BAB II, TINJAUAN DAN RINGKASAN PUSTAKA edited.docx

34
BAB II TINJAUAN DAN RINGKASAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Secara etimologi, pengetahuan berasal dari kata “tahu”, yang artinya pandai atau mengerti sesudah melihat, menyaksikan, mengalami, dan sebagainya. Sedangkan secara terminologi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengetahuan berarti segala sesuatu yang diketahui, kepandaian, yang berkenaan dengan sesuatu hal. Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu: 1. Tahu (know) Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Tahu diartikan sebagai mengingat objek, fakta, informasi, atau stimulus apapun yang pernah diinderakan atau dipelajari sebelumnya. Tahu mencakup pengetahuan mengenai cara untuk menyelesaikan dan menghadapi suatu masalah yang spesifik, pengetahuan mengenai keadaan umum dalam suatu kondisi atau bidang tertentu, dan juga meliputi ingatan mengenai informasi dan fakta yang spesifik. Contoh dari pengetahuan pada tingkat ini adalah kemampuan untuk mengingat, menghafal, mendefinisi, mengenali atau mengidentifikasi 9

Transcript of BAB II, TINJAUAN DAN RINGKASAN PUSTAKA edited.docx

BAB II TINJAUAN DAN RINGKASAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan Secara etimologi, pengetahuan berasal dari kata tahu, yang artinya pandai atau mengerti sesudah melihat, menyaksikan, mengalami, dan sebagainya. Sedangkan secara terminologi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengetahuan berarti segala sesuatu yang diketahui, kepandaian, yang berkenaan dengan sesuatu hal.Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu:1. Tahu (know) Tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Tahu diartikan sebagai mengingat objek, fakta, informasi, atau stimulus apapun yang pernah diinderakan atau dipelajari sebelumnya. Tahu mencakup pengetahuan mengenai cara untuk menyelesaikan dan menghadapi suatu masalah yang spesifik, pengetahuan mengenai keadaan umum dalam suatu kondisi atau bidang tertentu, dan juga meliputi ingatan mengenai informasi dan fakta yang spesifik. Contoh dari pengetahuan pada tingkat ini adalah kemampuan untuk mengingat, menghafal, mendefinisi, mengenali atau mengidentifikasi informasi tertentu seperti fakta, konsep, peraturan, prinsip, dan syarat yang sebelumnya telah diajarkan. 2. Memahami (comprehension) Memahami adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan, menjelaskan, menginterpretasikan, atau menafsirkan sesuatu hal secara benar dengan bahasanya sendiri. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. 3. Penerapan (application)Penerapan diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan konsep, teori, prinsip, abstrak, gagasan, dan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sesungguhnya di lapangan. Agar seseorang dapat melakukan penerapan suatu teori, ia harus memahami teori tersebut terlebih dahulu.4. Analisis (analysis) Analisis adalah suatu kemampuan seseorang untuk mengenali, menjabarkan, mengelompokkan, dan menyusun materi atau suatu objek berdasarkan bagian dari komponennya, dan menentukan hubungan dari satu bagian dengan bagian lainnya yang berada pada komponen tersebut.5. Sintesis (synthesis) Sintesis merupakan kemampuan untuk menghubungkan dan menggabungkan satu bagian dengan bagian lain menjadi satu kesatuan, dan menjadikannya sebuah pemahaman, pengetahuan, ataupun teori baru.6. Evaluasi (evaluation) Evaluasi yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek berdasarkan kriteria sendiri ataupun kriteria yang sudah ada sebelumnya.

Pengetahuan yang terdapat pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:a. Faktor internal:1. Pengalaman Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Semakin banyak pengalaman, semakin banyak pengetahuan seseorang.2. Pendidikan Pendikan berfungsi untuk memperoleh informasi secara formal. Informasi yang didapatkan kemudian akan diolah dan akan membentuk pola pikir. Sehingga, pendidikan sangat berpengaruh dalam pola pikir seseorang. Pola pikir kemudian akan membentuk pengetahuan. Lalu, pengetahuan akan membentuk perilaku. Maka secara tidak langsung, pendidikan sangat mempengaruhi perilaku seseorang dalam kehidupannya, termasuk perilaku seseorang dalam pola hidupnya.3. Keyakinan Keyakinan adalah nilai-nilai prinsipal yang dimiliki oleh seseorang. Keyakinan bersifat subjektif dan umumnya tidak dapat diganggu gugat. Seringnya, keyakinan didapatkan secara turun temurun tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.4. PekerjaanPekerjaan adalah usaha yang harus dilakukan secara teratur, yang akhirnya menjadi sebuah kebutuhan, untuk menunjang kehidupan pribadi dan kebutuhan keluarga. Melalui pekerjaan, tercipta pula sebuah lingkungan interaksi sosial yang akan menanamkan pengetahuan-pengetahuan baru dalam diri seseorang.5. UsiaUsia adalah lama waktu hidup seseorang mulai dari sejak dilahirkan hingga seseorang berulang tahun terakhir kali. Makin tua usianya, akan semakin matang pula pengetahuan dan pola pikir seseorang terhadap sesuatu hal.6. MinatMinat merupakan sebuah keinginan atau ketertaarikan yang tinggi terhadap sesuatu hal. Minat membuat seseorang ingin mengerti lebih jauh dan lebih mendalam tentang sesuatu hal.b. Faktor eksternal:1. FasilitasFasilitas adalah media yang salah satu fungsinya adalah untuk menambah pengetahuan seseorang. Contoh : televisi, radio, majalah, buku, koran, dan sebagainya.2. Penghasilan Penghasilan yang tinggi membuat seseorang mampu menyediakan fasilitas yang lebih baik untuk dirinya sendiri. Dan dengan fasilitas yang lebih baik, seseorang dapat memiliki kesempatan untuk mengakses banyak pengetahuan. Sehingga, secara tidak langsung, penghasilan tinggi membuat seseorang memiliki pengetahuan yang lebih luas.3. Sosial budaya Sistem sosial dan kebudayaan yang berada di dalam keluarga dan masyarakat dapat mempengaruhi persepsi, pola pikir, cara pandang, pengetahuan, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.4. LingkunganLingkungan adalah suatu kondisi di sekitar manusia yang dapat mempengaruhi perkembangan, persepsi, dan sikap manusia tersebut.

