BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan...

21
8 BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu mengenai analisis proyeksi produksi yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Disini akan dicantumkan beberapa hasil penelitian sebagai bahan acuan dan perbandingan dalam penelitian ini, diantaranya yaitu : Menurut Lestari, dkk (2015) dalam Proyeksi Produksi dan Konsumsi Telur Ayam Ras di Provinsi Lampung. Metode analisis yang digunakan adalah metode kuadrat terkecil (Ordinary Least Square Method/OLS ). Produksi dan konsumsi telur ayam ras Provinsi Lampung diproyeksikan meningkat periode 2014-2028. Produksi telur ayam ras pada 2013 sebesar 51,39 ribu ton dan rata- rata pertumbuhan proyeksi produksi adalah 3,64% per tahun. Sementara itu, konsumsi telur ayam ras Provinsi Lampung pada 2013 sebesar 51,33 ribu ton dan rata-rata pertumbuhan proyeksi konsumsi sebesar 2,48% per tahun. Hariani, dkk (2014) menjelaskan dalam Analisis Trend Produksi dan Impor Gula Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gula Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah metode kuadrat terkecil (Least Square Method/OLS ). Trend produksi gula di Indonesia selama kurun waktu lima tahun dari tahun 2012- 2016 cenderung meningkat, dan faktor-faktor yang berpengaruh secara nyata terhadap impor gula di Indonesia adalah impor tahun sebelumnya, konsumsi gula, dan harga gula internasional, perubahan pendapatan perkapita, dan stok gula

Transcript of BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan...

Page 1: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37119/3/jiptummpp-gdl-ifaninaadi-50075-3-babii.pdf · Maksud dari persamaan di atas merupakan suatu pernyataan

8

BAB II

TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu mengenai analisis proyeksi produksi yang telah

dilakukan oleh beberapa peneliti. Disini akan dicantumkan beberapa hasil

penelitian sebagai bahan acuan dan perbandingan dalam penelitian ini,

diantaranya yaitu :

Menurut Lestari, dkk (2015) dalam Proyeksi Produksi dan Konsumsi Telur

Ayam Ras di Provinsi Lampung. Metode analisis yang digunakan adalah metode

kuadrat terkecil (Ordinary Least Square Method/OLS ). Produksi dan

konsumsi telur ayam ras Provinsi Lampung diproyeksikan meningkat periode

2014-2028. Produksi telur ayam ras pada 2013 sebesar 51,39 ribu ton dan rata-

rata pertumbuhan proyeksi produksi adalah 3,64% per tahun. Sementara itu,

konsumsi telur ayam ras Provinsi Lampung pada 2013 sebesar 51,33 ribu

ton dan rata-rata pertumbuhan proyeksi konsumsi sebesar 2,48% per tahun.

Hariani, dkk (2014) menjelaskan dalam Analisis Trend Produksi dan Impor

Gula Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gula Indonesia. Metode analisis

yang digunakan adalah metode kuadrat terkecil (Least Square Method/OLS ).

Trend produksi gula di Indonesia selama kurun waktu lima tahun dari tahun 2012-

2016 cenderung meningkat, dan faktor-faktor yang berpengaruh secara nyata

terhadap impor gula di Indonesia adalah impor tahun sebelumnya, konsumsi gula,

dan harga gula internasional, perubahan pendapatan perkapita, dan stok gula

Page 2: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37119/3/jiptummpp-gdl-ifaninaadi-50075-3-babii.pdf · Maksud dari persamaan di atas merupakan suatu pernyataan

9

domestik, serta elastisitas pada variabel stok dalam negeri, impor tahun

sebelumnya, perubahan pendapatan perkapita dan konsumsi gula terhadap impor

gula di Indonesia bersifat inelastis. Sedangkan nilai elastisitas harga gula

internasional terhadap impor gula di Indonesia bersifat elastis.

