BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/54810/3/BAB II FIX.pdf · 2019. 11. 6. · 25 BAB II...

47
25 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dari permasalahan yang diangkat diatas, terdapat beberapa teori dan konsep yang terdapat dalam bab sebelumnya dimana hal tersebut digunakan untuk pertimbangan maupun acuan dalam proses pembahasan hasil penelitian. Selain dijelaskan mengenai teori yang digunakan, dalam bab ini akan juga ditampilkan mengenai literature review yang didapat atau diperoleh dari bacaan jurnal mapun penelitian-penelitian sebelumnya yang membahas mengenai pemilihan umum kepala daerah. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah demokrasi menurut Abraham Lincoln. Dalam penelitian ini menggunakan teori demokrasi karena pemilihan umum kepala daerah termasuk dalam demokrasi. Abraham Lincoln mencetuskan bahwa demokrasi merupakan suatu sistem pemerintahan yang diselenggarakan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa rakyat adalah pemegang kekuasaan tertinggi dalam suatu pemerintahan, dimana setiap individu memiliki kesempatan dan hak yang sama dalam mengutarakan hak berupa suara dalam upaya mengatur kebijakan pemerintahan. Dalam sistem ini, keputusan diambil berdasarkan suara terbanyak. 2.1 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai Pemilihan Umum Kepala Daerah maupun tentang Demokrasi telah banyak di lakukan di berbagai daerah, untuk mengetahui perbedaan antara penelitian atau kajian yang telah dilakukan sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Dibawah ini telah dirangkum beberapa penelitian yang berbentuk table sebagai berikut ;

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKAeprints.umm.ac.id/54810/3/BAB II FIX.pdf · 2019. 11. 6. · 25 BAB II...

  • 25

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    Dari permasalahan yang diangkat diatas, terdapat beberapa teori dan

    konsep yang terdapat dalam bab sebelumnya dimana hal tersebut digunakan untuk

    pertimbangan maupun acuan dalam proses pembahasan hasil penelitian. Selain

    dijelaskan mengenai teori yang digunakan, dalam bab ini akan juga ditampilkan

    mengenai literature review yang didapat atau diperoleh dari bacaan jurnal mapun

    penelitian-penelitian sebelumnya yang membahas mengenai pemilihan umum

    kepala daerah. Adapun teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah

    demokrasi menurut Abraham Lincoln. Dalam penelitian ini menggunakan teori

    demokrasi karena pemilihan umum kepala daerah termasuk dalam demokrasi.

    Abraham Lincoln mencetuskan bahwa demokrasi merupakan suatu sistem

    pemerintahan yang diselenggarakan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat.

    Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa rakyat adalah pemegang

    kekuasaan tertinggi dalam suatu pemerintahan, dimana setiap individu memiliki

    kesempatan dan hak yang sama dalam mengutarakan hak berupa suara dalam

    upaya mengatur kebijakan pemerintahan. Dalam sistem ini, keputusan diambil

    berdasarkan suara terbanyak.

    2.1 Penelitian Terdahulu

    Penelitian mengenai Pemilihan Umum Kepala Daerah maupun tentang

    Demokrasi telah banyak di lakukan di berbagai daerah, untuk mengetahui

    perbedaan antara penelitian atau kajian yang telah dilakukan sebelumnya dengan

    penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Dibawah ini telah dirangkum beberapa

    penelitian yang berbentuk table sebagai berikut ;

  • 26

    Tabel 2.1 Perbandingan Beberapa Penelitian Pemilihan Umum Kepala

    Daerah dan Pilkada Serentak

    No. Nama Peneliti Judul Metode

    Penelitian

    Hasil Penelitian

    1. Ratna Solihah Politik

    transaksional

    dalam pilkada

    Serentak dan

    implikasinya

    bagi pemerintah

    daerah di

    Indonesia

    Deskriptif Dalam pembahasan penelitian

    tersebut menjelaskan bahwa

    politik transaksional

    merupakan pembagian

    kekuasaan politik atau

    pemberian dalam bentuk jasa,

    barang, uang, maupun

    kebijakan tertentu yang

    bertujuan untuk mempengaruhi

    seseorang atau lebih dan untuk

    mendapatkan keuntungan

    tertentu berdasarkan

    kesepakatan politik yang

    disepakati oleh beberapa partai

    politik atau elite politik.

    Istilah politik transaksional

    terlahir di pikiran orang

    Indonesia karena hal itu untuk

    menerangkan semua jenis

    praktik dan perilaku korupsi

    mulai dari korupsi politik,

    membeli suara (vote buying),

    hingga kegiatan

    haram(racketeering)

    2. Wahyu

    Widodo

    Pelaksanaan

    pilkada

    berdasarkan asas

    demokrasi dan

    nilai-nilai

    pancasila

    Deskriptif Dalam penelitian ini yang

    mengemukakan bahwa pilkada

    langsung yang ditujukan untuk

    mewujudkan pemerintahan

    lokal yang demokratis harus

    dimasukkan kedalam kerangka

    yang besar. Ada beberapa

    alasan pokok mengapa pilkada

    langsung harus dikaitkan

    dengan pemerintahan lokal

    yang bersifat demokratis.

    Pertama, didalam berbagai

    aktivitas politik ditingkat lokal

    (political equality),

    pemerintahan lokal yang

    bersifat demokratis akan

  • 27

    membuka ruang bagi insan

    masyarakat yang ingin

    menyalurkan aspirasi

    politiknya.

    Kedua, kepentingan publik

    akan selalu mengedepankan

    pelayanan didalam

    pemerintahan lokal yang

    bersifat demokratis.

    Ketiga, pemerintahan lokal

    yang bersifat demokratis akan

    meningkatkan faktor

    kebutuhan masyarakat

    setempat dengan akselerasi

    pembangunan sosial ekonomi.

    Ketiga alasan tersebut menjadi

    acuan atau dasar dari pokok

    dalam upaya menggulirkan

    wacana pemilu langsung, hal

    tersebut bertujuan agar

    pandangan atau arah

    pembangunannya mempunyai

    pondasi kuat dan kokoh

    3. Alexsander

    Yandra

    Fisibilitas

    pemilihan umum

    kepala daerah

    serentak tahap

    dua kota

    pekanbaru pasca

    (setelah)

    peraturan

    menteri dalam

    negeri

    (Permendagri)

    No. 18 tahun

    2015

    Kualitatif

    dengan

    teknik

    penarikan

    informan

    (purposive

    sampling)

    Penelitian ini memaparkan

    bahwa ikut sertanya

    masyarakat pekanbaru dalam

    memberikan hak suaranya

    dalam Pilkada menjadi

    sebagian atau salah satu

    parameter dalam keberhasilam

    pilkada menuju demokrasi

    lokal yang terstruktur dan

    memliki kualitas yang baik.

    Keikutsertaan warga atau

    masyarakat dalam

    berpartisipasi politik

    merupakan salah satu

    kesadaran warga pekanbaru

    untuk ikut melakukan perannya

    dalam mengekspresikan

    pilihan politiknya, hal itu yang

    menjadi bagian penting pada

    penyelenggaraan pemilukada,

    dan secara berkelanjutan

    diupayakan oleh penyelenggra

  • 28

    demokrasi yang bersifat

    modern yaitu KPUD tentunya

    4. Iza Rumesten

    RS

    Korelasi

    perilaku korupsi

    kepala daerah

    dengan pilkada

    langsung

    Deskriptif Korupsi di Indonesia hampir

    menjadi bagian dari kehidupan

    masyarakat. Bahkan menyusup

    dalam sistem penyelenggaraan

    pemerintahan. Sebagian

    berhubungan dengan bidang

    ekonomi, sebagian

    berhubungan dengan bidang

    politik, adat istiadat bahkan

    dapat menyusup dalam bidang

    agama sekaligus. Bahkan

    dalam setiap pesta demikrasi

    pemilihan kepala daerah secara

    langsung, sudah menjadi

    rahasia umum bahwa setiap

    pasangan calon kepala daerah

    pasti melakukan money

    politics untuk mendapatkan

    perahu dan mendapatkan suara

    dari masyarakat pemilih.

    Kemendagri kemudian

    melontarkan wacana terhadap

    mekanisme pilkada agar

    kembali ke konsep tidak

    langsung, yaitu pengembalian

    pemilihan kepala daerah

    kepada DPRD.

    5. Indah Sri Utari Pencegahan

    Politik Uang dan

    Penyelenggaraan

    Pilkada yang

    Berkualitas:

    Sebuah

    Revitalisasi

    Ideologi

    Deskriptif Sejak tahun 2004 hingga kini,

    berbagai daerah di Indonesia

    dalam waktu yang berbeda

    telah melakukan pemilihan

    kepala daerah secara langsung

    (Pilkada).. Penyelenggaraan

    Pilkada melibatkan Dimulai

    dengan pembentukan KPUD

    dan struktur organisasinya

    sebagai badan penyelenggara

    pemilihan kepala daerah

    hingga penyaringan calon

    kepala daerah. Secara umum,

    kondisi penyelenggaraan

    Pilkadal saat ini masih

    diwarnai aroma politik uang.

    Selain praktik politik uang,

  • 29

    terjadi pula berbagai

    kecurangan dan manipulasi

    pada hampir semua tahap.

    6. Indaru Setyo

    Nurprojo

    Bagongan,

    Pilkada Serentak

    dan Demokrasi

    yang Cedera:

    Belajar dari

    Purbalingga

    kualitatif Penelitian in memaparkan

    bahwa harapan terlaksanannya

    sistem pemilihan kepala daerah

    yang demokratis secara

    subtansial dan munculnya

    kultur kehidupan yang

    demokratis di level lokal

    melalui kebijakan pilkada

    serentak masih tidak sesuai

    harapan. Padahal semua

    berharap lewat desain pilkada

    serentak, diharapkan di level

    local, proses ini hadir sebagai

    instrumen dan proses

    deepening democracy, serta

    penciptaan effective

    governance paska terpilihnya

    pemimpin daerah yang baru.

    7. Hasrul

    Harahap

    Evaluasi pilkada

    serentak tahun

    2015

    Deskriptif

    Analitis

    Pertama, Penyelenggaraan

    Pemilukada atau pilkada

    serentak sesuai dengan yang

    tercantum dalam peraturan atau

    Undang-Undang terkait dengan

    Pilkada dilaksanakan dengan

    cara berperiode yaitu pada

    tahun 2015, tahun 2017, tahun

    2018 sampai akhirnya telah

    mencapai Pilkada serentak

    nasional yang diselenggarakan

    pada tahun 2027.

    Kedua, ikut sertanya partai

    politik yang menjadi peserta

    Pemilu pada tahun 2014 dalam

    pelaksanaan Pemilihan umum

    kepala daerah serentak atau

    pilkada serentak merupakan

    jaminan dari bentuk yang nyata

    pada pemilihan gubernur,

    bupati atau walikota secara

    demokratis sebagaimana diatur

    dalam salah satu pasal yaitu 18

    ayat empat (4) UUD NKRI

  • 30

    Tahun 1945.

    Ketiga, penyelenggaraan

    Pemilihan Umum Kepala

    Daerah yang dilakukan secara

    serentak, memiliki potensi

    yang besar serta memerlukan

    pendanaan dengan skala besar

    pula. Hal tersebut jelas

    menyimpang dengan semangat

    dalam pelaksanaan Pilkada

    serentak itu sendiri yaitu

    dimana semangat yang terdapat

    didalamnya adalah efektif dan

    efisien.

    Sumber : data sekunder, diolah

    Badan Pengawas Pemilihan Umum yang selanjutnya disingkat Bawaslu

    merupakan lembaga penyelenggara Pemilu yang memiliki salah satu tugas

    mengawasi penyelenggaraan Pemilu di seluruh wilayah Negara Kesatuan

    Republik Indonesia. Bawaslu telah diatur dalam Bab IV Undang-Undang Nomor

    15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum. Bawaslu adalah

    lembaga resmi dan permanen yang ada di Indonesia serta diberikan wewenang

    menjadi badan pengawas penyelenggaraan pemilu di Negara Kesatuan Republik

    Indonersia. Jumlah anggota Bawaslu sebanyak 5 (lima) orang. Keanggotaan

    Bawaslu terdiri atas kalangan professional yang mempunyai kemampuan dalam

    melakukan pengawasan dan syarat mutlak untuk menjadi bagian dari bawaslu

    adalah bukan anggota dari partai politik. Dalam melaksanakan tugasnya anggota

    Bawaslu didukung oleh Sekretariat Jenderal Badan Pengawas Pemilihan Umum.

