BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan...
Transcript of BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Tinjauan...
8
BAB II
TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS
A. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu mengenai analisis proyeksi produksi yang telah
dilakukan oleh beberapa peneliti. Disini akan dicantumkan beberapa hasil
penelitian sebagai bahan acuan dan perbandingan dalam penelitian ini,
diantaranya yaitu :
Menurut Lestari, dkk (2015) dalam Proyeksi Produksi dan Konsumsi Telur
Ayam Ras di Provinsi Lampung. Metode analisis yang digunakan adalah metode
kuadrat terkecil (Ordinary Least Square Method/OLS ). Produksi dan
konsumsi telur ayam ras Provinsi Lampung diproyeksikan meningkat periode
2014-2028. Produksi telur ayam ras pada 2013 sebesar 51,39 ribu ton dan rata-
rata pertumbuhan proyeksi produksi adalah 3,64% per tahun. Sementara itu,
konsumsi telur ayam ras Provinsi Lampung pada 2013 sebesar 51,33 ribu
ton dan rata-rata pertumbuhan proyeksi konsumsi sebesar 2,48% per tahun.
Hariani, dkk (2014) menjelaskan dalam Analisis Trend Produksi dan Impor
Gula Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gula Indonesia. Metode analisis
yang digunakan adalah metode kuadrat terkecil (Least Square Method/OLS ).
Trend produksi gula di Indonesia selama kurun waktu lima tahun dari tahun 2012-
2016 cenderung meningkat, dan faktor-faktor yang berpengaruh secara nyata
terhadap impor gula di Indonesia adalah impor tahun sebelumnya, konsumsi gula,
dan harga gula internasional, perubahan pendapatan perkapita, dan stok gula
9
domestik, serta elastisitas pada variabel stok dalam negeri, impor tahun
sebelumnya, perubahan pendapatan perkapita dan konsumsi gula terhadap impor
gula di Indonesia bersifat inelastis. Sedangkan nilai elastisitas harga gula
internasional terhadap impor gula di Indonesia bersifat elastis.
Penelitian yang dilakukan oleh Ningtyas (2010) dengan judul Proyeksi
Produksi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kedelai di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi produksi kedelai dan untuk mengetahui proyeksi produksi
kedelai 6 (enam) tahun yang akan datang. Metode analisis data yang digunakan
adalah analisis regresi linear berganda dan analisis trend. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa faktor yang berpengaruh nyata terhadap produksi kedelai di
Indonesia adalah luas panen dan tenaga kerja, sedangkan faktor-faktor yang
berpengaruh secara tidak nyata terhadap produksi kedelai di Indonesia adalah
bibit, pestisida, dan pupuk sedangkan hasil Proyeksi Produksi Kedelai di
Indonesia 2009-2014 menurun.
Menurut Kopen (2005), dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Trend
Buah-Buahan Di Jawa Timur, yang menganalisa perkembangan tingkat produksi
buah-buahan di Jawa Timur. Pada hasil penelitiannya Kopen menjelasakan bahwa
trend produksi apel manalagi di Jawa Timur tahun 1994-2002 mengalami
penurunan sebesar 5598.35 ton per tahun. Berdasarkan hasil dari penelitian
sebelumya dapat kita ketahui adanya kemugkinan pengembangan tingkat produksi
buah apel di Kabupaten Malang untuk tahun-tahun berikutnya semakin menurun.
10
B. Landasan Teori
1. Pengertian Usaha Tani
Usaha tani adalah suatu tempat atau bagian dari permukaan bumi dimana
kegiatan pertanian diselenggarakan oleh seorang petani tertentu apakah ia
seorang pemilik atau orang yang digaji. Usaha tani merupakan himpunan dari
sumber-sumber alam yang terdapat di tempat tersebut yang diperlukan untuk
proses produksi seperti tanah, air, perbaikan atas tanah tersebut, sinar matahari,
bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah tersebut, tenaga kerja, modal,
dan manajemen usaha tani (Suparmi, 1986). Usaha tani dapat berupa bercocok
tanam ataupun beternak. Dalam bahasa ekonomi, produksi pertanian
mengusahakan masukan untuk menghasilkan keluaran.
