BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56528/4/BAB II.pdf · Selain...
Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Penelitian Terdahulueprints.umm.ac.id/56528/4/BAB II.pdf · Selain...
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Penelitian Terdahulu
Saragih (2016) menganalisis efisiensi saluran pemasaran jambu kristal di
Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Bogor. Indikator yang digunakan yaitu
margin pemasaran, farmer’s share, dan rasio keuntungan atas biaya pemasaran.
Metode penentuan responden dilakukan dengan menggunakan metode sensus,
sedangkan penentuan lembaga pemasaran dilakukan dengan metode snowball
sampling. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa terdapat sembilan saluran
pemasaran yang terbentuk, terdiri dari enam saluran pemasaran mitra dan tiga
saluran pemasaran non mitra. Saluran pemasaran yang paling efisien secara relatif
adalah saluran 1, saluran 2, dan saluran 8. Perbedaan dengan penelitian yang akan
dilakukan terletak pada metode analisis data. Analisis data yang digunakan oleh
Saragih (2016) yaitu efisiensi saluran pemasaran, sedangkan penelitian ini
menggunakan efisiensi saluran pemasaran dan elastisitas transmisi harga.
Hartitianingtias et al., (2015) dalam penelitiannya tentang analisis efisiensi
pemasaran kedelai di Kabupaten Grobogan. Penentuan sampel penelitian
menggunakan metode proportional random sampling dan snowball sampling.
Analisis data yang digunakan adalah analisis saluran dan lembaga pemasaran,
marjin pemasaran, persentase marjin pemasaran dan farmer’s share. Hasil
penelitian menyatakan bahwa terdapat empat saluran pemasaran kedelai di
Kabupaten Grobogan dengan empat lembaga pemasaran yang teridentifikasi.
7
Masing-masing lembaga pemasaran melakukan fungsi pertukaran, fungsi fisik dan
fungsi fasilitas. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan
terletak pada metode penentuan sampel. Penentuan sampel yang digunakan pada
penelitian Hartitianingtias et al., (2015) adalah metode proportional random
sampling, sedangkan penelitian ini menggunakan metode sensus.
Pradika et al., (2013) menganalisis efisiensi saluran pemasaran ubi jalar di
Kabupaten Lampung Tengah. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis model S-C-P (Structure, Conduct, dan Poition). Pengambilan sampel
dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling) dan snowball
sampling. Indikator yang digunakan meliputi analisis efisiensi pemasaran yang
dilihat dari marjin pemasaran, pangsa produsen, dan elastistas transmisi harga,
saluran pemasaran harga, biaya, serta volume penjualan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sistem pemasaran ubi jalar di Kabupaten Lampung Tengah
tidak efisien, karena struktur pasar yang pertama (struktur pasar) berbentuk
oligopsoni. Perilaku pasar yang dilakukan petani menggunakan sistem
pembayaran tunai dan melalui proses tawar-menawar. Terdapat empat saluran
pemasaran ubi jalar pada penelitian ini. Persaingan pasar tidak berjalan dengan
sempurna, tetapi pangsa dalam saluran pemasaran di Lampung Tengah tinggi.
Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada metode analisis. Metode analisis
yang digunakan pada penelitian Pradika et al., (2013) yaitu analisis SCP (Structur,
Conduct, dan Poition).
Indikator yang digunakan pada penelitian ini mengacu pada Hartitianingtias
et al., (2015) menggunakan analisis saluran dan lembaga pemasaran, margin
8
pemasaran, persentase margin pemasaran, dan farmer’s share, sedangkan
elastisitas transmisi harga mengacu pada (Pradika et al., 2013). Penentuan sampel
penelitian mengacu pada Saragih, (2016) menggunakan metode sensus dan
snowball sampling. Perbedaan penelitian Saragih (2016) dan Hartitianingtias et
al., (2015) dengan penelitian ini terdapat pada elastisitas transmisi harga.
