PEMANFAATAN SARI BUAH JAMBU BIJI ... - Jurnal Online STFI

14
JSTFI Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology Vol.V, No.1, Januari 2016 1 PEMANFAATAN SARI BUAH JAMBU BIJI MERAH (Psidium guajava Linn.) SEBAGAI ANTIOKSIDAN DALAM BENTUK GRANUL EFFERVESCENT* Revika Rachmaniar, Haruman Kartamihardja, Merry Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia *Telah dipresentasikan secara oral pada acara International Seminar of Pharmaceutical Institut Teknologi Bandung pada Agustus 2015 _____________________________________________________________________________________ Abstrak Telah dilakukan penelitian pembuatan formulasi granul effervescent dari sari buah jambu biji merah (Psidium guajava Linn.) sebagai antioksidan dengan menggunakan metode granulasi basah. Pada penelitian ini formula dibuat dengan variasi konsentrasi Na-CMC sebagai pengikat. Evaluasi yang dilakukan terhadap granul effervescent di antaranya adalah kecepatan alir, sudut istirahat, kerapatan curah, kerapatan mampat, kompresibilitas, uji kestabilan granul effervescent, uji hedonik terhadap 30 responden, dan uji antioksidan dengan menggunakan metode DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). Hasil evaluasi granul effervescent menunjukkan bahwa ketiga formula, yaitu F1, F2, dan F3 memiliki kualitas yang baik sesuai dengan persyaratan granul effervescent. F3 yang mengandung sari buah jambu biji merah 11%, manitol 35,35%, Na-CMC 0,75%, asam sitrat 9,4%, asam tartrat 18,8%, natrium bikarbonat 23,5%, karmin 0,5%, dan perisa jambu 0,7% merupakan formula yang menghasilkan granul effervescent terbaik dibandingkan F1 dan F2 dalam segi kecepatan alir, sudut istirahat, kerapatan curah, kerapatan mampat, dan kompresibilitas. Uji aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa ketiga formula granul effervescent sari buah jambu biji merah masih memiliki aktivitas antioksidan. Hasil uji kesukaan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata pengaruh formula granul effervescent sari buah jambu biji merah terhadap kesukaan responden dengan tingkat kepercayaan 95%. Kata kunci: Psidium guajava, Granul effervescent, Antioksidan Abstract The research of the effervescent granules formulation of red guava juice (Psidium guajava Linn.) as an antioxidant using wet granulation method has been conducted. In this study, formulas were made with concentration variation of carboxymethylcellulose sodium as the binder. Evaluation of the effervescent granules were the flow-rate, angle of repose, bulk density, tapped density, compressibility, stability test of effervescent granules, hedonic test towards 30 respondents, and the antioxidant test using DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl). The results showed that the three formulas, F1, F2, and F3 had good quality accordance to the requirements of effervescent granules. F3 which contained 11% red guava juice, 35,35% mannitol, 0,75% Carboxymethylcellulose sodium, 9,4% citric acid, 18,8% tartaric acid, 23,5% sodium bicarbonate, 0,5% Carmine, 0,7% guava essence was a formula that produces the best effervescent granules than F1 and F2 in the aspect flow of rate, angle of repose, bulk density, tapped density, compressibility. Antioxidant activity test showed that the three formulas of red guava juice effervescent granules still had antioxidant activity. Results of hedonic test showed that there was no significant difference from the effect of red guava juice effervescent granules formulas to respondents preferences with 95% confidence level. Keywords: Psidium guajava, Effervescent granules, Antioxidant ___________________________________________________________________________

Transcript of PEMANFAATAN SARI BUAH JAMBU BIJI ... - Jurnal Online STFI

Page 1: PEMANFAATAN SARI BUAH JAMBU BIJI ... - Jurnal Online STFI

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.V, No.1, Januari 2016

1

PEMANFAATAN SARI BUAH JAMBU BIJI MERAH (Psidium guajava Linn.)

SEBAGAI ANTIOKSIDAN DALAM BENTUK GRANUL EFFERVESCENT*

Revika Rachmaniar, Haruman Kartamihardja, Merry

Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia

*Telah dipresentasikan secara oral pada acara International Seminar of Pharmaceutical Institut

Teknologi Bandung pada Agustus 2015

_____________________________________________________________________________________

Abstrak

Telah dilakukan penelitian pembuatan formulasi granul effervescent dari sari buah jambu biji

merah (Psidium guajava Linn.) sebagai antioksidan dengan menggunakan metode granulasi

basah. Pada penelitian ini formula dibuat dengan variasi konsentrasi Na-CMC sebagai pengikat.

Evaluasi yang dilakukan terhadap granul effervescent di antaranya adalah kecepatan alir, sudut

istirahat, kerapatan curah, kerapatan mampat, kompresibilitas, uji kestabilan granul effervescent,

uji hedonik terhadap 30 responden, dan uji antioksidan dengan menggunakan metode DPPH

(1,1-difenil-2-pikrilhidrazil). Hasil evaluasi granul effervescent menunjukkan bahwa ketiga

formula, yaitu F1, F2, dan F3 memiliki kualitas yang baik sesuai dengan persyaratan granul

effervescent. F3 yang mengandung sari buah jambu biji merah 11%, manitol 35,35%, Na-CMC

0,75%, asam sitrat 9,4%, asam tartrat 18,8%, natrium bikarbonat 23,5%, karmin 0,5%, dan

perisa jambu 0,7% merupakan formula yang menghasilkan granul effervescent terbaik

dibandingkan F1 dan F2 dalam segi kecepatan alir, sudut istirahat, kerapatan curah, kerapatan

mampat, dan kompresibilitas. Uji aktivitas antioksidan menunjukkan bahwa ketiga formula

granul effervescent sari buah jambu biji merah masih memiliki aktivitas antioksidan. Hasil uji

kesukaan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata pengaruh formula granul

effervescent sari buah jambu biji merah terhadap kesukaan responden dengan tingkat

kepercayaan 95%.

