Bab II, Tinjauan Dan Ringkasan Pustaka Edited

33
BAB II TINJAUAN DAN RINGKASAN PUSTAKA 2.1 Pengetahuan Secara etimologi, pengetahuan berasal dari kata “tahu”, yang artinya pandai atau mengerti sesudah melihat, menyaksikan, mengalami, dan sebagainya. Sedangkan secara terminologi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengetahuan berarti segala sesuatu yang diketahui, kepandaian, yang berkenaan dengan sesuatu hal. Pengetahuan yang terdapat pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: a. Faktor internal: 1. Pengalaman Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Semakin banyak pengalaman, semakin banyak pengetahuan seseorang. 2. Pendidikan Pendikan berfungsi untuk memperoleh informasi secara formal. Informasi yang didapatkan kemudian akan diolah dan akan membentuk pola pikir. Sehingga, pendidikan sangat berpengaruh dalam pola pikir seseorang. Pola pikir kemudian akan membentuk pengetahuan, lalu pengetahuan akan 5

description

jjhjhhi

Transcript of Bab II, Tinjauan Dan Ringkasan Pustaka Edited

BAB II TINJAUAN DAN RINGKASAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

Secara etimologi, pengetahuan berasal dari kata “tahu”, yang artinya pandai

atau mengerti sesudah melihat, menyaksikan, mengalami, dan sebagainya.

Sedangkan secara terminologi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

pengetahuan berarti segala sesuatu yang diketahui, kepandaian, yang berkenaan

dengan sesuatu hal.

Pengetahuan yang terdapat pada seseorang dipengaruhi oleh beberapa

faktor, yaitu:

a. Faktor internal:

1. Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman

orang lain. Semakin banyak pengalaman, semakin banyak pengetahuan

seseorang.

2. Pendidikan

Pendikan berfungsi untuk memperoleh informasi secara formal.

Informasi yang didapatkan kemudian akan diolah dan akan membentuk

pola pikir. Sehingga, pendidikan sangat berpengaruh dalam pola pikir

seseorang. Pola pikir kemudian akan membentuk pengetahuan, lalu

pengetahuan akan membentuk perilaku. Maka secara tidak langsung,

pendidikan sangat mempengaruhi perilaku seseorang dalam

kehidupannya, termasuk perilaku seseorang dalam pola hidupnya.

3. Keyakinan

Keyakinan adalah nilai-nilai prinsipal yang dimiliki oleh seseorang.

Keyakinan bersifat subjektif dan umumnya tidak dapat diganggu gugat.

Seringnya, keyakinan didapatkan secara turun temurun tanpa adanya

pembuktian terlebih dahulu.

4. Pekerjaan

5

Pekerjaan adalah usaha yang harus dilakukan secara teratur, yang

akhirnya menjadi sebuah kebutuhan, untuk menunjang kehidupan pribadi

dan kebutuhan keluarga. Melalui pekerjaan, tercipta pula sebuah

lingkungan interaksi sosial yang akan menanamkan pengetahuan-

pengetahuan baru dalam diri seseorang.

5. Usia

Usia adalah lama waktu hidup seseorang mulai dari sejak dilahirkan

hingga seseorang berulang tahun terakhir kali. Makin tua usianya, akan

semakin matang pula pengetahuan dan pola pikir seseorang terhadap

sesuatu hal.

6. Minat

Minat merupakan sebuah keinginan atau ketertarikan yang tinggi

terhadap sesuatu hal. Minat membuat seseorang ingin mengerti lebih jauh

dan lebih mendalam tentang sesuatu hal.

b. Faktor eksternal:

1. Fasilitas

Fasilitas adalah media yang salah satu fungsinya adalah untuk menambah

pengetahuan seseorang. Contoh : televisi, radio, majalah, buku, koran,

dan sebagainya.

2. Penghasilan

Penghasilan yang tinggi membuat seseorang mampu menyediakan

fasilitas yang lebih baik untuk dirinya sendiri. Dengan fasilitas yang lebih

baik, seseorang dapat memiliki kesempatan untuk mengakses banyak

pengetahuan. Sehingga, secara tidak langsung, penghasilan tinggi

membuat seseorang memiliki pengetahuan yang lebih luas.

3. Sosial budaya

Sistem sosial dan kebudayaan yang berada di dalam keluarga dan

masyarakat dapat mempengaruhi persepsi, pola pikir, cara pandang,

pengetahuan, dan sikap seseorang terhadap sesuatu.

4. Lingkungan

6

Lingkungan adalah suatu kondisi di sekitar manusia yang dapat

mempengaruhi perkembangan, persepsi, dan sikap manusia tersebut.

