BAB II TELAAH PUSTAKA A. Manajemen...

42
15 BAB II TELAAH PUSTAKA A. Manajemen Kurikulum 1. Pengertian Kurikulum Rusman (2011) menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Selain itu Alexander dan Lewis (1974) dalam Rusman (2011) berpendapat bahwa kurikulum merupakan segala upaya sekolah untuk mempengaruhi siswa agar dapat belajar baik dalam ruangan kelas maupun di luar sekolah. Sementara Harold (1965) dalam Rusman (2011) memandang kurikulum sebagai semua kegiatan yang diberikan kepada siswa di bawah tanggung jawab sekolah. Kurikulum juga harus berorientasi kepada perkembangan menyeluruh anak. Pemikiran ini ditegaskan oleh Dewey (1902) dalam Hidayat (2013) yang menyatakan bahwa anak didik dan kurikulum merupakan dua hal yang berbeda tetapi kedua- keduanya memiliki proses tunggal dalam bidang pendidikan. Kurikulum menurutnya adalah suatu rekonstruksi berkelanjutan yang memaparkan

Transcript of BAB II TELAAH PUSTAKA A. Manajemen...

Page 1: BAB II TELAAH PUSTAKA A. Manajemen Kurikulumrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5151/3/T2_942012002_BAB II… · sebatas jadwal mata pelajaran yang telah tersusun rapi ... umum

15

BAB II

TELAAH PUSTAKAA. Manajemen Kurikulum1. Pengertian Kurikulum

Rusman (2011) menyatakan bahwa kurikulum

adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

tujuan, isi dan bahan pembelajaran serta cara yang

digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan

pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

tertentu. Selain itu Alexander dan Lewis (1974) dalam

Rusman (2011) berpendapat bahwa kurikulum

merupakan segala upaya sekolah untuk

mempengaruhi siswa agar dapat belajar baik dalam

ruangan kelas maupun di luar sekolah. Sementara

Harold (1965) dalam Rusman (2011) memandang

kurikulum sebagai semua kegiatan yang diberikan

kepada siswa di bawah tanggung jawab sekolah.

Kurikulum juga harus berorientasi kepada

perkembangan menyeluruh anak. Pemikiran ini

ditegaskan oleh Dewey (1902) dalam Hidayat (2013)

yang menyatakan bahwa anak didik dan kurikulum

merupakan dua hal yang berbeda tetapi kedua-

keduanya memiliki proses tunggal dalam bidang

pendidikan. Kurikulum menurutnya adalah suatu

rekonstruksi berkelanjutan yang memaparkan

Page 2: BAB II TELAAH PUSTAKA A. Manajemen Kurikulumrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5151/3/T2_942012002_BAB II… · sebatas jadwal mata pelajaran yang telah tersusun rapi ... umum

16

pengalaman belajar anak didik melalui suatu susunan

pengetahuan yang terorganisasi dengan baik.

Berdasarkan beberapa pandangan di atas maka

dapat disimpulkan bahwa kurikulum bukan hanya

sebatas jadwal mata pelajaran yang telah tersusun rapi

oleh pihak sekolah tetapi secara luas kurikulum

merupakan rangkaian upaya pembelajaran yang

dirancang oleh sekolah menyangkut dengan tujuan, isi

bahan pembelajaran yang nantinya akan dialami oleh

anak didik secara berkelanjutan dan pada akhirnya

dapat menjawab tujuan pendidikan yang telah

ditetapkan dalam visi dan misi sekolah.

Sukmadinata (1997) dalam Veithzal (2010)

mengemukakan bahwa dalam pengembangan

kurikulum ada empat landasan utama yaitu (1)

Filosofis; (2) Psikologis; (3) Sosial-Budaya; (4) Ilmu

pengetahuan dan teknologi. Penulis memilih dua poin

yang dianggap mendukung tulisan ini yaitu psikologi

dan sosial-budaya.

1. Landasan Psikologis

Sukmadimata (1997) dalam Veithzal (2010)

mengemukakan bahwa minimal ada dua bidang

psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum,

yaitu (1) psikologi perkembangan; dan (2) psikologi

belajar. Psikologi perkembangan merupakan ilmu

yang mempelajari tentang perilaku individu

Page 3: BAB II TELAAH PUSTAKA A. Manajemen Kurikulumrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5151/3/T2_942012002_BAB II… · sebatas jadwal mata pelajaran yang telah tersusun rapi ... umum

17

berkenan dengan perkembangannya. Yang dikaji

adalah tentang perkembangan, pemahaman

perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-

tugas perkembangan individu, serta hal-hal lainnya

yang berhubungan dengan perkembangan individu,

yang nantinya akan dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dalam pengembangan kurikulum.

Jadi menurut penulis psikologi perkembangan

menekankan pada perkembangan anak sejauh mana

anak berkembang dalam pemahaman dan

pengetahuannya dengan model kurikulum yang

dipakai dalam pembelajaran. Dan kemudian juga

akan menjadi bahan pertimbangan bagi

perkembangan kurikulum kedepan.

Psikologi belajar merupakan ilmu yang

mempelajari tentang perilaku individu dalam

konteks belajar, serta sebagai aspek perilaku

individu lainnya dalam belajar yang semuanya dapat

dijadikan sebagai pertimbangan sekaligus mendasari

perkembangan kurikulum.

Menurut penulis psikologi belajar

menitikberatkan pada aspek karakter individu atau

perilaku anak dalam belajar. Bahwa guru harus

memperhatikan karakter masing-masing anak

dalam mengikuti proses belajar. Kemudian

Page 4: BAB II TELAAH PUSTAKA A. Manajemen Kurikulumrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5151/3/T2_942012002_BAB II… · sebatas jadwal mata pelajaran yang telah tersusun rapi ... umum

18

kedepannya akan dijadikan sebagai bahan

pertimbangan dalam perkembangan kurikulum

2. Landasan Sosial-Budaya

Sukmadimata (1997) dalam Veithzal (2010)

mengemukakan landasan kurikulum ini dapat

dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan

mulai menentukan pelaksanaan sampai pada hasil

pendidikan. Dapat dikatakan bahwa pendidikan

merupakan usaha mempersiapkan peserta didik

untuk terjun ke lingkungan masyarakat. Pendidikan

bukan hanya untuk pendidikan semata, tetapi

memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta

nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai

perkembangan lebih lanjut di masyarakat.

Peserta didik berasal dari masyarakat,

mendapatkan pendidikan baik formal maupun non

formal dalam lingkungan masyarakat dan diarahkan

bagi kehidupan masyarakat. Kehidupan masyarakat

dengan segala karakteristiknya dan kekayaan

budayanya menjadi landasan acuan bagi

pendidikan. Dengan pendidikan diharapkan muncul

manusia-manusia yang lebih mengerti dan mampu

membangun kehidupan masyarakatnya. Oleh

karena itu, tujuan, isi maupun proses pendidikan

harus disesuaikan dengan kebutuhan, kondisi,

Page 5: BAB II TELAAH PUSTAKA A. Manajemen Kurikulumrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5151/3/T2_942012002_BAB II… · sebatas jadwal mata pelajaran yang telah tersusun rapi ... umum

19

karakteristik dan perkembangan yang ada di

masyarakat.

Melalui pendidikan manusia mengenal peradaban

masa lalu, turut serta dalam peradaban sekarang

dan membuat peradaban masa yang akan datang.

Dengan demikian kurikulum yang dikembangkan

seharusnya mempertimbangkan, merespons dan

berlandaskan pada perkembangan sosial-budaya

dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal

nasional maupun global.

Jadi menurut penulis, landasan sosial budaya

dalam perkembangan kurikulum memperhatikan

proses pendidikan untuk mempersiapkan anak didik

menghadapi perkembangan masa depan dan

menjawab problem-problem dalam lingkungan

masyarakat. Untuk itu anak dipersiapkan dengan

berbagai pengetahuan yang berkaitan dengan

kehidupan masyarakat disekitar anak. Sehingga

kehidupan masyarakat dan segala karakteristiknya

menjadi landasan dan acuan pendidikan anak. Hal

ini diusahakan agar anak tidak merasa asing

dengan lingkungannya sendiri dan benar-benar

mengetahui perkembangan dan peradaban

lingkungan tempat anak berada.