Kata kunci: Psidium guajava, Granul effervescent, Antioksidan

Abstract

The research of the effervescent granules formulation of red guava juice (Psidium guajava

Linn.) as an antioxidant using wet granulation method has been conducted. In this study,

formulas were made with concentration variation of carboxymethylcellulose sodium as the

binder. Evaluation of the effervescent granules were the flow-rate, angle of repose, bulk

density, tapped density, compressibility, stability test of effervescent granules, hedonic test

towards 30 respondents, and the antioxidant test using DPPH (1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl).

The results showed that the three formulas, F1, F2, and F3 had good quality accordance to the

requirements of effervescent granules. F3 which contained 11% red guava juice, 35,35%

mannitol, 0,75% Carboxymethylcellulose sodium, 9,4% citric acid, 18,8% tartaric acid, 23,5%

sodium bicarbonate, 0,5% Carmine, 0,7% guava essence was a formula that produces the best

effervescent granules than F1 and F2 in the aspect flow of rate, angle of repose, bulk density,

tapped density, compressibility. Antioxidant activity test showed that the three formulas of red

guava juice effervescent granules still had antioxidant activity. Results of hedonic test showed

that there was no significant difference from the effect of red guava juice effervescent granules

formulas to respondents preferences with 95% confidence level.

Keywords: Psidium guajava, Effervescent granules, Antioxidant

___________________________________________________________________________

Page 2: PEMANFAATAN SARI BUAH JAMBU BIJI ... - Jurnal Online STFI

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.V, No.1, Januari 2016

8

PENDAHULUAN

Buah jambu biji merah adalah salah

satu buah terbaik yang dapat dikonsumsi

setiap hari karena buah jambu biji merah

sangat kaya akan vitamin C. Nama Daerah

untuk jambu biji ini diantaranya Glima

breueh (Aceh), galiman (Sumatera), jambu

klutuk (Jawa), jambu batu (Sunda), jambu

bender (Madura), gojawas (Manado), libu

(Kalimantan), kojabas (Nusa Tenggara),

dan kayawese (Maluku) (Putra, 2013).

Buah jambu biji mempunyai warna

daging yang berbeda, ada yang berwarna

putih, dan ada yang daging buahnya

berwarna merah. Kandungan gizi antara

jambu biji ini juga berbeda, jambu biji

dengan daging berwarna merah mempunyai

kandungan gizi yang lebih komplit dengan

kandungan vitamin C lebih tinggi

(Ramayulis, 2013).

Buah jambu biji merah telah

terbukti dapat mengobati diare, disentri,

demam berdarah, gusi bengkak, sariawan,

jantung, dan diabetes. Buah jambu biji

merah mengandung vitamin C yang cukup

tinggi. Vitamin C sangat baik sebagai zat

antioksidan (Parimin, 2005).

Kandungan nutrisi dalam 100 gram

buah jambu biji merah terdapat energi 51

kkal; karbohidrat 11,88 g; protein 0,82 g;

lemak 0,6 g, dan vitamin C 183,5 mg dan

bagian yang dapat dimakan sebanyak 82%.

Sebagian besar vitamin C jambu biji

terkonsentrasi pada kulit serta daging

bagian luarnya yang lunak dan tebal, serta

kandungan vitamin C jambu biji mencapai

puncaknya menjelang matang (Ramayulis,

2013; Parimin, 2005).

Selain kandungan gizinya, jambu

biji juga mengandung zat fitokimia di

antaranya polifenol, minyak atsiri yang

memberikan bau khas jambu biji (eugenol),

saponin berkombinasi dengan oleanolat,

flavonoid kuersetin, likopen, tanin, asam

ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat,

asam oleanolat, dan asam guajaverin

(Ramayulis, 2013; Putra, 2013).

Berbagai penelitian ilmiah

menunjukkan bahwa senyawa antioksidan

mengurangi resiko terhadap penyakit kronis

seperti kanker dan penyakit jantung

koroner. Karakter utama senyawa

antioksidan adalah kemampuannya untuk

menangkap radikal bebas. Metabolit

sekunder buah jambu biji merah yang

memiliki aktivitas antioksidan adalah

karotenoid dan senyawa fenolik seperti

vitamin C, kuercetin, guavin, asam

protokatekuat, asam ferulat, asam galat, dan

asam kafeat (Prakash, 2001; Kumari, et al,

2013; Rishika dan Sharma, 2012).

Hasil penelitian Norazmir

menunjukkan bahwa pemberian buah

jambu biji merah dengan rentang dosis 0,5-

2,0 g/kg berat badan hewan uji dapat

mengurangi radikal bebas karena buah

jambu biji merah dapat meningkatkan

aktivitas enzim antioksidan dalam darah

hewan uji. Hasil penelitian Maryanto

membuktikan juga bahwa serbuk jambu biji

merah sebanyak 0,72 g/kg berat badan

hewan uji dapat meningkatkan superoksida

Page 3: PEMANFAATAN SARI BUAH JAMBU BIJI ... - Jurnal Online STFI

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.V, No.1, Januari 2016

9

dismutase (SOD) dalam darah hewan uji

(Nor dan Yatim, 2011; Maryanto, 2013).

