BAB II , teori pendukung yaitu teori kualitas, teori emosi ... · Bab ini menguraikan teori utama...

21
11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menguraikan teori utama dan teori pendukung untuk mendukung hipotesis yang dirumuskan. Penelitian ini menggunakan teori utama yaitu theory of planned behavior (TPB), teori pendukung yaitu teori kualitas, teori emosi, pendekatan kontijensi serta pemahaman mengenai konsep auditing, kualitas auditor, due professional care, time budget pressure, dan kecerdasan emosional. 2.1 Theory of Planned Behavior Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan teori yang dikembangkan oleh Ajzen yang merupakan penyempurnaan dari Theory Reason Action (TRA) yaitu persepsi kontrol (preceived behavioral control). Konstruk ini ditambahkan dalam upaya memenuhi keterbatasan yang dimiliki individu dalam rangka melakukan perilaku tertentu. Keseluruhan keyakinan individu adalah informasi dasar dalam menentukan sikap, intensi dan perilaku individu (Ajzen,2005). Keyakinan individu akan mempengaruhi perilaku yang akan membawa hasil positif atau negatif sehingga nantinya akan mempengaruhi niat individu untuk berperilaku atau tidak. Perilaku seseorang tergantung pada keinginan berperilaku yang terdiri atas tiga komponen dasar yaitu sikap, norma objektif dan kontrol perilaku (Ajzen,2005).

Transcript of BAB II , teori pendukung yaitu teori kualitas, teori emosi ... · Bab ini menguraikan teori utama...

Page 1: BAB II , teori pendukung yaitu teori kualitas, teori emosi ... · Bab ini menguraikan teori utama dan teori pendukung untuk mendukung ... dan (3 ) pe rasaan dari hasil atas peristiwa.

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini menguraikan teori utama dan teori pendukung untuk mendukung

hipotesis yang dirumuskan. Penelitian ini menggunakan teori utama yaitu theory

of planned behavior (TPB), teori pendukung yaitu teori kualitas, teori emosi,

pendekatan kontijensi serta pemahaman mengenai konsep auditing, kualitas

auditor, due professional care, time budget pressure, dan kecerdasan emosional.

2.1 Theory of Planned Behavior

Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan teori yang dikembangkan

oleh Ajzen yang merupakan penyempurnaan dari Theory Reason Action (TRA)

yaitu persepsi kontrol (preceived behavioral control). Konstruk ini ditambahkan

dalam upaya memenuhi keterbatasan yang dimiliki individu dalam rangka

melakukan perilaku tertentu. Keseluruhan keyakinan individu adalah informasi

dasar dalam menentukan sikap, intensi dan perilaku individu (Ajzen,2005).

Keyakinan individu akan mempengaruhi perilaku yang akan membawa

hasil positif atau negatif sehingga nantinya akan mempengaruhi niat individu

untuk berperilaku atau tidak. Perilaku seseorang tergantung pada keinginan

berperilaku yang terdiri atas tiga komponen dasar yaitu sikap, norma objektif dan

kontrol perilaku (Ajzen,2005).

Page 2: BAB II , teori pendukung yaitu teori kualitas, teori emosi ... · Bab ini menguraikan teori utama dan teori pendukung untuk mendukung ... dan (3 ) pe rasaan dari hasil atas peristiwa.

12

Komponen dasar tersebut yaitu:

1) Sikap

Sikap merupakan suatu disposisi untuk merespon secara positif atau negatif

suatu perilaku. Sikap terhadap perilaku ditentukan oleh keyakinan tentang

konsekuensi dari sebuah perilaku.

2) Norma Subjektif

Norma subjektif didefinisikan sebagai persepsi individu tentang tekanan

sosial untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Norma subjektif

ditentukan oleh keyakinan terhadap suatu perilaku yang diharapkan orang

lain untuk mematuhinya.

3) Kontrol perilaku

Kontrol perilaku sebagai fungsi yang didasarkan oleh keyakinan, yang

disebut sebagai kontrol keyakinan yaitu keyakinan individu mengenai ada

atau tidaknya faktor yang mendukung atau menghalangi individu dalam

berperilaku.

Inti dari Theory of Planned Behavior (TPB) menurut Ajzen (2005)

mencakup tiga hal yaitu (1) keyakinan tentang kemungkinan hasil dan evaluasi

dari perilaku tersebut, (2) keyakinan tentang norma yang diharapkan dan motivasi

untuk memenuhi harapan tersebut, serta (3) keyakinan tentang adanya faktor yang

dapat mendukung atau menghalangi perilaku dan kesadaran akan kekuatan faktor

tersebut. Aspek keperilakuan dalam pengauditan mengacu pada pertimbangan dan

pengambilan keputusan oleh auditor, namun seharusnya auditor terlepas dari

faktor personalitas dalam melakukan audit. Personalitas akan menggagalkan audit

Page 3: BAB II , teori pendukung yaitu teori kualitas, teori emosi ... · Bab ini menguraikan teori utama dan teori pendukung untuk mendukung ... dan (3 ) pe rasaan dari hasil atas peristiwa.