Dari penjelasan di atas, dapat sedikit disimpulkan bahwa pengetahuan sangat mempengaruhi dan menentukan perilaku manusia. Pengetahuan pada seseorang mempunyai 2 aspek, yaitu aspek positif dan aspek negatif. Dua aspek inilah yang akan mempengaruhi perilaku seseorang terhadap suatu objek atau stimulus. Semakin banyak aspek positif terhadap suatu objek atau stimulus, maka akan semakin positif pula perilaku terhadap objek atau stimulus tersebut.(21)

2.2Anatomi payudara Payudara merupakan kelenjar aksesoris kulit yang terletak pada iga dua sampai iga enam, dari pinggir lateral sternum sampai linea aksilaris media. Kelenjar ini dimiliki oleh pria dan wanita. Namun, pada masa pubertas, payudara wanita lambat laun akan membesar hingga membentuk setengah lingkaran, sedangkan pada pria tidak. Pembesaran ini terutama terjadi akibat penimbunan lemak dan dipengaruhi oleh hormon-hormon ovarium (Snell, 2006). Setiap payudara terdiri dari 15 sampai 20 lobus dari jaringan kelenjar. Jumlah lobus tidak berhubungan dengan ukuran payudara. Setiap lobus terbuat dari ribuan kelenjar kecil yang disebut alveoli atau acini. Kelenjar ini bersama-sama membentuk sejumlah gumpalan, mirip buah anggur yang merambat. Alveoli (alveolus dan acinus singular) menghasilkan susu dan substansi lainnya selama masa menyusui (Snell, 2006).(21)