    Pertama, Penelitian yang dilakukan oleh Ratna Solihah yang berjudul

    Politik transaksional dalam pilkada Serentak dan implikasinya bagi pemerintah

    daerah di Indonesia, dalam penelitian tersebut menggunakan teori transaksional

  • 31

    dari Jeremy Boissevain yang dielaborasikan dengan teori Lomulus, dengan

    menekankan bahwa bagaimana politik transaksional itu terjadi dan pendekatan

    yang dipakai untuk melakukan transaksional dalam kancah perpolitikan. Ratna

    solihah menjelaskan bahwa menurut Jeremy Boissevain, transaksional adalah

    menjelaskan hubungan pertemanan atau persaudaraan dalam setiap pendekatan

    untuk memenuhi permintaan. Dipadukan dengan teori lomulus transaksional juga

    dapat disebut dengan politik uang dalam dunia pepolitikan.

    Politik transaksional (money politics) di indonesia lebih di identikkan

    dengan pelaksanaan pemilu, seperti halnya untuk menentukan kepala daerah atau

    biasa disebut pemilihan umum kepala daerah. Politik transaksional bisa disebut

    dengan pemberian janji untuk mempengaruhi pemilih. Dipenelitian ini politik

    transaksional berwujud uang, barang, sembako, atau jasa yang diberikan kepada

    masyarakat untuk mempengaruhi agar memilih pasangan calon yang memberi

    uang atau barang tersebut. Tetapi, dari sekian banyaknya pengertian politik

    trankasional itu hanya istilah dari orang Indonesia untuk menerangkan semua

    jenis praktik dan perilaku korupsi dalam pemilu.

    Sebenarnya strategi money politics sudah berkembang sejak tahun 2004

    silam, istilah money politics dapat diartikan pemberian imbalan berupa materi

    milik pribadi kepada masyarakat untuk membeli suara mereka pada waktu itu.

    Disisi lain juga untuk menarik simpati masyarakat untuk mendukung secara

    individu kepada calon dan partai politik. Tidak hanya mendukung, mereka

    (masyarakat) rela melakukan kegiatan kampanye asal ada uang transport nya.

    Tetapi ada juga golongan yang hanya ingin menerima materinya saja dari calon

    dan tidak memilih pasangan calon yang memberi imbalan dengan alas an tertetu.

  • 32

    Sesuai dengan penjelasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

    politik transaksional merupakan suatu imbalan yang diberikan kepada pemilih

    untuk mempengaruhi melalui perjanjian yang telah disepakati oleh dua belah

    pihak yang memiliki kepentingan pribadi atau kelompok.

    Kedua, Sedangkan penelitian milik Wahyu Widodo, ia menjelaskan

    bahwa Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan UUD

    1945 dijalankan dengan dasar prinsip otonomi daerah yang menekankan asas

    demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta memperhatikan

    potensi keragaman daerah. Tentunya hal itu juga akan di tekankan pada

    pelaksanaan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah yang dilakukan

    secara langsung memiliki legimitasi yang yuridis konstitusional dan empirik. Agar

    pelaksanaan pilkada berjalan dengan efektif dan efesien dan mengandung asas

    demokrasi dan nilai-nilai pancasila.

    Sejak diundangkannya UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

    Daerah dan diderivasi dengan berbagai penjelasan teknisnya oleh PP Nomor 6

    Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian

    Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah, maka dimulailah babak baru dalam

    rentang sejarah dinamika lokalisme politik di Indonesia. Persoalan yang dalam

    kurun waktu cukup lama seolah hanya menjadi impian, sekarang telah menjadi

    kenyataan. Faktanya sekarang Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dipilih

    langsung oleh rakyat, itu merupakan sebuah ikhtiar demokratisasi yang kini

    menunjukkan orientasi semakin jelas, yaitu Kepentingan dan posisi elit politik

    diatas rakyat seakan menghegemoni. (Ahmad Nadir:2005)

  • 33

    Terdapat salah satu syarat penting dalam pelaksanaan Pemilihan Umum di

    suatu negara demokrasi, yaitu bahwa pelaksanaan Pemilihan Umum

    diselenggarakan oleh lembaga atau organisasi yang mandiri dari pemerintah. Hal

    ini dikemukakan pada peraturan yang dimuat dalam Undang-Undang Dasar

    Negara Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 22 ayat lima (5) yang dimana

    peraturan tersebut mengemukakan bahwa “Pemilihan Umum diselenggarakan

    oleh suatu komisi pemilihan umum yang bersifat nasional, tetap dan mandiri”.

    UU No. 32 Tahun 2004 terkait dengan Pemerintahan Daerah dan PP No. 6 Tahun

    2005 yang membahas tentang memilih, mengesahkan, mengangkat dan

    memberhentikan Kepala dan Wakil Kepala Daerah, lembaga atau organsasi

    mandiri penyelenggara Pemilukada secara langsung ini berbeda dengan

    pelaksanaan pemilu lembaga legislatif ataupun Presiden dan Wapres yang

    diselenggarakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU), akan tetapi dilaksanakan

    oleh Komisi Pemilihan Umum Daerah (KPUD). Yang perlu digaris bawahi adalah

    KPUD sendiri tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

    (DPRD).

    Perubahan tersebut atas dasar pada putusan Mahkamah Konstitusi dalam

    perkara Nomor 072-073/PUU-II/2004 dan Nomor 005/PUU-III/2005. Perubahan

    ini berimplikasi hukum pada atau dalam Pelaksanaan Pemilukada. Demikian juga

    dengan kewajiban dari KPUD (Komisi Pemilihan Umum Daerah) untuk

    mempertanggungjawabkan anggaran kepada DPRD sebagaimana yang

    dikemukakan pada Pasal 6e PP No. 6 Tahun 2005 dan selanjutnya dihapuskan

    berdasarkan PP (Peraturan Pemerintah) No. 17 Tahun 2005.

  • 34

    Ketiga, Alexander yandra melakukan penelitian terkait dengan Fisibilitas

    Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada tahap dua (II) kota

    pekanbaru setelah keluarnya Peraturan Mernteri Dalam Negeri atau disingkat

    Pemendagri No. 18 tahun 2015. Dalam penelitiannya terdapat pembahasan

    mengenai kepentingan politik dalam pilkada yang dibagi menjadi dua kepentingan

    yaitu individu maupun kepentingan sosial. Dalam kepentingan faktor individu

    merupakan kepentingan yang terdapat atau telah dimiliki seluruh individu untuk

    hidup bermasyarakat.

    Setidaknya ada lima jenjang kebutuhan pokok (hierarchi of needs)

    individu yang dicetuskan oleh maslow bahwa yang utama merupakan pemenuhan

    kebutuhan hidup yang meliputi pakaian, makanan, dan rumah (sandang, pangan,

    papan) selanjutnya adalah pemenuhan kebutuhan yang meliputi perasaan yang

    aman atau keamanan dalam kehidupan, yang berikutnya merupakan kebutuhan

    yang bertujuan untuk melakukan sosialisasi atau berkehidupan sosial masyarakat,

    lalu yang selanjutnya adalah pemenuhan kebutuhan dimana hal tersebut dilakukan

    untuk mendapatkan pengakuan sosial dari masyarakat, dan yang terahir

    pemenuhan kebutuhan dimana kebutuhan tersebut untuk beraktualisasi diri.

    Sedangkan kepentingan sosial merupakan kepentingan yang dimiliki antar

    anggota masyarakat untuk mencapai tujuan bersama.

    Keikutsertaan masyarakat dalam menyampaikan hak pilihnya pada Pemilu

    kepala daerah menjadi sebagian paremeter keberhasilan dari pelaksanaan pilkada

    untuk mencapai demokrasi lokal yang terstruktur dan memiliki kualitas yang baik.

    Partisipasi politik warga untuk memberikan hak politiknya inilah merupakan

  • 35

    bagian penting dalam kesuksesan pilkada yang secara terus menerus diupayakan

    oleh penyelenggara demokrasi modern yaitu KPUD tentunya.

    Dalam penyelenggaraan pilkada Pekanbaru tidak lepas dari semua

    kepentingan kontestan maupun masyarakat. Oleh sebab itu yang menjadi

    penghambat pemuthakiran data dalam pemilukada ialah perbedaan tujuan dari

    setiap unsur, dimana unsur tersebut meliputi kontestan, warga, tim sukses,

    maupun elit politik. Wujud tujuan atau kepentingan politk diwilayah perbatasan

    berkaitan dengan status penduduk, pelayanan publik serta pembangunan dengan

    jangka waktu yang panjang.

    Keempat, Sedangkan Iza Rumesten Rs dalam peneletiannya yang berjudul

    Korelasi perilaku korupsi kepala daerah dengan pilkada langsung lebih

    menekankan pada dilemma mahalnya sistem pemilu yang membuat terjadinya

    politik korupsi yang dilakukan pejabat atau elit politik untuk mengembalikan

    modal awal mereka dalam menduduki kekuasaan tertinggi yang ada di daerah

    seperti gubernur dan bupati atau walikota.

    Korupsi politik mencakup aspek yang cukup banyak yang berkaitan

    dengan kekuasaan, karena figur sentral dari korupsi politik adalah subyek hokum

    yang memiliki kekuasaan politik, menerima amanat dari masyarakat, memiliki

    mandate konstitusional dengan hukum untuk menegakkan demokrasi dan keadilan

    diberbagai aspek kehidupan masyarakat.

    Korupsi di Indonesia telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat, dan

    bahkan telah menyusup di sistem penyelenggaraan pemerintahan. Selain

    berhubungan dengan bidang ekonomi, politik dan adat istiadat, hal ini juga masuk

    atau menyusup dalam bidang agama sekaligus. Bahkan dalam penyelenggaraan

  • 36

    pilkada juga telah dimasuki oleh perilaku korupsi yang diwujudkan dengan

    “money politics” dalam proses penyelenggaraan pilkada. Dimana kegiatan

    “money Politics” dilakukan oleh kontestan kepada masyarakat untuk

    mendapatkan prahu politiknya agar dapat mencapai kedudukan yang tinggi dalam

    daerah.

    Kelima, Penelitian yang dilakukan oleh indah sri utari menegaskan bahwa

    dalam penyelenggaraan pilkada, politik uang dapat terjadi melalui berbagai cara.

    Ada beberapa cara yang dilakukan untuk melakukan transaksi politik dalam

    pilkada. Pertama, pembayaran uang kompensasi terhadap partai politik yang akan

    ditunggangi sebagai kendaraan politik melalui lobi-lobi dengan elit politiknya.

    Kedua, para calon menghimpun dana dari berbagai kalangan lewat Tim Sukses

    yang dibentuk untuk memenangkan pemilihan. Ketiga, Timses mensponsori

    berbagai kegiatan sosial dengan harapan imbal balik menaikkan nama calon yang

    diusungnya. Keempat, para pasangan calon memberikan imbalan serta

    menggerakkan pendukungnya dengan tujuan untuk memberi dukungan pada

    kandidat yang akan dipilih, dimana hal itu terdapat unsur yang melibatkan

    organsasi masyarakat (Ormas), bermacam-macam kelompok kepentingan, serta

    wadah atau komunitas adat dan keagamaan.