13

sekaligus membawa risiko yang tinggi bagi auditor. Ada dua tipe keperilakuan

yang dihadapi oleh auditor yaitu (1) auditor dipengaruhi oleh persepsi terhadap

lingkungan audit dan (2) auditor harus menyelaraskan dan sinergi dalam

pekerjaan mereka karena audit hakikatnya adalah pekerjaan kelompok. Interaksi

ini akan banyak menimbulkan proses keperilakuan dan sosial (Siegel,Marconi

1989).

2.2 Teori Kualitas

Kualitas menurut Crosby (1989), kualitas menunjukkan conformance to

requirement, yaitu sesuai dengan yang distandarkan. Suatu produk atau jasa

harus dikerjakan oleh orang yang memiliki skills tinggi dan attitudes sesuai

bidangnya. Kualitas bukan hanya menekankan pada aspek hasil akhir, yaitu

produk atau jasa tetapi juga menyangkut kualitas sumber daya manusia, kualitas

proses, dan kualitas lingkungan. Sementara itu, harapan pengguna produk atau

jasa selalu berubah, sehingga kualitasnya juga harus berubah.

Menurut Halim (2013:17), konsep kualitas pada dasarnya menjelaskan

tentang kesesuaian dengan yang distandarkan. Oleh karena itu, sangat penting

melibatkan setiap orang dalam organisasi pada proses dengan jalan menekankan

kesesuaian individual terhadap persyaratan atau tuntutan yang distandarkan

dengan memiliki professionalism dan skills yang memadai, attitudes dan

behavior yang baik, dan reputation atau image yang baik.

2.3 Teori Emosi

Teori emosi pertama kali dikemukakan oleh James (1884) dari Amerika

Serikat dan Lange (1885) dari Denmark, emosi adalah hasil persepsi seseorang

Page 4: BAB II , teori pendukung yaitu teori kualitas, teori emosi ... · Bab ini menguraikan teori utama dan teori pendukung untuk mendukung ... dan (3 ) pe rasaan dari hasil atas peristiwa.

14

terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuh sebagai respons terhadap

berbagai rangsangan yang datang dari luar.

Robbins dan Judge (2007) mengembangkan teori emosi menjadi teori

peristiwa afektif (affective events theory), yang menjelaskan bahwa teori

peristiwa afektif dimulai dengan mengenali bahwa emosi adalah sebuah respons

terhadap peristiwa-peristiwa dalam lingkungan kerja. Lingkungan kerja meliputi

semua hal yang melingkupi pekerjaan tersebut. Lingkungan ini menciptakan

peristiwa-peristiwa kerja berupa percekcokan atau kegembiraan, peristiwa-

peristiwa kerja tersebut memicu reaksi emosi positif atau negatif. Misalnya,

seseorang yang mempunyai stabilitas emosional rendah akan bereaksi negatif

terhadap peristiwa kerja tersebut. Sebaliknya, seseorang yang mempunyai

stabilitas emosional tinggi akan bereaksi positif terhadap peristiwa kerja

tersebut. Akhirnya, emosi dapat mempengaruhi sejumlah variabel kinerja dan

kepuasan kerja.

Siegel dan Marconi (1989) mengusulkan suatu terapi untuk mengatasi

keperilakuan sebagai upaya meningkatkan kualitas pertimbangan yang disebut

Rational Emotive Theraphy (RET). Tujuannya adalah untuk memperoleh suatu

kondisi emosional dari netralitas untuk mengeliminasi sebanyak mungkin

perasaan negatif yang tidak diinginkan. Teori ini menekankan pada urutan;

(1) sebuah pemicu terjadinya peristiwa atau kejadian; (2) pemikiran atas

peristiwa tersebut; dan (3) perasaan dari hasil atas peristiwa.

Page 5: BAB II , teori pendukung yaitu teori kualitas, teori emosi ... · Bab ini menguraikan teori utama dan teori pendukung untuk mendukung ... dan (3 ) pe rasaan dari hasil atas peristiwa.

15

2.4 Pendekatan Kontijensi

Pendekatan kontinjensi yang digunakan oleh para peneliti dalam penelitian

ini adalah dalam rangka memberikan masukan faktor-faktor yang sebaiknya

dipertimbangkan dalam perancangan penelitian. Pendekatan kontinjensi yang

digunakan banyak menarik minat para peneliti karena mereka ingin

mengetahui apakah tingkat keandalan variabel independen selalu berpengaruh

sama pada setiap kondisi atau tidak terhadap variabel dependennya. Dengan

didasarkan pada teori kontinjensi maka ada dugaan bahwa terdapat faktor

situasional lainnya yang mungkin akan saling berinteraksi didalam mempengaruhi

situasi tertentu.

Govindarajan (1986) dan Outley (1980) menyatakan penelitian dalam

akuntansi menggunakan pendekatan kontinjensi adalah untuk melihat variabel-

variabel konstektual seperti ketidakpastian lingkungan. Keterkaitan interaksi

hubungan antara kecermatan profesional dan tekanan anggaran waktu dengan

kecerdasan emosional dapat dijelaskan oleh pendekatan kontigensi. Dengan

demikian teori kontinjensi dalam penelitian ini mengargumenkan bahwa due

professional care dan time budget pressure yang dialami auditor dalam mencapai

kualitas auditor yang baik, akan bergantung pada suatu kondisi tertentu, salah

satunya adalah kecerdasan emosional yang dimilikinya.