2.3Kanker payudaraKanker payudara adalah malignan tumor (kanker) yang awalnya dimulai pada sel-sel di payudara.(5) Etiologi kanker payudara memang belum diketahui, namun terdapat banyak faktor resiko yang berhubungan dengan kanker payudara. Dengan mengetahui faktor resiko yang ada, akan memudahkan kita untuk mengidentifikasi apakah wanita tersebut tergolong resiko tinggi atau tidak, mengintervensi, serta memodifikasi faktor resiko yang ada.(1)1. Faktor Reproduksia. Usia menarche, siklus menstruasi, dan usia menopauseMenarche dini berhubungan dengan peningkatan resiko kanker payudara. Dewasa ini di negara-negara berkembang, terjadi pergeseran usia menarche dari sekitar 16-17 tahun menjadi 12-13 tahun.Resiko kanker payudara mengalami penurunan sekitar 10% setiap 2 tahun keterlambatan usia menarche. Karakteristik siklus menstruasi juga berhubungan dengan peningkatan resiko kanker payudara. Dalam suatu studi prospektif, siklus menstruasi yang kurang dari 26 hari atau lebih lama dari 31 hari selama usia 18-22 juga diprediksikan mengurangi resiko kanker payudara. Studi lain menunjukkan bahwa siklus menstruasi yang pendek saat usia 30 tahun, berhubungan dengan penurunan resiko kanker payudara.Menopause yang terlambat juga turut meningkatkan resiko kanker payudara. Untuk setiap tahun, usia menopause yang terlambat, akan meningkatkan resiko kanker payudara 3%.b. Usia Kehamilan PertamaResiko kanker payudara menunjukkan peningkatan seiring dengan peningkatan usia mereka saat kehamilan pertama. Ini diperkirakan karena adanya rangsangan pematangan dari sel-sel pada payudara yang diinduksi oleh kehamilan, yang membuat sel-sel ini lebih peka terhadap transformasi yang bersifat karsinogenik.c. ParitasEfek dari jumlah paritas terhadap rasio kanker payudara telah lama diteliti. Dalam suatu studi metaanalisis, dilaporkan bahwa wanita nullipara mempunyai resiko 30% untuk berkembang menjadi kanker dibandingkan dengan wanita yang multipara.Sementara itu, studi lain juga menunjukkan adanya penurunan resiko kanker payudara dengan peningkatan jumlah paritas. Level hormon dalam sirkulasi yang tinggi selama kehamilan menyebabkan diferensiasi dari the terminal duct-lobular unit (TDLU), yang merupakan tempat utama dalam proses transformasi kanker pada payudara. Proses diferensiasi dari TDLU ini bersifat protektif melawan pertumbuhan kanker payudara secara permanen.d. MenyusuiMenyusui merupakan hal yang sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi. Byers, dkk, melaporkan adanya efek yang bersifat protektif dari menyusui terhadap kanker payudara. Sementara itu, Lipworth, dkk, menemukan bahwa waktu menyusui yang lebih lama mempunyai efek yang lebih kuat dalam menurunkan resiko kanker payudara. Sebab dari efek protektif menyusui ini dikarenakan adanya penurunan level estrogen dan sekresi bahan-bahan karsinogenik selama menyusui.2. Faktor Endokrina. Faktor endogenTelah diketahui bahwa salah satu faktor resiko yang penting dalam pertumbuhan kanker payudara pada wanita adalah paparan hormon endogen selama hidupnya. Andrieu menemukan adanya peningkatan resiko kanker yang signifikan terhadap wanita dengan usia menarche 12 tahun atau lebih muda (p < 0,01). Menopause sebelum usia 50 tahun menunjukkan penurunan resiko kanker payudara (odds rasio = 0,60). Faktor-faktor seperti menstruasi dini (sebelum usia 12 tahun) dan menopause pada usia lanjut (setelah usia 55 tahun) merupakan faktor resiko yang berperan dalam pertumbuhan kanker payudara.b. Faktor eksogen1. Kontrasepsi oralMasih terdapat kontroversi sampai saat ini terkait peran kontrasepsi oral dalam perkembangan kanker payudara. Namun, beberapa studi menunjukkan bahwa kontrasepsi oral berperan dalam meningkatkan resiko kanker payudara pada wanita pramenopause, tetapi tidak pada wanita dalam masa pasca menopause.2. Terapi sulih hormon (hormone replacement therapy)Dari studi metaanalisis ditunjukkan bahwa terapi sulih hormon (TSH) dapat meningkatkan resiko kanker payudara. Ada peningkatan resiko sebesar 2,3% tiap tahunnya pada wanita pasca menopause yang memakai TSH. Dari penelitian yang dilakukan di U.K, didapatkan bahwa penggunaan TSH kombinasi antara estrogen progesteron lebih besar meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara jika dibandingkan dengan hanya menggunakan estrogen.Selain itu, juga resiko ini meningkatkan pada pemakaian TSH kombinasi dalam jangka waktu >10 tahun. Daripada penggunaan TSH selama 1-4 tahun. Resiko kanker menurun saat pemakaian dihentikan, dan resiko wanita yang pernah memakai TSH hampir sama dengan yang belum pernah menggunakannya.3. Densitas payudara pada mamografiDensitas payudara berhubungan dengan resiko kanker payudara. Densitas dipengaruhi oleh jumlah jaringan lemak, jaringan ikat, dan epitel pada payudara. Adapun densitas payudara yang berbeda-beda pada wanita dipengaruhi 20-30% oleh stuatus menopause, berat badan, dan paritas, serta dicurigai adanya kecenderungan terhadap genetik. Payudara dengan proporsi jaringan lemak yang tinggi mempunyai densitas yang lebih rendah. Kanker akan lebih mudah dideteksi pada payudara yang mempunyai densitas lebih tinggi. Pada wnita dengan densitas payudara yang lebih tinggi mempunyai resiko 2-6 kali untuk berkembang menjadi kanker dibandingkan dengan densitas payudara yang rendah.4. Intake alkoholStudi menunjukkan bahwa resiko kanker payudara meningkat berkaitan dengan asupan alkohol jangka panjang. Hal ini mungkin disebabkan karena alkohol mempengaruhi aktivitas estrogen. Hubungan antara peningkatan resiko kanker payudara dengan intake alkohol lebih kuat didapatkan pada wanita menopause. Studi menemukan bahwa setelah konsumsi alkohol, akan terdapat peningkatan jumlah estrogen pada urin dan kulit. Alkohol dapat menyebabkan hiperinsulinemia yang akan merangsang fakator pertumbuhan pada jaringan payudara (insulin like growth factor). Hal ini akan merangsang pertumbuhan yang tergantung pada estrogen (estrogen independen growth) pada lesi pra kanker yang selama masa menopause akan mengalami regresi ketika jumlah estrogen menurun. Lesi ini akan memasuki fase dorman, dimana pada fase ini dapat diaktivasi oleh adanya faktor pemicu (promoting factor) seperti alkohol. Keadaan hiperinsulinemia yang disebabkan oleh alkohol menghambat terjadiya regresi spontan dari lesi pra knaker selama masa menopause. Dan pertumbuhan lesi ini dapat berubah dari estrogen-dependen menjadi autonom.5. ObesitasObesitas telah lama diteliti sebagai faktor resiko perkembangan kenker payudara. Obesitas berhubungan dengan penurunan resiko kanker pada premenopause dan peningkatan resiko kanker payudara selama masa pascamenopause. Setelah menopause, ketika ovarium berhenti memproduksi hormon estrogen, jaringan lemak merupakan tempat utama dalam produksi estrogen endogen. Oleh karena itu, wanita dengan berat badan berlebih dan BMI yang tinggi, mempunyai level estrogen yang tinggi. Obesitas juga berkaitan dengan rendahnya jumlah sex hormonebinding globulin (SHBG), yang berfungsi untuk berperan dalam peningkatan jumlah estradiol. (JNCI Cancer Spectrum 2003).6. GenetikMutasi yang paling banyak terjadi pada kanker payudara adalah pada gen BRCA 1 dan BRCA 2. Pada sel yang normal, gen ini membantu mencegah terjadinya kanker dengan jalan menghasilkan protein yang dapat mencegah pertumbuhan abnormal. Wanita dengan mutasi gen BRCA 1 dan BRCA 2, mempunyai peluang 80% untuk berkembang menjadi kanker payudara selama hidupnya. Perlu diketahui bahwa kanker payudara dan ovarium mempunyai hubungan yang dekat secara genetik.Studi menunjukkan bahwa wanita yang orang tuanya (first-degree relative) memiliki riwayat kanker payudara, mempunyai risiko untuk berkembang menjadi kanker payudara adalah sebesar 1,7 sampai 4,0 kali dibanding dengan populasi yang ada.7. Kelainan payudara lainnyaWanita yang didiagnosis dengan kelainan-kelainan payudara, dapat meningkatkan resiko kanker payudara. Adapun beberapa dari kelainan di bawah ini mempunyai risiko untuk berkembang menjadi kanker payudara.1. Lesi Non-Proliferatif : kelainan ini mempunyai peluang kecil untuk berkembang menjadi kanker payudara. 2. Lesi Proliferatif tanpa keliainan atipik : kealinan ini menunjukkan pertumbuhan yang cepat (excessive growth) dari duktus dan lobules pada jaringan payudara.3. Lesi Proliferatif dengan kelainan atipik : kelainan ini mempunyai efek yang lebih kuat dalam meningkatkan resiko kanker payudara, yaitu sebesar 4 sampai 5 kali lipat, berbeda dengan lesi proliferative tanpa kelinan atipik yang hanya meningkatkan resiko kanker 2 kali lipat.