Masukan adalah segala sesuatu yang diikutsertakan dalam proses
produksi, seperti penggunaan tanah, tenaga kerja petani, beserta keluarganya
dan pekerja upahan, kegiatan petani dalam perencanaan pengelolaan seperti
bibit, pupuk, insektisida, dan sarana produksi lainnya.
Keluaran adalah hasil tanaman dan hasil ternak yang dihasilkan oleh usaha
petani, masukan dan pengeluaran ini mencakup biaya dan hasil. Setelah
pertanian menjadi lebih maju, semakin banyak biaya dan penerimaan yang
berupa uang tunai, semakin petani memperhitungkan biaya dan hasil (Mosher,
1977).
11
2. Produksi
Produksi adalah menciptakan, menghasilkan, dan membuat. Kegiatan
produksi tidak akan dapat dilakukan kalau tidak ada bahan yang memungkinkan
dilakukannya proses produksi itu sendiri. Untuk bisa melakukan produksi, orang
memerlukan tenaga manusia, sumber-sumber alam, modal dalam segala
bentuknya, serta kecakapan. Semua unsur itu disebut faktor-faktor produksi
(factors of production). Jadi, semua unsur yang menopang usaha penciptaan nilai
atau usaha memperbesar nilai barang disebut sebagai faktor-faktor produksi.
Pengertian produksi lainnya yaitu hasil akhir dari proses atau aktivitas
ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan atau input. Dengan pengertian
ini dapat dipahami bahwa kegiatan produksi diartikan sebagai aktivitas dalam
menghasilkan output dengan menggunakan teknik produksi tertentu untuk
mengolah atau memproses input sedemikian rupa (Sukirno, 2002:193). Elemen
input dan output merupakan elemen yang paling banyak mendapatkan perhatian
dalam pembahasan teori produksi. Dalam teori produksi, elemen input masih
dapat diuraikan berdasarkan jenis ataupun karakteristik input (Gaspersz,
1996:170-171). Secara umum input dalam sistem produksi terdiri atas :
1) Tenaga kerja
2) Modal atau kapital
3) Bahan-bahan material atau bahan baku
4) Sumber energi
5) Tanah
6) Informasi
12
7) Aspek manajerial atau kemampuan kewirausahawan
Teori produksi modern menambahkan unsur teknologi sebagai salah satu
bentuk dari elemen input. Keseluruhan unsur unsur dalam elemen input tadi
selanjutnya dengan menggunakan teknik-teknik atau cara-cara tertentu, diolah
atau diproses sedemikian rupa untuk menghasilkan sejumlah output tertentu.
(Pindyck dan Robert, 2007:199)
Teori produksi akan membahas bagaimana penggunaan input untuk
menghasilkan sejumlah output tertentu. Hubungan antara input dan output seperti
yang diterangkan pada teori produksi akan dibahas lebih lanjut dengan
menggunakan fungsi produksi. Dalam hal ini, akan diketahui bagaimana
penambahan input sejumlah tertentu secara proporsional akan dapat dihasilkan
sejumlah output tertentu. Teori produksi dapat diterapkan pengertiannya untuk
menerangkan sistem produksi yang terdapat pada sektor pertanian. Dalam sistem
produksi yang berbasis pada pertanian berlaku pengertian input atau output dan
hubungan di antara keduanya sesuai dengan pengertian dan konsep teori produksi.
a. Fungsi Produksi
Fungsi produksi adalah hubungan antara output fisik dengan input-input
fisik. Konsep tersebut didefinisikan sebagai skedul atau persamaan matematika
yang menunjukkan kuantitas maksimum output yang dapat dihasilkan dari
serangkaian input (Roger Leroy Miller, Roger E Meiners, 2000).
Perusahaan dapat mengubah input menjadi output dengan berbagai cara,
dengan menggunakan berbagai kombinasi tenaga kerja, bahan mentah, dan modal.