Page 6: BAB II TELAAH PUSTAKA A. Manajemen Kurikulumrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5151/3/T2_942012002_BAB II… · sebatas jadwal mata pelajaran yang telah tersusun rapi ... umum

20

2. Ruang Lingkup Manajemen KurikulumManajemen Kurikulum adalah suatu sistem

pengelolaan kurikulum yang kooperatif, komperhensif,

dan sistematik dalam rangka mewujudkan

ketercapaian tujuan kurikulum. Ruang lingkup

manajemen kurikulum meliputi perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan, dan evaluasi

kurikulum Rusman (2011)

Menurut Oemar Hamalik (2006) Perencanaan

kurikulum adalah perencanaan kesempatan-

kesempatan belajar yang dimaksudkan untuk membina

siswa ke arah perubahan tingkah laku yang diinginkan

dan menilai sampai dimana perubahan-perubahan

telah terjadi pada diri siswa.

Jadi menurut penulis perencanaan kurikulum

adalah susunan kesempatan belajar yang dirancang

oleh pihak sekolah dengan tujuan membina siswa

kearah perubahan tingkah laku dan melalui

perencanaan itu juga guru dapat menilai sampai

dimana perubahan yang terjadi pada diri siswa

berdasarkan standar yang telah ditentukan

sebelumnya.

Dalam peraturan Mentri No 41 Tahun 2007

tentang standar proses untuk satuan pendidikan dasar

dan menengah dijelaskan bahwa perencanaan

pembelajaran meliputi silabus dan rencana

Page 7: BAB II TELAAH PUSTAKA A. Manajemen Kurikulumrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5151/3/T2_942012002_BAB II… · sebatas jadwal mata pelajaran yang telah tersusun rapi ... umum

21

pelaksanaan pembelajaran yang memuat identitas mata

pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar

(KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan

pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode

pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil

belajar dan sumber belajar.

Silabus merupakan garis-garis haluan secara

umum yang digunakan sebagai pedoman dalam

pembuatan RPP. RPP merupakan program pelaksanaan

pembelajaran secara periodik, bisa untuk sekali

pertemuan bahkan lebih tergantung pada tujuan

pembelajaran yang hendak dicapai. Sedangkan PPI

merupakan program yang dibuat oleh guru

diperuntukkan bagi siswa yang memiliki hambatan

atau permasalahan dalam suatu hal yang bersifat

individual.

Identitas mata pelajaran meliputi satuan

pendidikan, kelas, semester/program keahlian, mata

pelajaran atau tema pembelajaran, jumlah pertemuan.

Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan

minimal perserta didik yang menggambarkan

penguasaan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang

diharapkan dapat dicapai setiap kelas dan atau

semester pada suatu mata pelajaran.

Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan

yang harus dikuasai peserta didik dalam mata

Page 8: BAB II TELAAH PUSTAKA A. Manajemen Kurikulumrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5151/3/T2_942012002_BAB II… · sebatas jadwal mata pelajaran yang telah tersusun rapi ... umum

22

pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusun indikator

kompetensi dalam suatu pembelajaran. Indikator

kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur

dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian

kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan

penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian

kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata

kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang

mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.

Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil

belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik

sesuai dengan kompetensi dasar.

Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip, dan

prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir-

butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian

kompetensi. Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan

keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar.

Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau

seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan

metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan

kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap

indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada

setiap mata pelajaran.

Page 9: BAB II TELAAH PUSTAKA A. Manajemen Kurikulumrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5151/3/T2_942012002_BAB II… · sebatas jadwal mata pelajaran yang telah tersusun rapi ... umum

23

Jadi menurut penulis perencanaan kurikulum,

merupakan penyusunan tahapan-tahapan

pembelajaran oleh pendidik dalam rangka membingkai

proses pembelajaran yang akan dialami oleh siswa.

Diharapkan melalui rancangan pembelajaran akan

berdampak pada perubahan mencakup aspek afektif

dan kognitif anak ke arah yang lebih baik.

Rusman (2011) menyatakan bahwa organisasi

kurikulum merupakan pola atau desain bahan

kurikulum yang tujuannya untuk mempermudah siswa

dalam mempelajari bahan pelajaran serta

mempermudah siswa dalam melakukan kegiatan

belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai

secara efektif. Organisasi kurikulum sangat terkait

dengan bahan pelajaran dan sumber bahan

pembelajaran. Sumber belajar dari kurikulum adalah

nilai budaya, nilai sosial, aspek siswa dan masyarakat

serta ilmu pengetahuan dan teknologi. Beberapa faktor

yang diperhatikan dalam organisasi kurikulum yaitu

berkaitan dengan ruang lingkup (scope), urutan bahan

(sequence), kontinuitas, keseimbangan dan

kerterpaduan (integrated).

Hamalik (2012) berpendapat bahwa organisasi

kurikulum terdiri dari beberapa bentuk, yang masing-

masing memiliki ciri-cirinnya sendiri:

Page 10: BAB II TELAAH PUSTAKA A. Manajemen Kurikulumrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5151/3/T2_942012002_BAB II… · sebatas jadwal mata pelajaran yang telah tersusun rapi ... umum

24

1. Mata pelajaran yang terpisah-pisah (isolated

subjects). Kurikulum terdiri dari sejumlah mata

ajaran yang terpisah-pisah, seperti: Sejarah, Ilmu

pasti, Bahasa Indonesia. Tiap mata ajaran

disampaikan sendiri-sendiri tanpa ada

hubungannya dengan mata ajaran lainnya. Masing-

masing diberikan pada waktu tertentu dan tidak

mempertimbangkan minat kebutuhan dan

kemampuan siswa. Semua materi diberikan semua.

2. Mata pelajaran berkorelasi (correlated). Kolerasi

diadakan sebagai upaya untuk mengurangi

kelemahan-kelemahan sebagai akibat pemisahan

mata ajaran. Prosedur yang ditempuh adalah

menyampaikan pokok-pokok yang saling berkolerasi

guna memudahkan peserta didik memahami

pelajaran tertentu.

3. Bidang studi (broad field). Organisasi kurikulum

yang berupa pengumpulan beberapa mata pelajaran

yang sejenis serta memiliki ciri-ciri yang sama dan

dikorelasikan (difungsikan) dalam satu bidang

pengajaran.

4. Program yang berpusat pada anak (child centered),

yaitu program kurikulum yang menitikberatkan

pada kegiatan-kegiatan peserta didik, bukan pada

mata pelajaran.

Page 11: BAB II TELAAH PUSTAKA A. Manajemen Kurikulumrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5151/3/T2_942012002_BAB II… · sebatas jadwal mata pelajaran yang telah tersusun rapi ... umum

25

5. Inti masalah yaitu suatu program yang berupa unit-

unit masalah, dimana masalah-masalah yang

diambil dari suatu mata pelajaran tertentu, dan

mata pelajaran lainnya diberikan melalui kegiatan-

kegiatan belajar dalam upaya memecahkan

masalahnya.

6. Ecletic program yaitu suatu program yang mencari

kesinambungan antara organisasi kurikulum yang

terpusat pada mata pelajaran dan peserta didik.

Melalui pengertian di atas penulis merumuskan

bahwa organisasi kurikulum merupakan rangkaian

desain bahan pembelajaran yang diatur oleh pihak

sekolah dalam rangka mempermudah siswa dalam

mengikuti proses pembelajaran.

Pelaksanaan kurikulum adalah suatu proses

penerapan ide, konsep dan kebijakan kurikulum

(kurikulum potensial) dalam suatu aktivitas

pembelajaran sehingga peserta didik menguasai

seperangkat kompetensi tertentu sebagai hasil interaksi

dengan lingkungan. Mulyasa (2008) pelaksanaan

kurikulum terbagi menjadi dua yaitu pelaksanaan

kurikulum tingkat sekolah dan tingkat kelas. Tingkat

sekolah yang berperan adalah kepada sekolah dan

tingkatan kelas yang berperan adalah guru

Suryosubroto (2004).