2.3.1Stadium2.3.1.1StadiumBerdasarkan data PERABOI (Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia) didapatkan data rata-rata prognosis harapan hidup penderita kanker payudara (survival rate) per stadium sebagai berikut :1. Stadium 0: 10-years survival rate 98% (non breast cancer yang terdeteksi oleh mamografi/USG)2. Stadium 1: 5-years survival rate 85%3. Stadium II: 5-years survival rate 60-70%4. Stadium III: 5-years survival rate 30-50%5. Stadium IV: 5-years survival rate 15%

2.3.1.2Sistem Stadium TNMBagi para klinisi system stadium ini sangat berguna karena dengan adanya sistem stadium, dapat diperkirakan prognosisnya. Ada hubungan antara stadium kanker dengan angka 10-year relative survival pada pasien kanker payudara. Terdapat perbedaan yang signifikan diantara stadium kanker payudara. Sebanyak 5-12% dari pasien stadium I/II meninggal dalam 10 tahun pertama setelah diagnosis ditegakkan, ini dibandingkan pada pasien stadium III yang lebih dari 60%, dan lebih dari 90% pada stadium IV. Sistem stadium kanker payudara juga memberikan informasi tentang pilihan terapi yang sesuai berdasarkan stadium.

Tabel.1. Klasifikasi TNM kanker payudara berdasarkan AJCC Cancer Staging Manual, 6th EditionUkuran Tumor (T)Interpretasi

Tx Tumor primer tidak ditemukan

To Tidak ada bukti ditemukan adanya tumor primer

Tis Karsinoma In Situ

Tis (DCIS) Duktal Karsinoma In Situ

Tis (LCIS) Lobular Karsinoma In Situ

Tis (Paget) Pagets Disease tanpa adanya tumor

T1 Ukuran tumor > 2 cm

T1 mic Mikroinvasif > 0,1 cm

T1 a Tumor > 0,1 - < 0,5 cm

T1 b Tumor > 0,5 cm - < 1

T1 c Tumor > 1 cm - < 2 cm

T2 Tumor > 2 cm - < 5 cm

T3 Tumor > 5 cm

NxKelenjar limfe regional tidak didapatkan

NoTidak ada metastasis pada kelenjar limfe

N1Metastasis pada kelenjar aksilla ipsilateral, bersifat mobile

N2Metastasis pada kelenjar limfe aksilla ipsilateral, tidak dapat digerakkan

N3Metastasis pada kelenjar limfe intraclavicular, atau mengenai kelenjar mammae interna atau kelenjar limfe supraklavikular