Penelitian yang dilakukan oleh Ningtyas (2010) dengan judul Proyeksi

Produksi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kedelai di Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat

mempengaruhi produksi kedelai dan untuk mengetahui proyeksi produksi

kedelai 6 (enam) tahun yang akan datang. Metode analisis data yang digunakan

adalah analisis regresi linear berganda dan analisis trend. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh nyata terhadap produksi kedelai di

Indonesia adalah luas panen dan tenaga kerja, sedangkan faktor-faktor yang

berpengaruh secara tidak nyata terhadap produksi kedelai di Indonesia adalah

bibit, pestisida, dan pupuk sedangkan hasil Proyeksi Produksi Kedelai di

Indonesia 2009-2014 menurun.

Menurut Kopen (2005), dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Trend

Buah-Buahan Di Jawa Timur, yang menganalisa perkembangan tingkat produksi

buah-buahan di Jawa Timur. Pada hasil penelitiannya Kopen menjelasakan bahwa

trend produksi apel manalagi di Jawa Timur tahun 1994-2002 mengalami

penurunan sebesar 5598.35 ton per tahun. Berdasarkan hasil dari penelitian

sebelumya dapat kita ketahui adanya kemugkinan pengembangan tingkat produksi

buah apel di Kabupaten Malang untuk tahun-tahun berikutnya semakin menurun.

Page 3: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37119/3/jiptummpp-gdl-ifaninaadi-50075-3-babii.pdf · Maksud dari persamaan di atas merupakan suatu pernyataan

10

B. Landasan Teori

1. Pengertian Usaha Tani

Usaha tani adalah suatu tempat atau bagian dari permukaan bumi dimana

kegiatan pertanian diselenggarakan oleh seorang petani tertentu apakah ia

seorang pemilik atau orang yang digaji. Usaha tani merupakan himpunan dari

sumber-sumber alam yang terdapat di tempat tersebut yang diperlukan untuk

proses produksi seperti tanah, air, perbaikan atas tanah tersebut, sinar matahari,

bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah tersebut, tenaga kerja, modal,

dan manajemen usaha tani (Suparmi, 1986). Usaha tani dapat berupa bercocok

tanam ataupun beternak. Dalam bahasa ekonomi, produksi pertanian

mengusahakan masukan untuk menghasilkan keluaran.

Masukan adalah segala sesuatu yang diikutsertakan dalam proses

produksi, seperti penggunaan tanah, tenaga kerja petani, beserta keluarganya

dan pekerja upahan, kegiatan petani dalam perencanaan pengelolaan seperti

bibit, pupuk, insektisida, dan sarana produksi lainnya.

Keluaran adalah hasil tanaman dan hasil ternak yang dihasilkan oleh usaha

petani, masukan dan pengeluaran ini mencakup biaya dan hasil. Setelah

pertanian menjadi lebih maju, semakin banyak biaya dan penerimaan yang

berupa uang tunai, semakin petani memperhitungkan biaya dan hasil (Mosher,

1977).

Page 4: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37119/3/jiptummpp-gdl-ifaninaadi-50075-3-babii.pdf · Maksud dari persamaan di atas merupakan suatu pernyataan

11

2. Produksi

Produksi adalah menciptakan, menghasilkan, dan membuat. Kegiatan

produksi tidak akan dapat dilakukan kalau tidak ada bahan yang memungkinkan

dilakukannya proses produksi itu sendiri. Untuk bisa melakukan produksi, orang

memerlukan tenaga manusia, sumber-sumber alam, modal dalam segala

bentuknya, serta kecakapan. Semua unsur itu disebut faktor-faktor produksi

(factors of production). Jadi, semua unsur yang menopang usaha penciptaan nilai

atau usaha memperbesar nilai barang disebut sebagai faktor-faktor produksi.

Pengertian produksi lainnya yaitu hasil akhir dari proses atau aktivitas

ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian

ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi diartikan sebagai aktivitas dalam

menghasilkan output dengan menggunakan teknik produksi tertentu untuk

mengolah atau memproses input sedemikian rupa (Sukirno, 2002:193). Elemen

input dan output merupakan elemen yang paling banyak mendapatkan perhatian

dalam pembahasan teori produksi. Dalam teori produksi, elemen input masih

dapat diuraikan berdasarkan jenis ataupun karakteristik input (Gaspersz,

1996:170-171). Secara umum input dalam sistem produksi terdiri atas :

1) Tenaga kerja

2) Modal atau kapital

3) Bahan-bahan material atau bahan baku

4) Sumber energi

5) Tanah

6) Informasi

Page 5: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37119/3/jiptummpp-gdl-ifaninaadi-50075-3-babii.pdf · Maksud dari persamaan di atas merupakan suatu pernyataan

12

7) Aspek manajerial atau kemampuan kewirausahawan

Teori produksi modern menambahkan unsur teknologi sebagai salah satu

bentuk dari elemen input. Keseluruhan unsur unsur dalam elemen input tadi

selanjutnya dengan menggunakan teknik-teknik atau cara-cara tertentu, diolah

atau diproses sedemikian rupa untuk menghasilkan sejumlah output tertentu.

