk menyusun rencana pembangunan yang partisipatif,

menggerakkan swadaya gotong royong masyarakat, dan melaksanakan dan

mengendalikan pembangunan.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk membingkai masalah dalam penelitian ini, digunakan beberapa kajian yang dapat membingkai permasalahan yang

19

Kelembagaan dapat dimaknai sebagai regulasi perilaku yang secara umum

diterima oleh anggota-anggota kelompok sosial, untuk perilaku spesifik dalam

situasi yang khusus, baik diawasi sendiri maupun dimonitor oleh otoritas luar

(external authority) (Rutherford dalam Yustika 2006:40). Sedangkan North dalam

Yustika (2006:41) memaknai kelembagaan sebagai aturan-aturan yang membatasi

perilaku menyimpang manusia untuk membangun struktur interaksi politik,

ekonomi, dan sosial. Melalui rentetan sejarah, kelembagaan yang dapat

meminimalisasi perilaku manusia yang menyimpang telah berhasil menciptakan

ketertiban dan mengurangi ketidakpastian dalam melakukan pertukaran

(exchange).

Dalam konteks ini kelembagaan mempunyai dua komponen, yaitu aturan

formal (formal institutions) dan aturan informal (informal institutions). Aturan

formal meliputi konstitusi, statuta, hukum, dan seluruh regulasi pemerintahan

lainnya. Aturan formal membentuk sistem politik (struktur pemerintahan, hak-hak

individu), sistem ekonomi (hak pemilikan dalam kondisi kelangkaan sumber daya,

kontrak), dan sistem keamanan (peradilan, polisi). Sedangkan aturan informal

meliputi pengalaman, nilai-nilai tradisional, agama, dan seluruh faktor yang

mempengaruhi bentuk persepsi subjektif individu tempat dunia tempat hidup

mereka (Pejovich dalam Yustika 2006:41).

Sehingga Yeager dalam Yustika (2006:42) secara singkat menjelaskan

kelembagaan sebagai aturan main (rules of the game) dalam masyarakat. Aturan

main tersebut mencakup regulasi yang memapankan masyarakat untuk melakukan

interaksi. Kelembagaan dapat mengurangi ketidakpastian yang inheren dalam

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk membingkai masalah dalam penelitian ini, digunakan beberapa kajian yang dapat membingkai permasalahan yang

20

interaksi melalui penciptaan pola perilaku (Pejovich dalam Yustika 2006:42).

Termasuk dalam kelembagaan adalah efektivitas penegakan hak kepemilikan

(property rights), kontrak dan jaminan formal, trademarks, limited liability,

regulasi kebangkrutan, organisasi korporasi besar dengan struktur tata kelola yang

membatasi persoalan-persoalan agency dan kontrak yang tidak lengkap dan

oportunisme pascakontrak (ex-post opportunism) (Bardhan dalam Yustika

2006:42)

Pendefinisian kelembagaan dipilah dalam dua klasifikasi yaitu pertama,

bila berkaitan dengan proses,maka kelembagaan merujuk kepada upaya untuk

mendesin pola interaksi antar pelaku ekonomi sehingga mereka dapat melakukan

kegiatan transaksi. Kedua, jika berhubungan dengan tujuan, maka kelembagaan

berkonsentrasi untuk menciptakan efisiensi ekonomiberdasarkan struktur

kekuasaan ekonomi, politik, dan sosial antar pelakunya. Istilah kelembagaan

memberi tekanan kepada lima hal yakni pertama, kelembagaan berkenaan dengan

seuatu yang permanen. Ia menjadi permanen, karena dipandang rasional dan

disadari kebutuhannya dalam kehidupan. Cooley (dalam Soemardjan dan

Soemardi, 1964: 75) secara sederhana menyimpulkan bahwa suatu norma dan tata

cara yang bersifat tetap tersebut berada dalam suatu kelembagaan. Sesuatu yang

tetap tersebut berguna untuk menyediakan stabilitas dan konsistensi di

masyarakat, yang berfungsi sebagai pengontrol dan pengatur perilaku. Selain itu,

aspek yang tetap tersebut menjamin situasi akan berulang atau dapat diperkirakan

(predictable), sehingga perilaku tersebut menjadi efektif. Perilaku yang teratur

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk membingkai masalah dalam penelitian ini, digunakan beberapa kajian yang dapat membingkai permasalahan yang

21

dan predictable merupakan hal yang penting dalam masayarakat sehingga menjadi

teratur, bukan perilaku yang spontan dan unpredictable.

Kedua, berkaitan dengan hal-hal yang abstrak yang menentukan perilaku.

Sesuatu yang abstrak tersebut merupakan suatu kompleks beberapa hal yang

sesungguhnya terdiri dari beberapa bentuk yang tidak selevel. Hal yang abstrak ini

kira-kira sama dengan apa yang disebut Cooley dengan public mind, atau „wujud

ideal kebudayaan‟ oleh Koentjaraningrat, atau kultural menurut Johnson. Secara

garis besar, hal yang dimaksud terdiri dari nilai, norma, hukum, peraturan-

peraturan, pengetahuan, ide-ide, belief, dan moral.Kumpulan dari hal-hal yang

abstrak tersebut, terutama norma sosial, diciptakan untuk melaksanakan fungsi

masyarakat (Taneko, 1993). Fungsi-fungsi yang dimaksud merupakan kebutuhan

pokok dalam kehidupan masyarakat. Karena tingkat kepentingannya yang tinggi,

maka seiring berjalannya waktu, akhirnya ia mempunyai kedudukan pasti, atau

terkristalisasi menjadi semakin tegas. Sebagaimana juga ditambahkan W.

Hamilton (dalam Johnoson, 1960:22) kelembagaan sosial merupakan sebuah

bentuk norma normatif yang secara luas diterima untuk mengikat masyarakat

tertentu atau bagian dari masyarakat.Bahwa kelembagaan lebih fokus kepada

aspek kultural, juga merupakan kerangka berpikir Gillin dan Gillin. Ia

mendefinisikan kelembagaan dalam cultural concept sebagai sebuah kelembagaan

sosial adalah sebuah bentuk fungsional dari pola budaya (termasuk tindakan, ide –

ide, sikap dan peralatan budaya) yang memproses suatu ketetapan dan

dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan sosial. (dalam Soemardjan dan

Soemardi, 1964: 67).

