BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Enam Benar Dalam ...erepo.unud.ac.id/17405/3/1102106062-3-BAB...

30
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Enam Benar Dalam Pemberian Obat 2.1.1 Prinsip Enam Benar Prinsip enam benar merupakan serangkaian langkah atau tindakan yang dijadikan pedoman sebelum obat diberikan kepada pasien yang mengedepankan keamanan demi kesembuhan pasien (Kee dan Hayes, 2000). Menurut Kuntarti (2005) menyebutkan prinsip enam benar merupakan prinsip yang harus diperhatikan oleh perawat dalam pemberian obat untuk menghindari kesalahan pemberian obat dan keberhasilan pengobatan perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat-obatan yang aman. Perawat harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis yang diberikan diluar batas yang direkomendasikan. Supaya dapat tercapainya pemberian obat yang aman, seorang perawat harus melakukan prinsip enam benar yang meliputi: benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu, benar rute pemberian, dan benar dokumentasi (Kee J. L & Hayes E.R, 2000). Pemberian obat yang dilakukan oleh perawat adalah suatu bentuk pendelegasian terhadap pemberian terapi obat kepada pasien dari dokter. Perawat yang dapat melakukan tindakan invasif dan pemberian obat adalah perawat yang telah mendapat ijin terdaftar atau register nurse. Penerima delegasi mendapat tanggung jawab untuk

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Enam Benar Dalam ...erepo.unud.ac.id/17405/3/1102106062-3-BAB...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Enam Benar Dalam ...erepo.unud.ac.id/17405/3/1102106062-3-BAB II.pdf · terhadap pemberian terapi obat kepada pasien dari dokter. Perawat yang

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Konsep Enam Benar Dalam Pemberian Obat

2.1.1 Prinsip Enam Benar

Prinsip enam benar merupakan serangkaian langkah atau tindakan yang dijadikan

pedoman sebelum obat diberikan kepada pasien yang mengedepankan keamanan demi

kesembuhan pasien (Kee dan Hayes, 2000). Menurut Kuntarti (2005) menyebutkan

prinsip enam benar merupakan prinsip yang harus diperhatikan oleh perawat dalam

pemberian obat untuk menghindari kesalahan pemberian obat dan keberhasilan

pengobatan perawat bertanggung jawab dalam pemberian obat-obatan yang aman.

Perawat harus mengetahui semua komponen dari perintah pemberian obat dan

mempertanyakan perintah tersebut jika tidak lengkap atau tidak jelas atau dosis yang

diberikan diluar batas yang direkomendasikan. Supaya dapat tercapainya pemberian

obat yang aman, seorang perawat harus melakukan prinsip enam benar yang meliputi:

benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu, benar rute pemberian, dan benar

dokumentasi (Kee J. L & Hayes E.R, 2000).

Pemberian obat yang dilakukan oleh perawat adalah suatu bentuk pendelegasian

terhadap pemberian terapi obat kepada pasien dari dokter. Perawat yang dapat

melakukan tindakan invasif dan pemberian obat adalah perawat yang telah mendapat

ijin terdaftar atau register nurse. Penerima delegasi mendapat tanggung jawab untuk

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Enam Benar Dalam ...erepo.unud.ac.id/17405/3/1102106062-3-BAB II.pdf · terhadap pemberian terapi obat kepada pasien dari dokter. Perawat yang

11

melakukan tugas atau prosedur tersebut, yang dilaksanakan dengan tanggung gugat dan

tanggung jawab yang diterimanya (Kozier, 2004)

Pemberian obat yang aman dan akurat merupakan salah satu tugas terpenting perawat.

Obat adalah alat utama terapi yang digunakan dokter untuk mengobati klien yang

memiliki masalah kesehatan. Walaupun obat menguntungkan klien dalam banyak hal,

beberapa obat dapat menimbulkan efek samping yang serius atau berpotensi

menimbulkan efek yang berbahaya bila tidak tepat diberikan. Perawat bertanggung

jawab memahami kerja obat dan efek samping yang ditimbulkan, memberikan obat

dengan tepat, memantau respon klien, dan membantu klien menggunakannya dengan

benar dan berdasarkan pengetahuan (Potter & Perry, 2005).

Menurut Kozier (2004) dan Potter & Perry (2009) menyebutkan upaya dalam

menghindari kesalahan dalam pemberian obat dapat dilaksanakan dengan

mengidentifikasi indikator terhadap prosedur-prosedur yang berhubungan dengan

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pemberian obat. Pemberian obat harus

diperhatikan prinsip enam benar pemberian obat yaitu:

a. Benar Pasein

Obat diberikan kepada pasien yang tepat dengan memastikan gelang

identifikasi sesuai prosedur yang berlaku pada institusi tersebut . Kejadian

kesalahan pemberian obat terhadap pasien yang berbeda kadang-kadang bisa

terjadi. Sangat penting mengikuti langkah-langkah atau prosedur sehingga

memberikan obat kepada pasien yang tepat. Sebelum memberikan obat,

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Enam Benar Dalam ...erepo.unud.ac.id/17405/3/1102106062-3-BAB II.pdf · terhadap pemberian terapi obat kepada pasien dari dokter. Perawat yang

12

gunakan paling sedikit dua identifikasi kapanpun pemberian obat akan

diberikan (TJC, 2008) dalam Potter & Perry (2009).

Mengidentifikasi pasien yang dilakukan yaitu: nama klien, nomor telepon atau

identitas pribadi pasien. Jangan menggunakan identifikasi kamar atau ruangan

pasien. Melakukan identifikasi dilakukan pada saat berhadapan dengan pasien.

Mengidentifikasi pasien dapat dilakukan dengan memberikan tanda di lengan

pasien, kemudian menanyakan nama lengkap pasien dan agency nya sehingga

yakin bahwa perawat sudah berhadapan dengan pasien yang benar. Beberapa

rumah sakit menggunakan barcode sehingga perawat akan terhindar dari

kesalahan identifikasi pasien.

b. Benar Obat

Benar obat adalah obat yang diberikan sesuai dengan yang diresepkan. Kadang-

kadang perawat harus menuliskan resep yang ada dalam catatan medical record

pasien. Pada saat akan mempersiapkan obat, harus diperiksa sesuai dengan

catatan yang ada dalam medical record pasien. Hal yang dilakukan dalam

upaya mencegah kesalahan terhadap pemberian obat harus diperiksa ulang tiga

kali, yaitu: sebelum memasukkan dari kontainer, dan pada saat sebelum

disimpan di kontainer. Persiapan pemberian obat tidak boleh didelegasikan

kepada orang lain dan dikelola oleh sendiri kepada klien.