(Pindyck dan Robert, 2007:199)

Teori produksi akan membahas bagaimana penggunaan input untuk

menghasilkan sejumlah output tertentu. Hubungan antara input dan output seperti

yang diterangkan pada teori produksi akan dibahas lebih lanjut dengan

menggunakan fungsi produksi. Dalam hal ini, akan diketahui bagaimana

penambahan input sejumlah tertentu secara proporsional akan dapat dihasilkan

sejumlah output tertentu. Teori produksi dapat diterapkan pengertiannya untuk

menerangkan sistem produksi yang terdapat pada sektor pertanian. Dalam sistem

produksi yang berbasis pada pertanian berlaku pengertian input atau output dan

hubungan di antara keduanya sesuai dengan pengertian dan konsep teori produksi.

a. Fungsi Produksi

Fungsi produksi adalah hubungan antara output fisik dengan input-input

fisik. Konsep tersebut didefinisikan sebagai skedul atau persamaan matematika

yang menunjukkan kuantitas maksimum output yang dapat dihasilkan dari

serangkaian input (Roger Leroy Miller, Roger E Meiners, 2000).

Perusahaan dapat mengubah input menjadi output dengan berbagai cara,

dengan menggunakan berbagai kombinasi tenaga kerja, bahan mentah, dan modal.

Page 6: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37119/3/jiptummpp-gdl-ifaninaadi-50075-3-babii.pdf · Maksud dari persamaan di atas merupakan suatu pernyataan

13

Kita dapat menjabarkan hubungan antar input ini dalam proses produksi dan

output yang dihasilkan melalui suatu fungsi produksi. Fungsi produksi

mengindikasikan output tertinggi kuantitas yang dapat diproduksi oleh perusahaan

atas setiap kombinasi spesifik input. (Pyndick dan Daniel 2014:219)

Dalam beberapa buku teks fungsi produksi/input ini dapat ditunjukkan

dengan rumus berikut:

Q = f (K, L, R, T)

Q = tingkat produksi

K = modal

L = tenaga kerja dan keahlian wirausahawan

R = kekayaan alam

T = Teknologi

Maksud dari persamaan di atas merupakan suatu pernyataan matematis yang

pada dasarnya berarti bahwa tingkat produksi suatu barang tergantung kepada

jumlah modal, tenaga kerja, kekayaan alam, dan tingkat teknologi yang

digunakan. Jumlah produksi yang berbeda-beda juga. Di saamping itu, untuk satu

tingkat produksi tertentu dapat pula digunakan gabungan faktor produksi yang

berbeda. Dengan membandingkan berbagai gabungan faktor-faktor produksi

untuk menghasilkan sejumlah barang tertentu dapatlah ditentukan gabungan

Page 7: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37119/3/jiptummpp-gdl-ifaninaadi-50075-3-babii.pdf · Maksud dari persamaan di atas merupakan suatu pernyataan

14

faktor produksi yang paling ekonomis untuk memproduksi sejumlah barang. (Arif

dan Euis 2010:167)

Menurut Sudarman (2004) pengertian produksi adalah hubungan antara

output yang dihasilkan dan faktor-faktor produksi yang digunakan sering

dinyatakan dalam suatu fungsi produksi (Production Function). Fungsi produksi

suatu skedul (atau tabel atau persamaan matematis) yang menggambarkan jumlah

output maksimum yang dapat dihasilkan dari satu set faktor produksi tertentu dan

pada tingkat produksi tertentu pula, faktor produksi dapat diklasifikasikan menjadi

dua macam (Sudarman 2004):

1) Faktor Produksi Tetap (Fixed Input)