2.5 Auditing

Menurut Arens and Locbbecke (2000), audit adalah kegiatan

mengumpulkan dan mengevaluasi dari bukti-bukti mengenai informasi untuk

Page 6: BAB II , teori pendukung yaitu teori kualitas, teori emosi ... · Bab ini menguraikan teori utama dan teori pendukung untuk mendukung ... dan (3 ) pe rasaan dari hasil atas peristiwa.

16

menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian antara informasi dengan kriteria

yang telah ditetapkan.

Sukrisno (2012) mendefinisikan auditing sebagai suatu pemeriksaan yang

dilakukan secara kritis dan sistematis, oleh pihak yang independen terhadap

laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen, beserta catatan pembukuan

dan bukti pendukungnya, dengan tujuan dapat memberikan pendapat mengenai

kewajaran laporan keuangan.

Konsep dasar auditing menurut Mautz dan Sharaf (1961) dalam “The

Philosophy of Auditing” mencakup 5 (lima) aspek, yaitu 1) Konsep Pembuktian

(Evidential Matter); 2) Konsep Kelayakan Asersi (Fair Presentation); 3) Konsep

Kecermatan Profesi (Due Professional Care); 4) Konsep Independensi; 5) Konsep

Etika (Ethical Conduct). Masing-masing dari kelima bidang konseptual di atas

sukar dibantah relevansinya dengan auditing. Kesemuanya menentukan arah

kegiatan dan perilaku auditing, dan karenanya selalu dijadikan sebagai parameter

dalam mengukur keberhasilan auditing. Oleh karena itu, dalam rangka

mengembangkan auditing sebagai disiplin yang mandiri dan kuat perlu

dikembangkan muatan-muatan yang rasional dan logis yang menunjukkan arah

bagi auditing sebagaimana diimplementasikan dalam standar, praktik, prosedur,

dan teknik audit (Pusdiklatwas BPKP,2007:53).

Audit intern menurut Sawyer (2005) adalah sebuah penilaian yang

sistematis dan objektif yang dilakukan auditor intern terhadap operasi dan kontrol

yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah: (1) informasi

keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan; (2) risiko yang dihadapi

Page 7: BAB II , teori pendukung yaitu teori kualitas, teori emosi ... · Bab ini menguraikan teori utama dan teori pendukung untuk mendukung ... dan (3 ) pe rasaan dari hasil atas peristiwa.

17

perusahaan (organisasi) telah diidentifikasi dan diminimalisasi; (3) peraturan

ekstern serta kebijakan dan prosedur intern yang bisa diterima telah dipenuhi;

(4) kriteria operasi (kegiatan) yang memuaskan telah dipenuhi; (5) sumber daya

telah digunakan secara efisien dan ekonomis; dan (6) tujuan organisasi telah

dicapai secara efektif, semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan

dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan

tanggung jawabnya secara efektif.

2.6 Kualitas Auditor

De Angelo (1981) meneliti Audit Size and Audit Quality mendefinisikan

“auditor quality as the joint probability for an auditor to (1) discover a breach in

the clients accounting system and report the breach”. Kualitas auditor adalah

kemungkinan auditor untuk menemukan pelanggaran atas kesalahan sistem

akuntansi klien dan melaporkan pelanggaran tersebut. Hal tersebut merupakan

mutlak dan tidak dapat dipisahkan dari pengertian kualitas auditor. Menurut

Watkens et al (2004), kualitas auditor digambarkan dengan kualitas atau kekuatan

pemonitoran yang dilaksanakan auditor. Kualitas audit lebih ditentukan dari

penggunaan sumber daya yang dimiliki kantor akuntan untuk tujuan pengauditan.

Titman dan Trueman (1986) menyatakan bahwa auditor yang berkualitas adalah

auditor yang bisa memberikan informasi yang akurat berupa ketepatan informasi

dari laporan keuangan.

Menurut Skinner dan Srinivasan (2012), terdapat dua hal yang memotivasi

auditor untuk menghasilkan audit yang berkualitas yaitu (1) dorongan

litigation/insurance dan (2) dorongan insentif. Financial Accounting Standard

Page 8: BAB II , teori pendukung yaitu teori kualitas, teori emosi ... · Bab ini menguraikan teori utama dan teori pendukung untuk mendukung ... dan (3 ) pe rasaan dari hasil atas peristiwa.

18

Committee (2000) menyatakan bahwa kualitas audit ditentukan oleh dua hal,

keahlian (kompetensi) dan independensi. Kualitas ini mempunyai pengaruh

langsung terhadap kualitas auditor. Pengukuran kualitas audit dapat dilakukan

dengan 2 dimensi yaitu kualitas auditor dalam suatu tim dan kualitas yang

didorong oleh aturan yang diterapkan (Schoder et.al,1986).