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk membingkai masalah dalam penelitian ini, digunakan beberapa kajian yang dapat membingkai permasalahan yang

22

Ketiga, berkaitan dengan perilaku, atau seperangkat tata kelakuan, atau

cara bertindak yang mantap yang berjalan di masyarakat (establish way of

behaving). Perilaku yang terpola merupakan kunci keteraturan hidup.

Sebagaimana menurut Hebding (1994), institusi sosial merupakan sesuatu yang

selalu ada pada semua masyarakat, karena berguna untuk mempertemukan

berbagai kebutuhan dan tujuan sosial yang dinilai penting. Jika masyarakat ingin

survive, maka insitusi sosial harus ada. Keluarga misalnya, merupakan institusi

sosial pokok yang mempertemukan kebutuhan sosial yang dinilai vital.Meskipun

aspek „perilaku‟ merupakan inti kajian pranata, namun Koentjaraningrat

menyatakan bahwa terwujudnya suatu pranata berada dalam pengaruh dari tiga

wujud kebudayaan, yaitu: (1) sistem norma dan tata kelakuan dalam konteks

wujud ideal kebudayaan, (2) kelakuan berpola untuk wujud kelakukan

kebudayaan, dan (3) peralatannya untuk wujud fisik kebudayaan. Ditambah

dengan personelnya sendiri, maka pranata terdiri dari empat komponen tersebut

yang saling berinteraksi satu sama lain.

Keempat, kelembagaan juga menekankan kepada pola perilaku yang

disetujui dan memiliki sanksi. Untuk penjelasan ini dinyatakan oleh E. Chinoy

bahwa sebuah lembaga adalah sebuah organisasi dari konseptual dan pola perilaku

yang diwujudkan melalui kegiatan sosial dan produk material. Jadi dapat dianggap

sebagai sebuah „klaster dari penggunaan sosial‟ dan terdiri dari adat, cara hidup,

adat – istiadat, dan sifat kompleks yang terorganisir, yang secara sadar atau tidak

sadar, menjadi sebuah fungsi kesatuan. (dalam Soemardjan dan Soemardi, 1964:

68).

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk membingkai masalah dalam penelitian ini, digunakan beberapa kajian yang dapat membingkai permasalahan yang

23

Kelima, kelembagaan merupakan cara-cara yang standar untuk

memecahkan masalah. Tekanannya adalah pada kemampuannya untuk

memecahkan masalah. Hebding (1994: 407) menyatakan bahwa institusi sosial

adalah nilai-nilai yang melekat pada masyarakat yang menyediakan stabilitas dan

konsistensi di masyarakat, yang berfungsi sebagai pengontrol dan pengatur

perilaku. Menjamin sistuasi akan berulang, sehingga menjadi efektif. Efektifitas

merupakan perhatian utama dalam apa yang dikenal dengan pemahaman

“ekonomi kelembagaan”.

Dari kelima tekanan pengertian di atas terlihat bahwa „kelembagaan‟

memiliki perhatian utama kepada perilaku yang berpola yang sebagian besar

datang norma-norma yang dianut. Kelembagaan berpusat pada sekitar tujuan-

tujuan, nilai atau kebutuhan sosial utama. Lebih jauh, kelembagaan merefer

kepada suatu prosedur, suatu kepastian, dan panduan untuk melakukan

sesuatu.Jika dicermati, maka sesungguhnya ada dua hal yang menjadi kajian

dalam kelembagaan sosial (ataupun organisasi sosial). Menurut Knight (1952: 51

kelembagaan memiliki dua bentuk, yaitu sesuatu yang dibentuk oleh masyarakat

itu sendiri, serta yang datang dari luar yang sengaja dibentuk. Meskipun ia

membedakannya berdasarkan asal terbentuknya, namun di sana melekat berbagai

perbedaan pokok.

Kinerja kelembagaan didefinisikan sebagai kemampuan suatu

kelembagaan untuk menggunakan sumberdaya yang dimilikinya secara efisien

dan menghasilkan output yang sesuai dengan tujuannya dan relevan dengan

kebutuhan pengguna (Peterson, 2003). Ada dua hal untuk menilai kinerja

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk membingkai masalah dalam penelitian ini, digunakan beberapa kajian yang dapat membingkai permasalahan yang

24

kelembagaan yaitu produknya sendiri berupa jasa atau material, dan faktor

manajemen yang membuat produk tersebut bisa dihasilkan. Satu cara yang lebih

sederhana telah dikembangkan untuk memahami kinerja internal dan (sedikit)

eksternal suatu kelembagaan, melalui ukuran-ukuran dalam ilmu manajemen. Ada

empat dimensi untuk mempelajari suatu kelembagaan (institutional assessment),

yaitu (Mackay et al, 1998):

Satu, kondisi lingkungan eksternal (the external environment).

Lingkungan sosial di mana suatu kelembagaan hidup merupakan faktor pengaruh

yang dapat menjadi pendorong dan sekaligus pembatas seberapa jauh sesuatu

kelembagaan dapat beroperasi. Lingkungan dimaksud berupa kondisi politik dan

pemerintahan, sosiolkultural, teknologi, kondisi perekonomian, berbagai

kelompok kepentingan, infrastuktur, serta kebijakan terhadap pengelolaan

sumberdaya alam. Seluruh komponen lingkungan tersebut perlu dipelajari dan

dapat dianalisis bentuk pengaruhnya terhadap kelembagaan yang dipelajari.

Sebagian memiliki pengaruh yang lebih kuat dan langsung, sebagian tidak.

Implikasi kebijakan yang disusun dapat dialamatkan kepada lingkungan tersebut,

jika disimpulkan telah menjadi faktor penghambat terhadap operasional suatu

kelembagaan.