Faktor produksi tetap adalah faktor produksi dimana jumlah yang

digunakan dalam proses produksi tidak dapat diubah secara cepat bila keadaan

pasar menghendaki perubahan jumlah output. Dalam kenyataannya tidak ada satu

faktor produksi pun yang sifatnya tetap secara mutlak. Faktor produksi ini tidak

dapat ditambah atau dikurangi jumlahnya dalam waktu yang relatif singkat. Input

tetap akan selalu ada walaupun output turun sampai dengan nol. Contoh faktor

produksi tetap dalam industri ini adalah alat atau mesin yang digunakan dalam

proses produksi.

2) Faktor Produksi Variabel (Variabel Input)

faktor produksi variabel adalah faktor produksi dimana jumlah dapat

berubah dalam waktu yang relatif singkat sesuai dengan jumlah output yang

Page 8: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37119/3/jiptummpp-gdl-ifaninaadi-50075-3-babii.pdf · Maksud dari persamaan di atas merupakan suatu pernyataan

15

dihasilkan. Contoh faktor produksi dalam industri adalah bahan baku dan tenaga

kerja.

Sejalan berkembangnya faktor produksi menjadi faktor produksi yang

bersifat tetap dan variabel, para ahli sering membagi kurun waktu produksi

menjadi dua macam, yaitu jangka pendek (short run) dan jangka panjang (long

run). Kurun waktu jangka pendek adalah menunjukkan kurun waktu dimana salah

satu faktor produksi atau lebih bersifat tetap. Jadi, dalam kurun waktu ini output

dapat diubah jumlahnya dengan jalan mengubah faktor produksi variabel yang

digunakan dan dengan peralatan mesin yang ada.

Bila seorang produsen ingin menambah produksinya dalam jangka pendek,

maka hal ini hanya dapat dilakukan dengan jalan menambah jam kerja dan dengan

tingkat skala perusahaan yang ada (dalam jangka pendek peralatan mesin

perusahaan ini tidak mungkin untuk ditambah).

Adapun kurun waktu jangka panjang adalah kurun waktu dimana semua

faktor produksi bersifat variabel. Hal ini berarti dalam jangka panjang, perubahan

output dapat dilakukan dengan cara mengubah faktor produksi dalam tingkat

kombinasi yang seoptimal mungkin. Misalnya dalam jangka pendek produsen

dapat memperbesar outputnya dengan jalan menambah jam kerja per hari dan

hanya pada tingkat skala yang ada. Dalam jangka panjang, mungkin akan lebih

ekonomis baginya bila ia menambah skala perusahaan (peralatan mesin) dan tidak

perlu menambah jam kerja. (Sudirman, 2004)

Page 9: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37119/3/jiptummpp-gdl-ifaninaadi-50075-3-babii.pdf · Maksud dari persamaan di atas merupakan suatu pernyataan

16

Pengertian periode produksi jangka pendek dan jangka panjang secara

mutlak tidak dikaitkan dengan kurun waktu yang tertentu. Dalam arti mungkin

saja dalam suatu proses produksi tertentu, kurun waktu 1 tahun termasuk jangka

pendek, tetapi untuk proses produksi yang lain kurun waktu tersebut termasuk

jangka panjang. Jangka pendek dan jangka panjang dalam hal ini banyak

dikaitkan dengan situasi proses produksi dimana produsen dapat mengubah faktor

produksi yang digunakan atau tidak.

Dalam kurun waktu satu hari mungkin lebih intensif apabila produsen tetap

menggunakan mesin yang ada, dalam kurun waktu satu bulan produsen tersebut

akan merasa lebih untung apabila menyewa tambahan peralatan produksinya, dan

dalam kurun waktu satu tahun akan lebih menguntungkan lagi apabila produsen

tersebut membayar sendiri tambahan peralatan produksi yang baru lagi, dalam

kurun waktu yang lebih panjang kemungkinan produsen untuk mengadakan

penggantian dan penyesuaian faktor-faktor produksi yang digunakan menjadi

lebih besar.