Baladina et al., (2011) menganalisis efisiensi pemasaran durian di Desa
Wonoagung, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang. Penentuan responden
untuk petani durian menggunakan metode simple random sampling sedangkan
lembaga pemasaran menggunakan snowball sampling. Indikator yang digunakan
antara lain efisiensi harga, efisiensi operasional, margin pemasaran, distribusi
margin, dan share harga. Hasil penelitian menyatakan terdapat delapan saluran
pemasaran durian. Tidak ada marjin dalam saluran pemasaran karena petani
langsung memasarkan durian kepada konsumen sehingga tidak ada lembaga
pemasaran yang terlibat. Hasil perhitungan analisis efisiensi harga, diketahui
bahwa pemasaran durian di daerah penelitian sudah efisien, karena nilai selisih
harga lebih besar dari pada nilai rata-rata biaya transportasi dan biaya sortasi.
Namun jika dilihat dari analisis efisiensi operasional belum efisien. Perbedaan
penelitian (Baladina et al., 2011) dengan penelitian ini terletak pada metode
penentuan sampel menggunakan simple random sampling.
Budiningsih & Utami (2007) menganalisis efisiensi saluran pemasaran salak
pondoh di Desa Sigaluh, Kecamatan Sigaluh, Banjarnegara. Pengambilan sampel
petani dengan cara simple random sampling dan pedagang (lembaga pemasaran)
secara sensus. Indikator yang digunakan meliputi margin pemasaran, share,
9
farmer’s share, dan elastisitas transmisi harga. Hasil penelitian menunjukkan
terdapat 2 saluran pemasaran salak pondoh di Desa Sigaluh, Kecamatan Sigaluh,
Kabupaten Banjarnegara, faktor-faktor yang mempengaruhi marjin pemasaran,
yaitu harga jual salak pondoh dan sistem penjualan salak pondoh. Perbedaan
penelitian ini terletak pada metode penentuan sampel dan analisis data. Penentuan
sampel petani yang digunakan pada penelitian Budiningsih & Utami (2007)
adalah simple random sampling sedangkan penelitian ini menggunakan metode
sensus.
KaroKaro et al., (2013) tentang analisis efisiensi pemasaran kakao.
Indikator yang digunakan meliputi margin pemasaran, share margin, dan efisiensi
pemasaran. Penelitian KaroKaro et al., (2013) juga menggunakan uji korelasi Eta
untuk mengetahui hubungan saluran pemasaran dengan efisiensi saluran
pemasaran. Selain itu, penelitian ini juga menggunakan uji beda rata-rata
independent sampel t test untuk menganalisis perbedaan tingkat efisiensi
pemasaran. Hasil penelitian menunjukkan derajat hubungan antara saluran
pemasaran dengan efisiensi pemasaran tinggi. Ada perbedaan nyata saluran
pemasaran I dengan saluran pemasaran II. Saluran pemasaran II lebih efisien dari
saluran pemasaran I. Perbedaan penelitian terletak pada tujuan penelitian, metode
penentuan sampel dan metode analisis data. Penentuan sampel yang digunakan
pada penelitian KaroKaro et al., (2013) yaitu simple random sampling dan
accidental sampling sedangkan penelitian ini menggunakan metode sensus dan
snowball sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis korelasi
Eta dan Independent sample t test untuk mengetahui hubungan saluran pemasaran
10
komoditi kakao dengan efisiensi masing-masing saluran pemasaran. Persamaan
penelitian terletak pada analisis data menggunakan margin pemasaran dan
efisiensi pemasaran.
Indikator penelitian ini mengacu pada Baladina et al., (2011) dan
Budiningsih & Utami, (2007) meliputi margin pemasaran, distribusi margin,
share, farmer’s share, dan elastisitas transmisi harga. Perbedaan penelitian
terletak pada KaroKaro et al., (2013) yang menggunakan uji korelasi Eta dan uji
beda rata-rata independent sampel t test.