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Enam Benar Dalam ...erepo.unud.ac.id/17405/3/1102106062-3-BAB II.pdf · terhadap pemberian terapi obat kepada pasien dari dokter. Perawat yang

13

The Joint Commission (TJC, 2008) dalam Potter & Perry (2009), menyatakan

hal harus diperhatikan terhadap benar obat, yaitu:

1) Meyakinkan informasi pengobatan kapanpun terhadap obat yang baru atau

obat yang diresepakan pada saat pasien pindah ke ruang perawatan yang

lain.

2) Jangan Pernah menyiapkan obat yang berada dalam container yang tidak

diberi nama atau label yang tidak jelas.

3) Jika memberikan obat harus memperhatikan unuit dosis dalam kemasan

kemudian periksa kembali label pada saat memberikan obat.

4) Memeriksa kembali seluruh obat yang dibrikan pada klien sesuai dengan

catatan medicar=l record pasien.

5) Memeriksa dua identitas pasien sebelum obat diberikan pada pasein.

c. Benar Dosis

Dosis diberikan sesuai dengan karakteristik pasien sesuai hasil perhitungannya

dan jenis obatnya (tablet, cairan) dalam jumlah tertentu.

Unit dosis sistem sangat baik dilakukan untuk mencegah kesalahan perhitungan

obat. Perawat harus mampu melakukan perhitungan terhadap kalkulasi obat

yang dibutuhkan pasien.

Tindakan yang dilakukan supaya tepat dalam memperhitungkan dosis obat

yaitu:

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Enam Benar Dalam ...erepo.unud.ac.id/17405/3/1102106062-3-BAB II.pdf · terhadap pemberian terapi obat kepada pasien dari dokter. Perawat yang

14

1) Kemasan obat tablet dibuka hanya pada saat diberikan kepada pasien. Bila

dibutuhkan dosis obat hanya dosis tertentu, pemotongan tablet tersebut

dilakukan dengan ujung pisau atau alat potong obat. Beberapa rumah sakit

mengijinkan atau membiarkan perawat untuk menyimpan obat tablet yang

sudah terbuka untuk diberikan pada pemberian selanjutnya. Institute for

Save Medication Practise (ISMP, 2006) dalam Potter & Perry (2009)

menyatakan bahwa harus diperhatikan kebijakan yang berkaitan dengan

keterampilan memotong tablet yang dilakukan perawat, sehingga

menghindari kesalahan dosis obat.

2) Sebelum melakukan perhitungan dosis, alat standar digunakan sesuai

kebutuhan, seperti gelas ukur obat, syringe, dan skala tetesan, untuk

mendapatkan pengobatan dengan ukuran yang tepat.

d. Benar Waktu

Obat yang diberikan harus sesuai dengan program pemberian, frekuensi dan

jadwal pemberian. Perawat terus mengetahui jadwal pemberian obat dalam

setiap kali pemberian obat yang diberikan setiap 8 jam atau obat yang diberikan

tiga kali dalam satu hari. Hal tersebut dapat dijadwalkan dengan baik, sehingga

perawat dapat merubah waktu sesuai kebutuhan pasien.

Kebutuhan pasien terhadap obat terutama insulin, diberikan setengah jam

sebelum pasien makan. Berikan obat antibiotic sesuai jadwal yang benar, untuk

mempertahankan efek terapeutik dalam darah, rentang waktu pemberian obat

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Enam Benar Dalam ...erepo.unud.ac.id/17405/3/1102106062-3-BAB II.pdf · terhadap pemberian terapi obat kepada pasien dari dokter. Perawat yang

15

dilakukan dalam enam puluh menit sesuai jadwal pemberian obat (30 menit

sebelum atau setelah jadwal pemberian).

e. Benar Rute

Obat yang diberikan harus sesuai rute yang diprogramkan, dan dipastikan

bahwa rute tersebut aman dan sesuai untuk klien.

Selalu konsultasikan kepada yang meresepkan apabila tidak ada petunjuk rute

pemberian obat. Pada saat memberikan injeksi, yakinkan bahwa pemberian

obat benar diberikan dengan cara injeksi. Sangat penting diperhatikan dalam

melakukan persiapan yang benar, karena komplikasi yang mungkin terjadi

adalah abscess atau kejadian efek secara sistemik.

Obat dapat diberikan melalui sejumlah rute yang berbeda. Faktor yang

menentukan pemberian rute terbaik ditentukan oleh keadaan umum pasien,

kecepatan respon yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat

kerja yang diinginkan, sifat kimiawi dan fisik obat, serta tempat kerja yang

diinginkan. Obat dapat diberikan peroral, sublingual, parentral, topikal, rektal,

inhalasi.

1) Oral, adalah rute pemberian yang paling banyak dipakai, karena

ekonomis, paling nyaman dan aman. Obat dapat juga diarbsorpsi

melalui rongga mulut (sublingual atau bukal) seperti tabler ISDN.

2) Parentral, kata ini berasal dari bahasa Yunani, para berarti disamping

enteron berarti usus, jadi parentral berarti diluar usus, atau tidak melalui

saluran cerna, yaitu melalui vena (preset/perinfus)

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Enam Benar Dalam ...erepo.unud.ac.id/17405/3/1102106062-3-BAB II.pdf · terhadap pemberian terapi obat kepada pasien dari dokter. Perawat yang

16

3) Topikal, yaitu pemberian obat melalui kulit atau membrane mukosa.

Misalnya salep, losion, krim, spray, tetes mata.

4) Rektal, obat dapat diberi melalui rute rektal berupa enema atau

suposutoria yang akan mencair pada suhu badan. Pemberian rektal

dilakukan untuk memperoleh efek lokal seperti konstipasi (dulkolax

sup), hemoroid (anusol), pasien yang tidak sadar/kejang (stesolid sup).

Pemberian obat perektal memiliki efek yang lebih cepat dibandingkan

pemberian obat dalam bentuk oral, namun sayangnya tidak semua obat

disediakan dalam bentuk suposutoria.

5) Inhalasi, yaitu pemberian obat melalui saluran pernafasan. Saluran

nafas memiliki epitel untuk absorpsi yang sangat luas, dengan demikian

berguna untuk pemberian obat secara lokal pada salurannya, misalnya

salbutamol (ventolin) combivent, berotek untuk asma, atau dalam

keadaan darurat misalnya terapi oksigen.

f. Benar Dokumentasi

Dokumentasi dilaksanakan setelah pemberian obat dan dokumentasi alasan

obat tidak diberikan. Perawat dan petugas kesehatan yang lain penting

melakukan dokumentasi untuk melakukan komunikasi. Beberapa kesalahan

pemberian obat disebabakan komunikasi yang tidak tepat.