Dari penjelasan di atas, dapat sedikit disimpulkan bahwa pengetahuan

sangat mempengaruhi dan menentukan perilaku manusia. Pengetahuan pada

seseorang mempunyai 2 aspek, yaitu aspek positif dan aspek negatif. Dua aspek

inilah yang akan mempengaruhi perilaku seseorang terhadap suatu objek atau

stimulus. Semakin banyak aspek positif terhadap suatu objek atau stimulus, maka

akan semakin positif pula perilaku terhadap objek atau stimulus tersebut.(21)

2.2 Anatomi payudara

Payudara merupakan kelenjar aksesoris kulit yang terletak pada iga dua

sampai iga enam, dari pinggir lateral sternum sampai linea aksilaris media.

Kelenjar ini dimiliki oleh pria dan wanita. Namun, pada masa pubertas, payudara

wanita lambat laun akan membesar hingga membentuk setengah lingkaran,

sedangkan pada pria tidak. Pembesaran ini terutama terjadi akibat penimbunan

lemak dan dipengaruhi oleh hormon-hormon ovarium (Snell, 2006). Setiap

payudara terdiri dari 15 sampai 20 lobus dari jaringan kelenjar. Jumlah lobus tidak

berhubungan dengan ukuran payudara. Setiap lobus terbuat dari ribuan kelenjar

kecil yang disebut alveoli atau acini. Kelenjar ini bersama-sama membentuk

sejumlah gumpalan, mirip buah anggur yang merambat. Alveoli (alveolus dan

acinus singular) menghasilkan susu dan substansi lainnya selama masa menyusui

(Snell, 2006).(21)

2.3 Kanker payudara

Kanker payudara adalah malignan tumor (kanker) yang awalnya dimulai

pada sel-sel di payudara.(5) Kanker payudara merupakan penyakit yang

mengancam hidup wanita, yang mempengaruhi kepercayaan diri, seksualitas, dan

feminitas wanita.(3) Insiden kanker meningkat di seluruh dunia, khususnya di

7

negara-negara berkembang akibat dari populasi lansia dan orang dewasa yang

meningkat, merokok, serta meningkatnya adopsi gaya hidup western seperti

sedentary lifestyle, alkohol, dan western diet.(14)

Etiologi kanker payudara memang belum diketahui, namun terdapat banyak

faktor resiko yang berhubungan dengan kanker payudara. Faktor resiko kanker

payudara yang tidak dapat diubah adalah jenis kelamin, usia, mutasi genetik

(BRCA-1 dan BRCA-2), riwayat kanker payudara pada keluarga, mempunyai

riwayat penyakit kanker payudara, densitas payudara, mempunyai riwayat tumor

pada payudara, usia menarche yang terlalu dini, usia menopause yang terlalu

lambat, dan pernah terkena radiasi pada payudara. Sedangkan faktor resiko yang

dapat diubah adalah nullipara, riwayat kehamilan pertama kali di atas usia 30

tahun, penggunaan hormon tambahan setelah menopause, penggunaan kombinasi

estrogen dan progesteron, tidak pernah menyusui, konsumsi alkohol, obesitas

postmenopause, dan kurangnya aktivitas fisik (ACS 2010).(10)

Dari beberapa faktor resiko yang diketahui di atas, seorang wanita yang

memiliki faktor resiko belum tentu nantinya akan terserang kanker payudara.

Namun, wanita yang mempunyai faktor resiko memiliki probabilitas yang lebih

tinggi untuk terserang kanker payudara, meskipun pada usia muda.(1)

Berikut ini adalah penjelasan lebih lengkap mengenai faktor-faktor resiko

yang telah disebutkan di atas:

1. Faktor Reproduksi

a. Usia menarche, siklus menstruasi, dan usia menopause

Menarche dini berhubungan dengan peningkatan resiko kanker payudara.

Dewasa ini di negara-negara berkembang, terjadi pergeseran usia menarche

dari sekitar >13 tahun menjadi <12 tahun.

Resiko kanker payudara mengalami penurunan sekitar 10% setiap 2 tahun

keterlambatan usia menarche.

Karakteristik siklus menstruasi juga berhubungan dengan peningkatan

resiko kanker payudara. Dalam suatu studi prospektif, siklus menstruasi

yang kurang dari 26 hari atau lebih lama dari 31 hari selama usia 18-22 juga

diprediksikan mengurangi resiko kanker payudara. Studi lain menunjukkan

8

bahwa siklus menstruasi yang pendek saat usia 30 tahun, berhubungan

dengan penurunan resiko kanker payudara.

Menopause yang terlambat juga turut meningkatkan resiko kanker payudara.

Untuk setiap tahun, usia menopause yang terlambat, akan meningkatkan

resiko kanker payudara 3%.

b. Usia Kehamilan Pertama

Resiko kanker payudara menunjukkan peningkatan seiring dengan

peningkatan usia mereka saat kehamilan pertama. Ini diperkirakan karena

adanya rangsangan pematangan dari sel-sel pada payudara yang diinduksi

oleh kehamilan, yang membuat sel-sel ini lebih peka terhadap transformasi

yang bersifat karsinogenik.

c. Paritas

Efek dari jumlah paritas terhadap rasio kanker payudara telah lama diteliti.