    Selaanjutnya adalah melaksanakan negoisasi atau pendekatan individu

    yang dilakukan dengan para anggota partai/kelompok partai dimana negoisasai

    tersbut dengan menggunakan berbagai macam fasilitas meliputi paket tour wisata,

    parsel lebaran hari raya, serta bermacam-macam wujud pelayanan lainnya. Yang

    keenam melaksanakan aktivitas negoisasi dengan para kalangan pengusaha kelas

    atas dimana hal tersebut tidak jauh dari iming-iming imbalan proyek dalam skala

  • 37

    besar. Dan tidak hanya itu, terkait dengan kepentingan pemilihan umum kepala

    daerah, para pengusaha yang diajak negoisasi wajib menyetorkan asupan dana

    untuk menunjang keperluan pemilihan. Yang ketujuh, bernegoisasi kepada

    mereka panitia pemilihan mulai panitia tingkat atas hingga bawah dimana hal

    tersebut dilakukan untuk mencari siasat bagaimana memenangkan pemilihan

    dengan cara yang halus dan tidak diketahui banyak orang. Yang biasanya

    alternative atau siasat tersebut wajib dan sudah harus dipersiapkan atau diatur dari

    tahap perencanaan hingga pelaksanaan. Terkahir, tim sukses dari masing-masiang

    pasangan calon serta para relawan mempromosikan dengen embel-embel yang

    tercantum dalam promosi tersebut ialah kisah suksesnya sang kandidat pasangan

    calon dalam buku yang dibagikan secara gratis dan cuma-cuma kepada seluruh

    aspek masyarakat, tidak hanya itu akan tetapi para tim dan relawan kerap memberi

    atau membagi-bagikan meteri seperti uang, pakaian yang layak, dan barang yang

    sesuai dengan kebutuhan pokok masyarakat atau calon pemilih pasangan calon.

    Keenam, Penelitian yang dilakukan oleh Indaru Setyo Nurprojo lebih

    berfokus pada Penyelenggaraan pilkada di kabupaten purbalingga provinsi jawa

    tengah. Dalam penelitiannya, di penyelenggaraan pilkada di kabupaten

    purbalingga didapatkan temuan yang mengganjal selama proses pilkada

    berlangsung. Pertama, adanya aturan memperpanjang pendaftaran oleh KPU

    dalam konteks rejim pilkada sebagai mekanisme yang sah, dimana akan

    memungkinkan pilkada suatu daerah dapat terlaksana karena memunculkan

    pasangan calon, menjadikan partai politik berusaha dengan segala cara agar

    pilkada dapat terlaksana, salah satunya memunculkan calon bagongan. Kedua,

    calon bagongan menjadi wujud sandiwara politik bagi para elit parpol dan pemilik

  • 38

    modal dalam membohongi rakyat sebagai pemilik kedaulatan yang sah. Ketiga,

    meskipun hasil pilkada adalah sah dan legitimate, namun secara substansial telah

    mencederai proses dan demokrasi itu sendiri. Ketiga hal tersebut dapat dikatakan

    proses-proses pembusukan demokrasi yang terjadi di kabupaten purbalingga.

    Dalam peristiwa demokrasi jika terjadi kejanggalan atau kecurangan yang

    ditemukan maka secara tidak langsung akan mencederai dari sistem demokrasi itu

    sendiri. Tentunya hal itu akan berpengaruh terhadap daerah-daerah lain,

    berkemungkinan akan ditemukan kejadian yang sama. Kasus dalam pilkada

    langsung di Purbalingga, setidaknya sampai saat ini, masih bisa dianggap sebagai

    the problem of local democracy. Tidak heran jika kalangan pesimistik

    berpendapat bahwa: “pilkada is a problem, not solution”. Hal ini didasarkan pada

    fakta-fakta yang terurai di atas.

    Ketujuh, Penelitian yang dilakukan oleh Hasrul Harahap yang berjudul

    evaluasi pilkada serentak tahun 2015 cenderung menyorot kepada kelemahan

    sistem ini. Dalam penelitian tersebut mengemukakan bahwa ditengah-tengah

    bukan April tahun 2016, Komisi dua (II) Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)

    Republik Indonesia dengan jajaran pemerintah pada waktu itu melakukan

    pembahasan bersama revisi kedua UU tentang pemilihan umum kepala daerah.

    Dalam pembahasannya, terdapat 32 pasal dalam UU No. 8 Tahun 2015 tentang

    Pilkada yang saat itu direvisi. Pasal per pasal yang ada didalam UU Pilkada yang

    pada saat itu akan dilakukan perevisian antara lain adalah berkaitan dengan hak

    pencalonan DPR, DPD, hingga DPRD, hal itu perlu dipertimbangkan untuk tidak

    perlu mundur dari jabatan mereka, akan tetapi cukup mengambil cuti saja, yang

  • 39

    dengan perumpaaan misalnya dengan jangka waktu cuti 6 bulan, akan tetapi hal

    itu diluar tanggungan Negara.

    Pembahasan berikutnya terkait dengan tahap pelaksanaan pemilihan umum

    kepala daerah yang memakan waktu yang banyak serta proses yang panjang

    sesuai yang diatur dalam UU No. 8 Tahun 2015 pastinya akan mengakibatkan

    berbagai permasalahan yang akan muncul pada saat itu antara lain yaitu dapat

    memunculkan suasana yang tidak kondusif serta persaingan diantara pasangan

    calon yang dimana dengan kurun waktu yang lama akan memanas dan semakin

    panas hingga dapat memperbesar presentase terjadinya konflik baik antar

    pendukung maupun antar pasangan calon.

    Akan tetapi selain permasalahan diatas, dalam pembahasan risetnya

    terdapat permasalahan lain yang ditemukan yaitu dengan memakan kurun waktu

    yang lama pada tahap-tahapan pelaksanaan pemilihan kepala daerah itu akan

    menyebabkan pengeluaran cost aau biaya semakin melebar dan besar yang akan

    dikeluarkan oleh seluruh pasangan calon atau kandidat dan tentunya juga bagi

    pihak penyelenggara pilkada, hal tersebut juga pastinya akan menyimpang artinya

    tidak sesuai dengan semangat pilkada yaitu semangat efesiensi dan efektif. Akan

    tetapi berkaitan dengan dengan anggaran yang dikeluarkan pada kontes Pilkada,

    UU tersebut mengemukakan dalam aturan bahwa biaya pada kontes Pemilihan

    kepala daerah bersumber dari APBD lalu mendapat deukungan dari APBN

    meskipun tidak banyak.

    Faktanya, berdasarkan pengalaman praktek di lapangan, pembiayaan

    pilkada serentak 2015 kerap mengalami keterlambatan dalam pengalokasiannya,

    sehingga hal tersebut mengganggu pelaksanaan tahapan dan penyelenggaraan

  • 40

    pilkada. Sementara dalam keterangan pemerintah atas rancangan UU tersebut

    dalam halaman 5 point 2 disebutkan bahwa khusus untuk pelaksanaan Pilkada

    pada tahun 2015 pendanaannya dibebankan pada APBD. Perlu di formulasikan

    apakah pembiayaan penyelenggaraan Pilkada melalui APBN, atau APBD atau

    APBN dan APBD.

    Pada dasarnya penelitian yang peneliti lakukan dengan keempat penelitian

    yang tercantum dan dijelaskan diatas tersebut berbeda, penelitian ini akan melihat

    dan mengukur bagaimana efektivitasnya peran Badan Pengawas Pemilu sebagai

    unsur pengawas dalam pelaksanaan Pilkada serentak di kota Malang. Sehingga

    penelitian ini akan fokus terhadap kinerja yang dilakukan oleh Bawaslu Kota

    Malang dalam melakukan fungsinya agar dapat dikatakan efektiv atau tidaknya.

    2.2 Kerangka Teori

    2.2.1 Efektivitas

    Efektivitas berasal dari kata dasar efektif yang didalam kamus besar

    bahasa Indonesia memiliki arti yaitu ada efeknya atau sesuatu yang dapat

    membawa hasil yang berguna. Menurut Hidayat (1986) yang menjelaskan

    mengenai efektivitas adalah :

    “Efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target

    (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar

    persentase target yang dicapai, makin tinggi efektivitasnya”

    Agung kurniawan (Kurniawan, 2005:109) dalam bukunya yang berjudul

    transformasi pelayanan publik mengemukakan bahwa berkaitan dengan efektivitas

    merupakan suatu kemampuan melakukan suatu tugas, fungsi (mengaplikasikan

    program kegiatan ataupun melakukan misi) dari suatu organisasi, lembaga atau

    sejenisnya yang tidak ada unsur tekanan maupun ketegangan diantara

  • 41

    pelaksanaannya.30 Dapat diartikan bahwa pengertian tersebut merupakan tahap

    tercapainya dari sebuah tujuan. Tidak dapat dihindari bahwa efektivitas selalu

    berdampingan atau dapat dipastikan akan selalu mempunyai hubungan atau

    berkaitan antara hasil atau tujuan yang diharapkan dengan perolehan hasil yang

    didapatkan. Jadi antara input dan output dalam suatu tujuan akan selalu terkait

    untuk menentukan efektif atau tidaknya suatu organisasi. Efektivitas juga dapat

    diartikan bagaikan alat akur atau pengukuran suatu tercapainya perolehan atau

    hasil yang direncanakan sebelum melaksakan kegiatan.

    Pendapat lain yang dikemukakan oleh Bastian yaitu:

    “Efektivitas dapat diartikan sebagai suatu keberhasilan dalam mencapai

    tujuan yang telah direncanakan secara matang sebelumnya”

    Selain itu efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan dimana

    suatu efektivitas dapat diukur dengan dasar seberapa jauh tingkatan output atau

    hasil keluaran untuk mencapai hasil atau tujuan yang direncanakan sebelumnya.

    Berikutnya pemahaman lebih lanjut mengenai efektivitas merupakam pencapaian

    dari sebuah tujuan atau hasil yang direncanakan, akan tetapi juga tanpa

    menghiraukan faktor-faktor yang meliputi tenaga, waktu, biaya, pikiran, ataupun

    alat-alat yang ditentukan sebelumnya untuk menunjang kegiatan yang akan

    dilakukan, artinya faktor-faktor tersebut juga merupakan indikator keberhasilan

    efektivitas.31

    Sedangkan menurut pendapat lain menurut Bungkaes (2013: 45):

    “Efektivitas adalah hubungan antara output dan tujuan.”

    30 http://e-journal.uajy.ac.id/4241/3/2MH01723.pdf. Diakses melalui google tanggal 7 mei 2019 31 Asnawi. Efektivitas Penyelenggaraan Publik Pada Samsat Corner Wilayah Malang Kota ,

    Skripsi S-1 Jurusan Ilmu Pemerintahan, FISIP, UMM, hlm.6 (2013)

    http://e-journal.uajy.ac.id/4241/3/2MH01723.pdf

  • 42

    Jadi artinya efektivitas merupakan ukuran seberapa jauh tingkat output,

    kebijakan dan prosedur organisasi mencapai tujuan yang ditetapkan. Dalam

    pengertian teoritis atau praktis, tidak ada persetujuan yang universal mengenai apa

    yang dimaksud dengan “Efektivitas”. Bagaimanapun pengertian efektivitas

    berkaitan dengan pendekatan umum. Bila ditelusuri Efektivitas berasal dari kata

    dasar efektif, seperti yang disebutkan di awal pembahasan diatas mengenai kata

    efektif yang artinya (1). Ada efeknya (pengaruhnya, akibatnya, kesannya) seperti:

    manjur, mujarab, mempan; (2) penggunaan metode/cara, sarana atau alat dalam

    melaksanakan aktivitas sehingga guna (mencapai hasil yang optimal). 32

    Seperti pendapat lain menurut Ali Muhidin (2009) menegaskan bahwa

    “Efektivitas juga berhubungan dengan masalah bagaimana pencapaian

    tujuan atau hasil yang diperoleh, kegunaan atau manfaat dari hasil yang

    diperoleh, tingkat daya fungsi unsur atau komponen, serta masalah tingka

    kepuasaan pengguna/client.”

    Setelah menimbang dan memperhatikan pendapat para ahli di atas, dapat

    ditarik kesimpulan yaitu efektivitas merupakan konsep yang memiliki sifat multi

    dimensional atau memiliki beragam dimensi untuk menjabarkannya, jadi dalam

    mendefinisikan istilah efektivitas berbeda-beda sesuai dengan dasar ilmu yang

    dimiliki walaupun tujuan akhirnya sama yaitu adalah pencapaian tujuan. Kata

    efektif sering di relevankan dengan kata efisien walaupun artinya tidak sama,

    karena sesuatu yang dilakukan secara efisien belum tentu efektif.