Dokumentasi sebelum melakukan pemberian obat sesuai standar Medication

Administration Record (MAR), yang harus dilakukan: nama lengkap pasien

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Enam Benar Dalam ...erepo.unud.ac.id/17405/3/1102106062-3-BAB II.pdf · terhadap pemberian terapi obat kepada pasien dari dokter. Perawat yang

17

tidak ditulis dengan nama singkatan, waktu pemberian, dosis obat yang

dibutuhkan, cara pemberian obat dan frekuensi pemberian obat.

Masalah yang bisa muncul terhadap penulisan resep obat diantaranya informasi

yang tidak lengkap, tulisan yang sulit dibaca, tidak jelas, tidak dimengerti,

penempatan angka desimal, untuk dosis obat sehingga terjadi kesalahan dosis

dan tidak sesuai standar (Hughes & Ortiz, 2005 dalam Potter & Perry, 2005),

maka segera dilakukan kontak terhadap yang menulis resep tersebut. Pembuat

resep harus menulis resep secara akurat, lengkap, dan dapat dimengerti.

Dokumentasi setelah melakukan pemberian obat sesuai standar MAR, yaitu

mencatat segera pemberian obat yang telah diberikan kepada pasien,

ketidaktepatan pendokumentasian terhadap kesalahan pemberian dosis obat

sehingga menyebabkan penanganan yang kurang tepat terhadap koreksinya,

mencatat repson klien setelah pemberian obat apabila ada efek obat maka

pendokumentasian waktu, tanggal dan nama petugas yang memberikan dan

yang menulis resep dalam catatan medical record pasien.

2.1.2 Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Prinsip Enam Benar

Menurut Harmiady, Rauf (2014) dalam penelitianya yang berjudul Faktor-Faktor Yang

Berhubungan Dengan Pelaksanaan Prosnsip Enam Benar Dalam Pemberian Obat Oleh

Perawat Pelaksana di Ruang Interna dan Bedah Rumah Sakit Haji Makasar,

mengidentifikasi beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan prinsip enam benar

yaitu: pengetahuan perawat, pendidikan perawat, dan motivasi kerja perawat. Hasil

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Enam Benar Dalam ...erepo.unud.ac.id/17405/3/1102106062-3-BAB II.pdf · terhadap pemberian terapi obat kepada pasien dari dokter. Perawat yang

18

penelitian tersebut menyatakan bahwa diantara faktor yang diteliti hanya faktor

pengetahuan dan motivasi kerja perawat yang mempengaruhi pelaksnaan prinsip enam

benar. Dalam penelitian Wardana R, Maria S, Sayono (2013) yang berjudul Hubungan

Karakteristik Perawat Dengan Penerapan Prinsip Enam Benar Dalam Pemberian Obat

di Ruang Rawat Inap RSUD Dr. H. Soewondo Kendal mengidentifikasi faktor-faktor

yang mempengaruhi pelaksanaan prinsip enam benar yaitu: umur, jenis kelamin,

pendidikan dan masa kerja perawat. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa

diantara faktor yang diteliti hanya faktor umur yang mempengaruhi pelaksanaan

prinsip enam benar.

a. Umur Perawat

Usia dewasa awal responden cenderung lebih benar dalam menerapkan prinsip

enam benar bila dibandingkan dengan usia dewasa akhir dan usia tua (Wardana

R, Maria S, Sayono, 2013). Berdasarkan hasil analisis data dengan

menggunakan uji chi square dengan fisher exact test didapat nilai p value =

0,026. Karena nilai p < 0,05 maka dapat diasumsikan bahwa ada hubungan

umur dengan penerapan prinsip enam benar.

b. Pengetahuan Perawat

Pengetahuan dalam hal ini merupakan hal-hal yang diketahui oleh perawat

tentang obat dan prinsip pemberian obat kepada pasien diantaranya adalah

benar pasien, benar obat, benar dosis, benar waktu, benar cara/rute pemberian,

dan benar dokumentasi. Hasil dari penelitian ini dari 46 perawat, yang

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Enam Benar Dalam ...erepo.unud.ac.id/17405/3/1102106062-3-BAB II.pdf · terhadap pemberian terapi obat kepada pasien dari dokter. Perawat yang

19

berpengetahuan baik sebesar 42 orang (91.3%) dimana yang mampu

melaksanakan prinsip enam benar dalam pemberian obat dengan tepat sebesar

41 orang (89,1%) dan yang tidak melaksanakan dengan tepat sebesar 1 orang

(2,2%). Sedangkan Perawat dengan pengetahuan yang kurang baik sebesar 4

orang (8,7%) dimana yang mampu melaksanakan prinsip enam benar dalam

pemberian obat dengan tepat sebesar 1 orang (2,2%) dan yang tidak

melaksanakan dengan tepat sebesar 3 orang (6,5%). Penelitian tersebut

menggunakan uji statistik dengan metode Fisher’s Exact Test dengan diperoleh

nilai ρ=0,001, yang berarti nilai ρ < α (0,05), maka dapat disimpulkan bahwa

ada hubungan pengetahuan perawat dengan pelaksanaan prinsip enam benar

dalam peberian obat oleh perawat pelaksana di ruang interna dan bedah Rumah

Skait Haji Makasar. Berdasarkan dari hasil tersebut dapat diasumsikan bahwa

perawat dengan pengetahuan yang baik akan cenderung untuk mampu

melaksanakan prinsip enam benar dalam pemberian obat dengan tepat

dibandingkan dengan yang memiliki pengetahuan yang kurang baik.

c. Motivasi Perawat

Motivasi kerja dalam hal ini merupakan tinglah laku seseorang didorong kearah

suatu tujuan tertentu karena adanya suatu kebutuhan. Motivasi dalam penelitian

ini merupakan sesuatu yang mampu mendorong seorang perawat untuk

melaksanakan tugasnya baik dari internal maupun dari eksternal. Berdasarkan

penelitian tersebut diperoleh hasil penelitian menunjukkan dari 46 perawat,

yang memiliki motivasi kerja baik sebesar 41 orang (89,1%) dimana semua

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Enam Benar Dalam ...erepo.unud.ac.id/17405/3/1102106062-3-BAB II.pdf · terhadap pemberian terapi obat kepada pasien dari dokter. Perawat yang

20

mampu melaksanakan prinsip enam benar dalam pemerian obat dengan tepat.