Kebutuhan vitamin C anak usia 13-

20 tahun sebanyak 80-100 mg dan orang

dewasa 70-75 mg. Berat buah jambu biji

merah sebesar 275 g/buah dapat mencukupi

kebutuhan vitamin C tiga orang dewasa,

atau dua orang anak usia 13-20 tahun per

harinya. Vitamin C yang tinggi ini

bermanfaat sebagai antioksidan yang

berfungsi meningkatkan daya tahan tubuh,

mempercepat penyembuhan luka, dan

berperan dalam pembentukan kolagen

intraseluler tubuh. Kolagen merupakan

senyawa protein yang banyak terdapat pada

tulang rawan, kulit dalam, tulang, dentin,

dan endotel vaskular. Vitamin C juga

berperan pada sintesis neurotransmiter

menjadi neurofinefrin yang penting bagi

otak untuk sintesis karnitin yang berfungsi

dalam transpor lemak ke mitokondria untuk

dikonversi menjadi energi (Parimin, 2005;

Ramayulis, 2013; Kumari, et al, 2013;

Rishika dan Sharma, 2012).

Berdasarkan hal tersebut, buah

jambu biji sangat potensial bila dijadikan

suatu produk makanan tambahan. Sekarang

ini di Indonesia telah tersedia produk

makanan tambahan dari buah jambu biji

merah dalam bentuk sediaan jus, jelly, dan

serbuk instan.

Salah satu produk makanan

tambahan yang sekarang ini cenderung

disukai masyarakat adalah produk makanan

tambahan dalam bentuk sediaan

effervescent. Sediaan effervescent adalah

sediaan yang berisikan substansi asam dan

karbonat, yang apabila dimasukkan ke

dalam air akan mengeluarkan gas

karbondioksida. Sediaan effervescent

disukai karena karbonasi yang dihasilkan

dapat memberikan efek kesegaran. Sediaan

effervescent juga memiliki beberapa

kelebihan jika dibandingkan dengan

sediaan oral yang lain, terutama ditinjau

dari segi bioavaibilitasnya. Dengan bentuk

ini obat tidak memerlukan proses

disintegrasi dan disolusi terlebih dahulu

sebelum diserap sehingga kadar efektif obat

dalam darah akan cepat dicapai. Pemikiran

tersebut melatarbelakangi dilakukannya

penelitian tentang formulasi dan evaluasi

granul effervescent sari buah jambu biji

merah sebagai antioksidan.

METODOLOGI

Alat

Alat-alat yang digunakan dalam

penelitian adalah blender, timbangan

analitik (Henherr dan Ohaus), sentrifugator

(Centrifuge PLC Series), mortir dan

stamper, pengayak mesh 12 dan 14, oven

(Memmert), eksikator, stopwatch,

spektrofotometer Ultraviolet-Visible

(Shimadzu UV-1800), kuvet kuarsa

(Hellma), pipet piston (Socorex), alat

pengukur kecepatan alir, pH meter (Mettler

Taledo), moisture balance (Precisa), tanur

(Barnstead thermolyne), dan alat-alat gelas

yang biasa digunakan di Laboratorium

Fitokimia, Laboratorium Teknologi Sediaan

Page 4: PEMANFAATAN SARI BUAH JAMBU BIJI ... - Jurnal Online STFI

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.V, No.1, Januari 2016

10

Non-Steril, dan Laboratorium Instrumen

Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia.

Bahan

Bahan-bahan yang digunakan

dalam penelitian adalah buah jambu biji

merah (Manoko), akuades, etanol pro

analisis (Merck), natrium bikarbonat, asam

sitrat, asam tartrat, manitol, Na-CMC,

Karmin CI. No. 75470, perisa jambu,

pereaksi DPPH (Sigma-Aldrich), vitamin

C, dan pereaksi-pereaksi untuk skrining

fitokimia.

Determinasi Tanaman

Tanaman jambu biji merah yang

diperoleh dari Manoko-Lembang,

dideterminasi di Laboratorium Sekolah

Ilmu dan Teknologi Hayati-Institut

Teknologi Bandung untuk membuktikan

bahwa benar tanaman itu merupakan

tanaman jambu biji merah.

Skrining Fitokimia dan Karakterisasi

Ekstrak

Kandungan metabolit sekunder

yang terdapat dalam sari buah jambu biji

merah (Psidium guajava Linn.) dapat

diketahui melalui penapisan fitokimia yaitu

pengujian alkaloid, fenolat, tanin,

flavonoid, monoterpen dan seskuiterpen,

steroid dan triterpenoid, kuinon, saponin

(DepKes RI, 2000; Farnsworth, 1966).

Karakterisasi ekstrak dilakukan

untuk mengetahui mutu dan kualitas

ekstrak. Pengujian yang dilakukan adalah

penetapan susut pengeringan dan kadar abu

(DepKes RI, 2000).

Pembuatan Sari Buah Jambu Biji Merah

Buah seberat 1380 gram dicuci

bersih dan dipotong-potong. Kemudian

ditambahkan akuades sebanyak 1,38 liter

dan diblender. Hasilnya disentrifugasi

dengan kecepatan 4000 rpm selama 20

menit, dan filtratnya dipanaskan

menggunakan oven pada suhu 900 C sampai

menjadi sari kental.

