BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7428/3/WITRI ASTUTI BAB II.pdf · 2018-02-22 · b)...

34
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Medis 1. Definisi a. Definisi Persalinan Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro, 2007 : h. 180). Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (Manuaba, 2010 ; h. 164). Jadi persalinan dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengeluaran hasil dari konsepsi yang berupa janin dan uri yang telah cukup bulan dan mampu hidup diluar kandungan. Tanda – tanda persalinan menurut (Manuaba, 2010 ; h.173) antara lain : 1) Terjadinya his persalinan a) Pinggang terasa nyeri yang menjalar ke depan. b) Sifatnya teratur, interfal makin pendek, dan kekuatannya makin besar. c) Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks. d) Makin beraktifitas kekuatan makin bertambah. 8 Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

Transcript of BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7428/3/WITRI ASTUTI BAB II.pdf · 2018-02-22 · b)...

Page 1: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7428/3/WITRI ASTUTI BAB II.pdf · 2018-02-22 · b) Kala II disebut kala pengeluaran. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Medis

1. Definisi

a. Definisi Persalinan

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang

dapat hidup dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar (Wiknjosastro,

2007 : h. 180).

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan

plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan

melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa

bantuan (Manuaba, 2010 ; h. 164).

Jadi persalinan dapat didefinisikan sebagai suatu proses

pengeluaran hasil dari konsepsi yang berupa janin dan uri yang telah

cukup bulan dan mampu hidup diluar kandungan.

Tanda – tanda persalinan menurut (Manuaba, 2010 ; h.173) antara

lain :

1) Terjadinya his persalinan

a) Pinggang terasa nyeri yang menjalar ke depan.

b) Sifatnya teratur, interfal makin pendek, dan kekuatannya makin

besar.

c) Mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks.

d) Makin beraktifitas kekuatan makin bertambah.

8

Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

Page 2: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7428/3/WITRI ASTUTI BAB II.pdf · 2018-02-22 · b) Kala II disebut kala pengeluaran. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi

2) Pengeluaran lendir

Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang

menimbulkan :

a) Pendataran dan pembukaan.

b) Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis

servikalis lepas.

c) Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah.

3) Pengeluaran cairan

Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menyebabkan

pengeluaran cairan. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang

pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan

persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam.

4) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks (Manuaba,

2010 ; h. 169) :

a) Perlunakan serviks.

b) Pendataran serviks.

c) Terjadi pembukaan serviks.

b. Mekanisme persalinan

Mekanisme persalinan merupakan cara penyesuaian diri dan

lewatnya janin melalui panggul ibu. Ada enam gerakan dengan

overlapping yaitu :

1) Penurunan

Penurunan yaitu meliputi engagement pada diameter oblique kanan

panggul, berlangsung terus selama persalinan normal pada waktu

janin melalui jalan lahir. Pada primigravida sebelum persalinan mulai

Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

Page 3: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7428/3/WITRI ASTUTI BAB II.pdf · 2018-02-22 · b) Kala II disebut kala pengeluaran. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi

sudah harus terjadi penurunan kepala yang jelas dalam proses

engagement. Pada multi mungkin engagement tidak akan terjadi

sampai persalinan betul-betul berjalan baik (Oxorn, 2010 ; h. 84).

2) Flexi

Efek dari pada flexi adalah untuk merubah diameter terendah dari

occipitofrontalis menjadi suboccipito bregmatica yang lebih kecil dan

lebih bulat (Oxorn, 2010 ; h. 84).

3) Putar paksi dalam

Keelastisitasan diafragma pelvis dan tekanan intrauterine yang

disebabkan oleh his yang berulang-ulang, maka kepala mengadakan

rotasi (Wiknjosastro, 2007 ; h. 189).

4) Ekstensi

Setelah kepala janin sampai di dasar panggul dan ubun-ubu kecil

dibawah simfisis, maka dengan suboksiput sebagai hipomoklion,

kepala mengadakan gerakan defleksi untuk dapat dilahirkan. Dengan

kekuatan his bersamaan dengan kekuatan mengedan maka berturut-

turut tampak bregma, dahi, muka, dan akhirnya dagu (Wiknjosastro,

2007 ; h. 189).

5) Putaran paksi luar

Gerakan kembali sebelum putaran paksi dalam terjadi, untuk

menyesuaikan kedudukan kepala dengan punggung anak

(Wiknjosastro, 2007 ; h. 189).

6) Ekspulsi

Kepala telah dilahirkan, bahu akan berada dalam posisi depan

belakang selanjutnya dilahirkan bahu depan terlebih dahulu, baru

Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

Page 4: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7428/3/WITRI ASTUTI BAB II.pdf · 2018-02-22 · b) Kala II disebut kala pengeluaran. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi

kemudian bahu belakang. Demikian pula dilahirkan trokanter depan

terlebih dahulu, baru kemudian trokanter belakang kemudian bayi

lahir seluruhnya (Wiknjosastro, 2007 ; h. 314).

7) Proses persalinan

Menurut (Wiknjosastro, 2007 : h. 181) persalinan dibagi menjadi 4

kala yaitu :

a) Kala I serviks membuka sampai terjadi pembukaan 10 cm. Kala I

dinamakan kala pembukaan.

b) Kala II disebut kala pengeluaran. Kala II dimulai dari pembukaan

lengkap sampai bayi lahir.

c) Kala III dinamakan kala uri dimana uri plasenta terlepas dari

dinding uterus dan dilahirkan.

d) Kala IV dimulai dari lahirnya plasenta dan lamanya 2 jam setelah

melahirkan.

8) Partograf

Untuk dapat menjamin keberhasilan partograf dengan baik maka

partograf tidak dipergunakan pada kasus (Manuaba, 2010 ; 158) :

a) Wanita hamil dengan tinggi badan kurang dari 145 cm.

b) Perdarahan antepartum.

c) Pre-eklamsia berat dan eklamsia.

d) Persalinan prematur.

e) Persalinan bekas seksio sesaria atau bekas operasi rahim

(uterus).

f) Persalinan dengan hamil ganda.

g) Kelainan letak.

Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

Page 5: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7428/3/WITRI ASTUTI BAB II.pdf · 2018-02-22 · b) Kala II disebut kala pengeluaran. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi

h) Pada keadaan gawat janin.

i) Dugaan kesempitan panggul.

j) Persalinan induksi.

k) Hamil dengan anemia.

c. Definisi Ketuban pecah dini

Ketuban dinyatakan pecah dini apabila terjadi sebelum proses

persalinan berlangsung (Saifudin, 2006 ; h. 218).

Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum awitan

persalinan, tanpa memperhatikan usia gestasi (Varney, 2007 ; h. 788).

Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah sebelum ada tanda –

tanda inpartu, dan setelah ditunggu satu jam belum juga mulai ada tanda

– tanda inpartu. Early ruptur of membrane adalah ketuban yang pecah

pada saat fase laten (Manuaba, 2003 ; h. 72).

Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput ketuban

sebelum persalinan (Wiknjosastro, 2008 ; h. 677).

Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya selaput janin sebelum

persalinan dimulai (Norwitz, 2007 ; h. 119).

Ketuban pecah dini adalah suatu keadaan dimana selaput ketuban

pecah pada kehamilan yang telah viabel dan 6 jam setelah itu tidak diikuti

dengan terjadinya persalinan (Achadiat, 2004 ; h. 81).

Dengan demikian ketuban pecah dini dapat didefinisikan pecahnya

selaput ketuban pada fase laten tanpa memandang usia kehamilan dan

setelah ditunggu 6 jam tidak segera diikuti proses persalinan.

Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

Page 6: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7428/3/WITRI ASTUTI BAB II.pdf · 2018-02-22 · b) Kala II disebut kala pengeluaran. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi

2. Etiologi

Ada beberapa faktor yang merupakan penyebab ketuban pecah dini

a. Infeksi

Inveksi yang dimaksud disini seperti vaginosis bakterial, trikomonas, dan

gonore, (Varney, 2007 : h. 788).

1) Vaginosis bakterial merupakan sindrom klinik akibat pergantian flora

normal vagina dengan bakteri anaerob dalam konsentrasi tinggi.

Vaginosis bacterial telah diasosiasikan dengan gangguan kehamilan

termasuk abortus spontan pada kehamilan trimester pertama dan

kedua, kelahiran prematur, rupture membrane yang prematur,

persalinan yang prematur, bayi lahir dengan berat badan rendah,

korioamnionitis, endometritis pasca persalinan, dan infeksi pasca

operasi sesar (Wiknjosastro, 2009 ; h. 928).

2) Trikomonas merupakan penyakit infeksi protozoa yang disebabkan

oleh tricomonas vaginalis yang menyerang traktus urogenitalis

bagian bawah bila infeksi ini ditemukan pada trimester dua kehamilan

dapat mengakibatkan premature rupture membrane, bayi berat lahir

rendah, dan abortus (Wiknjosastro, 2009 ; h. 927).

3) Gonore selama kehamilan telah diasosiasikan dengan pelvic

inflammatory disease (PID), infeksi ini sering ditemukan pada

trimester pertama sebelum korion berfungsi dengan desidua dan

mengisi kavum uteri. Pada tahap lanjut gonore diasosiasikan dengan

rupture membran yang premature, kelahiran premature,

korioamnionitis, dan infeksi pasca persalinan (Wiknjosastro, 2009 ; h.

925).

Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

Page 7: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7428/3/WITRI ASTUTI BAB II.pdf · 2018-02-22 · b) Kala II disebut kala pengeluaran. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi

b. Serviks yang inkompetensia merupakan ketidakmampuan serviks uteri

untuk memprtahankan kehamilan yang disebabkan oleh trauma bedah

serviks pada konisasi, dilatasi berlebihan serviks pada terminasi

kehamilan atau laserasi obstetric (Wiknjosastro, 2009 ; h. 760 – 763).

Inkompetensia serviks ditegakan berdasarkan peristiwa yang sebelumnya

terjadi, yakni minimal dua kali keguguran pada pertengahan trimester

tanpa disertai awitan persalinan (Varney, 2006 ; h. 609). Serviks

inkompeten dibuktikan dengan dilatasi serviks pasif, tanpa nyeri yang

diikuti penggelembungan selaput ketuban kedalam vagina, pecahnya

ketuban, dan pelahiran janin yang tidak matur (Sinclair, 2009 ; h. 86).

c. Kekurangan tembaga dan asam askorbik (vitamin c) dapat berakibat

pertumbuhan struktur abnormal, dikarenakan asam askorbik merupakan

komponen kolagen. Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme

menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput

ketuban pecah (Wiknjosastro, 2009 : h. 678).

Selain ketiga faktor diatas, ada beberapa keadaan yang dapat beresiko

terjadinya ketuban pecah dini :

a. Keletihan karena bekerja dapat peningkatan risiko ketuban pecah dini

(Varney, 2007 ; h. 788). Menurut Norwitz pada usia kehamila cukup

bulan, kelemahan fokal terjadi pada selaput janin diatas os serviks internal

yang memicu robekan (Norwitz, 2007 ; h. 119). Sehingga jika ibu bekerja

dengan keadaan hamil tua dapat berpotensi mengalami ketuban pecah

dini.

b. Riwayat KPD pada kehamilan sebelumnya, kemungkinan akan berulang

pada kehamilan berikutnya (Joseph Nugroho, 2010 ; h. 186). Dikarenakan

Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

Page 8: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7428/3/WITRI ASTUTI BAB II.pdf · 2018-02-22 · b) Kala II disebut kala pengeluaran. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi

dicurigai ibu mengalami inkompetensia serviks seperti yang disebutkan

dalam teori (Wiknjosastro, 2009 ; h. 760 – 763) serviks inkompetensia

merupakan ketidakmampuan serviks uteri untuk memprtahankan

kehamilan yang disebabkan oleh trauma bedah serviks pada konisasi,

dilatasi berlebihan serviks pada terminasi kehamilan atau laserasi

obstetric.

c. Pernah menggunakan kontrasepsi jenis IUD terdapat kemungkinan terjadi

rabas vagina yang menyebabkan infeksi, sehingga persalinannya terjadi

ketuban pecah dini (Varney, 2007 : h. 457).

d. (Norwitz, 2007 ; h. 42) menyebutkan bahwa diabetes militus dalam

kehamilan berpotensi mengalami polihidramnion. Pada bukunya (Varney,

2007 ; h. 788) mengatakan bahwa insiden ketuban pecah dini lebih tinggi

pada wanita dengan inkompetensia serviks, polihidramnion, malpresentasi

janin, kehamilan kembar, dan infeksi vagina. Hamil dengan polidramnion

akan mengalami overdistensi uterus yang kemungkinan besar dapat

menyebabkan ketuban pecah dini sehingga ibu dengan diabetes militus

tidak menutup kemungkinan mempunyai resiko mengalami ketuban pecah

dini.

e. (William, 2005 ; h. 479) menguraikan bahwa normalnya pembukaan

serviks dipermudah oleh efek hidrostatik selaput ketuban yang belum

pecah namun pada panggul sempit saat kepala tertahan di PAP seluruh

gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi uterus bekerja secara langsung

pada bagian selaput ketuban yang menutupi serviks yang membuka.

Akibatnya kemungkinan besar terjadi pecah selaput ketuban.

Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

Page 9: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7428/3/WITRI ASTUTI BAB II.pdf · 2018-02-22 · b) Kala II disebut kala pengeluaran. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi

3. Patofisiologi

Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh

kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena

pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput

ketuban inferior rapuh. Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme

kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput

ketuban pecah. Salah satu penyebabnya adalah berkurangnya asam

askorbik sebagai komponen kolagen yang dapat mengakibatkan struktur

abnormal sehingga menyebabkan ketuban pecah dini (Wiknjosastro, 2008 ;

h. 678).

4. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala untuk mendeteksi terjadinya ketuban pecah dini

menurut (Varney, 2007; h.789) :

a. Wanita yang mengalami KPD biasanya mengeluh keluar cairan yang terus

– menerus (jernih, keruh, kuning, atau hijau) dan perasaan basah pada

celana dalam.

b. Cairan yang keluar biasanya jernih atau keruh jika bercampur mekonium.

c. Cairan yang keluar berbau apek yang khas dan berbeda dengan bau urin.

5. Diagnosa

Karena resiko infeksi intra uterin (korioamnionitis) meningkat seiring

insiden pecah ketuban, penting agar bidan menegakan diagnosa yang akurat

tanpa meningkatkan resiko infeksi (Varney, 2007 ; h. 789). Data berikut

digunakan untuk menegakan diagnosa:

Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

Page 10: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7428/3/WITRI ASTUTI BAB II.pdf · 2018-02-22 · b) Kala II disebut kala pengeluaran. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi

a. Anamnesa

Penderita merasa mengeluarkan cairan dari vagina dan kadang –

kadang disertai dengan tanda tanda persalinan lainnya (Wiknjosastro,

2009 ; h. 679).

b. Pemeriksaan fisik

Lakukan palpasi abdomen untuk menentukan volume cairan amnion.

Apabila pecahnya ketuban telah pasti, terdapat kemungkinan mendeteksi

berkurangnya cairan karena terdapat peningkatan molase uterus dan

dinding abdomen disekitar janin dan penurunan kemampuan balotemen

dibandingkan temuan pada pemeriksaan sebelum pecah ketuban

(Varney, 2007 ; h. 789). Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda – tanda

infeksi adalah bila suhu ibu lebih dari 38°C, leukosit darah > 15.000/mm³

serta air ketuban keruh dan berbau (Wiknjosastro, 2008 ; h. 680).

c. Inspeksi

Minta wanita mengejan (perasat valsava). Secara bergantian beri

tekanan pada fundus perlahan – lahan atau naikan dengan perlahan

bagian presentasi pada abdomen untuk memungkinkan cairan melewati

bagian presentasi pada kasus kebocoran berat sehingga dapat

mengamati kebocoran cairan (Varney, 2007 ; h. 789).

d. Pemeriksaan spekulum

Visualisas serviks untuk menentukn dilatasi jika pemeriksaan dalam

tidak akan dilakukan dan untuk mendeteksi prolaps tali pusat atau

ekstremitas janin (Varney, 2007 ; h. 789).

Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

Page 11: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7428/3/WITRI ASTUTI BAB II.pdf · 2018-02-22 · b) Kala II disebut kala pengeluaran. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi

6. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium

1) Leukosit darah untuk menentukan adanya infeksi ( Wiknjosastro,

2008 ; h. 680).

2) Uji pakis positif : apus specimen pada objek glas biarkan seluruhnya

kering biarkan minimal 10 menit, inspeksi objek glas dibawah

mikroskop untuk memeriksa pola pakis (Varney, 2007 ; h. 789).

3) Uji nitrazin positif : kertas berwarna mustard-emas yang sensitive

terhadap pH ini akan berubah warna menjadi biru gelap jika kontak

dengan bahan bersifat basa (Varney, 2007 ; h. 789).

4) pH vagian : pH permpuan hamil sekitar 4,5 dan bila ada cairan

ketuban pHnya menjadi sekitar 7,1 – 7,3 (Wiknjosastro, 2009 ; h.

679)

b. Pemeriksaan USG

Ultrasonografi dapat sangat membatu memberikan gambaran jelas

mengenai pecahnya ketuban. (Varney, 2007 ; h. 789).

7. Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini antara lain :

a. Komplikasi maternal menurut (Manuaba, 2007 ; h.179).

1) Korioamnionitis.

2) Infeksi masa nifas.

b. Komplikasi neonatal

1) Infeksi neonatal (Wiknjosastro, 2008 ; h. 678 - 679).

2) Hipoksia dan asfiksia (Wiknjosastro, 2008 ; h. 678 - 679).

Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

Page 12: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7428/3/WITRI ASTUTI BAB II.pdf · 2018-02-22 · b) Kala II disebut kala pengeluaran. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi

8. Penatalaksanaan medis

Sebelum melakukan penatalaksanaan ketuban pecah dini, Menurut

(Manuaba, 2007 ; h. 180) ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan

antara lain :

a. Fase laten

1) Lamanya waktu sejak ketuban pecah sampai terjadi proses

persalinan.

2) Semakin panjang fase laten semakin besar kemungkinan terjadi

infeksi.

3) Mata rantai infeksi merupakan asendens infeksi, antara lain :

a) Korioamnionitis

(1) Abdomen terasa tegang.

(2) Pemeriksaan laboratorium terjadi leukositosis.

(3) Protein C reaktif meningkat.

b) Desiduitis : infeksi pada desidua.

b. Perkiraan berat badan janin dapat ditentukan dengan pemeriksaa USG.

Semakin kecil berat badan janin, semakin besar kemungkinan kematian

dan kesakitan sehingga tindakan terminasi memerlukan pertimbangan

keluarga.

c. Presentasi janin intra uteri

Pada kelainan letak lintang dan bokong, harus dilakukan dengan

jalan seksio sesarea.

Penatalaksanaan ketuban pecah dini menurut sebagai berikut :

1) Konservatif

a) Rawat inap di rumah sakit

Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

Page 13: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7428/3/WITRI ASTUTI BAB II.pdf · 2018-02-22 · b) Kala II disebut kala pengeluaran. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi

Rawat inap yang dimaksud disini adalah tirah baring untuk

mengurangi keluarnya air ketuban sehingga masa kehamilan

dapat diperpanjang (Saifuddin, 2006 ; h. 219).

b) Berikan antibiotika : ampisilin 4 X 500 mg atau eritromisin bila

tidak tahan ampisilin dan metronidazol 2 X 500 mg selama 7 hari

(Wiknjosastro, 2009 ; h. 680).

c) Berikan kortikosteroid sebelum usia kehamilan 30 – 32 minggu

dengan memberikan betametason 12 mg setiap 24 jam untuk 2

dosis atau deksametason 6 mg setiap 12 jam untuk 4 dosis

(Sinclair, 2009 ; h.135).

d) Jika umur kehamilan 32 – 37 minggu, belum inpartu. Terminasi

kehamilan pada usia kehamilan 37 minggu (Saifuddin, 2006 ; h.

219).