MxMetastasis jauh tidak didapatkan

MoTidak ada bukti adanya metastasis

M1Didapatkan metastasis yang telah mencapai organ

Tabel.2. Stadium Klinis berdasarkan klasifikasi TNM kanker payudara berdasarkan AJCC cancer staging manual, 6th editionStadium Ukuran Tumor Metastasis Kelenjar Limfe Metastasis jauh

0Tis N0 MO

I T1 N0 MO

IIa TO N1 MO

T1 N1MO

T2 N0 MO

IIbT2 N1MO

T3 N0 MO

IIIaT0 N2MO

T1 N2MO

T2 N2MO

T3 N1,N2MO

IIIb T4 N Apapun MO

T Apapun N3MO

IV T apapunN apapun M1

Stadium 0: tahap sel kanker payudara tetap di dalam kelenjar payudara tanpa invasi ke dalam jaringan payudara normal yang berdekatan. Stadium I: adalah 2 cm atau kurang dan batas yang jelas (kelenjar getah bening normal) Stadium II A: tumor tidak ditemukan pada payudara tapi sel-sel kanker ditemukan di kelenjar getah bening ketiak. atau tumor dengan ukuran 2 cm atau kurang dan telah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak/aksiller, atau tumor yang lebih besar dari 5 cm dan belum menyebar ke kelanjar getah bening ketiak. Stadium II B : tumor yang lebih besar dari 2 cm, tetapi tidak ada yang lebih besar dari 5 cm dan telah menyebar ke kelenjar getah bening yang berhubungan dengan ketiak, atau tumor yang lebih besar dari 5 cm tapi belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak. Stadium III A : tidak ditemukan tumor di payudara. Kanker ditemukan di kelenjar getah bening ketiak yang melekat bersama atau dengan struktur lainnya, atau kanker ditemukkan di kelenjar getah bening di dekat tulang dada, atau tumor dengan ukuran berapa pun dimana kanker telah ke kelenjar getah bening ketiak, terjadi pendekatan dengan struktur lainnya, atau kanker ditemukan di kelenjar getah bening di dekat tulang dada. Stadium III B : tumor dengan ukuran tertentu dan telah menyebar ke dinding dada dan/atau kulit payudara dan mungkin telah menyebar ke kelanjar getah bening ketiak yang berkelengketan dengan struktur lainnya, atau kanker mungkin telah menyebar ke kelenjar getah bening di dekat tulang dada. Kanker payudara inflamatori (berinflamasi) dipertimbangkan paling tidak pada tahap III B. Stadium III C: ada atau tidak tanda kanker di payudara atau mungkin telah menyebar ke dinding dada dan/atau kulit payudara dan kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening baik di atas atau di bawah tulang belakang dan kanker mungkin telah menyebar ke kelenjar getah bening di dekat tulang dada. Stadium IV : kanker telah menyebar atau metasfase ke bagian lain dari tubuh.

2.3.2PrognosisBeberapa gambaran tumor payudara menunjang prognosisnya. Secara umum, makin kecil tumor, makin baik prognosisnya.Pada diagnosis, hampir 45% pasien membuktikan adanya penyebaran regional atau jauh atau metastasis. Rute yang paling sering dari penyebaran regional adalah ke nodus limfe aksilaris. Kelangsungan hidup bergantung pada penyebaran regional penyakit. Sebagai contoh, angka bertahan 5 tahun secara keseluruhan adalah lebih dari 90% jika tumor terdapat dalam payudara. Namun, bila kanker telah menyebar sampai pada nodus regional. Angka bertahan 5 tahun secara keseluruhan turun di bawah 60%. Tempat lain penyebaran limfatik mencakup nodus mamaria internal dan supraklavikular. Metastasis jauh dapat mengenai sembarang organ, tetapi tempat yang paling umum adalah tulang (71%), paru-paru (69%), hepar (65%), pleura (51%), adrenal (49%), kulit (30%), dan otak (20%).