Formulasi dan Pembuatan Granul

Effervescent Sari Buah Jambu Biji

Merah

Pembuatan granul effervescent

dilakukan dengan menggunakan metode

granulasi basah. Metode ini menggunakan

proses granulasi terpisah antara komponen

asam dan komponen basa. Formula dapat

dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Formula Granul Effervescent Buah Jambu Biji Merah

Bahan Formula 1 (%) Formula 2 (%) Formula 3 (%)

Sari buah 11 11 11

Manitol 35,85 35,6 35,35

Na CMC 0,25 0,5 0,75

Asam sitrat 9,4 9,4 9,4

Asam tartat 18,8 18,8 18,8

Natrium bikarbonat 23,5 23,5 23,5

Karmin 0,5 0,5 0,5

Perisa jambu 0,7 0,7 0,7

Page 5: PEMANFAATAN SARI BUAH JAMBU BIJI ... - Jurnal Online STFI

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.V, No.1, Januari 2016

11

a. Langkah pembuatan granul effervescent

adalah sebagai berikut:

b. Sari kental buah jambu biji merah

digerus dengan manitol sampai kering.

c. Pada granulasi komponen asam,

pertama-tama dilakukan pengeringan

asam sitrat dan asam tartrat pada suhu

450 C hingga kadar air < 0,5%.

d. Asam sitrat digerus dalam mortir yang

telah dilapisi manitol, ditambahkan

asam tartrat dan digerus hingga

homogen.

e. Sari ditambahkan dan digerus hingga

homogen. Sebagian perisa jambu dan

karmin ditambahkan sambil digerus

hingga homogen. Manitol dimasukkan

dan digerus hingga homogen.

f. Na-CMC ditambahkan dan digerus

hingga homogen, akuades ditambahkan

sedikit demi sedikit ke dalam campuran

sambil digerus hingga diperoleh massa

yang dapat dikepal.

g. Massa digranulasi dengan ayakan mesh

12, kemudian dikeringkan pada suhu

450 C.

h. Pada granulasi komponen basa,

dilakukan dengan mengeringkan

natrium bikarbonat pada suhu 450

C

hingga kadar air < 0,5%, kemudian

digerus dalam mortir yang telah dilapisi

manitol hingga homogen.

i. Sebagian perisa jambu dan karmin

ditambahkan sambil digerus hingga

homogen. Manitol dimasukkan dan

digerus hingga homogen.

j. Na-CMC ditambahkan dan digerus

hingga homogen, akuades ditambahkan

sedikit demi sedikit ke dalam campuran

sambil digerus hingga diperoleh massa

yang dapat dikepal. Massa digranulasi

dengan ayakan mesh 12, kemudian

dikeringkan pada suhu 450 C.

k. Setelah granul kering, kedua komponen

asam dan basa diayak kembali dengan

ayakan mesh 14 dan dicampurkan.

l. Kemudian granul dikemas, dan

dilakukan pengujian kualitas granul

effervescent.

Evaluasi Granul Effervescent

Tahapan dari Evaluasi Granul

Effervescent adalah sebagai berikut :

a. Kecepatan Alir

Granul dimasukkan ke dalam corong,

lalu alat dihidupkan. Waktu alir granul

dicatat, setelah itu dihitung aliran granul

(Aulton, 2002).

b. Sudut Istirahat

Dengan melakukan prosedur yang sama

pada prosedur kecepatan alir di atas, diukur

tinggi puncak taburan granul (h) dan

diameter lingkaran yang terbentuk dari

taburan granul diukur. Sudut istirahat yang

terbentuk dari taburan granul tersebut

dihitung antara bidang datar dengan tinggi

granul (Aulton, 2002). Rumus untuk sudut

istirahat, yaitu::

Page 6: PEMANFAATAN SARI BUAH JAMBU BIJI ... - Jurnal Online STFI

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.V, No.1, Januari 2016

12

c. Kerapatan Curah

Sebanyak 30 g (B) granul dimasukkan

ke dalam gelas ukur 100 ml, dicatat

volumenya (Vo). Kerapatan curahnya

(Aulton, 2002) dihitung dengan rumus:

d. Kerapatan Mampat

Sebanyak 30 g (B) granul dimasukkan

ke dalam gelas ukur 100 ml, dicatat

volumenya (Vo). Selanjutnya dilakukan

pengetukan. Volume pada ketukan ke 10,

50, dan 100 diukur, lalu dilakukan

perhitungan kerapatan mampat (Aulton,

2002) dengan rumus:

e. Kompresibilitas

Kompresibilitas massa cetak dapat

dihitung setelah kerapatan nyata dan

kerapatan mampat diketahui. Rumus untuk

kompresibilitas, yaitu:

f. Waktu Larut

Granul sebanyak 5 gram dari tiap

formula dilarutkan ke dalam 200 mL

akuades pada suhu 15-250

C. Waktu larut

dihitung dengan menggunakan stopwatch

dimulai dari granul tercelup ke dalam

akuades sampai semua granul terlarut dan

gelembung-gelembung di sekitar wadah

mulai menghilang (British Pharmacopoeia,

2002).

Pengujian Kestabilan Fisik Granul

Effervescent

Pengujian kestabilan fisik granul

effervescent dilakukan selama 28 hari dan

diamati setiap minggunya. Pengujian ini

meliputi:

a. Organoleptik

Pengujian dilakukan dengan cara

visual, yaitu dengan melihat perubahan

bentuk, warna dan aroma dari masing-

masing formula granul effervescent

(Burhan, et al, 2012).

b. Kelarutan granul

Pengujian terhadap uji kelarutan dan warna

granul dilakukan pada sediaan granul

effervescent yang telah dilarutkan ke dalam

air, dan dilakukan untuk masing-masing

formula (Lieberman, et al, 1989).

c. pH larutan

Sediaan granul effervescent yang telah

dilarutkan dalam akuades, diukur pHnya

dengan menggunakan pH meter (Kailaku,

et al, 2012).