2) Aktif

a) Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin bila gagal

seksio sesaria. Dapat diberikan misoprostol 50 µg intravagina tiap

6 jam maksimal 4 kali (Saifuddin, 2006 : hal 219).

b) Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan

persalinan diakhiri (Saifuddin, 2006 ; h. 219) :

(1) Bila skor pelvic < 5 lakukan pematangan serviks, kemudian

induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio

sesaria.

(2) Bila skor pelvic > 5 induksi persalinan, partus pervagina.

Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

Page 14: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7428/3/WITRI ASTUTI BAB II.pdf · 2018-02-22 · b) Kala II disebut kala pengeluaran. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi

Tabel. 2.1 PENILAIAN STATUS SERVIKS DENGAN SKOR BISHOP

SKOR Dilatasi (cm) Pembukaan (%) Posisi (stase) Konsistensi Posisi serviks

0 0 – 30 − 3 Padat Posterior

1 1 – 2 − 2 Sedang Posisi tengah

2 3 – 4 − 1 atau 0 Lunak Anterior

3 ≥ 5 ≥ 8 − −

(Norwitz, 2007; h.120).

Indikasi untuk melakukan induksi pada ketuban pecah dini (PROM)

menurut (Manuaba, 2001 ; h. 224).

1) Pertimbangan waktu dan berat badan janin dalam rahim.

a) Pertimbangan waktu : apakah 6, 12, atau 24 jam.

b) Berat bada janin sebaiknya diatas 2.000 grm atau lebih.

2) Terdapat infeksi intra uterin.

a) Temperature naik diatas 38°C dengan pengukuran rectal.

b) Terdapat tanda infeksi melalui hasil :

(1) Pemeriksaan laborat.

(2) Pemeriksaan kultur air ketuban.

Induksi persalinan dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :

1. Induksi dengan metode drip oksitosin :

Untuk menghasilkan kontraksi yang memadai dan menimbulkan

pembukaan serviks dan penurunan janin serta menhindari stimulasi

berlebihan terhadap uterus yang dapat menimbulkan status janin yang

mengkhawatirkan, pada hiperstimulasi penghentian segera oksitosin hampir

selalu menurunkan frekuensi kontraksi dengan cepat sekitar 5 menit (Wiliam,

2005 ; h.522). Pada teori (Manuaba, 2010 ; h.454) induksi dapat dilakukan

dengan drip oksitosin yaitu dengan pemberian dekstrose 5% dengan 5 IU

oksitosin, tetesan pertama antara 8 – 12 tetes permenit. Setiap 15 menit

Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

Page 15: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7428/3/WITRI ASTUTI BAB II.pdf · 2018-02-22 · b) Kala II disebut kala pengeluaran. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi

dilakukan penilaian bila tidak ada his yang adekuat tetesan ditambah 4 tetes

sampai maksimal 40 tetes. Bila sebelum tetesan ke 40 sudah timbul his yang

adekuat tetesan terakhir dipertahankan sampai persalian berlangsung.

2. Induksi dengan misoprostol :

Tablet misoprostol yang dimasukan ke dalam vagina lebih efektif, komite

merekomendasikan pemakaian misoprostol intravagina dalam dosis sekitar

25 µg seperempat tablet 100 µg. pemberian misoprostol pervagina dapat

berakibat hiperstimulasi uterus disertai perubahan frekuansi DJJ. Pada

pemberian misoprostol dapat menyebabkan rupture uteri terutama pada ibu

dengan riwayat bedah sesar (Wiliam, 2005 ; h. 518-519).

Menurut (Varney, 2007 ; h. 790) apapun pilihan penatalaksanaan

perawatan persalinan yang digunakan sama seperti yang lain, dengan

tambahan sebagai berikut :

1) Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam. Kenaikan suhu seringkali

didahului kondisi ibu yang menggigil.

2) Lakukan pematauan DJJ. Pemeriksaan DJJ setiap jam sebelum

awitan persalinan adalah tindakan yang adekuat sepanjang DJJ

dalam batas normal. Pemantauan DJJ ketat dengan alat pemantauan

janin elektronik secara kontinu dilakukan selama induksi oksitosin

untuk melihat tanda gawat janin akibat kompresi tali pusat atau

induksi. Takikardia dapat mengindikasikan infeksi intra uteri.

3) Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu.

4) Ketika melakukan pemeriksaan dalam yang benar-benar diperlukan,

perhatikan juga hal - hal berikut :

a) Apakah dinding vagina teraba lebih hangat dari biasanya.

Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

Page 16: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7428/3/WITRI ASTUTI BAB II.pdf · 2018-02-22 · b) Kala II disebut kala pengeluaran. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi

b) Bau rabas atau cairan di sarung tangan.

c) Warna rabas atau cairan di sarung tangan.

5) Beri perhatian lebih seksama terhadap hidrasi agar dapat diperoleh

gambaran yang jelas dari setiap infeksi yang timbul. Seringkali terjadi

peningkatan suhu tubuh akibat dehidrasi.

9. Prosedur tetap penatalaksanaan ketuban pecah dini di RSUD Prof. dr.

Margono Soekardjo.

a. Pada kehamilan preterm

1) Bila masih hidup tidak ada tanda – tanda infeksi maka bias dikelola

dengan :

a) Istirahat berbaring.

b) Ampicilin injeksi 1 gram tiap 6 jam (sebelumnya dilaukan test

sensitivitas terlebih dahulu).

c) Bila ada kontraksi uterus diberikan isoxuprine nol tablet 3x1

2) Pengawasan TTV terutama tanda infeksi dan pengeluaran

pervaginam maka :

a) Bila selama pengawasan air ketuban tidak keluar lagi selama > 2

hari dan tanda – tanda infeksi tidak ada kehamilan diteruskan

sampai boleh pulang.

b) Bila selama perawatan ditemukan tanda – tanda infeksi maka

kehamilan diakhiri dengan induksi persalinan.

3) Bila kehamilan > 28 minggu tetapi < 38 minggu untuk pematangan

paru, diberikan kortikosteroid injeksi 20 mg dexametason tiap 12 jam

selama 2 hari.

Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

Page 17: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7428/3/WITRI ASTUTI BAB II.pdf · 2018-02-22 · b) Kala II disebut kala pengeluaran. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi

b. Pada kehamilan aterm

1) Pada presentasi kepala dan sudah timbul proses persalinan, tidak

ada indikasi bedah caesar maka tunggu persalinan pervaginam.

2) Pada presentasi kepala dan ketuban pecah > 6 jam proses

persalinan belum terjadi maka dilakukan induksi persalinan (bila tidak

ada kontra indikasi persalinan pervaginam).

3) Pada presentasi kepala, ketuban pecah dini < 6 jam dan tidak ada

tanda – tanda infeksi intra uterin bisa ditunggu sampai 6 jam setelah

keluar air ketuban :

a) Bila timbul inpartu spontan, tunggu persalinan pervaginam.

b) Bila sampai 6 jam belum ada tanda – tanda inpartu maka

dilakukan induksi.