Dalam suatu studi metaanalisis, dilaporkan bahwa wanita nullipara

mempunyai resiko 30% untuk berkembang menjadi kanker dibandingkan

dengan wanita yang multipara.

Sementara itu, studi lain juga menunjukkan adanya penurunan resiko kanker

payudara dengan peningkatan jumlah paritas. Level hormon dalam sirkulasi

yang tinggi selama kehamilan menyebabkan diferensiasi dari the terminal

duct-lobular unit (TDLU), yang merupakan tempat utama dalam proses

transformasi kanker pada payudara. Proses diferensiasi dari TDLU ini

bersifat protektif melawan pertumbuhan kanker payudara secara permanen.

d. Menyusui

Menyusui merupakan hal yang sangat penting bagi pertumbuhan dan

perkembangan bayi. Byers, dkk, melaporkan adanya efek yang bersifat

protektif dari menyusui terhadap kanker payudara. Sementara itu, Lipworth,

dkk, menemukan bahwa waktu menyusui yang lebih lama mempunyai efek

yang lebih kuat dalam menurunkan resiko kanker payudara. Sebab dari efek

protektif menyusui ini dikarenakan adanya penurunan level estrogen dan

sekresi bahan-bahan karsinogenik selama menyusui.

2. Faktor Endokrin

9

a. Faktor endogen

Telah diketahui bahwa salah satu faktor resiko yang penting dalam

pertumbuhan kanker payudara pada wanita adalah paparan hormon endogen

selama hidupnya. Andrieu menemukan adanya peningkatan resiko kanker

yang signifikan terhadap wanita dengan usia menarche 12 tahun atau lebih

muda (p < 0,01). Menopause sebelum usia 50 tahun menunjukkan

penurunan resiko kanker payudara (odds rasio = 0,60). Faktor-faktor seperti

menstruasi dini (sebelum usia 12 tahun) dan menopause pada usia lanjut

(setelah usia 55 tahun) merupakan faktor resiko yang berperan dalam

pertumbuhan kanker payudara.

b. Faktor eksogen

1. Kontrasepsi oral

Masih terdapat kontroversi sampai saat ini terkait peran kontrasepsi oral

dalam perkembangan kanker payudara. Namun, beberapa studi

menunjukkan bahwa kontrasepsi oral berperan dalam meningkatkan

resiko kanker payudara pada wanita pramenopause, tetapi tidak pada

wanita dalam masa pasca menopause.

2. Terapi sulih hormon (hormone replacement therapy)

Dari studi metaanalisis ditunjukkan bahwa terapi sulih hormon (TSH)

dapat meningkatkan resiko kanker payudara. Ada peningkatan resiko

sebesar 2,3% tiap tahunnya pada wanita pasca menopause yang memakai

TSH. Dari penelitian yang dilakukan di Inggris, didapatkan bahwa

penggunaan TSH kombinasi antara estrogen – progesteron lebih besar

meningkatkan resiko terjadinya kanker payudara jika dibandingkan

dengan hanya menggunakan estrogen.

Selain itu, juga resiko ini meningkatkan pada pemakaian TSH kombinasi

dalam jangka waktu >10 tahun daripada penggunaan TSH selama 1-4

tahun. Resiko kanker menurun saat pemakaian dihentikan, dan resiko

wanita yang pernah memakai TSH hampir sama dengan yang belum

pernah menggunakannya.

3. Densitas payudara pada mamografi

10

Densitas payudara berhubungan dengan resiko kanker payudara. Densitas

dipengaruhi oleh jumlah jaringan lemak, jaringan ikat, dan epitel pada

payudara. Adapun densitas payudara yang berbeda-beda pada wanita

dipengaruhi 20-30% oleh status menopause, berat badan, dan paritas,

serta dicurigai adanya kecenderungan terhadap genetik. Payudara dengan

proporsi jaringan lemak yang tinggi mempunyai densitas yang lebih

rendah. Kanker akan lebih mudah dideteksi pada payudara yang

mempunyai densitas lebih tinggi. Pada wanita dengan densitas payudara

yang lebih tinggi mempunyai resiko 2-6 kali untuk berkembang menjadi

kanker dibandingkan dengan densitas payudara yang rendah.

4. Asupan alkohol

Studi menunjukkan bahwa resiko kanker payudara meningkat berkaitan

dengan asupan alkohol jangka panjang. Hal ini mungkin disebabkan

karena alkohol mempengaruhi aktivitas estrogen. Hubungan antara

peningkatan resiko kanker payudara dengan asupan alkohol lebih kuat

didapatkan pada wanita menopause. Studi menemukan bahwa setelah

konsumsi alkohol, akan terdapat peningkatan jumlah estrogen pada urin

dan kulit. Alkohol dapat menyebabkan hiperinsulinemia yang akan

merangsang faktor pertumbuhan pada jaringan payudara (insulin like

growth factor). Hal ini akan merangsang pertumbuhan yang tergantung

pada estrogen (estrogen independen growth) pada lesi pra kanker yang

selama masa menopause akan mengalami regresi ketika jumlah estrogen

menurun. Lesi ini akan memasuki fase dorman, dimana pada fase ini

dapat diaktivasi oleh adanya faktor pemicu (promoting factor) seperti

alkohol. Keadaan hiperinsulinemia yang disebabkan oleh alkohol

menghambat terjadiya regresi spontan dari lesi pra kanker selama masa

menopause. Dan pertumbuhan lesi ini dapat berubah dari estrogen-

dependen menjadi autonom.