Uji Antioksidan

Uji aktivitas antioksidan dilakukan

terhadap sari buah jambu biji merah,

granul effervescent, granul effervescent

tanpa sari jambu biji merah, dan vitamin C

sebagai pembanding dengan metode

penangkapan radikal DPPH (1,1-difenil-2-

pikrilhidrazil) oleh antioksidan secara

spektrofotometri visible dengan prosedur

sebagai berikut:

Page 7: PEMANFAATAN SARI BUAH JAMBU BIJI ... - Jurnal Online STFI

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.V, No.1, Januari 2016

13

a. Pembuatan larutan DPPH 20 ppm

DPPH (1,1-difenil-2-pikrilhidrazil)

sebanyak 5 mg dilarutkan ke dalam 50 ml

etanol p.a. kemudian dipipet sebanyak 10

ml, dimasukkan ke dalam labu ukur 50 ml

dan dilarutkan dalam etanol p.a sampai

tanda batas.

b. Persiapan Sampel

Sampel sebanyak 50 mg dilarutkan

dalam 10 ml etanol p.a (5000 ppm),

kemudian dibuat larutan uji dengan

konsentrasi 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20

ppm, dan 25 ppm. Masing–masing

konsentrasi diambil 1 ml kemudian

ditambahkan 2 ml larutan DPPH 20 ppm.

Sampel inkubasikan selama 30 menit.

Absorbansi DPPH diukur dengan

spektrofotometer UV-Vis pada panjang

gelombang 517 nm. Aktivitas antioksidan

diukur sebagai penurunan serapan larutan

DPPH akibat adanya penambahan sampel.

Sebagai pembanding digunakan vitamin C

dengan konsentrasi 0,6 ppm, 0,8 ppm, 1

ppm, 1,2 ppm, dan 1,4 ppm. Nilai serapan

larutan DPPH terhadap sampel tersebut

dinyatakan dengan persen inhibisi (%

inhibisi) dengan persamaan sebagai berikut:

Selanjutnya nilai hasil perhitungan

dimasukkan ke dalam persamaan linier

dengan konsentrasi (ppm) sebagai absis

(sumbu X) dan nilai % inhibisi sebagai

ordinatnya (sumbu Y). Dari persamaan

yang diperoleh ditentukan harga IC50

(Djamilah, 2010).

Uji Kebocoran Kemasan

Granul yang sudah dikemas lalu

diperiksa kebocorannya dengan cara:

kemasan berisi granul dimasukkan ke

dalam beaker glass kemudian ditambahkan

larutan metilen biru hingga menutupi semua

kemasan. Beaker glass tersebut disimpan

dalam eksikator selama 30 menit. Setelah

itu, kemasan dibuka dan granul effervescent

di dalamnya diamati (Wibowo, 2007).

Uji Hedonik

Uji hedonik atau uji kesukaan

dilakukan pada tiga puluh responden yang

dipilih secara acak. Untuk mengetahui

formula mana yang paling disukai dan

mengemukakan tingkat kesukaannya

berdasarkan skala numerik, responden

diminta untuk mengisi kuisioner (Sudjana,

2002).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Determinasi Tanaman

Buah jambu biji merah diperoleh

dari perkebunan Manoko, Lembang, Jawa

Barat. Hasil determinasi diketahui bahwa

tumbuhan yang digunakan sebagai

penelitian adalah benar buah jambu biji

merah (Psidium guajava L.).

Skrining Fitokimia dan Karakterisasi

Ekstrak

Penapisan fitokimia atau yang biasa

disebut skrining fitokimia merupakan tahap

awal untuk melakukan identifikasi

kandungan kimia atau metabolit sekunder

yang terdapat dalam tumbuhan. Pada

Page 8: PEMANFAATAN SARI BUAH JAMBU BIJI ... - Jurnal Online STFI

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.V, No.1, Januari 2016

14

pengujian fitokimia, golongan senyawa

kimia yang terkandung di tumbuhan dapat

diketahui. Skrining fitokimia ini dilakukan

terhadap buah dan sari buah jambu biji

merah. Hasil penapisan fitokimia dapat

dilihat pada Tabel 2.

Berdasarkan Tabel 2, senyawa yang

berperan terhadap aktivitas antioksidan

adalah senyawa fenolat, tanin, dan

flavonoid. Karakterisasi ekstrak dilakukan

untuk mengetahui mutu dan kualitas dari

ekstrak. Pemeriksaan yang dilakukan pada

karakterisasi adalah penetapan susut

pengeringan dan kadar abu.

Pemeriksaan susut pengeringan

bertujuan memberikan batasan maksimal

tentang besarnya senyawa yang hilang pada

proses pengeringan. Dari hasil penelitian

susut pengeringan ekstrak adalah sebesar

21%.

Tujuan pemeriksaan kadar abu

adalah untuk memberikan gambaran

kandungan mineral internal dan eksternal

yang berasal dari proses awal sampai

terbentuknya ekstrak. Dari hasil penelitian

kadar abu total pada ekstrak adalah sebesar

4%.

Pembuatan Sari Buah Jambu Biji Merah

Buah jambu biji merah sebanyak

1380 gram menghasilkan sari kental

sebanyak 41,18 gram. Rendemen hasil

penyarian dihitung dengan membagi jumlah

total sari kental yang diperoleh dengan

berat buah jambu biji merah yang

digunakan. Rendemen sari buah jambu biji

merah adalah 2,98%.