Situmorang et al., (2015) menganalisis efisiensi pemasaran sawi manis
dengan pendekatan structure, conduct, and performance (SCP) di Kecamatan
Jambi Selatan, Kota Jambi. Penentuan sampel petani menggunakan simple
random sampling sedangkan pedagang dengan snowball sampling. Indikator yang
digunakan meliputi margin pemasaran pada setiap tingkat lembaga pemasaran,
farmer’s share, dan rasio keuntungan atas biaya. Analisis data dilakukan secara
deskriptif kuantitatif dan kualitatif dengan pendekatan structure, conduct, and
performance of market (SCP). Anggraini et al., (2013) menganalisis efisiensi
pemasaran ubi kayu di Provinsi Lampung. Teknik pengambilan sampel petani
dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling), sedangkan sampel
pedagang dilakukan dengan mengikuti alur pemasaran. Indikator yang digunakan
antara lain jumlah lembaga pemasaran, diferensiasi produk, kondisi keluar masuk
pasar (entry condition), kegiatan pembelian, penjualan, pembentukan harga,
saluran pemasaran, pangsa produsen, margin pemasaran, rasio profit margin
(RPM), koefisien korelasi harga, dan elastisitas transmisi harga. Analisis data
11
menggunakan pendekatan structure, conduct, and performance (SCP). Penelitian
ini mengacu pada salah satu indikator yang digunakan Anggraini et al., (2013)
yaitu elastisitas transmisi harga. Perbedaan penelitian Situmorang et al., (2015)
dan Anggraini et al., (2013) dengan penelitian ini terdapat pada beberapa
indikator yang digunakan dan metode analisis data menggunakan pendekatan SCP
(structure, conduct, and performance).
Suhaeni et al., (2014) mengenai efisiensi pemasaran mangga gedong gincu
(Mangifera indica L) di Kabupaten Majalengka. Sampel petani ditentukan dengan
proporsional random sampling, sedangkan sampel pedagang ditentukan dengan
snowball sampling. Indikator yang digunakan meliputi margin pemasaran, marjin
keuntungan (profit margin), farmer’s share, efisiensi pemasaran dan efisiensi
operasional dengan menggunakan parameter mark up on selling. Manggopa
(2013) menganalisis efisiensi pemasaran nanas di Desa Lobong Kecamata Passi
Barat Kabupaten Bolang Mongondow. Penarikan sampel petani nanas digunakan
metode sampling acak sederhana, sedangkan pada pedagang menggunakan
sensus/sampling jenuh. Indikator penelitian ini meliputi marjin pemasaran,
distribusi marjin pemasaran, farmer’s share, rasio keuntungan dan biaya, efisiensi
operasional, dan elastisitas transmisi harga. Penelitian ini mengacu pada beberapa
indikator yang digunakan Suhaeni et al., (2014) dan Manggopa (2013) meliputi
margin pemasaran, farmer’s share, efisiensi pemasaran, dan elastisitas transmisi
harga. Perbedaannya terletak pada indikator yang tidak digunakan diantaranya
rasio keuntungan biaya dan efisiensi operasional.
12
2. 2 Tinjauan Pustaka
2.2.1 Jambu Biji
Tanaman jambu biji bukan merupakan tanaman asli negara Indonesia
(Cahyono, 2010). Jambu biji (Psidium guajava L.) pertama kali ditemukan di
Amerika Tengah oleh Nikolai Ivanovich Vavilov saat melakukan ekspedisi ke
beberapa negara di Asia, Afrika, Eropa, Amerika Selatan, dan Uni Soviet antara
tahun 1887-1942 (Jaya, 2018). Awalnya penyebaran jambu biji dilakukan oleh
burung, biji tersebut jatuh di suatu area kemudian tumbuh di daerah tersebut.