5. Obesitas

Obesitas telah lama diteliti sebagai faktor resiko perkembangan kanker

payudara. Obesitas berhubungan dengan penurunan resiko kanker pada

11

premenopause dan peningkatan resiko kanker payudara selama masa

pascamenopause. Setelah menopause, ketika ovarium berhenti

memproduksi hormon estrogen, jaringan lemak merupakan tempat utama

dalam produksi estrogen endogen. Oleh karena itu, wanita dengan berat

badan berlebih dan BMI yang tinggi, mempunyai level estrogen yang

tinggi. Obesitas juga berkaitan dengan rendahnya jumlah sex

hormonebinding globulin (SHBG), yang berfungsi untuk berperan dalam

peningkatan jumlah estradiol (JNCI Cancer Spectrum 2003).

6. Genetik

Mutasi yang paling banyak terjadi pada kanker payudara adalah pada gen

BRCA 1 dan BRCA 2. Pada sel yang normal, gen ini membantu

mencegah terjadinya kanker dengan jalan menghasilkan protein yang

dapat mencegah pertumbuhan abnormal. Wanita dengan mutasi gen

BRCA 1 dan BRCA 2, mempunyai peluang 80% untuk berkembang

menjadi kanker payudara selama hidupnya. Perlu diketahui bahwa kanker

payudara dan ovarium mempunyai hubungan yang dekat secara genetik.

Studi menunjukkan bahwa wanita yang orang tuanya (first-degree

relative) memiliki riwayat kanker payudara, mempunyai risiko untuk

berkembang menjadi kanker payudara adalah sebesar 1,7 sampai 4,0 kali

dibanding dengan populasi yang ada.

7. Kelainan payudara lainnya

Wanita yang didiagnosis dengan kelainan-kelainan payudara, dapat

meningkatkan resiko kanker payudara. Adapun beberapa dari kelainan di

bawah ini mempunyai risiko untuk berkembang menjadi kanker

payudara.

1. Lesi Non-Proliferatif : kelainan ini mempunyai peluang kecil untuk

berkembang menjadi kanker payudara.

2. Lesi Proliferatif tanpa keliainan atipik : kelainan ini menunjukkan

pertumbuhan yang cepat (excessive growth) dari duktus dan lobules

pada jaringan payudara.

12

3. Lesi Proliferatif dengan kelainan atipik : kelainan ini mempunyai

efek yang lebih kuat dalam meningkatkan resiko kanker payudara,

yaitu sebesar 4 sampai 5 kali lipat, berbeda dengan lesi proliferatif

tanpa kelainan atipik yang hanya meningkatkan resiko kanker 2 kali

lipat.

2.3.1 Stadium

2.3.1.1 Stadium

Berdasarkan data PERABOI (Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi

Indonesia) didapatkan data rata-rata prognosis harapan hidup penderita kanker

payudara (survival rate) per stadium sebagai berikut :

1. Stadium 0 : 10-years survival rate 98% (non breast cancer yang

terdeteksi oleh mamografi/USG)

2. Stadium 1 : 5-years survival rate 85%

3. Stadium II : 5-years survival rate 60-70%

4. Stadium III : 5-years survival rate 30-50%

5. Stadium IV : 5-years survival rate 15%

2.3.1.2 Sistem Stadium TNM

Bagi para klinisi sistem stadium ini sangat berguna karena dengan adanya

sistem stadium, dapat diperkirakan prognosisnya. Ada hubungan antara stadium

kanker dengan angka 10-year relative survival pada pasien kanker payudara.

Terdapat perbedaan yang signifikan di antara stadium kanker payudara. Sebanyak

5-12% dari pasien stadium I/II meninggal dalam 10 tahun pertama setelah

diagnosis ditegakkan, ini dibandingkan pada pasien stadium III yang lebih dari

60%, dan lebih dari 90% pada stadium IV. Sistem stadium kanker payudara juga

memberikan informasi tentang pilihan terapi yang sesuai berdasarkan stadium.

Stadium 0 : tahap sel kanker payudara tetap di dalam kelenjar

payudara tanpa invasi ke dalam jaringan payudara normal yang

berdekatan.