    Efektivitas disini merupakan alat ukur untuk menentukan hasil yang

    didapat sesuai dengan apa yang di rencanakan sebelumnya dapat dikatakan efektif

    atau tidaknya. Seperti pendapat dari Ravianto (2014:11) yang mengemukakan

    bahwa efektivitas merupakan;

    32 https://repository.widyatama.ac.id. Diakses melalaui google tanggal 7 mei 2019

    https://repository.widyatama.ac.id/

  • 43

    “Seberapa baik pekerjaan yang dilakukan, sejauh mana orang

    menghasilkan keluaran sesuai dengan yang diharapkan. Artinya apabila

    suatu pekerjaan dapat diselesaikan sesuai dengan perencanaan, baik dalam

    waktu, biaya, maupun mutunya maka dapat dikatakan efektif.”33

    Dalam penelitian ini efektivitas digunakan untuk acuan dalam suatu

    organisasi daerah yaitu Badan Pengawas Pemilu atau yang sering disebut Bawaslu

    dalam pelaksanaan Pilkada serentak Kota Malang tahun 2018. Dengan

    menggunakan efektivitas diharapkan dapat menentukan bagaimana peran Bawaslu

    dalam penyelenggaraan pilkada apakah dapat dikatakan efektif atau tidak dalam

    kurun waktu tertentu, biaya yang ditetapkan serta personil yang ditentukan.

    Penelitian ini mengkaji bagaimana kinerja Bawaslu Kota Malang dalam

    penyelenggaraan Pilkada serentak tahun 2018 melalui alat ukur efektivitas

    2.2.1.2 Alat ukur Efektivitas

    Mengukur efektivitas bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, terlebih

    lagi untuk mengukur efektivitas dari sebuah organisasi artinya yang dilihat adalah

    lebih condong keseleruhuan dari oraganisasi tersebut, tidak hanya penilaian

    individunya saja. Melaikan semua proses dari menuju efektivitas dari oraganisasi

    tersebut akan di ukur seberapa jauh tingkatan outputnya. Oleh karena hal itu

    efektivitas bisa dipahami dari bermacam-macam sudut pandang atau pandangan

    mengenai efektivitas sendiri, hal itu tergantung dari siapa saja yang

    menginterpretasikannya. Akan tetapi jika dilihat dari sudut pandang marketing

    atau produktivitas dalam konteks perusahaan, yaitu misalnya kepala atau

    pimpinan dari perusahaan akan menjelaskan atau memberikan pengertian bahwa

    berkaitan dengan efektivitas berarti menuju kearah segi kualitas dan kuantitas

    (output) barang dan jasa yang dihasilkan.

    33 https://www.dosenpendidikan.co.id. Diakses melalui google pada 7 Mei 2019

    https://www.dosenpendidikan.co.id/

  • 44

    Jika yang dilihat adalah efektivitas dari sebuah organisasi, cara mengukur

    efektivitas bisa dilaksanakan dengan melihat keseluruhan dari hasil kerja atau

    pencapaian yang dicapai oleh lembaga, organisasi, ataupu perusahaan jika dalam

    konteks ekonomi. H. Emerson dalam Soewarno Handayaningrat (1990)

    menegaskan bahwa efektivitas merupakan

    “Pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah

    ditentukan sebelumnya”

    Dapat diketahui efektivitas disini bisa dikaatakan dapat diukur melalui

    keberhasilan suatu lembaga atau organisasi dalam mencapai tujuan mereka yang

    telah ditentukan atau direncanakan sebelumnya. Jika dari lembaga maupun

    organisasi telah berhasil mencapai hasil yang diharapkan, maka organisasi atau

    lembaga bisa dikatakan telah berjalan dengan efektif. Hal yang perlu digaris

    bawahi terkait dengan pemahaman efektivitas adalah efektivitas tidak hanya

    mengemukakan tentang seberapa besar anggaran dana yang dikeluarkan untuk

    mencapai tujuan yang telah direncanakan. Tetapi, efektivitas juga harus

    mengetahui dan melihat apakah dalam proses kegiatan yang dilaksanakan

    tersebut telah mencapai hasil atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya.34

    Hal diatas juga perlu didukung dengan mengetahui alat ukur terkait

    efektivitas kinerja dari suatu lembaga atau organisasi untuk mempermudah dalam

    menentukan efektif atau tidaknya. Menurut Richard dan M. Steers yaitu:

    1) Kemampuan Menyesuaikan Diri

    “Kemampuan individu terbatas dalam segala hal, sehingga dengan

    keterbatasannya itu menyebabkan tidak dapat mencapai pemenuhan

    kebutuhannya tanpa melalui kerjasama dengan pihak yang lainnya. Kunci

    keberhasilan dari suatu organisasi adalah kerjasama dalam pencapaian

    tujuan. Setiap individu yang masuk dalam organisasi dituntut untuk dapat

    34 Ulum. Ihyaul MD. Akuntansi Sektor Publik. Malang,UMM Press, Hlm. 294 (2004)

  • 45

    menyesuaikan diri dengan orang lain yang bekerja di dalam organisasi

    tersebut maupun dengan pekerjaan dalam organisasi tersebut.”

    2) Prestasi Kerja

    “Prestasi kerja merupakan suatu hasil kerja yang dicapai individu

    dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepada individu atau

    seorang tersebut yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman,

    kesungguhan dan waktu. Dapat disimpulkan bahwa dengan kecakapan,

    pengalaman, kesungguhan dan waktu yang dimiliki oleh seorang pegawai

    maka tugas yang diberikan dapat dilaksanakan sesuai dengan tanggung

    jawab yang dibebankan kepadanya.”

    3) Kepuasan Kerja

    “Kepuasan kerja yang berarti adalah tingkat kesenangan yang

    dirasakan seseorang atas peranan atau pekerjaannya dalam organisasi.

    Tingkat rasa puas seseorang bahwa mereka mendapat imbalan yang

    setimpal, dari beragam aspek mulai dari situasi pekerjaan, suasana tenang

    dan sebagainya dari organisasi tempat mereka berada.”

    4) Kualitas

    “Kualitas yang dihasilkan oleh organisasi menentukan efektivitas

    kinerja dari organisasi itu. Kualitas mungkin mempunyai berbagai macam

    bentuk operasional, terutama ditentukan oleh jenis produk atau jasa yang

    dihasilkan oleh organisasi tersebut.”

    5) Penilaian Oleh Pihak Luar

    “Penilaian mengenai organisasi atau unit organisasi diberikan oleh

    mereka (individu atau organisasi) dalam lingkungan organisasi itu sendiri,

    yaitu pihak-pihak dengan siapa organisasi ini berhubungan. Kesetiaan,

    kepercayaan dan dukungan yang diberikan kepada organisasi oleh

    kelompok-kelompok seperti para petugas dan masyarakat umum.” 35

    Pendapat lain yang dikemukakan oleh salah satu ahli yaitu menurut

    Duncan yang dikutip Richards M. Steers didalam buku yang berjudul “Efektivitas

    Organisasi” memaparkan terkait dengan alat ukur atau ukuran efektivitas, yaitu

    sebagai berikut ini:

    1). Pencapaian Tujuan

    “Pencapaian adalah keseluruhan upaya pencapaian tujuan harus dipandang

    sebagai suatu proses. Karena hal itu, agar presentase dari tujuan akhir semakin

    besar, diperlukan pentahapan, baik dalam arti pentahapan pencapaian bagian-

    bagiannya maupun pentahapan dalam arti periodisasinya. Pencapaian tujuan

    terdiri dari beberapa faktor, yaitu kurun waktu dan sasaran yang merupakan

    target kongkrit.”

    35 Steers. M. Richard, 1985,Efektivitas Organisasi, Jakarta, Erlangga, Hlm. 46

  • 46

    2). Integrasi

    “Integrasi yaitu pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi

    untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus dan komunikasi

    dengan berbagai macam organisasi lainnya. Integrasi menyangkut proses

    sosialisasi.”

    3). Adaptasi

    “Adaptasi adalah kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan

    lingkungannya. Untuk itu digunakan tolak ukur proses pengadaan dan pegisian

    tenaga kerja.” 36

    2.2.1.3 Efektivitas Fungsi Bawaslu

    1) Perekrutan SDM

    Perekrtutan SDM dalam istilah dunia pekerjaan merupakan serangkaian

    kegiatan guna menyeleksi para pelamar pekerjaan di suatu perusahaan, lembaga,

    atau badan baik berstatus milik Negara atau swasta. Kegiatan tersebut bertujuan

    untuk mencari pekerja dengan kriteria yang dibutuhkan untuk menunjang

    pekerjaan agar mendapatkan kinerja yang bagus dan bisa bekerja secara

    professional serta memiliki skill atau kemampuan yang memadai.

    Pengertian lain dari perekrutan SDM dikemukakan oleh beberapa ahli

    berikut ini untuk menambah penguatan definisi diatas. Menurut Randall S.

    Schuler dan Susan E. Jackson (1997:227) dalam Nanang Nuryanta (2008);

    “Rekrutmen antara lain meliputi upaya pencarian sejumlah calon

    karyawan yang memenuhi syarat dalam jumlah tertentu sehingga dari

    mereka perusahaan dapat menyeleksi orang-orang yang paling tepat untuk

    mengisi lowongan pekerjaan yang ada” 37

    Begitu juga badan pengawas pemilu yang selanjutnya disingkat Bawaslu,

    dimana badan tersebut merupakan salah satu unsur pengawas dalam pemilu yang

    tugasnya adalah melakukan pengawasan. Untuk menciptkan kinerja yang efektif

    36 Ibid, Hlm. 53 37 http://insanperforma.co.id/2016/01/rekrutmen-karyawan-definisi-tujuan-proses-dan-sistem-

    rekrutmen/. Diakses melalui google pada 30 juli 2019

    http://insanperforma.co.id/2016/01/rekrutmen-karyawan-definisi-tujuan-proses-dan-sistem-rekrutmen/http://insanperforma.co.id/2016/01/rekrutmen-karyawan-definisi-tujuan-proses-dan-sistem-rekrutmen/

  • 47

    dan efesien maka diperlukan pegawai atau pekerja yang memiliki kemampuan dan

    talenta yang diperlukan bawaslu untuk melakukan pekerjaan pengawasan.

    Oleh karena hal itu perekrutan Sumber Daya Manusia (SDM) sangat

    penting untuk di perhatikan agar mendapatkan karyawan atau pegawai yang di

    inginkan dan memiliki kemampuan yang memadai. Anggota Bawaslu

    Mochammad Afifuddin mengemukakan bahwa, efektivitas perekrutan sumber

    daya manusia (SDM) sangat berpengaruh dengan kualitas pengawasan pada

    Pemilu 2019. Sebab menurutnya, semua pengawasan yang efisien bergantung

    pada Panwaslu yang berkompeten38.

    2) Manajemen Keuangan

    Manajemen Keuangan adalah segala kegiatan atau aktivitas perusahaan

    atau lembaga yang berhubungan dengan bagaimana cara memperoleh pendanaan

    modal kerja, menggunakan atau mengalokasikan dana, dan mengelola aset yang

    dimiliki untuk mencapai tujuan utama perusahaan.39

    Memanajemen keuangan dalam suatu lembaga atau perusahaan memang

    sangat penting dan harus diperhatikan secara serius. Lajunya suatu perusahaan

    juga sangat tergantung dengan keuangan yang dikelola perusahaan tersebut.

    Tujuan dari memanajemen keuangan adalah memaksimalkan nilai yang dimiliki

    oleh perusahaan atau memberikan nilai tambah terhadap asset yang dimiliki oleh

    pemegang saham.

    Pengertian Manajemen Keuangan Menurut Horne dan Wachowicz Jr.

    (2012:2) dalam bukunya yang berjudul Fundamentals of Financial Management

    38 https://www.bawaslu.go.id/id/berita/afif-simpulkan-efektivitas-perekrutan-sdm-berdampak-

    kualitas-pengawasan. Diakses melalui google pada 30 juli 2019. 39https://www.kembar.pro/2015/03/pengertian-fungsi-dan-tujuan-manajemen-keuangan.html.