Kedua, motivasi kelembagaan (institutional motivation). Kelembagaan

dipandang sebagai suatu unit kajian yang memiliki jiwanya sendiri. terdapat

empat aspek yang bisa dipelajari untuk mengetahui motivasi kelembagaan, yaitu

sejarah kelembagaan, misi yang diembannya, kultur yang menjadi pegangan

dalam bersikap dan berperilaku anggotanya, serta pola penghargaan yang dianut.

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk membingkai masalah dalam penelitian ini, digunakan beberapa kajian yang dapat membingkai permasalahan yang

25

Suatu fakta sosial adalah fakta historik, sejarah perjalanan kelembagaan

merupakan pintu masuk yang baik untuk mengenali secara cepat aspek-aspek

kelembagaan yang lain.

Tiga, kapasitas kelembagaan (institutional capacity). Pada bagian ini

dipelajari bagaimana kemampuan kelembagaan untuk mencapai tujuan-tujuannya

sendiri. Kemampuan tersebut diukur dari lima aspek, yaitu: strategi

kepemimpinan yang dipakai, perencanaan program, manajemen dan

pelaksanaannya, alokasi sumberdaya yang dimiliki, dan hubungan dengan pihak

luar yaitu terhadap klien, mitra danpembuat kebijakan pemerintah.

Empat, kinerja kelembagaan (institutional performance). Terdapat tiga hal

pokok yang harus diperhatikan yaitu keefektifan kelembagaan dalam mencapai

tujuan-tujuannya, efisiensi penggunaan sumber daya, dan keberlanjutan

kelembagaan berinteraksi dengan para kelompok kepentingan di luarnya.

Terkesan di sini bahwa kalkulasi secara ekonomi merupakan prinsip yang menjadi

latar belakangnya. Untuk mengukur keefektifan dan efisiensi misalnya dapat

digunakan analisis kuantitatif sederhana misalnya dengan membuat rasio antara

perolehan yang seharusnya dengan yang aktual tercapai, serta rasio biaya dengan

produktivitas.

2.3.3 Retribusi Daerah

Pungutan yang diberlakukan oleh pemerintah merupakan penarikan

sumber daya ekonomi (secara umum dalam bentuk uang) oleh pemerintah kepada

masyarakat guna membiayai pengeluaran yang dilakukan pemerintah untuk

melakukan tugas pemerintahan atau melayani kepentingan masyarakat. Dalam

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk membingkai masalah dalam penelitian ini, digunakan beberapa kajian yang dapat membingkai permasalahan yang

26

penelitian ini hasil pemungutan retribusi dari masyarakat diberikan kepada

pemerintah daerah dan pengelola yang dalam penelitian ini adalah Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat dimana hasil dari retribusi sebagian besar diberikan

untuk memberdayakan masyarakat. Untuk membantu masyarakat berdaya

sangatlah diperlukan dana yang cukup dan hasil dari pengelolaan parkir ini

disebut dengan retribusi daerah.

Retribusi (Siahaan 2010:5) adalah pembayaran wajib dari penduduk

kepada negara karena adanya jasa tertentu yang diberikan oleh negara bagi

penduduknya secara perorangan. Jasa tersebut dapat bersifat langsung, yaitu

hanya yang membayar retribusi yang menikmati balas jasa dari negara. Salah satu

contohnya adalah retribusi pelayanan parkir. Setiap orang yang ingin

mendapatkan pelayanan dan tempat untuk pemberhentian kendaraannya harus

membayar retribusi yang sudah ditetapkan oleh pemerintah sebagai pembayaran

atas jasa pelayanan dan tempat parkir yang telah disediakan oleh pemerintah.

Akan tetapi, tidak ada paksaan secara yuridis kepada masyarakat.

Sesuai dengan ketentuan perundang-undangan di Indonesia saat ini

penarikan retribusi hanya dapat dipungut oleh pemerintah daerah. Jadi, retribusi

yang dipungut di Indonesia dewasa ini adalah retribusi daerah. Retribusi daerah

dilaksanakan berdasarkan undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang pajak

daerah dan retribusi daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001

tentang Peraturan Umum Retribusi Daerah dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun

2008 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah, selanjutnya untuk

pelaksanaannya di masing-masing daerah, pungutan retribusi daerah dijabarkan

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk membingkai masalah dalam penelitian ini, digunakan beberapa kajian yang dapat membingkai permasalahan yang

27

dalam bentuk peraturan daerah yang mengacu kepada peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Menurut Peraturan Daerah Nomor. 66 Tahun 2001 Retribusi daerah adalah

pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang

khusus disediakan dan / atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan

pribadi atau badan. Beberapa ciri yang melekat pada retribusi daerah yang saat ini

dipungut di Indonesia yaitu, retribusi merupakan pungutan yang dipungut

berdasarkan undang-undang dan peraturan daerah yang berkenaan. Kedua, hasil

penerimaan retribusi masuk ke kas pemerintah daerah. Ketiga, pihak yang

membayar retribusi mendapatkan kontra presentasi (balas jasa) secara langsung

dari pemerintah daerah atas pembayaran yang dilakukannya. Keempat, retribusi

terutang apabila ada jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah yang

dinikmati oleh orang atau badan. Dan kelima, sanksi yang dikenakan pada

retribusi adalah sanksi secara ekonomis, yaitu jika tidak membayar retribusi, tidak

akan memperoleh jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah.

Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 Pasal 18 ayat 1 menentukan

bahwa objek retribusi adalah berbagai jenis jasa tertentu yang disediakan oleh

pemerintah daerah. Tidak semua jasa yang diberikan oleh pemerintah daerah

dapat dipungut retribusinya, tetapi hanya jenis-jenis jasa tertentu yang menurut

pertimbangan sosial ekonomi layak dijadikan sebagai objek retribusi.