13
Kita dapat menjabarkan hubungan antar input ini dalam proses produksi dan
output yang dihasilkan melalui suatu fungsi produksi. Fungsi produksi
mengindikasikan output tertinggi kuantitas yang dapat diproduksi oleh perusahaan
atas setiap kombinasi spesifik input. (Pyndick dan Daniel 2014:219)
Dalam beberapa buku teks fungsi produksi/input ini dapat ditunjukkan
dengan rumus berikut:
Q = f (K, L, R, T)
Q = tingkat produksi
K = modal
L = tenaga kerja dan keahlian wirausahawan
R = kekayaan alam
T = Teknologi
Maksud dari persamaan di atas merupakan suatu pernyataan matematis yang
pada dasarnya berarti bahwa tingkat produksi suatu barang tergantung kepada
jumlah modal, tenaga kerja, kekayaan alam, dan tingkat teknologi yang
digunakan. Jumlah produksi yang berbeda-beda juga. Di saamping itu, untuk satu
tingkat produksi tertentu dapat pula digunakan gabungan faktor produksi yang
berbeda. Dengan membandingkan berbagai gabungan faktor-faktor produksi
untuk menghasilkan sejumlah barang tertentu dapatlah ditentukan gabungan
14
faktor produksi yang paling ekonomis untuk memproduksi sejumlah barang. (Arif
dan Euis 2010:167)
Menurut Sudarman (2004) pengertian produksi adalah hubungan antara
output yang dihasilkan dan faktor-faktor produksi yang digunakan sering
dinyatakan dalam suatu fungsi produksi (Production Function). Fungsi produksi
suatu skedul (atau tabel atau persamaan matematis) yang menggambarkan jumlah
output maksimum yang dapat dihasilkan dari satu set faktor produksi tertentu dan
pada tingkat produksi tertentu pula, faktor produksi dapat diklasifikasikan menjadi
dua macam (Sudarman 2004):
1) Faktor Produksi Tetap (Fixed Input)
Faktor produksi tetap adalah faktor produksi dimana jumlah yang
digunakan dalam proses produksi tidak dapat diubah secara cepat bila keadaan
pasar menghendaki perubahan jumlah output. Dalam kenyataannya tidak ada satu
faktor produksi pun yang sifatnya tetap secara mutlak. Faktor produksi ini tidak
dapat ditambah atau dikurangi jumlahnya dalam waktu yang relatif singkat. Input
tetap akan selalu ada walaupun output turun sampai dengan nol. Contoh faktor
produksi tetap dalam industri ini adalah alat atau mesin yang digunakan dalam
proses produksi.
2) Faktor Produksi Variabel (Variabel Input)
faktor produksi variabel adalah faktor produksi dimana jumlah dapat
berubah dalam waktu yang relatif singkat sesuai dengan jumlah output yang
15
dihasilkan. Contoh faktor produksi dalam industri adalah bahan baku dan tenaga
kerja.
Sejalan berkembangnya faktor produksi menjadi faktor produksi yang
bersifat tetap dan variabel, para ahli sering membagi kurun waktu produksi
menjadi dua macam, yaitu jangka pendek (short run) dan jangka panjang (long
run). Kurun waktu jangka pendek adalah menunjukkan kurun waktu dimana salah
satu faktor produksi atau lebih bersifat tetap. Jadi, dalam kurun waktu ini output
dapat diubah jumlahnya dengan jalan mengubah faktor produksi variabel yang
digunakan dan dengan peralatan mesin yang ada.
Bila seorang produsen ingin menambah produksinya dalam jangka pendek,
maka hal ini hanya dapat dilakukan dengan jalan menambah jam kerja dan dengan
tingkat skala perusahaan yang ada (dalam jangka pendek peralatan mesin
perusahaan ini tidak mungkin untuk ditambah).