    Diakses melalui google pada 30 juli 2019

    https://www.bawaslu.go.id/id/berita/afif-simpulkan-efektivitas-perekrutan-sdm-berdampak-kualitas-pengawasanhttps://www.bawaslu.go.id/id/berita/afif-simpulkan-efektivitas-perekrutan-sdm-berdampak-kualitas-pengawasanhttps://www.kembar.pro/2015/03/pengertian-fungsi-dan-tujuan-manajemen-keuangan.html

  • 48

    yang telah di alih bahasa menjadi Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan

    mengemukakan bahwa:

    “Manajemen keuangan berkaitan dengan perolehan aset, pendanaan, dan

    manajemen aset dengan didasari beberapa tujuan umum”.40

    Sama halnya dengan badan pengawas pemilu (Bawaslu) sebagai lembaga yang

    memliki peran penting dalam pemilu harus mempunyai skill dalam mengelola

    atau memanajemen keuangan agar dalam melaksanakan tugas baik dalam

    penyelenggaraan pemilu ataupun selama periode berjalan. Manajemen keuangan

    sangat penting karena memiliki fungsi utama atau khusus diantara lain adalah

    sebagai berikut;

    1. Planning atau Perencanaan Keuangan, meliputi Perencanaan atau arus

    keuangan selama kegiatan berlangsung

    2. Budgeting atau Anggaran, perencanaan penerimaan dan pengalokasian

    anggaran biaya secara efisien dan memaksimalkan dana yang dimiliki.

    3. Controlling atau Pengendalian Keuangan, melakukan evaluasi serta

    perbaikan atas keuangan dan sistem keuangan dalam lembaga ataupun

    pada saat kegiatan berlangsung

    4. Auditing atau Pemeriksaan Keuangan, melakukan audit internal atas

    keuangan lembaga yang ada agar sesuai dengan kaidah standar akuntansi

    dan tidak terjadi penyimpangan yang menyebabkan minus atau melebihi

    anggaran yang ditentukan.

    5. Reporting atau Pelaporan Keuangan, menyediakan laporan informasi

    tentang kondisi keuangan lembaga dan analisa rasio laporan keuangan.

    40 Horne, James C. Van dan John M Wachowicz, Jr. 2012. Prinsip-pripnsip Manajemen Keuangan

    (edisi 13). Jakarta : Salemba Empat

  • 49

    2.2.1.3.1 Indikator Efektivitas Bawaslu terhadap Penyelenggaraan Pilkada

    Jika dilihat dari beberapa penjabaran di atas mengenai efektivitas fungsi

    Bawaslu, maka dapat diambil beberapa indikator efektivitas yang mengacu

    kepada organisasi Badan Pengawas Pemilu. Indikator efektivitas bawaslu dalam

    penyelenggaraan pilkada adalah sebagai berikut ;

    1. Sumber Daya Manusia

    Sumber Daya Manusia yang selanjutnya disingkat SDM merupakan unsur

    utama dalam alat ukur efektivitas fungsi bawaslu dalam penyelenggaran pilkada.

    Dalam undang-undang nomor 15 tahun 2011 tentang penyelenggaraan pemilihan

    umum, keanggotaan panwaslu kabupaten atau kecamatan terbilang minim.41

    Sehingga SDM atau sumber daya manusia menjadi sangat penting dan merupakan

    factor utama dalam ukuran efektivitas.

    Salah satu contoh dalam aspek atau dari segi sumber daya manusia adalah

    peningkatan kapasitas SDM. Grindle dalam Haryono,dkk (2012:39)

    mengungkapkan bahwa peningkatan kapasitas atau dalam bahasa inggris capacity

    building yaitu;

    “capacity building is intended to encompass a variety of strategies that

    have to do with increasing the efficiency, effectiveness, and responsiveness

    of government performance”

    (pembangunan kapasitas merupakan upaya yang dimaksudkan untuk

    mengembangkan berbagai macam strategi yang dapat meningkatkan

    efisiensi, efektivitas dan responsivitas dari kinerja pemerintah). 42

    41 Putra, F. A., & Firdaus, E. (2015). Efektifitas Fungsi Pengawasan Panitia Pengawas Pemilu

    Kota Pekanbaru dalam Pelaksanaan Pemilu Anggota Dpr, Dpd dan Dprd Tahun 2014 Berdasarkan

    Undang-undang Nomor 8 Tahun 2012. Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu

    Hukum, 2(1), 1-11. 42 http://digilib.unila.ac.id. Diakses melalui google pada 7 Mei 2019

    http://digilib.unila.ac.id/

  • 50

    Dalam peningkatan kapasitas dapat dilakukan dalam bentuk pengembangan

    pegawai. Pada dasarnya hal tersebut bertujuan untuk memastikan dan memelihara

    kemampuan pegawai sehingga memenuhi kualifikasi yang diprasyaratkan

    sehingga dapat memberi kotribusi optimal bagi organisasi. Salah satu bentuk

    pengembangan pegawai merupakan pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan

    pelatihan adalah proses terencana untuk mengubah sikap/prilaku, pengetahuan dan

    keterampilan melalui pengalaman belajar yang diharapkan dapat memberi

    kontrbusi pada peningkatan produktivitas, efektitas dan efisiensi organisasi setelah

    peserta kembali ke tempat kerjanya.

    2. Target Kinerja

    Didalam suatu target Kinerja dari Badan Pengawas Pemilu, ditetapkan

    sesuai dengan aspek maupun indikator kinerja lembaga yang telah disusun atau

    direncanakan sebelumnya. Dalam aspek tersebut biasanya dalam kurun atau

    periode waktu 4 tahun, misalnya target kinerja bawaslu diberlakukan mulai dari

    tahun 2015 s/d 2019. Oleh sebab itu gambaran target kinerja bawaslu dilihat

    selama kurun waktu tahun 2015 hingga 2019 menunjukkan tingkat sasaran kinerja

    spesifik yang akan dicapai oleh bawaslu sesuai dengan apa yang ada pad program

    dan aktivitas atau kegiatan pada kurun waktu atau periode tahun 2015 hingga

    tahun 2019. Parameter atau Indikator kinerja yang telah ditetapkan secara spesifik

    untuk mengukur pencapaian suatu kinerja berkaitan denganb beberapa aspek

    yaitu output, outcome, dan impact. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh

    Widodo (2006:78) mengatakan bahwa Kinerja adalah

    “Melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan

    tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan.”43

    43https://www.materibelajar.id. Diakses melalui google pada 7 Mei 2019

    https://www.materibelajar.id/

  • 51

    Dalam penjabaran diatas target kinerja selanjutnya akan dituangkan dalam sebuah

    renstra atau rencana strategis yang didalamnya terdapat visi, misi, dan tujuan. 44

    3. Anggaran dana atau Pendanaan

    Anggaran atau pendanaan adalah salah satu penunjang kebutuhan dari

    suatu kegiatan, anggaran juga merupakan suatu perencanaan kebutuhan riil atau

    keseluruhan dari anggaran atau penjabaran secara detail mengenai strategi

    pendanaan program dan kegiatan. Dimana bawaslu dalam setiap kegiatannya akan

    dibiayai oleh Negara melalui APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara).

    Akan tetapi disini konteks penyelenggaraannya adalah di tingkat daerah yaitu

    penyelenggaraan pemilihan umum kepala darah atau biasa disingkat Pilkada,

    pilkada sendiri adalah kegiatan yang dilakukan untuk menentukan pilihan kepada

    walikota atau bupati ditingkat kota atau kabupaten. Oleh sebab itu Bawaslu di

    tingkat Kota/Kabupaten padda penyelenggaraan pilkada di daerah tidak

    seluruhnya dibiayai oleh APBN akan tetapi menurut sepengetahuan penulis,

    anggaran tersbeut diambil dari APBD Kota atau Kabupaten.

    Menurut M. Nafarin (2012:19) mengemukakan definisi anggaran bahwa:

    “Anggaran adalah rencana tertulis mengenai kegiatan suatu organisasi

    yang dinyatakan secara kuantitatif untuk jangka waktu tertentu dan

    umumnya dinyatakan dalam satuan uang.” 45

    Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) Bawaslu disusun berdasarkan pagu

    sementara dimana hal tersebut ditentukan oleh bagian Kementerian Keuangan

    dengan acuan pada Renja (Rencana Kerja) Bawaslu. Dalam penyusunannya,

    Rencana kerja dan Anggaran (RKA) Bawaslu disusun dan dilakukan dengan

    44 Laporan Kinerja. Menegakkan keadilan pemilu: Memaksimalkan pencagahan,menguatkan

    pengawasan. Bawaslu. 2018 45 https://elib.unikom.ac.id. Diakses melalui google pada 7 Mei 2019

    https://elib.unikom.ac.id/

  • 52

    menggunakan beberapa pendekatan, yaitu melalui pendekatan penganggaran

    berbasis kinerja, penganggaran terpadu, serta Kerangka Pengeluaran Jangka

    Menengah (KPJM). Oleh sebab itu, kerangka pendanaan yang digunakan untuk

    Renstra (Rencana Strategis) Bawaslu disusun sedemikian rupa dalam perspektif

    jangka menengah yang dimana itu merupakan bentuk dari penerapan KPJM. 46

    Selanjutnya terkait dengan penerapan KPJM diatas merupakan pendekatan

    pendanaan atau anggaran yang berdasarkan regulasi dengan pengambilan

    keputusan terhadap kebijakan yang dibuat. Hal itu dilakukan dalam pandangan

    atau prespektif lebih dari satu tahun anggaran. Hal itu tentu saja diukur dengan

    pertimbangan implikasi cost atau biaya keputusan yang bersangkutan dalam

    tahun berikutnya yang selanjutnya dituangkan dalam prakiraan maju. Penerapan

    KPJM itu sendiri secara teknis dilakukan selama lima tahun. Rangkaian atau

    rangka anggaran maupun pendanaan Bawaslu dilaksanakan untuk mewujudkan

    visi misi serta tercapainya suatu tujuan yang direncanakan dan sasaran strategis

    Bawaslu dalam wujud pelaksanaan program atau kegiatan yang telah disusun

    sebelumnya dengan dasar indikator dan target kinerja setiap tahun47

    2.3 Fungsi Badan Pengawas Pemilu

    Badan pengawas pemilu merupakan lembaga pemerintahan yang bergerak

    disektor penyelenggaraan pemilu di Indonesia yang memiliki tugas sebagai

    pengawas jalannya pemilu dari awal hingga akhir pelaksanaan. Didalam pasal 1

    ayat 5 Peraturan Badan Pengawas Pemilu Republik Indonesia Nomor 21 tahun

    2018 tentang Pengawasan Penyelenggaraan Pemilu yang berbunyi bahwa Badan

    Pengawas Pemilu yang selanjutnya disebut Bawaslu adalah lembaga

    46 https://bawaslu.go.id/en/profil/rencana-strategis-bawaslu.Diakses melalui google pada 4 juli

    2019. 47 Ibid.

    https://bawaslu.go.id/en/profil/rencana-strategis-bawaslu

  • 53

    Penyelenggara Pemilu yang mengawasi Penyelenggaraan Pemilu di seluruh

    wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

    Untuk menguatkan pernyataan di atas mengenai Badan Pengawas Pemilu

    terkait fungsi yang dilaksanakan oleh lembaga bawaslu tercantum dalam Perpres

    No 68 tahun 2018 pasal 30 yang berbunyi bahwa;

    Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29, Sekretariat

    Bawaslu Kabupaten/Kota menyelenggarakan fungsi :

    a. Penyusunan rencana dan program kerja serta laporan kegiatan Bawaslu Provinsi;

    b. Pemberian dukungan administratif kepada Bawaslu Kabupaten/Kota; c. Pelaksanaan perencanaan program administrasi kepegawaian,

    ketatausahaan, perlengkapan dan kerumahtanggaan, serta pengelolaan

    keuangan di lingkungan Bawaslu Kabupaten/Kota

    d. Fasilitasi pelaksanaan pengawasan pemilu, penanganan pelanggaran Pemilu, dan penyelesaian sengketa proses Pemilu;

    e. Pelaksanaan advokasi hukum di bidang kepemiluan; f. Pelayanan kegiatan pengumpulan, pengolahan, dan penyqjian data serta

    pen5rusunan laporan kegiatan Bawaslu Kabupaten/Kota; dan

    g. Koordinasi dan pembinaan terhadap pelaksanaan gas unit organisasi di lingkungan Sekretariat Bawaslu Kabupaten/Kota,.