Dalam hal ini terlihat bahwa besarnya biaya produksi untuk menghasilkan

sejumlah output tertentu tergantung kepada lamanya waktu yang tersedia bagi

produsen untuk mrngadakan penyesuaian jumlah faktor-faktor produksi yang ia

gunakan (Sudarman, 2004)

Sedangkan menurut (Pyndick dan Daniel 2002:178), Setiap proses produksi

mempunyai landasan teknis, yang dalam teori ekonomi disebut faktor produksi.

Faktor produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan

Page 10: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37119/3/jiptummpp-gdl-ifaninaadi-50075-3-babii.pdf · Maksud dari persamaan di atas merupakan suatu pernyataan

17

antara tingkat output dan (kombinasi) penggunaan input. Setiap produsen dalam

teori dianggap mempunyai suatu faktor produksi untuk “pabriknya”. Hal ini dapat

ditulis dengan suatu persamaan matematis:

Q = f (X1, X2, X3, ...., Xn)

Dimana :

Q = tingkat produksi (output)

X1, X2, ...., Xn = berbagai input yang digunakan.

Faktor-faktor produksi dibedakan atas dua kelompok sebagai berikut

(Soekartawi, 2002):

a) Faktor biologi, seperti lahan pertanian dengan macam dan tingkat

kesuburannya, bibit, varietas, pupuk, obat-obatan, gulma dan sebagainya.

b) Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat

pendidikan, tingkat pendapatan, resiko dan ketidak pastian, kelembagaan,

adanya kredit dan sebagainya.

b. Hubungan Antara Produksi Total, Produksi Rata-Rata dan Produksi

Marginal

Hubungan antara produksi total, produksi rata-rata, dan produksi marginal

dapat dilihat pada Gambar 2.1

Page 11: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37119/3/jiptummpp-gdl-ifaninaadi-50075-3-babii.pdf · Maksud dari persamaan di atas merupakan suatu pernyataan

18

Sumber : Ari Sudarman, 2004

TP = Total produksi

MP = Produksi batas (marginal product)

AP = Produksi rata-rata (average product)

Page 12: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37119/3/jiptummpp-gdl-ifaninaadi-50075-3-babii.pdf · Maksud dari persamaan di atas merupakan suatu pernyataan

19

Pada tingkat permulaan penggunaan faktor produksi variabel, produksi

total akan bertambah secara perlahan-lahan dengan ditambahnya penggunaan

faktor produksi tersebut. Pertambahan ini lama kelamaan menjadi semakin cepat

dan mencapai maksimum di titik (1). Nilai kemiringan dari kurva produksi total

adalah produksi marginal. Jadi, pada titik tersebutberarti produksi batas mencapai

nilai maksimum (titik 4).

Sesudah kurva produksi total mencapai nilai kemiringan maksimum di

titik (1), kurva produksi total masih terus menaik tetapi kenaikan

produksinya dengan tingkat yang semakin menurun, hal ini terlihat pada nilai

kemiringan garis singgung terhadap kurva produksi total yang semakinkecil.

Pergerakan ke kanan sepanjang kurva produksi total dari titik (1) nampak

bahwa garis lurus yang ditarik ke titik (0) ke kurva tersebut mempunyai nilai

kemiringan yang semakin besar. Nilai kemiringan dari garis ini mencapai

maksimum di titik (2), yaitu pada waktu garis tersebut tepat menyinggung

kurva produksi total. Karena nilai kemiringan garis lurus yang ditarik dari titik

(0) ke suatu titik tersebut, ini berarti di titik (2) produksi rata-rata mencapai

maksimum.

Mulai titik (2), bila jumlah faktor produksi variabel yang digunakan

ditambah, maka produksi naik dengan tingkat kenaikan yang semakin

menurun dan ini terjadi terus sampai titik (3). Pada titik (3) ini produksi

total mencapai maksimum dan lewat titik (0). Di sekitar titik (3), tambahan

produksi variabel (dalam jumlah yang sangat kecil) tidak mengubah jumlah

produksi yang dihasilkan. Dalam daerah ini nilai kemiringan kurvatotal sama

Page 13: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37119/3/jiptummpp-gdl-ifaninaadi-50075-3-babii.pdf · Maksud dari persamaan di atas merupakan suatu pernyataan

20

dengan (0). Jadi, produksi marginal pada batas ini juga. Hal ini tampak pada

Gambar 2.1 di mana antara titik (3) dan titik (6) pada tingkat penggunaan faktor

produksi yang sama. Lewat dari titik (3), kurva produksi total menurun, dan

berarti produksi batas menjadi negatif.