2.3.3 PencegahanKanker payudara dapat menyebar secara signifikan dan sering tidak menimbulkan gejala yang berarti. Pada saat terdiagnosis sebagai kanker payudara, 5-15 % pasien telah terjadi metastasis dan hampir 40% telah terjadi penyebaran secara regional. Karena pengobatan terkadang tidak memberikan hasil yang baik atau terlambat dalam memberikan terapinya, maka pencegahan merupakan langkah yang diperlukan. Pencegahan yang aman dan efektif lebih dipilih daripada menjalani terapi dengan menggunakan radiasi atau sitotoksik yang meskipun efektif menimbulkan efek samping.Secara umum ada dua pendekatan yang dapat digunakan dalam menurunkan insiden kanker payudara. Profilaktik mastektomi dan tindakan preventif dengan tamoxifen. Tindakan pembedahan dapat menurunkan resiko kanker payudara secara signifikan. Namun dengan mempertimbangkan akibat fisiologis dan psikologis, tindakan pembedahan hanya dapat dilakukan pada pasien yang tergolong dalam resiko tinggi. Sementara itu, pencegahan kanker payudara secara farmakologis berkaitan dengan peningkatan risiko kanker endometrium. Disamping itu semua, menurunkan faktor resiko merupakan langkah yang baik dalam mengurangi angka kejadian kanker payudara. Wanita yang tergolong dalam resiko rendah sampai menengah, perlu memperhatikan gaya hidup mereka karena gaya hidup yang sehat mempunyai peran dalam menurunkan risiko untuk kanker payudara.Terdapat beberapa program pengendalian kanker payudara:1. Pencegahan primer :Pencegahan primer ialah usaha untuk mencegah timbulnya kanker dengan menghilangkan dan/atau melindungi tubuh dari kontak dengan karsinogen dan faktor-faktor yang dapat menimbulkan kanker, atau dapat disebut juga sebagai pencegahan terhadap etiologi penyakit, faktor pencetus, faktor resiko timbulnya kanker, dan berupaya untuk melenyapkan pengaruhnya bagi manusia. Kepada masyarakat dilakukan penerangan kesehatan masyarakat tentang pencegahan kanker, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap kanker, mencegahnya sebelum terjadi.Contoh pencegahan primer: Promosi dan edukasi hidup sehat Menghindari factor resiko (Riwayat keluarga, tidak punya anak, tidak menyusui, riwayat tumor jinak sebelumnya, obesitas, kebiasaan makan tinggi lemak kurang serat, perokok aktif dan pasif, pemakaian obat hormonal > 5 tahun)2. Pencegahan Sekunder :Pencegahan sekunder adalah usaha untuk mengetahui adanya kanker atau tumor secara dini, dengan tujuan untuk mencegah timbulnya kerusakan lebih lanjut karena kanker tersebut apabila memang ada, dengan cara deteksi dini dan diagnosis kanker serta pengobatan dengan segera. Pada stadium dini kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker itu masih kecil, sehingga bila segera diobati dengan baik diharapkan penderita dapat dibebaskan dari cengkraman kanker dan dapat hidup dengan normal.Contoh pencegahan sekunder: SADARI Pemeriksaan klinis payudara (CBE/Clinical Breast Examination), untuk menemukan benjolan, ukuran kurang dari 1 cm. USG untuk mengetahui batas-batas tumor dan jenis tumor Mammografi menemukan adanya kelainan sebelum adanya gejala tumor dan adanya keganasan3. Pencegahan Tertier :Pencegahan tertier adalah usaha untuk mencegah timbulnya komplikasi kanker. Komplikasi dapat diantisipasi jika kita mengetahui kanker itu, dan patologi secara epidemologinya. Pencegahan tertier itu kiranya hampir sama dengan terapi dan rehabilitasi kanker, hanya di tinjau dari sudut lain.Tujuan pencegahan tertier untuk meningkatkan angka kesembuhan, angka survival, dan kualitas hidup dalam tertapi kanker. Pelayanan di rumah sakit (diagnose dan pengobatan) Perawatan paliatif Penatalaksanaan nyeri Rehabilitasi

2.4Deteksi DiniDeteksi dini merupakan bagian dari pencegahan sekunder. Deteksi dini adalah usaha untuk mengidentifikasi kelainan yang secara klinis belum jelas dengan mengggunakan alat test, pemeriksaan, atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat. Deteksi dini bertujuan untuk menemukan secara dini, kanker yang dapat disembuhkan, untuk mengurangi mordibitas dan moralitas kanker.(5) Deteksi dini dipengaruhi oleh usia, keterpaparan media, pengetahuan, sikap, dan dukungan orang tua.(23)Upaya deteksi dini kanker payudara adalah upaya untuk mendeteksi atau mengidentifikasi secara dini adanya kanker payudara, sehingga diharapkan dapat diobati dengan teknik yang dampak fisiknya kecil dan punya peluang lebih besar untuk sembuh. Upaya ini sangat penting karena apabila kanker payudara dapat didetekdi secara dini dan diobati dengan tepat makan tingkat kesembuhannya cukup tinggi (80-90%).Penerapan di negara maju seperti Amerika, Inggris, dan Belanda dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan ultrasonografi dan mammografi karena sumber daya negara maju cukup memadai untuk melakukan program tersebut. Di lain pihak, negara berkembang seperti Indonesia penapisan secara masal dengan USG belum mungkin untuk sering dilakukan. Oleh karena itu, pemeriksaan klinis oleh tenaga kesehatan yang terlatih dengan promosi dan edukasi tentang pengobatan yang baik pada masyarakat (bahwa kanker payudara pada stadium awal bila di operasi dapat meningkatkan harapan hidup penderita) sehingga pada akhirnya akan meningkatkan pencapaian tujuan dari penapisan yaitu menurunkan angka kematian dan meningkatkan kualitas hidup penderita kanker payudara.