Page 12: BAB II TELAAH PUSTAKA A. Manajemen Kurikulumrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5151/3/T2_942012002_BAB II… · sebatas jadwal mata pelajaran yang telah tersusun rapi ... umum

26

Dalam pelaksanaan semua konsep, prinsip, nilai,

pengetahuan, metode, alat dan kemampuan guru diuji

dalam bentuk perbuatan yang akan mewujudkan

bentuk kurikulum yang nyata. Perwujudan ini semua

terletak pada kemampuan guru sebagai sarana dan

keberhasilan penerapan kurikulum. Implementasi

kurikulum seharusnya menempatkan pengembangan

kreativitas siswa lebih dari penguasaan materi. Dalam

kaitan ini siswa diposisikan sebagai subjek dalam

proses pembelajaran. Mengimplementasikan kurikulum

yang sesuai dengan rancangan, dibutuhkan kesiapan

yang matang dari pelaksana, sebab sebagus apapun

desain kurikulum yang dimiliki keberhasilan

penerapannya tergantung pada kopetensi guru.

Melalui Permen No 41 Tahun 2007 tentang

standar proses untuk satuan pendidikan dasar dan

menengah, pelaksanaan proses pembelajaran terbagi

atas persiaratan pelaksanaan proses pembelajaran dan

pelaksanaan pembelajaran. Yang termasuk persiaratan

pelaksanaan proses pembelajaran yaitu jumlah

maksimal peserta didik setiap rombongan belajar,

beban kerja minimal guru, buku teks pelajaran,

pengelolaan kelas.

Pelaksanaan pembelajaran merupakan

implimentasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran

Page 13: BAB II TELAAH PUSTAKA A. Manajemen Kurikulumrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5151/3/T2_942012002_BAB II… · sebatas jadwal mata pelajaran yang telah tersusun rapi ... umum

27

meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan

kegiatan penutup.

Kegiatan pembelajaran terdiri atas tiga tahapan

yaitu

a. Pendahuluan

Pendahuluan merupakan kegiatan awal dalam

suatu pertemuan pembelajaran yang ditujukan untuk

membangkitkan motivasi dan memfokuskan perhatian

peserta didik untuk berpartisipasi aktif dalam proses

pembelajaran. Kegiatan pendahuluan guru menyiapkan

peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti

proses pembelajaran, mengajukan pertanyaan-

pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumya

dengan materi yang dipelajari, menjelaskan tujuan

pembelajaran atau kompetensi dasar yang dicapai.

Menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian

untuk kegiatan sesuai silabus.

b. IntiKegiatan inti merupakan proses pembelajaran

untuk mencapai KD. Kegiatan pembelajaran dilakukan

secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,

menantang, memotivasi peserta didik untuk

berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang

cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian

sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik

serta psikologis peserta didik. Kegiatan ini dilakukan

Page 14: BAB II TELAAH PUSTAKA A. Manajemen Kurikulumrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5151/3/T2_942012002_BAB II… · sebatas jadwal mata pelajaran yang telah tersusun rapi ... umum

28

secara sistematis dan sistemik melalui proses

eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

c. PenutupPenutup merupakan kegiatan yang dilakukan

untuk mengakhiri aktivitas pembelajaran yang dapat

dilakukan dalam bentuk rangkuman atau kesimpulan,

penilaian dan refleksi, umpan balik, dan tindak lanjut.

Prosedur dan instrumen penilaian proses dan

hasil belajar disesuaikan dengan indikator pencapaian

kompetensi dan mengacu kepada Standar Penilaian.

Penentuan sumber belajar didasarkan pada standar

kompetensi dan kompetensi dasar, serta materi ajar,

kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian

kompetensi

Melalui penjelasan pelaksanaan kurikulum,

penulis menyimpulkan bahwa dalam proses

pelaksanaan kurikulum kepala sekolah dan guru

memegang peranan penting namun merupakan

kesatuan yang tidak terpisahkan. Kepala sekolah

berperan pada pelaksanaan kurikulum tingkat sekolah

dan guru lebih spesifik pada tingkat kelas. Namun

untuk menyukseskan proses pelaksanaan kurikulum

tingkat kelas guru harus mempunyai kompetensi

untuk menjalankan kurikulum yang telah dirancang

sebelumnya agar tidak keluar dari apa yang telah

ditetapkan. Selain itu pada saat pelaksanaan

kurikulum guru mampu memposisikan siswa sebagai

Page 15: BAB II TELAAH PUSTAKA A. Manajemen Kurikulumrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5151/3/T2_942012002_BAB II… · sebatas jadwal mata pelajaran yang telah tersusun rapi ... umum

29

subjek pembelajaran. Sehingga, dari pelaksanaan

kurikulum siswa dapat berkembang dan menjawab

tujuan pendidikan yang ditetapkan.

Evaluasi kurikulum merupakan suatu proses

pengumpulan dan penggunaan informasi untuk

membuat keputusan dan penilaian tentang kurikulum

yang meliputi kurikulum sebagai ide, kurikulum

sebagai rencana tertulis, kurikulum sebagai proses dan

kurikulum sebagai hasil.

Evaluasi proses pembelajaran dilakukan untuk

menentukan kualitas pembelajaran secara

keseluruhan, mencakup tahap perencanaan proses

pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran dan

penilaian hasil pembelajaran. Menurut Permen No 41

Tahun 2007 tentang standar proses untuk satuan

pendidikan dasar dan menengah, bahwa evaluasi

kurikulum terbagi atas evaluasi proses pembelajaran

secara keseluruhan mencakup tahap perencanaan

proses pembelajaran, pelaksanaan proses

pembelajaran, dan penilaian hasil pembelajaran.

Evaluasi terhadap proses pembelajaran yaitu dengan

cara membandingkan proses pembelajaran yang

dilaksanakan guru dengan standar proses,

mengidentifikasi kinerja guru dalam proses

pembelajaran sesuai dengan kompetensi guru. Dan

yang ketiga, evaluasi proses pembelajaran memusatkan

Page 16: BAB II TELAAH PUSTAKA A. Manajemen Kurikulumrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5151/3/T2_942012002_BAB II… · sebatas jadwal mata pelajaran yang telah tersusun rapi ... umum

30

pada keseluruhan kinerja guru dalam proses

pembelajaran.

Dari pengertian tersebut, penulis menyimpulkan

bahwa tahap evaluasi kurikum merupakan bagian

penting dari proses pelaksanaan kurikulum. Dengan

adanya proses evaluasi guru dapat mengetahui sejauh

mana perkembangan siswa dengan proses

pembelajaran yang sudah berlangsung. Dan sejauh

mana tingkat keberhasilan pelaksanaan kurikulum

tingkat sekolah.

Isi dari kurikulum menurut Alexander (1966)

dalam Rusman (2011) berisikan fakta-fakta, presepsi,

ketajaman, desain, dan solusi yang tergambarkan dari

apa yang dipikirkan. Secara keseluruhan semua itu

diperoleh dari pengalaman dan semua itu merupakan

komponen yang menyusun pikiran yang menyusun

kembali hasil pengalaman tersebut ke dalam adat dan

pengetahuan, ide, konsep, generalisasi, prinsip,

rencana dan solusi.

Menurut John Dewey (1996) dalam Rusman

(2011) bahwa isi kurikulum lebih dari sekedar

informasi yang dipelajari ketika dua kondisi muncul.

Pertama, isi harus memiliki hubungan dengan

pertanyaan yang menjadi perhatian siswa, kedua isi

harus secara langsung masuk ke dalam tingkah laku

Page 17: BAB II TELAAH PUSTAKA A. Manajemen Kurikulumrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5151/3/T2_942012002_BAB II… · sebatas jadwal mata pelajaran yang telah tersusun rapi ... umum

31

sebagai upaya meningkatkan makna dan kedalaman

arti.

Beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam

memilih isi kurikulum yaitu isi kurikulum harus sesuai

dan tepat serta bermakna bagi perkembangan siswa

atau sejalan dengan tahap perkembangan anak didik.

Isi dari kurikulum yang hendak diterapkan juga harus

dapat menjawab tujuan yang komperhensif. Artinya,

mengandung aspek intelektual, moral, sosial secara

seimbang.

Isi kurikulum juga harus mengandung

pengetahuan ilmiah yang tahan uji, artinya tidak cepat

lapuk hanya karena perubahan tuntutan hidup sehari-

hari. Mengandung bahan pelajaran yang jelas

menyangkut dengan, teori, prinsip, konsep yang tepat

bukan hanya sekedar informasi. Yang terpenting adalah

isi kurikulum harus menunjang tercapainya tujuan

pendidikan Rany (2011).