Uji Antioksidan Sari

Panjang gelombang serapan

maksimum DPPH yang didapat pada

penelitian ini adalah 517 nm. Serapan

maksimum DPPH yang telah ditambah

sampel diukur pada panjang gelombang ini.

Parameter hasil interpretasi metode

pengujian aktivitas antioksidan dengan

DPPH adalah IC50 (Inhibition

Concentration 50) yaitu konsentrasi

sampel yang mampu meredam aktivitas

DPPH sebesar 50% dari konsentrasi awal.

Nilai IC50 diperoleh dengan menggunakan

persamaan regresi linier yang menyatakan

hubungan antara konsentrasi pada sumbu X

dengan aktivitas peredaman DPPH

(dinyatakan dengan % inhibisi) pada sumbu

Y.

Tabel 2. Hasil Skrining Fitokimia

Golongan senyawa Buah Sari

Alkaloid - -

Fenolat + +

Tanin + +

Flavonoid + +

Monoterpen dan Sesquiterpen + +

Steroid dan Triterpenoid + -

Kuinon + +

Saponin - -

Keterangan: (+) = terdeteksi (-) = tidak terdeteksi

Page 9: PEMANFAATAN SARI BUAH JAMBU BIJI ... - Jurnal Online STFI

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.V, No.1, Januari 2016

15

Hasil pengujian aktivitas

antioksidan sari yang ditunjukkan dengan

nilai IC50 adalah sebesar 11,96 ppm,

sedangkan nilai IC50 vitamin C adalah

sebesar 1,22 ppm. Dari data ini dapat

disimpulkan bahwa aktivitas antioksidan

sari buah jambu biji merah adalah kurang

lebih sepersepuluh dari vitamin C.

Dengan nilai IC50 11,96 ppm, sari

buah jambu biji merah memiliki aktivitas

antioksidan yang sangat kuat dan berpotensi

untuk dikembangkan. Grafik hubungan

antara konsentrasi dengan % inhibisi dapat

dilihat pada Gambar 1 dan 2.

Evaluasi Granul Effervescent

Evaluasi Granul Effervescent

meliputi: pengujian kadar air, kecepatan

alir, sudut istirahat, kompresibilitas.

Pengujian ini dimaksudkan untuk

mengetahui kualitas dari produk granul

effervescent. Hasil pengujian kadar air ini

dapat dilihat pada Tabel 3.

Menurut Lieberman, et al. (1989),

syarat kadar air granul effervescent adalah

kurang dari atau sama dengan 0,5%. Kadar

air sediaan granul effervescent yang tinggi

ini dikarenakan kelembaban relatif ruangan

produksi yang melebihi standar produksi

Gambar 1. Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Vitamin C dengan % Inhibisi

Gambar 2. Grafik Hubungan Antara Konsentrasi Sari Jambu Biji Merah dengan %

inhibisi

y = 9.315x + 38.599

R² = 0.975

42

44

46

48

50

52

54

0 0.5 1 1.5

% I

nhib

isi

Konsentrasi (ppm)

y = 0.6646x + 42.065

R² = 0.9736

0

10

20

30

40

50

60

70

0 5 10 15 20 25 30

% I

nhib

isi

Konsentrasi (ppm)

Page 10: PEMANFAATAN SARI BUAH JAMBU BIJI ... - Jurnal Online STFI

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.V, No.1, Januari 2016

16

sediaan effervescent yaitu 41%, untuk

pembuatan sediaan effervescent

kelembaban relatif maksimum adalah 25%.

Hasil pengujian kecepatan alir dan sudut

istirahat dapat dilihat pada Tabel 4 yang

menunjukkan bahwa formula 3 merupakan

formula yang memiliki kecepatan alir dan

sudut istirahat terbaik. Hasil pengujian

kerapatan curah dan kerapatan mampat

dapat dilihat pada Tabel 5.

Dari data pada Tabel 5 dapat

dihitung daya kempa granul dengan

menggunakan rumus Indeks Konsolidasi

Carr, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 6.

Kompresibilitas adalah sifat untuk

membentuk massa yang stabil dan kompak

bila diberi tekanan (Lachman et al, 1994).

Berdasarkan kriteria Indeks

Konsolidasi Carr (Aulton, 2002), semua

formula memiliki aliran yang sangat baik.

Formula 3 merupakan formula yang

memiliki kompresibilitas terbaik.

Dilihat dari kecepatan alir, sudut

istirahat, dan kompresibilitas, ketiga

formula menunjukkan sifat granul yang

baik dalam hal daya alir dan daya

pengempaan, terutama formula 3. Hal ini

disebabkan oleh kadar Na-CMC yang

meningkat sehingga kekompakan granul

semakin baik.

Waktu larut merupakan salah satu

sifat fisik sediaan effervescent yang khas,

dengan persyaratan waktu larut ≤ 5 menit

(British Pharmacopoeia, 2002). Pengujian

Tabel 3. Hasil Pengujian Kadar Air Granul Effervescent

Formula Kadar Air %

1 1,48

2 1,43

3 2,05

Tabel 4. Hasil Pengujian Kecepatan ALir dan Sudut Istirahat

Formula Kecepatan alir (gram/detik) Sudut Istirahat (0)

1 6,21 35,29

2 8,75 35,22

3 10,60 34,88

Tabel 5. Hasil Pengujian Kerapatan Curah dan Kerapatan Mampat

Formula Kerapatan Curah (g/ml) Kerapatan Mampat (g/ml)

1 0,56 0,61

2 0,54 0,58

3 0,56 0,59

Tabel 6. Hasil Pengujian Kompresibilitas

Formula Indeks Konsolidasi Carr (%)

1 8,20

2 6,90

3 5,08

Page 11: PEMANFAATAN SARI BUAH JAMBU BIJI ... - Jurnal Online STFI

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.V, No.1, Januari 2016

17

waktu larut effervescent dilakukan untuk

mengetahui lama waktu yang dibutuhkan

untuk melarutkan sediaan effervescent

dalam air sehingga produk effervescent

dapat diterima luas di masyarakat atau

dengan kata lain konsumen tidak terlalu

lama menunggu dalam penyiapan larutan

dari produk effervescent. Hasil pengujian

waktu larut dapat dilihat pada Tabel 7.