B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan

1. Manejemen Pelayanan Kebidanan

Adalah proses pemecahan masalah yang digunaka sebagai metode

untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,

temuan, ketrampilan, dalam rangkaian logis untuk pengambilan keputusan

yang berfokus pada klien (Simatupang, 2008 ; h. 121). Proses manajemen

menurut Helen Varney ada 7 langkah yang berurutan yaitu :

Langkah I : Pengumpulan Data Dasar

Adalah mengumpulkan data dasar yang menyeluruh untuk mengevaluasi

ibu dan bayi baru lahir. Data dasar ini meliputi pengkajian riwayat,

pemeriksaan fisik dan panggul sesuai indikasi, meninjau kembali proses

perkembangan keperawatan saat ini atau catatan rumah sakit terdahulu, dan

meninjau kembali data hasil laboratorium dan aporan penelitian terkait secara

Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

Page 18: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7428/3/WITRI ASTUTI BAB II.pdf · 2018-02-22 · b) Kala II disebut kala pengeluaran. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi

singkat, data dasar yang diperlukan adalah semua data yang berasal dari

sumber informasi yang berkaitan dengan kondisi ibu dan bayi baru lahir.

Bidan mengumpulkan data dasar awal lengkap, bahkan jika ibu dan bayi baru

lahir mengalami komplikasi yang mengharuskan mereka mendapat konsultasi

dokter sebagai bagian dari penatalaksanaan kolaborasi (Varney, 2007 ; h.

27).

Langkah II : Menginterpretasi Data

Pada langkah ini, dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis

atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas

data – data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan

diinterpretasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang spesifik

(Simatupang, 2008 ; h. 124).

Langkah III : Mengidentifikasi masalah atau diagnosia potensial

Pada langkah ini, kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial

lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi

(Simatupang, 2008 ; h. 124).

Langkah IV : Identifikasi kebutuhan akan tindakan segera

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan

atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim

kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien (Simatupang, 2008 ; h. 125).

Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh

Pada langkah ini, direncanakan asuhan yang menyeluruh yang

ditentukan oleh langkah – langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan

kelanjutan manajemen terhadap diagnosis atau masalah yang telah

diidentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini, tugas bidan adalah

Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

Page 19: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7428/3/WITRI ASTUTI BAB II.pdf · 2018-02-22 · b) Kala II disebut kala pengeluaran. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi

merumuskan rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan

bersama sebelum melaksanakannya (Simatupang, 2008 ; h. 125).

Langkah VI : Melaksanakan rencana perawatan secara menyeluruh

Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh seperti yang telah

diuraikan pada lankah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman

(Simatupang, 2008 ; h. 125).

Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ini, dilakukan evaluasi keefektifan asuhan yang sudah

diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan terhadap masalah yang telah

diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosis (Simatupang, 2008 ; h. 126).

Metode pendokumentasian secara SOAP meliputi :

(S) Subjektif : Pernyataan yang diungkapkan oleh ibu atau keluarganya.

(O) Objektif : Pernyataan yang dilihat, didengar, dan dirasakan oleh bidan

sewaktu melakukan pemeriksaan.

(A) Asesment : Kesimpulan dari data – data subjektif dan objektif yang

didapat.

(P) Planing : Rencana yang akan dilakukan berdasarkan hasil evaluasi

data diatas.

2. Penerapan Manajement Pelayanan Kebidanan

a. PENGKAJIAN

Pada langkah ini, dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan

semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara

lengkap (Simatupang, 2008 ; h. 124). Ada dua jenis pengkajian data dari

pasien yaitu data subjektif dan data objektif (Priharjo, 2007 ; h. 14).

Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

Page 20: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7428/3/WITRI ASTUTI BAB II.pdf · 2018-02-22 · b) Kala II disebut kala pengeluaran. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi

1) Data subjektif

a) Identitas pasien

Pekerjaan

Keletihan karena bekerja dapat peningkatan risiko ketuban pecah

dini (Varney, 2007 ; h. 788).

b) Keluhan utama

Pada kejadian ketuban pecah dini data subjektif dapat pula

diperoleh dari keluhan yang dikatakan ibu seperti keluarnya cairan

berupa air dari vagina setelah kehamilan berusia 22 minggu

(Saifuddin, 2006 ; h. M -112).

c) Riwayat Kesehatan

Data riwayat kesehatan ini dapat kita gunakan sebagai penanda

akan adanya penyulit masa hamil dan persalinan.

(1) Riwayat kesehatan dahulu dan sekarang

(a) Apakah ibu memiliki riwayat / sedang mengalami penyakit

yang disebabkan oleh organisme anaerob seperti

vagionosis bekterial dengan ciri – ciri seperti ibu pernah

mengeluh keputihan yang gatal dengan warna abu – abu

atau putih susu dan berbau (Varney, 2006 ; h. 399),

gonoroe dengan gejala nyeri abdomen bagian bawah,

disuria, rabas vagina berwarna kekuningan dan berbau

busuk (Varney, 2006 ; h. 403), klamidia dengan gejala

keputihan yang berbau dan oedem pada srviks (Varney,

2006 ; h. 402), trikomonas dengan keluhan keputihan

yang gatal dan iritasi (Wiknjosastro, 2009 ; h. 927) yang

Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

Page 21: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7428/3/WITRI ASTUTI BAB II.pdf · 2018-02-22 · b) Kala II disebut kala pengeluaran. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi

menyebabkan infeksi yang menyebar secara hematogen

sehingga pada persalinannya mengalami ketuban pecah

dini (Sinclair, 2010 ; h. 132).

(b) Apakah ibu mempunyai riwayat penakit diabetes militus

seperti yang disebutkan pada teori (Norwitz, 2007 ; h. 42)

menyebutkan bahwa diabetes militus dalam kehamilan

berpotensi mengalami polihidramnion. Pada bukunya

(Varney, 2007 ; h. 788) mengatakan bahwa insiden

ketuban pecah dini lebih tinggi pada wanita dengan

inkompetensia serviks, polihidramnion, malpresentasi

janin, kehamilan kembar, dan infeksi vagina. Hamil

dengan polidramnion akan mengalami overdistensi uterus

yang kemungkinan besar dapat menyebabkan ketuban

pecah dini sehingga ibu dengan diabetes militus tidak

menutup kemungkinan mempunyai resiko mengalami

ketuban pecah dini.