Terkait dengan standar kualitas audit, Badan Pemeriksa Keuangan

(SPKN,2007) telah menyusun standar kualitas audit yang terdiri dari kualitas

strategis, kualitas teknis, dan kualitas proses. Kualitas strategis diartikan bahwa

hasil pemeriksaan harus dapat memberikan informasi kepada pemakai laporan

keuangan secara tepat waktu. Kualitas teknis terkait dengan penyajian temuan,

simpulan dan opini atau saran pemeriksaan yang harus jelas, konsisten, dapat

diakses dan obyektif. Kualitas proses merujuk pada proses kegiatan pemeriksaan

mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pelaporan sampai tindak lanjut pemeriksaan.

Dengan kata lain, banyak faktor yang akan mempengaruhi kualitas audit, mulai

dari yang berkaitan dengan pihak auditor maupun pihak auditee

(Tandiontong,2016).

Auditor merupakan seorang yang memiliki kualifikasi tertentu dalam

melakukan audit atas laporan keuangan dan kegiatan suatu perusahaan atau

organisasi. Auditor adalah pegawai negeri sipil (PNS) yang diberi tugas, tanggung

jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk

melaksanakan pengawasan pada instansi pemerinntah, lembaga dan atau pihak

lain yang didalamnya terdapat kepentingan negara sesuai dengan ketentuan yang

berlaku (Pusdiklatwas BPKP,2009:7).

Page 9: BAB II , teori pendukung yaitu teori kualitas, teori emosi ... · Bab ini menguraikan teori utama dan teori pendukung untuk mendukung ... dan (3 ) pe rasaan dari hasil atas peristiwa.

19

Berdasarkan peraturan BPKP mengenai standar kompetensi auditor

(Pusdiklatwas,2010:2), yang dimaksud dengan auditor adalah jabatan yang

mempunyai ruang lingkup, tugas, tanggung jawab, dan wewenang untuk

melakukan pengawasan intern pada instansi pemerintah, lembaga dan atau pihak

lain yang didalamnya terdapat kepentingan negara sesuai dengan peraturan

perundang-undangan, yang diduduki oleh pegawai negeri sipil dengan hak dan

kewajiban yang diberikan secara penuh oleh pejabat yang berwenang.

Menurut Halim (2008) auditor adalah orang yang diitugaskan untuk

mengaudit tindakan ekonomi atau kejadian untuk entitas individual atau entitas

hukum. Pada umumnya, auditor diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) kelompok:

1) Auditor internal

Auditor internal merupakan akuntan internal yaitu karyawan suatu perusahaan

tempat mereka melakukan audit. Tujuan audit internal adalah untuk membantu

membantu manajemen dalam melaksanakan tanggungjawabnya secara efektif.

Auditor internal terutama berhubungan dengan audit operasional dan audit

kepatuhan. Meskipun demikian, pekerjaan auditor internal dapat mendukung

audit atas laporan keuangan yang dilakukan auditor independen.

2) Auditor pemerintah

Auditor pemerintah adalah akuntan pemerintah yang bekerja di instansi

pemerintah, yang tugas utamanya adalah melakukan audit atas

pertanggungjawaban keuangan dari berbagai unit organisasi dalam

pemerintahan. Auditing ini dilaksanakan oleh auditor pemerintah yang bekerja

Page 10: BAB II , teori pendukung yaitu teori kualitas, teori emosi ... · Bab ini menguraikan teori utama dan teori pendukung untuk mendukung ... dan (3 ) pe rasaan dari hasil atas peristiwa.

20

di BPKP, BPK, dan Inspektorat. Di Indonesia, auditor pemerintah dapat dibagi

menjadi dua yaitu:

(1) Auditor eksternal pemerintah yang dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa

Keuangan (BPK) sebagai perwujudan dari pasal 23 ayat (1) Undang-

Undang Dasar 1945 yang berbunyi untuk memeriksa pengelolaan dan

tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan satu Badan Pemeriksa

Keuangan bebas dan mandiri. Ayat (2) hasil pemeriksa keuangan negara

diserahkan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, sesuai dengan

kewenangannya. Badan Pemeriksa Keuangan merupakan badan yang tidak

tunduk pada pemerintah, sehingga diharapkan dapat bersikap indenpenden.

(2) Auditor Internal Pemerintah atau yang lebih dikenal sebagai Aparat

Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) yang dilaksanakan oleh Badan

Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal

Departemen/LPND, dan Inspektorat Provinsi/Kabupaten.

3) Auditor independen (Akuntan Publik)

Auditor independen adalah akuntan publik yang melaksanakan penugasan

audit atas laporan keuangan historis yang menyediakan jasa audit atas dasar

standar auditing yang tercantum dalam Standar Profesional Akuntan Publik

(KAP). Klien dapat berupa perusahaan bisnis yang berorientasi laba, organisasi

nirlaba, badan-badan pemerintahan maupun individu perseorangan. Auditor

independen bekerja dan memperoleh penghasilan yang dapat berupa fee per jam

kerja.

Page 11: BAB II , teori pendukung yaitu teori kualitas, teori emosi ... · Bab ini menguraikan teori utama dan teori pendukung untuk mendukung ... dan (3 ) pe rasaan dari hasil atas peristiwa.