Dalam Gambar 2.1 itu juga terlihatbahwa produksi marjinal pada tingkat

permulaan menaik mencapai tingkat maksimum pada titik (4), (titik dimana

mulai berlaku hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang), akhirnya

menurun. Produksi marginal menjadi negatif selewatnya titik (6), yaitu pada

waktu produksi total mencapai maksimum. Hukum pertambahan hasil yang

semakin berkurang menyatakan bahwa jika kuantitas satu input variabel

meningkat, sementara kuantitas dari faktor-faktor produksi lainnya tidak berubah,

maka pada mulanya akan terjadi kenaikan output, tetapi kemudian menurun

(berkurang). Produksi rata-rata pada tingkat permulaan juga Nampak menaik dan

akhirnya mencapai tingkat maksimum di titik (5), yaitu pada titik di mana antara

produksi marginal dan produksi total mencapai titik maksimum.

Dengan menggunakan Gambar 2.1 suatu rangkaian produksi dapat dibagi

menjadi 3 tahap. Tahap I meliputi daerah penggunaan faktor produksi variabel di

sebelah titik (5), di mana produksi rata-rata mrncapai maksimum. Tahap II

meliputi daerah penggunaan faktor produksi variabeldi antara titik (5) dan (6),

dimana produksi marginal dari faktor produksi variabel adalah nol. Akhirnya

tahap III meliputi daerah penggunaan faktor produksi variabel di sebelah kanan

titik (6) di mana produksi marginal dari faktor produksi variabel adalah

negatif. Sesuai dengan pentahapan tersebut di atas maka jelas seorang

Page 14: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37119/3/jiptummpp-gdl-ifaninaadi-50075-3-babii.pdf · Maksud dari persamaan di atas merupakan suatu pernyataan

21

produsen tidak akan berproduksi pada tahap III, karena dalam tahap ini ia

akan memperoleh hasil produksi yang lebih sedikit dari penggunaan faktor

produksi variabel yang lebih banyak. Ini berarti produsen tersebut bertindak tidak

efisien di dalam pemanfaatan faktor produksi variebel. Efisiensi produksi yang

maksimal akan terjadi pada tahap produksi yang ke-II. (Ari Sudarman, 2004)

c. Teori Faktor Produksi Dalam Usaha Tani

1) Jumlah Pohon Sebagai Faktor Produksi

Pohon atau bibit yaitu tanaman muda yang sudah tumbuh di persemaian dan

siap dipindahkan dilapangan untuk menghasilkan produksi ( Yuniarto, 2008).

Menurut batasan yang umum, pohon adalah tumbuhan yang batangnya berkayu

dan bercabang. Batang pohon utama berdiri dan berukuran lebih besar dibanding

cabang-cabangnya. Pohon apel memiliki daun yang berbentuk lonjong/oval, ada

yang lebar dan ada yang kecil, bunganya berwarna putih sampai merah jambu

berjumlah 5 helai, bunga apel bertangkai pendek menghadap keatas umumnya

tumbuh pada ketiak daun. Pohon apel bercabang dan dapat tumbuh baik di

lingkungan yang bersuhu dingin seperti kebun-kebun apel yang ada di berbagai

daerah seperti Batu, Malang, Lembang, Bandung serta daerah sentra budidaya

apel lainnya.

Untuk memperoleh hasil atau output pertanian, salah satu faktor yang

menentukan adalah pohon atau bibit yang ada di lapangan atau yang digunakan

dalam menghasilkan produksi pada tanaman.

Page 15: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37119/3/jiptummpp-gdl-ifaninaadi-50075-3-babii.pdf · Maksud dari persamaan di atas merupakan suatu pernyataan

22

2) Curah Hujan Sebagai Faktor Produksi

Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah selama

periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi atau millimeter. Curah hujan

sangat mempengaruhi produksi apel. Tanaman apel menghendaki curah hujan

yang tidak terlalu tinggi. Jika semakin tinggi curah hujan maka akan

menyebabkan bunga dan buah muda gugur serta hama dan penyakit akan

berkembang pada tanaman apel sehingga produksi apel menjadi berkurang.