Sedangkan perawat dengan motivasi kerja kurang sebesar 5 orang (10,9%),

dimana yang mampu melaksanakan prinsip enam benar dalam pemberian obat

dengan tepat sebesar 1 orang (2,2%) dan yang tidak melaksanakan dengan tepat

sebesar 4 orang (8,7%). Hasil uji statistik dengna metode Fisher’s Exact Test

diperoleh nilai ρ = 0,000, yang berarti nilai ρ < α (0,05), maka dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan motivasi kerja perawat dengna pelaksanaan

prinsip enam benar dalam pemberian obat oleh perawat pelaksana di ruang

interna dan bedah Rumah Sakit Haji Makasar. Berdasarkan hasil tersebut maka

dapat diasumsikan bahwa perawat dengan motivasi kerja yang baik cenderung

untuk mampu melaksanakan prinsip enam benar dalam pemberian obat dengan

tepat dibandingkan yang memiliki mativasi yang kurang baik. Timbulnya

motivasi dalam diri seorang perawat bisa disebabkan oleh adanya rasa tanggung

jawab yang timbul dari diri seseorang perawat. Jika seseorang memiliki rasa

tanggung jawab yang tinggi terhadap pasien maka tentunya perawat akan

berusaha semaksimal mungkin untuk melakukan tindakan yang cepat, tepat dan

terarah untuk mengatasi masalah pasien termasuk ketepatan dalam pemberian

obat. Aspek lain yang bisa menimbulkan motivasi dalam perawat adanya

rangsangan yang diterima dari Rumah Sakit. Rangsangan tersebut bisa dalam

bentuk penghargaan yang diterima, insentif kerja serta pujian. Hal inilah yang

menimbulkan suatu dorongan untuk selalu berbuat yang lebih baik.

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Enam Benar Dalam ...erepo.unud.ac.id/17405/3/1102106062-3-BAB II.pdf · terhadap pemberian terapi obat kepada pasien dari dokter. Perawat yang

21

2.1.3 Peran Perawat Terhadap Pemberian Obat

Pemberian obat terhadap klien yang dilakukan oleh perawat dibutuhkan pengetahuan

dan kemampuan sebagai fungsi unik yang harus dimiliki oleh perawat. Perawat yang

pertama kali melakukan pengkajian terhadap kebutuhan pengobatan klien. Perawat

melakukan pengkajian terhadap kemampuan klien terhadap pengobatan terhadap

dirinya, membantu memutuskan kapan klien menerima pengobatan sesuai dengan

waktunya, menerima obat yang tepat dan memonitor efek samping terhadap

pengobatan (Potter & Perry, 2009)

Klien dan keluarga diberi pengetahuan tentang administrasi pengobatan dan dilibatkan

dalam memonitor pasien sebagai bagian integral terhadap peran perawat. Jangan

mendelegasikan proses pemberian obat kepada asisten perawat dan gunakan proses

keperawatan sebagai bagian dan asuhan keperawatan (Potter & Perry, 2009)

2.2 Konsep Kesalahan Pemberian Obat (Medication Error).

2.2.1 Keselamatan Pasien (Patient Safety)

Menurut World Health Organization (WHO, 2012) menyebutkan keselamtan pasien

tidak adanya bahaya yang dapat dicegah pada pasien selama proses perawatan

kesehatan. Disiplin keselamatan pasien merupakan upaya terkoordinasi untuk

mencegah kerusakan, yang disebabkan oleh proses perawatan kesehatan itu sendiri,

yang dapat terjadi kepada pasien.

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Enam Benar Dalam ...erepo.unud.ac.id/17405/3/1102106062-3-BAB II.pdf · terhadap pemberian terapi obat kepada pasien dari dokter. Perawat yang

22

Institute of Medicine (IOM) (2000) dalam (Zerwekh, J., Claborn, J.C., & Miller, C. J,

2009), mendefinisikan keselamatan pasien sebagai bebas dari keadaan cedera.

Kecelakaan cedera disebabkan karena kesalahan yang meliputi kegagalan suatu

perencanaan atau memakai rencana yang salah dalam mencapai tujuan. Accidental

Injury juga akibat dari melaksanakan suatu tindakan (commission) atau tidak

mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission).

Menurut WHO (2007) menyebutkan langkah-langkah pelaksanaan keselamatan

pasien, meliputi sembilan solusi keselamatan pasien di rumah sakit, yaitu:

a. Memperhatikan nama obat , rupa dan ucapan mirip (lool-alike, sound-alike

medication names)

b. Memastikan identifikasi pasien

c. Komunikasi secara benar saat serah terima pasien

d. Memastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar

e. Mengendalikan cairan elektrolit pekat

f. Memastikan akurasi/ketepatan dalam pemberian obat

g. Menghindari salah kateter dan salah sambung slang

h. Menggunakan alat injeksi sekali pakai

i. Meningkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial

Indikator keselamatan pasien berdasarkan program akreditasi rumah sakit

(National Patient Safety Goals/NSPG) yang ditetapkan oleh The Joint Commission

(TJC, 2012) yang berlaku pada tanggal Januari 2012, adalah:

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Enam Benar Dalam ...erepo.unud.ac.id/17405/3/1102106062-3-BAB II.pdf · terhadap pemberian terapi obat kepada pasien dari dokter. Perawat yang

23

a. Tidak terdapat kesalahan pemberian obat terutama terhadap dua pasien yang

memiliki nama yang sama.

b. Tidak terjadi keselahan identifikasi terhadap pelaksanaan tranfusi darah.

c. Pemberian alasan yang tepat terhdap pemberian obat dalam durasi waktu kerja

obat.

d. Pemberian label pada obat, tempat obat, dan pencampuran obat yang tepat

ditempatkan dalam area yang steril terutama pada pasien perioperatif dan

prosedurnya.

e. Prosedur yang tepat untuk penanganan degan terapi antikoagulan.

f. Mempertahankan dan komunikasi yang akurat terhdap informasi pengobatan

pasien.

g. Adanya sistem pencegahan dan kontrol infeksi panduan mencuci tangan.

h. Adanya upaya penelitian dan penatalaksanaan pencegahan infeksi terhadap

pemasangan transfusi darah, infus dan vena sentral.

i. Penatalaksanaan evidence base practice terhadap upaya pencegahan infeksi.

j. Penatalaksanaan evidence base practice terhadap pencegahan infeksi

pemasangan cateter urine.

k. Identifikasi pasien terhadap risiko cedera

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Enam Benar Dalam ...erepo.unud.ac.id/17405/3/1102106062-3-BAB II.pdf · terhadap pemberian terapi obat kepada pasien dari dokter. Perawat yang

24

2.2.2 Jenis Insiden dan Keselamatan Pasien

a. Pengertian Insiden

Menurut Permenkes No 1691 tahun 2011, insiden keselamatan pasien yang selanjutnya

disebut insiden merupakan setiap kejadian yang tidak sengaja dan kondisi yang

mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera yang dapat dicegah pada pasien.

Insiden keselamatan pasien juga merupakan akibat dari melaksanakan suatu tindakan

(commission) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission)

(Kemenkes, 2008).

b. Jenis-Jenis Insiden

Berdasarkan Permenkes No 1691 tahun 2011 tentang Keselamatan Pasien Rumah

Sakit, menyebutkan insiden keselamatan pasien terdiri dari, yaitu:

1) Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)

Merupakan suatu kejadian yang tidak diharapakan yang mengakibatkan cedera

pada pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan

yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi

pasien. Kejadian tersebut dapat terjadi di semua tahapan dalam perawatan dari

diagnosis, pengobatan dan pencegahan.