21

Menurut Permenpan Nomor PER/220/M.PAN/7/2008 sebagaimana

diubah dengan Permenpan 51/2012 tentang Jabatan Fungsional Auditor dan

Angka Kreditnya pasal 7 menjelaskan bahwa (1) jabatan fungsional auditor terdiri

dari auditor terampil dan auditor ahli, (2) jenjang jabatan fungsional auditor

terampil paling rendah sampai dengan paling tinggi, yaitu auditor pelaksana,

auditor pelaksana lanjutan, auditor penyelia (3) jenjang jabatan fungsional auditor

ahli paling rendah sampai dengan paling tinggi, yaitu auditor pertama, auditor

muda, auditor madya dan auditor utama. Jenjang pangkat auditor sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) sesuai dengan jenjang jabatannya yaitu:

a. Auditor Pelaksana

1) Pengatur, golongan ruang II/c; dan

2) Pengatur Tingkat I, golongan ruang II/d.

b. Auditor Pelaksana Lanjutan

1) Penata Muda, golongan ruang III/a; dan

2) Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.

c. Auditor Penyelia

1) Penata, golongan ruang III/c; dan

2) Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.

d. Auditor Pertama

1) Penata Muda, golongan ruang III/a; dan

2) Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III/b.

e. Auditor Muda

1) Penata, golongan ruang IIl/c; dan

Page 12: BAB II , teori pendukung yaitu teori kualitas, teori emosi ... · Bab ini menguraikan teori utama dan teori pendukung untuk mendukung ... dan (3 ) pe rasaan dari hasil atas peristiwa.

22

2) Penata Tingkat I, golongan ruang III/d.

f. Auditor Madya

1) Pembina, golongan ruang IV/a;

2) Pembina Tingkat I, golongan ruang IV/b; dan

3) Pembina Utama Muda, golongan ruang IV/c

Lampiran ketentuan ini menetapkan jumlah hari pengawasan sejumlah 237

Hari/Tahun melalui penilaian angka kredit sesuai dengan jenjang jabatan yang

diajukan per semester (6 bulan).

Berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor

Per/05/M.Pan/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 menyatakan bahwa kualitas auditor

adalah auditor yang melaksanakan tupoksi dengan efektif, dengan cara

mempersiapkan kertas kerja pemeriksaan, peningkatan kegiatan audit yang

memiliki nilai tambah, menerapkan dasar-dasar pengukuran kinerja audit,

pelaksanaan koordinasi audit, pelaksanaan perencanaan audit, penilaian

efektivitas tindak lanjut pengawasan dan konsistensi penyajian laporan audit.

Dalam diktum pembukaan Permenpan No Per/05/M.Pan/03/2008

menyatakan bahwa mewujudkan pemerintahan yang baik, berdaya guna, berhasil

guna dan bertanggungjawab diperlukan adanya pengawasan oleh APIP yang

berkualitas. Dalam rangka mewujudkan pengawasan oleh APIP yang berkualitas

diperlukan suatu ukuran mutu yang sesuai dengan mandat masing-masing APIP.

Ukuran mutu ini menjadi acuan bagi auditor dan APIP (termasuk BPKP) dalam

melaksanakan tugas pokok dan fungsinya (tupoksi) dengan baik. Kualitas auditor

Page 13: BAB II , teori pendukung yaitu teori kualitas, teori emosi ... · Bab ini menguraikan teori utama dan teori pendukung untuk mendukung ... dan (3 ) pe rasaan dari hasil atas peristiwa.

23

dipengaruhi oleh keahlian auditor dalam melaksanakan perencanaan audit,

koordinasi audit ataupun mempersiapkan kertas kerja pemeriksaan (KKP).

2.7 Due Professional Care

Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara

(PERMENPAN) Nomor: PER/05/M.PAN/03/2008 tanggal 31 Maret 2008 tentang

Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah, dinyatakan dalam standar

umum bahwa auditor harus menggunakan keahlian profesionalnya dengan cermat

dan seksama (due professional care) dan secara hati-hati (prudent) dalam setiap

penugasan. Due professional care dilakukan pada berbagai aspek audit,

diantaranya; (1) Formulasi tujuan audit; (2) Penentuan ruang lingkup audit,

termasuk evaluasi risiko audit; (3) Pemilihan pengujian dan hasilnya;

(4) Pemilihan jenis dan tingkat sumber daya yang tersedia untuk mencapai tujuan

audit; (5) Penentuan signifikan tidaknya risiko yang diidentifikasi dalam audit dan

efek/dampaknya; (6) Pengumpulan bukti audit; (7) Penentuan kompetensi,

integritas dan kesimpulan yang diambil pihak lain yang berkaitan dengan

penugasan audit.