Retribusi daerah dikelompokkan dalam retribusi jasa umum, retribusi jasa

usaha, dan retribusi perijinan tertentu. Retribusi jasa umum adalah retribusi atas

jasa yang disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk membingkai masalah dalam penelitian ini, digunakan beberapa kajian yang dapat membingkai permasalahan yang

28

dan pemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

Retribusi jasa usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh pemerintah

daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat disediakan

oleh sektor swasta. Retribusi perijinan tertentu adalah retribusi atas kegiatan

tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian ijin kepada orang pribadi atau

badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan

pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam,

barang, prasarana, sarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan

umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Objek retribusi jasa umum adalah

palayanan yang disediakan atau diberikan Pemerintah daerah untuk tujuan

kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau

badan.

Penelitian ini mengangkat tentang retribusi pelayanan parkir di tepi jalan

umum yang termasuk dalam retribusi jasa umum. Pelayanan parkir di tepi jalan

umum adalah penyediaan pelayanan parkir di tepi jalan umum yang ditentukan

oleh Pemerintah Daerah. Karena jalan menyangkut kepentingan umum, maka

penetapan jalan umum sebagai tempat parkir mengacu pada ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Subjek dari retribusi jasa umum adalah orang

pribadi atau badan yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa umum yang

bersangkutan. Sedangkan yang menjadi wajib retribusi jasa umum adalah orang

pribadi atau badan yang menurut keteentuan peraturan perundang-undangan

retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut

atau pemotong retribusi jasa umum.

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk membingkai masalah dalam penelitian ini, digunakan beberapa kajian yang dapat membingkai permasalahan yang

29

Besarnya retribusi yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

menggunakan jasa atau perijinan tertentu dihitung dengan cara mengalihkan tarif

retribusi dengan tingkat penggunaan jasa. Prinsip dan sasaran dalam penetapan

tariff retribusi jasa umum didasarkan pada kebijaksanaan daerah dengan

memerhatikan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemapuan masyarakat,

dan aspek keadilan. Dengan demikian, prinsip dan sasaran dalam penetapan

retribusi jasa umum dapat berbeda menurut jenis pelayanan dalam jasa yang

bersangkutan dan golongan pengguna jasa.

2.3.4 Pemberdayaan Masyarakat

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat didedikasikan untuk menjadi wadah

pemberdayaan masyarakat. Harapan yang ingin dicapai tentu saja agar masyarakat

tak lagi sekedar menjadi objek tetapi juga berperan sebagai subjek pembangunan.

Dalam penelitian ini Lembaga Pemberdayaan Masyarakat dapat memberdayakan

masyarakatnya melalui pengelolaan parkir diwilayahnya, dimana pemberdayaan

masyarakat merupakan konsep penting dalam penelitian ini.

Pemberdayaan berasal dari bahasa Inggris “empowerment” yang berarti

“pemberian kekuasaan” karena power bukan sekedar “daya”, tetapi juga

“kekuasaan”, sehingga kata “daya” tidak saja bermakna “mampu”, tetapi juga

“mempunyai kuasa”.Pemberdayaan adalah mengembangkan diri dari keadaan

tidak atau kurang berdaya menjadi berdaya, guna mencapai kehidupan yang lebih

baik. Pemberdayaan pada intinya membahas bagaimana individu, kelompok,

ataupun komunitas berusaha mengontrol kehidupan mereka sendiri dengan

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk membingkai masalah dalam penelitian ini, digunakan beberapa kajian yang dapat membingkai permasalahan yang

30

keinginan mereka. Pemberdayaan juga dapat diartikan sebagai suatu proses yang

relative terus berjalan untuk meningkatkan kepada perubahan. (Isbandi, 2000)

Keberdayaan dalam konteks masyarakat merupakan kemampuan individu

yang bersenyawa dalam masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat

yang bersangkutan. Memberdayakan masyarakat adalah upaya untuk

meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi

sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan

keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan adalah memampukan dan

memendirikan masyarakat.

Dalam konsep perberdayaan, menurut Prijono dan Pranarka dalam

Mardikanto (2012:51) manusia adalah subjek dari dirinya sendiri. Proses

pemberdayaan yang menekankan pada proses memberikan kemampuan kepada

masyarakat agar menjadi berdaya, mendorong atau memotivasi individu agar

mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan pilihan hidupnya.

Sedangkan menurut Sumodiningrat dalam Mardikanto (2012:52), bahwa

pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memandirikan masyarakat

lewat perwujudan potensi kemampuan yang mereka miliki. Adapun

pemberdayaan masyarakat senantiasa menyangkut dua kelompok yang saling

terkait, yaitu masyarakat sebagai pihak yang diberdayakan dan pihak yang

menaruh kepedulian sebagai pihak yang memberdayakan.

Implementasi pemberdayaan sesungguhnya merupakan upaya holistik

yang menyangkut semua aspek kehidupan yang ada dan yang terjadi di

masyarakat. Untuk memudahkan dalam pemahaman dan implementasinya,

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk membingkai masalah dalam penelitian ini, digunakan beberapa kajian yang dapat membingkai permasalahan yang

31

pemberdayaan masyarakat dapat dikelompokkan berdasarkan fokus kegiatan /

aktivitas atau potensi yang perlu dikembangkan dalam masyarakat. Berdasarkan

fokus ini menurut Anwas (2013:115) maka pemberdayaan dapat

diimplementasikan dengan fokus sebagai berikut :

1. Pemberdayaan sektor pendidikan

Pendidikan merupakan sektor penting dalam mengubah perilaku kearah

yang lebih baik. Perilaku masyarakat menurut Benyamin Bloom (dalam Anwas

2013:115) dapat dikategorikan dalam tiga aspek yaitu pengetahuan, sikap, dan

keterampilan.Ketiga aspek tersebut merupakan satu kesatuan yang utuh yang

dimanifestasikan dalam perilaku manusia.Pemberdayaan hakikatnya adalah

mengubah perilaku masyarakat. Mengubah perilaku ini dimulai dari mengubah

cara berpikir (mind set) dari pengetahuan dan pemahamannya, selanjutnya

diharapkan memiliki sikap yang positif untuk berubah, selanjutnya diwujudkan

dalam perilaku nyata sebagai bentuk usaha untuk mengubah perilaku kearah yang

lebih baik. Perubahan perilaku ini diarahkan ke arah yang lebih baik menuju pada

peningkatan kualitas dan kesejahteraan. Pemberdayaan sektor pendidikan

memiliki 4 tingkat yaitu: pendidikan tingkat anak-anak, pendidikan tingkat

remaja, pendidikan tingkat dewasa, dan pendidikan tingkat lansia.