2) Kejadian Tidak Cedera (KTC)

Merupakan suatu insiden yang sudah terpapar ke pasien, tetapi tidak

mengakibatkan cedera.

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Enam Benar Dalam ...erepo.unud.ac.id/17405/3/1102106062-3-BAB II.pdf · terhadap pemberian terapi obat kepada pasien dari dokter. Perawat yang

25

3) Kejadian Nyaris Cedera (KNC)

Merupakan insiden yang belum sampai terpapar ke pasien. Misalnya suatu obat

dengan overdosis lethal akan diberikan, tetapi staf lain mengetahui dan

membatalkannya sebelum obat diberikan kepada pasien.

4) Kejadian Potensial Cedera (KPC)

Merupakan suatu kondisi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera,

tetapi belum terjadi insiden. Misalnya obat-obatan LASA (Look Alike Sound

Alike) disimpan berdekatan.

5) Kejadian Sentinel

Merupakan suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius.

2.2.3 Definisi Kesalahan Pemberian Obat (Medication Error)

Kesalahan pemberian obat (medication error) adalah suatu kejadian yang dapat

membuat klien menerima obat yang salah atau tidak mendapat terapi yang tepat

Kesalahan pengobatan dapat dilakukan oleh setiap individu yang terlibat dalam

pembuatan resep, transkripsi, persiapan, penyaluran dan pemberian obat (Edgar, Lee,

Cousins, 1994 dalam Potter dan Perry, 2005)

Menurut Institute of Medicine (IOM, 2011), kesalahan pemberian obat adalah difinisi

umum yang digunakan untuk kesalahan pengobatan, yaitu satu peristiwa yang dapat

dicegah dan dapat menyebabkan penggunaan obat yang tidak tepat atau

membahayakan pasien sedangkan pengobatan yang ada dikontrol dari ahli kesehatan,

pasien atau konsumen. Kejadian-kejadian tersebut mungkin berhubungan dengan

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Enam Benar Dalam ...erepo.unud.ac.id/17405/3/1102106062-3-BAB II.pdf · terhadap pemberian terapi obat kepada pasien dari dokter. Perawat yang

26

praktek profesional, produk perawatan kesehatan, prosedur, dan sistem, termasuk

resep, komunikasi ketertiban (label produk, kemasan, dan tata nama), peracikan,

pengeluaran, distribusi, administrasi , pendidikan, pemantauan, dan penggunaan.

Kesalahan pemberian obat, selain memberi obat yang salah, mencakup faktor lain yang

mengubah terapi obat yang direncanakan, misalnya lupa memberi obat; memberi dua

kali obat yang dilupakan sebagai kompensasi; memberi obat yang benar pada waktu

yang salah, atau memberi obat yang benar melalui rute yang salah (Tambayong, 2001).

Medication error dapat terjadi dimana saja dalam rantai pelayanan obat kepada pasien,

mulai dari industri, dalam peresepan, pembacaan resep, peracikan, penyerahan, dan

monitoring pasien. Di dalam setiap mata rantai pada beberapa tindakan mempunyai

potensi sebagai sumber kesalahan. Setiap tenaga kesehatan dalam mata rantai ini dapat

memberikan kontribusi terhadap kesalahan (Cohen, 1999).

Menurut Athanasakis (2012) dalam jurnalnya yang berjudul Prevention of Medication

Errors Made by Nurses in Clinical Practise menyebutkan keamanan dalam pemberian

obat bertujuan untuk mengurangi tingkat kesalahan dalam pemberian obat, hal tersebut

dapat mengidentifikasi lebih awal sebelum pasien mendapat pengobatan yang

membahayakan mereka

2.2.4 Dampak dan Jenis Kesalahan Pemberian Obat (Medication Errors)

Menurut National Coordinating Council for Medication Error Reporting and

Prevention (NCC MERP), akibat dari terjadinya medication error dapat dibagi menjadi

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Enam Benar Dalam ...erepo.unud.ac.id/17405/3/1102106062-3-BAB II.pdf · terhadap pemberian terapi obat kepada pasien dari dokter. Perawat yang

27

tiga derajat yaitu; 1) tidak menyebabkan perubahan fisik, mental, dan psikologis, 2)

menyebabkan perubahan, serta 3) menyebabkan kematian. Derajat yang paling ringan

adalah kejadian medication error terdeteksi tetapi tidak mengakibatkan perubahan

apapun. Medication error derajat yang kedua akan menyebabkan perubahan yang dapat

sembuh dengan sendirinya atau memerlukan terapi baru. Derajat paling parah dalam

medication error yaitu dapat menyebabkan yang berakibat kematian. Tabel katagori

medication error berdasarkan dampak diperlihatkan sebagai berikut:

Tabel 1. Klasifikasi kesalahan pemberian obat (medication error) berdasarkan dampak. (Sumber:

Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan

Departemen Kesehatan RI Tahun 2008)

Kesalahan (error) Katagori Hasil

No error A Kejadian atau yang berpotensi untuk terjadinya kesalahan

Error, no harm B Terjadi kesalahan sebelum obat mencapai pasien

C Terjadi kesalahan dan obat sudah diminum /digunakan pasien

tetapi tidak membahayakan pasien

D Terjadinya kesalahan, sehingga monitoring ketat harus dilakukan

tetapi tidak membahayakan pasien

Error, harm E Terjadi kesalahan, hingga terapi dan intervensi lanjut diperlukan

dan keslahan ini memberikan efek yang buruk yang sifatnya

sementara

F Terjadi kesalahan dan mengakibatkan pasien harus dirawat lebih

lama di rumah sakit serta memberikan efek buruk yang sifatnya

sementara

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Enam Benar Dalam ...erepo.unud.ac.id/17405/3/1102106062-3-BAB II.pdf · terhadap pemberian terapi obat kepada pasien dari dokter. Perawat yang

28

G Terjadi kesalahan yang mengakibatkan efek buruk yang bersifat

permanen

H Terjadi kesalahan dan hampir merenggut nyawa pasein contoh

syok anafilaktik

Error, death I Terjadi kesalahan dan pasien meninggal dunia

Tabel 2. Jenis-jenis kesalahan pemberian obat (medication error) (berdasarkan alur jenis

pengobatan) (Sumber: Direktorat Bina Farmasi Komunitas dan Klinik Ditjen Bina Kefarmasian dan

Alat Kesehatan Departemen Kesehatan RI Tahun 2008)