2.4.1 SADARI (Breast Self Examination/BSE)Penemuan dini dimulai dengan peningkatan kesadaran masyarakat tentang perubahan bentuk atau adanya kelainan payudara mereka sendiri. Pemasyarakatan kegiatan SADARI bagi semua perempuan dimulai sejak usia subur, sebab 85% kelainan payudara justru pertama kali dikenali oleh penderita bila tidak dilakukan penapisan masal.SADARI sebaiknya dilakukan setiap kali selesai menstruasi (hari ke 10 dari awal menstruasi). Pemeriksaaan seharusnya dilakukan setiap bulan sejak umur 20 tahun, namun merupakan pilihan yang tepat apabila pemeriksaan dilakukan sejak usia subur atau usia remaja di bawah 20 tahun, mengingat kejadian kanker payudara pada wanita muda yang terus meningkat belakangan ini.(23)Ketika seorang wanita telah mencapai masa pubertas dan mulai mengalami perkembangan pada payudaranya, pemeriksaan payudara sendiri (BSE) atau yang dikenal denga SADARI perlu dilakukan. Setiap wanita dengan usia diatas 20 tahun disarankan untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri tiap bulannya. Dan pada wanita pramenopause sebaiknya melakukan pemeriksaan setelah hari ke-5 dan ke-7 sesudah siklus menstruasi, dimana jaringan payudara saat itu densitasnya lebih rendah. Pada pasien yang tergolong dalam resiko tinggi disarankan untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri saat pertengahan siklus menstruasi.Pemeriksaan payudara sendiri terdiri atas dua bagian yang meliputi inspeksi dan palpasi. Dengan berdiri di depan kaca, payudara diinspeksi sambil dalam posisi berdiri sambil tangan disamping, sambil kedua telapak tangan menekan satu sama lain, dan sambil kedua tangan berada pada pinggang. Bentuk payudara yang asimetris, aadanya massa, dan kulit yang retraksi dapat terdeteksi dengan maneuver ini.Di bawah ini beberapa tahap dalam pemeriksaan payudara sendiri :1. Berdiri di depan kaca agar dapat melihat payudara secara jelas2. Sambil kedua tangan di atas kepala, periksalah apakah ada kelainan berupa retraksi, inflamasi, pembengkakan, atau kemerahan di semua bagian kedua payudara3. Ulangi dengan kedua tangan diletakkan pada pinggul4. Palpasi kedua payudara dengan jari, dengan gerakan memijat, awalannya periksa pada arah jam 12, kemudian kearah jam 2 sampai kembali lagi arah jam 12, dirasakan apakah ada benjolan. Berikan tekanan mulai dari superficial kulit sampai ke dalam jaringan payudara. Adapun dapat digunakan metode pembagian payudara berdasarkan kuadran dan lakukan palpasi secara cermat. Juga perlu diperiksa axilalary tail pada tiap payudara5. Kemudian periksalah pada puting payudara dan area sekitarnya. Juga perlu ditekan secara lembut untukmelihat apakah ada discharge.6. Dan ulangi pemeriksaan secara palpasi sambil berbaring. Ada beberapa metode lain yang dapat digunakan untuk deteksi dini kanker payudara. Hanya saja, di Indonesia jarang digunakan karena keterbatasan sumber daya. Metode-metode tersebut adalah:

2.4.2MammografiDari penelitian metaanalisis yang di lakukan oleh U.S Preventive Services Task Force, para klinisi merekomendasikan untuk dilakukan pemeriksaaan mammografi setiap satu sampai dua tahun sekali pada wanita usia 40 tahun atau yang lebih tua.Studi menemukan bahwa sensitifitas dari mammografi adalah berkisar antara 60-90 persen. Namun, penelitian pada wanita yang berusia muda, ternyata sensitifitas mammografi lebih rendah dan menghasilkan angka penurunan kematian yang juga ikut rendah. Hal ini dikarenakan densitas payudara lebih padat pada wanita usia muda, dan pertumbuhan kanker yang lebih cepat pada usia muda, sehingga skrining mammografi kurang sensitif hasilnya.Mammografi telah terbukti dapat mendeteksi kanker payudara pada stadium dini dan, apabila dilakukan tindak lanjut dengan diagnosis dan terapi yang cukup, dapat menurunkan angka moralitas akibat kanker payudara. Namun, pada wanita berusia di bawah 40 tahun penggunaan mammografi kurang sensitif.Rekomendasi dari organisasi-organisasi kanker di seluruh dunia mengatakan bahwa skrining dengan mammografi sebaiknya di mulai pada wanita usia 40 tahun. Sementara wanita dengan usia 40-49 tahun, sebaiknya di periksa menggunakan mammografi tiap tahunnya, dan untuk wanita di usia 50 tahun atau lebih dianjurkan mendapat skrining mammografi sekali tiap tahunnya. Skrining mammografi dapat tetap dilakukan pada usia berapapun selama wanita tersebut mempunyai status kesehatan yang baik.