Dalam manajemen kurikulum terdapat prinsip-

prinsip dalam proses pelaksanaannya. Seperti yang

dikemukakan oleh Rusman (2011), bahwa prinsip-

prinsip manajemen kurikulum meliputi:

Produktivitas, hasil yang akan diperoleh dalamkegiatan kurikulum merupakan aspek yangharus dipertimbangkan dalam manajemenkurikulum. Pertimbangan bagaimana agarpeserta didik dapat mencapai hasil belajar sesuai

Page 18: BAB II TELAAH PUSTAKA A. Manajemen Kurikulumrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5151/3/T2_942012002_BAB II… · sebatas jadwal mata pelajaran yang telah tersusun rapi ... umum

32

dengan tujuan kurikulum harus menjadi sasarandalam manajemen kurikulum;

Demokratisasi, pelaksanaan manajemenkurikulum harus berdasarkan demokrasi yangmenempatkan pengelola, pelaksana dan subjekdidik pada posisi yang seharusnya dalammelaksanakan tugas dengan penuh tanggungjawab untuk mencapai tujuan kurikulum;

Kooperatif, untuk memporoleh hasil yangdiharapkan dalam kegiatan manajemenkurikulum perlu adanya kerja sama yang positifdari berbagai pihak yang terlibat;

Efektivitas dan efisiensi rangkaian kegiatanmanajemen kurikulum harusmempertimbangkan efektivitas dan efisiensiuntuk mencapai tujuan kurikulum sehinggakegiatan manajemen kurikulum tersebutmemberikan hasil yang berguna dengan biaya,tenaga, dan waktu yang relatif singkat;

Mengarahkan visi, misi dan tujuan yangditetapkan dalam kurikulum, proses manajemenkurikulum harus dapat memperkuat danmengarahkan visi, misi dan tujuan kurikulum.

Melalui penjelasan tentang isi kurukulum penulis

simpulkan bahwa, isi kurikulum merupakan hal yang

mendasar dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan.

Isi kurikulum memiliki sifat yang kompleks. Benar-

benar memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan

anak dan materi yang diberikan benar-benar ilmiah,

mengandung bahan pelajaran yang jelas menyangkut

teori, konsep yang tepat dan dapat dipertangung jawab.

Dalam penerapannya juga mempertimbangkan banyak

aspek sehingga nantinya anak tidak mengalami

Page 19: BAB II TELAAH PUSTAKA A. Manajemen Kurikulumrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5151/3/T2_942012002_BAB II… · sebatas jadwal mata pelajaran yang telah tersusun rapi ... umum

33

kesulitan dalam memahami bahan yang disajikan oleh

guru.

B. Konsep Community Dalam Pendidikan BerbasisKomunitas

1. Konsep communityKeterampilan atau partipasi masyarakat dalam

kebijakan pendidikan di Indonesia, menurut Suyata

dalam Suharto (2011) bukanlah hal yang baru.

Partisipasi masyarakat telah dilaksanakan oleh

yayasan-yayasan swasta, kelompok, sukarelawan,

organisasi-organisasi non-pemerintah, dan

perseorangan. Secara khusus Azara menyebutkan

dikalangan masyarakat Muslim Indonesia, partisipasi

masyarakat dalam rangka pendidikan berbasis

masyarakat telah dilaksanakan sejak lama.

Tema “masyarakat” berasal dari society atau

community. Society sering diartikan sebagai

“masyarakat umum”, sedangkan community adalah

“masyarakat setempat” atau “panguyuban”. Dictionary

of sociology mencoba mendefinisikan community sebagai

sub-kelompok yang mempunyai karakteristik seperti

society, tetapi pada skala yang lebih kecil dan dengan

kepentingan yang kurang luas dan terkoordinir.

Menurut Fairchild (1997) dalam Suharto (2011) bahwa

dalam community terdapat beberapa ikatan seperti ras,

asal-usul bangsa atau klasifikasi keagamaan.

Page 20: BAB II TELAAH PUSTAKA A. Manajemen Kurikulumrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5151/3/T2_942012002_BAB II… · sebatas jadwal mata pelajaran yang telah tersusun rapi ... umum

34

Smucker (1955) dalam Suharto (2011) mencoba

mendekati pendidikan dengan prefektif masyarakat. Ia

mendefinisikan Community sebagai suatu kumpulan

populasi yang tinggal pada suatu wilayah yang

berdekatan terintegrasi melalui pengalaman umum,

memiliki sejumlah situasi pelayanan dasar, menyadari

akan kesatuan lokalnya dan mampu bertindak dalam

kapasitasnya sebagai suatu korporasi.

Pengertian di atas menerangkan bahwa

community biasanya dimaknai sebagai kelompok

manusia yang mendiami suatu wilayah tertentu dengan

segala ikatan dan norma di dalmnya. Dan memahami

potensi-potensi yang ada di dalam wilayah dan

kemudian berupaya untuk membangun wilayahnya itu

dengan potensi yang dimiliki.

2. Pendidikan berbasis komunitasPendidikan berbasis komunitas (community-based

education) merupakan pengaturan yang memberikan

peluang bagi setiap orang untuk memperkaya ilmu

pengetahuan dan teknologi melalui pembelajaran yang

berlangsung seumur hidup. Pendidikan berbasis

komunitas muncul saat modernisasi yang menghendaki

terciptanya demokrasi dalam segala dimensi kehidupan

manusia, termasuk pada bidang pendidikan.

Page 21: BAB II TELAAH PUSTAKA A. Manajemen Kurikulumrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5151/3/T2_942012002_BAB II… · sebatas jadwal mata pelajaran yang telah tersusun rapi ... umum

35

Pendidikan kemudian harus beradaptasi dan

harus dikelola secara desentralisasi dengan

memberikan tempat seluas-luasnya bagi partisipasi

masyarakat, Sudjana (2000). Sedangkan, menurut

Sihombing (2001) pendidikan berbasis masyarakat

merupakan pendidikan yang dirancang, dilaksanakan,

dinilai dan dikembangkan oleh masyarakat yang

mengarah pada usaha menjawab tantangan dan

peluang yang ada di lingkungan masyarakat tertentu

dan berorientasi pada masa depan.

Secara konsep, pendidikan berbasis komunitas

adalah model penyelenggaraan pendidikan yang

bertumpu pada prinsip “dari masyarakat, oleh

masyarakat, dan untuk masyarakat. Pendidikan “dari

masyarakat” artinya pendidikan memberikan jawaban

atas kebutuhan masyarakat. Pendidikan “oleh

masyarakat” artinya masyarakat ditempatkan sebagai

subyek/pelaku pendidikan, bukan objek pendidikan.

Pada konteks ini, masyarakat dituntut berperan

dan berpartisipasi aktif dalam setiap program

pendidikan, terutama pada saat pelaksanaannya.

Adapun pengertian pendidikan “untuk masyarakat”

artinya masyarakat diikutsertakan dalam semua

program yang dirancang untuk menjawab kebutuhan

mereka. Secara singkat dikatakan masyarakat perlu

diberdayakan, diberi peluang dan kebebasan untuk

Page 22: BAB II TELAAH PUSTAKA A. Manajemen Kurikulumrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5151/3/T2_942012002_BAB II… · sebatas jadwal mata pelajaran yang telah tersusun rapi ... umum

36

mendesain, merencanakan, membiayai, mengelola dan

menilai sendiri apa yang diperlukan secara spesifik di

dalam untuk dan oleh masyarakat sendiri. Galbraith

(1992) dalam Ardiego (2009) menjelaskan bahwa“community-based education could be defined as an educational

proces by which individuals (in this case adults) become more

competent in their skills, attitudes, and concepts in an effort to live in

and gain more control over local aspects of their communities through

democratic participation”. (Pendidikan berbasis komunitas

dapat diartikan sebagai proses pendidikan dimana

individu-individu atau orang dewasa menjadi lebih

berkompeten dalam keterampilan, sikap, dan konsep

mereka dalam upaya untuk hidup dan mengontrol

aspek-aspek lokal masyarakatnya melalui partisipasi

demokratis).