Penyebaran jambu biji dibawa oleh orang Spanyol ke Philipina, kemudian oleh
bangsa Portugis disebarkan ke India, sehingga sampai saat ini jambu biji
menyebar hampir di daerah tropik dan sub tropik salah satunya adalah Indonesia.
Angin sangat berperan dalam penyerbukan pada budidaya jambu biji, namun
angin yang kencang dapat menyebabkan kerontokan bunga. Tanaman jambu biji
merupakan tanaman daerah tropis tetapi juga dapat tumbuh didaerah sub-tropis
(Siregar, 2010).
Saat ini jambu biji sudah banyak dibudidayakan hampir di setiap daerah
yang ada di Indonesia. Pohon jambu biji di seluruh Nusantara sudah lama dikenal
mampu menghasilkan buah yang cukup lezat untuk dinikmati. Jambu biji dapat
berbuah sepanjang waktu, puncak musim berbuah yaitu pada bulan Januari hingga
Maret. Tanaman jambu biji berupa perdu, tingginya 3-10 m, tajukya lebar,
bercabang dari pangkal dan mengeluarkan anakan. Batang mempunyai ketebalan
10-30 cm. Jenis lain yaitu jambu biji semak, tingginya 6-9 m batangnya
berdiameter 30 cm atau lebih. Bentuk buahnya beragam (oval, bulat, bentuk pear)
13
dan diameternya 1,2-10 cm, warna kulit buahnya matang, warna daging buahnya
beragam (kuning, merah muda, putih, dan putih kekuningan) serta teksturnya ada
yang kasar dan ada yang licin (Siregar, 2010).
Jambu biji merah (Psidium guajava L.) merupakan buah klimakterik yang
mudah rusak (Salimah, Lindriati, & Purnomo, 2015). Kerusakan buah ini bisa
disebabkan oleh serangga. Serangga yang sering menyerang buah jambu adalah
lalat buah. Lalat buah dewasa mengisap cairan buah dan meninggalkan telurnya di
dalam. Bila telur ini menetas, kemudian larvanya memakan buah dan biji, maka
buah yang tampaknya baik di luar sebenarnya busuk di dalam. Tindakan yang
biasanya dilakukan untuk mencegah serangan lalat buah yaitu dengan
menyemprotkan insektisida atau melakukan pembungkusan buah. Penyemprotan
insektisida tidak boleh dilakukan terus-menerus, sebaiknya dilakukan
pembungkusan buah agar lebih aman dari gangguan racun (Ashari, 1995). Jambu
biji merah memiliki kandungan mineral dan vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh.
Selain itu, jambu biji merah juga dapat digunakan sebagai obat tradisional untuk
membantu penyembuhan penderita demam berdarah.
2.2.2 Pemasaran Pertanian
Pemasaran atau marketing pada prinsipnya adalah aliran barang dari
produsen ke konsumen. Aliran barang dapat terjadi karena adanya peranan
lembaga pemasaran. Peranan lembaga pemasaran sangat tergantung dari sistem
pasar yang berlaku dan karakteristik aliran barang yang dipasarkan. Pemasaran
pertanian adalah proses aliran komoditi yang disertai perpindahan hak milik dan
14
penciptaan guna waktu, guna tempat, dan guna bentuk, yang dilakukan oleh
lembaga-lembaga pemasaran dengan melaksanakan satu atau lebih fungsi-fungsi
pemasaran (Sudiyono, 2002).
Pemasaran adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk memperlancar arus
barang atau jasa dari produsen ke konsumen dengan maksud untuk menciptakan
permintaan efektif. Pemasaran merupakan aspek terpenting dalam sistem
agribisnis. Apabila mekanisme pemasaran berjalan dengan baik, maka semua
pihak yang terlibat akan memperoleh keuntungan (Lestari, 2016). Salah satu
fungsi dari pemasaran adalah sebagai penyedia sarana yang meliputi harga. Harga
merupakan masalah pokok baik bagi pembeli maupun penjual di pasar.