    Beberapa ahli mengemukakan teori pengawasan yang dapat berkaitan

    dengan badan pengawas pemilu. Menurut George R. Tery (2006) mengartikan

    “Pengawasan sebagai mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan, artinya

    mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu, dengan menerapkan

    tidankan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana

    yang telah ditetapkan.” 48

    Pengawasan menurut T. Hani Handoko (1996) adalah;

    “Proses untuk menjamin bahwa tujuan tujuan organisasi dan manajemen

    tercapai dimana hubungan yang sangat erat antara perencanaan dan

    pengawasan.49”

    Sementara menurut Siagian (1990) menyebutkan bahwa yang dimaksud

    dengan pengawasan adalah;

    48 http://digilib.unila.ac.id. Diakses melalui google pada 8 mei 2019 49 Ibid, hlm 11

    http://digilib.unila.ac.id/

  • 54

    “Proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi

    untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang dilakukan

    berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.50”

    Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat diambil kesimpulan bahwa

    pengawasan merupakan kegiatan untuk mengawasi jalannya suatu kegiatan serta

    mengevaluasi bagaimana kinerja dari suatu oraganisasi apakah berjalan dengan

    apa yang direncanakan sebelumnya maupun sesuai dengan tujuan atau tidak.

    Pengawasan sendiri akan berjalan dengan sesuai dengan yang diharapkan apabila

    dilakukan dengan secara prosedural dan dilaksanakan secara maksimal agar

    membuahkan hasil yang memuaskan serta tepat sasaran.

    Badan Pengawas Pemilu tidak begitu saja melaksakan tugasnya akan tetapi

    memiliki landasan atau aturan dalam melaksanakan kinerja atau pekerjaannya

    sebagai lembaga daerah yang termasuk dalam penyelenggara pemilu di Indonesia.

    Seperti yang disebutkan diatas bahwa landasan dari Badan Pengawas Pemilu

    Republik Indonesia adalah Peraturan Badan Pengawas Pemilu Republik Indonesia

    Nomor 21 tahun 2018 tentang Pengawasan Penyelenggaraan Pemilu. Didalam

    peraturan tersebut telah ditetapkan mengenai tata cara hingga pelaksanaan

    penyelengaraan pemilu secara lengkap, padat, dan jelas. Diantaranya adalah

    terdapat pada Bab II tentang Pelaksana dan Lingkup Pengawasan.

    Dalam Bab II Peraturan Bawaslu RI mengemukakan bahwa Badan

    Pengawas Pemilu Berhak melakukan pengawasan dari mulai persiapan

    penyelenggaraan pemilu, pelaksanaan tahapan penyelenggaraan pemilu, hingga

    pelaksanaan putusan yang di bagi menjadi beberapa sub bagian atau regional yaitu

    50 Ibid, hlm 11

  • 55

    Bawaslu Provinsi, Bawaslu Kab/Kota, Panwaslu Kecamatan, Panwaslu Kel/Desa,

    serta Panwaslu Luar Negeri

    Dalam penelitian ini peneliti berfokus pada Badan Pengawas Pemilu yang

    ada didaerah dikarenakan penelitian ini mengambil konteks Pilkada yaitu

    Pemilihan Kepala Daerah yang berada di kota Malang, oleh karena hal itu berikut

    akan dijelaskan secara singkat mengenai pelaksana dan lingkup pengawasan oleh

    Bawaslu Kab/Kota yang dicantumkan dalam peraturan Bawaslu RI pasal 3 ayat 3

    yang berbunyi;

    (3) Bawaslu Kabupaten/Kota melakukan pengawasan terhadap:

    Dalam pelaksanaan pilkada maupun pemilihan umum yang ada di daerah juga

    terdapat Badan yang berfungsi untuk mengawasi jalannya pemilu di daerah mulai

    dari pra pelaksanaan hingga putusan akhir pemilu. Berikut ini fungsi Bawaslu

    Kota atau Kabupaten yang mealksanakan tugas fungsi pengawasan terhadap;

    a. tahapan penyelenggaraan Pemilu di wilayah kota/kab yang meliputi:

    1. Pemutakhiran data pemilih berdasarkan data kependudukan dan penetapan DPS (Daftar Pemilih Sementara) dan DPT (Daftar Pemilih Tetap)

    2. Verifikasi yang meliputi partai politik calon peserta pemilu 3. Pencalonan yang berkaitan dengan persyaratan serta tata cara, baik bagi

    calon anggota DPD, anggota DPRD Kota/Kab dan verifikasi pencalonan

    wali kota/bupati

    4. Proses penetapan bagi calon anggota DPRD Kota/Kab dan calon wali kota/bupati

    5. Penetapan bagi calon anggota DPRD Kab/Kota dan calon bupati/wali kota 6. Pelaksanaan kampanye di seluruh wilayah kab/kota

    7. Pengadaan logistik Pemilu dan pendistribusiannya ke pihak terkait 8. Pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara hasil Pemilu 9. Pergerakan surat suara dari tingkat TPS sampai ke PPK 10. Pergerakan surat suara dan/atau berita acara rekapitulasi hasil

    penghitungan perolehan suara di tingkat kecamatan

    11. Proses rekapitulasi suara yang dilakukan oleh KPU Kabupaten/Kota dari seluruh kecamatan

    12. Pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara ulang, Pemilu lanjutan, dan Pemilu susulan

  • 56

    13. Proses penetapan hasil Pemilu anggota DPRD Kabupaten/Kota dan pemilihan bupati/wali kota

    b. Melakukan tindak lanjut Temuan dan Laporan Pelanggaran Pemilu c. Melakukan atau melaksanakan sosialisasi penyelenggaraan Pemilu d. Pelaksanaan tindak lanjut rekomendasi Pengawas Pemilu e. Pelaksanaan putusan/keputusan di wilayah kabupaten/kota, yang terdiri atas:

    1. putusan DKPP 2. putusan pengadilan mengenai pelanggaran dan sengketa Pemilu 3. putusan/keputusan Bawaslu, Bawaslu Provinsi, dan Bawaslu Kabupaten/

    Kota

    4. keputusan KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota 5. keputusan pejabat yang berwenang atas pelanggaran netralitas aparatur

    sipil negara, netralitas anggota Tentara Nasional Indonesia, dan netralitas

    anggota Kepolisian Republik Indonesia

    Dari penjelasan singkat diatas, Bawaslu Kab/Kota memiliki wewenang penuh

    terhadap pelaksanaan pemilu di daerah yang tentunya berelaborasi dengan Komisi

    Pemilihan Umum (KPU) yang juga sebagai unsur penyelenggara pemilu di

    Indonesia. Tentunya dengan kerjasama yang dilakukan Bawaslu dengan KPU

    diharapkan akan menghasilkan pemilu yang jujur dan adil sesuai dengan asas

    pemilu di Indonesia.

    2.3.1 Tolok Ukur Keberhasilan Pelaksanaan Fungsi Bawaslu

    Bawaslu RI (Badan Pengawas Pemilihan Umum Republik Indonesia)

    merupakan salah satu lembaga negara yang memiliki peran, tugas, dan fungsi

    dalam melakukan pengawasan di tahapan pemilihan umum baik dalam kegiatan

    penindakan ataupun pencegahan terhadap pelanggaran atau kecurangan politik.

    Didalam kegiatan pencegahan dalam melaksanakan pengawasan pemilihan umum

    sangat diperlukan suatu indeks sebagai penanggulangan atau upaya pemetaan

    yang lebih komprehensif yang berkaitan dengan potensi adanya pelanggaran

    ataupun kerawanan dalam pelaksanaan pemilihan umum.

  • 57

    A. Penyusunan Indeks Kerawanan Pemilu (IKP)

    Dalam penerapan tugas yang diemban oleh lembaga pengawas, Bawaslu

    sendiri menyusun IKP (Indeks Kerwanan Pemilu) sebagai salah satu kerangka

    atau rangkaian riset yang dilaksanakan dan dipergunakan sebagai dasar dalam

    membuat regulasi, program atau kegiatan, serta strategi dalam konteks

    pengawasan didalam tahapan penyelenggaraan pemilu. Bawaslu melakukannya

    melalui pendekatan pencegahan, IKP sendiri sangat dibutuhkan sebagai

    instrument atau gambaran kerawanan di setiap daerah ataupun wilayah yang

    hendak melangsungkan Pilkada, dengan harapan segala sesuatu yang berbentuk

    potensi atau pemicu kerawanan dapat dilakukan antisipasi, meminimalisir, serta

    dilakukan pencegahan terlebih dahulu. Hal ini sebagaimana dikemukakan oleh

    Bawaslu RI yang memandang Penyusunan IKP merupakan;

    “Suatu rangkaian riset yang menjadi dasar perumusan kebijakan, program

    dan strategi dalam konteks pengawasan di bidang kepemiluan.”51

    Berbicara kerawanan terhadap pemilu merupakan salah satu aspek yang

    perlu di kaji secara serius karena akan menyangkut lancarnya pelaksanaan pemilu.

    Kerawanan memiliki persamaan arti yaitu rentan. Bawaslu RI sendiri

    mengungkapkan bahwa memang pemilu memiliki kepekaan yang sensitif, artinya

    pemilu ini sangat sensitive kepada kecurangan atau kerawanan yang akan terjadi

    jika tidak ditanggulangi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau biasa

    disingkat KBBI, rentan merupakan;

    “Peka, atau mudah merasa”52

    Jadi dapat ditarik garis besar, rentan adalah sesuatu yang mudah terancam dan

    mengalami perubahan atau sangat sensitif atau peka maupun rawan terhadap

    51 http://ditpolkom.bappenas.go.id. Diakses melalui goole pada 7 Mei 2019 52 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI Online). Diakses melalui goole pada 7 Mei 2019

    http://ditpolkom.bappenas.go.id/

  • 58

    sesuatu. Begitupun halnya dengan pemilu, rentan atau rawan memang sudah

    terjadi dari tahun ke tahun dan sudah membaur dengan dinamika pemilu di

    Negara Indonesia.

    Indeks Kerawanan Pemilu selain memeberi manfaat dan kegunaan yang

    penting bagi internal Bawaslu RI, disisi lain juga memberikan banyak kegunaan

    atau manfaat bagi stakeholders contohnya seperti kementerian dan lembaga

    negara, institusi akademik, masyarakat sipil, media, serta publik dalam ruang

    lingkup yang luas. Selain itu juga dapat dipergunakan sebagai sumber data

    rujukan dalam memproduksi suatu data, informasi, dan pengetahuan serta

    rekomendasi dalam pengambilan keputusan, khususnya untuk langkah-langkah

    dalam mengantisipasi terhadap berbagai banyak hal yang bisa menjadi

    penghambat dan mengganggu proses pemilu diseluruh wilayah plosok Negara

    Indonesia.

    Indeks Kerawanan Pemilu (IKP) yang memiliki dasar pada konsep

    pemilihan umum yang bersifat demokratis bersandar pada dua dimensi yang

    dirasakan sangat penting yakni dimensi kontestasi dan dimensi partisipasi.