Dari data pengujian diperoleh

perbedaan waktu larut antar formula.

Formula 3 membutuhkan waktu larut yang

lebih lama dibandingkan formula 1 dan

formula 2 karena formula dengan

konsentrasi Na-CMC yang besar akan lebih

lambat larut. Hal ini dikarenakan dalam air

Na-CMC dapat membentuk suatu larutan

koloid. Koloid tersebut kemudian

menghalangi granul effervescent untuk

bereaksi dengan air, sehingga perlu

dilakukan pengadukan untuk mempercepat

waktu larut granul effervescent.

Hasil Pengujian Kestabilan Fisik Granul

Effervescent

Pengujian Kestabilan Fisik Granul

Effervescent bertujuan untuk melihat

kestabilan produk selama 28 hari

penyimpanan. Pengujian ini meliputi

pengujian organoleptik, pengujian kelarutan

granul, dan pengujian pH larutan.

Hasil pengujian organoleptik

menunjukkan bahwa semua formula

memiliki stabilitas bentuk, warna, dan

aroma yang baik selama penyimpanan.

Semua sediaan granul effervescent yang

dilarutkan dalam air menghasilkan larutan

berwarna merah bata. Semua formula

memiliki kelarutan dan warna larutan yang

stabil selama penyimpanan.

Pengamatan pH perlu dilakukan

karena jika larutan effervescent yang

terbentuk terlalu asam dapat mengiritasi

lambung, sedangkan jika terlalu basa

menimbulkan rasa pahit dan tidak enak.

Hasil pengujian pH larutan dapat dilihat

pada Tabel 8.

Penurunan pH pada pengujian

dikarenakan gas CO2 yang terbentuk pada

saat reaksi effervescent akan larut dalam air

membentuk asam karbonat yang akan

mengurai ion H+ dalam larutan sehingga

menyebabkan keasaman pada larutan dan

berakibat nilai pH menjadi lebih rendah

atau lebih asam (Chang, 2003).

Hasil Uji Antioksidan Formula

Hasil pengujian aktivitas

antioksidan granul effervescent sari buah

jambu biji merah dapat dilihat pada Tabel 9

yang memperlihatkan bahwa ketiga formula

granul effervescent sari buah jambu biji

merah masih memiliki aktivitas antioksidan

setelah melalui berbagai tahapan dalam

granulasi. Namun, aktivitas antioksidan dari

masing-masing formula tersebut mengalami

penurunan dibandingkan dengan aktivitas

antioksidan sari tunggalnya. Hal ini dapat

disebabkan pengaruh tahapan granulasi,

seperti proses penggerusan, pemanasan, dan

sebelum pengemasan ada penarikan air dari

udara oleh zat-zat yang bersifat higroskopis

Page 12: PEMANFAATAN SARI BUAH JAMBU BIJI ... - Jurnal Online STFI

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.V, No.1, Januari 2016

18

sehingga mempengaruhi sebagian senyawa

aktif. Hal ini dapat diatasi dengan lebih

memperhatikan tahapan pembuatan granul

effervescent terutama pada proses

pengemasan sebaiknya dilakukan di

ruangan yang kelembabannya terkontrol.

Suatu senyawa dikatakan sebagai

antioksidan sangat kuat apabila IC50 kurang

dari 50 ppm, kuat apabila IC50 berkisar

antara 50-100 ppm, sedang apabila nilai

IC50 berkisar antara 100-150 ppm, lemah

apabila IC50 berkisar antara 150-200 ppm

(Molyneux, 2004), sehingga dalam

klasifikasi ini, semua formula granul

effervescent sari buah jambu biji merah

termasuk ke dalam kategori antioksidan

yang kuat setelah 28 hari penyimpanan.

Hasil Uji Kebocoran Kemasan

Tingkat kebocoran kemasan

aluminium foil strip yang digunakan dalam

penelitian ini rendah. Hal ini dapat dilihat

dari hasil uji kebocoran kemasan, yaitu

tidak ada satu pun kemasan yang bocor dari

9 kemasan uji yang diambil secara acak.

Hasil Uji Hedonik

Berdasarkan analisis statistik uji

kesukaan dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat perbedaan yang nyata pengaruh

formula granul effervescent sari buah jambu

biji merah terhadap kesukaan responden

dengan tingkat kepercayaan 95%. Hal ini

dikarenakan perbandingan asam dan basa di

semua formula sama sehingga

menghasilkan rasa yang sama.

SIMPULAN

Granul effervescent sari buah

jambu biji merah (Psidium guajava L.)

