BAB II Tanin Oke 28 Agus

download BAB II Tanin Oke 28 Agus

of 10

description

tanin keren

Transcript of BAB II Tanin Oke 28 Agus

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 RAMBUTAN (Nephelium lappaceum L.)Rambutan (Nephelium lappaceum L.) merupakan tanaman buah hortikultural berupa pohon dengan famili Sapindacaeae. Tanaman buah tropis ini dalam bahasa Inggrisnya disebut Hairy Fruit berasal dari Indonesia. Hingga saat ini telah menyebar luas di daerah yang beriklim tropis seperti Filipina dan negara-negara Amerika Latin dan ditemukan pula di daratan yang mempunyai iklim sub-tropis. Pertumbuhan rambutan dipengaruhi oleh ketersediaan air. Setelah masa berbuah selesai, pohon rambutan akan bersemi (flushing) menghasilkan cabang dan daun baru. Tahap ini sangat jelas teramati dengan warna pohon yang hijau muda karena didominasi oleh daun muda. Pertumbuhan akan berhenti ketika ketersediaan air terbatas dan tumbuhan beristirahat tumbuh. Tumbuhan ini menghasilkan bunga setelah 7 tahun jika ditanam dari biji, namun pada usia 2 tahun sudah dapat berbunga jika diperbanyak secara vegetatif. Rambutan biasanya berumah dua, tetapi bersifatandrodioecious, ada tumbuhan jantan dan tumbuhan banci. Tumbuhan jantan tidak pernah bisa menghasilkan buah. Buah rambutan terbungkus oleh kulit yang memiliki "rambut" di bagian luarnya (eksokarp). Warnanya hijau ketika masih muda, lalu berangsur kuning hingga merah ketika masak atau ranum. Endokarp berwarna putih, menutupi "daging". Bagian buah yang dimakan, "daging buah", sebenarnya adalah salut biji atauaril, yang bisa melekat kuat pada kulit terluar biji atau lepas. Buah rambutan termasuk dalam buah musiman artinya tidak berbuah setiap saat tapi hanya di kurun waktu tertentu saja, biasanya musimnya datang bersamaan dengan musim buah yang lain yaitu mangga dan durian. (Kalie M.B., 1994)2.2 KULIT BUAH RAMBUTANKulit buah rambutan mengandung flavonoid, tanin dan saponin (Dalimartha, 2005). Uji anti bakteri ekstrak buah makasar terhadap bakteri Shigella disentriae, dimana kandungan senyawa kimia yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Shigella disentriae adalah tannin, saponin, dan flavonoid (Rahayu,2009). Dengan adanya kesamaan kandungan senyawa kimia, kulit buah rambutan dapat di manfaatkan untuk menyembuhkan disentri, karena kandungan kulit buah rambuatn sama dengan kandungan buah makasar, sehingga sama-sama dapat menghambat bakteri Shigella dysenteriae. Selain itu ekstrak kulit buah rambutan dapat mengambat pertumbuhan bakteri Echerichia coli dan Staphylococcus aureus (Yudaningtyas,2007).2.3. TANINTanin merupakan suatu substansi yang banyak dan tersebar, sehingga sering ditemukan dalam tanaman. Tanin diketahui mempunyai beberapa khasiat, yaitu sebagai astringen, anti diare, anti bakteri dan antioksidan.Istilah taninsendiriberasal dari bahasa Perancis, yaitutanning.Pada mulanyasenyawa tanninlebihdikenal sebagaitanning substancedalam proses penyamakan kulit hewanuntuk dibuat sebagai kerajinan tangan. Struktur tanin dapat dilihat pada gambar 2.1. Gambar 2.1 Struktur TaninPada umumnya tanin merupakan senyawa polifenol yang memiliki berat molekul (BM) yang cukup tinggi (lebih dari 1000) dan dapat membentuk kompleks dengan protein. Berdasarkan strukturnya, tanin diklasifikasikan menjadi dua kelas yaitu tanin terhidrolisis dan tanin terkondensasi.1. Tanin TerhidrolisisTanin terhidrolisis biasanya berikatan dengan karbohidrat yang dapat membentuk jembatan oksigen, sehingga dapat dihidrolisis dengan menggunakan asam sulfat atau asam klorida. Gallotanin merupakan salah satu contoh tanin terhidrolisis, di mana gallotanin ini merupakan senyawa berupa gabungan dari karbohidrat dan asam galat. Selain itu, contoh lainnya adalahellagitanin (tersusun dari asam heksahidroksidifenil). 2. Tanin TerkondensasiTanin terkondensasi biasanya tidak dapat dihidrolisis, melainkan terkondensasi di mana menghasilkan asam klorida. Tanin terkondensasi kebanyakan terdiri dari polimer flavonoid. Tanin jenis ini dikenal dengan nama Proanthocyanidin yang merupakan polimer dari flavonoid yang dihubungan dengan melalui C8 dengan C4, contohnya Sorghum procyanidin yang tersusun dari catechin dan epiccatechin.(Robinson T, 1995)Klasifikasi Tanin berdasarkan warna dari garam ferri (FeCl3), dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :a. KatekolBerwarna hijau dengan 2 gugus fenol. Misalnya : Flobatanin dan Pirokatekol. Memiliki sifat-sifat sebagai berikut : Apabila dipanaskan akan menghasilkan katekol Apabila didihkan dengan HClakan menghasilkan flobapin yang berwarna merah. Apabila ditambahkan FeCl3akan berwarna hijau. Apabila ditambahkan larutan Br akan terbentuk endapan.Contoh Katekol : Asam kirotamat (pada kina) dan asam katekotanat (pada gambir).