13

Stadium I : 2 cm atau kurang dan batas yang jelas (kelenjar getah

bening normal)

Stadium II A : tumor tidak ditemukan pada payudara tapi sel-sel kanker

ditemukan di kelenjar getah bening ketiak, atau tumor dengan ukuran 2 cm

atau kurang dan telah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak/aksiller,

atau tumor yang lebih besar dari 5 cm dan belum menyebar ke kelenjar

getah bening ketiak.

Stadium II B : tumor yang lebih besar dari 2 cm, tetapi tidak ada yang

lebih besar dari 5 cm dan telah menyebar ke kelenjar getah bening yang

berhubungan dengan ketiak, atau tumor yang lebih besar dari 5 cm tapi

belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak.

Stadium III A : tidak ditemukan tumor di payudara. Kanker ditemukan di

kelenjar getah bening ketiak yang melekat bersama atau dengan struktur

lainnya, atau kanker ditemukkan di kelenjar getah bening di dekat tulang

dada, atau tumor dengan ukuran berapa pun dimana kanker telah ke

kelenjar getah bening ketiak, terjadi pendekatan dengan struktur lainnya,

atau kanker ditemukan di kelenjar getah bening di dekat tulang dada.

Stadium III B : tumor dengan ukuran tertentu dan telah menyebar ke

dinding dada dan/atau kulit payudara dan mungkin telah menyebar ke

kelanjar getah bening ketiak yang berlengketan dengan struktur lainnya,

atau kanker mungkin telah menyebar ke kelenjar getah bening di dekat

tulang dada. Kanker payudara inflamatori (berinflamasi) dipertimbangkan

paling tidak pada tahap III B.

Stadium III C : ada atau tidak tanda kanker di payudara atau mungkin

telah menyebar ke dinding dada dan/atau kulit payudara dan kanker telah

menyebar ke kelenjar getah bening baik di atas atau di bawah tulang

belakang dan kanker mungkin telah menyebar ke kelenjar getah bening di

dekat tulang dada.

Stadium IV : kanker telah menyebar atau metastasis ke bagian lain dari

tubuh.

14

2.3.2 Prognosis

Beberapa gambaran tumor payudara menunjang prognosisnya. Secara

umum, makin kecil tumor, makin baik prognosisnya.

Pada diagnosis, hampir 45% pasien membuktikan adanya penyebaran

regional atau jauh atau metastasis. Rute yang paling sering dari penyebaran

regional adalah ke nodus limfe aksilaris. Kelangsungan hidup bergantung pada

penyebaran regional penyakit. Sebagai contoh, angka bertahan 5 tahun secara

keseluruhan adalah lebih dari 90% jika tumor terdapat dalam payudara, namun

bila kanker telah menyebar sampai pada nodus regional, angka bertahan 5 tahun

secara keseluruhan turun di bawah 60%. Tempat lain penyebaran limfatik

mencakup nodus mamaria internal dan supraklavikular. Metastasis jauh dapat

mengenai sembarang organ, tetapi tempat yang paling umum adalah tulang (71%),

paru-paru (69%), hepar (65%), pleura (51%), adrenal (49%), kulit (30%), dan otak

(20%).

2.4 Deteksi Dini

Deteksi dini merupakan bagian dari pencegahan sekunder. Deteksi dini

adalah usaha untuk mengidentifikasi kelainan yang secara klinis belum jelas

dengan mengggunakan alat test, pemeriksaan, atau prosedur tertentu yang dapat

digunakan secara cepat. Deteksi dini bertujuan untuk menemukan secara dini

kanker yang dapat disembuhkan, untuk mengurangi mordibitas dan mortalitas

kanker.(5) Deteksi dini dipengaruhi oleh usia, keterpaparan media, pengetahuan,

sikap, dan dukungan orang tua.(23)

Secara umum, insiden kanker payudara memang meningkat tetapi

mortalitasnya sangat menurun di negara-negara maju yang sudah sering

melakukan deteksi dini dan terapi yang lebih efektif.(4) Upaya deteksi dini kanker

payudara adalah upaya untuk mendeteksi atau mengidentifikasi secara dini adanya

kanker payudara, sehingga diharapkan dapat diobati dengan teknik yang dampak

fisiknya kecil dan punya peluang lebih besar untuk sembuh. Upaya ini sangat

penting karena apabila kanker payudara dapat dideteksi secara dini dan diobati

15

dengan tepat maka tingkat kesembuhannya cukup tinggi (80-90%).(1) Deteksi dini

dan pengobatan secara dini akan meningkatkan survival kanker payudara.(11) Ada

3 cara skrining pada kanker payudara, yaitu dengan melakukan mammografi,

Clinical Breast Examination (pemeriksaan payudara secara klinis oleh tenaga

kesehatan), dan Breast Self – Examination, atau yang di Indonesia dikenal dengan

SADARI (Periksa Payudara Sendiri). Tiga hal ini merupakan salah satu kemajuan

di bidang kesehatan dan memegang peranan penting dalam deteksi dini kanker

payudara.