Proses tataniaga hingga ke konsumen akhir pada semua tingkat harus secara
terus-menerus memperhatikan harga-harga barang dan jasa. Harga menjadi acuan
seberapa besar nilai pada produk yang dihasilkan oleh petani. Petani harus
mempertimbangkan seberapa besar harga yang pantas untuk produk yang
dihasilkan, biaya-biaya yang dikeluarkan dari proses produksi hingga produk
sampai ke lembaga pemasaran selanjutnya. Petani harus bisa membaca kondisi
harga ketika menentukan harga produk di pasar saat produknya akan dijual.
Pemasaran yang baik adalah kegiatan pemasaran yang efisien dimana semua
pihak merasa diuntungkan dengan adanya kegiatan pemasaran tersebut . Suatu
kegiatan pemasaran dapat dikatakan efisien atau tidak dapat ditentukan atau
diukur dengan efisiensi pemasaran. Efisiensi tataniaga merupakan salah satu
ukuran untuk menilai kinerja pasar. Saluran pemasaran adalah serangkaian
15
organisasi yang saling tergantung yang terlibat dalam proses menjadikan suatu
produk atau jasa siap untuk dikonsumsi (Lestari, 2016).
2.2.3 Lembaga dan Saluran Pemasaran
Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang
menyelenggarakan pemasaran dan menyalurkan komoditi dari produsen kepada
konsumen akhir. Tugas lembaga pemasaran adalah menjalankan fungsi-fungsi
pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin (Sudiyono,
2002). Proses penyaluran selalu melibatkan berbagai pihak. Keterlibatan tersebut
bisa dalam bentuk perorangan maupun dalam bentuk kelembagaan, perserikatan
atau perseorangan. Lembaga-lembaga tersebut akan melakukan fungsi-fungsi
pemasaran seperti fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas. Lembaga ini
melakukan pengangkutan barang dari tingkat produsen sampai ke tingkat
konsumen dan juga berfungsi sebagai sumber informasi mengenai suatu barang
atau jasa. Arus barang melalui lembaga-Iembaga yang menjadi perantara
membentuk saluran pemasaran (Passiamanto, Nurhayati, & Diatin, 2006).
Saluran pemasaran adalah penyaluran barang atau jasa dari produsen ke
konsumen akhir. Saluran pemasaran melewati lembaga pemasaran atau badan-
badan yang bertugas melaksanakan fungsi pemasaran. Semua proses dalam
distribusi pemasaran, mulai dari penampungan sampai penyaluran barang ke
konsumen membutuhkan biaya yang tidak sama. Pendeknya jarak antara produsen
dan konsumen dapat membuat biaya pengangkutan bisa diperkecil. Apabila tidak
terjadi perubahan bentuk ataupun perubahan volume atau mutu maka biaya
16
pengolahan tidak ada. Semakin panjang jarak maka semakin banyak perantara
yang terlibat dalam distribusi, sehingga biaya akan semakin tinggi (Lestari, 2016).