Pendapat yang lebih luas tentang pendidikan

berbasis komunitas dikemukakan oleh Smith (2008)

dalam Ardiego (2009) sebagai “community-besed education

defined as a process designed to enrich the lives of individuals and

groups by enganging with people living with in a geographical area,

or sharing a common interest, to develop voluntary-ilya range of

learning, action, and reflection opportumities, determined by their

personal, social, economic and political need” (pendidikan

berbasis komunitas adalah sebuah proses yang

didesain untuk memperkaya kehidupan individual dan

kelompok dengan mengikutsertakan orang-orang dalam

wilayah geografi, atau berbagi mengenai kepentingan

Page 23: BAB II TELAAH PUSTAKA A. Manajemen Kurikulumrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5151/3/T2_942012002_BAB II… · sebatas jadwal mata pelajaran yang telah tersusun rapi ... umum

37

umum, untuk mengembangkan dengan sukarela

tempat pembelajaran, tindakan, dan kesempatan

tefleksi yang ditentukan oleh pribadi, sosial, ekonomi

dan kebutuhan politik mereka)

Surakhmad (2000) dalam Suharto (2012)

menegaskan bahwa yang dimaksud pendidikan

berbasis masyarakat adalah pendidikan yang dengan

sadar menjadikan masyarakat sebagai akar dari

perkembangan. Konsep pendidikan berbasis

masyarakat merupakan usaha peningkatan rasa

kesadaran, kepedulian, kepemilikan, keterlibatan, dan

tangungjawab masyarakat. Enam kondisi yang dapat

menentukan terlaksananya konsep pendidikan berbasis

masyarakat.

1. Masyarakat sendiri memiliki kepedulian dankepekaan mengenai pendidikan;

2. Masyarakat sendiri telah menyadari pentingnyapendidikan bagi kemajuan masyarakat;

3. Masyarakat sendiri telah merasa memilikipendidikan sebagai potensi kemajuan mereka;

4. Masyarakat sendiri telah mampu menentukantujuan-tujuan pendidikan yang relevan bagi mereka;

5. Masyarakat sendiri telah aktif berpartisipasi dalampenyelenggaraan pendidikan;

6. Masyarakat sendiri yang mendukung pembiayaandan pengadaan sarana pendidikan.

Dengan demikian pendekatan pendidikan

berbasis komunitas adalah salah satu pendekatan yang

menganggap masyarakat sebagai agen sekaligus

Page 24: BAB II TELAAH PUSTAKA A. Manajemen Kurikulumrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5151/3/T2_942012002_BAB II… · sebatas jadwal mata pelajaran yang telah tersusun rapi ... umum

38

tujuan. Melihat pendidikan sebagai proses dan

menganggap masyarakat sebagai fasilitator yang dapat

menyebabkan perubahan menjadi lebih baik. Dari sini

dapat ditarik pemahaman bahwa pendidikan yang

berbasis komunitas memungkinkan masyarakat dalam

tanggungjawab terhadap perencanaan hingga

pelaksanaan pendidikan tersebut.

Pendidikan berbasis komunitas berkerja atas

asumsi bahwa setiap masyarakat secara fitrah telah

diberkahi potensi untuk mengatasi masalahnya sendiri.

Banyak masyarakat kota ataupun desa, telah

mengembangkan potensi untuk mengatasi masalah

berdasarkan sumber daya yang dimiliki serta dengan

memobilitasi aksi bersama untuk memecahkan

masalah yang dihadapi, Ardiego (2009).

Salah satu institusi pendidikan yang berbasis

pada masyarakat adalah pusat kegiatan belajar

masyaraat (PKBM). Lembaga ini merupakan prakarsa

pembelajaran masyarakat yang didirikan dari oleh dan

untuk masyarakat. Dari masyarakat berarti bahwa

PKBM merupakan inisiatif dari masyarakat itu sendiri.

Keinginan itu datang dari satu kesadaran akan

pentingnya mutu kehidupan melalui proses

transformasional dan pembelajaran. Oleh masyarakat,berarti bahwa penyelenggaraan, pengembangan dan

berkelanjutan PKBM sepenuhnya menjadi tangung

Page 25: BAB II TELAAH PUSTAKA A. Manajemen Kurikulumrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5151/3/T2_942012002_BAB II… · sebatas jadwal mata pelajaran yang telah tersusun rapi ... umum

39

jawab masyarakat itu sendiri. Untuk masyarakat,berarti bahwa keberadaan PKBM sepenuhnya untuk

kemajuan dan keberdayaan kehidupan masyarakat

tempat lembaga itu berada. Eksistensi lembaga

didasarkan pada pemilihan program-program yang

sesuai dengan kebutuhan pendidikan dan

pemberdayaan masyarakat.

Pendidikan berbasis masyarakat biasanya

menjadikan pendidikan sebagai metodologi

pemberdayaan terhadap berbagai kelompok marginal

seperti buruh, kaum miskin kota, petani, nelayan dan

lain sebagainya. Pendidikan yang dirancang untuk

meningkatkan kesadaran peserta dan memungkinkan

mereka untuk menjadi lebih sadar tentang bagaimana

pengalaman-pengalaman pribadi individu yang

terhubung ke masalah sosial yang lebih besar.

Pendidikan berbasis komunitas juga didasarkan

pada teori pendidikan yang dikembangkan oleh

sejumlah tokoh pendidikan. Diantaranya Francies

Parker (1837-1902), John Dewey (1902), Paulo Freire

(1970), Johann Pestalozzi, dan Ivan lllich (1970).

Francies Parker (1837-1902) dalam Hidayat

(2013), mengembangkan metode Quincy yang

mengedepankan unsur pendidikan progresif seperti

kegiatan diskusi kelompok, kombinasi antara seni dan

ilmu pengetahuan teknologi (iptek), dan metode

Page 26: BAB II TELAAH PUSTAKA A. Manajemen Kurikulumrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5151/3/T2_942012002_BAB II… · sebatas jadwal mata pelajaran yang telah tersusun rapi ... umum

40

informal. Parker mempunyai pandangan bahwa

kurikulum harus diorientasikan kepada perkembangan

menyeluruh anak. sekolah harus mendorong dan

menghormati kreativitas anak. Materi pembelajaran

berasal dari pengalaman peserta didik yang sesuai

dengan minat dan kebutuhan anak. Parker

mengembangkan sekolah bernama Francis W. Parker

School yang berbasis pada komunitas dan kewargaan

pada tahun 1901 di Chicago.

John Dewey (1902) dalam Hidayat (2013)

menyatakan bahwa kurikulum merupakan

keseluruhan pengalaman langsung secara sadar yang

digunakan oleh sekolah untuk melengkapi dan

menyempurnakan kelebihan anak. Dewey menegaskan

bahwa pengalaman merupakan nilai yang sangat

penting dalam pendidikan. Tentang progresif education

Dewey menjelaskan bahwa pertama pendidikan

progresif memandang bahwa peserta didik merupakan

satu kesatuan yang utuh. Materi pembelajaran berasal

dari pengalaman peserta didik sendiri yang sesuai

dengan minat dan kebutuhan. Anak berefleksi terhadap

masalah-masalah yang muncul dalam kehidupannya.

Dari refleksi itu anak akan menggunakannya untuk

kehidupan. Kedua progrersif adalah gerakan

pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan

Page 27: BAB II TELAAH PUSTAKA A. Manajemen Kurikulumrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5151/3/T2_942012002_BAB II… · sebatas jadwal mata pelajaran yang telah tersusun rapi ... umum

41

pendidikan yang berpusat pada anak (child centered)

atau bahan pembelajaran (subject-centered).

Paulo Freire (1970) disunting Mas’ud (2007)

menyatakan pendidikan haruslah berorientasi kepada

pengenalan realitas diri manusia dan dirinya sendiri.

Freire melihat bahwa proses pendidikan yang

seharusnya bukan memberikan banyak bahan

pelajaran kepada anak didik untuk dikuasai dan

dihafal. Tetapi memberikan kepada anak didik apa yang

sesuai dengan perkembangan dan potensi yang dimiliki

oleh anak didik agar tumbuh dan berkembang menjadi

manusia yang merdeka. Merdeka diartikan sebagai

kebebasan siswa dalam mengkesplor apa yang mereka

inginkan, tidak dibatasi dalam proses pembelajaran.

Dengan demikian memperhatikan potensi yang dimiliki

oleh anak didik adalah hal yang tidak boleh

ditinggalkan dalam pendidikan yang membebaskan.

Proses ini membutuhkan seorang pendidik yang jeli

dalam melihat kebutuhan anak didiknya. Dengan

demikian seorang pendidik bisa memberikan apa yang

menjadi kebutuhan dari anak didik sesuai dengan apa

yang dibutuhkannya.