2. Pemberdayaan sektor kesehatan

Menciptakan masyarakat yang sehat, bukan tanggung jawab pemerintah

saja. Kesehatan merupakan tanggung jawab semua individu dan

masyarakat.Kasus-kasus yang terjadi di masyarakat tentang kesehatan

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk membingkai masalah dalam penelitian ini, digunakan beberapa kajian yang dapat membingkai permasalahan yang

32

sesungguhnya disebabkaan oleh kebiasaan diri yang kurang bisa menjaga

kesehatan diri dan lingkungannya. Penanganan masalah kesehatan dengan cara

pengobatan merupakan upaya setelah terjadi. Jika setelah diobati, pertanyaan

selanjutnya apakah penyakit tersebut akan kambuh kembali atau menajdi menular

kepada anggota keluarga dan amsyarakat lainnya. Penanganan kesehatan yang

paling tepat adalah upaya pencegahan melalui kegiatan pemberdayaan

smayarakat. Potensi yang ada dalam masyarakat dioptimalkan agar mereka tidak

terserang berbaagai jenis penyait dan hidup sehat serta bahagia.

Menjaga kesehatan diri, keluarga, dan dirinya adalah sangat bergantung

pada diri dan masyarakatnya. Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat dalam

sektor kesehatan harus dimulai dari membangun kesadaran untuk mengubah

kebiasaan buruk yang dapat menggangu kesehatan.

Penyebab masalah kesehatan tersebut selanjutnya diupayakan melalui

berbagai kegiatan. Dimulai dengan membangun kesadaran akan pentingnya hidup

sehat dalam kehidupan sehari-hari. Upaya memberikan penyadaran ini dilakukan

secara terus menerus melalui berbagai cara. Penyadaran dalam lingkup nasional

atau wilayah yang luas dapat memanfaatkan media masa baik cetak maupun

elektronik. Penyadaran juga dapat dilakukan melalui lembaga-lembaga yang ada

dalam masyarakat.

Tahapan selanjutnya dalam pemberdayaan kesehatan dapat diberikan

apresiasi atau reward kepada anggota masyarakat yang dinilai menonjol dalam

menunjukan keberdayaannya disektor kesehatan. Menurut Suyono dalam

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk membingkai masalah dalam penelitian ini, digunakan beberapa kajian yang dapat membingkai permasalahan yang

33

Anwas(2013:123), tahapan reward dalam pemberdayaan penting dilakukan

sekalipun prestasinya masih sederhana guna memberikan motivasi kepada dirinya

dan juga anggota masyarakat yang lain. Pada akhirnya diharapkan tahapan

pemberdayaan sektor kesehatan ini menjadi sebuah budaya hidup sehat dalam

keluarga dan masyarakat. Dengan sehat, berbagai aktivitas dapat dilakukan

termasuk kegiatan ekonomi, peningkatan pendapatan, dan meraih kesejahteraan.

3. Pemberdayaan sektor usaha kecil

Pemberdayaan usaha kecil tidak hanya dilakukan terhadap masyarakat

yang telah memiliki usaha. Pemberdayaan dalam aspek ini justru yang utama

adalah bagaimana masyarakat didorong untuk mampu mengambangkan berbagai

usahanya sesuai dengan potensi yang dimilikinya.Menurut Freire dalam

Anwas(2013:125), dengan teori penyadaran menjelaskan bahwa pada setiap

individu sesungguhnya terhadap potensi untuk berkembang dengan demikian

seseungguhnya dalam setiap anggota masyarakat memiliki potensi untuk

melakukan usaha dalam meningkatkan pendapatannya. Dalam hal ini agen

pemberdayaan ditutuntut memiliki dan menerapkan kompetensi untuk analisis

kebutuhan dan potensi sasaran. Selanjutnya agen pemberdayaan dituntut untuk

menanamkan jiwa kewirausahaan.

Pemberdayaan usaha kecil yang utama adalah bagaimana membangun

SDM yang tangguh. Mereka perlu dibina mulai dari proses produksi hingga pasca

produksi yang benar dan efisien. Mereka perlu didorong untuk menciptakan

berbagai inovasi produknya yang memiliki daya saing. Kemampuan mendorong

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk membingkai masalah dalam penelitian ini, digunakan beberapa kajian yang dapat membingkai permasalahan yang

34

berpikir dan berperilaku inovatif sangat diperlukan. Keterampilan dan

kemampuan lainnnya yang sangat diperlukan oleh pelaku usaha kecil adalah

aspek managerial, pengelolaan keuangan, pemasaran, kerjasama yang saling

menguntungkan. Pengusaha kecil juga perlu mendapatkan pencerahan tentang

perbankan, sehingga mereka bisa mengakses penambahan modal usaha. Untuk itu

diperlukan kegiatan pelatihan dan pendampingan secara kontinyu. Tenaga

instruktur dapat melibatkan instansi terkait di pemerintahan, dunia usaha, atau

masyarakat diwilayah tersebut yang memiliki pengalaman relevan dengan usaha

kecil tersebut.

Pemberdayaan usaha kecil diarahkan agar menjadikan pelaku usaha

mampu meningkatkan wawasan dan kemampuannya, sehingga meninggalkan

kebiasaan menjadi budaya baru dalam berbisnis yang menguntungkan. Upaya

mengubah perilaku ini diperlukan proses, oleh karena itu diperlukan upaya

pendampingan secara kontinyu. Agen pemberdayaan perlu memiliki kompetisi

dalam melakukan pendampingan, merintis kerja sama dengan pihak terkait, serta

menanamkan jiwa kewirausahaan. Dengan demikian diharapkan pelaku usaha

kecil memiliki kemampuan yang kompetitif, mampu bersaing, dan mandiri,

sehingga pendapatannya bisa meningkat dan kesejahteraanya secara bertahap

dapat meningkat pula.