(2) Riwayat kesehatan keluarga

(a) Apakah ibu mempunyai riwayat penakit diabetes militus

seperti yang disebutkan pada teori (Norwitz, 2007 ; h. 42)

menyebutkan bahwa diabetes militus dalam kehamilan

berpotensi mengalami polihidramnion. Pada bukunya

(Varney, 2007 ; h. 788) mengatakan bahwa insiden

ketuban pecah dini lebih tinggi pada wanita dengan

inkompetensia serviks, polihidramnion, malpresentasi

janin, kehamilan kembar, dan infeksi vagina. Hamil

Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

Page 22: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7428/3/WITRI ASTUTI BAB II.pdf · 2018-02-22 · b) Kala II disebut kala pengeluaran. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi

dengan polidramnion akan mengalami overdistensi uterus

yang kemungkinan besar dapat menyebabkan ketuban

pecah dini sehingga ibu dengan diabetes militus tidak

menutup kemungkinan mempunyai resiko mengalami

ketuban pecah dini.

d) Riwayat Obstetri

(1) Riwayat Haid

(a) Fluor albus

Untuk mengetahui apakah ibu mengalami fluor albus atau

tidak karena pengeluaran fluor dapat di diagnosis sebagai

trikomonas vaginalis (Manuaba, 2007 ; h. 163). Penyakit

yang disebabkan oleh organisme anaerob seperti

vagionosis bekterial, gonoroe, klamidia, trikomonas yang

menyebabkan infeksi yang menyebar secara hematogen

sehingga pada persalinannya mengalami ketuban pecah

dini (Sinclair, 2010 ; h. 132).

(b) HPHT

Umur kehamilan dapat diketahui berdasarkan HPHT (Hari

pertama menstruasi terakhir). Jika umur kehamilan 37 –

42 minggu pada 24 jam pertama kemungkinan akan

terjadinya infeksi sedangkan pada umur kehamilan < 37

minggu kemungkinan akan mengalami prematuritas

(Varney, 2007 ; h. 790).

(2) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

(a) Riwayat kehamilan dahulu

Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

Page 23: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7428/3/WITRI ASTUTI BAB II.pdf · 2018-02-22 · b) Kala II disebut kala pengeluaran. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi

Untuk mengetahui apakah pada kehamilan sebelumnya

pernah mengalami ketuban pecah dini atau tidak,

dikarenakan menurut Norwitz ibu dengan riwayat KPD

pada kehamilan sebelumnya kemungkinan akan berulang

pada kehamilan selanjutnya (Joseph dan Nugroho, 2010 ;

h. 186). Ditanyakan untuk mengetahui apakah ibu pernah

keguguran sebanyak dua kali, dikarenakan dua kali

keguguran pada pertengahan trimester tanpa disertai

awitan persalinan dapat menyebabka inkompetensia

servik yang berpotensi KPD pada kehamilan berikutnya

(Varney, 2006 ; h. 609).

(b) Riwayat persalinan dahulu

Dikaji untuk mengetahui apakah pada persalinan

sebelumnya ibu pernah mengalami komplikasi KPD atau

tidak dikarenakan ketuban pecah dini dapat berulang

pada persalinan berikutnya (Joseph dan Nugroho, 2010 :

h. 186).

(c) Riwayat Kehamilan Sekarang

Riwayat kehamilan sekarang dikaji mengenai frekuensi

ANC, keluhan, hasil pemeriksaan, dan asuhan yang

diberikan yang dapat digunakan untuk mendeteksi dini

komplikasi, ketidaknyamanan saat kehamilan, dan setiap

keluhan kehamilan yang dialami seorang wanita sejak

hari menstruasi terakhirnya (Varney, 2007; h. 525).

Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

Page 24: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7428/3/WITRI ASTUTI BAB II.pdf · 2018-02-22 · b) Kala II disebut kala pengeluaran. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi

e) Riwayat KB

Ditanyakan untuk mengetahui apakah pasien pernah

menggunakan kontrasepsi, jenis kontrasepsi, berapa lama, jika

menggunakan KB IUD terdapat kemungkinan terjadi rabas vagina

yang menyebabkan infeksi, sehingga persalinannya berpotensi

mengalami ketuban pecah dini (Varney, 2007 ; h. 457).

f) Pola kebutuhan sehari – hari

(1) Pola Nutrisi

Kekurangan tembaga dan asam askorbik (vitamin c) dapat

mengakibatkan pertumbuhan struktur abnormal dikarenakan

asam askorbik merupakan komponen kolagen. Perubahan

struktur, jumlah sel, dan katabolisme menyebabkan aktivitas

kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah

(Wiknjosastro, 2009 : h. 678).

(2) Pola eliminasi

Perasaan sakit saat buang air kecil dan sering pipis

merupakan tanda gejala dari infeksi vagina yaitu gonoroe

(Wiknjosastro, 2007 ; h. 299 – 300) yang menurut (Varney,

2007 ; h. 788) infeksi vagina / servik seperti vaginosis

bakterial, trikomonas, klamidia, dan gonoroe adalah faktor

prediaposisi terjadinya ketuban pecah dini.

(3) Pola aktifitas

Hubungan yang signifikan juga telah ditemukan antara

keletihan karena bekerja dan peningkatan risiko ketuban

pecah dini (Varney, 2007 ; h. 788).

Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

Page 25: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7428/3/WITRI ASTUTI BAB II.pdf · 2018-02-22 · b) Kala II disebut kala pengeluaran. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi

(4) Pola personal hygien

Ditanyakan untuk mengetahui kebersihan pasien, karena

risiko infeksi intra uterin meningkat seiring insiden pecah

ketuban (Varney, 2007 ; h. 789).

2) Data objektif

Data yang diperoleh dari pengkajian fisik pasien (Priharjo, 2007 ;

h. 14).

a) Keadaan umum

(1) Suhu

Diagnosis dugaan korioamnionitis ditegakan ketika wanita

mengalami ketuban pecah dini dan suhu tubuh 38°C atau

lebih (Varney, 2007 ; h. 791) dan leukosit darah >

15.000/mm³ (Wiknjosastro, 2009 ; h. 680).

(2) Tinggi badan

Berkaitan dengan kemungkinan panggul sempit, bila tinggi

kurang dari 150 cm (Manuaba, 2001 : hal. 183). Seperti yang

diuraikan oleh (William, 2005 ; h. 479) dalam teorinya

disebutkan bahwa bahwa normalnya pembukaan serviks

dipermudah oleh efek hidrostatik selaput ketuban yang belum

pecah namun pada panggul sempit saat kepala tertahan di

PAP seluruh gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi uterus

bekerja secara langsung pada bagian selaput ketuban yang

menutupi serviks yang membuka. Akibatnya kemungkinan

besar terjadi pecah selaput ketuban.

Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

Page 26: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7428/3/WITRI ASTUTI BAB II.pdf · 2018-02-22 · b) Kala II disebut kala pengeluaran. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi

b) Status present

Genitalia

Vulva yang gatal, bengkak dan kemerahan merupakan salah satu

penanda adanya infeksi vagina seperti tikomonas dan gonoroe,

yang menurut (Varney, 2007 ; h. 788) infeksi vagina / servik

seperti vaginosis bakterial, trikomonas, klamidia, gonoroe,

merupakan faktor predisposisi terjadinya ketuban pecah dini.

c) Status obtetrikus

(1) Palpasi

Palpasi abdomen untuk menentukan volume cairan amnion

(Varney, 2007 ; h. 789).

(2) Auskultasi DJJ

Setelah terjadi invasi mikroorganisme ke dalam cairan

ketuban, janin akan terinfeksi karena janin menelan atau

transpirasi air ketuban, ditandai dengan terjadinya takhikardia

denyut jantung bayi > 160 kali permenit (Saifuddin, 2006 ; h.

257).

(3) Pemeriksaan dalam

Pemeriksaan dalam perlu dilakukan untuk menilai vagina

terutama dindingnya, keadaan serta pembukaan serviks,

kapasitas panggul, ada atau tidaknya penghalang (tumor)

pada jalan lahir, sifat fluor albus dan apakah ada alat yang

sakit umpamanya bartolinitis, pecah tidaknya ketuban,

presentasi kepala janin, turunya kepala dalam ruang

panggul, penilaian besarnya kepala terhadap panggul, dan

Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

Page 27: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7428/3/WITRI ASTUTI BAB II.pdf · 2018-02-22 · b) Kala II disebut kala pengeluaran. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi

apakah partus telah mulai atau sampai dimanakah partus

telah berlangsung (Wiknjosastro, 2007 ; h. 193).

(4) Pemeriksaan penunjang

(a) Leukosit darah untuk menentukan adanya infeksi (

Wiknjosastro, 2008 ; h. 680).

(b) Uji pakis positif : apus specimen pada objek glas biarkan

seluruhnya kering biarkan minimal 10 menit, inspeksi

objek glas dibawah mikroskop untuk memeriksa pola

pakis (Varney, 2007 ; h. 789).

(c) Uji nitrazin positif : kertas berwarna mustard-emas yang

sensitive terhadap pH ini akan berubah warna menjadi

biru gelap jika kontak dengan bahan bersifat basa

(Varney, 2007 ; h. 789).

(d) pH vagian : pH permpuan hamil sekitar 4,5 dan bila ada

cairan ketuban pHnya menjadi sekitar 7,1 – 7,3

(Wiknjosastro, 2009 ; h. 679)

(e) Pemeriksaan USG untuk membatu memberikan

gambaran jelas mengenai pecahnya ketuban (Varney,

2007 ; h. 789).

b. INTERPRETASI DATA

1) Diagnosa kebidanan

Ny…, umur…th, G…P…A…,umur kehamilan…pada persalinan

kala I.

Data dasar :

Dasar Subjektif

Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

Page 28: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7428/3/WITRI ASTUTI BAB II.pdf · 2018-02-22 · b) Kala II disebut kala pengeluaran. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi

a) Wanita yang mengalami KPD biasanya mengeluh keluar cairan

yang terus – menerus (jernih, keruh, kuning, atau hijau) dan

perasaan basah pada celana dalam.

b) Cairan yang keluar biasanya jernih atau keruh jika bercampur

mekonium.

c) Cairan yang keluaran berbau apek yang khas dan berbeda

dengan bau urin (Varney, 2012 ; h.789).

Dasar Objektif

a) Suhu

Pada kasus ketuban pecah dini kenaikan suhu tubuh

38°C atau lebih (Varney, 2007 ; h. 791). Hal ini dikarenakan

adanya infeksi korioamnionitis.

b) Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan palpasi abdomen terdapat peningkatan

molase uterus dan dinding abdomen disekitar janin dan

penurunan kemampuan balotemen dibandingkan temuan pada

pemeriksaan sebelum pecah ketuban (Varney, 2007 ; h. 789).

c) Pemeriksaan penunjang

(1) Uji pakis positif : inspeksi objek glas dibawah mikroskop

untuk memeriksa pola pakis (Varney, 2007 : h. 789).

(2) Uji nitrazin positif : kertas berwarna mustard - emas yang

sensitive terhadap pH ini akan berubah warna menjadi biru

gelap jika kontak dengan bahan bersifat basa (Varney, 2007 :

h. 789).

Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

Page 29: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7428/3/WITRI ASTUTI BAB II.pdf · 2018-02-22 · b) Kala II disebut kala pengeluaran. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi

c. DIAGNOSA POTENSIAL

Pada ibu : Infeksi intra uterin jika terdapat tanda – tanda suhu lebih dari

38°C dan leukosit darah > 15.000/mm (Wiknjosastro, 2009 ;

h. 680).

Pada anak : asfiksia dikarenakan dengan pecahnya ketuban terjadi

oligohidramnion yang menekan talipusat hingga terjadi

asfiksia atau hipoksia (Wiknjosastro, 2009 ; h. 679).

d. IDENTIFIKASI KEBUTUHAN AKAN TINDAKAN SEGERA ATAU

KOLABORASI DAN KONSULTASI

1) Pencegahan infeksi :

Selama persalinan

a) Membatasi sebanyak mungkin masuknya kuman – kuman dalam

jalan lahir.

b) Menjaga supaya persalinan tidak berlarut – larut.

c) Menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin.

d) Semua petugas yang berada di kamar bersalin harus menutup

hidung dan mulut dengan masker.

e) Alat – alat, kain – kain yang dipakai dalam persalinan harus suci

hama.

f) Pemeriksaan dalam hanya boleh dilakukan jika perlu.

g) Pencegahan perdarahan dengan memberikan transfuse darah,

jika perlu (Wiknjosastro, 2007 ; h. 698).

2) Persiapan resusitasi

Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

Page 30: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7428/3/WITRI ASTUTI BAB II.pdf · 2018-02-22 · b) Kala II disebut kala pengeluaran. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi

a) Informasikan unit neonatologi mengenai adanya persalinan risiko

tingkat tinggi yang sedang terjadi. Dokter spesialis anak / petugas

kesehatan yang terampil dan terlatih dalam resusitasi harus

menghadiri semua persalinan risiko tinggi.

b) Untuk persalinan normal, petugas yang ahli dalam resusitasi

neonatus harus hadir.

c) Untuk asfiksia, dua petugas yang ahli dalam resusitasi dan dua

asisten harus hadir.

d) Semua peralatan harus disiapkan dan dicek fungsinya sebelum

persalinan.

e) Pemanas radian / infant warmer dinyalakan dan handuk / kain

hangat tersedia.

f) Cek alat penghisap lender, oksigen, sunggkup wajah dengan

ukuran yang sesuai dengan berat bayi, serta balon resusitasi.

g) Siapkan sebuah pipa endotrakea (ET) dengan ukuran yang

sesuai dengan berat bayi, potong hingga 13 – 15 cm.

h) Siapkan obat – obatan, kateter umbilical, dan sebuah baki

(Wiknjosastro, 2009 ; h. 349).

e. PERENCANAAN

1) Observasi TD,suhu, nadi, DJJ, his, dan pembukaan serviks.