b. Pirogalatanin (pirogalol)Berwarna biru dengan FeCl3dengan 3 gugus fenol. Memiliki sifat-sifat sebagai berikut: Apabila dipanaskan akan terurai menjadi pirogalol. Apabila dididihkan dengan HCl akan dihasilkan Asam gallat dan Asam ellag. Apabila ditambahkan dengan FeCl3akan berwarna biru. Apabila ditambahkan brom tidak akan terbentuk endapan.Contoh Pirogalatanin : Gallotanin (pada gallae) dan Ellagitanin (padaGranati cortex)2.3.1 Distribusi TaninTanin terdistribusi atau tersebar hampir pada seluruh bagian tumbuhan, seperti pada daun, batang, kulit kayu, dan buah. Distribusitanin ini hampirdiseluruh spesies tanamandanbiasanya ditemukanpadagymnospermaedanangiospermae.Tanin terletak di vakuola ataubagianpermukaan tanaman.Bagian yang bertindak sebagaipenyimpanan tetap tannin, akan aktifterhadaporganisme pemangsa. Selaitu itu, penyimpanan tanin yang sifatnya sementara, dapat mempengaruhimetabolisme jaringan tanaman hidup,namunhanyaketikasetelahsel mengalami kerusakan atau kematian, sehingga tanin akan aktif untuk memberikan efek metabolik.Tanin ditemukan di daun, tunas, biji, akar, batang dan jaringan, misalnya pada jaringan xilem dan floem, dan pada lapisan antara korteks dengan epidermis. Tanin yang ada, dapat membantu dalam pertumbuhan jaringan tersebut.2.3.2 Sifat-sifat TaninUntuk membedakan tanin dengan senyawa metabolit sekunder lainnya, dapat dilihat dari sifat-sifat dari tanin itu sendiri. Sifat-sifat tanin, antara lain :1.Sifat Fisika.Sifat fisika dari tanin adalah sebagai berikut :a. Apabila dilarutkan ke dalam air, tanin akan membentuk koloid dan akan memiliki rasa asam dan sepat.b. Apabila dicampur dengan alkaloid dan glatin, maka akan terbentuk endapan.c. Tanin tidak dapat mengkristal.d. Tanin dapat mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim protiolitik.2.Sifat KimiaSifat kimia dari tanin adalah sebagai berikut :a. Tanin merupakan senyawa kompleks yang memiliki bentuk campuran polifenol yang Sulit untuk dipisahkan sehingga sulit membetuk kristal.b. Tanin dapat diidentifikasi dengan menggunakan kromotografic. Senyawa fenol yang ada pada tanin mempunyai aksi adstrigensia, antiseptic dan pemberi warna.3.Sifat sebagai pengkhelat logam.Fenol yang ada pada tanin, secara biologis dapat berguna sebagai khelat logam. Mekanisme atau proses pengkhelatan akan terjadi sesuai dengan pola subtitusi dan pH senyawa fenol itu sendiri. Hal ini biasanya terjadi pada tanin terhidrolisis, sehingga memiliki kemampuan untuk menjadi pengkhelat logam.Khelat yang dihasilkan dari tanin ini dapat memiliki daya khelat yang kuat dan dapat membuat khlelat logam menjadi lebih stabil dan aman di dalam tubuh. Namun, dalam mengkonsumsi tanin harus sesuai dengan kadarnya, karena apabila terlalu sedikit (kadarnya rendah) tidak akan memberikan efek, namun apabila mengkonsumsi terlalu banyak (kadar tinggi) dapat mengakibatkan anemia karena zat besi yang ada dalam darah akan dikhelat oleh senyawa tanin tersebut.