Penerapan di negara maju seperti Amerika, Inggris, dan Belanda dilakukan

dengan menggunakan pemeriksaan ultrasonografi dan mammografi karena

sumber daya negara maju cukup memadai untuk melakukan program tersebut. Di

lain pihak, negara berkembang seperti Indonesia penapisan secara masal dengan

USG dan mammografi belum mungkin untuk sering dilakukan. Oleh karena itu,

pemeriksaan klinis oleh tenaga kesehatan yang terlatih dengan promosi dan

edukasi tentang pengobatan yang baik pada masyarakat (bahwa kanker payudara

pada stadium awal bila di operasi dapat meningkatkan harapan hidup penderita)

sehingga pada akhirnya akan meningkatkan pencapaian tujuan dari penapisan

yaitu menurunkan angka kematian dan meningkatkan kualitas hidup penderita

kanker payudara.

2.4.1 SADARI (Breast Self Examination/BSE)

BSE atau SADARI adalah strategi kesehatan preventif individual yang

paling penting dan paling direkomendasikan untuk dilakukan secara rutin setiap

bulan untuk para wanita sejak masa pubertas, terutama untuk usia 20 tahun ke atas

karena SADARI sangat mudah untuk dilakukan, ekonomis, aman, dan prosedur

non-invasif yang tidak membutuhkan peralatan yang spesial, serta SADARI

merupakan metode diagnostik yang cukup efektif untuk kanker payudara yang

hanya membutuhkan waktu 5 menit untuk dilakukan.(12) Walaupun SADARI

direkomendasikan untuk semua wanita di atas usia 20 tahun, tapi SADARI juga

merupakan pilihan penting untuk para wanita yang berusia lebih muda.(19)

16

Penemuan dini dimulai dengan peningkatan kesadaran masyarakat tentang

perubahan bentuk atau adanya kelainan payudara mereka sendiri. Pemasyarakatan

kegiatan SADARI bagi semua perempuan dimulai sejak usia subur, sebab 85%

kelainan payudara justru pertama kali dikenali oleh penderita bila tidak dilakukan

penapisan masal.

SADARI sebaiknya dilakukan setiap kali selesai menstruasi (hari ke 10 dari

awal menstruasi). Pemeriksaaan seharusnya dilakukan setiap bulan sejak umur 20

tahun, namun merupakan pilihan yang tepat apabila pemeriksaan dilakukan sejak

awal usia pubertas atau usia remaja di bawah 20 tahun dimana mulai terdapat

pertumbuhan payudara, mengingat kejadian kanker payudara pada wanita muda

yang terus meningkat belakangan ini.(23)

Pada wanita pramenopause sebaiknya melakukan pemeriksaan setelah hari

ke-5 dan ke-7 sesudah siklus menstruasi, dimana jaringan payudara saat itu

densitasnya lebih rendah. Pada pasien yang tergolong dalam resiko tinggi

disarankan untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri saat pertengahan

siklus menstruasi.

Pemeriksaan payudara sendiri terdiri atas dua bagian yang meliputi inspeksi

dan palpasi. Dengan berdiri di depan kaca, payudara diinspeksi sambil dalam

posisi berdiri sambil tangan disamping, sambil kedua telapak tangan menekan

satu sama lain, dan sambil kedua tangan berada pada pinggang. Bentuk payudara

yang asimetris, adanya massa, dan kulit yang retraksi dapat terdeteksi dengan

maneuver ini.

Di bawah ini beberapa tahap dalam pemeriksaan payudara sendiri :

1. Berdiri di depan kaca agar dapat melihat payudara secara jelas

2. Sambil kedua tangan di atas kepala, periksalah apakah ada kelainan berupa

retraksi, inflamasi, pembengkakan, atau kemerahan di semua bagian kedua

payudara

3. Ulangi dengan kedua tangan diletakkan pada pinggul

4. Palpasi kedua payudara dengan jari, dengan gerakan memijat, awalannya

periksa pada arah jam 12, kemudian ke arah jam 2 sampai kembali lagi arah

jam 12, dirasakan apakah ada benjolan. Berikan tekanan mulai dari superfisial

17

kulit sampai ke dalam jaringan payudara. Adapun dapat digunakan metode

pembagian payudara berdasarkan kuadran dan lakukan palpasi secara cermat.

5. Kemudian periksalah pada puting payudara dan area sekitarnya. Juga perlu

ditekan secara lembut untuk melihat apakah ada discharge.

6. Dan ulangi pemeriksaan secara palpasi sambil berbaring.

2.4.2 Mammografi

Dari penelitian metaanalisis yang di lakukan oleh United State Preventive

Services Task Force, para klinisi merekomendasikan untuk dilakukan

pemeriksaaan mammografi setiap satu sampai dua tahun sekali pada wanita usia

40 tahun atau yang lebih tua.