Adapun kurun waktu jangka panjang adalah kurun waktu dimana semua
faktor produksi bersifat variabel. Hal ini berarti dalam jangka panjang, perubahan
output dapat dilakukan dengan cara mengubah faktor produksi dalam tingkat
kombinasi yang seoptimal mungkin. Misalnya dalam jangka pendek produsen
dapat memperbesar outputnya dengan jalan menambah jam kerja per hari dan
hanya pada tingkat skala yang ada. Dalam jangka panjang, mungkin akan lebih
ekonomis baginya bila ia menambah skala perusahaan (peralatan mesin) dan tidak
perlu menambah jam kerja. (Sudirman, 2004)
16
Pengertian periode produksi jangka pendek dan jangka panjang secara
mutlak tidak dikaitkan dengan kurun waktu yang tertentu. Dalam arti mungkin
saja dalam suatu proses produksi tertentu, kurun waktu 1 tahun termasuk jangka
pendek, tetapi untuk proses produksi yang lain kurun waktu tersebut termasuk
jangka panjang. Jangka pendek dan jangka panjang dalam hal ini banyak
dikaitkan dengan situasi proses produksi dimana produsen dapat mengubah faktor
produksi yang digunakan atau tidak.
Dalam kurun waktu satu hari mungkin lebih intensif apabila produsen tetap
menggunakan mesin yang ada, dalam kurun waktu satu bulan produsen tersebut
akan merasa lebih untung apabila menyewa tambahan peralatan produksinya, dan
dalam kurun waktu satu tahun akan lebih menguntungkan lagi apabila produsen
tersebut membayar sendiri tambahan peralatan produksi yang baru lagi, dalam
kurun waktu yang lebih panjang kemungkinan produsen untuk mengadakan
penggantian dan penyesuaian faktor-faktor produksi yang digunakan menjadi
lebih besar.
Dalam hal ini terlihat bahwa besarnya biaya produksi untuk menghasilkan
sejumlah output tertentu tergantung kepada lamanya waktu yang tersedia bagi
produsen untuk mrngadakan penyesuaian jumlah faktor-faktor produksi yang ia
gunakan (Sudarman, 2004)
Sedangkan menurut (Pyndick dan Daniel 2002:178), Setiap proses produksi
mempunyai landasan teknis, yang dalam teori ekonomi disebut faktor produksi.
Faktor produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan
17
antara tingkat output dan (kombinasi) penggunaan input. Setiap produsen dalam
teori dianggap mempunyai suatu faktor produksi untuk “pabriknya”. Hal ini dapat
ditulis dengan suatu persamaan matematis:
Q = f (X1, X2, X3, ...., Xn)
Dimana :
Q = tingkat produksi (output)
X1, X2, ...., Xn = berbagai input yang digunakan.
Faktor-faktor produksi dibedakan atas dua kelompok sebagai berikut
(Soekartawi, 2002):
a) Faktor biologi, seperti lahan pertanian dengan macam dan tingkat
kesuburannya, bibit, varietas, pupuk, obat-obatan, gulma dan sebagainya.
b) Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga, tenaga kerja, tingkat
pendidikan, tingkat pendapatan, resiko dan ketidak pastian, kelembagaan,
adanya kredit dan sebagainya.
b. Hubungan Antara Produksi Total, Produksi Rata-Rata dan Produksi
Marginal
Hubungan antara produksi total, produksi rata-rata, dan produksi marginal
dapat dilihat pada Gambar 2.1
18
Sumber : Ari Sudarman, 2004
TP = Total produksi
MP = Produksi batas (marginal product)
AP = Produksi rata-rata (average product)
19
Pada tingkat permulaan penggunaan faktor produksi variabel, produksi
total akan bertambah secara perlahan-lahan dengan ditambahnya penggunaan
faktor produksi tersebut. Pertambahan ini lama kelamaan menjadi semakin cepat
dan mencapai maksimum di titik (1). Nilai kemiringan dari kurva produksi total
adalah produksi marginal. Jadi, pada titik tersebutberarti produksi batas mencapai
nilai maksimum (titik 4).
Sesudah kurva produksi total mencapai nilai kemiringan maksimum di
titik (1), kurva produksi total masih terus menaik tetapi kenaikan
produksinya dengan tingkat yang semakin menurun, hal ini terlihat pada nilai
kemiringan garis singgung terhadap kurva produksi total yang semakinkecil.