Tipe Medication Error Keterangan

Unauthorized drug Obat yang terlanjur diserahkan kepada pasien padahal

diresepkan bukan oleh dokter yang berwenang

Inmproper dose/quantity Dosis, strength atau jumlah obat yang tidak sesuai

dengan yang dimaksud dalam resep

Wrong dose preparation method Penyiapan/ formulasi atau pencampuran obat yang tidak

sesuai

Wrong dose form Obat yang diresepkan dalam dosis dan cara pemberian

yang tidak sesuai dengan yang diperintahkan di dalam

resep

Wrong patient Obat diserahkan atau diberikan pada pasien yang keliru

yang tidak sesuai dengan yang tertera diresep

Omission error Gagal dalam memberikan dosis sesuai permintaan,

mengabaikan penolakan pasien atau keputusan klinik

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Enam Benar Dalam ...erepo.unud.ac.id/17405/3/1102106062-3-BAB II.pdf · terhadap pemberian terapi obat kepada pasien dari dokter. Perawat yang

29

yang mengisyaratkan untuk tidak diberikan obat yang

bersangkutan

Extra dose Memberikan duplikasi obat pada waktu yang berbeda

Prescribing error Obat diresepkan secara keliru atau perintah diberikan

secara lisan atau diresepkan oleh dokter yang tidak

berkompeten

Wrong administration technique Menggunakan cara pemberian yang keliru termasuk

misalnya menyiapkan dengan teknik yang tidak

dibenarkan (misalkan obat im diberikan secara iv)

Wrong time Obat diberikan tidak sesuai dengan jadwal pemberian

atau diluar jadwal yang ditetapkan

2.2.5 Faktor Yang Mempengaruhi Insiden Kesalahan Pemberian Obat

(Medication Errors)

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap insiden medication error yang disampaikan

oleh Carayon & Smith (2000); AHRQ (2003); Depkes (2008); Henriksen, et al (2008);

Vincent (1998); dapat disimpulkan meliputi:

a. Karakteristik Individu

Karakteristik individu merupakan faktor yang berada pada barisan pertama

yang memiliki dampak secara langsung pada mutu pelayanan dan meskipun

mutu tersebut masih kemungkinan dipertimbangkan untuk dapat diterima atau

masih dibawah standar baku. Karakteristik individu termasuk diantaranya

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Enam Benar Dalam ...erepo.unud.ac.id/17405/3/1102106062-3-BAB II.pdf · terhadap pemberian terapi obat kepada pasien dari dokter. Perawat yang

30

adalah kualitas yang dibawa individu tersebut ke dalam pekerjaan seperti

pengetahuan, tingkat keterampilan, pengalaman, kecerdasan, kemampuan

mendeteksi, pendidikan dan pelatihan, dan bahkan sikap seperti kewaspadaan,

kelalaian, kelelahan, dan motivasi.

b. Sifat Dasar Pekerjaan

Sifat dasar pekerjaan merujuk pada karakteristik pekerjaan itu sendiri dan

meliputi pula sejauh mana prosedur yang digunakan terdefinisi dengan baik,

sifat alur kerja, beban pasien pada puncak dan tidak, ada atau tidak adanya

kerjasama antar tim, kompleksitas perawatan, fungsional alat dan masa

penyusutan, interupsi dan pekerjaan yang bersaing, dan persaratan

fisik/kognitid untuk melakukan pekerjaan. Meskipun penelitian empiric

terhadap dampak faktor-faktor yang berhubungan dengan pekerjaan tidak

sebanyak penelitian studi pada faktor-faktor manusia, faktor ini tetap ada

(Henrisken, Kem, et al. 2008).

c. Faktor Lingkuangan Fisik

Faktor lingkungan fisik meliputi diantaranya yaitu; pencahayaan, suara,

temperature atau suhu ruangan, susunan tata ruang, ventilasi. Pengelolaan

gedung rumah sakit harus benar-benar memikirkan keselamatan baik bagi

pasien maupun keselamatan staf didalamnya dengan dengan memperhatikan

syarat-syarat kesehatan lingkungan seperti yang sudah diatur dalam Permenkes

1204/SK/IX/2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit.

d. Faktor Interaksi Antara Sistem dan Manusia

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Enam Benar Dalam ...erepo.unud.ac.id/17405/3/1102106062-3-BAB II.pdf · terhadap pemberian terapi obat kepada pasien dari dokter. Perawat yang

31

Yang termasuk dalam faktor ini meliputi perlengkapan atau peralatan medis,

lokasi atau peletakan alat-alat, pengontrolan alat. Interaksi sistem dan manusia

menunjuk pada tata dimana dua sistem berinteraksi atau berkomunikasi dalam

ruang lingkup sistem. Perawat menggunakan perangkat medis dan peralatan

secara intensif dan dengan demikian memiliki banyak pengalaman.

e. Faktor Organisasi dan Lingkungan Sosial

Lingkungan organisasi merupakan lingkungan manusia di dalam organisasi

melakukan pekerjaan mereka. Lingkungan pekerjaan yakni lingkungan

organisasi rumah sakit dapat menentukan kualitas dan keamanan pelayanan

perawat kepada pasien. Sebagai jumlah tenaga tersebar dalam ketenagaan

kesehatan, perawat mengaplikasikan pengetahuan, keterampilan, dan

pengalaman untuk memerikan kebutuhan pasien.

f. Faktor Manajemen

Faktor ini terdiri dari budaya keselamatan pasien, kemudahan akses personal,

pengembangan karyawan, kemampuan kepemimpinan, kebijakan pimpinan

dalam hal SDM, finansial, peralatan dan teknologi. Membangun budaya

kesadaran akan nilai keselamatan pasien, menciptakan kepemimpinan dan

budaya yang terbuka dan adil merupakan langkah pertama dalam menetapkan

keselamatan pasien rumah sakit. Faktor manajemen sangat menentukan dan

mempengaruhi kualitas pelayanan kesehatan termasuk pada terjadinya insiden

keselamatan pasien.

g. Lingkungan Eksternal

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Enam Benar Dalam ...erepo.unud.ac.id/17405/3/1102106062-3-BAB II.pdf · terhadap pemberian terapi obat kepada pasien dari dokter. Perawat yang

32

Yang termasuk ke dalam faktor ini adalah pengetahuan dasar, demografi,

teknologi terbaru, kebijakan pemerintah , keadaan ekonomi, kebijakan

kesehatan, kesadaran masyarakat. Lingkungan eksternal dapat memberikan

dampak terhadap usaha meningkatkan keselamatan pasien. Tekanan eksternal

dapat berupa tuntutan hukum, tuntutan masyarakat terhadap mutu dan

keselamatan pasien. Lingkungan eksternal merupakan suatu hal yang sangat

dibutuhkan agar organisasi dapat memiliki komitmen yang tinggi dalam

menerapkan mutu melalui keselamatan pasien. Lingkungan eksternal lainnya

berupa regulasi nasional terhadap kompetensi SDM pada pelayanan kesehatan

(standarisasi profesi, penilaian kompetensi staf, sertifikasi) dan untuk institusii

berupa akreditasi rumah sakit.