4. Pemberdayaan sektor pertanian

Pemberdayaan petani diarahkan dari mulai proses produksi, pemeliharaan,

panen, pasca panen, serta pemasaran. Pemberdayaan petani ini diarahkan pada

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk membingkai masalah dalam penelitian ini, digunakan beberapa kajian yang dapat membingkai permasalahan yang

35

usaha pertanian. Usaha pertanian adalah suatu industri biologis yang

memanfaatkan materi dalam proses hayati untuk memperoleh laba yang layak

bagi pelakunya yang dikemas dalam berbagai subsistem mulai dari subsistem

praproduksi, produksi, panen, dna pasca panen serta distribusi dan pemasaran.

Bentuk pemberdayaan bisa dilakukan melalui berbagai metode, sesuai dengan

permasalahan dan potensi klien, berdasarkan hasil analisis kebutuhan. Metode

pemberdayaan tersebut misalnya : kursus tani, pelatihan, demonstrasi hasil inovasi

pertanian, atau kegiatan lainnya. Kegiatan tersebut dilakukan secara bertahap dan

berkelanjutan.

5. Pemberdayaan berbasis potensi wilayah

Kebutuhan dan potensi yang ada di masyarakat menjadi pertimbangan

utama dalam kegiatan pemberdayaan. Potensi yang ada di masyarakat untuk bisa

diberdayakan terdiri dari potensi yang dimiliki individu, potensi kelompok, dan

juga potensi yang dimiliki oleh alam, sosial, dan budaya yang ada disekitar

wilayah tempat tinggal mereka.Setiap individu memiliki kebutuhan dan potensi

berbeda. Potensi individu yang dikembangkan cenderung beragam lain halnya

dengan potensi wilayah yang memiliki kesamaan bagi individu yang ada di

wilayah tersebut.

Pemberdayaan didasarkan pada potensi wilayah (alam, sosial, budaya)

sekitar masyarakat. Jika daerah memiliki potensi alam atau sumber daya alam

yang baik untuk dikembangkan, maka kegiatan pemberdayaan mengacu pada

potensi tersebut. Begitu pula potensi lingkungan sosial dan budaya dapat

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk membingkai masalah dalam penelitian ini, digunakan beberapa kajian yang dapat membingkai permasalahan yang

36

dikembangkan dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat. Pengembangan usaha

memanfaatkan sumber daya alam, sosial, dan budaya yang dimiliki menjadi awal

yang baik untuk mendorong masyarakat aktif dalam pembangunan. Menggali

potensi tersebut pada tahap ini perlu mempertimbangkan budaya dan kearifan-

kearifan lokal yang dimiliki oleh masyarakat setempat. Dengan cara ini

pemberdayaan masyarakat akan lebih mudah dilakukan dan dapat diterima oleh

masyarakat. Di sisi lain budaya dan kearifan lokal akan tetap lestari.

6. Pemberdayaan Daerah Bencana

Secara geografis wilayah Indonesia berada di antara lempengan besar

Indo-Australia dan Eurasia. Indonesia juga terletak di antara sabuk pegunungan

aktif Pasifik dan pegunungan Mediterani dan di antara dua samudera besar yaitu

Samudera Hindia dan Pasifik.Letak geografis tersebut secara alamiah

menyebabkan sering terjadi fenomena alam yang berpotensi menimbulkan gempa

tektonik, gempa vulkanik, tsunami, tanah longsor, gunung meletus, banjir, dan

bentuk-bentuk fenomena alam lainnya. Fenomena alam tersebut dapat

mengakibatkan korban jiwa dan kerugian materi, sehingga disebut bencana alam.

Pemberdayaan masyarakat di daerah bencana diarahkan pada upaya

meningkatkan kemampuan masyarakat baik sebelum bencana (pra), pada saat

bencana terjadi (doing), dan upaya rehabilitasi dan rekonstruksi setelah bencana

terjadi (pasca). Pemberdayaa sebelum bencana merupakan upaya penyadaran

kepada individu dan masyarakat akan bahaya bencana. Bencana alam dapat terjadi

kapanpun. Yang sangat perlu ditumbuhkan kesadaran kritis dari individu dan

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk membingkai masalah dalam penelitian ini, digunakan beberapa kajian yang dapat membingkai permasalahan yang

37

masyarakat terhadap bahaya bencana, serta kesadaran bahwa pada diri setiap

manusia memiliki potensi meminimalisir resiko bencana.

7. Pemberdayaan Kaum Disabilitas

Disibalitas (disability) merupakan istilah atau payung generik bagi

individu keterbatasan, gangguan dalam beraktivitas tertentu. Keterbatasan tersebut

baik pada fisik, kognitif, mental, sensorik, emosional, perkembangan atau

beberapa kombinasi keterbatasan tersebut. Secara umum keterbatasan tersebut

dapat digolongkan menjadi : keterbatasan dalam melihat (tuna netra), keterbatasan

dalam mendengar (tuna rungu), keterbatasan tubuh (tuna daksa), dan keterbatasan

dalam daya tangkap (tuna grahita), serta penderita keterbatasan lebih dari satu

(tuna ganda).

Penanganan penyandang disabilitas saat ini masih terkesan diskriminatif

dan cenderung bersifat belas kasihan (charity). Penanganan disabilitas seharusnya

menggunakan pendekatan human right, dimana hak-hak dan potensi mereka

sebagai individu mendapat tempat yang sama dengan lainnya. Penyandang

disabilitas merupakan salah satu sumber daya manusia yang kualitasnya harus

ditingkatkan agar dapat berperan sebagai subyek pembangunan. Dengan demikian

pendekatan dalam kaum disabilitas adalah melalui pemberdayaan sesuai dengan

potensi, minat, bakat dan kebutuhannya.