Johann Pestalozzi (1981) dalam Yusufhadi

menyatakan bahwa sekolah seharusnya merupakan

lembaga yang seperti rumah dimana terdapat rasa

aman dan kasih sayang. Oleh karena itu, guru

Page 28: BAB II TELAAH PUSTAKA A. Manajemen Kurikulumrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5151/3/T2_942012002_BAB II… · sebatas jadwal mata pelajaran yang telah tersusun rapi ... umum

42

merupakan orang yang harus memiliki kasih sayang

dan mantap secara emosional, sehingga akan dipercaya

dan disayangi oleh siswa.

Ivan lllich (1970) dalam Hidayat (2013),

menyatakan bahwa pendidikan harus dipisahkan dari

sekolah, dan sebagai gantinya dibentuk jaringan belajar

yang terbuka bagi siapa saja dan merupakan wahana

bagi warga masyarakat untuk membebaskan diri dari

segala bentuk kungkungan. Jaringan berlajar terdiri

atas empat komponen yaitu 1) layanan referensi

mengenai objek pendidikan; 2) pasangan sebaya; 3)

pertukaran keterampilan; 4) jasa referensi mengenai

narasumber pendidikan yang luas.

C. Kurikulum Pendidikan Berbasis MasyarakatDalam modul inovasi kurikulum UPI, Ayi

Suherman mengkaji tentang kurikulum berbasis

masyarakat. Dimana bahan, objek kajian kebijakan dan

ketetapan kurikulum dilakukan di daerah, disesuaikan

dengan kondisi lingkungan alam, sosial, ekonomi,

budaya dan disesuaikan dengan kebutuhan

pembangunan daerah yang perlu dipelajari siswa di

daerah tersebut. Kurikulum pendidikan berbasis

masyarakat berguna bagi siswa untuk memungkinkan

mereka lebih akrab dengan lingkungan di mana mereka

tinggal. Kemungkinan lain yaitu mencegah anak

merasa terasing dari lingkungan dan terbiasa dengan

Page 29: BAB II TELAAH PUSTAKA A. Manajemen Kurikulumrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5151/3/T2_942012002_BAB II… · sebatas jadwal mata pelajaran yang telah tersusun rapi ... umum

43

budaya dan adat istiadat setempat dan berusaha

mencintai lingkungan hidup.

Tujuan dari kurikulum ini adalah:

a. Memperkenalkan siswa terhadap lingkungannya,

ikut melestarikan budaya termasuk kajian,

keterampilan yang nilai ekonominya tinggi di

daerah tersebut;

b. Mengenali siswa kemampuan dan keterampilan

yang menjadi bekal hidup mereka di masyarakat,

seandainya mereka tidak dapat melajutan ke

jenjang pendidikan yang lebih tinggi;

c. Membekali siswa agar bisa hidup mandiri, serta

dapat membantu orang tua dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya.

Karakteristik kurikulum berbasis masyarakat

adalah suatu bentuk kurikulum yang memadukan

antara sekolah dan masyarakat dengan cara membawa

sekolah ke dalam masyarakat atau membawa

masyarakat ke dalam sekolah guna mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan. Hamalik (2005)

dalam tulisan Ayi Suherman modul UPI, merincikan

karakteristik kurikulum berbasis masyarakat:

a. Karakteristik pembelajaran pada kurikulum berbasismasyarakat1. Pembelajaran berorientasi pada masyarakat,

masyarakat dengan kegiatan belajar bersumberpada buku teks;

Page 30: BAB II TELAAH PUSTAKA A. Manajemen Kurikulumrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5151/3/T2_942012002_BAB II… · sebatas jadwal mata pelajaran yang telah tersusun rapi ... umum

44

2. Disiplin kelas berdasarkan tangungjawabbersama bukan berdasarkan paksaan ataukebebasan;

3. Metode mengajar terutama dititikberatkan padapemecahan masalah untuk memenuhikebutuhan perorganisasian dan kebutuhan sosialatau kelompok;

4. Bentuk hubungan atau kerjasama sekolah danmasyarakat adalah memperlajari sumber-sumbermasyarakat, menggunakan sumber-sumbertersebut, dan memperbaiki masyarakat tersebut;

5. Strategi pembelajaran meliputi karyawisata,manusia (narasumber), survey masyarakat,berkemah, kerja lapangan, pengabdianmasyarakat, kuliah kerja nyata, proyek perbaikanmasyarakat dan sekolah pusat masyarakat.

b. Karaktristik materi pembelajaran

Karakteristik materi pembellajaran antara lain:1. Validitas, telah teruji kebenaran dan

kesahihannya;2. Tingkat kepentingan yang benar-benar

diperlukan oleh siswa;3. Kebermanfaatan, secara akademik non akademik

sebagai pengembangan kecakapan hidup (lifeskill) dan mandiri;

4. Layak dipelajari, tingkat kesulitan dan kelayakanbahan ajar dan tuntutan kondisi masyarakatsekitar;

5. Menarik minat, dapat memotivasi siswa untukmempelajari lebih lanjut denganmenumbuhkembangkan rasa ingin tahu;

6. Alokasi waktu terkait dengan keleluasan dankedalaman materi;

7. Sarana dan sumber belajar, dalam arti mediaatau alat peraga yang berfuungsi memberikankemudahan terjadinya proses pembelajaran.

c. Kegiatan siswa dan guru

Page 31: BAB II TELAAH PUSTAKA A. Manajemen Kurikulumrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5151/3/T2_942012002_BAB II… · sebatas jadwal mata pelajaran yang telah tersusun rapi ... umum

45

Kegiatan siswa, mestinya mempertimbangkan

pemberian peluang bagi siswa untuk mencari,

mengelolah dan menemukan sendiri pengetahuan di

bahwa bimbingan guru. Juga materi pembelajaran

dipilih haruslah yang dapat memberikan pembekalan

kemampuan/ kecakapan kepada perserta didik untuk

memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari

dan mempunyai kecakapan hidup atau dapat hidup

mandiri dengan menggunakan pengetahuan, sikap, dan

keterampilan yang telah dipelajari.

Guru dalam kurikulum berbasis pada

masyarakat berperan sebagai fasilitator, sumber

belajar, pembina, konsultan, sebagai mitra kerja yang

memfasilitasi siswa dalam pembelajaran.

d. Penilaian dan kurikulum berbasis pada masyarakat

Penilaian merupakan serangkaian kegiatan

untuk mengumpulkan, menganalisis dan menaksirkan

data tentang proses dan hasil belajar siswa yang

dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan,

sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam

pengambilan keputusan. Penilaian ini dilakukan secara

terpadu dengan kegiatan belaja mengajar, oleh karena

itu disebut penilaian berbasis kelas (PBK). PBK ini

dilakukan dengan mengumpulkan kerja siswa

(fortofolio), hasil karya (penugasan), kinerja

(performance), dan tes tertlis. Guru menilai kompetensi

Page 32: BAB II TELAAH PUSTAKA A. Manajemen Kurikulumrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5151/3/T2_942012002_BAB II… · sebatas jadwal mata pelajaran yang telah tersusun rapi ... umum

46

dan hasil belajar siswa berdasarkan tingkat pencapaian

prestasi siswa selama dan setelah kegiatan belajar

mengajar.

Berdasarkan karakteristik kurikulum berbasis

masyarakat, maka pada hakekatnya karakteristik

tersebut dapat dijabarkan menjadi beberapa

karakteristik lain sebagai berikut:

1. Kurikulum bersifat realistik, karena hal-hal yangdipelajari bersumber dari kehidupan yang nyata.Para siswa dapat mengamati kenyataansesungguhnya dalam masyarakat dan kehidupanmasyarakat yang bersifat kompleks.

2. Kurikulum menumbuhkan kerjasama dan integrasiantara sekolah dan masyarakat, karena sekolahmasuk dalam masyarakat dan masyarakat masukdalam lingkungan sekolah. Lingkungan sekolahsebagai barometer kondisi masyarakat.

3. Kurikulum berbasis masyarakat memberikankesempatan yang luas kepada siswa untuk belajarsecara aktif. Para siswa merencanakan sendiri,mencari referensi dan sumber informasi sendiri,melakukan kegiatan proyek sendiri danmemecahkan berbagai masalah sendiri, baik melaluibelajar individual maupun belajar secara kelompok.

4. Prosedur pembelajaran memberdayakan semuametode dan teknik pembelajaran. Seperti ceramah,diskusi kerja kelompok, presentasi, pameran baikbelajar di dalam kelas maupun di luar kelas. Strategipembelajaran ditata sedemikian rupa secara vareatifdalam rangka pembelajaran multi sistem seperti adatatap muka, tugas mandiri, survai dan observasi.