2.2.6 Pencegahan Kesalahan Pemberian Obat (Medication Errors)

Perawat memainkan peran yang sangat penting dalam lingkaran esensial pencegahan

kesalahan pengobatan (Potter & Perry, 2005). Strategi pencegahan dalam kesalahan

pemberian obat meliputi standarisasi dan penyederhanaan prosedur pengobatan dan

lain-lain. Persiapan obat dan administrasi merupakan bagian dari prosedur pengobatan,

yang melibatkan langkah-langkah berikut: Menjamin atau memastikan lingkungan

yang aman untuk persiapan obat dengan menempatkan label ( “jangan masuk”, untuk

mencegah pengunjung mengganggu perawat waktu itu) dan juga mengigatkan perawat

pentingnya konsentrasi selama persiapan obat-obatan; mengurangi gangguan dan

interupsi selama pemberian obat; penggunaan alat bantu kalkulator untuk memfasilitasi

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Enam Benar Dalam ...erepo.unud.ac.id/17405/3/1102106062-3-BAB II.pdf · terhadap pemberian terapi obat kepada pasien dari dokter. Perawat yang

33

perhitungan obat. Pengiriman obat dari apotek ke bangsal perawatan tanpa

membutuhkan setiap pemeriksaan lebih kanjut atau persiapan khusus oleh staf perawat

(terutama obat pediatrik yang membutuhkan presisi dalam perhitungan dosis). Wajib

melakukan pengecekan ulang obat oleh dua perawat yang terpisah (terutama dalam

obat yang berisiko tinggi, yang biasanya bertanggung jawab untuk efek samping atau

kesalahan). Pelaksanaan lima tepat (obat yang tepat, dosis yang tepat, rute yang tepat,

waktu yang tepat, pasien yang tepat) ketika mempersiapkan obat (meskipun faktor ini

berfokus pada kinerja individu dan tidak mencerminkan kompleksitas prosedur

pengobatan). Pemisahan obat yang jelas dengan kesamaan baik dalam warna atau

nama, dengan meletakan label pada obat tersebut; persiapan dan pemberian obat saat

yang sama; dan cek jika obat telah diadministrasikan dengan pasein yang tepat

(Athanasakis E, 2012).

Kesalahan yang terjadi harus segera diketahui dan dilaporkan kepada pegawai rumah

sakit yang tepat. Perawat memliki kewajiban etis dan profesi untuk melaporkan

kesalahan kepada dokter dan manajer keperawatan. Dokter dapat memutuskan untuk

menetralkan efek kesalahan dengan memberikan sebuah antidot ketika obat yang

diberikan salah, menunda pemberian obat apabila obat bila obat sebelumnya diberikan

terlalu dini, atau memantau efek obat ketika sebuah obat diberikan dalam dosis yang

tinggi yang tidak lazim. Perawat sebaiknya tidak menyembunyikan kesalahan

pengobatan. Pada catatan dalam status klien harus ditulis obat apa yang telah diberikan

kepada klien, pemberitahuan kepada dokter, efek samping yang klien alami sebagai

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Enam Benar Dalam ...erepo.unud.ac.id/17405/3/1102106062-3-BAB II.pdf · terhadap pemberian terapi obat kepada pasien dari dokter. Perawat yang

34

respons terhadap kesalahan pengobatan, dan upaya yang dilakukan untuk menetralkan

obat, misalnya memberikan antidot.

Perawat juga bertanggung jawab melengkapi laporan yang menjelaskan sifat insiden

tersebut. Laporan insiden merupakan bukan pengakuan tentang suatu kesalahan atau

menjadi dasar untuk memberi hukuman dan bukan merupakan bagian catatan medis

klien yang sah. Laporan ini merupakan analisis objektif tentang apa yang terjadi dan

merupakan penatalksanaan risiko yang dilakukan institusi untuk memantau kejadian

semacam ini. Laporan kejadian membantu komite interdisiplin mengidentifikasi

kesalahan dan menyelesaikan masalah sistem di rumah sakit yang mengakibatkan

terjadinya kesalahan

(Potter & Perry, 2005).

Tabel 3. Cara mencegah kesalahan pemberian obat ( Sumber: Potter & Perry, 2005)

No Kewaspadaan Rasional

1 Baca label obat dengan teliti Banyak produk yang tersedia dalam kotak,

warna, dan bentuk yang sama

2 Pertanyakan pemberian banyak tablet

atau vial untuk dosis tunggal

Kebanyakan dosis terdiri dari satu atau dua

tablet atau kapsul atau satu vial dosis tunggal.

Interpretasi yang sa;ah terhadap program obat

dapat mengakibatkan pemberian dosis tinggi

berlebihan.

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Enam Benar Dalam ...erepo.unud.ac.id/17405/3/1102106062-3-BAB II.pdf · terhadap pemberian terapi obat kepada pasien dari dokter. Perawat yang

35

3 Waspadai obat-obatan bernama sama Banyak nama obat terdengat sama (mis.

Digoksin, Keflex dan Keflin, Orinase dan

Orinade

4 Cermati angka di belakang koma Beberapa obat tersedia dalam beberapa jumlah

yang merupakan perkalian satu sama lain

(contoh, tablet Coumadindalam tablet 2,5 dan

25 mg, Thorazine dalam spansules (sejenis

kapsul) 30 dan 300 mg.

5 Pertanyakan peningkatan dosis yang

tiba-tiba dan berlebihan

Kebanyakan dosis diprogramkan secara secara

bertahap supaya dokter dapat memantau efek

terapeutik dan responsnya.

6 Ketika suatu obat baru atau yang tidak

lazim diprogramkan, konsultasikan

kepada sumbernya.

Jika dokter juga tidak lazim dengan obat

tersebut maka risiko pemberian dosis yang

tidak akurat menjadi lebih besar.

7 Jangan beri obat yang diprogramkan

dengan nam pendek atau singkatan

tidak resmi

Banyak dokter menggunakan nama pendek

atau singkatan tidak resmi untuk obat yang

sering diprogramkan. Apabila perawat atau

ahli farmasi tidak mengenal nama tersebut,

obat yang diberikan atau dikeluarkan bisa

salah.

8 Jangan berupaya menguraikan dan

mengartikan tulisan yang tidak dapat

dibaca

Apabila ragu, tanyakan dokter. Kesempatan

terjadinya salah interpretasi besar, kecuali jika

perawat mempertanyakan program yang sulit

dibaca.

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Enam Benar Dalam ...erepo.unud.ac.id/17405/3/1102106062-3-BAB II.pdf · terhadap pemberian terapi obat kepada pasien dari dokter. Perawat yang

36

9 Kenali klien yang memeiliki nama

akhir sama. Juga, minta pasien

menyebutkan nama lengkapnya.