Dalam pengembangan potensi / bakat penyandang disabilitas, perlu

dimulai dengan analisis kebutuhan, potensi / bakat, minat yang dimiliki masing-

masing individu. Hasil analisis ini akan menjadi acuan bentuk dan jenis pelatihan

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk membingkai masalah dalam penelitian ini, digunakan beberapa kajian yang dapat membingkai permasalahan yang

38

apa yang cocok untuk penyandang disabilitas tersebut. Secara umum penyandang

disabilitas memiliki kemampuan yang bisa dioptimalkan. Kemampuan dan

keterampilan tersebut dapat dilatih secara bertahap dan bekesinambungan kepada

penyandang disabilitas. Tujuan pendidikan dan pelatihan ini ditujukan untuk

mengurangi ketergantungan akibat kelainan yang diderita serta menumbuhkan

kemandirian untuk hidup dimasyarakat.

8. Pemberdayaan Corporate Social Responsibility (CSR)

Corporate Social Responsibility (CSR), merupakan salah satu bentuk

kepedulian perusahaan terhadap lingkungan alam, lingkungan budaya, dan

lingkungan sosial. Undang-undang No. 47 Tahun 2007, menegaskan bahwa setiap

perusahaan yang mengelola sumber daya alam memiliki kewajiban menyisihkan

dari sebagian keuntungannya untuk peningkatan kesejahteraan dan taraf hidup

masyarakat disekitarnya.

CSR hendaknya dilakukan dalam bentuk pemberdayaan. Potensi dan

kebutuhan yang ada dalam diri dan lingkungan masyarakat yang perlu dibangun

dan diberdayakan. Masyarakat perlu ditumbuhkan kesadaran untuk mau dan

mampu membangun dirinya, meningkatkan kualitas kehidupannya kearah yang

lebih baik. CSR harus diarahkan untuk menggali potensi-potensi yang ada di

masyarakat untuk dikembangkan. Potensi tersebut bisa dari sumber daya manusia,

potensi sumber daya alam, potensi budaya, dan juga potensi sosial

kemasyarakatan. Potensi tersebut selanjutnya dibina melalui berbagai kegiatan

yang berkesinambungan, sehingga pada akhirnya kualitas lingkungan dan

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk membingkai masalah dalam penelitian ini, digunakan beberapa kajian yang dapat membingkai permasalahan yang

39

masyarakat bisa meningkat, meningkatkan kemandirian, dan pada akhirnya

kesejahteraannya juga meningkat.

Sasaran utama CSR diarahkan untuk membangun sumber daya manusia.

Mengubah perilaku masyarakat kearah yang lebih baik. Membangun sarana fisik

dalam masyarakat dapat dilakukan bersama-sama membangun SDMnya.

9. Pemberdayaan Perempuan

Masih terbatasnya peran perempuan ini menurut Suyono dalam Anwas

(2013:150) terkait dengan kemiskinan dalam keluarga-keluarga di Indonesia.

Realitas dalam masyarakat atau keluarga miskin biasanya sumber penghasilan

keluarga mengandalkan suami.Peran istri terbatas mengurus anak atau rumah

tangga di rumah.Padahal keluarga kurang beruntung itu umumnya berpendidikan

rendah, keterampilannya juga rendah.Kondisi ini semakin tidak berdaya akibat

mereka tidak memiliki modal usaha apalagi jaringan (networking) untuk

mengembangkan usaha ekonomi keluarganya.Untuk mendongkrak keterpurukan

keluarga-keluarga seperti ini sangat perlu peran serta perempuan. Para istri dari

keluarga miskin perlu diberdayakan untuk membantu suaminya dalam mencari

nafkah di keluarganya.

Diperlukan langkah-langkah lebih positif dengan langkah-langkah nyata,

dan menyangkut penyediaan berbagai masukan (input), serta pembukaan akses

kepada berbagai peluang (opportunity) yang akan membuat masyarakat menjadi

makin berdaya (Kartasasmita dalam Mardikanto, 2012:53). Dengan demikian,

pemberdayaan bukan hanya meliputi penguatan individu anggota masyarakat,

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk membingkai masalah dalam penelitian ini, digunakan beberapa kajian yang dapat membingkai permasalahan yang

40

tetapi juga pranata-pranatanya. Menanamkan nilai-nilai budaya modern seperti

kerja keras, hemat, keterbukaan, kebertanggungjawaban dan lain-lain yang

merupakan bagian pokok dari upaya pemberdayaan itu sendiri.

Subejo dan Narimo dalam Mardikanto (2012:12) mengemukakan bahwa,

terminologi masyarakat kadang-kadang sangat sulit dibedakan dengan penguatan

masyarakat serta pembangunan masyarakat (community development), yaitu

proses dimana usaha-usaha orang-orang itu sendiri disatukan dengan usaha-usaha

pemerintah untuk memperbaiki keadaan ekonomi, sosial dan kultural masyarakat,

menyatukan masyarakat-masyarakat itu ke dalam kehidupan bangsa, dan

memungkinkan masyarakat itu menyumbangkan secara penuh bagi kemajuan

nasional (Raharjo dalam Mardikanto, 2012)

Sumadyo merumuskan tiga upaya pokok dalam setiap pemberdayaan

masyarakat, Mardikanto (2012:113) menambahkan pentingnya bina kelembagaan

:Bina Manusia merupakan upaya yang pertama dan utama yang harus

diperhatikan dalam setiap upaya pemberdayaan masyarakat. Hal ini, dilandasi

oleh pamahaman bahwa tujuan pembangunan adalah untuk perbaikan mutu hidup

/ kesejahteraan manusia. Disamping itu, manusia menempati unsur yang unik

sebab, selain sebagai salah satu sumber daya juga sekaligus sebagai pelaku atau

pengelola manajemen itu sendiri. Tujuan utama pemberdayaan masyarakat adalah

keberdayaan (kemampuan dan perbaikan posisi-tawar) masyarakat.