5. Perkembangan kurikulum berbasis masyarakatmembantu siswa agar mampu berperan dalamkehidupan sekarang dan mempersiapkan siswa

Page 33: BAB II TELAAH PUSTAKA A. Manajemen Kurikulumrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5151/3/T2_942012002_BAB II… · sebatas jadwal mata pelajaran yang telah tersusun rapi ... umum

47

dalam menghadapi tantangan hidup massamendatang dalam masyarakat.

Arlen Wayne Etling (1990) dalam tulisan Mustofa

file UPI, telah merinci enam dimensi pendidikan

nonformal sebagai sistem pendidikan di luar sistem

pendidikan formal, yaitu: a) berpusat pada warga

belajar/peserta didik (learner centered), b) Kurikulum

kafetaria (cafeteria curriculum), c) hubungan horizontal

antara peserta didik dengan tutor, d) berhubungan

dengan sumberdaya local (reliance on local resources), e)

digunakan dengan segera (immediate usefulness), f)

level struktur dibangun dari bawah. Masing-masing

dimensi tersebut dijelaskan secara berurutan dalam

perspektif berikut:

1) Learner centered; dalam pendidikan nonformal,

peserta didik (warga belajar) memiliki dan mengontrol

proses pembelajaran. Peserta didik menciptakan

suasana pembelajaran sendiri dan bukan ditentukan

dari atas (tutor, penyelenggara) atau dari luar. Peserta

didik juga menerjemahkan tujuan pembelajarannya

sendiri atau sampai ikut merumuskannya.

2) Cafeteria curriculum; kurikulum pendidikan

nonformal fleksibel dan dapat dinegosiasikan

(dirundingkan antara peserta didik dengan tutor).

Kurikulum juga ditentukan atau dipilih sesuai dengan

kebutuhan peserta didik dan bukan ditentukan atau

Page 34: BAB II TELAAH PUSTAKA A. Manajemen Kurikulumrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5151/3/T2_942012002_BAB II… · sebatas jadwal mata pelajaran yang telah tersusun rapi ... umum

48

diminta oleh orang lain dan bahkan mungkin tidak

selalu sekuensial.

3) Hubungan horizontal; pendidik (tutor) betindak

sebagai fasilitator bukannya guru. Hubungan yang

dibangun antara keduanya ‘fasilitator’ dan ‘peserta

didik’ harus berdasar pada hubungan persahabatan

dan informal, dan peserta didik menganggap fasilitator

sebagai sumber belajar dan bukan sebagai instruktur.

Fasilitator bisa saja datang dari sekolah (formal) tetapi

perannya harus berubah ketika masuk pada

lingkungan pendidikan nonformal. Fasilitator bisa juga

sekelompok pelajar/siswa dari sekolah formal atau dari

kelompoknya sendiri yang memiliki kemampuan

memimpin serta memiliki beberapa keahlian khusus

atau berbagai pengetahuan lainnya yang dapat

dijadikan sumber belajar.

4) Reliance on local resources; pengembangan

program pendidikan nonformal diutamakan berbasis

sumber daya lokal, baik dalam bentuk sumberdaya

manusia, sumberdaya material, maupun sumberdaya

financial. Oleh karenanya alternative biaya yang murah

dalam penyelenggaraan pendidikan nonformal bisa

dilakukan jika sumber daya daerah menjadi pilihan

penyelenggaraan program.

5) Immediate usefulness; pendidikan nonformal lebih

menekankan pada aspek relevansi antara materi yang

Page 35: BAB II TELAAH PUSTAKA A. Manajemen Kurikulumrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5151/3/T2_942012002_BAB II… · sebatas jadwal mata pelajaran yang telah tersusun rapi ... umum

49

dipelajari dengan kebutuhan peserta didik, sehingga

hasil belajar dapat cepat dirasakan. Apabila

memungkinkan pendidikan nonformal membutuhkan

tindakan yang sangat cepat dan apa yang telah

dipelajari dapat diaplikasikan secara langsung oleh

peserta didik serta dapat meningkatkan tarap hidup

yang lebih baik. Hal ini sangat berbeda dengan

pendidikan formal, pendidikan formal dipilih oleh

masing-masing peserta didik dianggap sebagai bagian

dari pembelajaran sepanjang hayat.

6) Struktur dibangun dari bawah; selain kegiatan

pembelajaran yang lebih fleksibel. Pendidikan

nonformal harus menyiratkan tentang keberagaman

struktur. Dari sudut pandang sistem, pendidikan

nonformal sebagai pendidikan lanjutan kadang kala

satu sama lain tidak terkoordinasi, tidak lengkap,

kadangkala beraneka ragam program yang

dikembangkan di dalamnya. Namun demikian apabila

dilihat dari sudut pandang kebutuhan sasaran (peserta

didik), ketidaklengkapan atau keragaman seperti itu

tidak menjadi masalah dalam hal pengembangan dan

pemenuhan rencana pembelajaran sepanjang hayat.

Karena dengan banyak ragam dan jenis program, serta

situasi yang berbeda-beda, maka akan lebih banyak

pilihan yang tersedia bagi sasaran atau calon peserta

didik, di samping itu pula peserta didik lebih besar

Page 36: BAB II TELAAH PUSTAKA A. Manajemen Kurikulumrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5151/3/T2_942012002_BAB II… · sebatas jadwal mata pelajaran yang telah tersusun rapi ... umum

50

kemungkinan akan menemukan kegiatan yang cocok

dan sesuai rencana belajar dan kebutuhan belajarnya.

D. Model pembelajaranModel pembelajaran adalah suatu rencana atau

pola yang dapat digunakan untuk merancang

pembelajaran tatap muka di dalam kelas maupun

dalam bentuk tutorial, pemberian materi-materi

pembelajaran termasuk buku-buku, program media

komputer dan studi jangka panjang Rusman (2011).

Jadi menurut penulis model pembelajaran adalah

bentuk atau pola perencanaan pembelajaran yang

digunakan sebagai fasilitas dalam memediasi anak

belajar sehingga anak dapat mencapai tujuan

pembelajaran.

Rusaman (2011) mengatakan model

pembelajaran terdiri atas lima model, yaitu model

interaksi sosial, model pemrosesan informasi, model

personal, model modifikasi tingkahlaku dan model

pembelajaran kontekstual. Dalam hal ini, penulis akan

membahas tiga model pembelajaran yang dianggap

penulis mendukung tulisan ini. yaitu:

Pertama, model pembelajaran interaksi sosial.

Model ini didasari oleh teori belajar Gestlt. Dimana

model ini menitikberatkan hubungan yang harmonis

antara individu dengan masyarakat. (learning to life

together). Menurutnya pembelajaran akan lebih

Page 37: BAB II TELAAH PUSTAKA A. Manajemen Kurikulumrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5151/3/T2_942012002_BAB II… · sebatas jadwal mata pelajaran yang telah tersusun rapi ... umum

51

bermakna bila materi diberikan secara utuh. Aplikasi

Teori Gestlt dalam pembelajaran adalah:

1. Pengalaman insight/ Tilikan. Dalam prosespembelajaran, siswa hendaknya memilikikemampuan insight, yaitu kemampuan mengenalketerkaitan unsur-unsur dalam suatu objek.

2. Pembelajaran yang bermakna. Kebermaknaanunsur-unsur yang terkait dalam suatu objek akanmenunjang pembentukan pemahaman dalam prosespembelajaran. Content yang dipelajari siswahendaknya memiliki makna yang jelas baik bagidirinya maupun bagi kehidupannya yang akandatang.

3. Perilaku bertujuan. Pembelajaran terjadi karenasiswa memiliki harapan tertentu. Sebab itupembelajaran akan berhasil bila siswa mengetahuitujuan yang akan dicapai.