    Dimensi kontestasi sendiri menyangkut subjek peserta didalam pemilu (partai

    politik dan kandidat) dimana para peserta saling berkompetisi dalam menggapai

    posisi atau jabatan politik yang diinginkan. Hal ini sebagaimana dikemukakan

    oleh Robet Dahl: 1982 (dalam IKP Pilkada tahun 2017 oleh Bappenas) yaitu;

    “Konsep pemilihan umum yang demokratis bersandar pada dua dimensi

    penting yakni kontestasi dan partisipasi” 53

    Selain itu didalam dimensi kontestasi sendiri, akan melihat seberapa besar

    keadilan dan kesetaraan dalam proses kompetisi yang berlangsung diantara para

    53 http://ditpolkom.bappenas.go.id. Diakses melalui goole pada 7 Mei 2019

    http://ditpolkom.bappenas.go.id/

  • 59

    peserta ataupun kontestan yang ikut. Sementara itu di dimensi partisipasi yaitu

    berkaitan dengan subjek masyarakat secara langsung sebagai pemilih yang

    memiliki hak atau mengekspresikan hak suaranya melalui pemilu. Di dimensi ini

    memandang sebagaimana hak masyarakat yang dijamin serta diberikan ruang

    sendiri dalam keterlibatan untuk mengawasi serta mempengaruhi selama proses

    pemilihan umum berlangsung. 54

    Selain dari dua dimensi yang disebutkan diatas dimana dua hal tersebut

    menjadi dasar dalam pemilihan umum yang demokratis, ada juga salah satu hal

    yang dapat memiliki pengaruh dalam literasi kontemporer manajemen

    penyelenggaraan pemilihan umum, yakni faktor penyelenggaraan pemilihan

    umum yang dilaksanakan oleh subjek penyelenggara pemilu sendiri. Hal itu

    berkaitan sebagaimana integritas dan profesionalitas pelaksana dalam melakukan

    penjaminan pemilu yang berjalan secara demokratis.

    Diketahui dalam melakukan penyusunan IKP, Bawaslu melakukan

    penerapan dengan cara Analytical Hierarchy Process (AHP), metode yang

    dilakukan oleh Bawaslu ini bekerja melalui pembandingan secara berpasangan

    (pairwise comparison) di setiap wilayah atau daerah yang meliputi Provinsi atau

    kabupaten/kota satu persatu untuk tiap indikator. Prinsip kerja yang dilakukan

    dalam penentuan skor atau hasil akhir melalui metode AHP seperti layaknya

    kompetisi yang memersatukan head to head setiap daerah pilkada untuk

    menghasilkan suatu klasemen yang terdapat peringkat didalamnya.55

    54 Bawaslu.go.id. diakses pada 30 Juli 2019 melalui google 55 Ibid

  • 60

    Tabel 2.2 Skor Kerawanan IKP

    Skor Kategori Keterangan

    0 – 1,99

    Kerawanan dengan

    kategori yang rendah

    Terdapat indikasi kerawanan yang

    relatif kecil dan cenderung tidak

    rawan

    2,00 – 2,99

    Kerawanan dengan

    kategori yang sedang

    Terdapat indikasi potensi

    kerawanan yang diakatakan cukup

    signifikan dimana hal itu perlu

    diperhatikan dan diantisipasi

    3,00 – 5,00

    Kerawanan dengan

    kategori yang tinggi

    Terdapat indikasi potensi

    kerawanan yang signifikan

    dimana perlu perhatian khusus

    melalui antisipasi serta megambil

    langkah-langkah untuk upaya

    meminimalisir kerawanan yang

    terjadi

    Sumber : Data diolah dari bawaslu.go.id)

    Indeks Kerawanan Pemilu dengan disertai tabel skor kerawanan IKP dapat

    dijadikan tolok ukur sebagai keberhasilan fungsi Bawaslu, dengan mengetahui

    skor yang didapat melalui strategi mengumpulkan hasil pengawasan di daerah

    yang terkait dengan pilkada. Hal ini sesuai dengan konsep kerawanan pemilu

    (pilkada) yang dikemukakan Bappenas yaitu;

  • 61

    “Segala hal yang berpotensi mengganggu atau menghambat proses pemilu

    yang demokratis”56

    Jika kerawanan terbilang tinggi, maka akan dilakukan antisipasi dan

    perhatian yang lebih agar keberhasilan dari fungsi bawaslu akan tercapai dan

    dapat dikatakan berhasil atau tidaknya.

    Sumber : Data diolah dari bawaslu.go.id & ditpolkom.bappenas.go.id

    2.4 Penyelenggaraan Pilkada

    Sebelum menginjak ke inti dari pilkada, ada beberapa teori umum kenegaraan

    yang berkitan dengan pelaksanaan pilkada di Indonesia. Menurut Max Webber

    pengertian Negara adalah;

    “Suatu masyarakat yang mempunyai sebuah monopoli dalam penggunaan

    kekerasan fisik yang telah berlaku dalam wilayah tertentu.”

    John Locke mengemukakan teori mengenai Negara merupakan;

    “Sebuah badan atau organisasi hasil dari perjanjian yang diputuskan

    masyarakat.”

    Sedangkan Karl Max mengemukakan teori bahwa Negara merupakan;

    “Alat kelas yang berkuasa untuk menindas atau mengeksploitasi kelas

    yang lainnya.”57

    Dari beberapa teori mengenai kenegaraan diatas yang berkaitan dengan

    proses demokrasi yang salah satunya adalah pelaksanaan pemilihan umum atau

    yang biasa disebut pemilu. Pemilu dilaksanakan untuk menentukan berbagai

    jabatan untuk memilih presiden dan wakil presiden, kepala daerah dan wakil

    kepala daerah, bupati atau walikota, sampai dengan Dewan Perwakilan Rakyat

    yang selanjutnya disingkat DPR atau DPRD untuk DPR perwakilan daerah. Akan

    tetapi fokus penulis di penelitian ini adalah penyelenggaraan pilkada atau

    56 http://ditpolkom.bappenas.go.id. Diakses melalui goole pada 7 Mei 2019 57 https://www.zonareferensi.com/pengertian-negara/. Diakses pada 30 juli 2019 melalui google.

    http://ditpolkom.bappenas.go.id/https://www.zonareferensi.com/pengertian-negara/

  • 62

    pemilihan kepala daerah yaitu merupakan suatu kegiatan untuk memilih

    pemimpin daerah untuk keperluan penyelenggaran pemerintahan. Banyak para

    ahli yang mendefinisikan pemilu diantara lain adalah Ramlan Surbakti

    (1992:181):

    “Pemilu diartikan sebagai mekanisme penyeleksi dan pendelegasian atau

    penyerahan kedaulatan kepada orang atau partai yang dipercayai”

    Sedangakan menurut ahli lainnya yaitu menurut Rondinelli tentang desentralisasi

    adalah :

    “Penyerahan perencanaan , pembuatan keputusan, ataupun kewenangan

    administratif dari pemerintah pusat kepada suatu organisasi wilayah,

    satuan administratif daerah, organisasi semi otonom, pemerintah daerah,

    ataupun organisasi nonpemerintah atau lembaga swadaya masyaraka”58

    Tetapi penulis menetapkan pengertian pemilu sebagaimana dicantumkan

    dalam Undang-Undang Nomor 8 tahun 2012 pasal 1 ayat (1) yang dimaksud

    Pemilihan Umum (Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat dalam

    Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-

    Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.59 Oleh karena itu, Pemilu

    sebagai instrumen demokrasi prosedural harus dilakukan berdasarkan asas-asas

    Pemilu dan peraturan perundang-undangan sebagai landasan substantif.

    Dalam penyelenggaraan pemilu kepala daerah tidak serta merta dijalakan

    dengan begitu saja, akan tetapi pemilu memiliki tujuan khusus untuk

    memperlancar jalannya suatu sistem pemrintahan. Prihatmoko (2003:19)

    mengemukakan bahwa pemilu dalam pelaksanaanya memiliki tiga tujuan yakni: 60

    a. Sebagai mekanisme untuk menyeleksi para pemimpin pemerintahan dan alternatif kebijakan umum (public policy).

    58 https://www.gurupendidikan.co.id/10-pengertian-desentralisasi-menurut-para-ahli/. Diakses

    melalui google pada 23 mei 2019 59 http://digilib.unila.ac.id. Diakses melalui google pada 7 mei 2019 60 Ibid, Hlm 10

    https://www.gurupendidikan.co.id/10-pengertian-desentralisasi-menurut-para-ahli/.%20Diakseshttp://digilib.unila.ac.id/

  • 63

    b. Pemilu sebagai pemindahan konflik kepentingan dari masyarakat kepada badan-badan perwakilan rakyat melalui wakil-wakil yang terpilih atau

    partai yang memenangkan kursi sehingga integrasi masyarakat tetap

    terjamin.

    c. Pemilu sebagai sarana memobilisasi, menggerakan atau menggalang dukungan rakyat terhadap Negara dan pemerintahan dengan jalan ikut

    serta dalam proses politik.

    Berbeda dengan pendapat Humington (2001:18) yang mengemukakan bahwa

    pemilu dalam pelaksanaannya memiliki 5 tujuan diantara lain adalah: 61

    1. Pemilihan Umum sebagai bagian dari implementasi perwujudan kedaulatan rakyat. Asumsi demokrasi sendiri merupakan kedaulatan yang

    terletak di genggaman rakyat. Dikarenakan rakyat yang berdaulat itu tidak

    dapat memerintah secara langsung, oleh sebabnya melalui pelaksanaan

    pemilu, rakyat bisa secara langsung menentukan wakil-wakilnya dan para

    wakil rakyat yang terpilih akan menentukan siapa yang akan memegang

    tampuk pemerintahan.

    2. Pemilihan Umum sebagai bagian dari sarana untuk membentuk perwakilan bidang politik. Melewati pemilu, rakyat bisa memilih wakil-wakil yang

    dapat dipercaya mengartikulasikan aspirasi dan kepentingannya. Dimana

    semakin tinggi kualitas pemilu yang dihasilkan, maka semakin baik pula

    kualitas para wakil rakyat yang bisa terpilih dalam lembaga perwakilan

    rakyat.

    3. Pemilihan Umum sebagai bagian dari sarana untuk melakukan penggantian pemimpin secara hukum atau konstitusional. Pemilu juga

    dapat mengukuhkan pemerintahan yang sedang berjalan atau untuk

    mewujudkan reformasi pemerintahan. Melalui pemilu, pemerintahan yang

    aspiratif akan dipercaya rakyat untuk memimpin kembali dan sebaliknya

    jika rakyat tidak percaya maka pemerintahan itu akan berakhir dan diganti

    dengan pemerintahan baru yang didukung oleh rakyat.

    4. Pemilihan Umum atau pemilu sebagai bagian dari sarana bagi pemimpin politik untuk memperoleh suatu legitimasi. Pemberian suara yang

    diberikan oleh para pemilih dalam pemilu pada dasarnya merupakan

    pemberian mandat dari rakyat kepada pemimpin yang dipilih untuk

    memobilitas atau menjalakan roda pemerintahan. Pemimpin politik yang

    terpilih berarti mendapatkan legitimasi (keabsahan atau legalitas) politik

    dari rakyat.

    5. Pemilihan Umum sebagai bagian dari sarana partisipasi politik masyarakat untuk turut serta menetapkan kebijakan public yang dibuat oleh pejabat

    pemerintah. Melalui pemilu, rakyat secara langsung bisa menetapkan

    kebijakan publik melalui dukungannya kepada kontestan atau peserta yang

    memiliki program-program yang dinilai aspiratif dengan kepentingan yang

    pro dengan rakyat. Kontestan yang menang karena didukung rakyat harus

    merealisasikan janjin yang disebutkan sebelumnya itu ketika telah

    memegang kekuasaan dala pemerintahan

    61 Ibid, Hlm 11

  • 64

    Dapat dilihat dari beberapa pendapat para ahli yang berkaitan dengan tujuan

    pemilu diatas, dapat diketahui bahwa tujuan dari pemilu tersebut adalah untuk

    melakukan penyeleksian terhadap para pemimpin pemerintahan baik di sektor

    eksekutif (pemerintah) maupun legislatif, selain itu juga untuk membentuk

    pemerintahan yang demokratis, kokoh dan memperoleh dukungan penuh dari

    rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional sebagaimana yang diamanatkan

    dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

    Selain tujuan dari penyelenggaraan pemilu juga terdapat asas pemilu yang

    di kemukakan melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang pemilihan

    umum (pemilu). Asas-asas pemilu yang terncantum dalam undang-undang yaitu

    langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.62 Pengertian dari asas-asas yang

    tercantum dalam undang-undang dijabarkan sebagai berikut ini;

    1) Langsung, dapat diartikan bahwa khalayak masyarakat sebagai pemilih memiliki hak dalam menyalurkan suaranya secara langsung dalam

    pemilihan umum sesuai dengan keinginannya tanpa ada perantara dan

    tekanan atau pengaruh dari luar.