Pergerakan ke kanan sepanjang kurva produksi total dari titik (1) nampak
bahwa garis lurus yang ditarik ke titik (0) ke kurva tersebut mempunyai nilai
kemiringan yang semakin besar. Nilai kemiringan dari garis ini mencapai
maksimum di titik (2), yaitu pada waktu garis tersebut tepat menyinggung
kurva produksi total. Karena nilai kemiringan garis lurus yang ditarik dari titik
(0) ke suatu titik tersebut, ini berarti di titik (2) produksi rata-rata mencapai
maksimum.
Mulai titik (2), bila jumlah faktor produksi variabel yang digunakan
ditambah, maka produksi naik dengan tingkat kenaikan yang semakin
menurun dan ini terjadi terus sampai titik (3). Pada titik (3) ini produksi
total mencapai maksimum dan lewat titik (0). Di sekitar titik (3), tambahan
produksi variabel (dalam jumlah yang sangat kecil) tidak mengubah jumlah
produksi yang dihasilkan. Dalam daerah ini nilai kemiringan kurvatotal sama
20
dengan (0). Jadi, produksi marginal pada batas ini juga. Hal ini tampak pada
Gambar 2.1 di mana antara titik (3) dan titik (6) pada tingkat penggunaan faktor
produksi yang sama. Lewat dari titik (3), kurva produksi total menurun, dan
berarti produksi batas menjadi negatif.
Dalam Gambar 2.1 itu juga terlihatbahwa produksi marjinal pada tingkat
permulaan menaik mencapai tingkat maksimum pada titik (4), (titik dimana
mulai berlaku hukum pertambahan hasil yang semakin berkurang), akhirnya
menurun. Produksi marginal menjadi negatif selewatnya titik (6), yaitu pada
waktu produksi total mencapai maksimum. Hukum pertambahan hasil yang
semakin berkurang menyatakan bahwa jika kuantitas satu input variabel
meningkat, sementara kuantitas dari faktor-faktor produksi lainnya tidak berubah,
maka pada mulanya akan terjadi kenaikan output, tetapi kemudian menurun
(berkurang). Produksi rata-rata pada tingkat permulaan juga Nampak menaik dan
akhirnya mencapai tingkat maksimum di titik (5), yaitu pada titik di mana antara
produksi marginal dan produksi total mencapai titik maksimum.
Dengan menggunakan Gambar 2.1 suatu rangkaian produksi dapat dibagi
menjadi 3 tahap. Tahap I meliputi daerah penggunaan faktor produksi variabel di
sebelah titik (5), di mana produksi rata-rata mrncapai maksimum. Tahap II
meliputi daerah penggunaan faktor produksi variabeldi antara titik (5) dan (6),
dimana produksi marginal dari faktor produksi variabel adalah nol. Akhirnya
tahap III meliputi daerah penggunaan faktor produksi variabel di sebelah kanan
titik (6) di mana produksi marginal dari faktor produksi variabel adalah
negatif. Sesuai dengan pentahapan tersebut di atas maka jelas seorang
21
produsen tidak akan berproduksi pada tahap III, karena dalam tahap ini ia
akan memperoleh hasil produksi yang lebih sedikit dari penggunaan faktor
produksi variabel yang lebih banyak. Ini berarti produsen tersebut bertindak tidak
efisien di dalam pemanfaatan faktor produksi variebel. Efisiensi produksi yang
maksimal akan terjadi pada tahap produksi yang ke-II. (Ari Sudarman, 2004)
c. Teori Faktor Produksi Dalam Usaha Tani
1) Jumlah Pohon Sebagai Faktor Produksi
Pohon atau bibit yaitu tanaman muda yang sudah tumbuh di persemaian dan
siap dipindahkan dilapangan untuk menghasilkan produksi ( Yuniarto, 2008).
Menurut batasan yang umum, pohon adalah tumbuhan yang batangnya berkayu
dan bercabang. Batang pohon utama berdiri dan berukuran lebih besar dibanding
cabang-cabangnya. Pohon apel memiliki daun yang berbentuk lonjong/oval, ada
yang lebar dan ada yang kecil, bunganya berwarna putih sampai merah jambu
berjumlah 5 helai, bunga apel bertangkai pendek menghadap keatas umumnya
tumbuh pada ketiak daun. Pohon apel bercabang dan dapat tumbuh baik di
lingkungan yang bersuhu dingin seperti kebun-kebun apel yang ada di berbagai
daerah seperti Batu, Malang, Lembang, Bandung serta daerah sentra budidaya
apel lainnya.