Standar Audit Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (SA-APIP) yaitu

pada standar umum diatur bahwa auditor internal harus menerapkan kecermatan

dan keterampilan yang diharapkan dari seorang auditor yang cukup berhati-hati

dan kompeten. Auditor internal menjalankan kecermatan profesional dalam

penugasan ketika dia waspada terhadap kemungkinan adanya kecurangan (fraud),

kesalahan yang disengaja, kesalahan/error dan kelalaian, inefisiensi, pemborosan,

ketidakefektifan, dan konflik kepentingan serta kondisi-kondisi dan kegiatan lain

Page 14: BAB II , teori pendukung yaitu teori kualitas, teori emosi ... · Bab ini menguraikan teori utama dan teori pendukung untuk mendukung ... dan (3 ) pe rasaan dari hasil atas peristiwa.

24

dimana penyimpangan sangat mungkin terjadi. Kecermatan profesional

dibutuhkan ketelitian dan kehati-hatian diterapkan dalam pemeriksaan, karena

dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporan, auditor wajib menggunakan

kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Salah satu wujud

penerapannya adalah proses reviu kertas kerja audit. Reviu dilaksanakan untuk

meminimalkan ketidakcermatan dan kesalahan dalam pelaksanaan audit

(Pusdiklatwas BPKP,2008).

Menurut Arens (2000), profesionalisme adalah suatu tanggung jawab yang

dibebankan kepadanya dan lebih dari sekedar memenuhi tanggung jawab yang

dibebankan kepadanya dan lebih dari sekedar dari memenuhi undang-undang dan

peraturan masyarakat. Profesionalisme yang dimaksud dapat diuraikan sebagai

berikut:

1) Pengabdian terhadap profesi

Pengabdian terhadap profesi merupakan suatu sikap yang teguh untuk

melakukan pekerjaan dengan menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang

dimiliki walaupun imbalannya berkurang.

2) Pemenuhan kewajiban sosialnya

Pemenuhan kewajiban sosial merupakan suatu paradigma mengenai

pentingnya peranan sebuah profesi dan manfaat yang didapat baik oleh

masyarakat maupun kalangan profesional lainnya karena adanya pekerjaan

tersebut.

Page 15: BAB II , teori pendukung yaitu teori kualitas, teori emosi ... · Bab ini menguraikan teori utama dan teori pendukung untuk mendukung ... dan (3 ) pe rasaan dari hasil atas peristiwa.

25

3) Sikap kemandiriannya

Sikap kemandirian adalah suatu sikap dari seseorang yang profesional yang

dapat membuat sebuah keputusan tanpa dipengaruhi oleh pihak lain.

4) Keyakinan terhadap peraturan profesi

Keyakinan terhadap peraturan profesi merupakan suatu kepercayaan bahwa

yang paling berhak menilai pekerjaan dianggap profesional atau tidaknya

adalah rekan seprofesi atau yang mempunyai kompetensi yang sama dalam

bidang ilmu atau pekerjaan tersebut.

5) Kualitas hubungannya dengan sesama profesi

Kualitas hubungannya dengan sesama profesi dapat terbentuk baik melalui

organisasi formal maupun dalam kelompok kolega sebagai ide utama dalam

melaksanakan pekerjaan.

Seorang auditor bekerja secara profesional berarti bekerja dengan keahlian

khusus menurut aturan dan persyaratan profesi, karena itu setiap pekerjaan yang

bersifat profesional memerlukan suatu sarana berupa standar dan kode etik

sebagai pedoman atau pegangan bagi seluruh anggota profesi tersebut (Kode Etik

dan Standar Audit, Pusdiklatwas BPKP,2008:7).

Menurut Mautz dan Sharaf (Pusdiklatwas,2008:23) auditor yang cermat

dan seksama memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Memiliki pengetahuan tentang filosofi dan praktik audit

2) Memiliki tingkat pelatihan, pengalaman dan keterampilan yang cukup

3) Memiliki kemampuan mengenali penyimpangan

4) Mengikuti perkembangan bagaimana mendeteksi penyimpangan

Page 16: BAB II , teori pendukung yaitu teori kualitas, teori emosi ... · Bab ini menguraikan teori utama dan teori pendukung untuk mendukung ... dan (3 ) pe rasaan dari hasil atas peristiwa.

26

Menurut Sawyer’s (2006:349) menyebutkan bahwa ‘Standard for the

professional practice of internal auditing (standards) menyatakan tanggungjawab

auditor internal adalah dimana auditor internal hendaknya melaksanakan

kecermatan dan keseksamaan profesional dalam melaksanakan audit internal,

dimana kecermatan dan keseksamaaan profesional yang diharapkan dari seorang

auditor internal disini adalah kecermatan dan keseksamaan yang bijaksana, hati-

hati dan kompeten dalam situasi yang sama. Auditor internal yang dapat

melakukan pendeteksian fraud adalah seorang auditor internal yang memiliki

kecermatan dan keseksamaan yang profesional dengan didukung oleh pengalaman

dari auditor itu sendiri dalam menangani kasus fraud. Biasanya, seorang auditor

yang sudah berpengalaman dan terbiasa dalam menghadapi kasus-kasus fraud

akan lebih cermat dan hati-hati dalam menganalisis adanya tanda-tanda terjadinya

fraud tersebut. Hal ini berarti tingkat kecermatan dan keseksamaan seorang

auditor internal yang berpengalaman jauh lebih tinggi dibandingkan dengan

auditor yang mempunyai pengalaman yang sedikit dalam menangani kasus fraud.