2.2.4 Margin Pemasaran
Margin pemasaran merupakan salah satu indikator yang dapat mengukur
efisiensi pemasaran. Margin pemasaran atau margin tataniaga adalah perbedaan
antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani
(produsen) (Sudiyono, 2002). Faktor-faktor yang mempengaruhi margin tataniaga
adalah:
a. Biaya tataniaga
b. Tingkat persaingan antara para pedagang
c. Strategi-strategi yang ditunjukkan oleh para pedagang
d. Sikap para pedagang terhadap resiko
e. Banyaknya perantara yang terlibat dalam menyalurkan barang dan jasa ke
konsumen akhir
2.2.5 Distribusi Margin
Marjin pemasaran bukanlah satu-satunya indikator yang menemukan suatu
pasar komoditas dapat dikatakan efisien. Salah satu indikator yang berguna adalah
dengan cara membandingkan harga yang dibayar oleh konsumen akhir,
dinyatakan dalam persentase. Semakin tinggi marjin pemasaran, maka semakin
rendah harga yang diterima petani (Lestari, 2016). Menurut Sudiyono (2002)
distribusi margin merupakan pembagian antara semua komponen biaya yang
17
dikeluarkan dalam proses memasarkan suatu komoditas pertanian tertentu dan
keuntungan yang diperoleh pada masing-masing lembaga dengan margin
pemasaran yang kemudian dikalikan dengan 100%. Secara sistematis dirumuskan
sebagai berikut:
Distribusi Margin Pemasaran =
2.2.6 Farmer’s Share dan Share
Farmer’s Share merupakan bagian yang diterima oleh petani (Sudiyono,
2002). Farmer’s share berkorelasi negatif dengan marjin pemasaran, artinya
semakin tinggi marjin pemasaran maka bagian harga yang diterima petani sebagai
produsen semakin rendah. Farmer’s Share bermanfaat untuk mengetahui bagian
harga yang diterima oleh petani dari harga di tingkat konsumen yang dinyatakan
dalam persentase (Fahrurrozi et al., 2015).
Share biaya pemasaran dan share keuntungan dapat pula digunakan untuk
menganalisis efisiensi pemasaran. Apabila perbandingan share keuntungan dari
masing-masing lembaga pemasaran merata, maka sistem pemasarannya dikatakan
efisien. Apabila perbandingan share keuntungan dengan biaya pemasaran masing-
masing lembaga pemasaran merata dan cukup logis, maka sistem pemasarannya
dikatakan efisien (Elly et al., 2013).
2.2.7 Efisiensi Pemasaran
Efisiensi merupakan perbandingan antara output (pengeluaran) dan input
(pemasukan). Efisiensi pemasaran dapat dilihat melalui analisis marjin pada setiap
18
lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran (Sudiyono, 2002).
Selain itu, pengukuran efisiensi pemasaran dapat dilakukan melalui organisasi
pasar yang secara umum dapat dikelompokkan ke dalam tiga komponen sebagai
berikut:
a. Struktur pasar adalah karakteristik organisasi dari suatu pasar, yang untuk
prakteknya adalah karakteristik yang menentukan hubungan antara para
pembeli dan para penjual, antara penjual satu dengan yang lain, dan
hubungan antara penjual di pasar dengan para penjual potensial yang akan
masuk kedalam pasar. Unsur-unsurnya adalah tingkat konsentrasi,
diferensiasi produk, dan rintangan yang masuk pasar.
b. Perilaku pasar adalah pola tingkah laku dari lembaga tataniaga dalam
hubungannya dengan sistem pembentukan harga dan praktek, melakukan
pembelian dan penjualan, secara horizontal maupun vertikal atau dengan
kata lain tingkah laku perusahaan dalam struktur pasar tertentu, terutama
bentuk-bentuk keputusan apa yang dibuat oleh manager dalam struktur
pasar yang berbeda.
c. Keragaan pasar adalah sampai sejauh mana pengaruh riil struktur dan
perilaku pasar yang berkenaan dengan harga, biaya, dan volume produksi.
Suatu sistem pemasaran dikatakan efisien, jika:
a. Menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen
dengan biaya serendah-rendahnya.
19
b. Mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga
yang dibayar oleh konsumen akhir kepada semua pihak yang ikut serta
di dalam kegiatan produksi dan pemasaran barang tersebut.
Konsep efisiensi pemasaran pada dasarnya adalah suatu ukuran relatif.
Efisiensi tataniaga adalah bentuk awal dari bekerjanya pasar persaingan sempuma
yang artinya sistem tersebut dapat memberikan "kepuasan" bagi Iembaga-lembaga
pemasaran yang terlibat (Sudiyono, 2002). Selain itu, share biaya pemasaran dan
share keuntungan dapat pula digunakan untuk menganalisis efisiensi pemasaran
(Elly et al., 2013).