Untuk memperoleh hasil atau output pertanian, salah satu faktor yang
menentukan adalah pohon atau bibit yang ada di lapangan atau yang digunakan
dalam menghasilkan produksi pada tanaman.
22
2) Curah Hujan Sebagai Faktor Produksi
Curah hujan adalah jumlah air yang jatuh di permukaan tanah selama
periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi atau millimeter. Curah hujan
sangat mempengaruhi produksi apel. Tanaman apel menghendaki curah hujan
yang tidak terlalu tinggi. Jika semakin tinggi curah hujan maka akan
menyebabkan bunga dan buah muda gugur serta hama dan penyakit akan
berkembang pada tanaman apel sehingga produksi apel menjadi berkurang.
Berdasarkan model hubungan produksi apel dengan curah hujan dapat
diidentifikasi bahwa curah hujan terbaik untuk tanaman apel berada pada kisaran
curah hujan 2200 hingga 2800 mm per tahun. (Ruminta dan Handoko 2012)
3) Luas Lahan Sebagai Faktor Produksi
Dalam pertanian, terutama di Indonesia, faktor produksi tanah mempunyai
kedudukan paling penting. Menurut (Mubyarto, 1989) lahan sebagai slah satu
faktor produksi yang merupakan pabriknya hasil pertanian yang mempunyai
kontribusi yang cukup besar terhadap usaha tani. Besar kecilnya produksi dari
usaha tani antara lain dipengaruhi oleh luas sempitnya lahan yang digunakan.
Penggunaan luas lahan untuk pertanian secara umum dapat dibedakan atas
penggunaan luas lahan semusim, tahunan, dan permanen. Penggunaan luas lahan
tanaman semusim diutamakan untuk tanaman musiman yang dalam polanya dapat
dengan rotasi atau tumpang sari dan panen dilakukan setiap musim dengan
periode biasanya kurang dari setahun. Penggunaan luas lahan tanaman tahunan
merupakan penggunaan tanaman jangka panjang yang pergilirannya dilakukan
23
setelah hasil tanaman tersebut secara ekonomi tidak produktif lagi, seperti pada
tanman perkebunan. Penggunaan luas lahan permanen diarahkan pada lahan yang
tidak diusahakan untuk pertanian, seperti hutan, daerah konservasi, perkotaan,
desa dan saranany, lapangan terbang, dan pelabuhan.
3. Proyeksi
Pengambil kebijakan seringkali membuat keputusan tanpa mengetahui apa
yang akan terjadi pada masa mendatang. Dalam perusahaan, persediaan
(inventory) dipesan meskipun manajer tidak mengetahui berapa jumlah omset
bulan ini; peralatan baru dibeli tanpa mengetahui laba yang akan diperoleh.
Akibatnya, baik solusi masalah maupun strategi perusahaan seringkali tidak
efektif dan efisien. Manajer selalu berupaya mengurangi ketidakpastian omset,
permintaan, dan laba dengan membuat estimasi mengenai apa yang terjadi di
masa mendatang menggunakan bantuan peramalan bisnis (Kuncoro, 2011).
Berdasarkan penjelasan di atas, jelas bahwa proyeksi sangat membantu
memberikan gambaran apa yang akan terjadi pada masa mendatang agar
pengambil kebijakan maupun seorang manajer tidak salah dalam menentukan
langkah kebijakan yang akan diambilnya.
4. Trend
Trend adalah suatu gerakan kecenderungan naik atau turun dalam jangka
panjang yang diperoleh dari rata-rata perubahan waktu ke waktu dari nilainya
cukup rata (smooth). Trend data berkala bisa berbentuk trend yang meningkat
disebut dengan trend positif dan tred yang menurun disebut dengan trend negatif.