2) Lakukan tindakan pencegahan infeksi.

3) Lakukan penatalaksanaa sesuai dengan usia gestasi.

f. PELAKSANAAN

1) Melakukan observasi tanda – tada vital dan kemajuan persalinan

untuk mengetahui ada tidaknya kemungkinan gawat janin dengan

Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

Page 31: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7428/3/WITRI ASTUTI BAB II.pdf · 2018-02-22 · b) Kala II disebut kala pengeluaran. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi

mengobservasi DJJ, his, Nadi setiap 30 menit, TD, suhu, dan

pembukaan serviks setiap 4 jam.

2) Melakukan pencegahan infeksi dengan cara membatasi masuknya

kuman – kuman ke dalam jalan lahir, menjaga supaya persalinan

tidak berlarut – larut, menyelaesaikan persalinan dengan trauma

sedikit mungkin, semua petugas yang berada di kamar bersalin harus

menutup hidung dan mulut dengan masker, alat – alat dan kain yang

dipakai dalam persalinan harus sudah disuci hamakan, pemeriksaan

dalam dilakukan jika perlu saja, dan mencegahan perdarahan

dengan memberikan transfusi darah jika diperlukan.

3) Melakukan penatalaksanaan persalinan konservatif dan aktif dilihat

dari usia gestasi menurut (Norwitz, 2006 ; h.118) :

a) Penatalaksanaan Konservatif, jika :

(1) KPD preterm ( < 37 minggu )

Jika tidak ada kontra indikasi, maka lakukan tatalaksana

observasi mencakup

(a) KPD < 32 minggu

1)) Pemberian antibiotika untuk servikovaginal positif.

2)) Pembatasan aktifitas.

3)) Pemantauan infeksi.

4)) Pemeriksaan janin secara regular.

5)) USG secara teratur per 3 – 4 minggu.

6)) Pengobatan kortikosteroid antenatal.

7)) Pemberian antibiotik spectrum luas untuk

memperpanjang masa laten.

Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

Page 32: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7428/3/WITRI ASTUTI BAB II.pdf · 2018-02-22 · b) Kala II disebut kala pengeluaran. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi

(b) KPD 32 – 34 minggu

1)) Pemberian antibioik untuk memperpanjang masa

laten.

2)) Pemberian kortikosteroid antenatal : betametason

dengan dosis 12 mg IM per 24 jam x 2 dosis atau

deksametason dengan dosis 6 mg IM per 12 jam x 4

dosis.

(c) KPD > 34 minggu

1)) Pematangan paru tidak perlu dilakukan.

2)) Pertimbangkan untuk melahirkan bayi (resiko infeksi

lebih tinggi dari pada prematuritas).

(2) KPD aterm ( > 37 minggu )

(a) Jika tidak ada kontra indikasi, maka lakukan tatalaksana

observasi.

(b) Induksi segera dengan atau tanpa pematangan serviks.

b) Penatalaksanaan Aktif, jika :

(1) KPD preterm ( < 37 minggu )

Jika terdapat kontra indikasi, tatalaksana :

(a) Gawat janin.

(b) Perdarahan pervaginam tanpa diketahui penyebabnya.

(c) Proses melahirkan aktif.

(d) Korioamnionitis.

Segera lahirkan dan beri antibiotika untuk korioamnnitis.

(2) KPD aterm ( > 37 minggu )

Jika terdapat kontra indikasi, tatalaksana :

Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

Page 33: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7428/3/WITRI ASTUTI BAB II.pdf · 2018-02-22 · b) Kala II disebut kala pengeluaran. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi

(a) Gawat janin.

(b) Perdarahan pervaginam tanpa diketahui penyebabnya.

(c) Proses melahirkan aktif.

(d) Korioamnionitis.

Segera lahirkan dan beri antibiotika untuk korioamnnitis.

g. EVALUASI

Pada kasus KPD dapat dilakukan induksi jika suhu tubuh ibu > 38°C,

skor bishop > 5, dan presentasi kepal. Dilakukan SC jika suhu tubuh >

38°C, presentasi bukan kepala, dan tanda gawat janin seperti DJJ > 160 x

permenit.

DATA PERKEMBANGAN I

S : Ibu mengatakan ingin meneran seperti ingin BAB

O : Hasil observasi kemajuan persalinan meliputi TTV, his, DJJ, pembukaan, POD

jika skor bishop > 5 dengan presentasi kepala maka dilakukan penatalaksaan

persalinan pervaginam, tetapi jika bukan presentasi kepala maka dilakukan

penatalaksanaan persalinan untuk SC.

A : Ny…., G…P…A…umur…tahu, umur kehamilan…minggu, janin hidup

intra uteri, preskep, pada persalinan kala II.

P : Penatalaksanaan persalinan pervaginam

- Persiapan partus set.

- Pantau DJJ setiap 5 – 10 menit sekali.

- Bantu ibu memilih posisi yang nyaman.

- Setelah pembukaan lengkap, pimpin ibu untuk meneran jika ada kontraksi.

Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012

Page 34: BAB II TINJAUAN PUSTAKArepository.ump.ac.id/7428/3/WITRI ASTUTI BAB II.pdf · 2018-02-22 · b) Kala II disebut kala pengeluaran. Kala II dimulai dari pembukaan lengkap sampai bayi

- Anjurkan ibu untuk istirahat dan minum jika tidak ada kontraksi.

- Bayi lahir dengan asfiksia, segera lakukan resusitasi bayi baru lahir.

- Cek apakah ada janin berikutnya.

DATA PERKEMBANGAN II

S : Ibu mengatakan perutnya masih mulas

O : Observasi tanda – tanda lepasnya plasenta

A : Ny…., P…A…umur…th, pada persalinan kala III.

P : Melakukan manajemen aktif kala III

- Menyuntikan oksitosin.

- Lakukan penegangan tali pusat, dan lihat tanda lepasnya plasenta yaitu : tali

pusat bertambah panjang, terdapat semburan darah.

- Setelah plasenta lahir, lakukan segera masase fundus uteri.

DATA PERKEMBANGAN III

S : Ibu merasa senang tehadap kelahiran bayinya dan ibu masih merasa mulas.

O : TTV, kontraksi, dan perdarahan.

A : Ny…., P…A…umur…th, pada persalinan kala IV.

P : Penatalaksanaan persalinan kala IV

- Lakukan pemantauan TD, Nadi, Suhu, Respiratori, dan jumah perdarahan

setiap 15 menit sekali pada 1 jam pertama kemudian pantau kembali setiap 30

menit pada 1 jam kedua.

Asuhan Kebidanan Ibu..., WITRI ASTUTI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2012