2.2.8 Elastisitas Transmisi
Menurut Sudiyono (2002), elastisitas transmisi merupakan perbandingan
nisbi dari harga di tingkat pengecer dengan perubahan harga di tingkat petani.
Harga di tingkat pengecer merupakan penjumlahan harga tingkat petani dengan
margin tataniaga. Elastisitas di tingkat petani (Ef) dapat di definisikan sebagai
rasio perubahan nisbih jumlah di tingkat petani dengan rasio perubahan nisbih di
tingkat pengecer. Elastisitas di tingkat pengecer (Er) merupakan rasio perubahan
nisbih di tingkat pengecer dengan perubahan nisbi harga di tingkat petani.
Hubungan antara perubahan nisbih di tingkat petani dan di tingkat pengecer, maka
diharapkan ada informasi pasar tentang :
1. Kemugkinan adanya peluang kompetisi yang efektif dengan jalan
memperbaiki “ market tranperency “
20
2. Keseimbangan penawaran dan permintaan antara petani dengan pedagang,
sehingga dapat mencegah fluktuasi yang berlebihan
3. Kemungkinan pengembangan pedagang antar daerah dengan mengajikan
informasi perkembangan pasar nasional atau lokal
4. Kemungkinan pengurangan resiko produksi dan pemasaran sehingga dapat
mengurangi kerugian
5. Peluang perbaikan pemasaran (terutama campur tangan harga) dengan
menyediakan analisis yang relevan pada pembuat keputusan.
Analisis transmisi harga adalah analisis yang menggambarkan sejauh mana
dampak perubahan harga suatu barang di suatu tempat atau tingkatan terhadap
perubahan harga barang itu di tempat lain. Transmisi harga diukur melalui regresi
sederhana diantara dua harga pada dua tingkat pasar kemudian dihitung
elastisitasnya (Lestari, 2016).
2. 3 Kerangka Pemikiran
Pelaku pertanian pada umumnya memiliki peran penting dalam upaya-
upaya pembangunan khususnya di sektor ekonomi pertanian. Penelitian ini
diawali dengan mengidentifikasi saluran pemasaran yang ada di Desa Bulukerto,
Kecamatan Bumiaji, Kota Batu. Saluran pemasaran adalah penyaluran barang atau
jasa dari produsen ke konsumen akhir (Lestari, 2016). Saluran pemasaran
melewati lembaga atau badan-badan yang bertugas melaksanakan fungsi
pemasaran. Banyaknya lembaga pemasaran yang terlibat membuat biaya
distribusi semakin tinggi (Lestari, 2016).
21
Pemasaran yang baik ketika kegiatan tersebut dilakukan secara efisien.
Pemasaran dapat dikatakan efisien apabila semua pihak merasa diuntungkan.
Efisiensi pemasaran dapat dianalisis menggunakan beberapa indikator diantaranya
Biaya Pemasaran, Keuntungan, Margin pemasaran, Distribusi margin, Share
keuntungan dan biaya. Oleh sebab itu, penting bagi pelaku pertanian untuk
mengetahui saluran pemasaran yang efisien. Adapun kerangka pemikiran
merupakan konsep dan alur berfikir dalam melakukan sebuah penelitian dengan
sistematis. Berdasarkan uraian latar belakang, tujuan penelitian, rumusan masalah,
serta teori-teori yang mendukung, diperoleh kerangka pemikiran sebagai berikut:
22
Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran
Petani
1. Biaya Pemasaran
2. Keuntungan Tiap Lembaga
Pemasaran
3. Margin Pemasaran
4. Distribusi Margin
5. Share
Efisiensi Pemasaran
Elastisitas Transmisi Harga
Deskriptif Kualitatif
Lembaga Pemasaran :
1. Pedagang Tengkulak
2. Pedagang Pengepul
3. Pedagang Besar
4. Pedagang Pengecer
Deskriptif Kuantitatif
Saluran Pemasaran