2.3.4Identifikasi Senyawa TaninDalam melakukan identifikasi senyawa tanin dari suatu tanaman, dapat dilakukan dengan beberapa cara. Untuk menganalisa secara kulitatif senyawa tanin, dapat dilakukan dengan metode sebagai berikut :a. Memberikan larutan FeCl3 yang berwarna biru tua / hitam kehijauan.b. Menambahkan Kalium Ferrisianida yang ditambahkan dengan amoniak berwarna cokelat.Untuk menganalisis senyawa tanin secara kuantitatif dapat diguanakan metode sebagai berikut :a. Metode analisis berdasarkan gugus fungsinya.b. Dengan menggunakan kromatografi, seperti HPLC dan UV-Vis.c. Dengan Permanganometrid. Metode analisis fenol secara umum, menggunakan pereaksi blue prussian dan pereaksi Folin.e. Metode presipitasi dengan menggunakan protein.(Harborne J.B, 1987)2.3.5 Manfaat TaninSebagai senyawa metabolit sekunder, tanin memiliki banyak manfaat dan kegunaan. Manfaat dan kegunaan tanin adalah sebagai berikut :a. Sebagai anti hama untuk mencegah serangga dan fungi pada tanaman.b. Sebagai pelindung tanaman ketika masa pertumbuhan dari bagian tertentu tanaman, misalnya pada bagian buah, saat masih muda akan terasa pahit dan sepat.c. Sebagai adstrigensia pada GI dan kulit.d. Untuk proses metabolisme dari beberapa bagian tanaman.e. Dapat mengendapkan protein sehingga digunakan sebagai antiseptik.f. Sebagai antidotum (keracunan alkaloid).g. Sebagai reagen pendeteksi gelatin, alkaloid, dan protein.h. Sebagai penyamak kulit dan pengawet.(Voigt R, 1994)2.4. PERMANGANOMETRIPermanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh Kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan reduksi yang terjadi antara KMnO4dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan KMnO4sudah dikenal lebih dari seratus tahun, kebanyakan titrasi dilakukan dengan cara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe+, asam atau garam oksalat yang dapat larut dan sebagainya. Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung dengan permanganometri seperti:a.Ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (II) yang dapat diendapkan sebagai oksalat. Setelah endapan disaring dan dicuci dilarutkan dalam H2SO4 berlebih sehingga terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam oksalat inilah akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung banyaknya ion logam yang bersangkutan.b.Ion-ion Bad an Pb dapat pula diendapkan sebagai garam khromat. Setelah disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan baku FeSO4berlebih. Sebagian Fe2+dioksidasi oleh khromat tersebut dan sisanya dapat ditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4.Zat organik dapat dioksidasi dengan KMnO4dalam suasana asam dengan pemanasan. Sisa KMnO4direduksi dengan asam oksalat berlebih. Kelebihan asam oksalat dititrasi kembali dengan KMnO4. Metode permanganometri didasarkan pada reaksi oksidasi ion permanganat. Oksidasi ini dapat berlangsung dalam suasana asam, netral dan alkalis.MnO4-+ 8H++ 5e Mn2++ 4H2O(Khopkar SM, 1990)Kalium permanganat dapat bertindak sebagai indikator, jadi titrasi permanganometri ini tidak memerlukan indikator, dan umumnya titrasi dilakukan dalam suasana asam karena karena akan lebih mudah mengamati titik akhir titrasinya. Namun ada beberapa senyawa yang lebih mudah dioksidasi dalam suasana netral atau alkalis contohnya hidrasin, sulfit, sulfida, sulfida dan tiosulfat . Reaksi dalam suasana netral yaituMnO4 + 4H++ 3e MnO4+2H2OKenaikan konsentrasi ion hidrogen akan menggeser reaksi kekanan Reaksi dalam suasana alkalis :MnO4-+ 3e MnO42-MnO42-+ 2H2O + 2e MnO2+ 4OHMnO4-+ 2H2O + 3e MnO2+4OHReaksi ini lambat dalam larutan asam, tetapi sangat cepat dalam larutan netral. Karena alasan ini larutan kalium permanganat jarang dibuat dengan melarutkan jumah-jumlah yang ditimbang dari zat padatnya yang sangat dimurnikan misalnya proanalisis dalam air, lebih lazim adalah untuk memanaskan suatu larutan yang baru saja dibuat sampai mendidih dan mendiamkannya diatas penangas uap selama satu/dua jam lalu menyaring larutan itu dalam suatu penyaring yang tak mereduksi seperti wol kaca yang telah dimurnikan atau melalui krus saring dari kaca maser.Pada permanganometri, titran yang digunakan adalah kalium permanganat. Kalium permanganat mudah diperoleh dan tidak memerlukan indikator kecuali digunakan larutan yang sangat encer serta telah digunakan secara luas sebagai pereaksi oksidasi selama seratus tahun lebih. Setetes permanganat memberikan suatu warna merah muda yang jelas kepada volume larutan dalam suatu titrasi. Warna ini digunakan untuk menunjukkan kelebihan pereaksi. Kalium Permanganat distandarisasikan dengan menggunakan natrium oksalat atau sebagai arsen (III) oksida standar-standar primer. Akhir titrasi ditandai dengan timbulnya warna merah muda yang disebabkan kelebihan permanganat.Permanganat bereaksi secara cepat dengan banyak agen pereduksi berdasarkan pereaksi ini, namun beberapa pereaksi membutuhkan pemanasan atau penggunaan sebuah katalis untuk mempercepat reaksi. Kalau bukan karena fakta bahwa banyak reaksi permanganat berjalan lambat, akan lebih banyak kesulitan lagi yang akan ditemukan dalam penggunaan reagen ini. Sebagai contoh, permanganat adalah agen unsure pengoksida, yang cukup kuat untuk mengoksidasi Mn(II) menjadi MnO2 sesuai dengan persamaan :3Mn2+ + 2MnO4-+ 2H2O 5MnO2+ 4H+(Sutrisno,C.T., 2006)