    2) Umum, dapat diartikan bahwa pemilihan umum atau pemilu berlaku untuk seluruh warga negara tanpa terkecuali diamana mereka yang

    memenuhi persyaratan, tanpa membeda-bedakan agama, suku, ras, jenis

    kelamin, golongan, pekerjaan, kedaerahan, dan strata serta status sosial

    yang lain.

    3) Bebas, dapat diartikan seluruh warga negara yang memenuhi syarat-syarat sebagai pemilih pada pemilu, akan bebas menentukan siapa saja

    yang akan dipilih untuk membawa aspirasi warga negaranya tanpa ada

    tekanan dan paksaan dari luar atau siapa pun itu.

    4) Rahasia, dapat diartikan dalam pemahaman ini, untuk menentukan pilihannya sang pemilih akan dijamin kerahasiaannya. Pemilih akan

    menyalurkan suaranya pada surat suara dan sangat dipastikan tidak dapat

    diketahui oleh orang lain siapapun itu.

    5) Jujur, dapat diartikan semua pihak yang berhubungan dengan pemilihan umum wajib bertindak serta bersikap jujur sesuai dengan peraturan atau

    undang-undang yang berlaku.

    62 https://setkab.go.id. Diakses melalui google pada 7 mei 2019

    https://setkab.go.id/

  • 65

    6) Adil, dapat diartikan bahwa selama dalam pelaksanaan pemilu, setiap orang pemilih dan peserta pemilihan umum akan mendapat perlakuan

    yang sama, artinya di samaratakan serta terbebas dari kecurangan pihak

    mana pun

    Berdasarkan pasal 65 UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang pemerintahan

    Daerah, tahapan-tahapan Pilkada ada dua. Dua tahap yang dimaksud meliputi:

    a. Tahapan Persiapan

    Didalam tahap persiapan terdapat beberapa tahapan yang sah dan peten yang

    harus dilakukan yaitu;

    a. Pertama, pemberitahuan DPRD kepada Kepala Daerah tentang berakhirnya masa jabatan. Pemberitahuan ini dilakukan secara tertulis

    paling lambat 5 bulan sebelum jabatan belum berakhir.

    b. Kedua, pemberitahuan DPRD kepada KPUD tentang berakhirnya jabatan Kepala Daerah. Pemberitahuan ini juga dilakukan secara tertulis paling

    lambat 5 bulan sebelum jabatan Kepala Daerah tersebut berakhir.

    c. Ketiga, penyelenggaraan yang meliputi penetapan tata cara, jadwal pelaksanaan Pilkada.

    Di tahap ketiga, terdapat dua hal yang harus diperhatikan yaitu;

    1. Pertama, perencanaan ini harus diputuskan sesuai dengan ketetapan KPUD selambat-lambatnya 14 hari setelah pemberitahuan DPRD.

    2. Kedua, ketetapan terkait dengan perencanaan tersebut harus disampaikan KPUD kepada DPRD serta Kepala Daerah.

    d. Keempat, pembentukan panitia pengawas, PPK, PPS, dan KPPS. e. Kelima, Pemberitahuan dan pendaftaran pemantau pemilihan.

    b. Tahapan Pelaksanaan

    Di dalam tahapan pelaksanaan terdapat beberapa langkah dan akan dijelaskan

    secara singkat dan jelas setelah disebutkan;

    1) Penetapan DP (daftar pemilih) 2) Pendaftaran dan penetapan Paslon (Pasangan Calon) 3) Kampanye 4) Pemungutan suara 5) Penghitungan suara 6) Penetapan calon kepala/wakil kepala daerah terpilih, termasuk pengesahan

    dan pelantikan.

  • 66

    1) Penetapan Daftar Pemilih

    Di poin penetapan daftar pemilih, terdapat proses penetapan daftar pemilih

    Pilkada yang dimana akan dijelaskan secara terperinci yaitu meliputi:

    a. Pertama, penyusunan daftar pemilih sementara (DPS)

    1. Daftar pemilih sementara (DPS) diproses dari daftar pemilih pelaksanaan

    Pemilu terakhir di daerah disertai daftar pemilih tambahan (DPT).

    2. Bila ada usulan daftar pemilih sementara (DPS) masih bisa untuk

    diperbaiki (misalnya soal kesalahan menulis nama, alamat, identitas, dan

    lain-lain).

    b. Kedua, penyusunan dan pengumuman daftar pemilih tetap (DPT)

    1. Daftar pemilih sementara (DPS) akan disusul menjadi daftar pemilih tetap

    (DPT).

    2. Daftar pemilih tetap (DPT) digunakan sebagai bahan untuk menyusun

    kebutuhan suara dan berbagai perlengkapan pemilihan.

    3. Daftar pemilih tetap (DPT) diumumkan di PPS desa/RT/RW/atau wilayah

    lain yang strategis.

    c. Ketiga, Pembagian kartu pemilih

    1. Setelah daftar pemilih tetap (DPT) diumumkan, KPUD melakukan

    pengisian kartu pemilih berdasarkan susunan daftar pemilih tetap.

    2. Kartu pemilih diserahkan kepada pemilih oleh Panitia Pemungut Suara

    (PPS) dibantu oleh RT/TW.

    3. Kartu pemilih digunakan pemilih untuk memberikan suara.

    4. Daftar pemilih tetap (DPT) yang sudah ditetapkan PPS tidak dapat diubah

    lagi.

    2) Pendaftaran dan Penetapan Pasangan Calon

    Di tahapan ini yaitu tahap pendaftaran dan penetapan calon, yang

    mendaftarkan atau mengajukan diri sebagai pasangan calon ketua/wakil ketua

    Kepala Daerah adalah dari partai politik, maupun gabungan partai politik. Hal ini

    sebagaimana yang tercantum dalam UU No. 8 tahun 2015 pasal 1 ayat (4) yang

    berbunyi;

    “Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati, Calon Walikota dan Calon Wakil

    Walikota adalah peserta Pemilihan yang diusulkan oleh partai politik atau

  • 67

    gabungan partai politik yang didaftarkan atau mendaftar di Komisi

    Pemilihan Umum Kab/Kota.”63

    Jadi dalam pelaksanaan pilkada tidak dapat atau tidak memenuhi syarat

    jika calon yang akan bertanding menuju kursi nomor satu di daerah tidak

    tergabung dalam partai politik, anggota politik atau gabungan parpol.

    3) Kampanye Pilkada

    Dalam tahapan kampanye memiliki aturan dan waktu penentuan di

    mulainya kampanye yaitu kampanye dilakukan pada proses Pilkada selama 14

    hari dan berakhir 3 hari sebelum tanggal pemungutan suara.

    4) Pemungutan Suara

    Dalam tahapan penyelenggaraan pemungutan suara pemilihan

    Kepala/Wakil kepala daerah dilaksanakan selambat-lambatnya 30 hari sebelum

    masa jabatan kepala daerah berakhir. Dalam aturan menyebutkan selambat-

    lambatnya, aka tetapi sesegera mungkin jika memang tidak terhalang oleh suatu

    hal yang dapat menghambat jalannya penghitungan suara.

    5) Penghitungan Suara

    Dalam tahapan ini, penghitungan suara di TPS dilakukan oleh KPPS

    sesudah pemungutan suara berakhir. Jadi, penghitungan suara akan dilakukan jika

    batas waktu yang ditentukan telah selesai.

    6) Penetapan Calon Kepala/Wakil Kepala Daerah

    Ditahapan akhir, pasangan calon kepala atau wakil kepala daerah yang

    memperoleh lebih dari 50% suara merupakan calon pasangan kepala/wakil kepala

    daerah terpilih. Dan keputusan tidak dapat diganggu gugat jika memang tidak

    ditemukan kecurangan ataupun ketidak adilan dalam pilkada.

    63 Dpr.go.id. diakses melalui google pada 7 mei 2019

  • 68

    Jadi dapat disimpulkan bahwa Penyelenggaraan Pemilu merupakan elemen

    yang sangat berperan signifikan dalam mengimplementasikan gagasan demokrasi

    prosedural nan substantif. Secara normatif, penyelenggara Pemilu ialah lembaga-

    lembaga yang disebut dalam peraturan-perundang-undangan untuk

    menyelenggarakan Pemilu. Adapun yang dimaksud penyelenggaraan Pemilu ialah

    pelaksanaan tahapan Pemilu yang dilaksanakan oleh penyelenggara Pemilu. Oleh

    karena itu, lazim apabila sebagian pakar hukum tata negara menyebut

    penyelenggara Pemilu merupakan nahkoda dari Pemilu yang menentukan

    bagaimana dan ke arah mana Pemilu akan berlabuh.64

    2.5 Pilkada Serentak

    Pilkada serentak adalah sebuah proses demokrasi dimana dilkukan

    pemilihan terhadap kepala daerah baik pada tingkat provinsi, kabupaten/kota,

    dalam lingkup wilayah tertentu yang di lakukan secara serentak di seluruh

    Indonesia. Pilkada serentak merupakan implementasi selama 10 tahun belakangan

    dimana adanya perubahan sistem pemilu yang di anut. Hal tersebut dimaksudkan

    untuk menghadirkan sistem pemilu yang lebih efisien. Sehingga dapat

    mengakomodir semua aspirasi publik.

    Sebelum tahun 2005, kepala daerah dipilih langsung oleh rakyat. Namun,

    semenjak terbitnya undang-undang No. 32 tahun 2004 yang menyebutkan bahwa

    Kepala daerah dan wakilnya dipilih langsung oleh rakyat. Sejak peraturan

    perundang-undangan No. 32 tahun 2004 mulai diberlakukan, maka setiap calon

    64 Hamimah, S. (2018, November). Memperkuat Peran dan Fungsi Bawaslu dalam Pengawasan

    dan Penegakan Hukum Pemilu. In Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang (Vol. 4,

    No. 03, pp. 803-828).

  • 69

    kepala daerah dan wakil kepala daerah diajukan oleh partai politik atau gabungan

    partai politik.65

    Menurut ramlan (1997) pilkada merupakan;

    “Sebuah mekanisme penyelelsian dan pendelegasian. Atau bisa juga

    disebut dengan penyerahan kedaulatan kepada orang atau partai politik

    yang dipercaya.”

    Pada tahun 2015 pemerintah mulai melaksanakan pilkada serentak

    terhadap pimpinan daerah-daerah yang masa kepemimpinan habis di tahun 2015.

    Implementasinya adalah di harapkan dengan terselenggaranya pilkada serentak

    akan bisa lebih menghemat anggaran negara yang digunakan. Selain itu juga,

    diharapkan ada efektifitas dan efisiensi waktu dalam penyelenggaraannya.

    Beberapa ahli mencetuskan pandangan atau pendapat mengenai pemilihan

    umum kepala daerah atau yang disebut juga pemilu. Diantara lain adalah Harris

    G.warren Dkk (1963) yang dikutip dalam Affan Sulaeman (2015) bahwa;

    “Pilkada ialah kesempatan yang di berikan terhadap rakyat untuk memilih

    para pemimpinnya. Serta memutuskan apa yang pemerintah ingin lakukan

    untuk mereka. Keputusan rakyat ini menentukan hak yang ingineteka

    miliki dan mereka jaga.”66

    Menurut Suryo Untoro pilkada adalah sebuah pemilu yang dilaksanakan

    oleh rakyat Indonesia. Rakyat yang telah memiliki hak pilih yang sah berhak

    untuk menentukan pilihannya dalam bentuk suara yang diberikan kepada

    kandididat pilihannya. Dalam pilkada mekanisme pemilihan dilakukan untuk

    memilih Gubernur/wakilnya, Bupati/Wakilnya, Wali Kota/Wakilnya.67

    Menurut Ali Moertopo Pilkada merupakan sebuah sarana yang diberikan

    kepada rakyat Indonesia untuk menjalankan kedaulatannya. Hal ini sejalan dengan

    65 https://hukamnas.com/pengertian-pilkada-serentak. Diakses melalui google pada 8 mei 2019 66 Sulaeman, A. Demokrasi, partai politik dan pemilihan kepala daerah. Jurnal Ilmu Pemerintahan Vol.1 No.1, (April,20