Cermati nama yang tertera pada tanda

pengenal.

Seringkali, satu atau dua orang pasien memiliki

nama akhir yang sama atau mirip. Label khusus

pada kardeks atau buku obat dapat memberi

peringatan tentang masalah yang potensial.

10 Cermati ekuivalen Saat tergesa-gesa, salah membaca ekuivalen

mdah terjadi (contoh, dibaca milligram,

padahal milliliter).

Perbedaan mendasar antara reaksi obat yang merugikan dan kesalahan pemberian obat

adalah bahwa kesalahan pemberian dapat dicegah. Bila tujuan terapi obat yang optimal

adalah memberikan obat yang benar, untuk pasien yang benar, dengan dosis yang

benar, dengan cara yang benar, pada waktu yang benar, dan dengan indikasi yang

benar, akan terlihat adanya banyak potensi kesalahan dalam proses tersebut. Juga

terdapat banyak sekali titik tolok dalam proses pengobatan, dan begitu banyak orang

yang terletak pada titik tolok tersebut yang masing-masing mempunyai peran

mendeteksi potensi kesalahan, mencegah, dan mendokumentasikan setiap efek yang

muncul sebagai konsekuensinya. Karena perawat bertanggung jawab untuk

memberiakan obat, maka merekalah yang biasanya titik tolak terakhir dan terpenting

dalam sistem tersebut. Meskipun kesalahan dapat terjadi pada titik ini, namun hal

tersebut dapat juga dideteksi dan tentu saja dicegah. Rekomendasi tambahan berikut

ini dianjurkan untuk perawat.

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Enam Benar Dalam ...erepo.unud.ac.id/17405/3/1102106062-3-BAB II.pdf · terhadap pemberian terapi obat kepada pasien dari dokter. Perawat yang

37

a. Mengetahui dengan baik proses permintaan obat institusional dan sistem

pemberiannya (floor stock dibanding dosis unit).

b. Mengetahui kemana mencari informasi mengenai obat. Sumber informasi

termasuk dokter, apoteker, perpustakaan, dan refrensi obat.

c. Verifikasi setiap instruksi pemberian obat sesering mungkin. Proses

penyakinan harus lengkap sesuai potensi kesalahan.

d. Menggunakan waktu pemberian obat standar. Hal ini membantu menghindari

kebingungan, khususnya bila pemantauan tes laboratorium harus dilakukan

pada waktu tertentu setelah pemberian obat.

e. Pada saat memberikan obat, periksa produk obat untuk kemungkinan adanya

kerusakan (retak pada kapsul, obat suntik yang keruh, endapan dalam larutan).

Laporkan hal ini sesegera mungkin. Pastikan identitas pasien sebelum

pemberian obat. Jaga agar obat berlabel jelas selama mungkin (tempatkan

dalam kemasan dosis unit tepat di sisi tempat tidur). Dokumentasikan

pemberian obat dalam catatan yang tepat. Bila suatu obat ternyata tidak tersedia

pada saat pemberian, jangan meminjamnya dari pasien yang lain. Selidiki

mengapa obat tidak ada. Pasti ada alasan sehingga obat tidak diberikan sampai

diperoleh informasi yang pasti (interaksi potensial, riwayat reaksi sebelumnya).

f. Observasi adanya efek obat, termasuk reaksi merugikan. Mendokumentasikan

hasil terapeutik yang diinginkan merupakan hal yang sangat penting seperti

halnya melaporkan adanya ruam.

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Enam Benar Dalam ...erepo.unud.ac.id/17405/3/1102106062-3-BAB II.pdf · terhadap pemberian terapi obat kepada pasien dari dokter. Perawat yang

38

g. Bila kalkulasi obat diperlukan, sangat bijaksana untuk memeriksanya kembali

dengan orang lain (apoteker atau perawat). Penggunaan konsentrasi standar

atau tabel kecepatan infus sangat bermanfaat.

h. Biasakan diri dengan alat pemberian obat sebelum menggunakannya dan

pahami keuntungan dan kerugiannya. Berbagai sistem pemberian obat

berteknologi tinggi (pompa infus, inhaler, patch) membutuhkan perhatian

khusus mengenai penggunaan yang tepat.

i. Ajarkan pada pasien mengenai obat mereka sebanyak mungkin. Berikan

informasi ini dalam format yang dapat dipahami pasien. Berikan informasi ini

dalam format yang dapat dipahami pasien. Berikan informasi dengan huruf

berukuran besar, terjemahan, gambar, atau cara apapun agar pasien bener-benar

mengerti. Lakukan penyuluhan pada pemberian dosis pertama dan perkuat

informasi pada pemberian dosis berikutnya.

j. Bila obat tidak diberikan sesuai instruksi, untuk alasan apapun, hal ini harus

didokumentasikan.

(Deglin J.H & April H.V, 2004)

Menurut Joint Comission International JCI (2010), menyebutkan perencanaan yang

dilakukan dalam mencegah terjadinya kesalahan pemberian obat adalah adanya suatu

rencana atau kebijakan atau dokumen lain yang mengatur bagaimana penggunaan obat-

obatan yang diatur dalam suatu pengorganisasian di semua tahapan yang ditinjau setiap

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2. 1 Konsep Enam Benar Dalam ...erepo.unud.ac.id/17405/3/1102106062-3-BAB II.pdf · terhadap pemberian terapi obat kepada pasien dari dokter. Perawat yang

39

12 bulan, dilaksanakan berdasarkan undang-undang yang berlaku dan menyediakan

informasi yang mudah bagi semua yang terlibat dalam penggunaan obat.

2.2.6 Hubungan Pelaksanaan Prinsip Enam Benar Terhadap Insiden Medication

Error

Penelitian yang dilakukan oleh Herwina E (2012) menggunakan variabel independen

yang berbeda, yaitu metode tim keperawatan. Berdasarkan tesisnya yang berjudul

hubungan pelaksanaan metode tim keperawatan dengan kesalahan pemberian obat di

RSUD Gunung Jati Cirebon menyatakan bahwa perawat yang mempersepsikan

pelaksanaan metode tim yang kurang baik melakukan kesalahan pemberian obat

maksimal hanya 45%. Sedangkan perawat yang mempersepsikan pelaksanaan metode

tim yang baik justru lebih tinggi, yaitu 79% untuk melakukan kesalahan pemberian

obat maksimal. Hasil analisis lebih lanjut menyatakan ada hubungan antara persepsi

pelaksanaan metode tim keperawatan yang baik dengan kesalahan pemberian obat (ρ

= 0,004; α = 0,005) sebesar 4,5 kali (95% CI 1,66; 12,38) dari persepsi pelaksanaan

metode tim yang kurang.