2.4.1 Kelebihan dan Sumber Kesalahan Titrasi PermanganometriKelebihan titrasi permanganometri adalah Titrasi permanganometri ini lebih mudah digunakan dan efektif, karena reaksi ini tidak memerlukan indicator, hal ini dikarenakan larutan KMnO4sudah berfungsi sebagai indicator, yaitu ion MnO4-berwarna ungu, setelah diredukdsi menjadi ion Mn-tidak berwarna, dan disebut juga sebagai auto indikator.Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak pada: Larutan pentiter KMnO4-pada buret Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4pada buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa. Penambahan KMnO4yang terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4yang telah ditambahkan H2SO4dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4-dengan Mn2+.2MnO4-+ 3Mn2+ + 2H2O 5MnO2+ 4H+.Penambahan KMnO4yang terlalu lambat pada larutan sepertiH2C2O4 yang telah ditambahkan H2SO4dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air.H2C2O4+ O2 H2O2+ 2CO2H2O2 H2O + O2Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4yang diperlukan untuk titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri yang dilaksanakan.Dalam bidang industri, metode titrasi permanganometri dapat dimanfaatkan dalam pengolahan air, dimana secara permanganometri dapat diketahui kadar suatu zat sesuai dengan sifat oksidasi reduksi yang dimilikinya, sehingga dapat dipisahkan apabila tidak diperlukan atau berbahaya.(Mulja M dan Suharman, 1995)