2.4.2Pemeriksaan klinis kanker payudara oleh tenaga medis terlatih (Clinical Breast Examination/CBE)Clinical Breast Examination (CBE) digunakan untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang ada pada payudara dan untuk mengevaluasi kanker payudara pada tahap ini sebelum berkembang menjadi tahap yang lebih lanjut. Untuk wanita yang usia rata-rata 40 tahun atau yang lebih muda, deteksi dini terhadap adanya massa pada payudara lebih efektif menggunakan CBE. Sementara itu, pada wanita dengan usia diatas 40 tahun, mammografi merupakan metode yang direkomendasikan dan CBE dipakai sebagai metode yang menunjang pada deteksi dini kanker payudara.Secara spesifik, CBE memberikan kesempatan pada tenaga kesehatan untuk memberikan edukasi pada pasien wanita tentang kanker payudara baik gejala klinis maupun peran deteksi dini untuk menurunkan angka kematian akibat kanker payudara, juga memberikan kesempatan kepada klinisi untuk mendiskuskan manfaat dan keterbatasan CBE sebagai metode deteksi dini.Dasar pemeriksaaan pada CBE adalah dengan menggunakan inspeksi secara visual dan palpasi untuk menemukan kelainan pada payudara. Baik CBE maupun memmografi dapat saling melengkapi sebagai deteksi dini kanker payudara. Ketika pada pemeriksaan CBE ditemukan adanya benjolan yang mencurigakan, maka ini perlu dievaluasi meskipun dengan mammografi tidak ditemukan adanya gambaran massa.Sensitifitas dan spesifikasi CBE dipengaruhi oleh beberapa hal seperti cara pemeriksaan (palpasi, tekanan, dan pola), keadaan pasien (densitas jaringan dan keadaan nodulnya), serta karakter tumor (ukuran, kedalaman, dan mobilitas).Adapun beberapa teknik pemeriksaan payudara dengan menggunakan metode CBE adalah sebagai berikut Pada perempuan berumur 20-40 tahun CBE dianjurkan untuk dilakukan tiga tahun sekali. Untuk perempuan yang mendapatkan kelainan pada saat SADARI dianjurkan dilaksanakan CBE sehngga dapat lebih dipastikan apakah ada kemungkinan keganasan Pada perempuan berusia lebih dari 40 tahun dilakukan CBE setiap tahun.(1)

2.4

28

2.5 Ringkasan pustakaTabel 3. Ringkasan pustakaPenelitiLokasi penelitianStudi desainSubjek studiVariabel yang ditelitiLama waktu studiHasil

Annisaa Nuur Muslimah, Masruroh, Casnuri.(24)

Padukuhan Ngentak Depok Sleman YogyakartaStudi deskriptifWanita usia subur 20-49 tahun sudah menstruasiPengetahuan wanita usia subur tentang pemeriksaan payudara sendiri, umur, pendidikan, pekerjaan, sumber informasi-Tingkat pengetahuan wanita usia subur tentang pemeriksaan payudara sendiri di Padukuhan Ngentak Depok Sleman Yogyakarta sebanyak 59,3 % dengan karakteristik umur 79,1 % dalam kategori umur 20-35 tahun, sebagian besar pendidikan wanita usia subur di Padukuhan Ngentak Depok Sleman Yogyakarta adalah SMA/sederajat sebanyak 50 %, sebagian besar pekerjaan wanita usia subur adalah ibu rumah tangga sebanyak 80,2 % dan sumber informasi sebagian besar artikel, tenaga kesehatan dan penyuluhan sebanyak 34, 9 %.

Sami Abdo Radman Al-Dubai, Ahmad Munir Qureshi, Riyadh Saif-Ali, Kurubaran Ganasegeran, Mohanad Rahman Alwan, Jalal Ibrahim Shawqi Hadi.(25)Kota Shah AlamCross sectional250 wanita Malaysia yang berusia diatas 18 tahun, yang tinggal di kota Shah AlamStatus demografi, pengetahuan tentang kanker payudara dan sikap/kesadaran pada mammografi-Rata-rata usia responden adalah 28 9,2 dengan 69,2% berusia 18 hingga 29 tahun. Mayoritas telah mendengar tentang kanker payudara (81,2%) dan menunjukkan buku, majalah dan brosur sebagai sumber informasi (55,2%). Namun, sebagian besar tidak tahu tentang tanda-tanda dan gejala kanker payudara dan banyak faktor risikonya. Pada analisis multivariat, prediktor signifikan pengetahuan kanker payudara adalah usia, ras, status perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan, ukuran keluarga dan riwayat keluarga kanker lainnya (p