Penggunaan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama

memungkinkan auditor untuk memperoleh keyakinan memadai bahwa laporan

keuangan bebas dari salah saji material, baik disebabkan oleh kekeliruan atau

kecurangan (Sukrisno,2012). Kemahiran profesional dalam akuntansi forensik

dimaksudkan bahwa bukti yang dikumpulkan harus dengan prinsip kehati-hatian

supaya bisa digunakan di pengadilan, mencakup beberapa hal yaitu (1) sumber

daya manusia; (2) pengetahuan, pengalaman, keahlian, disiplin; (3) supervisi;

(4) kepatuhan terhadap standar perilaku (5) hubungan manusia; (6) komunikasi;

Page 17: BAB II , teori pendukung yaitu teori kualitas, teori emosi ... · Bab ini menguraikan teori utama dan teori pendukung untuk mendukung ... dan (3 ) pe rasaan dari hasil atas peristiwa.

27

(7) pendidikan berkelanjutan; (8) kehati-hatian profesional

(Tuanakotta,2010:122). Kecermatan profesional diaplikasikan pada saat telaah

kertas kerja terkait risiko audit, sasaran audit, kelemahan internal, kasus, usulan

revisi bagi laporan auditee menuju pada kesimpulan audit atau opini (Sukrisno

dan Hoesada,2009).

Kecermatan profesional dalam auditing berarti upaya maksimal dari

setiap auditor dalam pemanfaatan pengetahuan, keterampilan, dan pertimbangan

rasional dengan penuh kehati-hatian dalam melaksanakan fungsi auditing,

termasuk dalam hal merencanakan, mengarahkan dan mengendalikan kegiatan

pembuktian serta dalam pengambilan simpulan sehingga kewajiban yang

dibebankan kepadanya dapat dipertanggungjawabkan secara profesional

(Pusdiklatwas BPKP,2007:59). Berdasarkan pengertian di atas, dua hal yang perlu

menjadi perhatian, yaitu 1) Adanya kepastian tentang kewajiban yang dibebankan

kepada auditor sebagai lingkup tanggung jawab profesinya; 2) Tersedianya cara-

cara bagi auditor untuk mewujudkan secara maksimal kemampuan, pengetahuan,

dan keahlian dalam melaksanakan tugasnya, termasuk perilaku kehati-hatian yang

memadai untuk itu.

2.8 Time Budget Pressure

Tekanan anggaran waktu (time budget pressure) didefinisikan sebagai

permasalahan yang terjadi pada perikatan audit karena terbatasnya waktu yang

dialokasikan untuk melaksanakan seluruh tugas audit. Menurut Simanjuntak

(2015) terdapat temuan hasil survey yang dilakukan secara luas di Amerika

Serikat yang mengindikasikan adanya insiden yang mengganggu dari perilaku

Page 18: BAB II , teori pendukung yaitu teori kualitas, teori emosi ... · Bab ini menguraikan teori utama dan teori pendukung untuk mendukung ... dan (3 ) pe rasaan dari hasil atas peristiwa.

28

disfungsional auditor yang utamanya disebabkan oleh tekanan anggaran waktu.

Anggaran waktu audit yang ketat dapat mengakibatkan auditor merasakan tekanan

anggaran waktu (time budget pressure) dalam pelaksanaan program audit akibat

ketidakseimbangan antara anggaran waktu audit yang tersedia dan waktu yang

dibutuhkan untuk penyelesaian program audit.

Menurut Silaban (2009), saat seorang auditor mengalami tekanan

anggaran waktu, maka auditor akan memberikan respon dengan dua cara, yaitu

fungsional dan disfungsional. Tipe fungsional adalah perilaku auditor untuk

bekerja lebih baik dan menggunakan waktu sebaik-baiknya. Tipe disfungsional

adalah perilaku auditor yang berpotensi menyebabkan perilaku penurunan kualitas

audit.

Saat auditor merasakan tekanan anggaran waktu selama pelaksanaan tugas

audit, maka auditor kemungkinan bertindak dengan cara fungsional, yaitu dengan

melaksanakan prosedur audit sebagaimana mestinya dan melaporkan waktu

sesungguhnya yang digunakan dalam pelaksanaan tugas tersebut, atau dengan

cara disfungsional, yaitu tidak melakukan prosedur audit sebagaimana mestinya,

tetapi auditor menyatakan bahwa mereka telah melakukan prosedur audit

sebagaimana mestinya. Cara disfungsional ini merupakan cara auditor mengatasi

tekanan anggaran waktu dengan perilaku penurunan kualitas audit.

2.9 Kecerdasan Emosional

Hawari (2006) mengemukakan bahwa kemampuan seseorang ditentukan

oleh kecerdasan yang dimilikinya, kecerdasan tersebut adalah Intelligence

Page 19: BAB II , teori pendukung yaitu teori kualitas, teori emosi ... · Bab ini menguraikan teori utama dan teori pendukung untuk mendukung ... dan (3 ) pe rasaan dari hasil atas peristiwa.