4. Prinsip ruang hidup. Materi yang disampaikanhendaknya memiliki kaitan dengan situasilingkungan di mana siswa berada.

Model perlengkapan interaksi sosial memiliki

enam strategi pembelajaran, namun penulis hanya

memaparkan tiga strategi yang menurut penulissejalan

dengan tulisan ini yaitu:

Pertama kerja kelompok bertujuan untuk

mengembangkan keterampilan, berperan serta dalam

proses bermasyarakat dengan cara mengembangkan

hubungan interpersonal dan skills dalam bidang

akademik. Kedua, pertemuan kelas yang bertujuan

untuk mengembangkan pemahaman mengenai diri

sendiri dan rasa tanggung jawab, baik terhadap diri

sendiri maupun terhadap kelompok. Ketiga, pemecahan

Page 38: BAB II TELAAH PUSTAKA A. Manajemen Kurikulumrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5151/3/T2_942012002_BAB II… · sebatas jadwal mata pelajaran yang telah tersusun rapi ... umum

52

masalah sosial bertujuan untuk mengembangkan

kemampuan memecahkan masalah-masalah sosial

dengan cara berpikir logis.

Kedua, model pembelajaran personal. Model ini

bertitik tolak dari teori Humanistik, yaitu berorientasi

pada pengembangan diri individu. Perhatian

utamannya pada emosional siswa untuk

mengembangkan hubungan yang produktif dengan

lingkungannya. Model ini menjadikan perbadi siswa

yang mampu membantuk hubungan yang harmonis

serta mampu memproses informasi secara efektif.

Menurut teori ini, guru harus berupaya

menciptakan kondisi kelas yang kondusif, agar siswa

merasa bebas dalam belajar dan mengembangkan

dirinya, baik emosional maupun intelektual dan

berperan sebagai pendorong.

Suciati dan Prasetya (2001) dalam Asri

Budiningsi (2012) mengemukakan acuan langkah-

langkah pembelajarannya yaitu: menentukan tujuan-

tujuan pembelajaran, menentukan materi

pembelajaran, mengidentifikasi kemampuan awal

siswa, mengidentifikasi topik-topik pembelajaran yang

memungkinkan siswa secara efektif melibatkan diri

atau memahami dalam belajar. Merancang fasilitas

belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran,

membimbing siswa belajar secara efektif, membimbing

Page 39: BAB II TELAAH PUSTAKA A. Manajemen Kurikulumrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5151/3/T2_942012002_BAB II… · sebatas jadwal mata pelajaran yang telah tersusun rapi ... umum

53

siswa untuk memahami hakekat makna dari

pengalaman belajarnya dan membimbing siswa dalam

mengaplikasi konsep-konsep baru ke situasi nyata

serta mengevaluasi proses dan hasil belajar.

Ketiga, yaitu model pembelajaran kontekstual

(CTL). Pendekatan CTL adalah keterikatan setiap materi

atau pembelajaran dengan kehidupan nyata. Di mana

teoritik dan kemampuan aplikatif yang bersifat prakstis

berjalan beriringan. Oleh sebab itu pendekatan CTL

dalam mengajar bukan mentransfer pengetahuan dari

guru kepada siswa dengan menghafal sejumlah konsep-

konsep yang sepertinya terlepas dari kehidupan nyata.

Akan tetapi, lebih ditekankan pada memfasilitasi siswa

untuk mecari kemampuan untuk hidup (life skill) dari

apa yang dipelajarinya.

Pembelajaran kontekstual ini memiliki 7

komponan pokok yang harus dikembangkan guru

Hamurni (2012) yaitu:

1. KonstruksivismeKonstuksivisme adalah proses membangun ataumenyusun pengetahuan baru dalam strukturkognitif siswa berdasar pada pengalaman.

2. InkuiriInkuiri berarti proses pembelajaran didasarkan padapencarian dan penemuan melalui proses berpikirsecara sistematis. Pengetahuan bukan sejumlahfakta hasil dari mengingat, tetapi hasil dari prosesmenemukan sendiri.

3. Bertanya

Page 40: BAB II TELAAH PUSTAKA A. Manajemen Kurikulumrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5151/3/T2_942012002_BAB II… · sebatas jadwal mata pelajaran yang telah tersusun rapi ... umum

54

Balajar pada hakekatnya adalah bertanya danmenjawab. Bertanya dapat dipandang sebagairefleksi dari keingintahuan setiap individu;sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkankemampuan seorang dalam berpikir.

4. Masyarakat belajarDalam pembelajaran kontekstual diharapkan agarhasil pembelajaran diperoleh melalui kerja samadengan orang lain. Kerja sama itu dapat dilakukandalam berbagai bentuk baik melalui kelompokbelajar secara formal maupun secara alamiah. Hasilbelajar dapat diperoleh dari sharing dengan oranglain, antar teman, antar kelompok; saling memberimasukan dan berbagi pengalaman.Masyarakat belajar dalam pendekatan CTL sangatmemungkinkan memanfaatkan masyarakat belajarlain di luar kelas.

5. PemodelanModeling adalah proses pembelajaran denganmemperagakan sesuatu sebagai contoh yang dapatditiru oleh setiap siswa.

6. RefleksiRefleksi adalah proses pengendapan pengalamanyang telah dipelajari yang dilakukan dengan caramengurutkan kembali kejadian-kejadian atauperistiwa-peristiwa pembelajaran yang telahdilaluinya. Serta dapat mengambil makna dari setiapkejadian yang dialami.

7. Penilaian nyataPenilaian nyata adalah proses yang dilakukan guruuntuk mengumpulkan informasi tentangperkembangan belajar yang dilakukan siswa.Penilaian ini diperlukan untuk mengetahui apakahsiswa benar-benar belajar atau tidak, apakahpengalaman belajar siswa memiliki pengaruh positifterhadap perkembangan intelektual maupun mentalsiswa.

E. Penelitian yang Relevan

Page 41: BAB II TELAAH PUSTAKA A. Manajemen Kurikulumrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5151/3/T2_942012002_BAB II… · sebatas jadwal mata pelajaran yang telah tersusun rapi ... umum

55

Penelitian Inra Arfianto (2011) menemukan

bahwa pemanfaatan internet telah diterapkan oleh

pamong belajar dan siswa SKB. Siswa mulai

menggunakan internet secara sehat untuk mencari

reverensi tugas, dan bagi para pegewai juga

memanfaatkan untuk menunjang pekerjaan mereka.

Hasil penelitian Raharjo dkk (2010) menemukan

bahwa kemampuan tutor dalam mengelola

pembelajaran berpengaruh terhadap kemampuan

peserta didik dalam mencapat standar kompetensi yang

diharapkan. Peran tutor dalam pendidikan kesetaraan

adalah sangat strategis untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang efektif.

Penelitian Fahmi (2008) di pendidikan berbasis

masyarakat Rumah Pengetahuan Atmartya, Bantul

menemukan konsep pendidikan brebasis masyarakat

RPA untuk menghilangkan diskriminasi dalam

pendidikan, memanfatkan kesempatan memperoleh

pendidikan bagi kalangan masyarakat miskin dan

mendekatkan proses pendidikan denggan realitas

kehidupan. Dua pengertian tentang pendidikan

berbasis masyarakat yang berjalan di RPA yaitu

pertama pendidikan yang bertumbuh, digerakkan dan

dikelola oleh masyarakat dan kedua pendidikan

berangkat dari kebutuhan ril masyarakat. Tujuan

pendidikan berbasis masyatakat RPA adalah mendaya

Page 42: BAB II TELAAH PUSTAKA A. Manajemen Kurikulumrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/5151/3/T2_942012002_BAB II… · sebatas jadwal mata pelajaran yang telah tersusun rapi ... umum

56

gunakan akses memperoleh pendidikan bagi

masyarakat miskin secara gratis, menumbuhkan

pemahaman dan kesadaran bagi masyarakat akan

realitas sosial, politik dan ekonomi dengan melibatkan

mereka pada proses pendidikan.

Perubahan kurikulum oleh pendidikan non

formal dapat didasarkan oleh beberapa pertimbangan.

Berdasarkan riset para ahli kurikulum (Fullan 1982,

1987; Miles 1987; Smith & Lovat 1991; Print 1988)

dalam Nasir (2009) bahwa terdapat empat tahap dasar

proses perubahan kurikulum yaitu pertama

kebutuhan, kedua adopsi, ketiga implementasi dan

keempat pelembagaan berkesinambungan. Perubahan

kurikulum berdasarkan kebutuhan (need), dikarenakan

adanya perhatian, ketidakpuasan atau kebutuhan

dengan kurikulum yang sudah berjalan. Bisa dilakukan

oleh setiap lembaga pendidikan non formal bersumber

pada guru, orang tua, siswa, pengurus-pengurus,

sistem bidang pendidikan atau didasarkan pada

penggabungan sumber-sumber.