Mammografi telah terbukti dapat mendeteksi kanker payudara pada stadium

dini, dan apabila dilakukan tindak lanjut dengan diagnosis dan terapi yang cukup,

dapat menurunkan angka mortalitas akibat kanker payudara. Namun, pada wanita

berusia di bawah 40 tahun penggunaan mammografi kurang sensitif. Studi

menemukan bahwa sebenarnya sensitifitas dari mammografi adalah berkisar

antara 60-90 persen. Namun, penelitian pada wanita yang berusia muda, ternyata

sensitifitas mammografi lebih rendah dan menghasilkan angka penurunan

kematian yang juga ikut rendah. Hal ini dikarenakan densitas payudara lebih padat

pada wanita usia muda, dan pertumbuhan kanker yang lebih cepat pada usia

muda, sehingga skrining mammografi kurang sensitif hasilnya.

Rekomendasi dari organisasi-organisasi kanker di seluruh dunia mengatakan

bahwa skrining dengan mammografi sebaiknya di mulai pada wanita usia 40

tahun. Sementara wanita dengan usia 40-49 tahun, sebaiknya di periksa

menggunakan mammografi tiap tahunnya, dan untuk wanita di usia 50 tahun atau

lebih dianjurkan mendapat skrining mammografi sekali tiap tahunnya.

Walaupun mammografi adalah satu-satunya metode diagnosis yang paling

sensitif untuk mengurangi mortalitas kanker payudara, namun tidak dianggap

sebagai modalitas yang cocok untuk negara-negara miskin ataupun berkembang,

dikarenakan harganya yang mahal dan karena membutuhkan tenaga spesialis, (12)

18

dan juga membutuhkan alat yang memadai, sehingga membutuhkan kunjungan ke

rumah sakit.(15)

2.4.2 Pemeriksaan klinis kanker payudara oleh tenaga medis terlatih (Clinical

Breast Examination/CBE)

Clinical Breast Examination (CBE) digunakan untuk mendeteksi kelainan-

kelainan yang ada pada payudara dan untuk mengevaluasi kanker payudara pada

tahap ini sebelum berkembang menjadi tahap yang lebih lanjut. Untuk wanita

yang usia rata-rata 40 tahun atau yang lebih muda, deteksi dini terhadap adanya

massa pada payudara lebih efektif menggunakan CBE. Sementara itu, pada wanita

dengan usia diatas 40 tahun, mammografi merupakan metode yang

direkomendasikan dan CBE dipakai sebagai metode yang menunjang pada deteksi

dini kanker payudara.

Secara spesifik, CBE memberikan kesempatan pada tenaga kesehatan untuk

memberikan edukasi pada pasien wanita tentang kanker payudara baik gejala

klinis maupun peran deteksi dini untuk menurunkan angka kematian akibat kanker

payudara, juga memberikan kesempatan kepada klinisi untuk mendiskusikan

manfaat dan keterbatasan CBE sebagai metode deteksi dini.

Dasar pemeriksaaan pada CBE adalah dengan menggunakan inspeksi secara

visual dan palpasi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk menemukan

kelainan pada payudara. Baik CBE maupun mammografi dapat saling melengkapi

sebagai deteksi dini kanker payudara. Ketika pada pemeriksaan CBE ditemukan

adanya benjolan yang mencurigakan, maka ini perlu dievaluasi meskipun dengan

mammografi tidak ditemukan adanya gambaran massa.

Sensitifitas dan spesifikasi CBE dipengaruhi oleh beberapa hal seperti cara

pemeriksaan (palpasi, tekanan, dan pola), keadaan pasien (densitas jaringan dan

keadaan nodulnya), serta karakter tumor (ukuran, kedalaman, dan mobilitas).

Adapun beberapa teknik pemeriksaan payudara dengan menggunakan

metode CBE adalah sebagai berikut:

Pada perempuan berumur 20-40 tahun CBE dianjurkan untuk dilakukan tiga

tahun sekali. Untuk perempuan yang mendapatkan kelainan pada saat

19

SADARI dianjurkan dilaksanakan CBE sehingga dapat lebih dipastikan

apakah ada kemungkinan keganasan.

Pada perempuan berusia lebih dari 40 tahun dilakukan CBE setiap tahun.(1)

20

2.4 Ringkasan pustaka

Tabel 3. Ringkasan pustaka

Peneliti Lokasi penelitian

Studi desain

Subjek studi Variabel yang diteliti

Lama waktu studi

Hasil

Annisaa Nuur Muslimah, Masruroh, Casnuri.(24)

Padukuhan Ngentak Depok Sleman

Yogyakarta

Studi deskriptif

Wanita usia subur ≥ 20-49 tahun sudah menstruasi

Pengetahuan wanita usia

subur tentang pemeriksaan

payudara sendiri, umur, pendidikan, pekerjaan,

sumber informasi

- Tingkat pengetahuan wanita usia subur tentang pemeriksaan payudara sendiri di Padukuhan Ngentak Depok Sleman Yogyakarta sebanyak 59,3 % dengan karakteristik umur 79,1 % dalam kategori umur 20-35 tahun, sebagian besar pendidikan wanita usia subur di Padukuhan Ngentak Depok Sleman Yogyakarta adalah SMA/sederajat sebanyak 50 %, sebagian besar pekerjaan wanita usia subur adalah ibu rumah tangga sebanyak 80,2 % dan sumber informasi sebagian besar artikel, tenaga kesehatan dan penyuluhan sebanyak 34, 9 %.