29

Quotient (IQ) atau kecerdasan intelektual, Emotional Quotient (EQ) atau

kecerdasan emosi, dan Spiritual Quotient (SQ) atau kecerdasan spiritual.

Robins dan Judge (2008:57) menyatakan bahwa kecerdasan intelektual

(IQ) merupakan kemampuan yang dibutuhkan untuk melakukan berbagai aktivitas

mental berpikir, menalar dan memecahkan masalah. Kecerdasan intelektual

mengukur kecepatan kita untuk mempelajari hal-hal baru, memusatkan perhatian

pada aneka tugas latihan, menyimpan dan mengingatkan kembali informasi

objektif, terlibat dalam proses berpikir, bekerja dengan angka, berpikir abstrak

dan analitis, serta memecahkan masalah dan menerapkan pengetahuan yang telah

ada sebelumnya (Anastasi dan Urbina, 2007).

Zohar dan Marshall (2001) mendefinisikan kecerdasan spiritual sebagai

rasa moral, kemampuan menyesuaikan aturan yang kaku dibarengi dengan

pemahaman dan cinta serta kemampuan untuk melihat kapan cinta dan

pemahaman sampai pada batasannya, juga memungkinkan bergulat dengan ihwal

baik dan jahat, membayangkan yang belum terjadi serta mengangkat dari

kerendahan. Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk menghadapi dan

memecahkan persoalan makna dan nilai, yaitu menempatkan perilaku dan hidup

manusia dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya, serta menilai bahwa

tindakan atau jalan hidup seseorang lebih bermakna dibandingkan dengan orang

lain. Rachmi (2010) menyatakan kecerdasan spiritual sebagai pikiran yang

mendapat inspirasi, dorongan, efektivitas yang terinspirasi dan penghayatan

ketuhanan yang semua manusia menjadi bagian didalamnya.

Page 20: BAB II , teori pendukung yaitu teori kualitas, teori emosi ... · Bab ini menguraikan teori utama dan teori pendukung untuk mendukung ... dan (3 ) pe rasaan dari hasil atas peristiwa.

30

Robin dan Judge (2008:335) menyatakan bahwa kecerdasan emosional

adalah kemampuan seseorang untuk mendeteksi serta mengelola petunjuk-

petunjuk dan informasi emosional. Orang-orang yang mengenali emosi-emosi

mereka sendiri dan mampu dengan baik membaca emosi orang lain dapat menjadi

lebih efektif dalam pekerjaan mereka.

Menurut Goleman (2006), orang yang pertama kali mengungkapkan

adanya kecerdasan emosi selain akademik yang mempengaruhi keberhasilan

seseorang adalah Gardner, kecerdasan itu disebut kecerdasan emosional.

Kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan

perasaan orang lain, memotivasi diri sendiri, serta mengelola emosi dengan baik

pada diri sendiri dan hubungan dengan orang lain. Goleman dalam Suartana

(2010) menyatakan bahwa auditor yang mampu melaksanakan tanggungjawabnya

dengan menjunjung tinggi etika profesinya, kecerdasan intelektual hanya

menyumbang 20% sedangkan 80% diantaranya dipengaruhi oleh bentuk-bentuk

kecerdasan lain, salah satunya kecerdasan emosional. Berdasarkan hal tersebut,

peneliti menggunakan kecerdasan emosional sebagai salah satu variabel

penelitian. Kecerdasan emosional terdiri dari lima komponen utama yaitu:

1) Pengenalan diri (self awareness)

Pengenalan diri merupakan kemampuan seseorang mengetahui apa yang

dirasakan oleh diri sendiri dan menggunakannya untuk mengambil keputusan,

memiliki tolak ukur yang realistis atas kemampuan diri dan kepercayaan diri

yang kuat

Page 21: BAB II , teori pendukung yaitu teori kualitas, teori emosi ... · Bab ini menguraikan teori utama dan teori pendukung untuk mendukung ... dan (3 ) pe rasaan dari hasil atas peristiwa.

31

2) Pengendalian diri (self management)

Pengendalian diri merupakan kemampuan menangani emosinya sendiri,

mengekspresikan serta mengendalikan emosi, memiliki kepekaan terhadap kata

hati untuk digunakan dalam hubungan dan tindakan sehari-hari.

3) Motivasi (motivation)

Motivasi merupakan kemampuan menggunakan hasrat untuk setiap saat

membangkitkan semangat dan tenaga untuk mencapai keadaan yang lebih baik

serta mampu mengambil inisiatif dan bertindak secara efektif, mampu bertahan

menghadapi kegagalan dan frustasi.

4) Empati (Empathy)

Empati merupakan kemampuan merasakan apa yang dirasakan oleh orang lain,

mampu memahami perspektif orang lain dan menimbulkan hubungan saling

percaya serta mampu menyelaraskan diri dengan berbagai tipe individu.

5) Keterampilan sosial (Social Skill)

Keterampilan sosial merupakan kemampuan menangani emosi dengan baik

ketika berhubungan dengan orang lain dan menciptakan serta mempertahankan

hubungan dengan orang lain, dapat mempengaruhi, memimpin,

bermusyawarah, menyelesaikan perselisihan dan bekerja sama dalam tim.