24
Trend menunjukkan perubahan waktu yang relatif panjang dan stabil. Kekuatan
yang dapat mempengaruhi trend adalah perubahan populasi, harga, teknologi, dan
produktivitas. Berikut trend positif dan negatif (Suharyadi dan SK, 2003).
a. Trend Positif
Trend positif mempunyai kecenderungan nilai ramalan (Y’) meningkat
dengan meningkatnya waktu (X). Persamaan trend positif adalah:
Y’ = a + bX
Dimana a adalah Konstanta dan b adalah tingkat kecenderungan. Apabila
X naik 1 satuan, maka Y’ akan naik sebesar b satuan. Trend positif mempunyai
slope/gradien/kemiringan garis yang positif yaitu dari bawah ke atas.
b. Trend Negatif
Trend negatif mempunyai kecenderungan nilai ramalan (Y’) menurun
dengan meningkatnya waktu (X). Persamaan trend negatif adalah:
Y’ = a + bX
Dimana a adalah konstanta dan b adalah tingkat kecenderungan. Apabila X
naik 1 satuan, maka Y’ akan turun sebesar b satuan. Trend negatif mempunyai
slope/gradien/kemiringan garis yang negatif yaitu dari atas ke bawah.
Metode yang paling sering dipakai untuk menjelaskan trend linier adalah
metode Kuadrat Terkecil (Least Square Method) (Arsyad, 1993).
25
5. Metode Kuadrat Terkecil (Least Square Method)
Trend dengan metode kuadrat terkecil diperoleh dengan menentukan garis
trend yang mempunyai jumlah terkecil dari selisih data asli dengan data pada garis
trend. Apabila Y menggambarkan data asli dan Y’ merupakan data trend, maka
metode terkecil dirumuskan ∑( ) . (Suharyadi dan SK, 2003).
Rumus garis trend dengan metode Least square adalah:
Y’ = a + bX
Dimana:
Y’ = Nilai trend
X = Periode waktu
a = Konstanta
b = Tingkat kecenderungan
Untuk menaksir nilai a dan b adalah:
∑
∑
∑
setelah nilai a dan b didapatkan, selanjutnya dihitung berapa nilai trend dan
berapa nilai forecast untuk waktu yang dinginkan.
26
C. Kerangka Pemikiran
Apel merupakan komoditas yang memiliki peran penting bagi dinamika
kesejahteraan dan perekonomian bukan hanya bagi pelaku agribisnisnya tetapi
juga masyarakat umum di Kota Batu. Perkembangan apel juga menjadi pendorong
perkembangan sektor pariwisata karena keindahan tanaman ini juga menjadi
magnet yang menarik wisatawan untuk berkunjung ke Kota Batu.
Pada hakikatnya, produksi merupakan kegiatan ekonomi yang berkenaan
dengan barang dan jasa yang dalam hal ini adalah komoditas apel. Produksi erat
kaitannya dengan proses menghasilkan buah apel, termasuk faktor-faktor yang
mempengaruhi kegiatan produksi buah apel baik saat ini maupun di masa yang
akan datang. Di duga faktor-faktor yang mempengaruhi produksi apel terdiri dari
jumlah tanaman apel, curah hujan dan luas lahan.
Selanjutnya, dari masing-masing faktor yang mempengaruhi produksi
dilakukan suatu proyeksi terhadap produksi apel. Metode yang digunakan dalam
proyeksi dengan metode peramalan secara kuantitatif yaitu analisis trend dengan
metode metode Kuadrat Terkecil (Least Square Method). Peramalan dengan
menggunakan metode tersebut akan diketahui bagaimana perkembangan produksi
apel di Kota Batu untuk waktu yang akan datang. Berikut merupakan kerangka
pemikiran proyeksi produksi apel di Kota Batu yang disajikan pada Gambar 2.2
27
Kerangka Pemikiran
Jumlah Tanaman Apel
Curah Hujan
Luas Lahan
Produksi Apel
28
D. Perumusan Hipotesis
1. H0 : jumlah tanaman, curah hujan, dan luas lahan tidak mempengaruhi jumlah
produksi apel.
H1 : jumlah tanaman, curah hujan, dan luas lahan mempengaruhi produksi apel.