Berdasarkan model hubungan produksi apel dengan curah hujan dapat

diidentifikasi bahwa curah hujan terbaik untuk tanaman apel berada pada kisaran

curah hujan 2200 hingga 2800 mm per tahun. (Ruminta dan Handoko 2012)

3) Luas Lahan Sebagai Faktor Produksi

Dalam pertanian, terutama di Indonesia, faktor produksi tanah mempunyai

kedudukan paling penting. Menurut (Mubyarto, 1989) lahan sebagai slah satu

faktor produksi yang merupakan pabriknya hasil pertanian yang mempunyai

kontribusi yang cukup besar terhadap usaha tani. Besar kecilnya produksi dari

usaha tani antara lain dipengaruhi oleh luas sempitnya lahan yang digunakan.

Penggunaan luas lahan untuk pertanian secara umum dapat dibedakan atas

penggunaan luas lahan semusim, tahunan, dan permanen. Penggunaan luas lahan

tanaman semusim diutamakan untuk tanaman musiman yang dalam polanya dapat

dengan rotasi atau tumpang sari dan panen dilakukan setiap musim dengan

periode biasanya kurang dari setahun. Penggunaan luas lahan tanaman tahunan

merupakan penggunaan tanaman jangka panjang yang pergilirannya dilakukan

Page 16: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37119/3/jiptummpp-gdl-ifaninaadi-50075-3-babii.pdf · Maksud dari persamaan di atas merupakan suatu pernyataan

23

setelah hasil tanaman tersebut secara ekonomi tidak produktif lagi, seperti pada

tanman perkebunan. Penggunaan luas lahan permanen diarahkan pada lahan yang

tidak diusahakan untuk pertanian, seperti hutan, daerah konservasi, perkotaan,

desa dan saranany, lapangan terbang, dan pelabuhan.

3. Proyeksi

Pengambil kebijakan seringkali membuat keputusan tanpa mengetahui apa

yang akan terjadi pada masa mendatang. Dalam perusahaan, persediaan

(inventory) dipesan meskipun manajer tidak mengetahui berapa jumlah omset

bulan ini; peralatan baru dibeli tanpa mengetahui laba yang akan diperoleh.

Akibatnya, baik solusi masalah maupun strategi perusahaan seringkali tidak

efektif dan efisien. Manajer selalu berupaya mengurangi ketidakpastian omset,

permintaan, dan laba dengan membuat estimasi mengenai apa yang terjadi di

masa mendatang menggunakan bantuan peramalan bisnis (Kuncoro, 2011).

Berdasarkan penjelasan di atas, jelas bahwa proyeksi sangat membantu

memberikan gambaran apa yang akan terjadi pada masa mendatang agar

pengambil kebijakan maupun seorang manajer tidak salah dalam menentukan

langkah kebijakan yang akan diambilnya.

4. Trend

Trend adalah suatu gerakan kecenderungan naik atau turun dalam jangka

panjang yang diperoleh dari rata-rata perubahan waktu ke waktu dari nilainya

cukup rata (smooth). Trend data berkala bisa berbentuk trend yang meningkat

disebut dengan trend positif dan tred yang menurun disebut dengan trend negatif.

Page 17: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37119/3/jiptummpp-gdl-ifaninaadi-50075-3-babii.pdf · Maksud dari persamaan di atas merupakan suatu pernyataan

24

Trend menunjukkan perubahan waktu yang relatif panjang dan stabil. Kekuatan

yang dapat mempengaruhi trend adalah perubahan populasi, harga, teknologi, dan

produktivitas. Berikut trend positif dan negatif (Suharyadi dan SK, 2003).

a. Trend Positif

Trend positif mempunyai kecenderungan nilai ramalan (Y’) meningkat

dengan meningkatnya waktu (X). Persamaan trend positif adalah:

Y’ = a + bX

Dimana a adalah Konstanta dan b adalah tingkat kecenderungan. Apabila

X naik 1 satuan, maka Y’ akan naik sebesar b satuan. Trend positif mempunyai

slope/gradien/kemiringan garis yang positif yaitu dari bawah ke atas.

b. Trend Negatif

Trend negatif mempunyai kecenderungan nilai ramalan (Y’) menurun

dengan meningkatnya waktu (X). Persamaan trend negatif adalah:

Y’ = a + bX

Dimana a adalah konstanta dan b adalah tingkat kecenderungan. Apabila X

naik 1 satuan, maka Y’ akan turun sebesar b satuan. Trend negatif mempunyai

slope/gradien/kemiringan garis yang negatif yaitu dari atas ke bawah.