Tabel 7. Hasil Pengujian Waktu Larut

Formula Waktu Larut

1 3 menit 38 detik

2 4 menit 08 detik

3 4 menit 55 detik

Tabel 8. Hasil Pengujian pH Granul Effervescent

Formula pH Granul Effervescent Pada Hari Ke-

1 3 7 14 21 28

F1 4,83 4,69 4,68 4,68 4,68 4,68

F2 4,83 4,67 4,64 4,59 4,59 4,59

F3 4,70 4,64 4,53 4,53 4,53 4,53

Tabel 9. Nilai IC50 Granul Effervescent Sari Buah Jambu Biji Merah

Formula IC50 (ppm) Pada Hari Ke-

1 28

Tanpa Sari 26,26 197,60

1 22,62 71,24

2 24,46 63,49

3 23,54 68,08

Page 13: PEMANFAATAN SARI BUAH JAMBU BIJI ... - Jurnal Online STFI

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.V, No.1, Januari 2016

19

dibuat dalam tiga formula. Hasil

pemeriksaan kualitas granul effervescent

sari buah jambu biji merah ini

menunjukkan bahwa ketiga formula, yaitu

dengan variasi konsentrasi Na-CMC

sebagai pengikat berturut-turut adalah

0,25%, 0,5%, dan 0,75% memiliki kualitas

yang baik sesuai dengan persyaratan granul

effervescent. Ketiga formula masih

memiliki aktivitas antioksidan, tapi

aktivitas dari masing-masing formula

tersebut mengalami penurunan setelah 28

hari penyimpanan. Hasil uji kesukaan

menunjukkan bahwa tidak terdapat

perbedaan pengaruh formula granul

effervescent sari buah jambu biji merah

yang nyata terhadap kesukaan responden

dengan tingkat kepercayaan 95%.

DAFTAR PUSTAKA

Aulton, M.E. 2002. Pharmaceutics. The

Science Of Dosage Form Design,

Churchill Livingstone, New York,

pp. 360-368.

Burhan, L., Yamlean, P., dan Supriati, H.

2012. Formulasi Sediaan Granul

Effervescent Sari Buah Sirsak

(Annona muricata L),

http://www.ejournal.unsrat.ac.id/inde

x.php/pharmacon/article/download/..

./382, diakses 17 Oktober 2013.

Chang, R. 2003. Kimia Dasar Konsep-

Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 2,

Penerjemah: Suminar, S.A.

Jakarta:Erlangga. pp.123.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

2000. Parameter Standar Umum

Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:

Departemen Kesehatan Republik

Indonesia.

Djamilah, A. 2010. “Isolasi Dan Penentuan

Struktur Molekul Serta Uji

Bioaktivitas Senyawa Dari Ekstrak

Etil Asetat Daun Sukun (Artocarpus

Altilis).” Skripsi. Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam Jurusan Kimia Universitas

Indonesia, Depok.

Fransworth, N.R. 1966. “Biological and

Phoyochemical Screening of Plant.”

J Pharm Sci. 55(3):257-265.

Kailaku, S.I., Jayeng, S., dan Hernani.

2012. “Formulasi Granul Efervesen

Kaya Antioksidan Dari Ekstrak Daun

Gambir.” Jurnal Pascapanen.

9(1):27-34.

Kumari, N., Gautam., and Ashutosh, C.

2013. Psidium guajava A fruit or

Medicine- An Overview. The

Pharma Innovation- Journal. 2(8).

Maryanto, S. 2013. “The Effects Of Red

Guava (Psidium guajava Linn.)

Fruits On Lipid Peroxidation In

Hypercholesterolemic Rats.” Basic

Research Journal Of Medicine And

Clinical Sciences. 2(11):116-121.

Molyneux, P. 2004. “The Use Of The

Stable Free Radical

Diphenylpicrylhydrazyl (DPPH) For

Estimating Antioxidant Activity.”

Page 14: PEMANFAATAN SARI BUAH JAMBU BIJI ... - Jurnal Online STFI

JSTFI

Indonesian Journal of Pharmaceutical Science and Technology

Vol.V, No.1, Januari 2016

20

Journals Science And

Technology.26:211-219.

Lieberman, H.A., Lachman, L., dan

Schwartz, J. 1989. Pharmaceutical

Dosage Forms: Tablet Vol 1. New

York:Marcel Dekker. pp. 285-320.

Nor, N and Yatim, A. 2011. “Effects of

Pink Guava (Psidium guajava) Puree

Supplementation on Antioxidant

Enzyme Activities and Organ

Function of Spontaneous

Hypertensive Rat.” Journal of Sains

Malaysiana. 40(4):369-372.

Parimin, S.P. 2005. Jambu Biji : Budidaya

dan Ragam Pemanfaatannya Jakarta:

Penebar Swadaya. Hlm. 5-15.

Prakash, A. 2001. Antioxidant activity.

Medallion Laboratories Analytical

Progress. 19(2).

Putra, W.S. 2013. 68 Buah Ajaib

Penangkal Penyakit.

Yogyakarta:Katahati. Hlm 76-77.

Ramayulis, R. 2013. Jus Super Ajaib.

Jakarta Timur: Penebar Plus. Hlm.

30-33.

Rishika, D., and Sharma, R. 2012. “An Update

Of Pharmacological Activity Of

Psidium Guajava In The

Management Of Various Disorders.”

International Journal Of

Pharmaceutical Sciences And

Research. 3(10):3581.

Sudjana. 2002. Desain dan Analisis

Eksperimen Edisi IV Tarsito.

Bandung. Hlm. 61-66.

The Council Of Europe. 2002. British

Pharmacopoeia 2002 Volume II.

London. pp. 1872.

Wibowo, A. 2007. “Formulasi Dan

Teknologi Sediaan Granul

Effervescent Minuman Berenergi

Dengan Menggunakan Komponen

Dasar Asam Tartrat.” Skripsi.

Fakultas Farmasi Universitas

Padjadjaran, Bandung.