21

Sami Abdo Radman Al-Dubai, Ahmad Munir Qureshi, Riyadh Saif-Ali, Kurubaran Ganasegeran, Mohanad Rahman Alwan, Jalal Ibrahim Shawqi Hadi.(25)

Kota Shah Alam

Cross sectional

250 wanita Malaysia yang berusia diatas 18 tahun, yang tinggal di kota Shah Alam

Status demografi, pengetahuan tentang kanker payudara dan sikap/kesadaran pada mammografi

- Rata-rata usia responden adalah 28 ± 9,2 dengan 69,2% berusia 18 hingga 29 tahun. Mayoritas telah mendengar tentang kanker payudara (81,2%) dan menunjukkan buku, majalah dan brosur sebagai sumber informasi (55,2%). Namun, sebagian besar tidak tahu tentang tanda-tanda dan gejala kanker payudara dan banyak faktor risikonya. Pada analisis multivariat, prediktor signifikan pengetahuan kanker payudara adalah usia, ras, status perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan, ukuran keluarga dan riwayat keluarga kanker lainnya (p <0,05). Lima puluh persen wanita menyadari mamografi, prediktor signifikan menjadi umur, pekerjaan, status perkawinan dan pengetahuan tentang kanker payudara (p <0,05).

Emmanuel Aluamhe Sule.(16)

Central Hospital

Warri, Delta, Nigeria

Cross sectional

122 wanita yang berusia 20 tahun dan diatasnya yang

Kesadaran terhadap kanker payudara dan

- Para responden berkisar antara 20-80 tahun. Kesadaran kanker payudara tercatat pada 96,1%responden. 43,6% responden

22

mengunjungi klinik rawat jalan

tindakan deteksi dini kanker payudara

mengetahui kanker payudara dimulai dengan benjolan pada payudara. Pemeriksaan payudara sendiri telah dipraktekkan oleh 45,5% responden. Dari jumlah ini, 83,3% dari responden melakukan pemeriksaan payudara sendiri setidaknya setiap bulan. Pemeriksaan payudara klinis (oleh tenaga kesehatan) telah dilakukan oleh 15,6% responden. Praktek pemeriksaan payudara sendiri secara bermakna dikaitkan dengan keluhan pada payudara sebelumnya RR 6.2 P 0,0001, prosedur payudara sebelumnya RR 9.2 P 0,0001, pemeriksaan payudara klinis sebelumnya RR 2,9 P 0,0001 dan memiliki anggota keluarga atau kenalan dengan kanker payudara RR 2,5 P 0,0001.

Ohene-Yeboah M, Adofo K, Akpaloo M. (20)

Komfo Anokye

Teaching Hospital

Cross sectional

306 perawat wanita profesional (gelar,

Karakteristik demografik, tingkat pengetahuan

- Dari 306 populasi yang diikutsertakan dalam penelitian ini, hanya 165 orang yang mengembalikan kuesioner.

23

(KATH), Kumasi, Ghana

diploma, dan pemegang sertifikat-SRN) di departemen Bedah, Kedokteran, Obstetri dan Ginekologi dan Pediatri di KATH

tentang beberapa aspek kanker payudara di kalangan perawat yaitu gejala, metode diagnosis, faktor risiko, dan metode skrining untuk kanker payudara yang meliputi pemeriksaan payudara sendiri, pemeriksaan payudara secara klinis dan mammografi

Tingkat respon adalah 53,9% (165/306). Rata-rata skor pengetahuan adalah 68,9%. Sembilan puluh responden (54,5%) tahu tentang satu atau dua dari lima faktor risiko (menarche sebelum usia 13 tahun; menopause setelah 55 tahun; memiliki kurang dari 2 anak; kehamilan pertama kali setelah berusia 24 tahun; ibu, saudara perempuan, atau bibi pernah menjalani pengobatan kanker payudara). 159 peserta (94,5%) berpikir bahwa kanker payudara adalah penyakit yang serius. 135 responden (81,8%) mengindikasikan bahwa mereka akan melihat dokter pada hari yang sama ketika mereka memiliki kanker payudara dan 102 (61,8%) akan menerima mastektomi sebagai pengobatan penyakit. Pemeriksaan payudara sendiri dipraktekkan oleh 119 atau 72,0% dari responden. Responden yang sangat berpengetahuan kanker

24

payudara mempraktekkan pemeriksaan payudara klinis lebih sering (27/93), (8/72) (X2 = 9,4, p = 0,001). Praktek ketiga metode skrining kurang sering (> 5%) di antara semua peserta.

25