Metode yang paling sering dipakai untuk menjelaskan trend linier adalah

metode Kuadrat Terkecil (Least Square Method) (Arsyad, 1993).

Page 18: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37119/3/jiptummpp-gdl-ifaninaadi-50075-3-babii.pdf · Maksud dari persamaan di atas merupakan suatu pernyataan

25

5. Metode Kuadrat Terkecil (Least Square Method)

Trend dengan metode kuadrat terkecil diperoleh dengan menentukan garis

trend yang mempunyai jumlah terkecil dari selisih data asli dengan data pada garis

trend. Apabila Y menggambarkan data asli dan Y’ merupakan data trend, maka

metode terkecil dirumuskan ∑( ) . (Suharyadi dan SK, 2003).

Rumus garis trend dengan metode Least square adalah:

Y’ = a + bX

Dimana:

Y’ = Nilai trend

X = Periode waktu

a = Konstanta

b = Tingkat kecenderungan

Untuk menaksir nilai a dan b adalah:

setelah nilai a dan b didapatkan, selanjutnya dihitung berapa nilai trend dan

berapa nilai forecast untuk waktu yang dinginkan.

Page 19: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37119/3/jiptummpp-gdl-ifaninaadi-50075-3-babii.pdf · Maksud dari persamaan di atas merupakan suatu pernyataan

26

C. Kerangka Pemikiran

Apel merupakan komoditas yang memiliki peran penting bagi dinamika

kesejahteraan dan perekonomian bukan hanya bagi pelaku agribisnisnya tetapi

juga masyarakat umum di Kota Batu. Perkembangan apel juga menjadi pendorong

perkembangan sektor pariwisata karena keindahan tanaman ini juga menjadi

magnet yang menarik wisatawan untuk berkunjung ke Kota Batu.

Pada hakikatnya, produksi merupakan kegiatan ekonomi yang berkenaan

dengan barang dan jasa yang dalam hal ini adalah komoditas apel. Produksi erat

kaitannya dengan proses menghasilkan buah apel, termasuk faktor-faktor yang

mempengaruhi kegiatan produksi buah apel baik saat ini maupun di masa yang

akan datang. Di duga faktor-faktor yang mempengaruhi produksi apel terdiri dari

jumlah tanaman apel, curah hujan dan luas lahan.

Selanjutnya, dari masing-masing faktor yang mempengaruhi produksi

dilakukan suatu proyeksi terhadap produksi apel. Metode yang digunakan dalam

proyeksi dengan metode peramalan secara kuantitatif yaitu analisis trend dengan

metode metode Kuadrat Terkecil (Least Square Method). Peramalan dengan

menggunakan metode tersebut akan diketahui bagaimana perkembangan produksi

apel di Kota Batu untuk waktu yang akan datang. Berikut merupakan kerangka

pemikiran proyeksi produksi apel di Kota Batu yang disajikan pada Gambar 2.2

Page 20: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37119/3/jiptummpp-gdl-ifaninaadi-50075-3-babii.pdf · Maksud dari persamaan di atas merupakan suatu pernyataan

27

Kerangka Pemikiran

Jumlah Tanaman Apel

Curah Hujan

Luas Lahan

Produksi Apel

Page 21: BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan ...eprints.umm.ac.id/37119/3/jiptummpp-gdl-ifaninaadi-50075-3-babii.pdf · Maksud dari persamaan di atas merupakan suatu pernyataan

28

D. Perumusan Hipotesis

1. H0 : jumlah tanaman, curah hujan, dan luas lahan tidak mempengaruhi jumlah

produksi apel.

H1 : jumlah tanaman, curah hujan, dan luas lahan mempengaruhi produksi apel.