Bina Usaha menjadi suatu upaya penting dalam setiap pemberdayaan,

sebab, bina manusia yang tanpa memberikan dampak atau manfaat bagi perbaikan

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk membingkai masalah dalam penelitian ini, digunakan beberapa kajian yang dapat membingkai permasalahan yang

41

kesejahteraan tidak akan laku, dan bahkan menambahkan kekecewaan. Sebaliknya

hanya bina manusia yang mampu (dalam waktu dekat / cepat) memberikan

dampak atau manfaat bagi perbaikan kesejahteraan yang akan laku atau

memperoleh dukungan dalm bentuk pertisipasi masyarakat.

Bina Lingkungan dinilai penting, karena pelestarian lingkungan (fisik)

akan sangat menentukan keberlanjutan kegiatan investasi maupun operasi

(utamanya yang terkait dengan tersedianya bahan baku). Pengertian lingkungan

tidak hanya lingkungan fisik, utamanya yang menyangkut pelestarian sumber

daya alam dan lingkungan hidup tetapi, dalam praktek perlu disadari bahwa

lingkungan sosial juga sangat berpengaruh terhadap keberlanjutan bisnis dan

kehidupan.

Bina Kelembagaan dinilai sangat penting. Karena tersedianya dan

efektifitas kelembagaan akan sangat berpengaruh terhadap keberhasilan bina

manusia, bina usaha dan bina lingkungan. Hayami dan Kikuchi dalam Mardikanto

(2012:116) mengartikan kelembagaan sebagai suatu perangkat umum yang ditaati

oleh anggota suatu komunitas (masyarakat). Bina kelembagaan tidak cukup

dengan pembentukan lembaga-lembaga yang diperlukan, tetapi jauh lebih penting

dari pembentukannya, adalah seberapa jauh kelembagaan yang telah dibentuk itu

telah berfungsi secara efektif.

Jadi pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk memandirikan

masyarakat dengan memberikan motivasi, sarana, dan prasarana yang terkait

dengan potensi kemampuan yang individu miliki, memberikan atau membuka

Page 35: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk membingkai masalah dalam penelitian ini, digunakan beberapa kajian yang dapat membingkai permasalahan yang

42

potensi kemampuan yang individu miliki menjadi tidak hanya berpotensi tetapi

juga mampu mengembangkan kemampuan tersebut.

Page 36: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk membingkai masalah dalam penelitian ini, digunakan beberapa kajian yang dapat membingkai permasalahan yang

43

2.4 Kerangka Pemikiran Penelitian

Permasalahan

--------------------------

Rumusan Masalah

---------------------------

Tujuan

---------------------------

Analisis

--------------------------

Pemerintah Daerah Kabupaten

Badung (Dinas Perhubungan

Komunikasi dan Informatika)

Kerjasama pengelolaan parkir di tepi jalan

umum

LPM dinilai mampu

mengelola parkir dengan

baik

Hasil dari retribusi parkir

dapat mampu membantu

masyarakat di wilayahnya

Pembuatan PD Parkir

dinilai tidak efisien

Bagaimana pengelolaan retribusi parkir untuk

pemberdayaan masyarakat oleh Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Kuta ?

Untuk mengetahui informasi pengelolaan

retribusi parkir untuk pemberdayaan

masyarakat oleh LPM Kelurahan Kuta

Menganalisis pemberdayaan masyarakat

melalui pengelolaan retribusi parkir oleh

LPM Kelurahan Kuta

Kesimpulan dan

Rekomendasi

Analisis Kerjasama

Pengelolaan Parkir

Analisis Kelembagaan

Analisis Retribusi

Daerah

Deskriptif Kualitatif

Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat Kelurahan Kuta

Analisis Pemberdayaan

Masyarakat

Page 37: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk membingkai masalah dalam penelitian ini, digunakan beberapa kajian yang dapat membingkai permasalahan yang

44

Pemerintah Daerah Kabupaten Badung tidak membentuk Perusahaan

Daerah Parkir karena dinilai tidak efisien. Sebab operasional penyedia sarana dan

prasarana pembangunan dan karyawan Perusahaan Daerah Parkir dinilai

membutuhkan dana lebih besar daripada dikelola langsung oleh pengelola wilayah

parkir tersebut. Selain itu, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Kuta

dinilai mampu mengelola parkir dengan baik dan sebagian hasil dari retribusi

parkir dinilai dapat memberikan dampak positif kepada masyarakat Kelurahan

Kuta. Maka dibuatlah kerjasama Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika

Kabupaten Badung dengan Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Kuta

yang tertulis dalam surat perjanjian No: 050/5579/DISHUBKOMINFO dan

nomor: 058/LPM-KUTA/XII/2014. Isi dari perjanjian tersebut Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Kuta menangani langsung pengelolaan

parkir di seluruh wilayah Kelurahan Kuta serta Dinas Perhubungan Komunikasi

dan Informatika merupakan selaku koordinator, pengawas dan penyedia sarana

dan prasarana. Dalam perjanjian tersebut juga terdapat aturan-aturan kerjasama

yang berlaku dan harus dilaksanakan.Dengan rumusan masalah Bagaimana

pemberdayaan masyarakat melalui retribusi parkir oleh Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat Kelurahan Kuta?Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui informasi

pemberdayaan masyarakat melalui pengelolaan retribusi parkir oleh Lembaga

Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan Kuta. Untuk menganilis pemberdayaan

masyarakat melalui pengelolaan retribusi parkir oleh Lembaga Pemberdayaan

Masyarakat Kelurahan Kuta tersebut, penulis menggunakan konsep

pemberdayaan masyarakat, kerjasama pengelolaan parkir, kelembagaan dan

Page 38: BAB II TINJAUAN PUSTAKA · 2017. 4. 1. · 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk membingkai masalah dalam penelitian ini, digunakan beberapa kajian yang dapat membingkai permasalahan yang

45

retribusi daerah dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Data

yang telah dianalisis tersebut kemudian dieksplorasi sehingga diperoleh

kesimpulan dan rekomendasi.